Anda di halaman 1dari 151

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

TENTANG AIR PUTIH DENGAN PERILAKU


MENGKONSUMSI AIR PUTIH PADA
REMAJA DI SMP WIYATA
BAKTI CIMAHI

SKRIPSI

OLEH :
FURI SUSANTI
NPM: 213115059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
TENTANG AIR PUTIH DENGAN PERILAKU
MENGKONSUMSI AIR PUTIH PADA
REMAJA DI SMP WIYATA
BAKTI CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan (S-1)

OLEH :
FURI SUSANTI
NPM: 213115059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019
PENGESAHAN

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi

Air Putih Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi” ini, sepenuhnya karya

iv
saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya

orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-

cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya perlanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, dari pihak lain terhadap keaslian karya saya

ini.

Cimahi, Juli 2019

Yang membuat pernyataan

(Furi Susanti)

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Sujud syukur kusembahkan kepadaMu ya Rabb, Tuhan Yang Maha Agung


dan Maha Tinggi. Atas takdirMu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu,
beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk
masa depanku, dalam meraih cita-cita.

MOTTO

“All our dreams can come true if we have the courage to pursue them”. (Walt
Disney)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
(QS. Al-Insyirah/94; Ayat : 5- 6)

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, Karena kepadaNyalah
kami menyembah dan kepadaNyalah kami mohon pertolongan.

Sekaligus sebagai ungkapan terimakasihku kepada :

Ayahanda (Ucu Sutisna) dan Ibunda (Tiktik Kurniasih) yang selalu


memberikan motivasi dalam hidupku, yang tidak pernah mengenal lelah
mendoa’kan dan memberikan yang terbaik dalam hidupku. Permintaan maaf dan
cinta terhampar untuk mereka berdua. Adikku (Puspitasari) yang selalu
memberikan inspirasi dalam hidupku, kekasihku (Haerul Nurziwan) yang setia
mendampingiku, memberikan semangat tiada henti hingga skripsi ini dapat
terselesaikan, terimakasih atas semuanya.

Pada akhirnya, untuk mereka yang menyokong diam-diam, menyisipkan


ramuan semangat, memanjatkan tangan untuk berdo’a, mendorong tanpa ragu dari
belakang dan mendengarkan keluh kesah, semoga Allah SWT melimpahkan
kesehatan dan kebaikan hidup kepada kita. Saya bukan apa-apa, selain hamba yang
beruntung.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019

FURI SUSANTI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG AIR PUTIH
DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI AIR PUTIH PADA REMAJA DI SMP
WIYATA BAKTI CIMAHI

vi
xiii + 99 halaman+ 11 tabel + 19 lampiran

ABSTRAK

Air minum khususnya air putih sangat penting untuk kesehatan tubuh. Air
putih kini bukan minuman prioritas utama bagi remaja, kebiasaan sulit untuk
membiasakan minum air putih di kalangan remaja karena banyaknya stimulan
dari luar seperti adanya kemasan minuman berasa yang menyebabkan remaja
lebih tertarik mengkonsumsi minuman selain air putih. Masyarakat Indonesia
masih tinggi dalam mengkonsumsi minuman berasa. Sebanyak 24% anak-anak,
41% remaja, dan 33% dewasa mengkonsumsi satu porsi (250 ml) atau lebih
minuman berasa per hari. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
mengkonsumsi air putih, diantaranya faktor lingkungan, gaya hidup,
pengetahuan dan sikap.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap tentang air putih dengan perilaku mengkonsumsi air
putih. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 309
orang dengan jumlah sampel 174 orang. Sampel yang diambil menggunakan
teknik random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji statistik
yang digunakan adalah Chi Square.
Hasil penelitian univariat diketahui responden memiliki pengetahuan
kurang tentang air putih (88,5%), memiliki sikap negatif dalam mengkonsumsi air
putih (51%) dan berperilaku kurang baik mengkonsumsi air putih (89,1%).
Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan
tentang air putih dengan perilaku mengkonsumsi air putih (p=0,001) dan ada
hubungan sikap dengan perilaku mengkonsumsi air putih (p=0,002).
Saran yang diharapkan agar remaja selalu memperhatikan perilaku
mengkonsumsi air putih khususnya dalam hal memilih minuman yang baik dan
mempunyai manfaat bagi tubuh.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Kepustakaan : 48, 2006-2017

NURSING SCIENCE STUDIES PROGRAM (S1)


SCHOOL OF HEALTH SCIENCE OF JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019

FURI SUSANTI
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT PLAIN
WATER WITH BEHAVIOR CONSUMPTION OF PLAIN WATER OF
TEENAGES AT SMP WIYATA BAKTI CIMAHI
xiii + 99 pages + 11 tables + 19 appendices

vii
ABSTRACT

Drinking water, especially water, is very important for health. Water is


now not the top priority drink for teenagers, it is difficult to get used to drinking
water among teenagers because of the many stimulants from outside such as the
presence of flavored drinks which causes teenagers to be more interested in
consuming drinks other than water. Indonesian people are still high in consuming
flavored drinks. As many as 24% of children, 41% of adolescents, and 33% of
adults consume one portion (250 ml) or more flavored drinks per day. Many
factors influence the behavior of consuming water, including environmental
factors, lifestyle, knowledge and attitude.
The purpose of this study was to analyze the relationship between the
level of knowledge and attitudes about water and the behavior of consuming
water. The design used in this study is descriptive analytic with the Cross
Sectional approach. The population in this study were 309 people with a sample
of 174 people. Samples taken using random sampling techniques. The
measuring instrument used is a questionnaire. The statistical test used is Chi
Square.
The results of the univariate study revealed that respondents had less
knowledge about water (88.5%), had negative attitudes in consuming water
(51%) and behaved poorly in consuming water (89.1%). Based on the results of
the Chi Square test, it was found that there was a relationship between
knowledge about water and water consumption behavior (p = 0.001) and there
was a relationship between attitude and consuming water (p = 0.002).
Suggestions are expected so that teens always pay attention to
consuming water, especially in terms of choosing a good drink and has benefits
for the body.

Keywords: Knowledge, Attitude and Behavior


Literature: 48, 2006-2017

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG AIR

viii
PUTIH DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI AIR PUTIH PADA REMAJA DI

SMP WIYATA BAKTI”.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak yang sangat membantu dalam memberikan support dan saran. Oleh sebab

itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Gunawan Irianto,dr,M.Kes (MARS) selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

2. Achmad Setya Roswandi, S.Kp.,M.PH selaku ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Jenderal Achmad Yani Cimahi kuliah skripsi

3. Lilis Rohayani, S.Kep., Ners. M.Kep, selaku koordinator mata kuliah

skripsi

4. Oyoh, S.kep., Ners., M.kep selaku pembimbing I yang selalu

meluangkan waktu, arahan, pikiran, masukan dan semangat yang

sangat berharga dan berarti bagi penulis.

5. Setiawati, S.Kp.,M.kep selaku pembimbing II yang selalu meluangkan

waktu, arahan, pikiran, masukan dan semangat yang sangat berharga

dan berarti bagi penulis.

6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) yang

telah berusaha mendidik mahasiswa/mahasiswinya termasuk penulis

ix
iv

agar menjadi seseorang yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri,

keluarga dan orang lain dimasa depan.

7. Kedua orang tua dan keluarga besar Al- BASRI yang telah banyak

memberikan do’a, kasih sayang, nasehat, semangat dan dukungan

baik moral maupun materi hingga tugas ini dapat terselesaikan.

8. Serda Haerul Nurziwan dan keluarga yang senantiasa memberikan

doa, dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi

ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, banyak masalah

yang dihadapi. Akan tetapi berkat do’a, motivasi, dan semangat sehingga bisa

teratasi. Penulis mohon maaf atas segala kekurangan apabila dalam penulisan

skripsi ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk meenambah wawasan

dalam pengetahuan

Cimahi, Juli 2019

Penulis
vi

DAFTAR ISI
Halaman

PENGESAHAN....................................................................................................iii

PERNYATAAN.....................................................................................................iv

LEMBAR PERSEMBAHAN...................................................................................v

ABSTRAK............................................................................................................ vi

ABSTRACT.........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...........................................................................................viii

DAFTAR ISI......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL.................................................................................................viii

DAFTAR BAGAN.................................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................11

C. Tujuan Penelitian...........................................................................................11

1. Tujuan Umum.......................................................................................11

2. Tujuan Khusus......................................................................................11

D. Manfaat Penelitian.........................................................................................12

1. Manfaat teoritis.....................................................................................12

2. Manfaat Praktis.....................................................................................12

BAB II................................................................................................................. 13

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................13

A. Konsep Pengetahuan.....................................................................................13

1. Pengertian............................................................................................13

2. Pengetahuan Tentang Air Putih............................................................14


vii

3. Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan..................................................14

4. Tingkat Pengetahuan............................................................................15

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan............................................16

6. Cara Mengukur Pengetahuan...............................................................17

B. Konsep Sikap.................................................................................................18

1. Pengertian Sikap..................................................................................18

2. Sikap Tentang Mengkonsumsi Air Putih...............................................18

3. Komponen-Komponen Sikap................................................................19

4. Tingkatan Sikap....................................................................................19

5. Fungsi Sikap.........................................................................................20

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap............................................21

7. Teknik Pengukuran Sikap.....................................................................22

C. Konsep Perilaku.............................................................................................24

1. Pengertian Perilaku..............................................................................24

2. Perilaku Mengkonsumsi Air Putih.........................................................25

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mengkonsumsi Air Putih.............25

4. Aspek-aspek Perilaku...........................................................................25

5. Bentuk Perilaku....................................................................................27

6. Pembentukan Perilaku..........................................................................28

7. Konsep Air Minum..........................................................................................31

1. Pengertian Air Minum...........................................................................31

2. Jenis-jenis Air Minum............................................................................32

3. Pengolahan Air Minum.........................................................................34

4. Fungsi dan Kebutuhan Air....................................................................35

5. Kandungan dan Manfaat Air Putih........................................................38

6. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Air Pada Remaja........................39


viii

8. Konsep Remaja..............................................................................................41

1. Pengertian Remaja...............................................................................41

2. Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur..............................................42

3. Perkembangan Remaja dan Tugasnya................................................43

BAB III................................................................................................................ 46

METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................46

A. Metodologi Penelitian.....................................................................................46

1. Paradigma Penelitian............................................................................46

2. Rancangan Penelitian...........................................................................48

3. Hipotesis Penelitian..............................................................................48

4. Variabel Penelitian................................................................................49

5. Definisi Operasional.............................................................................49

B. Populasi dan Sampel.....................................................................................52

1. Populasi................................................................................................52

2. Sampel.................................................................................................52

C. Pengumpulan Data........................................................................................55

1. Teknik pengumpulan Data....................................................................55

2. Instrumen penelitian.............................................................................57

3. Uji Instrumen Penelitian........................................................................60

9. Prosedur Penelitian........................................................................................62

10. Pengelolaan dan Analisis Data.............................................................65

1. Pengelolahan Data...............................................................................65

2. Analisa Data.........................................................................................68

11. Etika Penelitian.....................................................................................71

12. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................74

BAB IV................................................................................................................ 75
ix

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................................75

A. Hasil Penelitian..............................................................................................75

1. Analisis Univariat............................................................................................75

a. Gambaran Pengetahuan Tentang Air Putih Pada Remaja di SMP


Wiyata Bakti Cimahi.....................................................................................75

b. Gambaran Sikap Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja di SMP Wiyata


Bakti Cimahi................................................................................................76

2. Analisis Bivariat..............................................................................................77

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Air Putih dengan Perilaku


Mengkonsumsi Air Putih pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi...........77

b. Hubungan Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air


Putih pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi.........................................88

BAB V................................................................................................................. 91

SIMPULAN DAN SARAN....................................................................................91

A. Simpulan........................................................................................................91

B. Saran ............................................................................................................ 92

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................94

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Volume Air Menurut Sumber Air Dalam Tubuh.......................33

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Air (AKG) 2013 pada Remaja............39

Tabel 2.5 Definisi Operasional................................................................52

Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Stratified Random Sampling Kelas VII

dan VIII di SMP WIYATA BAKTI CIMAHI tahun 2019.............56

Tabel 2.7 Scoring Variabel Sikap............................................................69

Tabel 2.8 Scoring Variabel Perilaku........................................................70

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Air Putih

Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi............................77

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Mengkonsumsi Air Putih

Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi............................78

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi............................79

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Tentang Air

Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Pada

Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi......................................79

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Mengkonsumsi Air

Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Pada

Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi......................................80

viii
DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori......................................................................47

Bagan 2.2 Kerangka Konsep..................................................................50

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Informed Consent

Lampiran 2 Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 4 Kuesioner Variabel Pengetahuan

Lampiran 5 Kuesioner Skala Likert Variabel Sikap

Lampiran 6 Kuesioner Variabel Perilaku Mengkonsumi Air Putih

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data

Lampiran 8 Surat Pemberian Izin Pengambilan Data SMP Wiyata


Bakti Cimahi

Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Uji Validitas

Lampiran 10 Surat Pemberian Izin Pengambilan Data SMP Pasundan I


Cimahi

Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 12 Surat Pemberian Izin Penelitian SMP Wiyata Bakti Cimahi

Lampiran 13 Surat Permohonan Persetujuan Kode Etik

Lampiran 14 Surat Persetujuan Etik

Lampiran 15 Lembar Monitoring Konsultasi Bimbingan

Lampiran 16 Surat Pusat Studi Statistik

Lampiran 17 Hasil Uji Statistik Univariat dan Bivariat

Lampiran 18 Dokumentasi

Lampiran 19 Riwayat Hidup

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia sebagian besar terdiri atas air; rata-rata 60% berat

tubuh manusia terdiri dari air. Kandungan air tersebar di seluruh tubuh,

antara lain dibagian plasma, jaringan lunak dan organ internal. Menurut

beberapa ilmuwan, 95% otak manusia tersusun atas air, 82% darah

tersusun atas air, sebanyak 75% air terdapat pada jantung, 86% air

terdapat pada paru dan 83% air terdapat pada ginjal (Hardinsyah, dkk

2017).

Otak sangat membutuhkan air, agar bisa terus bekerja dengan

baik otak mestinya harus selalu dalam kondisi basah. Jika tidak, kinerja

otak hanya akan menurun tetapi juga bisa membuat seseorang mudah

mengantuk. Hal lain juga kerap terjadi ketika otak kekurangan air adalah

kemampuan berpikir yang menurun. Hal ini tentu saja akan memengaruhi

kemampuan seseorang untuk menganalisa dan memecahkan suatu

masalah (Tilong,2015).

Kekurangan air pada otak yang disebabkan kurang minum dapat

membuat sel abu-abu pada otak mengerut. Kondisi ini yang pada

akhirnya juga berperan penting dalam membuat otak sulit bekerja dengan

optimal. Selain itu, kekurangan air pada otak juga dapat membuat sel-sel

otak menjadi tidak aktif. Hal ini terjadi karena otak akan mengalami

dehidrasi dan menyebabkan cairan otak menurun serta asupan oksigen

yang seharusnya mengalir ke otak menjadi berkurang. Saat otak

1
2

kekurangan cairan, manusia akan mengalami dehidrasi ringan dan otak

akan kekurangan oksigen. Kondisi ini yang pada akhirnya akan

menyebabkan sel-sel otak menjadi kurang aktif dan tidak berkembang

atau bahkan menciut. Akibatnya otak mengalami kemunduran dan tidak

bisa menjalankan fungsinya lagi sebagaimana mestinya, hal ini yang

menyebabkan seseorang gampang pelupa, sulit konsentrasi dan lambat

dalam berpikir.

Manusia lebih mampu bertahan hidup tanpa makanan daripada

tanpa air. Tanpa makanan manusia mampu bertahan hidup dalam

beberapa minggu, namun tanpa air manusia hanya dapat bertahan hidup

dalam beberapa hari (Wardlaw, 2009). Hal tersebut dikarenakan 80%

tubuh manusia mengandung air, sehingga jika manusia kehilangan air

maka akan mengakibatkan kematian organ yang berujung kematian total

(Muyasaro, 2012).

Air berfungsi untuk transfortasi mineral, vitamin, protein, dan zat

gizi lainnya ke seluruh tubuh. Keseimbangan tubuh akan sangat

bergantung pada air, karena air merupakan pelumas jaringan tubuh

sekaligus bantalan sendi-sendi, tulang dan otot (Hardinsyah, dkk 2017).

Air harus digunakan untuk dapat melaksanakan proses-proses biologi

dan metabolisme tubuh. Selain itu air merupakan bahan pelarut untuk

berbagai macam cairan tubuh (Soedarto,2013), oleh karenanya, manusia

membutuhkan supply air yang cukup untuk menjaga kesegaran dan

kebugaran jasmani.

Pentingnya peranan air dalam kehidupan sehingga dapat

dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk meningkatkan


3

kualitas kesehatan manusia. Kualitas air dapat digunakan sebagai

indikator tingkat kesehatan masyarat. Semakin tinggi kualitas air maka

semakin tinggi kesehatan masyarakat (Situmorang, Mahinar 2017),

walaupun air putih sudah diketahui manfaatnya, namun sayang tidak

semua orang gemar mengkonsumsi air putih. Menurut artikel dari Dokter

Sehat.com (2018) Air putih adalah salah satu jenis minuman yang bagus

bermanfaat dan sangat baik untuk kebutuhan dan kesehatan bagi seluruh

anggota tubuh.

Air putih dinilai sebagai jenis air yang ideal untuk memenuhi

kebutuhan tubuh akan air pada kondisi normal. Kebutuhan air untuk

minum memiliki beberapa kriteria biasa disebut kualitas atau standar air

minum. Kualitas air minum perlu diperhatikan sebelum dikonsumsi, sebab

air yang tidak bersih atau kualitas rendah dapat merugikan kesehatan

manusia. Syarat fisik agar dapat memenuhi persyaratan air minum dan

tidak membahayakan kesehatan manusia, antara lain : Tidak berwarna

(jernih/bening), tidak berasa (tawar), tidak berbau (bau khas air), suhu

sebaiknya di bawah suhu udara, sejuk (± 250) (Hardinsyah, dkk 2017).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/

MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses

pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Menurut para pakar kesehatan,

dalam keadaan normal sebaiknya minum antara 8–10 gelas (1,5-2 liter)

air perhari. Namun air tersebut bisa saja terkandung di dalam makanan

dan buah yang kita makan. Sayur dan buah-buahan juga sudah

mengandung air yang banyak. Selain air, juga diperlukan masuknya serat
4

ke dalam tubuh. Jadi kalau dihitung-hitung, setidaknya air putih yang kita

minum selain dari makanan adalah 8 gelas sehari.

Orang yang sedang dalam keadaan sakit, kebutuhan air putih

lebih banyak dari ukuran normal, karena pada waktu sakit lebih banyak

cairan yang digunakan untuk kegiatan metabolisme dalam tubuh, dua

belas gelas (2,5 liter) air perhari adalah ukuran minimal yang harus

diminum dalam kondisi pemulihan kesehatan (Prayudi, 2010). Selain itu,

air putih juga mempunyai peran penting dalam menurunkan kadar racun

dalam tubuh yang dikeluarkan melalui air seni yang dibuang setiap saat.

Karenanya, semakin banyak seseorang minum air putih (tentunya dengan

takaran yang sewajarnya) maka akan semakin sehat tubuhnya. Hal ini

terjadi karena semakin banyaknya racun yang dibuang. Selain itu, sistem

dalam tubuhpun akan berkembang dan bekerja dengan baik. Itulah

sebabnya manusia bisa bertahan hidup meskipun hanya mengkonsumsi

air saja tanpa asupan makanan lain (Tilong, 2015).

Kekurangan air 1% dari bobot tubuh dapat mengurangi fungsi-

fungsi berpikir otak. Misalkan BB 50kg, maka kekurangan 0,5 liter air dari

kebutuhan seharusnya (2-3 liter) saja dapat menyebabkan terjadinya

dehidrasi. Oleh karena itu, dengan meminum banyak air putih, kita

memastikan bahwa kebutuhan otak telah terpenuhi. Bahkan dengan

meminum 8-10 gelas air putih setiap hari dapat memperbaiki tingkat

performa kognitif kita sebanyak 30% (Tilong, 2015).

Salah satu dampak kekurangan air adalah dehidrasi atau

kekurangan cairan. Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan

cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran lebih
5

banyak daripada pemasukan (misalnya minum) (Santosa, 2012). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ratnasari (2012) yang

menyatakan bahwa santriwati yang konsumsi airnya kurang banyak

ditemukan mengalami dehidrasi. Kekurangan air sehari- hari dapat

menyebabkan gangguan kesehatan antara lain gangguan fungsi tubuh,

misalnya penurunan konsentrasi belajar dan aktivitas, gangguan ginjal

dan lain-lain (Menkes, 2017).

Bagi remaja peran air bagi pertumbuhan sangat penting, karena

pada masa pertumbuhan dan seluruh organ membutuhkan bahan bakar

yang cukup. Masa remaja (adolescence) merupakan masa terjadinya

perubahan yang berlangsung cepet dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif

dan psikososial. Masa ini merupakan masa peralihan yang ditandai

dengan banyak perubahan, diantaranya pertambahan massa otot,

jaringan lemak tubuh dan perubahan hormon. Perubahan tersebut

memengaruhi kebutuhan gizi. Selain itu, kebutuhan gizi pada remaja juga

dipengaruhi oleh faktor psikologis dan sosial (Soetjiningsih, 2010).

Kebutuhan gizi pada remaja dipengaruhi oleh pertumbuhan pada

masa pubertas. Kebutuhan gizi yang tinggi terdapat pada periode

pertumbuhan yang cepat (growth sprut). Pada remaja perempuan, growht

sprut terjadi pada 12-18 bulan sebelum menarche (10-14 tahun).

Pertumbuhan berlanjut selam 7 tahun atau saat remaja sampai pada usia

21 tahun. Selama masa ini, terjadi percepatan pertumbuhan yang meliputi

45% pertumbuhan tulang dan 15-25% pertambahan tinggi badan. Selama

masa grow sprut, sebanyak 37% lemak tubuh perempuan total massa

tulang terbentuk. Penambahan lemak lebih banyak pada remaja


6

perempuan. Pertumbuhan lemak tubuh sebanyak 15-19% terjadi pada

anak-anak hingga mencapai 20% di masa remaja.pada remaja laki-laki

terjadi lebih banyak pertumbuhan otot dan tulang dengan lemak tubuh

normal sekitar 12% (Soetjiningsih, 2010).

Minuman berkalori dapat menyebabkan kelebihan gula, sehingga

meningkatkan risiko obesitas pada tubuh. Ditambah adanya bahan

pewarna dan pengawet pada minuman kemasan yang merupakan zat

asing yang harus dibuang dari tubuh. Hal ini akan berpengaruh pada

fungsi hati dan ginjal untuk menawarkan racun lebih keras (Hardinsyah,

dkk 2017). Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013,

kebutuhan air pada remaja usia 13-15 tahun 2000ml atau sekitar 8-10

gelas per hari.

Air putih kini bukan minuman prioritas utama bagi remaja,

kebiasaan sulit untuk membiasakan minum air putih di kalangan remaja

ini karena banyaknya stimulan dari luar atau dengan kata lain remaja

sudah terbiasa dengan minuman selain air putih. Bagi mereka yang

sudah terbiasa meminum soft drink, jus dan minuman beraroma lainnya,

maka mengkonsumsi air putih bukanlah hal yang menarik, padahal air

putih merupakan hal yang vital untuk kesehatan tubuh (Maulana, 2010).

Berdasarkan (European Journal of Nutrion) 2018 dalam

manado.tribunnews.com menemukan bahwa masyarakat Indonesia

masih tinggi dalam mengkonsumsi minuman berasa. Sebanyak 24%

anak-anak, 41% remaja, dan 33% dewasa mengkonsumsi satu porsi (250

ml) atau lebih minuman bergula per hari. Konsumsi ini dapat berakibat

pada obesitas, penyakit diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit


7

ginjal, sama halnya dengan kekurangan cairan. Adapun faktor yang

mempengaruhi perilaku minum menurut Notoatmodjo (2003) :

ketersediaan air, faktor lingkungan, gaya hidup, pengetahuan dan sikap.

Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih

bagi kesehatan tubuh, juga memberikan peluang bagi remaja dan orang

dewasa dalam mengkonsumsi minuman-minuman selain air putih, seperti

minuman yang bersoda, minuman yang mengandung kafein, atau bahkan

mengkonsumsi minuman beralkohol secara terus menerus dan menjadi

sebuah kebiasaan akan sangat merugikan bagi tubuh. Selain kebiasaan

minum air putih hanya pada saat haus saja, minum air putih hanya

sebagai pelengkap bagi rasa haus pada saat makan, atau sesegera

minum pada saat makan, bahkan tidak jarang di tempat-tempat makan

mereka justru tidak dibarengi dengan air putih. Ini menjadi pola kebiasaan

yang jauh dari pola kesehatan minum yang baik dan benar (Maulana,

2010).

Briawan (2011), dalam penelitian “Kebiasaan Konsumsi Minuman

dan Asupan Cairan pada Anak Usia Sekolah di Perkotaan” yang

mengatakan bahwa di samping air biasa, sebagian besar anak sekolah

terbiasa mengkonsumsi susu dan teh (>70%) di rumah. Selain itu, ada

67,4% anak laki-laki dan 62,8% anak perempuan mengalami dehidrasi

ringan dengan minimal 3 tanda-tanda fisik dehidrasi, Seperti halnya

kebiasaan makan, remaja memiliki kebiasaan minum air putih pada

waktu-waktu tertentu. Kebiasaan minum air putih ini akan menentukan

kecukupan cairan tubuhnya. Semakin sering frekuensi minum air putih,

maka kebutuhan cairan tubuh akan tercukupi. Survey di Singapura


8

menunjukan sebanyak 70% remaja akan minum apabila merasa haus,

dan sebenarnya ini sudah terlambat karena haus merupakan indikasi

awal dehidrasi.

Pengetahuan adalah penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk sikap seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi perilaku yang positif.

Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki siswa tentang manfaat air putih

maka akan mempengaruhi perilaku dalam mengkonsumsi air putih.

Sebaliknya, pengetahuan yang kurang baik tentang manfaat air akan

mempengaruhi siswa berperilaku kurang baik dalam mengkonsumsi air

putih. Perkembangan dunia dan teknologi juga mempengaruhi gaya hidup

dan cara berpikir siswa, banyak minuman-minuman yang menawarkan

berbagai rasa, warna dan sebagainya, membuat siswa lebih tertarik

mengkonsumsi minuman-minuman tersebut (Ranteallo, 2014). Maulana

(2010), juga mengemukakan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai

manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh juga memberikan

peluang bagi siswa untuk tidak memperhatikan air putih bagi tubuhnya.

Hal ini sependapat dengan Sarwono (2005), bahwa perilaku

diterangkan sebagai hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

siswa dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Sikap adalah pandangan atau perasaan, tetapi sikap
9

disertai kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek

sesuatu hal (Wawan, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Ranteallo (2014), menyatakan

semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki siswa tentang manfaat air putih

maka akan mempengaruhi perilakunya dalam mengkonsumsi air putih.

Penelitian Azlam (2013), mengenai “Hubungan Antara Pengetahuan

Tentang Manfaat Cairan dengan Perilaku Konsumsi Air Putih”. Bahwa

pengetahuan yang kurang mengenai manfaat cairan akan mempengaruhi

perilaku dalam mengkonsumsi air putih.

Bedasarkan hasil studi pendahuluan SMP WIYATA BAKTI

merupakan sekolah swasta yang berada di lingkungan perkotaan cukup

ramai. Selain itu, sekolah tersebut tidak memiliki kantin sehat, terdapat

beberapa tempat berkumpulnya siswa/siswi pada jam istirahat, selain itu

dikelilingi para pedagang di lingkungan sekolah yang menyediakan

berbagai macam minuman berasa, berwarna dan beraroma yang

mengandung pemanis buatan.

SMP Budi Luhur adalah sekolah yang berada dilingkungan warga

dengan jumlah pedagang yang sedikit, selain itu pada jam istirahat

banyak siswa yang tidak terlalu tertarik dengan membeli minuman berasa

dengan berbagai alasan.

SMP WIYATA BAKTI memiliki jumlah siswa kelas VII dan VIII

sebanyak 309 siswa yang seluruhnya merupakan usia 13-15 tahun.

Penelitian ini tidak mengambil kelas X dikarenakan sedang menghadapi

Ujian Nasional.
10

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di

lingkungan SMP WIYATA BAKTI, diperoleh hasil bahwa minuman yang

mengandung bahan pengawet dan pemanis buatan masih menjadi hal

yang menarik untuk dikonsumsi oleh siswa dibandingkan dengan air

putih. Meskipun dalam lingkungan sekolah sudah menyediakan kantin

yang menjual air putih, namun disana terlihat pada saat jam istirahat

siswa lebih memilih mengkonsumsi minuman instan yang dianggap

kurang sehat daripada mengkonsumsi air mineral. Minuman-minuman

instan dan berbagai es tersebut akan berdampak negatif terhadap tubuh

kita seperti batuk, sakit kepala, radang tenggorokan, muntah-muntah.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 26 siswa di

SMP WIYATA BAKTI CIMAHI kelas VII dan VIII, sebagai berikut : 15

orang, mengatakan tidak tahu manfaat air putih dan mereka minum dalam

jumlah yang sedikit (kurang lebih 3-4 gelas ukuran sedang perhari),

mereka mengatakan jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-

sayuran, mereka mengatakan sering mengalami sakit kepala dan sulit

berkonsentrasi saat belajar, sering pelupa. Sedangkan 6 orang,

mengatakan tahu akan manfaat air putih tetapi mereka lebih suka

mengkonsumsi air minum yang manis seperti teh dan minuman bersoda

ketika menoton tv. Sebanyak 5 orang, mengatakan tahu manfaat air putih

dan mereka mengkonsumsi air putih antara 6-8 gelas ukuran sedang

(2000-2200ml/ hari).

Dari hasil pendahuluan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan


11

Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Pada

Remaja di SMP WIYATA BAKTI”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Tentang Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja

di SMP WIYATA BAKTI”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
“Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Air Putih

dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja di SMP

WIYATA BAKTI”.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang air putih pada remaja

sampai dengan tingkat tahu, memahami dan aplikasi

b. Mengetahui gambaran sikap tentang air putih

c. Mengetahui gambaran perilaku mengkonsumsi air putih pada

remaja

d. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan mengenai air putih

dengan perilaku mengkonsumsi air putih pada remaja.

e. Menganalisa hubungan sikap dengan perilaku mengkonsumsi air

putih pada remaja.


12

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan dalam upaya untuk melakukan pengembangan ilmu

keperawatan terkait dengan pemenuhan cairan pada remaja.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Tempat Penelitian (SMP WIYATA BAKTI CIMAHI)

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan

untuk merancang program yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap siswa mengenai air putih bagi tubuh dan

menumbuhkan sikap positif dalam mengkonsumsi air putih.

b. Bagi Remaja

Mendapatkan informasi secara tepat terkait pengetahuan

air putih dalam mengkonsumsi air putih.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai dan

perilaku mengkonsumsi air putih. Misalnya dengan melakukan

penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku mengkonsumsi air putih, pengalaman siswa yang

mengkonsumsi air putih.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,

2011).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui

atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013). Pengetahuan adalah

merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali

kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak

disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubaraq, 2007). Dari

pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan adalah kemampuan seseorang mengingat suatu hal

atau merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

13
14

2. Pengetahuan Tentang Air Putih


Pengetahuan tentang manfaat air putih adalah segala sesuatu

yang dipahami atau diketahui responden mengenai air putih

(Ranteallo, 2014).

3. Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan


Menurut Wawan (2010), sebelum orang mengadopsi perilaku

baru baru (berperilaku baru), di dalam suatu individu tersebut adanya

proses yang berurutan, yakni :

a. Awerenes, (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, (merasa tertarik) dimana orang mulai tertarik kepada

stimulus dan menaruh perhatian.

c. Evaluation, (menimbang-nimbang) baik atau tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti di atas

tersebut didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang positif.

Perilaku manusia itu bisa di lihat dari tiga aspek, seperti fisik,

psikis dan sosial dimana refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan

seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap yang telah


15

ditentukan oleh faktor pengalaman,keyakinan, sara fisik dan sosial

budaya.

4. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada

saat yang dibutuhkan melalui bentuk mengingat atau mengenali

kembali, sehingga dalam pengetahuan seseorang tersebut terdapat

beberapa tingkatan menurut (Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkat menurut Notoatmodjo (2011), yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menggambarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih


16

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek.

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Wawan (2010), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pendidikan

Sebagian besar pengetahuan dapat diperoleh melalui

pendidikan formal maupun non formal serta pengalaman.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi

pengetahuannya.

b. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat

memperluas pengetahuan seseorang.

c. Keyakinan
17

Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan

seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif yang

diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,

majalah, koran dan buku.

e. Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan

dan perilaku orang atau kelompok.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga

dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang

terhadap sesuatu. Sosial mempunyai pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu

kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami proses belajar memperoleh

suatu pengetahuan.

6. Cara Mengukur Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2011). Jika ingin


18

mengubah perilaku masyarat dari perilaku negatif maka masyarakat

harus diberi pengetahuan yang baik.

Menurut Arikanto (2010), kriteria pengukuran tingkat

pengetahuan ada dua kategori yaitu menggunakan pertanyaan

subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif

misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), pertanyaan betul

salah dan pertanyaan menjodohkan. Sedangkan untuk

pengkategorian pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan, yaitu:

1. Baik, jika 76-100%

2. Cukup, jika 56-75%

3. Kurang, jika <56%

B. Konsep Sikap

1. Pengertian Sikap
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),

pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya (Azwar, 2013). Sikap

adalah pandangan atau perasaan, tetapi sikap disertai oleh

kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Jadi

lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan terhadap

suatu hal (Wawan, 2010). Dari pengertian sikap di atas dapat

disimpulkan bahwa sikap adalah kesediaan atau respon seseorang

untuk mengambil atau menentukan terhadap suatu objek di suatu

lingkungan tertentu.
19

2. Sikap Tentang Mengkonsumsi Air Putih


Sikap tentang mengkonsumsi air putih adalah tanggapan atau

reaksi seseorang tentang perilaku mengkonsumsi air putih

(Ranteallo, 2014).

3. Komponen-Komponen Sikap
Alport (1942, dalam Azwar, 2013) menjelaskan bahwa

terdapat tiga komponen dalam sikap, diantaranya adalah:

a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai

oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan

stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat

disamarkan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut

masalah isu atau problem yang kontroversal.

b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling

dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang

paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin

adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan

dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen konotatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan

berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi

terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan

objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa


20

sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi

perilaku.

4. Tingkatan Sikap
Wawan (2011) menjelaskan bahwa seperti hal nya dengan

pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan berdasarkan

intenstitasnya, diantaranya adalah:

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding), merupakan usaha memberikan jawaban

apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan.

c. Menghargai (valuing) merupakan usaha mengajak orang lain

untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

tinggi.

5. Fungsi Sikap
Sikap mempunyai empat fungsi menurut Katz (Second dan

Backman, 1994, dalam Azwar, 2013) yaitu:

a. Fungsi Instrumental

Fungsi ini adalah berkaitan dengan memandang sejauh

mana objek sikap digunakan sebagai sarana atau alat dalam

rangka mencapai tujuan sarana dan prasarana.

b. Fungsi Pertahanan Ego


21

Merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk

mempertahankan egonya pada waktu terancam atau dalam

keadaan terdesak.

c. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi

individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya untuk

mendapatkan kepuasan, dengan mengambil sikap tertentu

terhadap nilai tertentu.

d. Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dan

untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalamannya.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap


Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

terhadap objek sikap antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan


22

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah

yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


23

7. Teknik Pengukuran Sikap


Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan

sikap seseorang. Pernyataan sikap berisi hal-hal yang positif

mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau

memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin

pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti

ini disebut dengan pernyataan unfavourable. Suatu skala sikap

sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable

dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang (Azwar, 2013).

Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan

tidak semua negatif seolah-olah isi sikap memihak atau tidak

mendukung sama sekali terhadap objek sikap (Wawan, 2011).

Terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam pengukuran

sikap, salah satunya adalah dengan menggunakan skala likert. Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial

dijabarkan menjadi dimensi dan indikator-indikator yang dapat diukur.

Indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk

membuat item instrument yang berupa pernyataan yang perlu dijawab

oleh responden. Skala yang digunakan terdiri dari empat alternatif

jawaban, yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”,

dan “Sangat Tidak Setuju (STS)” (Azwar, 2013).

Dalam pengukuran skala Likert, terdapat dua bentuk

pertanyaan, yaitu bentuk pertanyaan positif untuk mengukur skala


24

positif dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur skala negatif.

Pertanyaan positif diberi skor 4,3,2 dan 1; sedangkan bentuk

pertanyaan negatif diberi skor 1,2,4 dan 4.

 Pertanyaan Positif (+)

Skor 1. Sangat Tidak Setuju

Skor 2. Tidak Setuju

Skor 3. Setuju

Skor 4. Sangat Setuju

 Pertanyaan Negatif (-)

Skor 1. Sangat Setuju

Skor 2. Setuju

Skor 3. Tidak Setuju

Skor 4. Sangat Tidak Setuju

Positif : jika skor mean ≥59, Negatif : jika skor mean <59.

C. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku
Notoatmodjo (2010), perilaku adalah totalitas dari

pengahayatan dan aktivitas yang memengaruhi perhatian,

pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi seseorang. Meskipun

perilaku adalah totalitas respons, namun semua respons juga sangat

tergantung pada karakteristik seseorang.

Maryunani (2013), perilaku merupakan perbuatan/ tindakan

dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan

dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.


25

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi

melalui proses: Stimulus→ Organisme→ Respon, sehingga teori

Skinner disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respon).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka disimpulkan

bahwa perilaku adalah totalitas dari pengahayatan dan aktivitas yang

memengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi

seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh

orang lain ataupun orang yang melakukannya yang merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus.

2. Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

Perilaku mengkonsumsi air putih adalah perbuatan memakai

atau menggunakan air murni atau air bening yang tidak bercampur

dengan zat tambahan (Reanteallo, 2014).

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

a) Faktor lingkungan

b) Pengetahuan

c) Gaya hidup

d) Pengetahuan dan sikap siswa

4. Aspek-aspek Perilaku

Aspek-aspek perilaku menurut Pieter dan lubis (2010):


26

a) Pengamatan

Pengamatan adalah pengenalan objek dengan cara

melihat, mendengar, meraba, membau dan mengecap. Kegiatan

ini biasanya disebut sebagai modalitas pengamatan. Aspek-aspek

dari pengamatan adalah:

1) Penglihatan adalah proses pengenalan objek-objek luar

melalui penglihatan yang disimboliskan ke dalam simbol,

lambang, atau warna yang memberikan arti, kesan, sifat atau

watak.

2) Pendengaran adalah penerimaan suara dan sebenarnya yang

didengar adalah suara sebagai suatu makna arti.

3) Penciuman (pembauan) adalah proses pengenalan objek-

objek luar melalui indra penciuman yang pada akhirnya dapat

membentuk perilaku seseorang.

4) Pengecap adalah proses pengenalan objek-objek luar melalui

alat indra pengecapan, seperti rasa manis, asam asin ataupun

pahit.

5) Rangsangan indra kulit, adalah proses pengenal objek-objek

luar melalui rangsangan indra kulit berhubungan dengan indra

rasa sakit (pain), perabaan (pressure), rasa panas dan dingin.

b. Perhatian

Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa perhatian adalah

kondisi pemusatan energi psikis yang tertuju kepada objek dan

dianggap sebagai kesadaran seseorang dalam aktifitas.

c. Fantasi
27

Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan

yang telah ada. Namun tidak selamanya tanggapan baru selalu

sama dengan tanggapan baru selalu sama dengan tanggapan

sebelumnya. Misalnya, melalui fantasi seorang ibu menemukan

metode perawatan bayi. Adanya fantasi dia menunjukkan

kreativitas dalam merawat bayi.

d. Ingatan (Memory)

Tahapan ingatan, yaitu:

1) Encoding stage, adalah tahap penyusunan informasi melalui

transfortasi informasi fisik, pengubahan fenomena gelombang

suara menjadi kode, dan menempatkan kode dalam ingatan.

2) Storage stage, adalah penyimpanan informasi yang

terorganisasi dan mempertahankan kode dalam ingatan.

3) Retrieval stage, adalah tahap untuk memperoleh atau

mengulang kembali dari dari kode-kode yang pernah diterima

sebelumnya.

e. Tanggapan

Tanggapan adalah gambaran dari hasil suatu penglihatan,

sedangkan pendengaran dan penciuman adalah aspek yang

tinggal dalam ingatan. Hasil tanggapan adalah rasa bahagia.

Suatu tanggapan berhubungan dengan kuantitas, kualitas,

dinamika dan suatu kualitas kapasitas tanggapan.

f. Berpikir
28

Berpikir adalah aktivitas yang idealistis menggunakan

simbol-simbol dalam memecahkan masalah berupa deretan ide

dan bentuk bicara.

5. Bentuk Perilaku

a. Perilaku tertutup (convert behavior) perilaku tertutup adalah

respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010).

6. Pembentukan Perilaku

a) Teori Kebutuhan

Pembentukan perilaku manusia adalah akibat kebutuhan-

kebutuhan dalam diri yang dimulai dari kebutuhan fisiologi, rasa

aman, harga diri, sosial dan aktualisasi. Apabila usaha dalam

memenuhi kebutuhan tercapai, maka orang itu tidak mengalami

ketegangan dan cenderung mengarah kepada kebahagiaan. Namun

sebaliknya pula, saat usaha pemenuhan kebutuhan tercapai akan

membuat seseorang mengalami frustasi terhadap unsur-unsur


29

kebutuhan. Jadi kebutuhan merupakan motif, dorongan ataupun

keinginan seseorang dalam bertingkah laku.

b) Teori Dorongan

Perilaku adalah respons seseorang terhadap stimulus luar diri

(lingkungan). Perilaku muncul akibat stimulus organisme dan

organisme memberikan respons. Respons-respons yang diberikan

yaitu:

1) Respondent respons (reflexive), adalah respon yang muncul

akibat stimulus tertentu (eliciting stimulation) yang relatif

menetap. Misalnya, melihat makanan yang lezat akan

mendorong makan.

2) Operant respon (instrumental respons) adalah rerpon yang

timbul akibat ada rangsangan reinforcing stimulation yang

memperkuat respons.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya pembentukan

perilaku manusia, yaitu:

1) Meningkatnya kekuatan stimulus. Semakin meningkat kekuatan

stimulus pembentukan perilaku, maka semakin besar efeknya.

2) Melemahnya kekuatan penahan yang mengubah kepercayaan,

sikap atau pandangan sehingga membentuk perilaku baru.

3) Hubungan kekuatan stimulus dan kekuatan penahan. Apabila

kekuatan pendorong naik, maka kekuatan penahan melemah.

c) Teori Belajar

Teori belajar dikembangkan oleh Bandura. Pembentukan

perilaku akibat interaksi antara person dan lingkungannya dan


30

adanya proses imitasi perilaku model. Perilaku model yang mampu

memberikan pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan

perilaku positif. Akan tetapi perilaku model yang memberikan

pengalaman kurang menyenangkan akan dihilangkan. Peniruan

perilaku model sangat dipengaruhi kesenangan, minat, keyakinan,

karakter, sikap atau perilaku dominan lainnya.

d) Teori Sikap

Green menyatakan bahwa pembentukan perilaku sangat di

pengaruhi dalam diri (behavior cause) dan perilaku luar diri (behavior

causes).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut

Notoatmodjo (2010), antara lain:

a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


31

3. Cara Mengukur Perilaku

Pengukuran perilaku berisi pernyataan terbuka mengenai

perilaku seseorang dalam mengkonsumsi air putih/ hari.

Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner.

Kiteria pengukuran perilaku yakni:

a. Perilaku Baik jika mengkonsumi air putih ≥8 gelas (2000ml-

2200ml) sehari

b. Perilaku Kurang baik jika mengkonsumsi air putih <8 gelas

(2000ml-2200ml) sehari

7. Konsep Air Minum

1. Pengertian Air Minum

Air adalah salah satu zat dengan rumus kimia H2O yang tidak

memilki warna, rasa dan aroma (Hardinsyah, 2017).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses

pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum adalah air yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum, yang berasal dari sarana penyediaan air minum (Sucipto,

2015).

Air putih adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia

yang memenuhi syarat-syarat, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak

berwarna, tidak mengandung organisme yang berbahaya dan tidak

mengandung logam berat (Ranteallo, 2014).


32

Air dalam tubuh merupakan komponen yang paling besar

menyusun tubuh manusia, sekitar 50% sampai 70% dari berat badan

manusia terdiri dari air. Air yang diperoleh tubuh berasal dari tiga

sumber, yaitu air yang dikonsumsi dalam bentuk minuman, air dalam

makanan dan air metabolik. Air metabolik berasal dari oksidasi bahan

makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah air

metabolik bergantung pada kecepatan metabolisme seseorang.

Volume air menurut sumber air dalam tubuh dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Volume Air menurut Sumber Air dalam Tubuh

No Sumber Air Tubuh Jumlah (mL)


1. Makanan 550-1500

2. Minuman 700-1000

3. Hasil Metabolisme 200-300


Total 1450-2800
Sumber : Whitney, E.N, dan S.R. Rofles, Understanding Nutrion, 1993 dalam

Santoso dkk, 2011 dan Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2000.

2. Jenis-jenis Air Minum

Jenis air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi:

a) Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah

tangga.

b) Air yang didistribusikan melalui tangki air.

c) Air kemasan.

d) Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman

yang disajikan kepada masyarakat.


33

Kebutuhan air untuk minum memiliki beberapa kriteria atau

biasa disebut kualitas atau standar air minum. Kualitas air minum

perlu diperhatikan sebelum dikonsumsi, sebab air yang tidak bersih

atau kualitas rendah dapat merugikan kesehatan manusia. Air yang

digunakan harus memenuhi syarat air minum, sebagai berikut:

(Hardisyah, 2017).

1) Syarat fisik

Air memiliki syarat fisik agar dapat memenuhi persyaratan air

minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia, antara lain:

a. Tidak berwarna (jernih/bening).

b. Tidak berasa (tawar)

c. Tiak berbau (bau khas air)

d. Suhu sebaiknya di bawah suhu udara, sejuk (±250).

2) Syarat kimia

Syarat kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara

berlebih oleh zat-zat kimia dan mineral, terutama oleh zat-zat

kimia dan mineral yang dapat membayakan kesehatan dan

menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air.

Sebaliknya, zat ataupun bahan kimia mineral yang dibutuhkan

oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang wajar

dalam air minum tersebut.

3) Syarat biologi
34

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit

(pathogen), tidak boleh mengandung bakteri golongan coli

melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 kalori/100ml

air.

3. Pengolahan Air Minum

Pengolahan air minum dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Menurut Mubarak (2009), cara yang dapat dilakukan sebelum air

dikonsumsi untuk minum:

a) Pengelolaan secara sederhana yaitu dengan penyimpanan untuk

beberapa yaitu dengan penyimpanan beberapa lama akan

kongulasi dengan beberapa zat-zat di dalam air sampai akhirnya

partikel-partikel menegendap dan menjadi jernih.

b) Pengelolaan air dengan cara menyaring yaitu dengan

menggunakan krikir, ijuk dan pasir atau dengan teknologi seperti

pada perusahaan air minum.

c) Pengelolaan air dengan menambah zat kimia yang berfungsi

kongulan yang dapat mempercepat pengendapan (tawas), dan zat

yang dapat membunuh bibit penyakit (klor).

d) Pengelolaan air dengan mengalirkan udara yaitu bertujuan untuk

menghilangkan rasa dan bau, meenghilangkan gas CO2 dan

menaikkan derajat keasaman air.


35

e) Pengelolaan air dengan cara dipanaskan atau dimasak yaitu

bertujuan untuk membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air,

cara ini hanya cocok untuk dikonsumsi dalam batas kecil (rumah

tangga).

4. Fungsi dan Kebutuhan Air

Air memiliki peran yang penting dalan tubuh dan kehidupan

manusia. Peran air dalam tubuh, antara lain sebagai: Hardinsyah

(2017).

b. Pembentukan sel dan cairan tubuh.

Air ditemukan disetiap sel, jaringan dan kompartemen tubuh.

c. Sebagai pengatur suhu tubuh.

Melalui penguapan keringat dikulit dan udara napas, serta pelarut

zat-zat dalam tubuh (zat gizi, gas, sisa metabolisme.

d. Media reaksi kimiawi metabolisme berlangsung.

Media transportasi zat gizi dan oksigen (gas dalam darah).

c) Air sebagai makronutrien.

Air terlibat dalam seluruh reaksi hidrolis protein, karbohidrat dan

lemak. Air juga diproduksi hasil metabolisme oksidatif yang berisi

substrat hydrogen.

d) Air juga berfungsi sebagai pelumas dan bantalan persendian.

e) Media pengeluaran racun dan sisa metabolisme.

f) Pengaturan keseimbangan elektrolit.


36

Air menjaga volume vaskuler dan sirkulasi darah yang berperan

penting dalam fungsi seluruh organ dan jaringan tubuh (Hidayat et

al., 2014; Jéquier & Constant, 2010; Santoso et al., 2011;

Sulistomo et al., 2014).

Kebutuhan sehari-hari terhadap air berbeda-beda untuk

tiap tempat dan tingkat kehidupan. Semakin tinggi taraf

kehidupan, semakin meningkat jumlah kebutuhan akan air. Air

merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Sementara

itu, air yang dibutuhkan oleh tubuh setaip harinya adalah sekitar 2-

2,5 liter (8-10gelas). Jumlah ini merupakan jumlah keseluruhan,

termasuk asupan dari air minum dan makanan. Sedangkan air

yang dikeluarkan setiap harinya, baik melalui air seni, keringat,

tinja dan napas adalah sekitar 1 liter per hari. Namun demikian,

hal ini juga bergantung pada suhu dan udara sekitar (Tilong,

2015).

Menurut WHO dalam Depkes (2006) menyebutkan bahwa

kebutuhan air bersih bagi penduduknya rata-rata berbeda di

dunia. Air yang dibutuhkan di negara maju adalah lebih kurang

500 liter/orang/hari, sedangkan Indonesia (kota besar) sebanyak

200 sampai 400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan hanya 60

liter/orang/hari.

Air minum merupakan kebutuhan air manusia yang paling

penting. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter

hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan, penyakit,

aktivitas, umur, jenis kelamin, kebiasaan, dan suhu. Peningkatan


37

suhu udara akan meningkatkan kebutuhan air sebanyak setengah

liter (Hardinsyah, 2017).

Kebutuhan cairan setiap orang berbeda-beda, tergantung

usia, berat badan, penyakit, hingga iklim. Kebutuhan air pada bayi

atau anak-anak dan lanjut usia tentunya lebih sedikit dibanding

orang dewasa sehat. Normalnya, remaja dan dewasa sehat perlu

minum air putih 8 gelas per hari atau 2 liter. Namun pada orang

gemuk kebutuhan cairan akan lebih banyak. Adapun cara

menghitung kebutuhan air adalah 30ml per berat badan. Jika berat

badan 90kg, maka kebutuhan cairan sekitar 2700ml.

Hal ini sesuai menurut Asmadi, (2011), yang juga

menyebutkan bahwa angka kecukupan air berkisar 1 sampai 2,5

liter atau setara dengan 6-8 gelas. Meskipun demikian, diduga

masih banyak masyarakat yang meremehkan mengkonsumsi air

minum dalam jumlah kurang dibandingkan kebutuhannya

(Muyasaro, 2012).

Perkiraan kebutuhan air tubuh biasanya didasarkan pada

asupan energi, luas permukaan tubuh atau berat badan (Santoso

dkk, 2011). Penentuan kebutuhan air juga dapat dilakukan dengan

menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Berdasarkan AKG

(2013) kebutuhan air pada remaja dapat di lihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Air (AKG) 2013 pada Remaja

No. Jenis Kelamin Umur Angka Kebutuhan Gizi Air


(mL)
1. Laki-laki 13-15 Tahun 2000
16-18 Tahun 2200
19-29 Tahun 2500
38

2. Perempuan 13-15 Tahun 2000


16-18 Tahun 2100
19-19 Tahun 2300
Sumber : Angka Kebutuhan Gizi 2013

5. Kandungan dan Manfaat Air Putih

Indonesia belum mempunyai riset komprehensif yang

memaparkan mineral jenis apa yang paling jarang dikonsumsi

masyarat. Namun, orang dengan kondisi tertentu membutuhkan

mineral yang lebih spesifik. Salah atu cara memenuhi kebutuhan

mineral, minum air putih. Air komponen penting. Ironisnya,

masyarakat perkotaan justru kurang menyadari pentingnya air putih.

Mereka lebih suka minuman air berwarna (Briawan, 2011). Berikut

sejumlah mineral yang terkandung dalam air putih dan manfaatnya :

1) Kalsium

Menjaga kesehatan tulang dan gigi. Berperan penting dalam

proses kontraksi, relaksasi otot, pembekuan darah dan penunjang

imunitas tubuh.

2) Sodium

Menjaga keseimbangan cairan tubuh, menopang transmisi saraf,

kontraksi otot, absopsi glukosa dan menjadi alat angkut zat gizi

melalui membrane sel.

3) Magnesium

Membantu proses pencernaan protein, memelihara kesehatan otot

dan sistem jaringan penghubung, membantu menghilangkan


39

timbunan lemak di dinding dalam pembuluh darah, sebagai zat

pembentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan

hemoglobin.

4) Kalium

Membantu pembentukan sel, pembentukan organ dalam tubuh

dan jaringan.

5) Bikarbonat

Memelihara keseimbangan keasaman darah, menyokong proses

pencernaan dalam perut.

Air putih merupakan minuman yang paling baik dari

daripada minuman lain seperti kopi, alkohol, teh, atau minuman

pemanis lainnya. Kopi dan alkohol dapat menyebabkan tubuh

kehilangan air lebih banyak. Jus dan minuman pemanis lainnya

bisa meningkatkan kalori bila diminum sepanjang hari. Pemilihan

air putih juga dapat membuat orang cenderung memilih makanan

yang sehat (Paajanen, 2007).

6. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Air Pada Remaja

Kadar air dalam tubuh harus selalu seimbangan pada kadar

normalnya. Bila terjadi suatu keadaan dimana kadar air dalam tubuh

turun dari kadar yang seharusnya, maka tubuh secara langsung akan

meminta penggantian kadar air yang hilang (Briawan,dkk.2011).

e. Kekurangan Air
40

Salah satu dampak kekurangan air adalah dehidrasi atau

kekurangan cairan. Dehidrasi terjadi ketika keringat yang keluar

lebih banyak daripada jumlah cairan yang dikonsumsi. Umumnya

dehidrasi yang terjadi adalah keadaan kekurangan air saja tanpa

terjadi kekurangan gam/ elektrolit (Hardinsyah, 2017).

Terdapat dua tipe dehidrasi, yaitu secara sadar

(voluntary)dan tidak disadari (ivoluntary). Dehidrasi yang disadari

(voluntary dehydration) secara normal ketika seseorang

pengabaikan kebutuhannya untuk minum, memilki reflex haus

yang rendah (tidak munculya rasa haus yang menjadi stimulus

dalam mempertahankan caira tubuh), dan/ atau menolak untuk

membawa botol minum dan menolak mengkonsumsi air sebelum

dan sesudah latihan (contohnya pada altet). Dehidrasi yang tidak

disadari (involuntary dehydration) terjadi ketika seseorang tidak

memiliki kontrol atas konsumsi air atau tidak memiliki kontrol

ketika air di eleminasi atau di absorpsi dari dan dalam tubuh

(Hardinsyah, 2017).

Azwar (2016), seperti kita ketahui, air putih adalah salah

satu kebutuhan yang paling essensial bagi tubuh kita. Sekitar 60%

dari tubuh kita terdiri dari air. Saat kekurangan minum, tubuh akan

kesulitan melakukan metabolisme, yang dapat berakibat fatal

mulai dari kesulitan berpikir, dehidrasi, hingga kematian. Pasokan

air putih dalam tubuh juga dibutuhkan untuk membantu kinerja

organ seperti peredaran darah dan pencernaan.

f. Kelebihan Air
41

Mengkonsumsi air secara berlebihan dapat membuat

darah menjadi lebih encer. Hal ini berarti konsentrasi elektrolit

dalam sel-sel tubuh menjadi menurun dan hal tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya pembengkakan pada sel-sel tubuh

(Hardinsyah, 2017). Terlalu banyak mengkonsumsi air putih

hingga melebihi yang dibutuhkan dapat meningkatkan total

volume darah. Volume darah yang meningkat pada sistem

pembluh darah tertutup bisa menyebabkan kerja jantung dan

pembuluh darah menjadi meningkat seiring dengan meningkatnya

tekanan pada sistem pembuluh darah yang tertutup itu (Tilong,

2015).

Menurut (Tilong, 2015) mengkonsumsi air putih berlebihan

juga dapat menyebabkan munculnya hiponatremia, yaitu kadar

garam di dalam darah, dalam hal ini natrium lebih rendah daripada

seharusnya. Penyakit yang parah pada hiponatremia ini dapat

menyebabkan intoksikasi air yang memiliki gejala seperti sakit

kepala. Selain itu, mengkonsumsi air dengan takaran melebihi

batas akan membuat meningkatnya kerja ginjal dari seharusnya.

Beban ginjal akan semakin meningkat dengan banyaknya air yang

harus disaring melalui glomerulus sehingga kadang kala

mengalami kerusakan akibat banyaknya cairan yang harus

disaring, melebihi batasan yang seharusnya dan diperlukan oleh

tubuh.
42

8. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja
Masa remaja (adolescence) merupakan masa terjadinya

perubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik,

kognitif dan psikososial. Masa ini merupakan masa peralihan dari

anak-anak menuju remaja yang ditandai dengan banyak

perubahan, diantaranya pertambahan masa otot, jaringan lemak

tubuh dan perubahan hormon. Perubahan tersebut memengaruhi

perubahan gizi. Selain itu, kebutuhan gizi pada remaja juga

dipengaruhi oleh faktor psikologis dan sosial (Hardinsyah, 2017).

Remaja adalah mereka yang berusia 11 atau 12 tahun

sampai dengan 20 atau 21 tahun, yang mana pada masa-masa

tersebut seseorang anak mengalami transisi dari anak-anak

menuju ke dewasa baik dari segi perubahan bentuk fisik dan

ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi da aspek fungsional

(Soetjiningsih, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

masa peralihan dari anak-anak menuju remaja dengan rentang

usia 11 atau 12 tahun sampai 20 atau 21 tahun tahun yang

ditandai dengan banyak perubahan, diantaranya pertambahan

masa otot, jaringan lemak tubuh dan perubahan hormon.

2. Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur

Berdasarkan sifat dan ciri perkembangan, masa (rentang

waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: (Widyastuti, 2009).


43

a) Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman

sebaya.

2) Tampak dan merasa ingin bebas.

3) Tampak dan memang lebih banyak mempertahatikan

keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal

(abstrak).

b) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis.

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin

berkembang.

5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

seksual.

c) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, perananan) terhadap

dirinya.

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.


44

3. Perkembangan Remaja dan Tugasnya

Individu memiliki tugas masing-masing pada setiap

tahap perkembangannya. Tugas yang dimaksud adalah setiap

tahapan usia, individu tersebut mempunyai tujuan untuk

mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan, sikap

dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi

(Widyastuti, 2009).

Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta

berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan

berperilaku secara dewasa. Adapun tugas perkembangan

remaja menurut Hurlock (1991) dalam (Kumalasari, 2012),

antara lain:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya .

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian ekonomi. Remaja merasa sanggup

untuk hidup berdasarkan usaha sendiri.

e. Mencapai kemandirian emosional.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat.

g. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa

dan orang tua.


45

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang

diiperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.

2. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku
mengkonsumsi air putih:

1. Faktor Predisposisi:
- Pengetahuan
Perilaku Konsumsi
- Sikap
- Nilai-nilai Air Putih
- Keyakinan
2. Faktor Pendorong:
- Lingkungan
-Ketersediaan air
3. Faktor Pendukung:
petugas kesehatann.

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010), Azwar (2016), (Hidayat, 2009), Tilong


(2015), Hardinsyah (2017).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian
Air putih adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia

yang memenuhi syarat-syarat, diantaranya: tidak berasa, tidak

berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang

berbahaya dan tidak mengandung logam berat. Perilaku

mengkonsumsi air putih adalah perbuatan memakai atau

menggunakan air murni atau air bening yang tidak bercampur zat

tambahan (Ranteallo, 2015). Kebiasaan yang sering dilakukan oleh

remaja pada era ini adalah hanya mengkonsumsi air saat dirasa haus,

sedangkan rasa haus itu sendiri adalah tanda dehidrasi. Selain itu,

remaja saat beraktifitas jarang membawa minum (Ernovitania dan

Sumarni, 2017).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

yaitu: faktor predisposisi (yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai), faktor pendukung (yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas), faktor pendorong (yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok

referensi dari perlaku masyarakat) (Notoatmodjo, 2010).

46
47

Pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi yang

memiliki pengaruh terhadap perilaku remaja, salah satunya adalah

perilaku remaja dalam mengkonsumsi air putih, sehingga sangat

dibutuhkan kesesuaian yang baik dalam menunjukan perilaku

seseorang menuju perilaku yang positif. Pada penelitian tersebut

peneliti mencoba memfokuskan penelitian pada faktor pengetahuan

dan sikap dengan perilaku mengkonsumsi air putih.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep penelitian

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variable Independen Variabel Dependenden

Faktor- faktor yang


mempengaruhi faffajj perilaku
mengkonsumsi air putih :

1. Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
Perilaku Mengkonsumsi
- Sikap
Air Putih
- Nilai-nilai
1. Perilaku baik
- Keyakinan
2. Perilaku Kurang Baik
2. Faktor Pendorong:
- Lingkungan
- Ketersediaan air
3. Faktor Pendukung: petugas
kesehatan

Keterangan :

Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti :

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


48

Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010), Azwar (2013), Hidayat (2009), dan

Arikanto (2010)

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan rancangan survey

analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti menelaah

hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok

subjek, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara gejala yang

lain atau variabel yang satu dengan yang lain, dengan cara

pengambilan atau pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

secara sekali saja pada suatu waktu (One point time approach)

(Notoatmodjo, 2010).

Tujuan rancangan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan pengetahuan, sikap tentang air putih dengan perilaku

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi.

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pernyataan

penelitian, pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2012).

Adapun hipotesis hasil penelitian ini adalah:

a. Ada hubungan antara pengetahuan tentang air putih dengan

perilaku mengkonsumsi air putih di SMP Wiyata Bakti Cimahi.

b. Ada hubungan antara sikap tentang air putih dengan perilaku

mengkonsumsi air putih di SMP Wiyata Bakti Cimahi.


49

4. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu sifat atau nilai dari orang atau objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi atau karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas (Variabel Independen)

Varibel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka

akan mengakibatkan perubahan variebel lain (Riyanto, 2011).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap

tentang air putih.

b. Variabel terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan

pada variabel independen (Riyanto, 2011). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah perilaku mengkonsumsi air putih pada

remaja.

5. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan


50

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2014).

Tabel 2.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Konseptual Operasional

Independen: Hasil ‘tahu’, dan Kemampuan Kuesioner 1. Baik, jika Ordinal


pengetahuan ini terjadi remaja SMP 76-100%
setelah orang WIYATA BAKTI 2. Cukup,
melakukan CIMAHI dalam jika 56-
pengindraan menjawab 75%
terhadap suatu pertanyaan 3. Kurang,
objek tertentu dengan benar jika
(Notoatmodjo, mengenai <56%
2011). manfaat air
putih, mulai C1-
C3 :
1. Manfaat air
putih
2. Dampak
kekurangan
air putih
3. Standar air
minum yang
layak
dikonsumsi
4. Jumlah air
putih yang
harus
dikonsumsi
per hari

Sikap Sikap adalah Kecenderungan kuesioner 1. Positif : Ordinal


keteraturan atau bentuk jika
tertentu dalam Pemikiran mean ≥
hal perasaan remaja SMP (59)
(afeksi), WIYATA BAKTI 2. Negatif :
pemikiran CIMAHI yang jika skor
(kognisi) dan berkaitan Mean <
predisposisi dengan sikap (59)
tindakan mengkonsumsi
(konasi) air putih yang di
51

seseorang dalamnya
terhadap suatu mencakup:
aspek 1. Komponen
dilingkungan kognitif
sekitarnya pemahaman
(Azwar, 2013). remaja SMP
WIYATA
BAKTI
tentang
perilaku
konsumsi air
putih
2. Komponen
afektif
perasaan
remaja SMP
WIYATA
BAKTI
CIMAHI
mengenai
perilaku
konsumsi air
putih
3. Komponen
konotatif
kecenderun
gan dalam
menentukan
tindakan

Perilaku Perilaku Perilaku yang Kuesioner 1. Perilaku Ordinal


mengkonsumsi mengkonsumsi dilakukan oleh Baik jika
air putih air putih adalah remaja dalam mengkon
perbuatan mengkonsumsi sumsi air
memakai atau air putih sehari- putih
menggunakan hari 8 gelas
air murni atau ukuran sedang 8 gelas
air bening yang (2000ml/hari) 2. Perilaku
tidak bercampur Kurang
zat tambahan baik jika
(Ranteallo, mengkon
2015). sumsi air
putih <8
gelas
52

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang memilki kualitas atau karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Notoatmodjo, 2010). Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP WIYATA BAKTI CIMAHI

kelas VII dan VIII sebanyak 309 yang terdiri dari 10 kelas.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh

populasi dan mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang diambil

sebagai sumber data yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa-siswi SMP WIYATA BAKTI CIMAHI kelas

VII dan VIII, penelitian ini tidak mengambil kelas X dikarenakan

sedang mengahadapi Ujian Nasional (UN). Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan Stratified Random

Sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel dimana populasi

yang bersifat heterogen dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata)

(Riyanto, 2011).

Untuk mendapatkan jumlah sampel ( ) dalam populasi maka

rumus yang digunakan adalah rumus Slovin sebagai berikut

(Nugraheni & Mauliku, 2011):

Keterangan :
53

= Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi (309 orang)

d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

Berdasarkan rumus tersebut maka perhitungan untuk jumlah sampel yang

dibutuhkan yaitu sebagai berikut :

= 173. 59 orang dibulatkan menjadi 174 orang

Berdasarkan teknik pengambilan sampel di atas, maka besarnya

sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP

WIYATA BAKTI CIMAHI berjumlah 174 orang.

Penentuan besarnya sampel pada tiap-tiap kelas menggunakan

teknik alokasi proporsioal dengan menggunakan rumus (Riyanto, 2011):

Keterangan :

ni : besarnya sampel untuk tiap kelas

Pi : besarnya populasi untuk tiap kelas

P : besarnya populasi secara keseluruhan


54

n : besarnya sampel dari populasi

Tabel 2.6 Hasil perhitungan Stratified Random Sampling kelas VII


dan VIII di SMP WIYATA BAKTI CIMAHI tahun 2019

Kelas Jenis kelamin Jumlah siswa Perhitungan Jumlah


sampel sampel
VII A Laki-laki dan 36 21
perempuan
VII B Laki-laki dan 34 19
perempuan
VII C Laki-laki dan 35 20
perempuan
VII D Laki-laki dan 36 21
perempuan
VII E Laki-laki dan 25 14
perempuan
VIII A Laki-laki dan 31 17
perempuan
VIII B Laki-laki dan 31 17
perempuan
VIII C Laki-laki dan 31 17
perempuan
VIII D Laki-laki dan 35 20
perempuan
VIII E Laki-laki dan 15
perempuan
Total 309 174

Sampel didapatkan dengan cara mengundi anggota populasi

yang disebut dengan teknik lotere atau teknik undian (Nugrahaeni &

Mauliku, 2011). Pengundian tersebut dilakukan berdasarkan nomor urut

siswa-siswi pada masing-masing kelas sampai didapatkan jumlah sampel

yang telah ditentukan.


55

C. Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data secara tepat,

sehingga data yang benar-benar valid dan reliabel (Notoatmodjo,

2010).

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

adalah metode pengambilan data primer dan kuesioner. Data primer

merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden

dengan menggunakan angket atau kuesioner (untuk pengetahun,

sikap dan perilaku). Langkah pengumpulan data yang dilakukan

peneliti adalah sebagai berikut :

a. Langkah awal adalah peneliti melakukan perizinan kepada

institusi terkait sebagai izin melakukan penelitian. Setelah

mendapatkan perizinan, kemudian peneliti mendatangi sekolah

dan meminta izin pada kepala sekolah dan memberikan

penjelasan, maksud, dan tujuan peneliti melakukan penelitian ini.

b. Setelah mendapatkan izin dari sekolah, langkah pertama yang

peneliti lakukan adalah mendatangi setiap kelas untuk

menentukan subjek penelitian. Peneliti memperkenalkan diri,

meminta kesediaan waktunya dan menjelaskan tujuan peneliti.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti dibantu teman sebanyak 1

orang.

c. Setelah menjelaskan tujuan, peneliti melakukan pengocokan

sampel dan mendapatkan subjek penelitian. Kemudian, peneliti


56

menjelaskan etika atau ketentuan dalam penelitian, waktu, tujuan,

manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitin kepada calon

responden secara bersamaan.

d. Setelah itu, peneliti melakukan inform concent kepada responden,

dan meminta responden untuk mengisi dan menandatangani

inform concent, sebagai tanda ketersediaan responden menjadi

sampel penelitian dengan cara peneliti menjelaskan inform

concent tersebut di depan kelas secara bersamaan dibagi dalam 2

kelompok (dalam aula dan dalam kelas).

e. Subjek yang bersedia menjadi responden langsung

menandatangani inform concent.

f. Peneliti membagikan lembar kuesioner

g. Setelah peneliti membagikan kuesioner, kemudiaan peneliti

menjelaskan proses atau cara serta petunjuk pengisian soal

kuesioner serta menghimbau siswa untuk tidak bekerja dengan tim

yang lain dan setiap isi lembar kuesioner bersifat rahasia,

responden diminta untuk tidak memberi identitas nama untuk

menjaga privacy responden

h. Selama pengisian kuesioner, peneliti mendampingi langsung

responden agar dapat menjelaskan pertanyaan kuesioner yang

tidak dimengerti oleh responden. Pengambilan data dilakukan

dengan mengisi lengkap kuesioner yang telah disediakan.

i. Responden diminta mengisi kuesioner yang telah disediakan

dengan memberikan tanda ceklis pada kolom jawaban yang

sesuai.
57

j. Peneliti mengingatkan responden untuk bertanya jika dan

pertanyaan dari kuesioner yang tidak dimengerti, dan setelah

responden selesai mengisi semua pernyataan maka semua

kuesioner dikumpulkan.

k. Selanjutnya peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari

kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan dicek kelengkapannya

untuk diolah dan dianalisis.

2. Instrumen penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010), instrument penelitian adalah alat-

alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrument

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

menggunakan kuesioner. Dalam pengumpulan data ini responden

diberi kebebasan untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai

menurut responden dan kuesioner berbentuk pilihan, dimana jawaban

telah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawabannya

(Notoatmodjo, 2010).

Kuesioner tersebut disusun menjadi item pertanyaan yang

dibagi ke dalam empat bagian, yaitu petunjuk pengisian, identitas

reponden, pengetahuan tentang manfaat air putih, sikap dalam

mengkonsumsi air putih dan perilaku mengkonsumsi air putih yang

terdiri dari beberapa pertanyaan tertutup yang sudah tersedia

jawabannya yang bertujuan untuk mengetahui perilaku

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP WIYATA BAKTI

CIMAHI.
58

a. Pengetahuan Tentang Manfaat Air Putih

Alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk mengukur

pengetahuan disusun dalam bentuk multiple choice pilihan

berganda a, b, c sebanyak 23 soal yang terdiri dari definisi air

putih, kualitas atau standar air minum yang boleh dikonsumsi,

jumlah air yang harus dikonsumsi dalam satu hari, manfaat air

putih, dampak kekurangan dan kelebihan mengkonsumsi air putih.

Antara lain dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada

responden dengan beberapa alternatif jawaban dan hanya satu

jawaban yang benar. Jika responden menjawab benar maka

score nya = 1, jika jawaban salah salah score nya = 0. Cara

perhitungan atau menilaian skor dilakukan dengan perhitungan

jumlah soal kemudian dikali 100. Intrumen dibuat sendiri oleh

peneliti berdasarkan teori-teori dari berbagai sumber dan disajikan

dengan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden.

b. Sikap Tentang Manfaat Air Putih

Alat ukur instrumen sikap menggunakan kuesioner

berbentuk skala Likert 20 pernyataan. Penggunaan skala Likert

dalam penelitian ini dikarenakan skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu

gejala atau fenomena tertentu (Riyanto, 2014).

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti bedasarkan teori-

teori dari berbagai sumber dan disajikan dengan sejumlah


59

pernyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

respnden.

Skala yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat

alternative jawaban, yaitu “Setuju (S)”, “ Sangat Setuju (SS)”,

“Tidak Setuju (TS)”, dan “Sangat Tidak Setuju (STS)”, dengan

menggunakan dua jenis pertanyaan positif dan negatif (Azwar,

2013).

Skala yang digunakan untuk pengukuran sikap

menggunakan skala likert, berisi pertanyaan-pertanyaan yang

meliputi kognitif dengan penilaian sebagai berikut :

Kriteria untuk pemberian skor untuk pertanyaan positif,

diantaranya :

1) Sangat Tidak Setuju (STS) =1

2) Tidak Setuju (TS) =2

3) Setuju (S) =3

4) Sangat Setuju (SS) =4

Kriteria untuk pemberian skor untuk pertanyaan negatif,

diantaranya :

1) Sangat Setuju (SS) =1

2) Setuju (S) =2

3) Tidak Setuju (TS) =3

4) Sangat Tidak Setuju (STS) =4

c. Perilaku Mengkonsumsi Air Putih


60

Pengukuran perilaku berisi pernyataan terbuka sesuai

dengan perilaku responden dalam mengkonsumsi air putih/ hari.

Kiteria pengukuran perilaku yakni (Hidayat, 2009) :

a. Perilaku baik jika mengkonsumsi air putih ≥ 8 gelas / hari

(2000ml)

b. Perilaku kurang baik jika mengkonsumsi air putih < 8 gelas /

hari (2000ml)

3. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan

pengukuran. Valid berarti sebuah instrumen atau alat ukur

tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur (Riyanto, 2014).

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari penelitian

sebelumnya sehingga perlu diuji kembali apakah pertanyaan

tersebut masih valid atau tidak. Uji validitas pada penelitian ini

menggunakan teknik korelasi pearson product moment. Untuk

melihat pertanyaan tersebut valid atau tidak teknik korelasi

pearson product moment dapat dilihat dari nilai r yang digunakan,

dimana nilai r hasil terlihat pada tabel corrected item-total

correclaction. Rumus yang digunakan dalam teknik ini adalah

sebagai berikut : (Riyanto, 2014).


61

Keterangan :

r hitung : Koefisien korelasi

∑Xi : Jumlah skor item

∑ Yi : Jumlah skor total

n : Jumlah responden

Keputusan uji:

Bila r hitung ≥ (r person) table / 0,361 ; artinya variabel valid

Bila r hitung < (r person) table / 0,361 ; artinya variabel tidak

valid (Riyanto, 2013).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan di SMP I Pasundan

Cimahi kepada 30 responden pada tanggal 25 April 2019 setelah

tahap proposal selesai dengan kriteria sekolah dan perilaku pelajar

sama. Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan di SMP

Wiyata Bakti Cimahi pada variabel pengetahuan , hasil yang didapat

dari 27 item pengetahuan dinyatakan valid (r-hitung ≥ 0, 361) adalah

23 item dan tidak valid (r-hitung < 0,361) sebanyak 4 item. Kemudian,

pada variabel sikap hasil yang didapat dari 24 item sikap dinyatakan

valid (r-hitung ≥ 0, 361) adalah 20 item dan tidak valid (r-hitung <

0,361) sebanyak 4 item. Peneliti bersama dosen pembimbing

memutuskan untuk membuang 4 item yang tidak valid pada variabel

pengetahuan dan sikap karena item pertanyaan sudah terwakili oleh

item lainnya.
62

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Riyanto, 2014). Pada

penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus

alpha cronbach, yaitu sebagai berikut : (Riyanto, 2014).

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

: Jumlah varians butir

: Varians total

Berdasarkan hasil pengujian instrument pengetahuan, diperoleh

nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,934 > 0,6 atau berada dalam kategori

sangat reliabel (antara 0,800 – 1,000), dan untuk instrument sikap hasil

pengujian instrument sikap, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar

0,928 > 0,6 atau berada dalam kategori sangat reliabel (antara 0,800 –

1,000)

9. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Mencari fenomena dan pemilihan judul penelitian.


63

b. Peneliti memilih tempat penelitian sesuai dengan data yang ada

dan masalah yang ditemukan pada tanggal 20 januari 2019

c. Setelah itu, peneliti menentukan judul penelitian yaitu “Hubungan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Air Putih dengan

Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja di SMP WIYATA

BAKTI CIMAHI ”

d. Mengajukan judul penelitian ke LPPM Stikes Jenderal Achmad

Yani Cimahi dan pembimbing

e. Mengajukan surat pengambilan data awal ke SMP WIYATA

BAKTI CIMAHI pada tanggal 23 januari 2019

No.B.155/IKP(S1)/STIKES/I/ 2019

f. Mendapatkan izin dari pihak untuk melakukan studi pendahuluan

di SMP WIYATA BAKTI CIMAHI pada tanggal 23 januari 2019

No.

g. Melakukan studi pendahuluan di SMP WIYATA BAKTI CIMAHI

pada tanggal 19 februari 2019 No.422.1/529/SMP-WB/II/2019

h. Peneliti melakukan studi ke perpustakaan

i. Selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian

j. Mengikuti bimbingan penyusunan proposal penelitian dari bulan

Januari sampai Maret 2019

k. Melaksanakan seminar proposal pada bulan 27 maret 2019

l. Perbaikan hasil seminar proposal 02 mei 2019

m. Melakukan uji Validitas dan reliabilitas di SMP I Pasundan Cimahi

pada tanggal 26 April 2019 pada 30 responden

2. Tahap Penelitian
64

a. Peneliti mengurus perizinan penelitian pada pihak terkait pada 29

mei 2019

b. Setelah mendapatkan perizinan, maka peneliti mulai melakukan

penelitian dan pengumpulan data pada 29 Mei 2019

c. Pada saat penelitian, peneliti dibantu oleh 1 orang asisten yang

sebelumnya sudah disamakan persepsi, yang bertugas

membantu memberikan lembar kuesioner dan membantu

mengawasi berjalannya pengisian kuesioner untuk menghindari

adanya kerja sama.

d. Peneliti menentukan responden sebanyak 174 orang

e. Peneliti melakukan inform concent kepada responden dengan

cara menjelaskan maksud dan tujuan peneliti secara bersamaan

dibagi dalam 2 kelompok (dalam aula dan ruang kelas).

f. Peneliti meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan

memberikan lembar inform consent secara bersamaan sebagai

bukti bersedia, responden menandatangani lembar inform

concent.

g. Peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner

pada responden dan mengumpulkan data kuesioner yang sudah

terisi dalam waktu 1 hari dengan cara mengumpulkan responden

pada setiap kelas kemudian mengumpulkan nya di Aula dan

ruang kelas yang kosong.

h. Semua data yang sudah ada dikumpulkan diperiksa

kelengkapannya untuk kemudian dianalisa oleh peneliti.

i. Melakukan pengolahan data dan analisa data


65

Setelah seluruh data terkumpul dan lengkap, maka tahap

selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis univariat

dan bivariate dengan menggunakan analisis chi-square

j. Menarik kesimpulan

Setelah hasil penelitian didapatkan melalui pengolahan adan

analisis data, maka peneliti akan menarik kesimpulan untuk

melihat hasil distribusi frekuensi dan persentase serta hubungan

antara variabel independen dan dependen.

3. Tahap Akhir

a. Peneliti menyusun hasil akhir penelitian

Menyusun laporan penelitian dilakukan berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh berdasarkan analisis data yang

digunakan, dimana laporan hasil penelitian dimasukkan ke dalam

hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan

b. Peneliti menyajikan hasil penelitian

10. Pengelolaan dan Analisis Data

1. Pengelolahan Data
Pengelolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian

kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Agar analisis

penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada beberapa tahapan

yang harus dilakukan dalam melakukan tahap pengolahan data,

diantaranya adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

a. Editing (Pengeditan)
66

Merupakan kegiatan pemeriksaan, perbaikan isian formulir

atau kuesioner, dan pemeriksaan terhadap kelengkapan

instrument dan penyesuaian data yang diperoleh dengan

kebutuhan peneliti. Pengecekan dalam proses ini meliputi

pengecekan jumlah sampel data dan kelengkapan pengisian data.

Pada tahap ini peneliti mengecek kembali isian formulir

dan lembar jawaban kuesioner, dan pemeriksaan terhadap

kelengkapan instrument dan penyesuaian data yang diperoleh

dengan kebutuhan peneliti. Pada saat pengisian kuesioner dan

penyerahan kembali, peneliti telah memeriksa ternyata tidak ada

jawaban yang terlewat dan sesuai dengan harapan peneliti.

b. Coding (Pengkodean)

Tahap ini peneliti mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan untuk mempermudah saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entri data. Adapun

cara pemberian kode pada masing-masing variabel adalah :

1) Coding pada variabel pengetahuan

a) Kode 1 untuk kategori “Baik”

b) Kode 2 untuk kategori “Cukup”

c) Kode 3 untuk kategori “Kurang”

2) Coding pada variabel sikap

a) Kode 1 untuk kategori “Positif”

b) Kode 2 untuk kategori “Negatif”

3) Coding pada variabel perilaku

a) Kode 1 untuk kategori “ Perilaku Baik”


67

b) Kode 2 untuk kategori “ Perilaku Kurang Baik”

c. Entry Data (Pemasukan data)

Setelah data diberi kode maka data jawaban-jawaban dari

masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau

huruf) dimasukan ke dalam program atau “software” computer

untuk dilakukan pengolahan dan pemasukkan data.

d. Scoring

Scoring merupakan tahap menilai untuk masing-masing

pertanyaan tugas yang dilakukan dengan menjumlahkan hasil

yang didapat dari semua pertanyaan tiap responden (Nursalam,

2010). Tahap ini peneliti memberikan skor pada masing-masing

jawaban responden yang selanjutnya dijumlahkan dan

dikategorikan.

Pada tahap ini, scoring yang diberikan pada variabel

pengetahuan adalah skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk

jawaban salah, setelah sedangkan untuk scoring pada variabell

sikap diantaranya adalah :

Tabel 2.7 Scoring Variabel Sikap

Jawaban Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif


Sangat Setuju (ST) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tabel 2.8 Scoring Variabel Perilaku

Jawaban “Perilaku Baik” “Kurang Baik”


1.Mengkonsumsi ≥ 8 gelas 2. Mengkonsumsi air < 8 gelas

e. Processing
68

Setelah semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya

adalah memproses data agar dapat dianalisa. Proses data

dilakukan dengan cara memasukkan data hasil kuesioner ke

komputer untuk dilakukan pengolahan data.

f. Cleaning (Pembersih Data)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak. Apabila semua

data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Pada

tahap ini peneliti mengecek data yang telah masuk apakah terjadi

missing atau terlewat saat proses pengentrian data. Hasil dari data

peneliti tidak ada data yang missing atau missing 0%.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2014). Analisa ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan dan

sikap tentang air putih dan perilaku mengkonsumsi air putih di

SMP Wiyata Bakti Cimahi.

1) Pengetahuan
69

Untuk menghitung kategori dan persentase pada variabel

pengetahuan, menggunakan rumus sebgai berikut :

Distribusi frekuensi

Selanjutnya data tabulasi pengetahuan dideskripsikan

dengan menggunakan skala atau kategori sebagai berikut:

(Arikanto, 2010)

a. Baik, jika 76-100%

b. Cukup, jika 56-75%

c. Kurang, jika <56%

2) Sikap

Pada variabel sikap, instrument yang digunakan

menggunakan kuesioner dengan bentuk skala likert dimana

skor jawaban dengan kategori sebgai berikut :

a) Positif jika mean ≥ 59

b) Negative jika mean < 59

3) Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

Pada variabel perilaku, instrumen akan menggunakan

kuesioner dengan kriteria pengukuran perilaku baik jika

mengkonsumsi air putih ≥ 8 gelas / hari, perilaku kurang baik

jika mengkonsumsi air putih 8 gelas / hari.


70

b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga saling berhubungan atau berkolerasi

(Notoatmodjo, 2018) yaitu variabel bebas (pengetahuan dan

sikap) dan variabel terikat (Perilaku) yang bertujuan untuk melihat

atau mengetahui hubungan pengetahun dan sikap tentang air

putih dengan perilaku mengkonsumsi air putih pada remaja di

SMP WIYATA BAKTI CIMAHI.

Analisis bivariat yang digunakan adalah analisis chi-square

(X2) karena kedua variabel merupakan data kategorik (ordinal dan

ordinal) dengan tingkat kemaknaan 95% nilai alpha 0,05 (5%).

Rumus yang digunakan untuk menghitung X2 yaitu :

Keterangan :

X2 = Nilai Chi Square

fo = Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

fe = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi


teoritis)

Hasil perhitungan statistik antara dua variabel bebas dan

terikat dengan menggunakan nilai kemaknaan 𝜕 = 0,05 dengan

ketentuan pengambilan kesimpulan berdasarkan nilai p (Riyanto,

2013). Nilai p value pada 𝜕 = 0,05 dan Confidance Interval (CI) 95%

dengan ketentuan bila :


71

1) p value = 0, 001 ≤ 𝜕 (0,05) uji statistik menunjukan ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan tentang air putih dengan

perilaku mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti

Cimahi.

2) p value = 0,002 ≤ 𝜕 (0,05) uji statistik menunjukan ada hubungan

yang bermakna antara sikap tentang air putih dengan perilaku

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi.

11. Etika Penelitian

1. Persetujuan (Inform Concent)

Inform Concet merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Inform concent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan inform concent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian (Hidayat, 2013). Penelitian juga harus

memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi

atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai ungkapan

peneliti menghormati harkat dan martabat sebjek penelitian, peneliti

seyogyanya mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform

concent) yang mecakup :

a. Penjelasan manfaat penelitian

b. Penjelasan manfaat yang didapatkan

c. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian


72

d. Persetujuan dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian

kapan saja

e. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas data

informasi yang diberikan oleh responden.

Pada saat inform concent dilakukan, tidak ada siswa yang

menolak untuk menjadi responden penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,

2013).

Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamtukan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. Pada

tahap ini, responden tidak mencantumkan nama lengkap dan hanya

menuliskan kode inisial sehingga identitas responden tidak diketahui

oleh orang lain.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telat dikumpulkan dijamin


73

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan hasil riset (Hidayat, 2013).

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,

baik informasi maupu maslah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset. Pada tahap

ini peneliti harus merahasiakan identitas, data dan atau

mempublikasikan data mentah dan hanya mencantumkan hasil

penelitian yang asli.

4. Beneficence

Beneficence yaitu manfaat bagi responden dan keluarga

(Notoatmodjo, 2012). Pada pelaksanaan ini, peneliti harus

memperhatikan prinsip Beneficence dengan menjelaskan terlebih

dahulu diawal penelitian tentang manfaat dari penelitian ini. Manfaat

penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa

mengenai manfaat air putih dan menumbuhkan perilaku yang positif

dalam mengkonsumsi air putih.

5. Non Malficence

Non Malficence yaitu peneliti tidak melakukan tindakan yang

menimbulkan bahaya bagi responden, responden diusahakan bebas

dari rasa tidak nyaman.

Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan peneliti sesuai

dengan prosedur dengan meminimalisasi dampak merugikan

terhadap responden dilakukan dengan menerapkan prinsip menjaga

kerahasiaan responden
74

12. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Wiyata Bakti Cimahi

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 mei 2019


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi“, yang dilakukan pada tanggal

29 Mei 2019 dengan jumlah responden kelas VII dan VIII di SMP Wiyata

Bakti Cimahi sebanyak 174 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara membagikan kuesioner kepada responden. Hasil pengolahan data

ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berdasarkan analisa

univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Pengetahuan Tentang Air Putih Pada Remaja di


SMP Wiyata Bakti Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan

tentang air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi,

diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Air Putih


Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi

Variabel Kategori Frekuensi Persentase(%)


(F)
Pengetahuan Baik 15 8,6
Cukup 5 2,9
Kurang 154 88,5
Total 174 100
Sumber : Data primer

75
76

Hasil analisis pada tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 174

responden, sebagian besar mempunyai pengetahuan tentang air

putih kurang 154 responden (88,5%).

b. Gambaran Sikap Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja di


SMP Wiyata Bakti Cimahi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Sikap tentang air

putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi, diperoleh hasil

sebagai berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Mengkonsumsi Air Putih


pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi

Variabel Kategori Frekuensi Persentase(%)


(F)
Sikap Positif 85 48,9
Negative 89 51,1

Total 174 100


Sumber : Data Primer

Hasil analisis pada tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 174

responden, sebagian besar mempunyai sikap negatif sebanyak 89

responden (51,1%).

c. Gambaran Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja di


SMP Wiyata Bakti Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku dalam

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi,

diperoleh hasil sebagai berikut :


77

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Mengkonsumsi Air


Putih pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi

Variabel Kategori Frekuensi Persentase(%)


(F)
Perilaku Baik 19 10,9
Kurang Baik 155 89,1

Total 174 100


Sumber : Data Primer

Hasil analisis pada tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 174

responden, sebagian besar mempunyai perilaku kurang baik

dalam mengkonsumsi air putih, yaitu sebanyak 155 responden

(89,1%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Air Putih dengan


Perilaku Mengkonsumsi Air Putih pada Remaja di SMP Wiyata
Bakti Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi

Air Putih pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi, diperoleh

hasil sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan


Tentang Air Putih dengan Perilaku
Mengkonsumsi Air Putih pada Remaja di SMP
Wiyata Bakti Cimahi

Pengetahuan Perilaku Total P


Perilaku Baik Kurang Baik value
N 100% N 100% N 100%
Baik 15 100% 0 100% 15 100%
Cukup 0 0% 5 100% 5 100% 0,001
Kurang 4 2,6% 150 97,4% 154 100%
Total 19 10,9% 155 89,1% 174 100%
Sumber : Data Primer
78

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukan bahwa dari 15

responden yang memiliki pengetahuan baik, terdapat 15

responden (100%) yang berperilaku baik dalam mengkonsumsi air

putih, kemudian dari 5 responden yang memiliki pengetahuan

cukup, terdapat 5 responden (100%) dengan perilaku kurang baik

sedangkan 154 responden yang memiliki pengetahuan kurang,

terdapat 150 responden (97,4%) yang berperilaku kurang baik

dalam mengkonsumsi air putih. Hasil uji statistik didapatkan nilai p

value = 0,001 <alpha (0,05) maka dapat disimpulkan ada

hubungan tingkat pengetahuan tentang air putih dengan perilaku

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi.

a. Hubungan Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku


Mengkonsumsi Air Putih pada Remaja di SMP Wiyata Bakti
Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Sikap

Mengkonsumsi Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi, diperoleh hasil sebagai

berikut.

Tabel 4.5 Hubungan Sikap Mengkonsumsi Air Putih dengan


Perilaku Mengkonsumsi Air Putih pada Remaja di
SMP Wiyata Bakti Cimahi

Perilaku Total
Sikap Perilaku baik Kurang Baik P
Value
N % N % N %
Positif 16 18,8% 69 81,2% 85 100%
Negatif 3 3,4% 86 96,6% 89 100% 0,002
Total 19 10,9% 155 89,1% 174 100%
Sumber : Data primer
79

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, menunjukan dari 85 responden

yang memiliki sikap positif, terdapat 16 responden (18,8%) yang

berperilaku baik dalam mengkonsumsi air putih, sedangkan dari 89

responden yang memiliki sikap negatif, sebanyak 86 responden (96,6%)

yang berperilaku kurang baik dalam mengkonsumsi air putih. Hasil uji

statistic didapatkan nilai p value = 0,002< alpha (0,05) maka dapat

disimpulkan ada hubungan sikap tentang air putih dengan perilaku

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi.

A. Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini adalah penjelasan hasil

penelitian dengan meninjau teori-teori terkait berdasarkan literatur dan

penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan variabel

yang diteliti.

1. Univariat

a. Gambaran Pengetahuan Tentang Air Putih pada Remaja di SMP

Wiyata Bakti Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 174 responden,

sebagian besar mempunyai pengetahuan tentang air putih adalah

kurang, yaitu sebanyak 154 responden (88,5%).

Menurut Notoatmodjo (2013), pengetahuan merupakan

hasil tahu, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat


80

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan,

pengakuan diri sendiri maupun orang lain, media massa serta

lingkungan. Menurut Agus (2013), pengetahuan adalah informasi

atau maklumat yang diketahui.

Berdasarkan teori bahwa pengetahuan itu didapatkan dari

hasil tahu seseorang melalui indra yang dimilikinya, artinya bahwa

pengetahuan didapatkan dengan mendengar dan melihat. Proses

mendapatkan pengetahuan dari mendengar maupun melihat

membutuhkan sensori yang baik, supaya informasi yang

dihasilkan benar dan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh

orang lain maupun media yang memberikan informasi.

Pengetahuan tentang air putih adalah segala sesuatu yang

dipahami atau diketahui responden mengenai air putih (Ranteallo,

2014).

Air adalah salah satu zat dengan rumus kimia H 2O yang

tidak memiliki warna, rasa dan aroma (Hardinsyah, 2017). Air putih

adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia yang

memenuhi syarat-syarat, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak

berwarna, tidak mengandung organisme yang berbahaya dan

tidak mengandung logam berat (Ranteallo, 2014).

Menurut Briawan (2015), sejumlah mineral yang terdapat

dalam air putih merupakan zat yang dibutuhkan dan bermanfaat

bagi tubuh, seperti : kalsium, sodium, magnesium, kalium dan

bikarbonat. Tubuh manusia yang kekurangan mengkonsumsi air


81

putih akan menyebabkan berbagai macam penyakit antara lain

yaitu sakit pinggang, rematik, nyeri tulang leher, tekanan darah

tinggi, kolestrol tinggi, berat badan berlebihan, asma kencing

manis, stroke, batu ginjal, sembelit, konsentrasi menurun (Azlam,

2016).

Dari hasil analisa peneliti, remaja di SMP Wiyata Bakti

sebagian besar memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak154

responden (88,5%) sehingga sangat berpengaruh terhadap

perilaku remaja dalam berperilaku mengkonsumsi air putih.

Pengetahuan kurang dalam hal ini remja di SMP Wiyata Bakti

Cimahi sebagian besar tidak mengetahui zat-zat yang terkandung

dalam air putih yang sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh

tubuh, tidak mengetahui dampak-dampak jika kekurangan air

dalam tubuh tubuh, selain itu mereka juga tidak memahami

standar air yang layak dikonsumsi dan berapa banyak jumlah air

yang dibutuhkan tubuh khususnya pada remaja. Hal ini sejalan

dengan penelitian (Arini dan Annas, 2018) mengatakan kurangnya

tingkat pengetahuan tentang air putih dapat memberikan peluang

remaja untuk tidak memperhatikan jumlah air putih yang

diperlukan oleh tubuh.

Pada responden yang mempunyai pengetahuan kurang,

banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuannya salah

satunya kurang aktif untuk mencari informasi terkait manfaat air

putih bagi tubuh sehingga pengetahuan responden tentang air

putih kurang, tidak adanya fasilitas dari pihak sekolah untuk


82

memberikan program terkait air putih missal kerjasama dengan

petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada siswa

akan pentingnya air putih bagi tubuh.

b. Gambaran Sikap Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja di SMP

Wiyata Bakti Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian dari 174 responden, sebagian

besar mempunyai sikap negatif, yaitu sebanyak 89 responden

(51,1%). Responden sebagian besar bersikap negatif karena

belum mengetahui tentang perilaku yang baik dalam

mengkonsumsi air putih dan pentingnya air putih bagi tubuh,

sehingga masih banyak siswa yang lebih memilih mengkonsumsi

minuman berasa daripada mengkonsumsi air putih.

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi)

seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya (Azwar,

2013). Sikap adalah pandangan atau perasaan, tetapi sikap

disertai oleh kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap

terhadap objek. Jadi lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan

kesediaan terhadap suatu hal (Wawan, 2010). Sikap tentang

mengkonsumsi air putih adalah tanggapan atau reaksi seseorang

tentang perilaku mengkonsumsi air putih (Ranteallo, 2014).

Menurut Azwar (2013), sikap dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,


83

lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor

emosional. Sikap negatif atau sikap yang tidak mendukung adalah

tindakan mengabaikan atau kurangnya kesadaran siswa dalam

mengkonsumsi air putih.

Menurut Neil Niven (2006) dalam penelitian Ranteallo

(2014), mengatakan bahwa sikap positif seseorang terhadap

kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku

seseorang menjadi positif tetapi sikap negatif terhadap kesehatan

hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya. Hasil penelitian

didapatkan responden yang memiliki sikap negatif dengan perilaku

baik sebanyak 10 orang (6,8%) dan sisanya berperilaku kurang

baik.

Hal ini sependapat dengan (Maulana, 2010) yang

mengemukakan bahwa salah satu faktor yang juga berpengaruh

terhadap perilaku remaja dalam mengkonsumsi air putih adalah

adanya faktor eksternal yang meliputi adanya kemasan minuman

yang menarik dan menawarkan berbagai rasa, warna dan

kesegaran yang dapat mempengaruhi pola minum remaja dalam

mengkonsumsi air putih.

Berdasarkan analisa peneliti, remaja di SMP Wiyata Bakti

Cimahi sebagian besar memiliki sikap yang negatif dengan

perilaku kurang baik dalam mengkonsumi air putih. Sikap negatif

yang ditunjukan diantaranya, kurangnya kesadaran siswa akan

pentingnya mengkonsumsi air putih ditunjukan dengan siswa

minum ketika sudah merasa haus, kurangnya pengalaman siswa


84

akan manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi air putih,

sikap siswa yang lebih memilih minuman berasa dibanding

mengkonsumsi air putih dengan alasan mereka beranggapan

bahwa minuman kemasan juga sudah dapat mengganti air putih

bagi tubuh dan minuman berasa lebih dirasa memberikan

kesegaran bagi tubuh, selain itu siswa di sekolah tersebut jarang

sekali mambawa minum khususnya air putih dari rumah mereka

sering, minum ketika sudah merasa haus, mereka tidak

mengkonsumsi buah dan sayur dan mereka beranggapan bahwa

sayur dan buah tidak bisa memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

c. Gambaran Perilaku Mengkonsumsi Air putih Pada Remaja di SMP

Wiyata Bakti Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 174 responden,

sebagian besar mempunyai perilaku kurang baik dalam

mengkonsumsi air putih sebanyak 155 responden (89,1%).

Notoatmodjo (2010), perilaku adalah totalitas dari pengahayatan

dan aktivitas yang memengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran,

daya ingat, dan fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah

totalitas respons, namun semua respons juga sangat tergantung

pada karakteristik seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut

Notoatmodjo (2010), antara lain: 1) Faktor predisposisi

(predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. 2) Faktor pendukung (enabling

factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak


85

tersedianya fasilitas-fasilitas. 3) Faktor pendorong (reinforcing

factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat.

Menurut Ranteallo (2014), perilaku mengkonsumsi air putih

adalah perbuatan memakai atau menggunakan air murni atau air

bening yang tidak bercampur zat tambahan. Air merupakan

kebutuhan manusia yang paling penting. Menurut (Hardinsyah,

dkk 2017), air yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya adalah

sekitar 2-2,5 liter (8-10 gelas).

Berdasarkan hasil analisa peneliti, sebagian besar remaja

di SMP Wiyata Bakti Cimahi berperilaku kurang baik yaitu 155

responden (89,1%) dalam mengkonsumsi air putih, perilaku

remaja yang mengkonsumsi air putih kurang dari 8 gelas sehari

dan akan sangat berdampak negatif bagi kesehatan tubuh untuk

jangka yang lebih panjang seperti dehidrasi, kerusakan ginjal,

kurangnya konsentrasi, sakit kepala . Faktor yang mempengaruhi

siswa dalam berperilaku mengkonsumsi air putih yaitu

pengetahuan dan sikap. Kurangnya minat responden dalam

mencari informasi tentang manfaat air putih menjadi penyebab

pengetahuan remaja kurang dalam yang menyebab perilaku

remaja dalam mengkonsumsi air putih kurang baik, selain itu

rendahnya motivasi responden untuk mengkonsumsi air putih

disebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya

mengkonsumsi air putih baik di rumah maupun di lingkungan


86

sekolah, tidak adanya ketegasan pihak sekolah kepada para

pedagang minuman-minuman berasa untuk mengganti

dagangannya dengan air putih, dan tidak ada himbauan dari pihak

sekolah untuk mewajibkan siswa membawa bekal air putih atau

lebih memilih minuman apa saja yang boleh dikonsumsi siswa

pada saat jam istirahat atau berada di lingkungan sekolah.

2. Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Air Putih dengan

Perilaku Mengkonsumsi Air Putih pada Remaja di SMP Wiyata

Bakti Cimahi

Hasil penelitian yang diperoleh dari 174 responden,

menunjukan bahwa terdapat 150 responden (97,4%) memiliki

pengetahuan kurang dengan perilaku mengkonsumsi air putih

kurang baik. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan α

(0,05) diperoleh nilai p = 0,001 yang menunjukan p lebih kecil dari

α (0,05). Hal ini berarti Ha diterima atau ada hubungan ada

hubungan tingkat pengetahuan tentang air putih dengan perilaku

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi.

Penelitian oleh Azlam (2013), menyatakan bahwa

pengetahuan yang kurang mengenai cairan akan mempengaruhi

perilaku dalam mengkonsumsi air putih. Menurut Maulana (2010),

juga mengemukakan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai

manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh juga memberikan
87

peluang bagi siswa untuk tidak memperhatikan air putih bagii

tubuhnya.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ranteallo (2014), yang menunjukan bahwa pada hasil

penelitiannya didapatkan p = 0,001 Berarti α < 0,05, sehingga

disimpulkan ada hubungan yang positif antara tingkat

pengetahuan tentang air putih dengan perilaku mengkonsumsi air

putih pada remaja di SMP Katolik Makale Kabupaten Tana Toraja

Tahun 2014, sehingga semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki

siswa tentang air putih maka akan mempengaruhi perilakunya

dalam mengkonsumsi air putih dan pengetahuan yang kurang

mengenai air putih akan mempengaruhi perilaku dalam

mengkonsumsi air putih.

Sejalan dengan penelitian (Dwi dan Ruhyana, 2014)

terdapat hubungan antara faktor pengetahuan dengan perilaku

minum air putih pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Stikes Asyiyah Yogyakarta dengan nilai p value 0,001. Dalam

penelitiannya, mengatakan kebanyakan kalangan remaja atau

mahasiswa mengetahui manfaat air putih sebagai penghilang rasa

dahaga. Tetapi tidak mengetahui banyak sekali manfaat besar dari

peranan air minum. Air putih sangat penting peranannya dalam

metabolisme dan sebagai kebutuhan yang sangat mendasar bagi

tubuh. Selain itu, dapat membantu dalam menyembuhkan

berbagai macam penyakit, air putih juga bermanfaat untuk


88

membantu membuang kotoran dan racun yang ada di dalam

tubuh.

Pada penelitian ini, responden yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang dengan perilaku kurang baik sebanyak 150

responden (97,4%). Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya

perhatian dan persepsi siswa terhadap sumber-sumber informasi

yang ada tentang manfaat air putih bagi. Maulana (2010), juga

mengemukakan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai

manfaat lebih air putih bagi kesehatan tubuh juga memberikan

peluang bagi siswa untuk tidak memperhatikan air putih bagi

tubuhnya. Selain kebiasaan minum air putih hanya pada saat

merasa haus, minum air putih hanya sebagai pelengkap bagi rasa

haus pada saat makan, atau sesegera minum saat makan, bahwa

tidak jarang ditempat-tempat makan mereka justru makan tidak

disertai dengan air putih, ini menjadi pola kebiasaan yang jauh dari

pola kesehatan minum yang baik dan benar.

b. Hubungan Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku


Mengkonsumsi Air Putih pada Remaja di SMP Wiyata Bakti
Cimahi
Hasil penelitian yang diperoleh dari 174 responden,

disimpulkan bahwa terdapat sebanyak 86 (96,6%) responden

memiliki sikap negatif dengan perilaku kurang baik dalam

mengkonsumsi air putih.

Berdasarkan hasil uji statistik Chis-square dengan α (0,05)

diperoleh nilai p = 0,002 yang menunjukan nilai p lebih kecil dari


89

dari α (0,05). Hal ini berarti Ha diterima atau ada hubungan antara

sikap remaja tentang air putih dengan perilaku mengkonsumsi air

putih pada remaja di SMP Wiayata Bakti Cimahi tahun 2019.

Menurut Azwar (2005), bahwa sikap seseorang akan

dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.

Sikap adalah pandangan atau perasaan, tetapi sikap disertai

kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap sesuatu

hal (Wawan, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ranteallo (2014), yang menunjukan bahwa pada

hasil penelitiannya didapatkan p = 0, 002 jadi p<α = 0,05, berarti

ada hubungan antara sikap dengan perilaku mengkonsumsi air

putih. Semakin positif sikap yang dimiliki siswa maka akan

mempengaruhi perilakunya dalam mengkonsumsi air putih.

Responden yang memiliki sikap negatif dengan perilaku

kurang baik sebanyak 86 responden (96,6%). Hal tersebut dapat

disebabkan kurangnya perhatian, minat dan kesadaran dalam diri

siswa serta kurangnya pengetahuan dan informasi siswa tentang

manfaat air putih bagi tubuh. Selain itu, sikap yang negatif sangat

mempengaruhi kesadaran dan tindakan siswa dalam berperilaku

sehingga siswa cenderung berperilaku kurang baik,

perkembangan dunia dan teknologi mempengaruhi gaya hidup

dan cara berpikir siswa, banyak minuman-minuman yang

menawarkan berbagai rasa, warna dan sebagainya membuat

siswa lebih tertarik mengkonsumsi minuman-minuman tersebut.


90

Sarwono, (2005, dalam Ranteallo, 2014) sependapat

dalam penelitiannya mengatakan bahwa perilaku diterangkan

sebagai hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

siswa dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan.

Selain itu sikap negatif dapat mempengaruhi individu untuk

berperilaku kurang baik, sehingga individu menerima stimulus

yang ada kurang baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan

pendapat Wawan dan Dewi (2010), yang mendefinisikan sikap

merupakan hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang di

ekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif dan perilaku.

Melalui sikap maka seseorang dapat memahami proses

kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang

mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Sebanyak 154 responden mempunyai pengetahuan kurang

tentang air putih (88,5%)

2. Sebanyak 89 responden mempunyai sikap negatif atau tidak

mendukung mengkonsumsi air putih (51,1%)

3. Sebanyak 155 responden mempunyai perilaku kurang baik dalam

mengkonsumsi air putih (89,1%).

4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku

mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi

Tahun 2019 dengan p-value = 0,001

5. Ada hubungan antara sikap remaja tentang air putih dengan

perilaku mengkonsumsi air putih pada remaja di SMP Wiyata

Bakti Cimahi Tahun 2019 dengan p-value = 0,002

91
92

B. Saran
Berdasarkan hasil peneitian dan kesimpulan di atas, maka

saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut :

1. Bagi Tempat Penelitian (SMP WIYATA BAKTI CIMAHI)

Disarankan agar hasil penelitian ini menjadi acuan untuk

merancang program yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang air putih, sikap siswa mengenai air putih bagi

tubuh dan menumbuhkan perilaku positif dalam mengkonsumsi air

putih.

3. Bagi Siswa

Disarankan bagi siswa sebaiknya memulai kebiasaan

untuk membawa air putih dari rumah agar dapat memudahkan

siswa dalam memperoleh air putih saat berada di sekolah, tidak

memilih minuman berasa atau berwarna yang mengandung

pemanis buatan saat jam istirahat di sekolah, selain itu

sebaiknya siswa minum air putih tidak hanya menunggu ketika

merasa haus agar kebutuhan air bagi tubuh dapat terpenuhi dan

siswa agar selalu mencari tahu akan manfaat lebih air putih bagi

tubuh.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar hasil penelitian ini menjadi dasar

pedoman untuk melaksanakan penelitian yang lebih lanjut

mengenai perilaku mengkonsumsi air putih misalnya dengan

melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang


93

mempengaruhi perilaku mengkonsumsi air putih, pengalaman

siswa yang mengkonsumsi air putih. Selain itu, untuk peneliti

selanjutnya disarankan untuk memperhatikan lagi berat badan,

aktivitas fisik setiap individu yang dijadikan responden, karena

akan mempengaruhi hasil penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Agus dan Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan


Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medik.

AKG. 2013. Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan
Vitamin yang di Anjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2013.

Arikanto, Suharmisi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.


Jakarta : rineka cipta.

Atma Dwi dan Ruhyana. 2014. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi


Perilaku Minum Air Putih Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

AKG. 2013. Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan
Vitamin yang di Anjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2013.

Azlam. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Manfaat Cairan


Dengan Perilaku Konsumsi Air Putih. PROFESI, Volume 13, Nomor
2, Maret 2016.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Briawan, D., Sedayu, T.R. Ekayanti, I.2011. Kebiasaan Minum Dan


Asupan Cairan Remaja Di Perkotaan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
Volume 8, Pp. 36-41.

Cananar dan Sunandar dalam Hardinsyah. 2017. Ilmu Gizi Teori &
Aplikasi. Jakarta : EGC

Depkes. 2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta

Ernovitania dan Sumarni. 2017. Hubungan Antara Pengeluaran Untuk


Minum dan Pola Konsumsi Air dengan Status Hidrasi Pada Siswa
SMP Unggulan Bina Insani Surabaya Tahun 2017. The Indonesian
Journal of Public Health, Vol 12 No. 276-285.

Fitriani NL dan Andriyani S. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan


Dengan Sikap Anak Usia Sekolah Akhir (10-12 Tahun) Tenrang
Jajanan di SD Negeri II Tagog Apu Padalarang Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2015. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Vol.
1. No. 1 (7-26).

94
95

Hardinsyah, dkk. 2017. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta : EGC

Hidayat, Alimul Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisis Data.

Hidayat, R., Tumbelaka, G., Siregar, E., Kurniawan, A., Prastowo, N.,
Sutarina, N., Tilarso, H. 2014. Buku Peunjuk Prakstis : Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dalam Latihan Fisik. Perhumpunan Dokter
Spesialis Kedokteran Olahraga.

Hurlock (1991) dalam Kumalasari. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta :


Salemba Medika.

Konsumsi Minuman Gula orang Indonesia Masih Tinggi meski Sudah


Rajin Minum Air Putih. (17 November, 2018). TribunManado, hlm 1
&2

Maryunani, anik. 2013. Perlaku hidup bersih dan sehat. Jakarta: CV.
TRANS INFO MEDIA

Maulana, Bayu. 2010. Kampanye Minum Air Putih di Kalangan Remaja.


Bandung.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Peraturan Menteri


Kesehatan (PerMenkes) Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002. Tentang
Syarat Dan pengawasan Kualitas Air. Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri


Kesehatan (PerMenkes) Nomor 493/MENKES/PER/IV/2010.
Tentang Persyaratan Mikrobiologis Air Minum. Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia


2016. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Mubaraq. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika.

Muyasora. 2012. Terapi Air Putih. Jakarta: Dunia Sehat

Notoatmodjo. 2003. Pedidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta

Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :


Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT.


Aneka Cipta

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Notoatmodjo. 2014. Ilmu perilaku kesehatan.jakarta : PT. Asdi Mahasatya


96

Paajenan. 2007. Health Benefits Of Drinking Water. [Online] Available At :


Https;// Suite101.Com/Atricle/Drinking-Up-Your-Water-A23556.

Prayudi, Atmosoedirjo. 2010. Bahan Administrasi dan Manajemen.


Jakarta : Rineka Cipta

Rantasari, M.S. 2012. Hubungan pola Minum dan Jumlah Konsumsi


Cairan Dari Minuman Terhadap Status Dehidrasi Santriwati Usia 16-
18 Tahun Di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan Tahun
2012. Gizi Indonesia, Volume 35(2), Pp. 120-125.

Ranteallo. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa


Tentang Manfaat Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi Air Putih
Pada Siswa SMP Katolik Makale Kabupaten Tana Toraja Tahun
2014. Jurnal ArgoSainT, Volume VI No.3, Agustus 2015-November
2015.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :


Nuha Medika

Riyanto, A. 2013. Statistik Deskriptif untuk Kesehatan. Stikes A.yani

Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi. Deepublish : Yogyakarta

Santoso, B.I., Hardinsyah, Siregar, P., & Pardede, S.O. 2011. Air Bagi
Kesehatan. Centra Communication.

Sarwono. 2005. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.


Thomas,

Situmorang, Mahinar. 2017. Kimia Lingkungan.. Depok : PT. Raja


Grafindo Persada

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka Cipta

Sucipto. 2015. Keamanan pangan untuk kesehatan manusia.


Yogyakarta : gosyen publishing

Soedarto. 2013. Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto

Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.


Jakarta : Sagung Seto.

Tilong, Adi. 2015. Dahsyatnya Air Putih. Yogyakarta : FalashBooks

Wardlaw, G.M. 2009. Contemporary Nutrition, Seven Edition. New York:


McGraw-Hill. pp.56

Wawan. A dan M. Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Manusia. Cet. Ke-1, Agustus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyastuti. 2009. Pedoman Air Mutu Air Minum. Jakarta: EGC


97

Znaniecki. 2016. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta: EGC


LAMPIRAN
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Dengan hormat,

Saya yang akan bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Nama : Furi Susanti

NPM : 213115059

Dalam hal ini saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku Mengkonsumsi

Air Putih Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi”. Adapun maksud dari

penelitin ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan

perilaku mengkonsumsi air putih pada remaja. Penelitian ini tidak akan

merugikan Siswa/Siswi apabila menjadi responden. Oleh karena itu, saya

berharap kesediaan Siswa/Siswi menjadi responden dengan menjamin atas

kerahasiaan identitas dan segala informasi yang diberikan dalam penelitian ini.

Apabila Siswa/Siswi bersedia, maka saya mohon kesediaannya untuk

menandatangani lembar persetujuan ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Furi Susanti
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan lembar pertama, saya

yang akan bertanda tangan di bawah ini merasa tidak berkebaratan untuk

menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program

Studi Ilmu Ilmu Keperawatan (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi,

atas nama :

Nama : Furi Susanti

NPM : 213115059

Dengan judul :

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Air Putih dengan Perilaku

Mengkonsumsi Air Putih Pada Remaja di SMP Wiyata Bakti Cimahi”.

Untuk bermanfaatnya penelitian ini, saya berjanji akan bersedia untuk

memberikan jawaban yang sebenarnya. Demikian persetujuan ini saya buat

dengan sejujur-jujurnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Cimahi, 2019

Responden
Lampiran 3

KISI- KISI KUESIONER

1. Pengetahuan

Manfaat 2, 4, 5, 6, 10, 12, 13 16,

Dampak 3, 8, 9, 11, 14, 17, 22

Standar air yang layak diminum 1, 7, 15, 18, 19, 20

Jumlah air yang harus dikonsumsi 21, 23

2. Sikap

Komponen Kognitif (pemahaman) 1, 2, 3, 4, 8, 12, 13, 20

Komponen Afektif (perasaan) 6, 7, 10, 14, 15, 19

Komponen Konotatif 5, 9, 11, 16, 17, 18

(kecenderungan)

3. Perilaku

Terdiri dari 1 soal pertanyaan terbuka (Essay)


Lampiran 4

Kuesioner Variabel Pengetahuan

ID Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap
benar !

A. Pengetahuan
1. Air yang digunakan untuk konsumsi manusia yang memenuhi syarat-
syarat, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
mengandung organisme yang berbahaya dan tidak mengandung logam
berat adalah :
a. Air putih
b. Air masak
c. Air minum
2. Apa salah satu fungsi air minum bagi tubuh ?
a. Dehidrasi
b. Menyembuhkan penyakit
c. Sebagai pelumas dan bantalan persendiaan
3. Salah satu akibat kekurangan asupan air putih adalah...
a. Hidrasi
b. Pusing
c. Kurang konsentrasi
4. Berikut merupakan manfaat zat yang terkandung dalam air putih yaitu
menjaga keseimbangan cairan tubuh, menobang transmisi saraf,
kontraksi otot, absorpsi glukosa dan menjadi alat angkut zat gizi melalui
membran sel, adalah fungsi dari…
a. Kalsium
b. Sodium
c. Magnesium
5. Salah manfaat konsumsi air minum yang cukup adalah untuk...
a. Menjaga konsentrasi dan fokus
Lampiran 4

b. Menjaga relaxasi
c. Melancarkan peredaran darah

6. Salah satu fungsi kalsium yang terkandung dalam air putih adalah…
a. Pembentukan sel
b. Penunjang imunitas tubuh
c. Memelihara keseimbangan keasaman darah
7. Air minum yang aman dikonsumsi tidak boleh mengandung bakteri-
bakteri penyakit (pathogen), tidak boleh mengandung bakteri golongan
e-coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 kalori/100m air,
ini merupakan syarat uji…
a. Syarat fisik
b. Syarat kimia
c. Syarat biologi
8. Salah satu dampak kelebihan mengkonsumsi air putih bagi tubuh
adalah…
a. Hiponatremia
b. Kerusakan lambung
c. Konsentrasi menurun
9. Berikut dampak dari kelebihan dalam mengkonsumsi air putih adalah…
a. Beban kerja ginjal meningkat
b. Meningkatkan kerja otak
c. Dehidrasi
10. Air menjaga volume vaskuler dan sirkulasi darah yang berperan penting
dalam fungsi seluruh organ dan jaringan tubuh, ini merupakan fungsi air
sebagai…
a. Katalisator
b. Pengatur suhu
c. Pengaturan keseimbangan elektrolit
11. Yang merupakan gejala dehidrasi di bawah ini adalah…
a. Lesu, bibir pecah-pecah dan mulut kering
b. Hidrasi, haus dan kulit kering
c. Sakit tenggorokan, haus dan hidrasi
Lampiran 4

12. Kenapa air sangat penting bagi tubuh…


a. Air menyehatkan
b. Air menjaga kecantikan
c. Air membantu metabolisme
13. Berikut sejumlah mineral yang terkandung dalam air putih, kecuali…
a. Bikarbonat
b. Vitamin
c. Kalium
14. Tipe Voluntary dehydration adalah tipe dehidrasi ketika seseorang,
kecuali…
a. Tidak memiliki kontrol untuk mengkonsumsi air
b. Mengabaikan kebutuhannya untuk minum
c. Menolak untuk membawa botol minum dan menolak untuk
mengkonsumsi air sebelum dan sesudah olahraga
15. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
429/MENKES/PER/IV/2010, air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum, adalah pengertian dari…
a. Air putih
b. Air kemasan
c. Air minum
16. Magnesium yang terkandung dalam air putih berfungsi sebagai…
a. Menopang tranmisi saraf
b. Membantu proses percernaan protein
c. Menyokong proses pencernaan dalam perut
17. Kehilangan 2-5% cairan total berat badan dikategorikan ke dalam…
a. Dehidrasi berat
b. Dehidrasi sedang
c. Dehidrasi ringan
18. Berikut adalah pengolahan air minum yang berfungsi koagulan yang
dapat mempercepat pengendapan (tawas), dan zat yang dapat
membunuh bibit penyakit (klor) adalah dengan teknik...
a. Pengolahan air dengan menyaring menggunakan ijuk, krikil
b. Pengolahan air dengan dipanaskan
Lampiran 4

c. Pengolahan air dengan menambah zat kimia


19. Tujuan dari pengolahan air dengan cara dipanaskan atau dimasak,
bertujuan untuk…
a. Membunuh bibit penyakit
b. Menghilangkan rasa
c. Menghiangkan bau
20. Salah satu standar air minum yang layak untuk dikonsumsi oleh manusia
adalah…
a. Bersih
b. Berasa dan berwarna
c. Jernih
21. Berdasarkan AKG minimal jumlah air minum yang harus dikonsumsi oleh
remaja dalam satu hari ?
a. 1000ml
b. 1500ml
c. 2000ml
22. Dehidrasi yang terjadi ketika seseorang tidak memiliki kontrol atas
konsumsi air atau tidak memilki kontrol ketika air di eleminasi atau di
absobsi dalam tubuh, merupakan tipe dehidrasi…
a. Dehidrasi yang disadari
b. Dehidrasi tidak disadari
c. Dehidrasi terkontol
23. Untuk usia remaja (13-15th) konsumsi air putih sebanyak…
a. 2000ml
b. 2500 ml
c. 2200 ml
Lampiran 4

Kuesioner Skala Likert Variabel Sikap

ID Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :

Petunjuk : Berilah tanda ceklis pada jawaban yang anda anggap


benar !

No Pertanyaan S SS TS STS
1. Berdasarkan AKG dalam satu hari
tubuh butuh asupan air minum
2. sebanyak kurang lebih 2000ml
Untuk menjaga kesehatan, sebaiknya
3. berhati-hati terhadap air minum yang
dikonsumsi
4. Konsumsi air minum yang kurang dapat
menyebabkan dehidrasi
5. Mengkonsumsi air minum 8 gelas
sehari dapat membantu menjaga
konsentrasi
6. Dari segi kesehatan sebaiknya air
minum yang dikonsumsi setiap hari
7. adalah air putih (plain water)
Kekurangan cairan 2-5% dari total berat
8. tubuh sudah termasuk kategori
dehidrasi ringan
Rasa haus merupakan sinyal bahwa
9. tubuh sudah kekurangan cairan
Minum yang banyak mengandung
10. pewarna, pemanis buatan dan
pengawet tidak baik sering dikonsumsi
Selalu membawa bekal air minum jika
ke sekolah atau bepergiaan
Lampiran 4

11. Ketika seseorang tidak memiliki kontrol


atas konsumsi air atau tidak memilki
kontrol ketika air di eleminasi atau di
absobsi dalam tubuh, merupakan tipe
12. dehidrasi yang tidak disadari
Sebelum mengkonsumsi air, harus
13. terlebih dahulu melalui proses
pengolahan dimasak atau dipanaskan
untuk membunuh bibit penyakit yang
14. ada di dalam air.
Mengkonsumsi air secara berlebihan
15. dapat menyebabkan pengenceran
darah
Mengkonsumsi air dengan takaran
16. melebihi batas akan membuat
17. meningkatnya kerja ginjal dari
seharusnya
Jus dan minuman pemanis lainnya bisa
18. meningkatkan kalori bila diminum
sepanjang hari
19. Minuman yang paling baik daripada
minuman lain seperti kopi, alkohol, teh
20. atau minuman pemanis
buatan
Saya tidak perlu mengkonsumsi buah
dan sayur
Air yang berwarna-warni ditukang
jajanan di sekolah termasuk air bersih
yang layak di konsumsi
Rasa sakit kepala disebabkan dehidrasi
dan obatnya meminum air putih
Air yang mengandung rasa membuat
tubuh lebih segar
Sayur dan buah tidak bisa memenuhi
Lampiran 4

kebutuhan cairan tubuh

Kuesioner Variabel Perilaku

ID Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !

1. Berapa jumlah ukuran air putih yang anda konsumsi setiap hari (gelas/
ml) ?
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13

LEMBAR MONITORING KONSULTASI BIMBINGAN

N HARI/TANGGAL HAL YANG NAMA PEMBIMBING PARAF


O DIKONSULTASIKAN
Lampiran 4
Lampiran 14
Lampiran 15

Lembar Monitoring Bimbingsn


Lampiran 16

HASIL UJI STATISTIK

Pengetahuan

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

air yg digunakan 11,07 43,513 ,690 ,898

salah satu fungsi air 11,10 44,162 ,587 ,900

akibat kekurangan air putih 11,00 44,207 ,593 ,900

manfaat zat 11,20 42,234 ,912 ,893

manfaat konsumsi air yg 11,07 43,720 ,657 ,898


ckup

Fungsikalsium 11,17 44,557 ,531 ,901

air minum yang aman 11,23 44,737 ,520 ,901

air minum yang layak 11,53 48,189 ,038 ,907

standr yg mmenuhi uji 11,47 48,120 ,031 ,908


syarat tdk berasa, brwarna

salah satu dampak 11,07 44,409 ,550 ,901


kelebihan

salah stu dmpk klebihan 11,00 44,345 ,572 ,900


kcuali

air menjaga volume 11,00 44,414 ,561 ,900


vaskuler dan sirkulasi

gejala dehidrasi 10,93 45,030 ,486 ,902

knapa air sngat penting 11,20 44,028 ,622 ,899

mineral yang trkandung dl 11,17 43,523 ,693 ,898


air kecuali

tipe voluntary dehydration 11,20 44,166 ,600 ,900

menurut perpu RI air yg 11,33 44,644 ,589 ,900


mlalui proses pngolahan

magnesium yang tkndung 11,13 44,740 ,499 ,902


dalam air pth

air dpt mndistribusikan 11,07 49,375 -,175 ,915


panas
Lampiran 17

kehilangan 2-5% cairan 11,20 44,097 ,611 ,899


total BB

pngolahan air mnum yg 11,17 44,489 ,542 ,901


berfungsi koagulan

pnglahan air dngn cara 10,93 48,892 -,110 ,913


dipnaskan

stadar air yg layak 11,30 44,907 ,522 ,901


dikonsumsi

jumlah air mnum yng hrus 11,17 44,489 ,542 ,901


dikonsumsimnurut AKG

dehidrasi ktika sseorng tdk 11,20 44,028 ,622 ,899


memilki kontrol

usia remja pr 13-15 th 11,23 43,840 ,663 ,898


mngknsumsi air dngan
jmlah

usia remja lk 13-15 th 11,47 49,016 -,155 ,911


mngknsumsi air dngan
jmlah

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0


Reliability Statistics
Excludeda 0 ,0
Cronbach's
Alpha Total N of Items
30 100,0

,934
a. Listwise deletion22
based on all variables in the
procedure.

Sikap

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

Berdasarkan AKG 67,57 112,254 ,603 ,895

Untuk menjaga Kes 67,43 109,013 ,534 ,896

konsumsi air yg kurang 67,50 110,397 ,562 ,895


Lampiran 17

Konsumsi 8 gelas 67,10 110,231 ,644 ,893

Dari segi Kesehatan 67,27 109,030 ,682 ,892

kek cairan 2-5% 67,73 110,340 ,582 ,895

rasa haus mrpakn 67,13 109,982 ,626 ,894

mnm yg bnyak mngndng 67,37 108,309 ,550 ,895


pwarna

sbaiknya mmbawa bkal air 67,20 109,890 ,610 ,894


mnm

sbaiknya mngkonsumsi air 67,17 120,764 -,007 ,906


sblm

tdk mmilki kontrol 67,87 108,533 ,605 ,894

sblm mngkonsumsi air hrs 67,63 109,551 ,707 ,892

AKG remaja pr dan lk 67,40 123,903 -,193 ,910

mngknsumsi air brlebihan 67,60 112,386 ,575 ,895

takaran air yg lbh 67,60 111,352 ,528 ,896

jus dan mnman pmanis 67,77 109,289 ,605 ,894

mnman yg pling baik 67,83 108,489 ,674 ,892

saya tdk perlu konsumsi 67,20 109,752 ,618 ,894


buah

air yg brwarna warni 67,67 108,920 ,590 ,894

rasa skt kpala 67,67 108,851 ,622 ,893

air yg mngandung rasa 68,03 112,033 ,520 ,896

utk mnghndari dhindrasi 67,17 118,695 ,162 ,902

sayur dan buah dk bsa 67,57 108,461 ,589 ,894


mmnuhi keb

mnm air putih 3000ml 68,27 121,582 -,062 ,909

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0


Reliability Statistics
Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.
Lampiran 17

Cronbach's
Alpha N of Items

,928 20

NORMALITAS DATA

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sikap 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


sikap Mean 59.48 .317
95% Confidence Lower Bound
58.85
Interval for Mean
Upper Bound
60.10

5% Trimmed Mean 59.42


Median 59.00
Variance 17.430
Std. Deviation 4.175
Minimum 49
Maximum 72
Range 23
Lampiran 17

Interquartile Range 5
Skewness .237 .184
Kurtosis .044 .366

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
sikap .091 174 .001 .989 174 .183
a Lilliefors Significance Correction

sikap
sikap Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1.00 Extremes (=<49.0)


2.00 50 . 00
1.00 51 . 0
3.00 52 . 000
3.00 53 . 000
8.00 54 . 00000000
11.00 55 . 00000000000
8.00 56 . 00000000
23.00 57 . 00000000000000000000000
15.00 58 . 000000000000000
20.00 59 . 00000000000000000000
15.00 60 . 000000000000000
10.00 61 . 0000000000
11.00 62 . 00000000000
13.00 63 . 0000000000000
10.00 64 . 0000000000
6.00 65 . 000000
6.00 66 . 000000
1.00 67 . 0
3.00 68 . 000
2.00 69 . 00
2.00 Extremes (>=70.0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
Lampiran 17

Normal Q-Q Plot of sikap

2
Expected Norm al

-1

-2

-3

50 55 60 65 70

Observed Value

Detrended Normal Q-Q Plot of sikap

0.5

0.4
Dev from Normal

0.3

0.2

0.1

0.0

-0.1

50 55 60 65 70

Observed Value
Lampiran 17

14

73
70

65

60

55

50
77

sikap

DISTRIBUSI FREKUENSI

Statistics

Pengetahuan Sikap Perilaku


N Valid 174 174 174
Missing 0 0 0
Mean 2.80 1.51 1.89
Std. Deviation .579 .501 .313
Skewness -2.672 -.046 -2.528
Std. Error of Skewness .184 .184 .184
Minimum 1 1 1
Maximum 3 2 2

Frequency Table
Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 15 8.6 8.6 8.6
cukup 5 2.9 2.9 11.5
kurang 154 88.5 88.5 100.0
Lampiran 17

Total 174 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid positif 85 48.9 48.9 48.9
negatif 89 51.1 51.1 100.0
Total 174 100.0 100.0

Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perilaku baik 19 10.9 10.9 10.9
kurang baik 155 89.1 89.1 100.0
Total 174 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Perilaku 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%

Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation

Perilaku Total
perilaku baik kurang baik
Pengetahuan baik Count 15 0 15
Expected Count 1.6 13.4 15.0
% within Pengetahuan 100.0% .0% 100.0%
cukup Count 0 5 5
Expected Count .5 4.5 5.0
Lampiran 17

% within Pengetahuan .0% 100.0% 100.0%


kurang Count 4 150 154
Expected Count 16.8 137.2 154.0
% within Pengetahuan 2.6% 97.4% 100.0%
Total Count 19 155 174
Expected Count 19.0 155.0 174.0
% within Pengetahuan 10.9% 89.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 133.946(a) 2 .000
Likelihood Ratio 82.900 2 .000
Linear-by-Linear
120.854 1 .000
Association
N of Valid Cases
174
a 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .55.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
Pengetahuan (a)
(baik / cukup)
a Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without
empty cells
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * Perilaku 174 100.0% 0 .0% 174 100.0%

Sikap * Perilaku Crosstabulation

Perilaku Total
perilaku
baik kurang baik
Sikap positif Count 16 69 85
Expected Count 9.3 75.7 85.0
% within Sikap 18.8% 81.2% 100.0%
negatif Count 3 86 89
Lampiran 17

Expected Count 9.7 79.3 89.0


% within Sikap 3.4% 96.6% 100.0%
Total Count 19 155 174
Expected Count 19.0 155.0 174.0
% within Sikap 10.9% 89.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.673(b) 1 .001
Continuity
9.143 1 .002
Correction(a)
Likelihood Ratio 11.542 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
Association 10.612 1 .001
N of Valid Cases 174
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.28.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Sikap
(positif / negatif) 6.647 1.861 23.745
For cohort Perilaku =
perilaku baik 5.584 1.687 18.480
For cohort Perilaku =
kurang baik .840 .753 .937
N of Valid Cases 174
Lampiran 18

DOKUMENTASI
Lampiran 18
Lampiran 19

RIWAYAT HIDUP

I. BIODATA

Nama : Furi Susanti

Tempat Tanggal Lahir : Garut, 5 Juli 1996

Alamat : Kp. Cihuma rt/rw 01/11 Jl. Salam Sayang,

Desa. Cibunar, Kec. Cibatu kab. Garut Jawa

Barat

No Telpon/Hp : +6282214575226

E-Mail : furi.susanti96@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri Cibunar IV Tahun 2003 - 2009

2. SMP Negeri 1 Cibatu Tahun 2009 – 2012

3. SMK Kes. Bhakti Kencana Limbangan Tahun 2012 – 2015

Anda mungkin juga menyukai