Anda di halaman 1dari 25

proposal penelitianku

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS


MACCINI SOMBALA KOTA MAKASSAR

YOHANES HATUL
511 05 014

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM)

KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
MACCINI SOMBALA KOTA MAKASSAR

YOHANES HATUL
511 05 014
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM)

KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2015
ABSTRAK

EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR
SKRIPSI, SEPTEMBER 2015

YOHANES HATUL
“ FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
MACCINI SOMBALA KOTA MAKASSAR TAHUN 2015“ (DIBIMBING OLEH IVAN WIJAYA DAN SUMARDI
SUDARMAN)
(62 halaman + 7 tabel + 7 lampiran)

Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang
dari 5 tahun (balita). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satukali kejadian diare.
Sebagian dari penderita akan jatuh kedalam dehidrasi, kalau tidak segera ditolong akan meninggal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita di puskesmas maccini somballa kota makassar yang meliputi kebiasaan cuci tangan,
pendidikan, pengetahuan dan pendapatan keluarga. Metode penelitian observasional analitik
dengan desain cross sectional.
Pengambil sampel dengan cara pourposive sampling,dari penelitian ditemukan balita yang
menderita diare sebanyak 42 orang (61,8%), tidak ada hubungan kebiasaan cuci tangan dengan
kejadian diare pada balita (p=0,470), tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada
balita (p= 1,000) tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada balita
(p=0,674), tidak ada hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita (p=0,373).
Kata kunci: Diare, mencuci tangan, pendidikan, pengetahuan dan pendapatan keluarga.
Refrensi: 20(2001-2015).

ABSTRACT
EPIDEMIOLOGY
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY PANCASAKTI MAKASSAR
THESIS, AUGUST 2015
YOHANES HATUL
"FACTORS ASSOCIATED WITH THE OCCURRENCE OF DIARRHEA IN CHILDREN HEALTH MACCINI
SOMBALA MAKASSAR CITY2015" (ADVISER BY IVAN WIJAYA AND SUMARDI SUDARMAN)
(62 pages + 7 table + 7 lampira)

Diarrhea is one of the causes of morbidity and mortality in children aged less than 5 years (toddlers).
The group each year for more than satukali diarrhea. The majority of patients will fall into
dehydration, if not immediately assisted dying. This study aims to determine the factors associated
with the incidence of diarrhea in infants in health centers somballa Maccini city of Makassar which
includes handwashing, education, knowledge and family income. Methods analytic observational
study with cross sectional design.
pourposive samplers by means of sampling, of the research found that children suffering from
diarrhea as many as 42 people (61.8%), there is no relationship handwashing with diarrhea in infants
(p=0.470), there was no knowledge of the relationship with the incidence of diarrhea in infants (p =
1.000) there is no relationship between the level of education with the incidence of diarrhea in
infants (p=0.674), there was no association with family income of diarrhea in infants (p=0.373).
Keywords: diarrhea, wash your hands, education, knowledge and family income.
Reference: 20 (2001-2015)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran:
Surat persetujuan seminar hasil
Surat izin penelitian pemerintah Sulawesi Selatan
Surat keterangan selsai melaksanakan penelitian
Kuesione rpenelitian
Master table
Ujistatisti
Dokumentasi penelitian
Riwayat hidup

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Jumlah balita penderita diare dan tidak menderita diare 48
Jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir 49
Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan 49
Hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare 50
Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare 51
Hubungan pengetahuan dengan kejadian diare 52
Hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian diare 53

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Association Of South East Asia Nations


ASI : Air Susu Ibu
BALITA : Bawah Limatahun
CFR : Case Fatality Rate
Depkes : Departemen Kesehatan
IR : Incident Rate
KLB : Kejadian Luar Biasa
MDG’s : Millennium Development
PHBS : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
RI : Republik Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPSS : Statistikal Prouct And Service Solution
UMK : Upah Minimum Kota
WHO : World Health Organization
DAFTAR ISTILAH

Agent : organisme ( virus, bkteri,cacing) yang dapat menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi
Aritmia : sutu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung
Chi-square : kali kuadrat
Diare osmotic : malabsorbi makanan, kekurangan kalori protein dan berat badan lahir rendah.
Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.
Envionment` : lingkungan
Host : pejamu (tuan rumah) manusia/ hewan
Incident rate : jumlah penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat disuatu tempat / wilayah /
Negara pada waktu trtentu.
Prevalence rate : jumlah penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat
/ wilayah / Negara pada waktu tertentu
Sanitasi : kebersihan
Vibro cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karunianya
sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS MACCINI SOMBALA KOTA
MAKASSAR” skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus penulis penuhi dalam menyelesaikan
pendidikan program sarjana kesehatan masyarakat (SKM) pada fakultas kesehatan masyarakat
Universitas Pancasakti Makassar. Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari
berbagai macam masalah dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak maka penulis dapat mengatasi masalah tersebut dengan bijaksana dan selalu berpikir positif,
oleh karena itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua saya yaitu
ayahanda tercinta Bapak Belasius Jerabut, ibunda tercinta Hendrika Jenanut yang dengan penuh rasa
tanggung jawab dan motivasi yang kuat sehingga penulis dapat mnyelsaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada Bapak Ivan Wijaya, SKM.,
M.Kes selaku pembimbing I dan Bapak Sumardi Sudarman, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang
telah penuh semangat meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam menuntun serta
membimbing penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.
Selsainya hasil skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak olek karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Bapak Dr.H.Muh.Akob Kadir., M.Si Selaku Rektor Universitas Pancasakti Makassar
Ibu Dekan dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti Makassar, yang selalu
mendorong penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
Tim penguji skripsi Ibu Lusyana Aripa, S.KM, M.Kes dan Bapak Aswadi, S.KM, M.Kes yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di daerah
Sulawesi Selatan.
Kepala Puskesmas Maccini Sombala Kota Makassar dan seluruh petugas yang sangat ramah dan
bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Maccini Sombala Kota
Makassar
Seluruh teman-teman angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya (Narti Monis, ferdi
pance, Titam JH, Lista Nejam, dan Flori Mbakang) dan yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu
yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
Tak lupa pula bagi keluarga besar (kak Aven Pandu. kak Sintus Wangku sek, kak Reneldis Junta sek,
kak Helmina Juin.S.Pd sek dan keluarga besar desa golo pua yang selalu berperan memberikian
semangat kepada penulis hingga terselsainya penulisan skripsi ini
Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan
bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa karya
ilmiah ini belumlah sempurna seperti yang diharapkan pembimbing dan penguji serta semua pihak
yang ingin menjadi skripsi ini jadi pedoman ilmiah selanjutnya, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif demi karya yang
lebih baik untuk ke depan dan motivasi bagi penulis.

Makassar, September 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Pernyataan Persetujuan Skripsi ii
Pengesahan Tim Penguji ii
Abstrak iii
Daftar Lampiran iV
Daftar Tabel Vi
Daftar Singkatan vii
Daftar istilah viii
Kata Pengantar ix
Daftar Isi iX
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penulisan 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Diare 10
Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Mencuci tangan 20
Tinjauan Umum Tentang Pendidikan 25
Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 27
Tinjauan Umum Tentang Pendapatan Keluarga 34
BAB III KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti 38
Kerangka Konsep 39
Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 40
Hipotesis Penelitian 42
BAB IV METODE PENELITIAN
Jenis Dan Rencana Penelitian 44
Lokasi Dan Waktu Penelitian 44
Populasi Dan Sampel 44
Pengolahan Dan Penyajian Data 46
Analisis Data 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 48
Pembahasan 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 62
Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang
dari 5 tahun (balita). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satukali kejadian diare.
Sebagian dari penderita akan jatuh kedalam dehidrasi, kalau tidak segera ditolong akan meninggal.
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di
berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta
anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar 20% meninggal
karena infeksi diare (Magdarina, 2010) Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun
2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Angka kematian balita
Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4
kali lebih tinggi dari Malaysia, selanjutnya 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Indonesia menduduki
rangking ke-6 tertinggi setelah Singapura (3 per 1.000), Brunei Darussalam (8 per 1.000), Malaysia
(10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000) dan Thailand (20 per 1.000) (Sadikin, 2011).

Masa balita ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat sehingga membutuhkan zat gizi
yang relatif lebih tinggi. Dimana pada masa balita merupakan masa paling penting sekaligus rawan
bagi anak sebab anak rentan berbagai gangguan kesehatan.Sebagai orangtua, tentu tidak hanya
ingin membebaskan anak dari deritanya, tetapi juga ingin memastikan bahwa gejala yang diderita
bukanlah penyakit serius. Beberapa penyakit memang dapat ditangani di rumah, tetapi yang lainnya
membutuhkan perawatan dokter.Orangtua yang cukup pengetahuan punya kesempatan yang lebih
baik untuk mengidentifikasi penyakit dengan tepat dan segera memberikan penanganan yang
semestinya. Namun, para orangtua yang kurang paham perihal kesehatan anak balita, seringkali
panik, bahkan bisa jadi akan memberikan penanganan yang salah terhadap balitanya. Penanganan
yang salah tersebut bisa membuat penyakit anak bertambah parah (Sudarmoko, 2011).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d
2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1000 penduduk,
tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus
8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan
jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi
KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%.)
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak
menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
Berdasarkan hasil survei Morbiditas Diare yang dilakukan Kementerian Kesehatan sejak tahun 1996 –
2010 angka kesakitan diare meningkat dari tahun 1996 hingga 2006, kemudian menurun pada tahun
2010.Pada tahun 2010 angka kesakitan diare sebesar 441 per 1.000 penduduk.Angka ini mengalami
sedikit penurunan dibandingkan tahun 2006 yaitu 423 per 1.000 penduduk (Wijaya, 2012).
Hasil data Riskesdas 2013, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan
gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden
diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare
pada seluruh kelompok umur (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala
sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. (Riskesdas, 2013).
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010, dari 594.147 perkiraan kasus
diare yang ditemukan dan ditangani sebanyak 243.214 kasus atau 44,29% sehingga angka kesakitan
Incident Rate (IR) akibat diare per 1.000 penduduk mencapai 18,73%. Angka ini mengalami
peningkatan pada tahun 2009 yaitu 12,98%. Pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu
220 per 1.000 penduduk, rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian
penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (under-
reporting cases). Dari 33 kabupaten/kota yang ada, terdapat 2 kabupaten/kota yang melaporkan
tidak ada kasus diare (nol) yaitu Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Nias Utara. Penemuan dan
penanganan kasus diare tertinggi di Kabupaten Simalungun yaitu 129,39% dan terendah di
Kabupaten Labuhan Batu Utara 2,78% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara , 2011).
Menurut Soegijanto (2002), banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor pendorong terjadinya diare.
Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare
seperti: status gizi, pemberian ASI Eksklusif, lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan
sosial ekonomi. Penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi,
keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah
dan sayur-sayuran.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan diare. Perilaku
sehat seseorang berhubungan dengan tindakanya dalam memelihara dan meningkatkan status
kesehatan antara lain pencegahan penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi
serta kebersihan lingkungan. Keadaan kesehatan yang tidak baik mempengaruhi terhadap terjadinya
penyakit diare dibandingkan dalam kesehatan yang baik (Suriadi, 2001).Penyebab langsung diare
antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Faktor risiko
yang berhubungan dengan diarepada anak antar alain tingkat pendidikan, pengetahuan dan
tindakan pencegahan terhadap diare (Kamalia, 2005; Sinthamurniwati, 2006; Bintoro,
2010).Penelitian yang dilakukan oleh Khalili di Iran tahun 2006, menemukan peningkatan risiko
rawat inap pasien diare akut disebabkan oleh adanyadarah dalamtinja, dehidrasi, ASI yang diberikan
kurang dari 6 bulan,riwayat rawat inap sebelumnya, kurangnya akses terhadap air
bersih,mempunyai hewan peliharaan. Khalili juga menjelaskan bahwa salah satu faktor risiko yang
menyebabkan pasien diare dirawat di rumah sakit di Negara berkembang adalah tingkat pendidikan
dan tingkat pengetahuan serta tindakan pencegahan orangtua yang rendah tentangdiare. Handayani
(2008) dan Asiddiqi (2010) menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare
sebagian besar berada pada kategori rendah sampai sedang. Menurut Dewi (2008), tingkat
pendidikan formal adalah tingkat dalam pendidikanformal yang telah tercapai, dinyatakan dengan
tahun sukses. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan,
khususnyapengetahuan dibidang kesehatan.Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin
mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakintinggi pula kesadaran untuk
berperilaku hidup sehat. (Notoadmodjo, 2003) Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan atau praktik seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari padaperilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Praktik itu sendiri
merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahuiatau yang disikapinya
(dinilai baik) (Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over
behavior). Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, encegahan,
dan carapenanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita, berperan penting dalam penurunan
angka kematian dan pencegahan kejadian diareserta malnutrisi pada anak. Pengetahuan juga
mempengaruhi tindakan ibu tentang pencegahan terhadap suatu penyakit khususnya diare.
Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh
dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada jenis pekerjaan kepala
keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika pendapatan masih rendah maka kebutuhan pangan lebih
dominan dari pada kebutuhan non pangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat maka
pengeluaran untuk non pangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan akan pangan sudah
terpenuhi (Husaini et al. 2000 dalam kasman 2003).
Menurut Sajogyo (1994) rendahnya pendapatan merupakan faktor yang menyebabkan orang tidak
mampu membeli dan memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Sesuai dengan Hukum
Bennet, semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik
yang tercermin dari perubahan pembelian bahan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang
harganya lebih mahal dengan kualitas yang baik. Sebaliknya, rendahnya pendapatan yang dimiliki
oleh seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari
pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua kali dalam sehari. Tingkat pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang
dikonsumsi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah dan
konsumsi pangan keluarga akan berkurang (Berg 1986, kasman 2007).
Dari Data Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2012, angka kesakitan diare pada semua
golongan umur pada tahun 2011 berjumlah 98.184 kasus (20,8/1000 penduduk). Jumlah kasus diare
pada balita 40.611 kasus sedangkan jumlah kasus diare yang dilaporkan disarana kesehatan sebesar
92.794 kasus dan jumlah yang diterima kader 5.390 kasus. Pada tahun 2012 telah terjadi KLB diare
dipropinsi Sulawesi Selatan pada 4 kabupaten dengan jumlah penderita seluruhnya 429 orang
dengan kematian 19 orang (CFR 4,4%).
Profil kesehatan kota Makassar 2013, Kasus diare yang dilaporkan oleh 39 puskesmas se Kota
Makassar sampai dengan desember 2013 sebanyak 28.908 kasus. Angka kesakitan (Incidence
Rate/IR) penyakit diare pada tahun 2013 sebesar 21,3 per 1.000 penduduk, angka ini menurun dari
tahun 2012 sebesar 21,6 per 1.000 penduduk dengan jumlah kasus 29.265 kasus.
Profil kesehatan puskesmas Maccini Sombala tahun 2014. Dari 10 jenis penyakit terbesar di
puskesmas Maccini Sombala penyakit diare berada pada posisi ke 6. pada bulan januari 2014
kejadian diare pada balita sebanyak 12 orang, bulan Februafri 6 orang, bulan Maret 18 orang, bulan
April 18 orang, bulan Mei 23 orang, bulan Juni 11 orang, bulan Juli 20 orang, bulan Agustus 11 orang,
bulan Sebtember 19 orang, bulan Oktober 24 orang, bulan November 26 orang, bulan Desember 24
orang.
Berdasarkan uraian diaras maka penelitian ini dilakukan guna untuk mengetahuui faktor-faktoryang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Maccini Sombala kota Makassar.

Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita terutama dalam menganalisis apakah ada
hubungan, Kebiasaan Mencuci tangan, pendidikan orangtua, pengetahuan orangtua dan pendapatan
keluarga dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Maccini Sombala kota Makassar 2015?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini sombala kota Makassar.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita
Untuk mengetahui hubungan pendidikan orangtua dengan kejadian diare pada balita
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita
Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita

Manfaat Penelitian
Bagi peneliti
Membantu penulis dalam mencari hubungan penyebab kejadian diare pada balita.
Bagi Institusi Kesehatan
Agar dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan pustaka bagi institussi
kesehatan.
Bagi Masyarakat
Agar menambah pengetahuan masyarakat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
diare pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tentang Diare


Pengertian
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara
berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan
konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), diare adalah salah penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Jenis-jenis Diare
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari tujuh hari) yang
mengakibatkan dehidrasi sebagai penyebab utama kematian.
Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya yang mengakibatkan anoreksia, penurunan
berat badan dengan cepat dan kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus yang
mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolism.
Diare dengan masalah lain adalah anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten)
mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti: demam, gangguan gizi dan penyakit lainnya.
Penyebab Diare
Penyebab diare bermacam-macam antaralain infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit,
faktor psikologis misalnya, karena ketakutan atau kecemasan, dan bahkan kadang sama sekali tidak
ditemukan mikro organisme penyebab, (Sabrina Maharani).
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare pada balita, yaitu (Depkes RI,
2007):
a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak
diberi ASI resiko menderita diare lebih besar dari pada yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat lebih besar.
b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencermaran oleh kuman karena
botol susu dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam
dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat
tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol
tersebut beresiko terinfeksi diare.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu
kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum
makan dan menyuapi anak.
f. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang
juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Etiologi atau Faktor penyebab
Penyebab diare berkisar 70% sampai 90% sudah dapat diketahui dengan pasti, dimana penyebab
diare ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Suharyono, 2003).
Penyebab tidak langsung
Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare
seperti, keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, social budaya, kepadatan penduduk, social ekonomi dan
factor-faktor lain. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi 2 golongan
yaitu, Suharyono, (2003):

1. Diare sekresi
a.) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti Shingella, Salmonella, E.coli, Golongan
Vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium, Golongan virus seperti: Protozoa, Entamoeba histolicia, Giardia
lamblia, Cacing perut, Ascaris, Jamur.
b) Hiperperistaltik usus halus yang berasal dari bahan-bahan
makanan, kimia misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,terlalu asam, gangguan psikik,
gangguan syaraf, hawa dingin, alergi.
c) Defisiensi imun yaitu kekurangan imun terutama yang mengakibatkan terjadinya berlipat
gandanya bakteri atau flora usus dan jamur.
2.) Diare osmotic yaitu malabsorbi makanan, kekurangan kaloriprotein dan berat badan lahir rendah.
5. Mekanisme Penularan diare
Kuman penyebab diare ditularkan melalui :
Makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja atau muntahan yang mengandung kuman
penyebab diare.
Melalui tangan yang terkontaminasi kotoran dan diprgunakan untuk memasukkan makanan kedalam
mulut.
Alat-alat rumah tangga yang tidak bersih.

Epidemiologi Penyakit Diare


Distribusi Penyakit Diare
Distribusi penyakit diare menurut variable orang
Penyakit diare banyak diderita oleh golongan umur di bawah lima tahun (BALITA), sekitar 70-80%
dari penderita. Pada saat terjadinya wabah penyakit.
Distribusi penyakit diare menurut variable tempat Kejadian penyakit diare dapat di pengaruhi oleh
mobilitas penduduk baik melalui darat maupun laut. Kejadian diare mengalami kajadian besar setiap
tahunnya pada daerah yang 90% rumah tangga mempunyai air minum yang tidak masak.
Distribusi penyakit menurut variable waktu
Penyakit diare menunjukkan kejadian yang meningkat pada musim kemarau dan pada awal musim
penghujan pada musim kemarau, air yang diperoleh menjadi terbatas serta penggunaan air yang
berulang dan pada musim hujan sumber air menjadi tercemar.
Frekuensi
Di Amerika serikat pada pusat pemberantasan dan pencegahan penyakit menyatakan 55.000
penderita yang harus dirawat di rumah sakit tiap tahun dengan angka kesakitan antara 150-300
penderita setiap tahun disebabakan Rotavirus. Salmonella menyebabkan penderita diare sebesar 5
juta bayi tiap tahunnya.
Wicaksono, dkk (1999) menyatakan bahwa dalam 1 tahun mulai 1 juli 1998 s/d Agustus 1999 di
seluruh Indonesia tercatat 43 bayi dari 90 kasus (47,7%) meninggal karena Salmonella, angka ini
belum termasuk data yang tidak dilaporkan.
Faktor Gizi
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami. Insiden diare
dalam masyarakat golongan berpendapatan rendah dan kurang pendidikan mulai bertambah pada
saat anak mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini makin meningkat, mencapai puncaknya
pada saat anak disapih. Makanan terkontaminasi lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak.
Faktor Ekonomi dan Pendidikan
Hal ini mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan
anak menderita berasal dari keluarga besar. Dengan daya beli rendah, kondisi rumah yang buruk,
tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orangtua
yang rendah dan sikap kebiasaan yang tidak menguntungkan, karna itu faktor edukasi dan perbaikan
ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.

Faktor Hygiene dan Sanitasi


Telah diketahui bahwa penyakit diare dituarkan melalui makanan dan minuman dapat merupakan
sumber penularan apabila dicemari oleh tinja atau muntahan penderita. Kesakitan terjadi karena
sesorang yang rentan makan makanan yang mengandung penyebab penyakit diare dalam jumlah
yang melebihi daya tahan tubuh orang yang bersangkutan. Kejadian diare adalah hasil interaksi
antara penyebab penyakit (agent), tuan rumah (host) dan lingkungan (environment).
Kesehatan lingkungan Indonesia masih merupakan masalah utama dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, yang meliputi :
Kurangnya penyediaan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Kurangnya tempat pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan.
Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.
Usaha Hygiene dan sanitasi makanan yang belum menyeluruh.
Belum ditanganinya Hygiene dan sanitasi industry secara baik.
Kurangnya upaya pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan lingkungan.
Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.
Aspek Sosial Budaya
Selain faktor gizi, lingkungan dan pendidikan, faktor sosial budaya juga mempengaruhi terjadinya
diare. Aspek social budaya meliputi anggapan bahwa diare tidak menular kepada orang lain, atau
hanya disebabkan masuk angin biasa, sehingga apbila terjadi diare tidak segera mencari
pertolongan, hanya memberikan obat tradisional dari dukun.
Manifestasi Klinis Penyakit Diare
Anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badannya meningkat, nafsu makan kurang atau tidak ada
kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mengandung darah atau lendir. Warna tinja berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja
menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare dan ini dapat disebabkan
oleh lambung yang berkontraksi atau akibat gangguan keseimbangan asam basah dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung selaput lendir, bibir
dan mulut serta kulit Nampak kering.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
Gangguan Osmotik
Akibat termakannya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
Osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit keadaan rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, padadinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan selanjutnya diaretimbul karena peningkatan rongga usus.
Gangguan Metabolisme
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila pristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Tanda dan Gejala Penyakit Diare
Beberapa gejala dan tanda diare antaralain:
Gejala umum
Berak air atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
Muntah biasanya disertai diare pada gastroentritis akut
Demem dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan gelisah.

Gejala spesifik
Vibro cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
Disenteriform:tinja berlendir dan berdarah.
Gejala-gejala Yang Timbul Akibat Diare
Bila terjadi diare akan mengakibatkan kehilangan cairan tubuh dan kehilangan elektrolit tubuh.
Gejala-gejala yang timbul akibat kehilangan cairan tubuh adalah: Turgor kulit berkurang, nadi lemah
atau tidak teraba, taki kardi, mata cekung, ubun-ubun cekung, suara parau, jari-jari scanosis,
mebram mucosa, kering dan anuri. Sedangkan akibat kehilangan eletrolit tubuh adalah: defesiensi
bikarbonat tubuh (muntah, nafas cepat dan dalam), defesiensi kalium (lemah otot, aritmia, henti
jantung, ileus paralitik) dan hipoglikemia (kejang atau koma).
Upaya Pencegahan Penyakit Diare
Cara pencegahan penyakit diare yang benar-benar efektif yang dapat dilakukan adalah :
Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang
ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 4 bulan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 4 bulan pertama resiko untuk terkena diare 30
kali ebih besar dari pada yang diberi ASI. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari
menyusui. Penggunaan botol untuk pemberian susu formula, biasanya menyebabkan resiko tinggi
terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Anak diare harus diberi banyuak
minuman, jiika anak masih menyusui tetap diberi ASI. (Hadi Siswanto dalam Amin Rahman Hardi
2012)
Makanan Pendamping ASI
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih
baik, yaitu :
Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4 bulan tetapi teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih
sering 4 kali sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin. (Hadi Siswanto dalam Amin Rahman Hardi
2012).
Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar
kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan juga menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan , dan lengan (Schaffer, et.al., 2000).
Pentingnya mencuci tangan untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit. Sebaiknya
mengajarkan kebiasaan baik mencuci tangan kepada anak yang masih kecil, karena salah satu
penyakit pembunuh anak nomor 1 di Indonesia adalah diare, yang dapat dicegah dengan
mengajarkan anak untuk mencuci tangan. Karena seperti yang kita ketahui, sepanjang hari kita akan
banyak melakukan kontak langsung dengan orang-orang, permukaan benda yang terkontaminasi,
makanan, bahkan binatang dan kotoran binatang. Hal itu tentunya akan menyebabkan
menumpuknya bibit penyakit pada tangan khususnya telapak tangan. Maka dari itu juga kita tidak
mencuci tangan cukup sering, maka kita dapat tertular berbagai penyakit lewat sentuhan (misalnya:
tanpa sadar kita menyantuh mata, hudung,mulut dengan telapak tangan). Hal itu tentunya akan
mengakibatkan kuman-kuman dan bakteri-bakteri yang melekat pada telapak tangan akan
berpindah ke mata, mulut atau hidung dan tentunya akan menimbulkan berbagai macam penyakit.
Tanpa kita sadari, kita juga dapat menyebarkan penyakit ke orang lain lewat sentuhan langsung atau
lewat media permukaan benda yang mereka sentuh.
Kebersihan diri daripada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap makan,
merupakan sesuatu yang baik.Dimana sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur
fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalammulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalkan dari air minum dan makanan.Kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan tidak
mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan
sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, telah
dibuktikan memiliki dampak dalam kejadian diare dan mencari sasaran utama pendidikan tentang
kebersihan.Penularan 14-48% terjadinya diare diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang
kesehatan dan perbaikan kebiasaaan (Depkes, 2000).
Macam-Macam Cara Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan air
Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah air yang
mengalir, karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa
menjadi tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman
penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan
tersebut.
Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum dilakukan setelah
mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan
pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman, namun pada praktiknya perilaku
ini dilakukan karena banyak hal di antaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi
wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada anak.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan
atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah perpindahan mereka pada
pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air
terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian
dari kotoran organik. Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan
operasi diharuskan mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya
(sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro
organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus bisa memastikan bahwa mikro
organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung
dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin
terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap antibiotik.
Cara Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
Mencuci tangan umumnya dilakukan :
Saat sebelum makan,
Sebelum menyiapkan makanan,
setelah memegang daging mentah,
Sebelum dan setelah menyentuh orang sakit,
Sesudah menggunakan kamar mandi,
Setelah batuk atau bersin atau membuang ingus,
setelah mengganti popok atau pembalut,
Sebelum dan setelah mengobati luka,
Setelah membersihkan atau membuang sampah,
Setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan, dll.
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman
diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyiapkan makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare.
c. Perilaku Cuci Tangan
Kebersihan diri daripada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap makan,
merupakan sesuatu yang baik.Dimana sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur
fecal oral.Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalammulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalkan dari air minum dan makanan.Kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan tidak
mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan
sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, telah
dibuktikan memiliki dampak dalam kejadian diare dan mencari sasaran utama pendidikan tentang
kebersihan. Penularan 14- 48% terjadinya diare diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang
kesehatan dan perbaikan kebiasaan (Depkes, 2000).

Tinjauan Umum tentang Pendidikan


Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar, pendidikan dapat diperoleh dari pendidikan formal
(pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi). Berdasarkan pendidikan dasar
Sembilan tahun pendidikan yang paling rendah adalah bila tamat sekolah menengah pertama (SMP)
atau sederajat, serta pendikan tinggi yaitu apabila seorang menamatkan pendidikan sampai sekolah
menengah atas (SMA) atau sederajat keatas (fatah, 2001). Jenjang pendidikan memegang peran
cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan masyarakat yang rendah
menjadikan mereka yang sulit diberi tahu mengenai pentingnya hygiene perorangan dan sanitasi
lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya
mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan
penyakit menular (Sander, 2005,dalam Nuraeni 2012).
Tingkat pendidikan yang cukup merupakan dasar pengembangan wawasan serta sarana untuk
memudahkan seseorang termotivasi dalam turut menentukan cara berpikir seseorang menerima
pengetahuan, sikap dan prilaku baru.
Pendidikan adalah suatu proses alamiah yang harus terjadi pada manusia, seseorang anak manusia
dapat berkembang menjadi manusia karena adanya pendidikan merupakan suatu condition since
quanon dan telah ada sejak lahir (Depdikbud,2008).
Prevalensi diare pada keluarga dengan tingkat pendidikan terendah lebih tinggi daripada tingkat
pendidikan yang lebih baik. Karena dari analisis lebih dari 50% balita adalah dari keluarga (Bapak dan
Ibu) yang tidak tamat SD. Resiko kesakitan diare balita dari keluarga dengan pendidikan terendah
(Emiliana Tjitra, dkk, 1994)
Di Indonesia tingkat pendidikan dapat dibedakan mejadi (Notoatmojo, 1993kasman, 2004):
Pendidikan formal adalah pendidikan yang melalui proses belajar diatur dan sadar dilakukan dari
tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari
dengan sadar atau tidak sadar sejak lahir sampai mati dalam keluarga, pekerjaan atau pengalaman.
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan yang ketat (pendidikan yang berlangsung dalam masyarakat).
Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina sesuai dengan
kondisi prinitif suatu masyarakat di dalam pasti terjadi atau belangsung proses pendidikan. Secara
umum pendidikan sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan seseorang. (Samsunir Adam, 1998).

D. Tinjauan UmumTentang Pengetahuan


1). Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah manusia melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata
dan telinga. Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan. (Notoatmodjo,
2003)
Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia melalui indra yang dimilikinya baik mata,
hidung, telinga dan sebagainya (Notoadmojo 2005). Pengetahuan merupakan hasil stimulasi
informasi yang diperhatikan dan diingat.Informasi tersebut bisa berasal dari pendidikan formal
maupun non formal, percakapan, membicara, mendengarkan radio, menonton televisi dan
pengalaman hidup. (Rudi Haryono 2014).
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
peginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Notoadmodjo
2003.

2).Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya suatu tindakan
seseorang. Menurut Notoadmodjo (2003), dimana tingkat pengetahuan didalam domain kognitif,
meliputi :
a) Tahu (Know)
Pengetahuan (tahu) yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam
pengetahuan yang paling rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan
sesuatu. Pengetahuan ibu balita tentang diare yang baik akan mempengaruhi ibu balita dalam
memahami tentang bahaya dari diare bagi anaknya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk
materi, harus dapat menjelaskan, contohnya ibu balita dapat memahami dan mengetahui cara
penanganan diare yang benar.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
yang sebenarnya. Aplikasidisini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip
dan sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya ibu balita dapat menggunakan cara pencegahan
atau tindakan awal dalam mencegah terjadinya diare pada balita serta dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah dalam penanganan diare.
d) Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, serta mengelompokkan tentang penanganan diare.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan. Dimana pada ibu
yang memilki balita yang diare maka dapat melakukan penanganan secara benar agar diare dapat
berhenti.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan
terhadap seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang
tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan setiap anggota
keluarganya, Notoadmodjo, (2003).
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), yaitu :
a) Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal
yang baru.
b) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih
jelas.
c) Kultur Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru
akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada ibu balita melakukan penanganan
terjadinya diare sesuai dengan apa yang mereka lihat dilingkungannya.
d) Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada remaja dengan umur yang
bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang
diberikan serta besikap lebih bijak. Pengalaman ibu balita dengan kejadian diare mempengaruhi
dalam penanganan diare selanjutnya.

4) Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner, untuk
menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden. Pengetahuan yang ingin diketahui
oleh peneliti dapat disesuaikan dengan tingkat responden yang ada. Notoadmodjo, (2003).
5) Cara Mencari Pengetahuan
Ada berbagai cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang
dikelompokkan sebagai berikut:
Cara Tradisonal
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran
pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan
logis. Notoadmodjo, (2003).
Cara coba-salah (trial and error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya
peradaban.Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan
dengan coba-coba saja. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama
oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah. Notoadmodjo, (2003).

Cara Kekuasaan atau otoritas


Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.Kebiasaan ini
biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi berikutnya.Dimana pengetahuan, diperoleh
berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama,
otoritas ilmu opengetahuan.Notoadmodjo, (2003).
Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua
pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka
diperlukan berpikir kritis dan logis.Notoadmodjo, (2003).
Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi. Notoadmodjo, (2003).
Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.Cara ini mula-mula
mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian
hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklarisifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan
umum.Notoadmodjo, (2003).
Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa penyakit diare banyak disebabkan karena
bertambahnya kepandaian anak, salah makan, masuk angin.Hal ini dikarenakan ketidaktahuan
masyarakat yang disebabkan kurangnya mendapat informasi atau tidak mengetahui tentang
penyebab terjadinya diare. Orangtua berpengaruh terhadap perilaku makan anak. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa orangtua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan kesukaan
makanan anak dan membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa,
dan berapa banyak ia makan.
Tinjauan Umum Tentang Pendapatan Keluarga
Definisi Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka
waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut
serta membentuk produk nasional. Menurut Reksoprayitno, pendapatan atau income adalah uang
yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga, dan laba
termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun. (Reksoprayitno, 2009).
Ada 3 kategori pendapatan yaitu :
a) Pendapatan berupa uang yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang
diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
b) Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi
selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa.
c) Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala penerimaan yang bersifat transfer
redistributive dan biasanya membuat perubahan dalam keuangan rumah tangga. (Sunuharjo, 2009)
Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam
perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya, bersama dengan
tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya. Senada dengan definisi di atas, dalam
Webster’s juga disebutkan bahwa pendapatan adalah uang yang diperoleh dari hasil bekerja,
pelayanan diri, gaji, upah dan lain-lain.
Timmer, dkk (1983) dalam Nihla (2006) mengemukakan teori mengenai kaitan antara pendapatan
keluarga dengan pengeluaran untuk pangan sebagai berikut:
Teori Consumer Choise: mengatakan klompok yang berpenghasilan cukup maka akan menyediakan
dana yang cukup dan seimbang untuk belanja pangan dan non pangan, tetapi pergeseran tersebut
akan tetap berada pada batas-batas keseimbangan pangan dan non pangan.
Teori Budget Consrain bahwa ketika menentukan belanja untuk pangan dan non pangan, maka
kelompok miskin akan dihadapkan dua kendala yaitu: pertama berapa total pendapatan yang dapat
di belanja, kedua harga relatif dari komoditas yang di beli.
Dari kedua teori ini nampak jelas perbedaaan tingkat pengeluaran untuk makanan pada kelompok
yang berpendapatan tinggi dan pada kelompok berpenghasilan rendah.
Makin banyak mempunyai uang berarti makin baik makanan yang diperoleh.Jika simiskin menikmati
sedikit kenaikan penghasilan maka biasanya mereka memanfaatkan penambahan tersebut untuk
pembelian pangan.
Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula presentasi dari pendapatan yang diperlukan untuk
membeli sayur, buah dan berbagai pangan lainnya, maka pilihan makanan akan akan berubah pada
makanan yang lebih bersih dan proses lebih baik dan menyenangkan. Jika penghasilan perkapita
suatu bangsa bertambah besar, maka kedudukan bahan pangan protein bertambah pula (Alan Berg
1987).Jadi penghasilan merupakan faktor penting bagi kualitas dan kuantitas makanan.
2. Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan
adopsi dlam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Zaidin, 2010d dalam kasman, 2004).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergantung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup di dalam peranannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Syafrudin, 2009 dalam kasman, 2004).
3. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga.
Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena
sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi. Secara konkritnya pendapatan keluarga berasal
dari :
1) Usaha itu sendiri : misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai wiraswastawan
2) Bekerja pada orang lain: misalnya sebagai pegawai negeri atau karyawan
3) Hasil dari pemilihan: misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain.
Pendapatan bisa berupa uang maupun barang misal berupa santunan baik berupa beras, fasilitas
perumahan dan lain-lain. Pada umumnya pendapatan manusia terdiri dari pendapatan nominal
berupa uang dan pendapatan ril berupa barang.(Gilarso, 2008).
Apabila pendapatan lebih ditekankan pengertiannya pada pendapatan rumah tangga, maka
pendapatan merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, informal dan pendapatan
subsistem. Pendapatan formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang
diterima biasanya sebagai balas jasa. Pendapatan informal berupa penghasilan yang diperoleh
melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokoknya. Sedangkan pendapatan subsistem adalah
pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang dan terjadi bila produksi
dengan konsumsi terletak disatu tangan atau masyarakat kecil. (Nugraheni, 2007).

BAB III
KERANGKA KONSEP

DasarPemikiranVariabel Yang Diteliti.


Diarea dalah salah penyakit dengan tanda tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari
tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali
atau lebih dalam sehari. Berdasarkan konsep pemikiran tersebut di atas, maka variabel yang ditelitia
dalah sebagai berikut:
KebiasaanMencucitangan
Perilaku mencuci tangan setiap mau makan, merupakan sesuatu yang baik. Dimana sebagian besar
kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalkan dari air minum dan
makanan. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan adalah bagian penting dalam penularan
kuman diare, dengan mengubah kebiasaan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat
memutuskan penularan.
Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar, Jenjang pendidikan memegang peran cukup penting
dalam kesehatan masyarakat. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan
mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular
Pengetahuan
Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya suatu tindakan
seseorang. Pengetahuan ibu balita tentang diare yang baik akan mempengaruhi ibu balita dalam
memahami tentang bahaya dari diare bagi anaknya. Contohnya ibu balita dapat memahami dan
mengetahui cara penanganan diare yang benar.
Pendapatan
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan rildari seluruh anggota rumah tangga yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga.
Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula presentasi dari pendapatan yang diperlukan untuk
membeli sayur, buah dan berbagai pangan lainnya. Jadi penghasilam merupakan faktor penting bagi
kualitas dan kuantitas makanan.

Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare pada balita sangat banyak. Untuk itu kerangka konsep ini hanya
mengambil beberapa factor saja karena keterbatasan dalam hal biaya dan waktu. Oleh karena itu
kerang kakonsepnya dapat diuraikan sebagai berikut:

Keterangan: : variable independen


: variable dependen

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif


1. Diarepada balita
diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-
menerus dalam bentuk cair atau mencret dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari yang di alami
balita.
Kriteria objektif:
Menderita Diare : berdasarkan hasil diagnosa dokter dan balita pernah mengalami diare dalam
kurun waktu satu tahun terakhir pada saat penelitian.
Tidak diare: yaitu jika tidak sesuai dengan keriteria diatas.
2. Menguci tangan
Adalah: Kebiasaan ibu mencuci tangan dengan sabun menggunakan air yang mengalir setiap mau
makan atau memberi makan pada balita
Keriteria objektif:
Baik : jika akan memberikan makanan pada balita selelu cuci tangan dengan sabun menggunakan air
yang mengalir.
Buruk : jika tidak mencuci tangan saat akan memberikan makan balita.
3. Pendidikan
Adalah: Jenjang sekolah tinggi yang pernah ditamatkan oleh responden
Keriteria objektif:
Tinggi : jika menamatkan sampai kejenjang atas (SMA) atau perguruan tinggi
Rendah : jika menamatkan sampai jenjang sekolah menengah pertama (SMP)
4. Pengetahuan
Adalah: kemampuan responden untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang diare pada anak
balita yang terdiri dari pengertian diare, faktor penyebab diare, tanda dan gejala diare, komplikasi,
pencegahan, dan penatalaksanaannya.
Keriteria objektif:
Tinggi : jika total skor jawaban yang dicapai oleh responden ≥75% dari seluruh pertanyaan.
Rendah: jika total skor jawaban yang dicapai oleh responden ≤75% dari seluruh pertanyaan

5. Pendapatan keluarga
Adalah: jumlah penghasilan yang diperoleh anggota keluarga selama satu bulan yang diukur selama
satu bulan.
Kreriteria objektif:
Tinggi : apabila penghasilan rata-rata sama atau diatas upah minimum kota (UMK) kota makassar
Rp.2.075.000
Rendah: apabila penghasilan rata-rata dibawah UMK

Hipotesis Penelitian
Seperti yang telah digambarkan dalam kerang kakonsep, maka rumusan hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
Hipotesis alternative (Ha)
Ada hubugan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada balita Di puskesmas Maccini
Sombala kota Makassar
Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita Di puskesmas Maccini Sombala
kota Makassar
Ada hubungan antara Pengetahuan Orangtua dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di puskesmas Maccini
Sombala kota Makassar
Hipotesa Null (Ho)
Tidak ada hubugan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita Di puskesmas Maccini
Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara Pengetahuan Orangtua dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan RancanganPenelitian


Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional untu kmelihat faktor
yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita terutama dalam menganalisis apakah ada
hubungan KebiasaanMencuci tangan, pendidikan, pengetahuan orangtua dan pendapatan keluarga
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Maccini Sombala, kota Makassar 2015.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Pelitian
Penelitian ini dilakukan di puskesmas Maccini Sombala kota Makassar,
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Maccini Sombala kota Makassar pada: bulan juni 2015
Populasi Dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005:79).
Populasi yang diamati peneliti dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang
mengalami diare di Puskesmas Maccini Sombala Kota Makassar yaitu sebanyak 212 orang pada
tahun 2014.
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005 : 79) menggunakan rumus :
n=N/(1+N (d^2))
keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar Sampel
d = tingkat kepercayaan / ketepatan 10%= 0,1
n=N/(1+N (〖d)〗^2 )
n=212/(1+212 (〖0.1)〗^2 )
n=212/(1+212 (0,01))
n=212/(1+2,12)
n=212/3,12
n=67,98
n=68
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dan menggunakan tingkat ketepatan
(d) 0,05 maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 68 balita.
Tehnik Pengamilan Sampel
Yaitu dengan cara proposif sampling dengan perhitungan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Ibu yang memiliki balita menderita diare satu tahun terakhir.
Bersedia menjadi responden.
Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Penyuntingan data (Editing)
Hasil penelitian yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuisioner perlu disunting atau diedit
terlebih dahulu.
Pemberian kode
Lembaran atau kartu kode instrument berup akolom-kolom untuk merekam data secara manual.
Lembaran atau kartu kode berisi nomor reponden dan nomor-nomor pertanyaan.
Masukkan data entry
Mengisi kolom-kolom atau kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
Tabulasi
Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisis dan diinterprestasi lebih lanjut untuk menguji hipotesis
dengan bantuan komputer. Langkah-langkah analisis statistik dimulai dari:
Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi dan proporsi serta
insiden dari berbagai variabel yang diteliti baik variabel independen maupun variabel dependen
dengan membuat tabel distribusi untuk masing-masing variabel.
Analisa bivariat
Untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen memakai uji Chi-square (kali kuadrat). Uji Chi-square dipakai untuk menilai beda peoporsi
hubungan setiap variabel bebas dengan terikat dan menetapkan signifikan hubungan pada derajat
penolakan α = 5%( p< 0,05). Jika nilai p < α: 0,05 maka HO ditolak Ha diterima berarti terdapat
hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Dan jika p ≥ α: maka HO diterima Ha
di tolak berarti tidak ada hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.

Anda mungkin juga menyukai