YOHANES HATUL
511 05 014
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM)
KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
MACCINI SOMBALA KOTA MAKASSAR
YOHANES HATUL
511 05 014
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM)
KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2015
ABSTRAK
EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR
SKRIPSI, SEPTEMBER 2015
YOHANES HATUL
“ FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
MACCINI SOMBALA KOTA MAKASSAR TAHUN 2015“ (DIBIMBING OLEH IVAN WIJAYA DAN SUMARDI
SUDARMAN)
(62 halaman + 7 tabel + 7 lampiran)
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang
dari 5 tahun (balita). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satukali kejadian diare.
Sebagian dari penderita akan jatuh kedalam dehidrasi, kalau tidak segera ditolong akan meninggal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita di puskesmas maccini somballa kota makassar yang meliputi kebiasaan cuci tangan,
pendidikan, pengetahuan dan pendapatan keluarga. Metode penelitian observasional analitik
dengan desain cross sectional.
Pengambil sampel dengan cara pourposive sampling,dari penelitian ditemukan balita yang
menderita diare sebanyak 42 orang (61,8%), tidak ada hubungan kebiasaan cuci tangan dengan
kejadian diare pada balita (p=0,470), tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada
balita (p= 1,000) tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada balita
(p=0,674), tidak ada hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita (p=0,373).
Kata kunci: Diare, mencuci tangan, pendidikan, pengetahuan dan pendapatan keluarga.
Refrensi: 20(2001-2015).
ABSTRACT
EPIDEMIOLOGY
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY PANCASAKTI MAKASSAR
THESIS, AUGUST 2015
YOHANES HATUL
"FACTORS ASSOCIATED WITH THE OCCURRENCE OF DIARRHEA IN CHILDREN HEALTH MACCINI
SOMBALA MAKASSAR CITY2015" (ADVISER BY IVAN WIJAYA AND SUMARDI SUDARMAN)
(62 pages + 7 table + 7 lampira)
Diarrhea is one of the causes of morbidity and mortality in children aged less than 5 years (toddlers).
The group each year for more than satukali diarrhea. The majority of patients will fall into
dehydration, if not immediately assisted dying. This study aims to determine the factors associated
with the incidence of diarrhea in infants in health centers somballa Maccini city of Makassar which
includes handwashing, education, knowledge and family income. Methods analytic observational
study with cross sectional design.
pourposive samplers by means of sampling, of the research found that children suffering from
diarrhea as many as 42 people (61.8%), there is no relationship handwashing with diarrhea in infants
(p=0.470), there was no knowledge of the relationship with the incidence of diarrhea in infants (p =
1.000) there is no relationship between the level of education with the incidence of diarrhea in
infants (p=0.674), there was no association with family income of diarrhea in infants (p=0.373).
Keywords: diarrhea, wash your hands, education, knowledge and family income.
Reference: 20 (2001-2015)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
Surat persetujuan seminar hasil
Surat izin penelitian pemerintah Sulawesi Selatan
Surat keterangan selsai melaksanakan penelitian
Kuesione rpenelitian
Master table
Ujistatisti
Dokumentasi penelitian
Riwayat hidup
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Jumlah balita penderita diare dan tidak menderita diare 48
Jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir 49
Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan 49
Hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare 50
Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare 51
Hubungan pengetahuan dengan kejadian diare 52
Hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian diare 53
DAFTAR SINGKATAN
Agent : organisme ( virus, bkteri,cacing) yang dapat menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi
Aritmia : sutu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung
Chi-square : kali kuadrat
Diare osmotic : malabsorbi makanan, kekurangan kalori protein dan berat badan lahir rendah.
Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.
Envionment` : lingkungan
Host : pejamu (tuan rumah) manusia/ hewan
Incident rate : jumlah penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat disuatu tempat / wilayah /
Negara pada waktu trtentu.
Prevalence rate : jumlah penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat
/ wilayah / Negara pada waktu tertentu
Sanitasi : kebersihan
Vibro cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karunianya
sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS MACCINI SOMBALA KOTA
MAKASSAR” skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus penulis penuhi dalam menyelesaikan
pendidikan program sarjana kesehatan masyarakat (SKM) pada fakultas kesehatan masyarakat
Universitas Pancasakti Makassar. Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari
berbagai macam masalah dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak maka penulis dapat mengatasi masalah tersebut dengan bijaksana dan selalu berpikir positif,
oleh karena itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua saya yaitu
ayahanda tercinta Bapak Belasius Jerabut, ibunda tercinta Hendrika Jenanut yang dengan penuh rasa
tanggung jawab dan motivasi yang kuat sehingga penulis dapat mnyelsaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada Bapak Ivan Wijaya, SKM.,
M.Kes selaku pembimbing I dan Bapak Sumardi Sudarman, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang
telah penuh semangat meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam menuntun serta
membimbing penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.
Selsainya hasil skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak olek karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Bapak Dr.H.Muh.Akob Kadir., M.Si Selaku Rektor Universitas Pancasakti Makassar
Ibu Dekan dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti Makassar, yang selalu
mendorong penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
Tim penguji skripsi Ibu Lusyana Aripa, S.KM, M.Kes dan Bapak Aswadi, S.KM, M.Kes yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di daerah
Sulawesi Selatan.
Kepala Puskesmas Maccini Sombala Kota Makassar dan seluruh petugas yang sangat ramah dan
bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Maccini Sombala Kota
Makassar
Seluruh teman-teman angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya (Narti Monis, ferdi
pance, Titam JH, Lista Nejam, dan Flori Mbakang) dan yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu
yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
Tak lupa pula bagi keluarga besar (kak Aven Pandu. kak Sintus Wangku sek, kak Reneldis Junta sek,
kak Helmina Juin.S.Pd sek dan keluarga besar desa golo pua yang selalu berperan memberikian
semangat kepada penulis hingga terselsainya penulisan skripsi ini
Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan
bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa karya
ilmiah ini belumlah sempurna seperti yang diharapkan pembimbing dan penguji serta semua pihak
yang ingin menjadi skripsi ini jadi pedoman ilmiah selanjutnya, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif demi karya yang
lebih baik untuk ke depan dan motivasi bagi penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Pernyataan Persetujuan Skripsi ii
Pengesahan Tim Penguji ii
Abstrak iii
Daftar Lampiran iV
Daftar Tabel Vi
Daftar Singkatan vii
Daftar istilah viii
Kata Pengantar ix
Daftar Isi iX
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penulisan 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Diare 10
Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Mencuci tangan 20
Tinjauan Umum Tentang Pendidikan 25
Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 27
Tinjauan Umum Tentang Pendapatan Keluarga 34
BAB III KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti 38
Kerangka Konsep 39
Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 40
Hipotesis Penelitian 42
BAB IV METODE PENELITIAN
Jenis Dan Rencana Penelitian 44
Lokasi Dan Waktu Penelitian 44
Populasi Dan Sampel 44
Pengolahan Dan Penyajian Data 46
Analisis Data 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 48
Pembahasan 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 62
Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang
dari 5 tahun (balita). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satukali kejadian diare.
Sebagian dari penderita akan jatuh kedalam dehidrasi, kalau tidak segera ditolong akan meninggal.
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di
berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta
anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar 20% meninggal
karena infeksi diare (Magdarina, 2010) Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun
2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Angka kematian balita
Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4
kali lebih tinggi dari Malaysia, selanjutnya 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Indonesia menduduki
rangking ke-6 tertinggi setelah Singapura (3 per 1.000), Brunei Darussalam (8 per 1.000), Malaysia
(10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000) dan Thailand (20 per 1.000) (Sadikin, 2011).
Masa balita ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat sehingga membutuhkan zat gizi
yang relatif lebih tinggi. Dimana pada masa balita merupakan masa paling penting sekaligus rawan
bagi anak sebab anak rentan berbagai gangguan kesehatan.Sebagai orangtua, tentu tidak hanya
ingin membebaskan anak dari deritanya, tetapi juga ingin memastikan bahwa gejala yang diderita
bukanlah penyakit serius. Beberapa penyakit memang dapat ditangani di rumah, tetapi yang lainnya
membutuhkan perawatan dokter.Orangtua yang cukup pengetahuan punya kesempatan yang lebih
baik untuk mengidentifikasi penyakit dengan tepat dan segera memberikan penanganan yang
semestinya. Namun, para orangtua yang kurang paham perihal kesehatan anak balita, seringkali
panik, bahkan bisa jadi akan memberikan penanganan yang salah terhadap balitanya. Penanganan
yang salah tersebut bisa membuat penyakit anak bertambah parah (Sudarmoko, 2011).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d
2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1000 penduduk,
tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus
8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan
jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi
KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%.)
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak
menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
Berdasarkan hasil survei Morbiditas Diare yang dilakukan Kementerian Kesehatan sejak tahun 1996 –
2010 angka kesakitan diare meningkat dari tahun 1996 hingga 2006, kemudian menurun pada tahun
2010.Pada tahun 2010 angka kesakitan diare sebesar 441 per 1.000 penduduk.Angka ini mengalami
sedikit penurunan dibandingkan tahun 2006 yaitu 423 per 1.000 penduduk (Wijaya, 2012).
Hasil data Riskesdas 2013, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan
gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden
diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare
pada seluruh kelompok umur (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala
sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. (Riskesdas, 2013).
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010, dari 594.147 perkiraan kasus
diare yang ditemukan dan ditangani sebanyak 243.214 kasus atau 44,29% sehingga angka kesakitan
Incident Rate (IR) akibat diare per 1.000 penduduk mencapai 18,73%. Angka ini mengalami
peningkatan pada tahun 2009 yaitu 12,98%. Pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu
220 per 1.000 penduduk, rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian
penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (under-
reporting cases). Dari 33 kabupaten/kota yang ada, terdapat 2 kabupaten/kota yang melaporkan
tidak ada kasus diare (nol) yaitu Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Nias Utara. Penemuan dan
penanganan kasus diare tertinggi di Kabupaten Simalungun yaitu 129,39% dan terendah di
Kabupaten Labuhan Batu Utara 2,78% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara , 2011).
Menurut Soegijanto (2002), banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor pendorong terjadinya diare.
Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare
seperti: status gizi, pemberian ASI Eksklusif, lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan
sosial ekonomi. Penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi,
keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah
dan sayur-sayuran.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan diare. Perilaku
sehat seseorang berhubungan dengan tindakanya dalam memelihara dan meningkatkan status
kesehatan antara lain pencegahan penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi
serta kebersihan lingkungan. Keadaan kesehatan yang tidak baik mempengaruhi terhadap terjadinya
penyakit diare dibandingkan dalam kesehatan yang baik (Suriadi, 2001).Penyebab langsung diare
antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Faktor risiko
yang berhubungan dengan diarepada anak antar alain tingkat pendidikan, pengetahuan dan
tindakan pencegahan terhadap diare (Kamalia, 2005; Sinthamurniwati, 2006; Bintoro,
2010).Penelitian yang dilakukan oleh Khalili di Iran tahun 2006, menemukan peningkatan risiko
rawat inap pasien diare akut disebabkan oleh adanyadarah dalamtinja, dehidrasi, ASI yang diberikan
kurang dari 6 bulan,riwayat rawat inap sebelumnya, kurangnya akses terhadap air
bersih,mempunyai hewan peliharaan. Khalili juga menjelaskan bahwa salah satu faktor risiko yang
menyebabkan pasien diare dirawat di rumah sakit di Negara berkembang adalah tingkat pendidikan
dan tingkat pengetahuan serta tindakan pencegahan orangtua yang rendah tentangdiare. Handayani
(2008) dan Asiddiqi (2010) menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare
sebagian besar berada pada kategori rendah sampai sedang. Menurut Dewi (2008), tingkat
pendidikan formal adalah tingkat dalam pendidikanformal yang telah tercapai, dinyatakan dengan
tahun sukses. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan,
khususnyapengetahuan dibidang kesehatan.Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin
mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakintinggi pula kesadaran untuk
berperilaku hidup sehat. (Notoadmodjo, 2003) Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan atau praktik seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari padaperilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Praktik itu sendiri
merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahuiatau yang disikapinya
(dinilai baik) (Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over
behavior). Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, encegahan,
dan carapenanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita, berperan penting dalam penurunan
angka kematian dan pencegahan kejadian diareserta malnutrisi pada anak. Pengetahuan juga
mempengaruhi tindakan ibu tentang pencegahan terhadap suatu penyakit khususnya diare.
Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh
dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada jenis pekerjaan kepala
keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika pendapatan masih rendah maka kebutuhan pangan lebih
dominan dari pada kebutuhan non pangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat maka
pengeluaran untuk non pangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan akan pangan sudah
terpenuhi (Husaini et al. 2000 dalam kasman 2003).
Menurut Sajogyo (1994) rendahnya pendapatan merupakan faktor yang menyebabkan orang tidak
mampu membeli dan memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Sesuai dengan Hukum
Bennet, semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik
yang tercermin dari perubahan pembelian bahan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang
harganya lebih mahal dengan kualitas yang baik. Sebaliknya, rendahnya pendapatan yang dimiliki
oleh seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari
pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua kali dalam sehari. Tingkat pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang
dikonsumsi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah dan
konsumsi pangan keluarga akan berkurang (Berg 1986, kasman 2007).
Dari Data Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2012, angka kesakitan diare pada semua
golongan umur pada tahun 2011 berjumlah 98.184 kasus (20,8/1000 penduduk). Jumlah kasus diare
pada balita 40.611 kasus sedangkan jumlah kasus diare yang dilaporkan disarana kesehatan sebesar
92.794 kasus dan jumlah yang diterima kader 5.390 kasus. Pada tahun 2012 telah terjadi KLB diare
dipropinsi Sulawesi Selatan pada 4 kabupaten dengan jumlah penderita seluruhnya 429 orang
dengan kematian 19 orang (CFR 4,4%).
Profil kesehatan kota Makassar 2013, Kasus diare yang dilaporkan oleh 39 puskesmas se Kota
Makassar sampai dengan desember 2013 sebanyak 28.908 kasus. Angka kesakitan (Incidence
Rate/IR) penyakit diare pada tahun 2013 sebesar 21,3 per 1.000 penduduk, angka ini menurun dari
tahun 2012 sebesar 21,6 per 1.000 penduduk dengan jumlah kasus 29.265 kasus.
Profil kesehatan puskesmas Maccini Sombala tahun 2014. Dari 10 jenis penyakit terbesar di
puskesmas Maccini Sombala penyakit diare berada pada posisi ke 6. pada bulan januari 2014
kejadian diare pada balita sebanyak 12 orang, bulan Februafri 6 orang, bulan Maret 18 orang, bulan
April 18 orang, bulan Mei 23 orang, bulan Juni 11 orang, bulan Juli 20 orang, bulan Agustus 11 orang,
bulan Sebtember 19 orang, bulan Oktober 24 orang, bulan November 26 orang, bulan Desember 24
orang.
Berdasarkan uraian diaras maka penelitian ini dilakukan guna untuk mengetahuui faktor-faktoryang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Maccini Sombala kota Makassar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita terutama dalam menganalisis apakah ada
hubungan, Kebiasaan Mencuci tangan, pendidikan orangtua, pengetahuan orangtua dan pendapatan
keluarga dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Maccini Sombala kota Makassar 2015?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini sombala kota Makassar.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita
Untuk mengetahui hubungan pendidikan orangtua dengan kejadian diare pada balita
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita
Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita
Manfaat Penelitian
Bagi peneliti
Membantu penulis dalam mencari hubungan penyebab kejadian diare pada balita.
Bagi Institusi Kesehatan
Agar dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan pustaka bagi institussi
kesehatan.
Bagi Masyarakat
Agar menambah pengetahuan masyarakat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
diare pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diare sekresi
a.) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti Shingella, Salmonella, E.coli, Golongan
Vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium, Golongan virus seperti: Protozoa, Entamoeba histolicia, Giardia
lamblia, Cacing perut, Ascaris, Jamur.
b) Hiperperistaltik usus halus yang berasal dari bahan-bahan
makanan, kimia misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,terlalu asam, gangguan psikik,
gangguan syaraf, hawa dingin, alergi.
c) Defisiensi imun yaitu kekurangan imun terutama yang mengakibatkan terjadinya berlipat
gandanya bakteri atau flora usus dan jamur.
2.) Diare osmotic yaitu malabsorbi makanan, kekurangan kaloriprotein dan berat badan lahir rendah.
5. Mekanisme Penularan diare
Kuman penyebab diare ditularkan melalui :
Makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja atau muntahan yang mengandung kuman
penyebab diare.
Melalui tangan yang terkontaminasi kotoran dan diprgunakan untuk memasukkan makanan kedalam
mulut.
Alat-alat rumah tangga yang tidak bersih.
Gejala spesifik
Vibro cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
Disenteriform:tinja berlendir dan berdarah.
Gejala-gejala Yang Timbul Akibat Diare
Bila terjadi diare akan mengakibatkan kehilangan cairan tubuh dan kehilangan elektrolit tubuh.
Gejala-gejala yang timbul akibat kehilangan cairan tubuh adalah: Turgor kulit berkurang, nadi lemah
atau tidak teraba, taki kardi, mata cekung, ubun-ubun cekung, suara parau, jari-jari scanosis,
mebram mucosa, kering dan anuri. Sedangkan akibat kehilangan eletrolit tubuh adalah: defesiensi
bikarbonat tubuh (muntah, nafas cepat dan dalam), defesiensi kalium (lemah otot, aritmia, henti
jantung, ileus paralitik) dan hipoglikemia (kejang atau koma).
Upaya Pencegahan Penyakit Diare
Cara pencegahan penyakit diare yang benar-benar efektif yang dapat dilakukan adalah :
Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang
ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 4 bulan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 4 bulan pertama resiko untuk terkena diare 30
kali ebih besar dari pada yang diberi ASI. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari
menyusui. Penggunaan botol untuk pemberian susu formula, biasanya menyebabkan resiko tinggi
terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Anak diare harus diberi banyuak
minuman, jiika anak masih menyusui tetap diberi ASI. (Hadi Siswanto dalam Amin Rahman Hardi
2012)
Makanan Pendamping ASI
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih
baik, yaitu :
Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4 bulan tetapi teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih
sering 4 kali sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin. (Hadi Siswanto dalam Amin Rahman Hardi
2012).
Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar
kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan juga menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan , dan lengan (Schaffer, et.al., 2000).
Pentingnya mencuci tangan untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit. Sebaiknya
mengajarkan kebiasaan baik mencuci tangan kepada anak yang masih kecil, karena salah satu
penyakit pembunuh anak nomor 1 di Indonesia adalah diare, yang dapat dicegah dengan
mengajarkan anak untuk mencuci tangan. Karena seperti yang kita ketahui, sepanjang hari kita akan
banyak melakukan kontak langsung dengan orang-orang, permukaan benda yang terkontaminasi,
makanan, bahkan binatang dan kotoran binatang. Hal itu tentunya akan menyebabkan
menumpuknya bibit penyakit pada tangan khususnya telapak tangan. Maka dari itu juga kita tidak
mencuci tangan cukup sering, maka kita dapat tertular berbagai penyakit lewat sentuhan (misalnya:
tanpa sadar kita menyantuh mata, hudung,mulut dengan telapak tangan). Hal itu tentunya akan
mengakibatkan kuman-kuman dan bakteri-bakteri yang melekat pada telapak tangan akan
berpindah ke mata, mulut atau hidung dan tentunya akan menimbulkan berbagai macam penyakit.
Tanpa kita sadari, kita juga dapat menyebarkan penyakit ke orang lain lewat sentuhan langsung atau
lewat media permukaan benda yang mereka sentuh.
Kebersihan diri daripada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap makan,
merupakan sesuatu yang baik.Dimana sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur
fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalammulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalkan dari air minum dan makanan.Kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan tidak
mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan
sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, telah
dibuktikan memiliki dampak dalam kejadian diare dan mencari sasaran utama pendidikan tentang
kebersihan.Penularan 14-48% terjadinya diare diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang
kesehatan dan perbaikan kebiasaaan (Depkes, 2000).
Macam-Macam Cara Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan air
Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah air yang
mengalir, karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa
menjadi tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman
penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan
tersebut.
Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum dilakukan setelah
mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan
pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman, namun pada praktiknya perilaku
ini dilakukan karena banyak hal di antaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi
wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada anak.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan
atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah perpindahan mereka pada
pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air
terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian
dari kotoran organik. Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan
operasi diharuskan mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya
(sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro
organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus bisa memastikan bahwa mikro
organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung
dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin
terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap antibiotik.
Cara Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
Mencuci tangan umumnya dilakukan :
Saat sebelum makan,
Sebelum menyiapkan makanan,
setelah memegang daging mentah,
Sebelum dan setelah menyentuh orang sakit,
Sesudah menggunakan kamar mandi,
Setelah batuk atau bersin atau membuang ingus,
setelah mengganti popok atau pembalut,
Sebelum dan setelah mengobati luka,
Setelah membersihkan atau membuang sampah,
Setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan, dll.
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman
diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyiapkan makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare.
c. Perilaku Cuci Tangan
Kebersihan diri daripada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap makan,
merupakan sesuatu yang baik.Dimana sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur
fecal oral.Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalammulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalkan dari air minum dan makanan.Kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan tidak
mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan
sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, telah
dibuktikan memiliki dampak dalam kejadian diare dan mencari sasaran utama pendidikan tentang
kebersihan. Penularan 14- 48% terjadinya diare diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang
kesehatan dan perbaikan kebiasaan (Depkes, 2000).
2).Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya suatu tindakan
seseorang. Menurut Notoadmodjo (2003), dimana tingkat pengetahuan didalam domain kognitif,
meliputi :
a) Tahu (Know)
Pengetahuan (tahu) yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam
pengetahuan yang paling rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan
sesuatu. Pengetahuan ibu balita tentang diare yang baik akan mempengaruhi ibu balita dalam
memahami tentang bahaya dari diare bagi anaknya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk
materi, harus dapat menjelaskan, contohnya ibu balita dapat memahami dan mengetahui cara
penanganan diare yang benar.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
yang sebenarnya. Aplikasidisini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip
dan sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya ibu balita dapat menggunakan cara pencegahan
atau tindakan awal dalam mencegah terjadinya diare pada balita serta dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah dalam penanganan diare.
d) Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, serta mengelompokkan tentang penanganan diare.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan. Dimana pada ibu
yang memilki balita yang diare maka dapat melakukan penanganan secara benar agar diare dapat
berhenti.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan
terhadap seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang
tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan setiap anggota
keluarganya, Notoadmodjo, (2003).
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), yaitu :
a) Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal
yang baru.
b) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih
jelas.
c) Kultur Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru
akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada ibu balita melakukan penanganan
terjadinya diare sesuai dengan apa yang mereka lihat dilingkungannya.
d) Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada remaja dengan umur yang
bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang
diberikan serta besikap lebih bijak. Pengalaman ibu balita dengan kejadian diare mempengaruhi
dalam penanganan diare selanjutnya.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare pada balita sangat banyak. Untuk itu kerangka konsep ini hanya
mengambil beberapa factor saja karena keterbatasan dalam hal biaya dan waktu. Oleh karena itu
kerang kakonsepnya dapat diuraikan sebagai berikut:
5. Pendapatan keluarga
Adalah: jumlah penghasilan yang diperoleh anggota keluarga selama satu bulan yang diukur selama
satu bulan.
Kreriteria objektif:
Tinggi : apabila penghasilan rata-rata sama atau diatas upah minimum kota (UMK) kota makassar
Rp.2.075.000
Rendah: apabila penghasilan rata-rata dibawah UMK
Hipotesis Penelitian
Seperti yang telah digambarkan dalam kerang kakonsep, maka rumusan hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
Hipotesis alternative (Ha)
Ada hubugan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada balita Di puskesmas Maccini
Sombala kota Makassar
Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita Di puskesmas Maccini Sombala
kota Makassar
Ada hubungan antara Pengetahuan Orangtua dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di puskesmas Maccini
Sombala kota Makassar
Hipotesa Null (Ho)
Tidak ada hubugan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita Di puskesmas Maccini
Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara Pengetahuan Orangtua dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
BAB IV
METODE PENELITIAN
Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisis dan diinterprestasi lebih lanjut untuk menguji hipotesis
dengan bantuan komputer. Langkah-langkah analisis statistik dimulai dari:
Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi dan proporsi serta
insiden dari berbagai variabel yang diteliti baik variabel independen maupun variabel dependen
dengan membuat tabel distribusi untuk masing-masing variabel.
Analisa bivariat
Untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen memakai uji Chi-square (kali kuadrat). Uji Chi-square dipakai untuk menilai beda peoporsi
hubungan setiap variabel bebas dengan terikat dan menetapkan signifikan hubungan pada derajat
penolakan α = 5%( p< 0,05). Jika nilai p < α: 0,05 maka HO ditolak Ha diterima berarti terdapat
hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Dan jika p ≥ α: maka HO diterima Ha
di tolak berarti tidak ada hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.