SKRIPSI
OLEH
BINTANG KASIH YANTI. S
NIM: 121000244
OLEH
BINTANG KASIH YANTI. S
NIM: 121000244
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
Cacing pada Kotoran Kuku Anak di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih
Sibolangit Tahun 2017”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Selama penyusunan skripsi, mulai dari awal
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus sebagai
Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu, tulus dan sabar memberikan
skripsi ini.
5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang
v
Universitas Sumatera Utara
6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S selaku Dosen Penguji I yang telah
7. Ir. Indra Chahaya, M.si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran untuk perbaikan konten dan kualitas skripsi ini.
9. Ketua Yayasan Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit serta seluruh
mengikuti pendidikan.
11. Terkhusus untuk Ibunda dan seluruh keluarga terkasih yang telah setia
akhir ini.
Vera).
disebutkan satu per satu yang telah setia memberikan semangat, dukungan
vi
Universitas Sumatera Utara
dan doa selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu
penulis mengaharapkan kritik dan saran dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan tentunya dapat menjadi acuan perbaikan
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
viii
Universitas Sumatera Utara
2.6 Upaya Pencegahan ............................................................................ 44
2.6.1 Pencegahan Primer ......................................................................... 44
2.6.2 Pencegahan Sekunder .................................................................... 45
2.7 Kerangka Konsep .............................................................................. 46
ix
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran.................................................................................................. 74
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.6 Distribusi Keberadaan telur Cacing pada Kuku Responden di Panti
Asuhan GBKAP Gelora Kasih Sibolangit Tahun 2017 ....................60
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
1. SD/ Tamat tahun : SDN 015924 Lobu Jiur/2006
2. SLTP/Tamat tahun : SMPN 1 Aek Kuasan/2009
3. SLTA/Tamat tahun : SMAN 4 Kisaran/2012
4. Lama studi di FKM USU : 2012-2017
xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
berpengaruh satu sama lain. Status kesehatan akan tercapai secara optimal
optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak
optimal) maka hal tersebut akan menggeser status kesehatan ke arah di bawah
garis bawah optimal maka masalah kesehatan akan datang dalam bentuk penyakit.
Ada banyak penyakit yang dapat timbul dengan keadaan tubuh yang lemah,
1
Universitas Sumatera Utara
2
mungkin juga didukung oleh kebiasaan sehara-hari yang tidak saniter, salah
penyakit yang ditularkan melalui tanah atau sering disebut Soil Transmitted
Helminth (STH) yang seringnya dijumpai pada anak usia sekolah dasar, di mana
pada usia ini anak masih sering kontak dengan tanah. Kerugian dan dampak
akibat infeksi kecacingan tidak menyebabkan manusia mati mendadak, akan tetapi
2014).
Kecacingan merupakan sebuah penyakit yang sudah ada sejak lama dan
masih ada sampai saat ini, bahkan dengan prevalensi yang cukup tinggi di
berbagai belahan dunia. Kecacingan menjadi sebuah masalah kesehatan yang tak
hanya tersebar luas di daerah tropis, melainkan juga subtropis yang tentunya
WHO mencatat pada 2012 lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari
populasi dunia terinfeksi STH, khusus Benua Asia termasuk wilayah dengan STH
tertinggi. Hal ini juga merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat terbesar
dari 60% anak sekolah dasar di Indonesia menderita suatu infeksi cacing. Menurut
hasil survei di 10 provinsi pada 2005 dengan sasaran anak sekolah dasar, didapati
hasil yang sangat bervariasi dan cukup tinggi antara 1,37% sampai 77,14%,
%). Didukung dengan data yang diperoleh UNICEF bahwa Sumatera Utara
termasuk daerah dengan derajat infeksi STH yang cukup tinggi dengan prevalensi
provinsi Sumatera Utara, maka dari itu pemerintah daerah telah menyusun
melibatkan peran serta aktif lintas program, sektoral, pihak swasta, LSM dan
Kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat melekatnya
telur cacing yang merupakan salah satu media penularan terbesar penyakit
kuku dan akan tertelan ketika makan. Hal ini diperparah lagi apabila tidak terbiasa
mencuci tangan pakai sabun sebelum makan atau kebiasaan melakukan kontak
Pada survei awal yang dilakukan peneliti, didapati bahwa sebagian besar anak
suka bermain di tanah dan tidak selalu memakai alas kaki, khususnya anak yang
berusia di bawah 10 tahun. Selain itu juga keadaan kuku sebagian anak terlihat
panjang yang memungkinkan adanya kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku,
bahkan bisa tertelan ketika anak makan tanpa mencuci tangan pakai sabun terlebih
beberapa anak terlihat lesu dan kurang bersemangat yang mengindikasikan adanya
beberapa anak terkait kebiasaan mencuci tangan pakai sabun sebelum makan,
ternyata hasilnya tidak semua anak melakukannya dan hanya beberapa anak saja
yang sudah menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan.
mengetahui keberadaan telur cacing pada kotoran kuku anak dan melakukan
analisis terhadap kondisi sanitasi lingkungan serta personal hygiene anak di panti
asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit dengan judul penelitian “Analisis Kondisi
Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene serta Pemeriksaan Telur Cacing pada
Kotoran Kuku Anak di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit Tahun
2017”.
Kasih Sibolangit pada Februari 2017, diketahui bahwa beberapa anak belum
masih berusia di bawah 10 tahun. Banyaknya jumlah anak juga tidak sesuai
pengasuhan pada anak, khususnya terkait kebersihan diri dan lingkungan. Dengan
dan personal hygiene serta kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku anak di
dan personal hygiene pada anak di panti asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit
tahun 2017 serta melakukan pemeriksaan kotoran kuku anak untuk mengetahui
7. Mengetahui keberadaan dan jenis telur cacing pada kotoran kuku anak
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi masukan atau gambaran perilaku hidup bersih
orang yang membaca dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungannya terutama
Penelitian ini dapat menjadi masukan atau tanggapan bagi penelitian lain
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Universitas Sumatera Utara serta sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
TINJAUAN PUSTAKA
lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk
itu sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan
kuantitasnya.
yang sehat.
8
Universitas Sumatera Utara
9
Istilah hygiene dan sanitasi pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama,
yakni mengusahakan cara hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai penyakit.
Namun dalam penerapannya memiliki arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi
2000).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas
setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon (Mubarak,
2009). Melalui Permenkes No. 416 tahun 1990, telah ditetapkan syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air bersih di Indonesia, serta Keputusan Menkes No. 907
menjadi tiga, yaitu air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.
1. Air Angkasa
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada
saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
2. Air Permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk,
rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik
3. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air
hujan tersebut dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi
1. Syarat fisik: air tersebut bening (tidak berwarna), tidak berasa, dan suhu
2. Syarat bakteriologis: air untuk minum harus bebas dari segala bakteri,
sampel air. Jika dari hasil pemeriksaan 100 cc air terdapat < 4 bakteri E. Coli
3. Syarat kimia: air minum harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah
tertentu. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air akan
diakibatkan penggunaan air, kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku
mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi
atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Untuk memenuhi hal ini, perlu dilakukan pengukuran
metode tertentu. Dalam peraturan pemerintah RI No.82 Tahun 2001, mutu air
radioaktivitas.
air dan dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan cara penularannya,
yaitu:
1. Waterborne mechanism
Pada mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain:
2. Waterwashed mechanism
3. Water-based mechanism
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya: Skistomiasis dan penyakit
akibat dracunculucmedinensis.
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan seperti ini adalah
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang
dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu ke dalam suatu badan air. Menurut
adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah
dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industry) (Sumantri,
2013).
danau.
tanah.
yang buruk.
Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
sebagai berikut:
dahulu sebelum dibuang ke badan-badan air, misalnya sungai, danau, dan rawa.
2. Irigasi luas
Cara ini pada umumnya digunakan di pedesaan atau di luar kota karena
3. Septic tank
Cara ini merupakan cara terbaik yang dianjurkan oleh WHO, tetapi biayanya
cukup mahal.
4. Sistem Riol
Yang dimaksud dengan sistem riol adalah cara pembuangan air limbah yang
pembangunan kota. Semua air buangan dari rumah tangga dan industri dialirkan
ke riol.
sebagai:
1. Primary Treatment
a. Penyaringan (Filtration)
tercampur dan partikel koloid dari air limbah dengan melewatkan air limbah
b. Pengendapan (Sedimentation)
2. Secondary Treatment
a. Proses Aerobik
dapat terjadi dengan kehadiran oksigen sebagai electron acceptor dari air
limbah.
b. Proses Anaerobik
3. Tertiary Treatment
khususnya nitrat dan posfat. Pada tahap ini dapat juga dilakukan pemusnahan
kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau
yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit seperti diare,
penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan maupun dari peralatan yang
atau kotoran yang mengandung agen penyebab infeksi masuk melalui saluran
pernafasan.
yaitu:
1. Kakus Cemplung
dalam tempat penampungan. Kakus ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di
atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantainya terbuat dari bambu atau kayu
2. Kakus Plengsengan
Tempat jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat
penampungan, tetapi agak jauh. Kakus semacam ini sedikit lebih baik dan
3. Kakus Bor
digunakan adalah bor tangan yang disebut Bor Auger dengan diameter antara 30-
40 cm. Kakus bor mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat
berkurang, akan tetapi kerugian kakus bor adalah perembesan kotoran akan lebih
jauh dan mengotori air tanah. Kakus bor tidak dapat dibuat di daerah atau tempat
Kakus ini, di bawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi untuk
mencegah timbulnya bau, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam
bagian yang melengkung. Agar dapat terjaga kebersihannya, maka pada kakus
pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank bisa terdiri dari dua bak atau lebih
serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa
dikelola dengan baik. Suatu jamban yang dapat dikatakan sehat apabila telah
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya
7. Sederhana desainnya
8. Murah
Menurut WHO (2003), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi lagi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang
merupakan masalah yang cukup kompleks, karena makin banyaknya sampah yang
terbatasnya dana yang tersedia, dan beberapa masalah terkait lainnya (Mubarak
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa
1. Pemukiman penduduk
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di
desa atau kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan
bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), dan
sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa
makanan, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan
kering.
industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum,
dan kegiatan lainnya, baik yang bersifat distributif atau memproses bahan
mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah,
5. Pertanian
yaitu:
sebagainya.
sebagainya.
b. Rubbish, dibedakan menjadi dua: yang mudah terbakar dan sulit terbakar.
d. Street Sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin
atau manusia.
k. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya
berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.
(TPA).
tanah.
yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Tujuan
1. Kebersihan Kulit
memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit dengan sebaik-baiknya.
Pemeliharaan kulit tidak terlepas dari makanan yang dimakan, kebersihan diri,
2. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut tumbuh dengan
subur dan indah, sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau. Hal-
kurangnya 2x seminggu
3. Kebersihan gigi
Menggosok gigi dengan baik dan teratur akan membersihkan gigi dan
menjaga gigi tetap sehat serta membuat gigi tidak mudah berlubang karena sisa-
sisa makanan yang tersisa di sela-sela gigi. Ada beberapa hal yang perlu
4. Kebersihan mata
tentang dunia sekitar kepada kita dibandingkan keempat indera lainnya. Agar
tetap berfungsi dengan baik dan tetap terjaga kebersihannya, ada beberapa hal
mengandung vitamin A
5. Kebersihan Telinga
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus juga dipelihara dan
diperhatikan kebersihannya. Kebersihan tangan, kaki dan kuku yang baik akan
sangat memengaruhi kesehatan dan sebaliknya, tangan, kaki, dan kuku yang kotor
akan membawa pengaruh buruk bagi kesehatan. Untuk itu ada beberapa hal yang
perlu dilakukan agar tangan, kaki dan kuku tetap terjaga kebersihannya, di
antaranya:
c. Membersihkan lingkungan
1. Mandi
Mandi merupakan hal yang paling dasar dan paling penting dalam menjaga
kebersihan diri. Mandi secara baik dan benar dapat menghilangkan bau badan dan
Sebaiknya mandi secara teratur dua kali sehari, alasan utamanya ialah agar tubuh
Urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh di cuci dengan sabun mandi.
Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit akan
lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih, seluruh tubuh
digosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari wajah, kaki,
seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai di ujung kaki (Irianto, 2007).
Perawatan pada mulut disebut juga oral hygiene. Mulut yang bersih sangat
penting secara fisikal dan mental seseorang. Melalui perawatan pada rongga
mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu,
sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis.
Sisa makanan juga dapat membuat gigi berlubang bila tidak langsung
dibersihkan, untuk itu penting menggosok gigi setidaknya dua kali sehari dan bila
mungkin sangat dianjurkan menggosok gigi setiap kali selepas kita makan. Gosok
gigi sebaiknya dilakukan dengan lembut dan menggunakan sikat gigi yang benar
serta sesuai standar yang ditentukan. Jangan terlalu menggosok gigi dengan kasar
sehingga dapat menekan gusi. Tujuan menggosok gigi adalah agar sisa-sisa
makanan yang menempel dapat terangkat dan tidak ada sesuatu yang membusuk
3. Cuci Tangan
karena tangan paling banyak bersentuhan dengan anggota tubuh serta lingkungan
sekitar. Kita menggunakan tangan untuk menyentuh anggota tubuh yang lain,
seperti mata, wajah, mulut, hidung, tanpa sadar sebelumnya kita memegang
sesuatu yang kotor dan mengandung kuman penyakit. Lalu menyentuh makanan
tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan penularan
bakteri dan virus yang mengakibatkan terjadinya suatu penyakit. Maka dari itu
penting sekali menjaga kebersihan tangan agar terhindar dari berbagai penyakit
(Irianto, 2007).
Handwashing with Soap, langkah-langkah yang tepat dalam mencuci tangan pakai
c. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
4. Membersihkan Pakaian
Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat bersih walaupun
sebenarnya seluruh tubuh sudah bersih. Perlu mengganti pakaian secara teratur
karena pakaian menyerap keringat dan kotoran yang dapat meyebabkan bau tidak
sedap dan timbulnya berbagai penyakit. Sebaiknya ketika hendak tidur pakailah
pakaian khusus tidur dan tidak menggunakan pakaian yang digunakan sehari-hari
untuk tidur. Selimut, sprei, dan sarung bantal sebaiknya dibersihkan dan diganti
secara rutin. Kasur dan bantal dijemur secara rutin pula (Irianto, 2007).
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Tarwoto, dkk
2010) meliputi:
1. Dampak fisik
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
2. Dampak psikososial
1. Fisik
2. Psikologis
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di
Kuku adalah bagian dari tubuh yang berfungsi melindungi ujung jari yang
lembut dan penuh urat saraf serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku
sama dengan rambut yang terbentuk dari keratin dan protein yang kaya akan
sulfur. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras dan kemudian terbentuk
saat mulai tumbuh keluar dari ujung kuku. Pada kulit di bawah kuku terdapat
banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan
kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari
tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit. Nutrisi yang baik sangat berguna
bagi pertumbuhan kuku. Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-
rata 0,5-1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki (Tarwoto,
dkk 2010).
seseorang. Kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat melekatnya
melalui tangan dengan kuku yang kotor. Kuku jari tangan yang kotor
memungkinkan terselipnya telur cacing dan akan tertelan ketika makan, hal ini
diperparah lagi apabila tidak terbiasa mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
disebut dengan Soil Transmitted Helminth (STH) yaitu infeksi kecacingan yang
ditularkan melalui tanah. Spesies cacing STH yaitu: cacing gelang (Ascaris
askaris. Manusia adalah satu-satunya hospes dari cacing ini. Penyebarannya ada di
seluruh dunia dan lebih sering dijumpai pada anak usia lima sampai sepuluh
bahwa prevalensi parasit ini masih cukup tinggi. Sekitar 60-90% (Sutanto, Inge
dkk 2011).
Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium dewasa
hidup di rongga usus kecil. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-
200.000 butir sehari. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih tiga minggu.
Bentuk infektif tersebut bila tertelan manusia akan menetas di usus halus.
Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembulu darah atau saluran
limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva
di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga
alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea
akan batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esofagus,
lalu menuju usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak
telur tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3
bulan.
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa
dan larva. Gangguan pada larva biasanya terjadi pada saat larva berada di paru-
paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan
timbul pada paru yang disertai batuk dan demam. Gangguan yang disebabkan
usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada
infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat
keadaan mal nutrisi dan penurunan status kognitif pada anak sekolah dasar. Efek
yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi
usus (ileus).
3. Diagnosis
secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain
itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut
4. Epidemiologi
terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat, kelembaban tinggi
dan suhu 25-30ºC merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya
5. Pengobatan
pemoat 10mg/kg berat badan, dosis tunggal mebendazol 500 mg atau albendazol
400mg. Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang dapat dibunakan untuk infeksi.
pada anak sekolah dasar dengan pemberian albendazol 400 mg dua kali
setahun.
Ada dua jenis cacing tambang yang menginfeksi manusia, yaitu Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale. Kedua parasit ini diberi nama “cacing
tambang” karena pada zaman dahulu cacing ini ditemukan di Eropa pada pekerja
penyebaran cacing ini ada di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain
lebih 40%.
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar
melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina Necator americanus tiap hari
kedua jenis cacing ini besar. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur
dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari keluarlah
larva rabditiform. Dalam waktu sekitar tiga hari larva rabditiform tumbuh menjadi
larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di
Pada stadium larva, bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit,
maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru
menyebabkan penyakit dengan gejala mual, muntah, iritasi faring, batuk, sakit
Pada stadium dewasa, gejala tergantung pada spesies dan jumlah cacing
serta keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing Necator americanus
Ancylostoma duodenale 0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi
3. Diagnosis
tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan spesies Necator
4. Epidemiologi
defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di berbagai daerah
tertentu) penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan
larva adalah tanah yang gembur (pasir, humus) dengan suhu optimun untuk
panas, lembab dan sering terjadi bersama-sama dengan infeksi Ascaris. Jumlah
kira 4 cm. Bagian enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari
panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina
terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum
(caecum) dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk
telur setiap hari antara 3.000-10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32
pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian
dalamnya jernih.
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut
menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu
pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah telur yang
berisi larva dan merupakan bentuk yang infektif. Cara infeksi langsung bila secara
kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui telur dan masuk ke
dalam usus halus. Sesudah manjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan
masuk ke daerah kolon, terutama sekum (caecum). Jadi cacing ini tidak
mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai
tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada
mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan
mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu
anemia. Bila infeksinya ringan biasanya asimtomatis (tanpa gejala). Bila jumlah
cacingnya banyak biasanya timbul diarrhea dengan feses yang berlendir, nyeri
3. Diagnosis
4. Epidemiologi
dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, lembab dan teduh dengan suhu optimum
pendidikan tentang sanitasi dan personal hygiene terutama pada anak. Mencuci
tangan pakai sabun sebelum makan dan mencuci sayuran yang dimakan mentah
adalah hal penting apalagi di negara yang memakai tinja sebagai pupuk.
vermicularis), atau biasa disebut juga dengan pinworm atau cacing kremi. Cacing
ini merupakan salah satu Nematoda usus dan merupakan parasit umum bagi
manusia (manusia adalah satu-satunya hospes bagi cacing ini) terutama anak-
penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga lainnya. Anak
Pada tahap dewasa, cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm, dengan
pelebaran kutikulum seperti sayap pada ujung anterior yang disebut alae. Bulbus
oesofagus jelas sekali, dan ekor runcing. Pada cacing betina gravid, uterus
melebar dan penuh. Cacing jantan lebih kecil sekitar 2-5 mm dan juga bersayap,
sisi dan mendatar pada sisi yang lain), dinding telur terdiri atas hialin, tidak
mm.
Cacing betina memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk menjadi matur dan
mulai memproduksi telur. Cacing betina yang gravid mengandung sekitar 11.000-
15.000 butir telur, berimigrasi ke perianal pada malam hari untuk bertelur dengan
sehingga jarang ditemukan di tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6
yang menonjol berupa pruritus ani, disebabkan oleh iritasi di sekitar anus akibat
daerah anus terjadi saat malam hari, karena migrasi cacing betina terjadi di waktu
malam.
Cacing betina gravid sering mengembara dan bersarang di vagina serta tuba
fallopi. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita usia subur, sebab
jarang ditemukan.
3. Diagnosis
Diagnosis pasti dengan ditemukannya telur dan cacing dewasa pada tinja.
4. Epidemiologi
Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak sedikit orang
dewasa terinfeksi cacing tersebut. Meskipun penyakit ini banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah, pasien rumah sakit jiwa, anak panti asuhan, tak jarang
mereka dari golongan ekonomi yang lebih mapan juga terinfeksi. Udara yang
dingin, lembab, dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan telur.
5. Pengobatan
diobati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang berhubungan dengan
perut dan berbagai gejala penyakit perut seperti kembung dan diare. Cacing
yang masuk akan berkurang dan jumlah cacing yang banyak dalam usus akan
penurunan daya tubuh terhadap infeksi, juga berperan sebagai faktor yang lebih
memperburuk daya tahan tubuh terhadap berbagai macam infeksi (Kemenkes RI,
2012)
mental, dan prestasi anak sekolah. Hasil penelitian Bundy dkk, 1992
pertumbuhan dan selera makan pada anak sekolah yang terinfeksi Ascaris
kecerdasan di lingkungan anak sekolah Che Ghani tahun 1994. Penyakit ini
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat
kualitas sumber daya manusia. Infeksi kecacingan merupakan salah satu faktor
produktivitas kerja. Sampai saat ini penyakit kecacingan masih menjadi masalah
Pencegahan cacing usus ini dapat dilakukan dengan memutus rantai daur
hidup dengan cara: menjaga kebersihan, cukup air di kakus, mandi dan cuci
masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan personal hygiene serta
cara menghindari infeksi cacing seperti: tidak membuang tinja di tanah, tidak
membiasakan diri buang air besar di jamban, membiasakan diri membasuh tangan
dengan sabun sehabis buang air besar, membiasakan diri memakai alas kaki bila
keluar rumah, membiasakan diri mencuci semua makanan lalapan mentah dengan
menganjurkan makan obat cacing 6 bulan sekali khususnya bagi masyarakat yang
Personal Hygiene:
Sanitasi Lingkungan:
METODE PENELITIAN
Sibolangit dengan alamat: Jalan Jamin Ginting Km. 45, Desa Sukamakmur,
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak di Panti Asuhan GBKP
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat
47
Universitas Sumatera Utara
48
Data primer pada penelitian ini berasal dari hasil pemeriksaan sampel
kotoran kuku anak panti asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit di Laboratorium
Kesehatan Daerah Sumatera Utara yang terletak di Kota Medan. Untuk aspek
1. Gunting Kuku
2. Pot Plastik 20 ml
3. KOH 1%
4. Tangkai Pengaduk
5. Tabung Sentrifusi
6. Saringan Teh
7. Pipet
8. Objek Gelas
9. Cover Glass
10. Mikroskop
2. Cara Kerja:
3. Tunggu ± 30 menit
potash kaustik.
pencatatan data di panti asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit, seperti: Profil
singkat yayasan, jumlah anak, jenis kelamin, catatan kesehatan dan sebagainya.
mandi, kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan,
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya telur cacing pada kotoran
Keterangan:
1. Sanitasi Lingkungan
Air Bersih (PAB), Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), sarana pembuangan
Setiap pengamatan, jika dijawab ya diberi nilai 1, jika tidak diberi nilai 0.
2. Personal hygiene
mandi, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan kontak dengan tanah dan kebiasaan
3. Pemeriksaan laboratorium
kuku pada saat pelaksanaan penelitian yaitu untuk mengetahui keberadaan telur
hygiene dan keberadaan telur cacing dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya data
HASIL PENELITIAN
Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit terletak di Jln. Jamin Ginting
Sumatera Utara. Berdiri pada 21 Desember 1963. Awalnya berlokasi di Desa Lau
Simomo Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Pada waktu itu, panti asuhan
berdiri dengan tujuan untuk memisahkan anak-anak yang orang tuanya terkena
penyakit kusta agar tidak terjadi penularan. Pada 16 Juni 1967, panti asuhan ini
anak-anak yang sudah yatim, piatu, atau pun yatim piatu dan terlantar untuk
anak terlantar karena yatim piatu, yatim atau piatu”. Panti Asuhan GBKP Gelora
untuk anak perempuan dan tiga asrama untuk anak laki-laki), ruang makan,
Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit adalah sebanyak 42 anak dengan rentang
52
Universitas Sumatera Utara
53
umur dari 7 tahun hingga 17 tahun, 28 anak dengan jenis kelamin laki-laki dan 14
anak perempuan. Diasuh oleh lima orang pengasuh, tiga perempuan dan dua laki-
laki. Selain berkegiatan sekolah pada pagi hingga siang hari, selepas istirahat, sore
yaitu mengurus ternak dan bertani. Ternak yang diurus di antaranya sapi,
kambing, babi, ayam dan itik. Anak-anak juga mengurus lahan pertanian seperti
Seluruh anak, sejak dini sudah dibiasakan untuk hidup mandiri dan
melakukan berbagai hal sendiri tanpa bantuan dari pengasuh, seperti mencuci
Karakteristik Responden n %
Umur (Tahun)
7-8 4 9,5
9-10 6 14,3
11-12 3 7,1
13-14 12 28,6
15-16 10 23,8
17-18 7 16,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 28 66,7
Perempuan 14 33,3
adalah pada rentang umur 13-14 tahun yaitu sebanyak 12 anak (28,6%) dan
paling sedikit berada pada responden dengan rentang umur 11-12 tahun yaitu
hanya 3 anak (7,1%), dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
Ya Tidak
Personal Hygiene
n % n %
Kebiasaan Mandi
Mandi setiap hari 42 100 0 0
Mandi minimal dua kali sehari 42 100 0 0
Mandi pakai sabun 42 100 0 0
Mandi dengan handuk sendiri 20 47,6 22 52,4
Kebiasaan Cuci Tangan
Cuci tangan sebelum makan 42 100 0 0
Cuci tangan pakai sabun sebelum 19 45,2 23 54,8
makan
Cuci tangan setelah BAB 42 100 0 0
Cuci tangan pakai sabun setelah BAB 8 19 34 81
Kebiasaan Kontak dengan Tanah
Menggunakan alas kaki ketika kontak 42 100 0 0
dengan tanah
Cuci tangan setelah kontak dengan 41 97,6 1 2,4
tanah
Cuci tangan pakai sabun setelah 15 35,7 27 64,3
kontak dengan tanah
Tahu cara cuci tangan yang benar 8 19 34 81
Kebiasaan Memotong Kuku
Kebiasaan membersihkan kuku 14 33,3 28 66,7
Kebiasaan memotong kuku 42 100 0 0
Memotong kuku minimal seminggu 42 100 0 0
sekali
Keadaan kuku pendek dan bersih 30 71,4 12 28,6
(Observasi)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa seluruh responden (42 anak)
telah memiliki kebiasaan mandi setiap hari, mandi minimal 2 kali sehari dan
anak (47,6%), sedangkan anak yang mandi menggunakan handuk yang berbagi
sebelum makan, namun hanya 19 responden (45,2%) saja yang mencuci tangan
pakai sabun ketika hendak makan, dan seluruh responden (42 anak) juga sudah
memiliki kebiasaan cuci tangan setelah Buang Air Besar (BAB), namun hanya 8
melakukan kontak dengan tanah dan 41 responden (97,6%) sudah melakukan cuci
tangan setelah kontak dengan tanah, namun hanya 15 responden (35,7%) yang
mencuci tangan pakai sabun setelah kontak dengan tanah. Dari seluruh responden
(42 anak) juga diketahui bahwa hanya 8 responden (19%) saja yang tahu cara
(42 anak) sudah memiliki kebiasaan memotong kuku dan setidaknya memotong
kuku minimal sekali dalam seminggu, dan dari seluruh responden (42 anak)
didapati bahwa 30 anak keadaan kukunya pendek dan bersih, selebihnya (12 anak)
memiliki kuku yang cukup panjang yang sudah memungkinkan kotoran cacing
terselip di baliknya.
maka hasil dapat dikategorikan menjadi dua: baik dan buruk. Selnjutnya dapat
Personal Hygiene n %
Kebiasaan Mandi
Baik 42 100
Buruk 0 0
Kebiasaan Cuci Tangan
Baik 19 45,2
Buruk 23 54,8
Kebiasaan Kontak dengan Tanah
Baik 20 47,6
Buruk 22 52,4
Kebiasaan Memotong Kuku
Baik 37 88,1
Buruk 5 11,9
Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit sudah memiliki kebiasaan mandi
yang terkategori baik. Untuk kebiasaan cuci tangan, 19 responden (45%) di Panti
Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit masuk dalam kategori baik dan 23
responden (54,8%) masuk dalam kategori buruk. Hampir setengah dari seluruh
responden di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit, yaitu 20 anak (47,6%)
memiliki kebiasaan kontak dengan tanah yang terkategori baik, dan 22 anak
lainnya (52,4%) memiliki kebiasaan kontak dengan tanah yang terkategori buruk.
Sibolangit sudah terkategori baik, yaitu ada 37 anak (88,1%), dan selebihnya 5
penyediaan air bersih di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit, sudah
tersedia air bersih dan sesuai dengan kebutuhan, air tidak berasa, tidak berwarna
dan tidak berbau. Sumber air adalah dari PDAM dan mata air dari gunung.
pembuangan air limbah (SPAL), namun saluran masih dalam keadaan terbuka.
Saluran pembuangan air limbah sudah dibeton (kedap air) dan alirannya lancar ke
Kasih Sibolangit sudah menggunakan jamban leher angsa dan sudah tersedia air
yang cukup untuk keperluan sanitasi. Jamban juga merupakan jamban dengan
tangki septik, namun permukaan lantai dan jamban sedang dalam keadaan tidak
Sibolangit sudah tersedia dan sampah tidak lagi terlihat berserakan di ruangan.
Namun jenis tempat sampah bukan termasuk yang kedap air dan tahan karat.
Tempat sampah juga tidak memiliki tutup dan dalam sehari sampah tidak diangkut
Berdasarkan tabel 4.4 sanitasi lingkungan panti asuhan, maka penilaian dapat
dikategorikan menjadi dua: baik dan buruk, selanjutnya dapat dilihat pada tabel
4.5.
Tabel 4.5 Kategori Sanitasi Lingkungan di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih
Sibolangit Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa Penyediaan Air Bersih (PAB) di
Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit termasuk kategori baik yaitu
memenuhi empat dari lima penilaian yang dilakukan (80%). Saluran Pembuangan
Air Limbah (SPAL) di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit termasuk
kategori buruk, karena hanya memenuhi tiga dari lima penilaian yang dilakukan
Kasih Sibolangit termasuk kategori baik, yaitu memenuhi empat dari lima
penilaian yang dilakukan (80%) dan untuk sarana pembuangan sampah di Panti
Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit termasuk kategori buruk, karena hanya
responden tidak ada yang terkontaminasi telur cacing jenis apa pun.
PEMBAHASAN
7-17 tahun. Kelompok umur 13-14 tahun merupakan kelompok umur yang paling
banyak pada penelitian ini, yaitu sebanyak 12 responden (28,6%) dan kelompok
umur 11-12 tahun adalah kelompok umur terendah yaitu hanya 3 responden
(7,1%). Diketahui juga bahwa jenis kelamin responden didominasi oleh responden
anak (33,3%).
pada anak usia sekolah dasar sangat penting, mengingat pada usia ini infeksi
cacing usus yang ditularkan melalui tanah sangat tinggi. Hal ini terlihat dari
beberapa hasil penelitian bahwa responden dengan personal hygiene yang buruk
mengalami infeksi lebih banyak dari pada anak yang memiliki personal hygiene
sering dipengaruhi oleh perilaku anak yang tidak baik seperti tidak mencuci
tangan setelah buang air besar, Setiap kali mandi tidak menggunakan sabun, tidak
mencuci kaki dan tangan dengan sabun setelah bermain di tanah, tidak
menggunakan alas kaki ketika bermain dan keluar dari rumah, kebersihan kuku
61
Universitas Sumatera Utara
62
tidak dijaga dengan baik, kondisi air yang tidak baik dan sering mengonsumsi air
yang belum matang. Personal hygiene yang baik merupakan syarat penting dalam
anak) sudah memiliki kebiasaan mandi yang baik. Sudah 100% responden mandi
setiap hari dan mandi setidaknya 2 kali dalam sehari. Seluruh responden juga
sudah mandi dengan sabun mandi dan air yang cukup. Ini menunjukkan bahwa
upaya personal hygiene responden untuk menjaga kebersihan tubuh dengan tujuan
untuk meminimalisir penularan penyakit sudah baik dan sesuai dengan pedoman
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Depkes RI dalam Mariance
(2004) bahwa semakin sering seseorang mandi maka semakin banyak pula
tubuh.
Namun dari 42 responden, tercatat ada 22 anak (52,4%) yang mandi dengan
menggunakan handuk yang bergantian dengan teman. Mereka tidak mandi dengan
menggunakan handuk sendiri, namun berbagi dengan teman yang tak jarang
digunakan saat handuk dalam keadaan basah atau lembab. Ini merupakan pemicu
penularan berbagai jenis penyakit dari satu anak ke anak lainnya. Akan lebih baik
juga setiap anak menggunakan handuknya sendiri yang ketika dipakai sedang
2004, cuci tangan pakai sabun harus dilakukan jika: hendak makan, setelah buang
tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, namun hanya sebagian anak
yang cuci tangan pakai sabun ketika hendak makan maupun setelah buang air
ada di kuku yang tidak jatuh ketika mencuci tangan hanya menggunakan air saja
(tanpa sabun).
Tangan adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam
tubuh. Kebiasaan mencuci tangan dengan air dan sabun sangat berperan penting
tangan harus dengan air bersih, karena apabila menggunakan air yang tidak bersih,
kuman dan bakteri penyebab penyakit akan menempel di tangan dan dengan
mudah berpindah ke dalam tubuh ketika makan. Mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel
pada permukaan kulit, jari-jari dan kuku pada kedua tangan (Proverawati dan
Rahmawati, 2012).
penyakit adalah tangan karena tangan paling banyak bersentuhan dengan anggota
anggota tubuh yang lain, seperti mata, wajah, mulut, hidung tanpa sadar
sebelumnya kita memegang sesuatu yang kotor dan mengandung kuman penyakit.
Lalu menyentuh makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Hal ini dapat
penyakit. Maka dari itu penting sekali menjaga kebersihan tangan agar terhindar
Dalam hal pentingnya mencuci tangan pakai sabun ini didukung oleh
penelitian Sajida (2012) yang mengutip dari National Compaign for Handwashing
with Soap, yaitu langkah-langkah yang tepat dalam mencuci tangan pakai sabun
adalah membasuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan
tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari, lalu bilas
kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir dan terakhir keringkan
menggunakan alas kaki ketika hendak kontak dengan tanah dan mencuci tangan
ketika telah selesai kontak dengan tanah, dan hanya ada 1 responden yang tidak
mencuci tangan ketika telah selesai kontak dengan tanah, namun rata-rata
responden hanya mencuci tangan dengan air saja, tanpa menggunakan sabun.
Diketahui bahwa hanya 15 responden (35,7%) yang melakukan cuci tangan pakai
sabun setelah melakukan kontak dengan tanah dan juga hanya 8 responden (19%)
yang tahu cara mencuci tangan yang benar. Dengan beberapa aktivitas yang
dilakukan, seperti mengurus ternak babi, sapi, kambing, itik dan hewan lainnya
serta tanggung jawab mengurus kebun jagung dan umbi-umbian sudah seharusnya
seluruh anak mengetahui cara mencuci tangan yang benar dan melakukan cuci
menghindari penularan telur cacing melalui kotoran yang lengket pada kuku anak.
kecacingan, apabila kontak dengan tanah dan tidak mencuci tangan maka telur
perkembangbiakan yang baik untuk telur cacing. Tanah yang telah terkontaminasi
telur cacing akan mudah masuk ke tubuh manusia jika terjadi kontak langsung
dengan tanah. Halaman rumah merupakan media bermain anak-anak. Pada saat
musim hujan tanah akan menjadi lembab dan becek yang bila menjadi tempat
Rahmawati, 2012).
Cacing dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui poro-pori kaki manusia.
Anak yang tidak memakai alas kaki ketika bersentuhan dengan tanah dan
bersentuhan dengan larva cacing, maka larva tersebut akan menembus kulit
melalui pori-pori dan masuk ke tubuh manusia melalui pembuluh darah dan
berkembang biak ditempat yang diinginkannya seperti usus, paru-paru dan hati
(Utama, 2009).
perilaku kontak dengan tanah, satu hal lain yang tak kalah penting dari terjadinya
kuku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudah semua responden (42 anak)
memiliki kebiasaan memotong kuku dan sudah memotong kuku minimal sekali
dalam seminggu, namun didapati bahwa hanya 14 responden (33,3%) saja yang
mencuci tangan pakai sabun, membersihkan kuku merupakan salah sau cara yang
ditemukan bahwa kuku dari 30 responden (71,4%) sedang dalam keadaan pendek
dan bersih, dan hanya 12 responden (28,6%) saja yang keadaan kukunya panjang
dan kotor.
Memotong kuku dengan rutin adalah kebiasaan baik yang harus dilakukan
dengan teratur untuk meminimalisir penularan telur cacing melalui kotoran kuku.
seminggu maka kuku tangan akan panjang dan memungkinkan untuk terselipnya
berbagai mikroorganisme atau pun telur cacing yang akan tertelan ketika makan
dan tidak terawat dapat menjadi tempat melekatnya telur cacing. Tangan dan kuku
yang kotor menjadi media untuk masuknya telur cacing ke dalam tubuh manusia
2012).
kebersihan perorangan. Ketika kuku siswa dalam keadaan kotor akan mudah
gangguan kesehatan pada siswa. Adapun gangguan kesehatan yang paling sering
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
faktor fisik, kimia, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang
bersumber dari PDAM dan air tanah. Keduanya digunakan karena air dari PDAM
Dari pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa Panti Asuhan GBKP Gelora
tersebut adalah tersedia air bersih dan sesuai dengan kebutuhan, air tidak berasa,
tidak berwarna dan tidak berbau, sumber air tanah/PDAM, dan penampungan
air/bak sudah dibersihkan sekali seminggu. Namun karena sesekali air yang
digunakan adalah air yang berasal dari mata air pegunungan yang dialirkan
karena air dari mata air mengandung banyak bahan kontaminan yang akan
mengendap setelah pemakaian lebih dari 3 hari. Satu pengamatan lain yang belum
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit. Melalui penyediaan air bersih yang baik baik dari segi
(Notoadmojo, 2007).
Menurut WHO (2001), air merupakan hal yang paling esensial bagi
kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi
kesehatan seperti kecacingan. Air yang mengandung telur cacing yang apabila
digunakan untuk mencuci tangan akan dapat berpindah ke tangan dan akan masuk
2012).
kotoran setelah buang air besar akan dapat tertelan atau pun masuk melalui pori-
Kasih Sibolangit masuk dalam kategori buruk, karena hanya memenuhi 3 dari 5
pembuangan air limbah, saluran pembuangan kedap air, dan saluran pembuangan
air limbah lancar, sedangkan 2 pengamatan lain yang tidak memenuhi penilaian
adalah saluran pembuangan tertutup dan air limbah dialirkan ke tangki septik.
Sibolangit merupakan saluran terbuka dan dialirkan langsung ke badan air berupa
parit kecil yang terhubung langsung ke sebuah sungai, di mana keadaan seperti ini
dapat menularkan beragam penyakit dan air limbah dapat mencemari sumber air
bersih.
kesehatan masyarakat. Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan
ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama
2000).
kotoran (jamban), jamban merupakan jamban leher angsa, tersedia cukup air
untuk sanitasi dan jamban merupakan jamban dengan tangki septik. Satu penilaian
lain yang tidak memenuhi penilaian adalah permukaan lantai dan jamban bersih
(tidak licin). Jamban yang digunakan di setiap ruangan juga sudah sesuai standar
yang berlaku yaitu menggunakan jamban leher angsa, namun masih belum
penyakit.
mengandung telur cacing dapat menjadi sumber infeksi dengan berbagai media
perantara air, tangan, lalat, tanah, makanan dan minuman. Tanah yang sudah
penyakit. Anak-anak yang sering berinteraksi dengan tanah sangat rentan terhadap
(Slamet, 2000).
mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter), tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh
serangga dan tikus, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan cukup,
tersedia air dan alat pembersih, dan aman digunakan serta mudah dibersihkan.
sampah dan sampah tidak berserakan di ruangan. Tiga pengamatan yang tidak
memenuhi penilaian adalah tempat sampah kedap air dan tahan karat, tempat
sampah tertutup dan sampah diangkut ke TPS >2 kali per hari.
Gelora Kasih Sibolangit merupakan tempat sampah yang terbuat dari bahan
plastik dan tidak bertutup. Sampah-sampah yang terkumpul juga tidak dibuang ke
TPS >2 kali per hari dan ini memungkinkan untuk memberi peluang
sampah.
satunya yaitu penyakit cacingan. Sampah yang berserakan dan berbau sering
dihinggapi serangga. Lalat merupakan salah satu serangga yang menyebabkan dan
menularkan penyakit. Lalat yang selalu bersarang di sampah kotor membawa telur
cacing yang sebelumnya hinggap di tanah. Transmisi telur cacing dimulai dari
telur cacing yang dibawa oleh lalat, kemudian lalat tersebut hinggap di makanan,
dan makanan tersebut yang akan masuk ke dalam tubuh manusia. Sangat rawan
terkena cacingan untuk anak sekolah dan balita, karena mereka yang selalu jajan
terhadap kesehatan salah satunya adalah efek tidak langsung berupa penyakit
bawaan vektor yang berkembang biak dalam sampah. Sampah bila dibuang
sembarangan dapat menjadi sarang lalat yang merupakan salah saru vektor dari
cacing.
Hasil pemeriksaan kotoran kuku anak Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih
didapati adanya kontaminasi telur cacing jenis apa pun pada kotoran kuku anak.
Keberadaan telur cacing pada kotoran kuku dipengaruhi oleh beberapa hal,
lainnya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan, dari seluruh responden (42
baik karena sudah memotong kuku secara rutin minimal seminggu sekali dan
telur cacing pada kotoran kuku karena dengan memotong kuku secara rutin
minimal seminggu sekali, maka panjang kuku tidak akan lebih dari 2mm dan telur
pembuangan kotoran (jamban), lokasi penelitian yaitu Panti Asuhan GBKP Gelora
Kasih Sibolangit sudah memiliki jamban yang terkategori baik karena sudah
memenuhi empat dari lima penilaian yang dilakukan, hal ini adalah penting dalam
kecacingan.
6.1 Kesimpulan
2. Kebiasaan cuci tangan pada responden di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih
(47,6%)
5. Penyediaan Air Bersih (PAB) di Panti Asuhan GBKP Gelora Kasih Sibolangit
6. Tidak ditemukan telur cacing pada kotoran kuku seluruh responden (100%) di
6.2 Saran
secara rutin tentang kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan,
74
Universitas Sumatera Utara
75
setelah Buang Air Besar (BAB) dan setelah kontak dengan tanah, kebiasaan
yang kedap air dan membuang sampah ke TPS lebih dari dua kali per hari
Ananto, Purnomo. 2006. UKS Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Bandung: Yrama Widya
Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Soil Transmitted Helminths.
https://www.cdc.gov/parasites/sth/. Diakses pada tanggal 2 Maret 2017
76
Universitas Sumatera Utara
Irianto, Koes. 2007. Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya
Mubarak, W.I., dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktek Edisi ke 4. Vol 1. Jakarta: EGC
Proverawati, Atikah., Rahmawati, Eni. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika
Sutanto, Inge dkk. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi ke Empat.
Jakarta: FKUI Press
77
Universitas Sumatera Utara
Tarwoto, dkk. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan Edisi
ke 4. Jakarta: Salemba Medika
78
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
PENGAMATAN
No Personal Hygiene
YA TIDAK
1 Kebiasaan Mandi
a. Apakah adik mandi setiap hari?
79
Universitas Sumatera Utara
c. Setelah buang air besar apakah adik mencuci
tangan?
d. Setelah buang air besar apakah adik mencuci
tangan pakai sabun?
3 Kebiasaan Kontak dengan Tanah
a. Apakah adik menggunakan alas kaki (sandal,
sepatu) setiap melakukan aktivitas/kontak
dengan tanah?
b. Apakah adik mencuci tangan setelah melakukan
aktivitas/kontak dengan tanah?
c. Apakah adik mencuci tangan pakai sabun
setelah melakukan aktivitas/kontak dengan
tanah?
d. Apakah adik tahu cara mencuci tangan yang
benar?
4 Kebiasaan Memotong Kuku
a. Apakah adik memiliki kebiasaan membersihkan
kuku?
b. Apakah adik memiliki kebiasaan memotong
kuku?
c. Apakah adik memotong kuku minimal
seminggu sekali?
d. Apakah kuku sedang dalam keadaan pendek dan
bersih? (observasi)
80
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR CHECK LIST OBSERVASI
PENGAMATAN
No SANITASI
YA TIDAK
81
Universitas Sumatera Utara
B. Jamban merupakan jamban leher angsa
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Master Data
NO. Aa Ab Ac Ad Ae Af Ag Ah Ai Aj Ak Al Am An Ao Ap Aq Ar As At Au Av Aw
1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2
3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2
4 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2
5 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2
6 3 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2
7 4 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2
8 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
9 4 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2
10 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2
11 4 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
12 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2
13 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
14 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2
15 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2
16 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2
17 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2
18 5 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2
19 5 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2
20 4 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2
21 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
22 5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2
23 4 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
24 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
25 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2
26 6 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
27 5 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2
28 5 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2
29 4 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2
30 4 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
31 5 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2
83
Universitas Sumatera Utara
32 5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2
33 5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
34 6 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2
35 5 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2
36 6 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2
37 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2
38 6 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2
39 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
40 6 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2
41 6 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
42 6 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Output Uji Validitas
A. Uji Univariat
1. Umur Responden
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 7-8 4 9,5 9,5 9,5
9-10 6 14,3 14,3 23,8
11-12 3 7,1 7,1 31,0
13-14 12 28,6 28,6 59,5
15-16 10 23,8 23,8 83,3
17-18 7 16,7 16,7 100,0
Total 42 100,0 100,0
3. Kebiasaan Mandi
85
Universitas Sumatera Utara
Mandi Pakai Sabun
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 42 100,0 100,0 100,0
86
Universitas Sumatera Utara
Cuci Tangan Pakai Sabun Setelah BAB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 8 19,0 19,0 19,0
tidak 34 81,0 81,0 100,0
Total 42 100,0 100,0
87
Universitas Sumatera Utara
Tahu Cara Cuci Tangan Yang Benar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 8 19,0 19,0 19,0
tidak 34 81,0 81,0 100,0
Total 42 100,0 100,0
88
Universitas Sumatera Utara
7. Kategori Personal Hygiene
89
Universitas Sumatera Utara
9. Sanitasi lingkungan
PENGAMATAN
No SANITASI LINGKUNGAN
YA TIDAK
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Dokumentasi
91
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Pengasuh Anak Panti Asuhan
92
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Asrama Panti Asuhan
93
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Pengambilan sampel kotoran kuku
94
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Sarana Penyediaan Air Bersih
95
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)
96
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Pemberian Reagen pada Sampel
97
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
98
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Hasil Laboratorium
99
Universitas Sumatera Utara
100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian
101
Universitas Sumatera Utara