Anda di halaman 1dari 118

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR

NI KETUT ARNITI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR

NI KETUT ARNITI
NIM 1292161021

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI KETUT ARNITI
NIM 1292161021

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

ii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 19 JUNI 2014

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH


NIP. 194810101977021001

dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH


NIP. 197806272005012002

Mengetahui

Ketua Program Studi


Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH


NIP.194810101977021001

iii

Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K)


NIP.195902151985102001

Tesis ini Telah Diuji pada


Tanggal 19 Juni 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana No : 1755/UN 14.4/HK/2014
Tanggal 17 Juni 2014

Ketua : Prof.dr.Dewa Nyoman Wirawan, MPH

Anggota :
1. dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH
2. Prof. Dr. dr. Tuti Parwati Merati, SpPD
3. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K)
4. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama

: Ni Ketut Arniti

NIM

: 1292161021

Program Studi

: Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul Tesis

: Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penerimaan Tes


HIV oleh Ibu Hamil di Puskesmas Kota Denpasar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah *tesis/disertasi ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmuah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor : 17 tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar,

Ni Ketut Arniti
NIM. 1292161021

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama

perkenankanlah

penulis

memanjatkan

puji

syukur

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai
pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat,
bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya
dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis
sampaikan kepada dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH sebagai pembimbing II
yang telah dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan
dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. I Ketut Suatika, SpPD(KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan
terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
Program Magister pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH
selaku ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
Kordinator Peminatan KIA-Kespro Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana dan semua dosen serta staf di Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan
pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. Tuti Parwati Merati, Sp.PD,
Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA(K) dan Dr. dr. Dyah
Pradnyaparamita Duarsa, M.Si yang telah memberikan masukan dan koreksi.

vi

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Puskesmas II Denpasar


Selatan dr. AA Candrawati dan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara dr. AAA.
Ampera Prihatini, MM yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di
tempat ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru, mulai dari SD sampai
perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang
telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berfikir logik
dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya
kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada suami tercinta I Putu
Agus Wahyu Arta Negara, SH serta anak-anak Putu Arnelita Devaney Arta
Negara dan Made Averina Mieko Arta Negara tersayang, yang dengan penuh
pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih
berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar,

Penulis

vii

ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR
HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan
begitupula kasus HIV pada perempuan dan anak. Tes HIV selama kehamilan
merupakan salah satu upaya untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
Berdasarkan wawancara awal, diketahui bahwa berbagai faktor dapat
mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui alasan ibu hamil menerima atau tidak menerima tes HIV serta
faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian
cros-sectional dan besar sampel penelitian adalah 120 ibu hamil. Data
dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terstruktur.
Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square dan
analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (67,5%)
menerima tes HIV. Faktor yang ditemukan berhubungan dengan penerimaan tes
HIV oleh ibu hamil adalah faktor dukungan suami atau keluarga
(OR=8,711;95%CI=2,88726,279), faktor persepsi keparahan penyakit
HIV/AIDS
(OR=3,392;95%CI=1,076-10,692)
serta
faktor
pekerjaan
(OR=2,816;95%CI=1,0707,416). Faktor usia, pendidikan, paritas, frekuensi
ANC, pengetahuan tentang HIV MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan,
persepsi manfaat, persepsi halangan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan
teman tidak berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil. Alasan menerima tes adalah karena mengikuti anjuran petugas kesehatan,
ingin tahu status HIV nya saja dan hanya sebagian kecil alasan untuk melindungi
anak. Alasan tidak menerima tes yang diungkapkan responden adalah takut
diambil darah, takut hasil yang akan diterima dan tidak mendapat persetujuan
untuk tes HIV dari suami.
Simpulan dari penelitian adalah dukungan suami atau keluarga, persepsi
keparahan penyakit HIV/AIDS dan pekerjaan merupakan faktor yang ditemukan
berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi petugas kesehatan di tempat pelayanan antenatal
care dan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
Kata Kunci : penerimaan tes HIV, ibu hamil, denpasar

viii

ABSTRACT
FACTORS RELATED TO ACEPTENCE OF HIV TESTING BY
EXPECTANT MOTHERS IN COMMUNITY HEALTHCEARE
CENTRES IN DENPASAR
HIV/AIDS is a health problem throughout the world, including Indonesia.
HIV is becoming an increasing concern in Indonesia, particularly among women
of reproductive age. HIV testing during pregnancy is one way to prevent the
transmission of HIV from mother to child. This study aims to determine the
reasons behind the acceptance of pregnant women in undergoing HIV testing and
the factors associated with the client willingness.
This study was quantitative methods study design was cross sectional with a
large sample of 120 expectant mothers. Data were collected by interviews using a
structured questionnaire. Univariate data analysis, bivariate chi-square test and
multivariate analysis with logistic regression was used to assess findings
The results showed that the majority of respondents (67.5%) would be willing
to undergo HIV testing. Factors associated with the acceptance of HIV testing by
expectant mothers were husband/family support (OR=8.711,95%CI=2.88726.279), perceived severity of HIV (OR = 3.392, 95% CI = 1.076 to 10.692) and
employment status (OR = 2.816, 95% CI = 1.070 to 7.416). Factors of age,
education, parity, frequency of ANC, knowledge, perception of susceptibility,
perceived benefits, perceived barrier, support health workers and peer support
were not significantly associated with acceptance of HIV testing by expectant
mothers. Supporting factors include encouragement and advice from healthcare
providers, concern about HIV status, and a minority were accepting because of
concern for future children. Reasons behind non-acceptance of HIV testing
included fear of the use of syringe in sample extraction, fear of results and lack of
agreement from partner.
The conclusions of the study is factors associated with the acceptance of HIV
testing by expectant mothers were husband/family support perceived severity of
and employment status. The results of this study are expected to be useful for
health workers in the antenatal care and can be used as a basis for further research.
Keywords: acceptance of HIV testing, expectant mothers, Denpasar

ix

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul Dalam......

Lembar Persyaratan Gelar Magister..................................................................... ii


Lembar Persetujuan Pembimbing Tesis...

iii

Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis... iv


Surat Pernyataan Bebas Plagiat.

Ucapan Terima Kasih

vi

Abstrak

vii

Abstract

ix

Daftar Isi x
Daftar Gambar.

xiii

Daftar Tabel.

xiv

Daftar Singkatan.

xv

Daftar Lampiran.

xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum 7


1.3.2 Tujuan Khusus..

1.4 Manfaat Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA)...................................

10

2.2 Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC)....

11

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu
Hamil..........................................................................................................................

2.4 Teori Perubahan Prilaku oleh Para Ahli...................................................................

12
22

BABA III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP


DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir...

26

3.2 Konsep Penelitian...

28

3.3 Hipotesis Penelitian

28

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian.

30

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

30

4.3 Ruang Lingkup Penelitian.

30

4.4 Sumber Data..

30

4.4.1 Populasi Penelitian

31

4.4.2 Sampel Penelitian.

31

4.5 Variabel Penelitian

34

4.5.1 Variabel Bebas

34

4.5.2 Variabel Tergantung

34

4.5.3 Definisi Operasional Variabel

34

4.6 Instrumrn Penelitian

35

4.7 Cara Pengumpulan Data......

36

4.8 Analisis Data

37

xi

4.8.1 Teknik Pengolahan Data..

37

4.8.2 Teknik Analisis Data...

40

4.9 Pertimbangan Etik

42

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan PPIA..

43

5.2 Karakteristik Responden Penelitian.

44

5.3 Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil dengan Variabel
Independen.

50

5.4 Hasil Analisis Multivariat..

53

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil..

55

6.2 6.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil
di Kota Denpasar..................................................................................................

59

6.3 Keterbatasan Penelitian....

68

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1 Simpulan...

70

7.2 Saran

71

DAFTAR PUSTAKA

72

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Model Prilaku Green (1980)...........................................................23
Gambar 3.2 Konsep Penelitian diadopsi dari Teori Lawrence Green dan Teori
Health Belief Model..28

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman
Table 4.1 Perhitungan Besar Sampel..32
Tabel Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel34
Tabel 5.2.1 Penerimaan Tes HIV Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kota
Denpasar..44
Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Penelitian di Puskesmas Kota
Denpasar..44
Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban mengenai Sumber
Informasi HIV/AIDS, MTCT, PMTCT, Alasan Menerima dan
Menolak Tes HIV ...47
Tabel 5.3 Analisis Bivariat Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil
dengan Variabel Independen.50
Tabel 5.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan
Tes HIV oleh Ibu Hamil.....53

xiv

DAFTAR SINGKATAN
AIDS

=Acquired Immune Deficiency Syndrome

ARV

=Antiretroviral

ANC

= Antenatal Care

ARR

=Adjusted Ratio Risk

CI

=Confodent Interval

Dinkes

=Dinas Kesehatan

Depkes RI

=Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Ditjen P2PL =Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan
dkk

=dan kawan-kawan

HIV

=Human Immunodeficiency Virus

KB

=Keluarga Berencana

Kemkes RI

=Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

KIA

=Kesehatan Ibu dan Anak

KPA

=Komisi Penanggulangan AIDS

LKB

=Layanan Komprehensif Berkesinambungan

MTCT

=Mother to Child HIV Transmission

ODHA

=Orang Dengan HIV/AIDS

OR

=Odds Ratio

PITC

=Provider Initiated HIV Testing and Counseling

xv

PMTCT

=Prevention Mother to Child HIV Transmission

PPIA

=Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Puskesmas

=Pusat Kesehatan Masyarakat

RR

=Rate Ratio

UNAIDS

=United Nations Programme on HIV/AIDS

VCT

=Voluntary Counseling Test

WHO

=World Health Organization

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Output SPSS .................................................................76
Lampiran 2 : Kuesioner Pengumpulan Data ......................................98
Lampiran 3 : Keterangan Kelaikan Etik.............................................109
Lampiran 4 : Ijin Penelitin dari Kesbanglinmas.................................110

xvii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa HIV/AIDS menjadi ancaman global dan
mengakibatkan dampak merugikan di semua sektor. Penyakit HIV/AIDS
merupakan penyakit infeksi penyebab kematian peringkat atas dengan angka
kematian dan angka kejadian penyakit yang tinggi serta membutuhkan diagnosis
serta terapi yang cukup lama (WHO, 2006).
Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS tahun 2012 menunjukan terdapat 34
juta orang dengan HIV di seluruh dunia dan 50% di antaranya adalah perempuan
dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Selatan dan Tenggara,
terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS dan 1,3 juta orang atau
37% adalah perempuan (WHO, 2011). Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya jumlah
laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya akan
menularkan pada pasangan seksualnya.
Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu dan selain itu
juga dapat menularkan virus kepada bayinya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu
yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan saat persalinan dan
menyusui. Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tersebut diperkirakan 5-10%
selama kehamilan, 10-20% selama persalinan dan 5-20% selama menyusui. Lebih

dari 90% kasus anak yang terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan
dari ibu ke anak atau mother to child HIV transmission (MTCT) (Kemenkes,
2012). UNAIDS tahun 2009 memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia Pasifik
terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan dan setengah dari anak yang terinfeksi
tersebut akan meninggal sebelum berusia dua tahun.
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama
dan merupakan penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan
anak. HIV telah ada di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan di Bali tahun
1987. Indonesia juga merupakan salah satu negara di dunia dengan estimasi
peningkatan insidens rate infeksi HIV lebih dari 25% (UNAIDS, 2012). Saat ini
Indonesia merupakan negara dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi, karena
terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada subpopulasi
tertentu, dan prevalensi HIV 2,4% pada populasi umum 15-49 tahun yang terjadi
di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan
begitupula kasus HIV pada perempuan dan anak. Seiring dengan meningkatnya
proporsi HIV pada perempuan yaitu 28%, terjadi pula peningkatan jumlah kasus
AIDS pada ibu rumah tangga dari 172 orang pada tahun 2004 menjadi 3.368
orang sampai bulan Juni 2012. Jumlah anak dengan AIDS yang tertular HIV dari
ibunya meningkat pula dari 48 orang pada tahun 2004 menjadi 912 sampai bulan
Juni 2012 (Kemenkes RI, 2012).
Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih
terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat. Prevalensi

HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% tahun 2012 menjadi
0,49% pada tahun 2016. Infeksi HIV dari ibu ke anak dapat dicegah, melalui
upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak yang merujuk dari rekomendasi
WHO tahun 2010, dimana pada dasarnya semua ibu hamil ditawarkan tes HIV.
Penawaran tes HIV pada ibu hamil bisa dilakukan saat ibu datang untuk
kunjungan antenatal. Hal ini sebagai wujud layanan integrasi Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) (Kemenkes, RI, 2012).
Data WHO melaporkan bahwa cakupan ibu hamil yang sudah melakukan tes
HIV mengalami peningkatan, kecuali Indonesia yang masih tetap paling rendah
yaitu < 1% sedangkan Thailand pencapainnya paling tinggi yaitu 94%, China
64%, Vietnam 52% dan Cambodia 41% (WHO, 2012). Data Kementerian
Kesehatan juga menyebutkan bahwa hingga tahun 2012 kejadian penularan dari
ibu ke anak sudah mencapai 2,6 persen dari seluruh kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).
Di Provinsi Bali kasus kumulatif HIV/AID sejak di temukan di Bali tahun
1987 sampai dengan bulan Mei 2013 adalah sebesar 7.856 orang dan 35,5 % dari
keseluruhan kasus adalah perempuan. Pada tahun 2012 jumlah ibu hamil yang
sudah melakukan tes HIV sebanyak 1.284 orang atau 1,8% dari sasaran ibu hamil
sebanyak 72.713 orang. Dari ibu hamil yang melakukan tes HIV tersebut 53 orang
dinyatakan positif HIV (Dinkes Provinsi Bali, 2013).
Data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali menyatakan bahwa
berdasarkan perhitungan secara statistik epidemiologi menunjukan bahwa sekitar

500 ibu hamil di Bali diperkirakan positif HIV/AIDS setiap tahun. Pola penularan
HIV pada ibu hamil tersebut, adalah penularan dari suami yang berganti-ganti
pasangan seksual kepada istrinya. Penularan tersebut tidak hanya pada ibu hamil
yang terinfeksi HIV dari suami saja, namun berlanjut kepada anak yang
dikandungnya (Wirawan, 2012).
Di Provinsi Bali, kota Denpasar merupakan penyumbang angka HIV/AIDS
tertinggi dibandingkan dengan 8 kabupaten lainnya. Jumlah kumulatif kasus
HIV/AIDS sejak ditemukan tahun 1978 sampai dengan bulan Mei 2013 di Kota
Denpasar sebanyak 3.146 orang atau 40,05% dari seluruh kasus HIV di Provinsi
Bali. Sedangkan cakupan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HIV baru
mencapai 2,58% dari 17.552 orang sasaran ibu hamil tahun 2012 (Dinkes Provinsi
Bali, 2013).
Terkait pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PPIA)
yang terintegrasi pada layanan KIA, Bali mempunyai peluang untuk mengatasi
permasalahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Hal ini dapat kita lihat dari cakupan
K1 atau akses layanan kesehatan bagi ibu hamil mencapai 97,58% pada tahun
2012 (Dinkes Provinsi Bali, 2012).
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan, dan penawaran tes
HIV bagi ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dimulai dari unit layanan
pemerintah salah satunya puskesmas. Dengan penawaran tes HIV secara aktif
dilakukan oleh petugas kesehatan bagi ibu hamil di Puskesmas maka harapan
untuk penemuan dan pengobatan kasus HIV/AIDS menjadi lebih besar dan risiko
penularan HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan.

Penawaran tes HIV secara aktif oleh petugas kesehatan bagi seluruh ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas di Bali khususnya Denpasar
sebagian besar dilakukan sejak tahun 2012 dan ditingkatkan terus pada tahun
2013. Namun seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa cakupan ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan HIV masih belum mencapai target yang
diharapakan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 8 ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC di 4 Puskesmas Kota Denpasar, berbagai alasan dikemukaan oleh
ibu hamil untuk menerima dan menolak tes HIV. Alasan menerima tes HIV
adalah karena mengikuti anjuran petugas kesehatan dan merasa memiliki risiko.
Alasan menolak tes HIV oleh ibu hamil, karena merasa tidak memiliki faktor
risiko untuk tertular HIV, takut dengan hasil jika dilakukan tes, takut dengan
pandangan negatif orang yang melihat ketika mengunjungi klinik VCT, khawatir
pandangan masyarakat bila ketahuan positif HIV, ibu bekerja sehingga tidak ada
waktu untuk melakukan tes HIV serta tidak mendapatkan ijin dari pasangan atau
suami.
Pemeriksaan HIV pada ibu hamil merupakan peluang yang baik dalam upaya
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun dari hasil wawancara awal,
diketahui bahwa berbagai faktor dapat mempengaruhi penerimaan ibu hamil
terhadap tes HIV. Sejauh ini, belum pernah dilakukan kajian lebih lanjut
mengenai faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam

faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa alasan ibu hamil untuk menerima atau tidak menerima tes HIV?
1.2.2 Apakah usia berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di
Puskesmas Kota Denpasar?
1.2.3 Apakah pekerjaan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil di Puskesmas Kota Denpasar?
1.2.4 Apakah pendidikan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil di Puskesmas Kota Denpasar?
1.2.5 Apakah status perkawinan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar?
1.2.6 Apakah paritas berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di
Puskesmas Kota Denpasar?
1.2.7 Apakah jumlah kunjungan ANC berhubungan dengan penerimaan tes HIV
oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar?
1.2.8 Apakah pengetahuan tentang HIV, MTCT, dan PMTCT berhubungan
dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?
1.2.9 Apakah persepsi kerentanan (perceived susceptibility) terhadap HIV dan
AIDS berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di
Puskesmas Kota Denpasar ?

1.2.10 Apakah persepsi keparahan (perceived saverity) HIV dan AIDS


berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas
Kota Denpasar ?
1.2.11 Apakah persepsi manfaat (perceived benefits) tes HIV berhubungan
dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?
1.2.12 Apakah persepsi hambatan (perceived barrier) tes HIV berhubungan
dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?
1.2.13 Apakah dukungan suami atau keluarga berhubungan dengan penerimaan
tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?
1.2.14 Apakah dukungan petugas kesehatan berhubungan dengan penerimaan tes
HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?
1.2.15 Apakah dukungan teman berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan ibu hamil
untuk menerima maupun tidak menerima tes HIV dan mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota
Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus


Penelitian ini ingin mengetahui :
1.3.2.1 Alasan ibu hamil untuk menerima dan tidak menerima tes HIV.
1.3.2.2 Hubungan antara penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan :
a. usia;
b. pekerjaan;
c. pendidikan;
d. status perkawinan;
e. paritas;
f. jumlah kunjungan ANC;
g. pengetahuan tentang HIV, MTCT, dan PMTCT;
h. persepsi kerentanan terhadap HIV dan AIDS;
i. persepsi keparahan HIV dan AIDS;
j. persepsi manfaat tes HIV;
k. persepsi halangan tes HIV;
l. Dukungan suami atau keluarga;
m. Dukungan petugas kesehatan;
n. Dukungan teman;
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis penelitian adalah menjadi masukan dalam upaya
pengembangan dan penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat bidang
Kesehatan Ibu dan Anak.

1.4.2 Manfaat praktis penelitian adalah dapat bermanfaat bagi pemegang


kebijakan

pada bidang Kesehatan Ibu dan Anak

serta HIV/AIDS

khususnya dalam melakukan intervensi terhadap hal-hal yang dipandang


perlu untuk perbaikan program penanggulangan kasus HIV/AIDS di
masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA)


Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of
Mother to Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya
pengendalian HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Layanan PPIA diintegrasikan dengan
paket layanan KIA, KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap
jenjang

pelayanan

kesehatan

dalam

strategi

Layanan

Komprehensif

Berkesinambungan (LKB) HIV/AIDS dan IMS.


Pada akhir tahun 2011 Kemenkes melaporkan baru terdapat 94 layanan PPIA
di Indonesia, yang baru menjangkau sekitar 7% dari perkiraan jumlah ibu yang
memerlukan layanan PPIA. Program PPIA juga telah dilaksanakan oleh beberapa
lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan perluasan akses layanan
bagi masyarakat.
Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat dikendalikan, diperlukan
peningkatan akses program dan pelayanan PPIA yang diintegrasikan ke dalam
kegiatan pelayanan KIA, KB serta kesehatan remaja (PKPR) di setiap jenjang
fasilitas layanan kesehatan dasar dan rujukan (Kemenkes RI, 2011).
Pengembangan strategi implementasi PPIA merupakan bagian dari tujuan
utama pengendalian HIV/AIDS secara global yaitu, yaitu untuk menurunkan
kasus HIV serendah mungkin dengan menurunnya jumlah infeksi HIV baru,

10

11

mengurangi stigma dan diskriminasi, serta menurunnya kematian akibat AIDS


atau lebih dikenal dengan Getting to Zero (UNAIDS, 2010).
Pelaksanaan PPIA memperhatikan hal-hal berikut (Kemenkes, 2012).
1. Semua perempuan yang datang ke pelayanan KIA, KB, kesehatan reproduksi,
dan kesehatan remaja bisa mendapatkan informasi terkait reproduksi sehat,
penyakit IMS/HIV, dan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak selama
masa kehamilan dan menyusui.
2. Tes HIV, skrining IMS dan tes sifilis merupakan pemeriksaan yang wajib
ditawarkan kepada semua ibu hamil pada daerah epidemi HIV meluas dan
terkonsentrasi yang datang ke layanan KIA/KB. Di layanan KIA tes HIV,
skrining IMS dan tes sifilis ditawarkan sebagai bagian dari paket perawatan
antenatal terpadu mulai kunjungan antenatal pertama hingga menjelang
persalinan. Apabila ibu menolak untuk dites HIV, petugas dapat melaksanakan
konseling pra-tes HIV atau merujuk ke layanan konseling dan testing sukarela.
3. Konseling pasca tes bagi ibu yang hasil tesnya positif sedapatnya dilaksanakan
bersamaan atau couple conselling, termasuk pemberian kondom sebagai alat
pencegahan penularan IMS dan HIV di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Perlu partisipasi laki-laki dalam mendukung keberhasilan PPIA.
2.2 Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC)

Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC) adalah layanan tes dan
konseling HIV terintegrasi di sarana kesehatan, yaitu tes dan konseling diprakarsai
oleh petugas kesehatan ketika pasien mencari layanan kesehatan. Persyaratan
penting bagi penerapan PITC tersebut adalah adanya lingkungan yang

12

memungkinkan. PITC sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan,


pengobatan, perawatan dan dukungan yang terkait HIV. Juga dilengkapi dengan
mekanisme rujukan pada konseling pasca tes HIV yang efektif kepada semua
pasien serta rujukan dan dukungan medis serta psikososial bagi mereka yang
positif.
Harus dipastikan bahwa dalam PITC tidak mengesampingkan kesukarelaan
pasien dalam mengambil keputusan untuk tes HIV dan tidak berubah menjadi tes
mandatori. Konseling prates sebagai komponen VCT disederhanakan tanpa sesi
konseling dengan paket edukasi yang lengkap, namun tetap diupayakan agar
tersedia layanan edukasi dan dukungan emosional di tatanan klinis bila
diperlukan. Pendekatan PITC dapat merupakan jalan keluar dalam mengatasi
keterbatasan waktu petugas kesehatan di tatanan klinis dan menyediakan anjuran
yang jelas dan langsung tentang cara intervensi (Kemenkes RI, 2010).
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu
Hamil
Pada kenyataannya untuk mengetahui apakah individu terinfeksi HIV/AIDS
atau tidak, bukanlah sesuatu yang mudah seperti pemeriksaan pada penyakit
lainnya. Berbagai faktor menyebabkan masyarakat kurang menyadari bahwa
HIV/AIDS sebetulnya mengancam kita semua sehingga mereka tidak ada
keinginan untuk melakukan tes HIV.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil, banyak penelitian telah dilakukan di berbagai
negara. Ada banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan ibu hamil untuk tes

13

HIV salah satunya dilihat dari karakteristik ibu hamil yaitu usia. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Thior dkk. (2006), tentang konseling dan tes sukarela di
Botswana. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penerimaan tes HIV secara
sosiodemografi dipengaruhi oleh usia ibu.
Hasil penelitia oleh Thior dkk. (2006) menemukan Ibu dengan usia 21 atau
lebih muda lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu dengan usia 32
tahun atau lebih tua (OR=2,5;95%CI=1,8-3,7). Dalam penelitian ini dijelaskan
ibu yang lebih tua lebih mungkin terkena HIV karena riwayat praktek-praktek
seksual sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan hasil penelitian
untuk menilai prediktor ibu hamil untuk tes HIV di antara peserta antenatal di
Lusaka, Zambia, oleh Thierman dkk. (2006). Dalam penelitian tersebut
menemukan bahwa wanita yang lebih muda dari 20 tahun (ARR=1,14), lebih
mungkin untuk menjalani tes HIV. Usia telah terbukti menjadi faktor yang
signifikan dalam penentuan apakah ibu akan menerima tes HIV karena persepsi
risiko lebih tinggi pada wanita yang lebih tua. Namun penelitian oleh Bajunirwe
dan Muzoora, (2005) di Uganda dengan menganalisis usia sebagai dikotomis
variabel menggunakan 25 tahun sebagai cut off, usia tidak terkait dengan
kesediaan untuk menerima tes HIV (OR=0,87;95%CI=0,47-1,62). Penelitian oleh
Demissie dkk. (2009) dalam PS, dkk (2012) mengatakan bahwa perilaku ibu
hamil untuk tes HIV tidak hanya berhubungan dengan umur, namun berhubungan
dengan pekerjaan, pengetahuan, persepsi risiko, persepsi manfaat dan keterlibatan
suami.

14

Status perkawinan, merupakan salah satu faktor yang berubungan dengan


penerimaan ibu terhadap tes HIV. Ibu atau perempuan yang sudah menikah lebih
mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan mereka yang tidak
menikah (OR=5,83;95%CI=1,25-36,38). Demikian pula di kalangan perempuan
menikah mereka yang hidup dengan suami mereka lebih mungkin untuk tes HIV
dibandingkan

dengan

mereka

yang

pasangannya

tinggal

jauh

(OR=7,38;95%CI=3,65-15,23) (Worku, 2005).


Tingkat pendidikan, berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
menerima dan merespon terhadap berbagai informasi. Menurut Notoatmodjo
(1989),

pendidikan

adalah

proses

dimana

seseorang

mengembangkan

kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat


dimana dia hidup. Pendidikan merupakan proses sosial dimana seseorang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga
mereka dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum.
Penelitian oleh Banjurniwe dan Muzoora, (2005) dalam analisisnya
menyebutkan, ibu yang memiliki pendidikan lebih dari tujuh tahun hampir tiga
kali lebih mungkin untuk melaporkan kesediaan untuk di tes HIV dibandingkan
dengan mereka yang belum tamat pendidikan dasar atau belum berpendidikan
sama sekali (OR=2,8;95 %CI=1,2-6,9). Selain itu, ibu yang mampu membaca dua
kali lebih mungkin menerima tes HIV dibandingkan ibu yang tidak bisa membaca
(OR=2,2;95%CI=1,02-4,9). Sejalan pula dengan penelitian oleh Worku. (2005)
Wanita dengan pendidikan sekunder dan tersier adalah 3-5 kali lebih mungkin

15

untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu yang hanya berpendidikan dasar atau
tidak sekolah (OR=2,88;95%CI=1,43-5.84). Namun berbeda dengan hasil
penelitian oleh Paoli dkk. (2004) yang mengatakan bahwa perilaku ibu hamil
untuk mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan dengan pendidikan, namun
berhubungan dengan persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi halangan,
petunjuk berperilaku dan keterlibatan suami.
Selain pendidikan, dalam penelitian Thior dkk. (2006),

juga disebutkan

bahwa pekerjaan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
Penelitian oleh Moges dan Ambarbir (2011) menegaskan bahwa status pekerjaan
wanita itu ditemukan menjadi faktor penting dalam penerimaan tes HIV. Ibu yang
bekerja di sektor swasta ataupun pemerintah 4 kali lebih mungkin untuk
meneriama tes HIV dibandingkan dengan ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan
karena ibu yang bekerja lebih banyak terpapar informasi tentang VCT di tempat
kerja mereka sementara ibu rumah tangga sebagian besar waktu mereka di rumah.
Berbeda dengan hasil penelitian oleh Kwofie (2008) bahwa pekerjaan tidak
signifikan berhubungan dengan penerimaan konseling dan tes HIV oleh ibu hamil
(OR=0,83;95%CI=0,41-1,68;P=0,71). Penelitian sejenis oleh PS, dkk (2012) di
Semarang Indonesia, menemukan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja
dan proporsi yang menerima tes HIV sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak
bekerja. Namun, secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan penerimaan
tes HIV oleh ibu hamil dengan pekerjaan.
Jumlah kunjungan ANC juga berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil. Saat ANC ibu mendapatkan informasi-informasi penting tentang

16

kehamilannya di tiap-tiap kunjungan termasuk informasi tentang penularan


HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Jumlah kunjungan antenatal yang dilakukan oleh ibu
berhubungan dengan penerimaan tes HIV. Ibu yang melakukan setidaknya dua
kali kunjungan antenatal lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan
dengan

ibu

yang

hadir

kurang

dari

dua

kunjungan

antenatal

(OR=2,73;95%CI=1,13-5,7) penelitian oleh Worku, tahun 2005. Sejalan pula


dengan penelitian oleh Malaju dan Alene tahun 2012 bahwa Ibu yang menerima
dua atau lebih perawatan antenatal 2,6 kali (95%CI=1,17-5,95) lebih mungkin
untuk menerima tes HIV daripada mereka yang menghadiri pelayanan antenatal
hanya sekali.
Selain itu, ibu hamil dengan paritas lebih dari satu memiliki pengalaman dan
pengetahuan lebih banyak tentang kehamilan sehingga berusaha untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik untuk diri dan janin yang dikandungnya
termasuk juga upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun
penelitian oleh PS dkk. (2012) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
paritas ibu hamil dengan prilaku untuk tes HIV. Sejalan pula dengan Paoli dkk.
(2004) bahwa prilaku ibu hamil untuk tes HIV tidak hanya dipengaruhi oleh
paritas namun dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya.
Selain dukungan fasilitas pelayanan dan dorongan dalam diri seseorang sering
dibutuhkan orang terdekat yang mampu memberi dukungan dan pendapat pada
ibu tentang apakah ibu menerima atau menolak tes HIV yang ditawarkan
kepadanya. Orang terdekat yang dimaksud umumnya suami, pasangan ataupun
dukungan keluarga terdekat ibu. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

17

Ethiopia bahwa selain sosiodemografi ibu, pengetahuan ibu tentang HIV, VCT,
PMTCT, pengobatan HIV dan penularan HIV, persepsi terhadap HIV dan sikap
ibu hamil, bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi
pasangan terhadap hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menerima tes
HIV. Penelitian ini menyebutkan bahwa 74,1% ibu hamil bersedia untuk
dikonseling dan melakukan tes HIV (Ambaye, 2006).
Sejalan pula dengan penelitian oleh Paoli dkk. (2004) bahwa dukungan dari
pasangan dan atau anggota keluarga akan menjadi faktor penting dalam
menentukan apakah seorang wanita mampu sepenuhnya berpartisipasi dalam tes
HIV untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Sama seperti penelitian
yang dilakukan oleh PS dkk. (2012) di Semarang Indonesia bahwa faktor yang
paling dominan berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah
dukungan suami. Dukungan suami yang baik, 15,711 kali lebih memungkinkan
ibu untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu hamil yang tidak mendapat
dukungan suami. Begitu pula dukungan petugas kesehatan khususnya bidan juga
berpengaruh terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dalam penelitian ini
ditemukan dukungan petugas kesehatan secara statistik mempunyai hubungan
yang signifikan dengan prilaku tes HIV
Informasi-informasi serta dukungan dari teman juga berhubungan dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Ibu hamil bisa berbagi informasi dan
pengalaman mereka selama kehamilan. Kondisi seperti ini akan menambah
pengetahuan ibu tentang berbagai informasi kehamilan termasuk tes HIV.

18

Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan


penyembuhan atau pencegahan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang
dirasakan. Semua itu tergantung pada belief masing-masing individu apakah dia
mau mengakses layanan kesehatan yang ada atau tidak. Belief yang dimaksud
berkaitan dengan kognitif seperti pengetahuan tentang masalah kesehatan dan
persepsi individu mengenai simptom penyakit yang dirasakan (Sarafino,2006).
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Lamarque (2013), di Fort Dauphin,
Madagascar yang menunjukkan bahwa pengetahuan tentang berbagai aspek
HIV/AIDS adalah faktor yang ditemukan oleh peneliti bisa memainkan peran
dalam keputusan untuk tes HIV. Kesenjangan informasi dapat menyebabkan
kesalahpahaman tentang penyakit dan ini dapat meningkatkan diskriminasi dan
stigma yang terkait dengan penyakit. Takut akan kemungkinan penolakan oleh
pasangan, dan masyarakat luas, bisa berasal dari salah memahami suatu penyakit,
sehingga bisa mempengaruhi keputusan untuk tes. Takut hasil tes yang akan
diterima juga memainkan peran. Hal ini sejalan pula dengan penelitian oleh
Worku (2005) bahwa penerimaan tes HIV adalah bermakna dikaitkan dengan
pengetahuan tentang penularan vertikal atau penularan HIV dari ibu ke bayi
(OR=7.34;95%CI=3,44-15,67). Ibu yang tahu adanya intervensi yang dapat
menurunkan risiko infeksi HIV juga sekitar 3 kali lebih mungkin untuk menerima
tes HIV dibandingkan dengan mereka yang tidak (OR=3,26;95%CI=1,02-11,55).
Pengetahuan yang dimiliki ibu terkait HIV, MTCT dan PMTCT juga akan
membentuk sikap dan keyakinan ibu terhadap manfaat tes HIV. Sikap ibu hamil
terhadap manfaat tes HIV adalah bagaimana ibu menilai atau berpendapat

19

terhadap manfaat tes HIV tersebut. Pendapat dan penilaian inilah yang kemudian
mendorong individu untuk melaksanakan dan mempraktekkan apa yang diketahui
atau disikapi atau dinilai baik. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Fernandez
dkk. (2000) bahwa penerimaan tes HIV oleh ibu hamil ditemukan berkaitan
dengan persepsi yang kuat tentang manfaat tes HIV.
Persepsi halangan tes HIV timbul sebagai akibat stigma dan diskriminasi
yang ditujukan kepada penderita HIV/AIDS. Hal ini semakin membuat ibu hamil
tidak mau melakukan pemeriksaan HIV. Penelitian yang dilakukan oleh Meiberg
dkk, dalam Sitepu (2008) di Afrika Selatan menunjukkan bahwa ketakutan untuk
menerima stigma dan ketakutan untuk mengetahui status HIV positif merupakan
penghambat utama seseorang melakukan tes HIV. Kondisi seperti ini membawa
konsekuensi negatif terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS.
Akibatnya sebagian masyarakat terutama mereka yang pernah melakukan perilaku
beresiko tinggi tertular HIV/AIDS masih enggan untuk memeriksakan dirinya ke
klinik VCT karena merasa takut mendapatkan hasil yang positif. Hal ini sejalan
dengan penelitian PS dkk. (2012) serta Paoli dkk.(2004) yang menyatakan bahwa
ada hubungan persepsi halangan terhadap prilaku tes HIV.
Persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS

juga berhubungan dengan

penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh PS
dkk. (2012) dalam hasil penelitianya disebutkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara persepsi kerentanan terhadap HIV dengan prilaku tes HIV.
Begitu pula persepsi keparahan HIV dan AIDS berhubungan dengan penerimaan
tes HIV oleh ibu hamil.

20

Studi terkait tentang penolakan tes HIV oleh ibu hamil yang melakukan ANC
juga dilakukan di Ethiopia tepatnya di Gambella tahun 2008. Penelitian dengan
rancangan gabungan cross sectional dan kualitatif ini, menyatakan ibu hamil
dengan 2-3 kelahiran hidup di masa lalu, menyatakan perceraian sebagai respon
yang diberikan oleh suami mereka setelah hasil tes yang diterima ibu adalah HIV
positif. Begitu pula ketika tidak mengungkapkan dan mencari persetujuan dari
suami mereka untuk tes HIV (Fanta dan Worku, 2008).
Sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan Health Belief Model di
Northwestern Ethiopia tahun 2011 menyebutkan alasan yang diungkapkan oleh
responden untuk menolak tes HIV adalah ketidaksetujuan pasangan, takut diambil
darah dan mengetahui status HIV mereka, serta stigma dan diskriminasi yang
diterima ODHA yang disebutkan sebagai hambatan (Moges dan Amberbir, 2011).
Veloso dkk. (2008) dalam studinya di Brazil menyatakan hubungan antara
penerimaan ibu hamil untuk ikut tes HIV berbeda disetiap kota. Perbedaan
penerimaan ini dipengaruhi oleh frekuensi dan kualitas ANC, ras, konseling, serta
pengetahuan ibu sebelum tes HIV.
Selain di Afrika penelitian terkait juga dilakukan di negara maju seperti
Amerika. Penelitian dilakukan di Florida, Connecticut, dan New York City.
Dalam penelitian ini menemukan 86% ibu hamil melaporkan telah melakukan tes
HIV. Penerimaan tes ditemukan berkaitan dengan keyakinan yang kuat tentang
manfaat tes, pengetahuan tentang penularan vertikal, adanya dukungan penyedia
layanan tes, dan dukungan sosial. Wanita yang menolak tes mengatakan bahwa
mereka melakukannya karena mereka tidak menganggap diri mereka berada pada

21

risiko untuk HIV atau mereka menghadapi kesulitan administrasi dengan beberapa
aspek dari proses tes misalnya penjadwalan, dan terbatasnya ketersediaan pre-test
koseling (Fernandez dkk, 2000).
Di Bali pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui alasan ibu hamil
menolak untuk tes HIV. Penelitian dengan rancangan kualitatif ini dilakukan oleh
Ariasih (2012) di Singaraja. Dalam penelitiannya Ariasih menyebutkan alasan ibu
hamil tidak melakukan tes HIV adalah dikarenakan kuatnya budaya patriarki
mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV, masih adanya stigma di
masyarakat tentang HIV dan persepsi ibu hamil bahwa dirinya kurang berisiko
tertular HIV.
Hasil-hasil penelitian diatas menunjukan bahwa prilaku seseorang selain
dipengaruh oleh faktor dari dalam individu itu sendiri juga dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari luar individu. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada
didalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam
hidupnya mempunyai keinginan mempunyai kesehatan yang optimal sehingga
jika tubuh merasakan timbulnya gejala yang menganggu kesehatannya maka akan
berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan. Munculnya
keinginan untuk melakukan tindakan tersebut menjadi bagian dari perilaku
kehidupan manusia. Menurut Sudarman (2008), bahwa dengan adanya dorongan
dari dalam diri manusia maka menimbulkan keinginan seseorang untuk
melakukan tindakan atau perilaku khusus yang mengarah kepada tujuannya.
Seperti yang diuraikan diatas bahwa sudah banyak dilakukan penelitian yang
dilakukan terkait faktor-faktor penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Namun

22

kebanyakan penelitian tersebut dilakukan di negara-negara seperti Afrika, dan


Amerika dan hanya satu penelitian di Indonesia dan baru satu penelitian dengan
rancangan kualitatif yang dilakukan di Bali. Oleh karena itu dipandang perlu
untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
2.4 Teori Perubahan Prilaku olah Para Ahli
2.4.1 Teori Lawrence Green (1980)
Menurut Lawrence Green (Notoatmojo, 2003) kesehatan dipengaruhi oleh
dua faktor pokok yaitu prilaku atau behavior causes dan faktor diluar prilaku atau
non behavior causes. Selanjutnya prilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga faktor
yaitu :
1. Predisposing Factors (Faktor Predisposisi ) faktor ini merupakan faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor predisposisi
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai keyakinan,
kebiasaan, norma sosial, budaya dan lain-lain.
2. Enabling Factors (Faktor

Pendorong)

merupakan

faktor-faktor

yang

memungkinkan terwujudnya perubahan perilaku, seperti adanya fasililitas,


lingkungan, atau sumber-sumber khusus yang mendukung dan keterjangkauan
sumber dan fasilitas kesehatan.
3. Reinforcing Factors (Faktor Penguat) faktor-faktor penguat terjadinya perilaku,
termasuk sikap dan perilaku petugas, dukungan suami atau keluarga, dan tokoh
masyarakat.

23

Predisposing Factors
Keyakinan tentang prilaku
Nilai-nilai yang diperoleh
dari prilaku
Keyakinan normatif
Motivasi untuk mengikuti
dorongan orang lain
Reinfocing Factors
Sikap dan prilaku tenaga
kesehatan
Dukungan suami atau
keluarga dan tokoh
masyarakat
Enabling Factors
Ketersediaan sumber daya
Aksesbilitas
Rujukan
Aturan yang berlaku
Keterampilan

Prilaku individu,
kelompok atau
kmunitas

Faktor lingkungan

Gambar 2.1 Model Prilaku Green (1980)

2.4.2 Teori Health Belief Model


Rosenstock (1980) menyatakan teori tentang suatu bentuk penjabaran dari
model sosio-psikologi. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa
masalah-masalah kesehatan ditandai oleh kegagalan individu atau masyarakat
untuk

menerima

usaha-usaha

pencegahan

dan

penyembuhan

yang

diselenggarakan oleh penyedia layanan kesehatan.


Dalam perkembangan model ini lebih menjelaskan pada kurangnya partisipasi
publik dalam melakukan pemeriksaan dan program pencegahan. Model ini

24

diadaptasi untuk mengeksplorasikan berbagai perilaku kesehatan jangka panjang


dan jangka pendek. Model kepercayaan ini mencakup lima unsur penting, yaitu :
1.

Unsur pertama yaitu persepsi individu tentang kemungkinan mereka terkena


penyakit (Perceived susceptibility). Persepsi ini mempunyai banyak
pengertian dan diikuti oleh beberapa variabel kunci , yaitu perceived threat ,
ancaman persepsi. Variabel ini mengambarkan kerentanan yang di rasakan.
Persepsi kerentanan merupakan persepsi subjektif seseorang dari resiko
tertular penyakit. Agar seseorang bertindak mengobati atau mencegah
penyakit, ia merasakan bahwa dia rentan terhadap penyakit tersebut. Hal ini
membuat model kepercayaan kesehatan bergantung dari persepsi individu.
Berkaitan dengan evaluasi terhadap pemanfaatan pelayanan apakah menerima
konsekuen terhadap pelayanan medis dan klinis serta mengahadapi kondisi
sosial.

2.

Unsur kedua merupakan pandangan individu tentang keparahan penyakit


(Perceived severy) atau parahnya kondisi penyakit seseorang. Persepsi
keparahan merupakan perasaan yang serius tertular penyakit atau meninggal
karena tidak diobati. Sehingga menemukan kesulitan dalam pengobatan.
Seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan bila
diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan
penyakit yang dirasakan lebih ringan. Hal ini menjadi stigma bagi penderita.

3.

Unsur ketiga merupakan persepsi manfaat atau perceived benefits. Persepsi


ini mengungkapkan tentang kepercayaan akan efektifnya sebuah strategi yang
dirancang dalam menanggulangi ancaman penularan penyakit. Tindakan yang

25

dilakukan akan tergantung pada manfaat yang dirasakan setelah mengambil


keputusan tersebut.
4.

Unsur keempat merupakan hambatan yang dirasakan atau perceived barrier.


Persepsi ini menjelaskan akan kemungkinan hambatan yang dirasakan pada
saat melakukan sebuah pengobatan, atau munculnya konsekuensi negatif
yang mungkin timbul dari pengambilan tindakan kesehatan tertentu.
Keputusan yang diambil untuk menerima suatu bentuk tindakan akan
menemui rintangan. Misalnya tuntutan fisik, diskriminasi, psikologi dan
keuangan.

5.

Cues to action bisa sebagai isyarat atau tanda-tanda dengan melakukan aksi
kegiatan sehubungan dengan mempromosikan pelayanan kesehatan melalui
media tertentu yang benar. Diperlukan isyarat beberapa faktor eksternal untuk
mendapat tindakan penerimaan yang benar. Faktor ekstenal tersebut misalnya
adanya pesan-pesan pada media

masa,

nasihat

atau anjuran dari

teman-teman/dukungan sebaya, anggota keluarga. Media yang ada berupa


poster, iklan bisa disampaikan berupa kegiatan penyuluhan tentang gejala
fisik dari kondisi kesehatan atau melalui lingkungan berupa penjelasan
melalui media publikasi yang kesemua acaranya memotivasi seseorang untuk
mengambil tindakan.

BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Memeriksakan diri untuk tes HIV merupakan langkah yang penting
dalam kehidupan seseorang terutama bagi ibu hamil karena bukan hanya untuk
ibu tetapi juga bermanfaat untuk janin yang dikandung. Dengan mengetahui status
HIV lebih awal maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan.
Pemerintah telah membuat program sebagai upaya untuk menurunkan risiko
penularan HIV dari ibu ke bayi. Salah satu bentuk program tersebut adalah
penawaran tes HIV bagi setiap ibu hamil yang melakukan ANC di pelayanan
kesehatan dasar maupun rujukan. Namun sampai saat ini cakupan pemeriksaan
HIV pada ibu hamil masih sangat rendah. Banyak penelitian telah dilakukan di
berbagai negara untuk menganalisis faktor-faktor penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil. Dari penelitian-penelitian tersebut diketahui banyak faktor yang
berhubungan dengan tes HIV oleh ibu hamil .
Faktor-faktor tersebut antara lain karakteristik ibu hamil yaitu faktor
sosiodemografi baik itu usia, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, jumlah
kunjungan ANC dan paritas. Kepercayaan, nilai-nilai keyakinan, kebiasaan,
norma social dan budaya juga dikatakan sebagai faktor predisposisi perubahan
prilaku untuk menerima tes HIV. Disamping faktor sosiodemografi tersebut,
faktor predisposisi lainnya dari penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah

26

27

pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, MTCT, dan PMTCT, persepsi


kerentanan terhadap HIVdan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS serta
persepsi manfaat serta halangan tes HIV. Dalam berbagai penelitian faktor-faktor
ini banyak ditemukan sebagai faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes
HIV oleh ibu hamil.
Sebagai faktor pendorong penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah
ketersediaan layanan tes HIV yang dibutuhkan oleh ibu hamil tersebut. Layanan
tes HIV yang lengkap dan tersedia dalam satu unit pelayanan kesehatan akan
memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap
penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Tersedianya pelayanan VCT secara
bersama-sama dengan layanan ANC dalam satu pelayanan kesehatan, merupakan
bentuk pelayanan yang mendorong penerimaan ibu terhadap tes HIV.
Dukungan dari petugas kesehatan yang ada di tempat pelayanan kesehatan
dan dukungan keluarga dalam hal ini suami atau pasangan ibu, tokoh masyarakat
dan teman merupakan faktor pendorong ibu untuk menerima tes HIV. Dukungan
suami, teman dan petugas kesehatan dalam berbagai penelitian sering
disebut-sebut sebagai faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap
penerimaan tes HIV.

28

3.2 Konsep Penelitian


Faktor Predisposisi
1. Usia
2. Pekerjaan
3. Pendidikan
4. Status Perkawinan
5. Jumlah kunjungan ANC
6. Paritas
7. Pengetahuan tentang HIV,
MTCT dan PMTCT
8. Persepsi kerentanan
9. Persepsi keparahan
10. Persepsi manfaat
11. Persepsi halangan
Faktor Enabling (Pendukung )
1. Ketersediaan layanan
VCT (tes HIV)
2. Aksesbilitas
3. Biaya

Penerimaan tes HIV


oleh ibu hamil

Faktor Reinforcing (Pendorong)


1. Dukungan suami atau
keluarga
2. Dukungan petugas
kesehatan
3. Dukungan teman

Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti

Gambar 3.2 Konsep Penelitian diadopsi dari Teori Lawrence Green dan Teori
Health Belief Model
3.3 Hipotesis Penelitian
3.3.1 Ada hubungan usia terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
3.3.2 Ada hubungan pekerjaan terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
3.3.3 Ada hubungan pendidikan, terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

29

3.3.4

Ada hubungan status perkawinan, terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil.

3.3.5 Ada hubungan paritas terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
3.3.6 Ada hubungan jumlah kunjungan ANC terhadap penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil.
3.3.7 Ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang HIV, MTCT dan PMTCT
terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
3.3.8 Ada hubungan persepsi kerentanan HIV dan AIDS terhadap penerimaan
tes HIV oleh ibu hamil.
3.3.9 Ada hubungan persepsi keparahan HIV dan AIDS terhadap penerimaan tes
HIV oleh ibu hamil.
3.3.10 Ada hubungan persepsi manfaat tes HIV terhadap penerimaan tes HIV
oleh ibu hamil.
3.3.11 Ada hubungan persepsi halangan tes HIV terhadap penerimaan tes HIV
oleh ibu hamil.
3.3.12 Ada hubungan dukungan suami atau keluarga terhadap penerimaan tes
HIV oleh ibu hamil.
3.3.13 Ada hubungan dukungan petugas kesehatan terhadap penerimaan tes HIV
oleh ibu hamil.
3.3.14 Ada hubungan dukungan teman terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil.

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan desain
cross sectional , yaitu penelusuran sesaat, artinya subjek diamati hanya sesaat
atau satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependen dan
variabel independen maka pengukuruannya dilakukan bersama-sama pada saat
penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua Puskesmas di Kota Denpasar yaitu
Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara. Penelitian
dilaksanakan dari tanggal 26 Maret 2014 sampai dengan 22 April 2014.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah bidang Kesehatan Ibu dan Anak.
Penelitian ini membahas beberapa faktor yang berhubungan dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil sebagi upaya pencegahan penularan HIV
dari ibu ke anak.
4.4 Sumber Data
Sumber data penelitian adalah dengan wawancara langsung pada subjek
penelitian. Data tentang karakteristik subjek dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil diperoleh dari

30

31

responden dengan cara melakukan wawancara dengan menggunakan panduan


kuesioner terstruktur.
4.4.1 Populasi Penelitian
a. Populasi Target
Semua ibu hamil yang ada di Provinsi Bali
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC di dua Puskesmas di Kota Denpasar yaitu Puskesmas II
Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara.
4.4.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dari populasi terjangkau sesuai dengan
perhitungan besar sampel sebanyak 120 ibu hamil. Ibu hamil yang menjadi
sampel penelitian adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di
Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara dari tanggal
26 Maret 2014 sampai dengan 22 April 2014 yang sudah mendapat penawaran
tes HIV. Adapun kriteria inklusi penelitian adalah ibu hamil yang sudah pernah
melakukan ANC dan mendapat penawaran tes HIV dari petugas kesehatan
serta bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi penelitian adalah ibu hamil
yang belum pernah mendapat penawaran tes HIV oleh petugas kesehatan,
sudah pernah diwawancara pada penelitian ini sebelumnya dan tidak bersedia
menjadi responden.

32

4.4.2.1 Besar Sampel


Besar sampel untuk penelitaian ini dihitung berdasarkan besar sampel
penelitian cross-sectional dengan rencana analisa data tabulasi silang. Cara
penghitungan sampel adalah dengan menetapkan variabel tertentu sebagai
patokan. Dalam penelitian ini variabel yang dijadikan sebagai patokan adalah
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil sebagai variabel tergantung dan dukungan
suami sebagai variabel bebas. Berdasarkan penelitian sejenis yang dilakukan di
Semarang Indonesia tahun 2012 didapatkan bahwa ibu hamil yang menerima tes
HIV adalah 135 orang (75,7%) dan yang menolak tes adalah 45 orang (24,3%).
Ibu hamil dengan dukungan suami baik sebanyak 103 orang (57,2%) sedangkan
ibu hamil dengan dukungan suami tidak baik adalah 77 orang (42,8%).
Table 4.1 Perhitungan Besar Sampel
Menerima tes Menolak Tes HIV
HIV (0,757)
(0,243)
Dukungan
suami
baik (0,572)
Dukungan
suami
tidak baik (0,428)
50
5
n
205 n
48
0,243
(0,243) X (0,428)

Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas opsi pertama jumlah sampel


penelitian adalah 205 sampel, dan opsi kedua adalah 48 sampel atau sebagai
sampel minimal. Selain dengan perhitungan besar sampel seperti diatas, dalam
penelitian ini memperhatikan pula cara perhitungan besar sampel menggunakan
rule of tumb oleh Sastroasmoro dan Ismael (2011). Jumlah subjek yang diperlukan
dalam penelitian antara 5 sampai 50 kali jumlah variabel independen dan pada

33

umumnya 10 kali. Berdasarkan uraian perhitungan besar sampel diatas dan


mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana serta tenaga maka diambil 120
sampel ibu hamil. Dasar pertimbangan jumlah tersebut adalah masih memenuhi
kriteria dari rule of tumb dan perhitungan besar sampel dalam penelitian cross
sectional.
4.4.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling. Teknik ini
menjadi pilihan peneliti karena tidak mendapatkan kerangka sampel. Sampel
diambil dari dua lokasi yang berbeda dengan harapan sampel yang didapatkan
lebih bervariasi dari segi karakteristik demografi sehingga menyerupai hasil
pemilihan sampel dengan probability sampling. Peneliti mengambil setiap
kedatangan ibu hamil yang melakukan ANC di Poliklinik KIA di dua lokasi
penelitian mulai tanggal 26 Maret sampai dengan 22 April 2014 yang memenuhi
kriteria inklusi sampai dipenuhi 120 sampel. Peneliti memiliki asumsi bahwa
semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC pasti ditawari tes HIV karena
penawaran sudah merupakan kebijakan bagi seluruh Puskesmas khususnya di
Kota Denpasar dari bulan Januari tahun 2014. Jumlah sampel yang diambil di
masing-masing lokasi ditentukan dengan membuat proporsi. Sampel yang diambil
di Puskesmas II Denpasar selatan sebanyak 60 ibu hamil dan di Puskesmas I
Denpasar Utara sebanyak 60 ibu hamil.

34

4.5 Variabel Penelitian


4.5.1 Variabel Bebas
Usia, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, jumlah kunjungan ANC,
paritas, pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan
terhadap HIV dan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS, persepsi manfaat tes
HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan suami atau keluarga, dukungan
petugas kesehatan dan dukungan teman.
4.5.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung yaitu penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
4.5.3 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel

Kuesioner

Skala
Pengukuran
Interval

Skala
Analisis
Kategorikal

Status pekerjaan responden pada


saat wawancara mengenai
pekerjaan

Kuesioner

Nominal

Kategorikal

Pendidikan

Pendidikan formal terakhir yang


ditamatkan oleh responden

Kuesioner

Ordinal

Kategorikal

Status
Perkawinan

Status perkawinan responden


berdasarkan pengakuan responden

Kuesioner

Nominal

Kategorikal

Jumlah
Kunjungan
ANC

Jumlah kunjungan perawatan


kehamilan yang dilakukan ibu
selama kehamilan ini

Kuesioner

Interval

Kategorikal

Paritas

Jumlah anak hidup atau mati yang


pernah dilahirkan ibu saat
wawancara

Kuesioner

Interval

Kategorikal

Variabel

Definisi Operasional

Usia

Usia dalam tahun responden saat


wawancara mengenai usia

Pekerjaan

Alat Ukur

35

Lanjutan Tabel 4.2


Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Persepsi
Pandangan ibu hamil tentang
Kuesioner
kerentanan
besarnya risiko untuk terkena HIV
terhadap HIV dan AIDS
dan AIDS
Persepsi
keparahan
HIV /AIDS
Persepsi
Manfaat
HIV

Skala
Pengukuran
Interval

Skala
Analisis
Kategorikal

Pandangan ibu hamil tentang


keparahan penyakit HIV/AIDS

Kuesioner

Interval

Kategorikal

Pandangan ibu tentang manfaat


tes tes HIV

Kuesioner

Interval

Kategorikal

Persepsi
halangan tes
HIV

Pandangan ibu terhadap hal-hal


yang dapat menjadi penghalang
ibu untuk tes HIV

Kuesioner

Interval

Kategorikal

Dukungan
suami atau
keluarga

Dukungan dari suami atau


keluarga terhadap ibu untuk
melakukan tes HIV

Kuesioner

Nominal

Kategorikal

Dukungan
petugas
Kesehatan

Dukungan dari petugas kesehatan


di puskesmas untuk melakukan
tes HIV

Kuesioner

Nominal

Katagorikal

Dukungan
teman

Dukungan dari teman ibu hamil


untuk melakukan tes HIV

Kuesioner

Nominal

Kategorikal

Penerimaan
Pernah melakukan tes HIV selama Kuesioner
tes HIV oleh kehamilan ini
dan CM
ibu hamil
pasien

Nominal

Kategorikal

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari
penelitian sejenis dengan judul Factors Determining Acceptance of Voluntary
HIV Testing Among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at Armed Force
Hospitals in Addis ababa oleh Worku (2005) yang dimodifikasi sesuai dengan

36

situasi

di

Bali

dan

variabel

penelitian.

Untuk

memastikan

bahwa

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner dapat dimengerti oleh


responden, kuesioner ini sudah dicoba terlebih dahulu pada sepuluh responden
dengan tingkat pendidikan yang bervariasi. Responden tersebut adalah tamat SD,
tamat SMP, tamat SMA, dan yang sudah tamat akademi atau universitas.
4.7 Cara Pengumpulan Data Penelitian
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi
umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, usia kehamilan, paritas,
pengetahuan ibu hamil tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan
terhadap HIV dan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS, persepsi manfaat tes
HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan suami atau keluarga, dukungan
petugas kesehatan, dukungan teman serta penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
Pengambilan data dilakukan di Puskesmas II Denpasar Selatan dan di Puskesmas
I Denpasar Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung
pada responden. Pewawancara membacakan pertanyaan penelitian dan dijawab
oleh responden. Wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 4 orang
tenaga kesehatan yang dilatih sebelumnya. Untuk menghindari pertanyaan yang
terlewatkan pewawancara mengcek kembali lembar pertanyaan sebelum
mengakhiri wawancara.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Peneliti meminta izin kepada responden agar dapat melakukan penelitian,
dengan cara menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

37

b. Peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden dalam penelitian


kepada calon responden.
c. Peneliti membacakan pertanyaan pada responden.
d. Responden menjawab secara langsung, dan peneliti mencatat jawaban dari
responden.
e. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
f. Peneliti mengcek kembali semua pertanyaan sebelum mengakhiri wawancara,
untuk menghindari pertanyaan yang terlewatkan. Apabila ada pertanyaan
yang belum ditanyaakan maka peneliti menanyakan kembali kepada
responden untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat.
4.8 Analisis Data
4.8.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di lokasi penelitian diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Pada tahap ini data diperiksa untuk mengetahui kelengkapan data. Apabila
ditemukan data yang kurang jelas atau kurang lengkap, maka dilengkapi dengan
menanyakan kembali kepada responden.
b. Scoring
Beberapa variabel pada skala pengukuran pada saat pengumpulan data
dikategorikan untuk kebutuhan analisis data sesuai tujuan penelitian.

38

1) Karakteristik responden dikategorikan sesuai dengan variasi data yang


diperoleh dalam penelitian.
2) Variabel pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT
Ada 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai
pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT. Dari 10 pertanyaan
tersebut hanya 8 pertanyaan yang diskoring untuk memperoleh skor
pengetahuan. Delapan pertanyaan tersebut adalah pertanyaan nomor 301,
303, 305, 306,307, 308, 309, 310. Nilai untuk jawaban benar dari
masing-masing pertanyaan adalah 1 dan 0 untuk jawaban salah. Untuk
pertanyaan nomor 305, 307 dan 310 bisa memiliki jawaban lebih dari satu,
jadi semakin banyak jawaban benar semakin tinggi skor yang didapat.
Nilai masing-masing pertanyaan dijumlahkan sehingga menjadi skor
pengetahuan masing-masing responden. Skor pengetahuan seluruh
responden

dijumlahkan

dan

selanjutnya

dihitung

skor

rata-rata

pengetahuan responden. Pengetahuan dikategorikan baik apabila skor yang


diperoleh responden rata-rata, dan dikategorikan kurang baik apabila
skor < rata-rata.
3) Variabel persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS. Ada 4 pertanyaan yang
diajukan kepada responden untuk memperoleh nilai persepsi kerentanan
terhadap HIV/AIDS. Pertanyaan tersebut adalah 401sampai dengan 404.
Nilai untuk jawaban benar dari masing-masing pertanyaan adalah 1 dan 0
untuk jawaban salah. Seluruh skor yang diperoleh responden dijumlahkan
dan dihitung nilai rata-ratanya. Responden dikategorikan memeiliki

39

kerentanan tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS bila skor yang diperoleh


rata-rata skor dan kerentanan rendah bila skor yang diperoleh < skor
rata-rata.
4) Variabel persepsi keparahan penyakit HIV/AIDS. Pertanyaan untuk
variabel ini adalah 405 sampai dengan 408. Nilai jawaban benar adalah 1
dan 0 untuk jawaban salah. Responden dikategorikan memeiliki keparahan
tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS bila skor yang diperoleh rata-rata
skor keseluruhan responden dan persepsi keparahan rendah bila skor yang
diperoleh < skor rata-rata.
5) Variabel manfaat tes HIV, terdapat dua pertanyaan persepsi manfaat tes
HIV yaitu pertanyaan nomor 412 dan 413. Untuk pertanyaan 413 jawaban
yang diberikan bisa lebih dari satu, jadi semakin banyak jawaban benar
semakin tinggi skor yang diperoleh responden artinya semakin tinggi
persepsi responden terhadap manfaat tes HIV.
6) Variabel halangan tes HIV, variabel ini memeiliki satu pertanyaan yaitu
nomor 414 dengan jawaban bisa lebih dari satu. Semakin banyak jawaban
yang diberikan responden semakin tinggi skor yang diperoleh maka
semakin tinggi halangan yang dirasakan oleh ibu untuk melakukan tes
HIV.
7) Variabel dukungan suami atau keluarga, variabel ini memiliki 3
pertanyaan yaitu nomor 505 sampai dengan 507. Responden dikategorikan
mendapat dukungan yang baik dari suami atau keluarga untuk melakukan
tes HIV, bila skor yang diperoleh rata-rata skor keseluruhan responden

40

dan dukungan suami atau keluarga dikategorikan kurang bila skor yang
diperoleh < skor rata-rata.
8) Variabel dukungan petugas kesehatan, variabel ini memiliki 3 pertanyaan
yaitu nomor 502 sampai dengan 504. Responden dikategorikan mendapat
dukungan yang baik untuk melakukan tes HIV, bila skor yang diperoleh
rata-rata skor keseluruhan responden dan dukungan dikategorikan kurang
bila skor yang diperoleh < skor rata-rata.
9) Variabel dukungan teman untuk tes HIV. Variabel ini memiliki 3
pertanyaan yaitu nomor 508 sampai dengan 510. Responden dikategorikan
mendapat dukungan yang baik dari teman untuk melakukan tes HIV, bila
skor yang diperoleh rata-rata skor keseluruhan responden dan dukungan
dikategorikan kurang bila skor yang diperoleh < skor rata-rata.
c. Entering
Data yang telah dikategorikan kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft
Excel, kemudian dibuatkan ke dalam softwere analisis data.
d. Tabulating
Data kemudian dianalisis dengan softwere dan disajikan secara deskriptif
dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan.
4.8.2 Teknik Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi
yang meliputi karakteristik responden, variabel bebas dan variabel terikat.
Analisis ini untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari

41

masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen.


Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan proporsi untuk menjelaskan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan satu variabel bebas
dengan satu variabel tergantung. Untuk menilai apakah hubungan variabel
bebas dengan variabel tergantung bermakna secara statistik maka dilakukan uji
statistik dengan menggunakan uji Chi-Square.
Nilai OR=1 maka dikatakan tidak ada hubungan, dan jika nilai OR1
maka dikatakan ada hubungan. Nilai OR yang lebih dari 1 artinya faktor
tersebut mendukung prilaku ibu hamil untuk menerima tes HIV. Jika nilai OR
kurang dari 1 maka sebaliknya faktor tersebut dapat mencegah penerimaan ibu
hamil untuk tes HIV.
Tingkat kemaknaan hubungan dilihat menggunakan p value atau nilai p.
Disebut bermakna secara statistik apabila nilai p0,05. Jika sebaliknya nilai
p>0,05 maka hubungan tersebut tidak bermakna secara statistik
3. Analisis multivariat
Analisis ini digunakan untuk menilai hubungan satu atau lebih variabel
bebas terhadap satu variabel tergantung. Sehingga didapatkan pengaruh
masing-masing variabel tersebut terhadap variabel tergantung. Uji satatistik
yang dipakai pada analisis ini adalah Regresi logistik.

42

4.9 Pertimbangan Etik


Penelitian ini diajukan ke komisi etik untuk mendapatkan kelaikan etika
penelitian. Upaya yang dilakukan peneliti agar aspek etik pada subjek
penelitian terjaga adalah dengan memberikan Informed Concent terlebih
dahulu sebelum subjek berpartisipasi. Dalam Informed Concent calon
responden memperoleh gambaran dan tujuan penelitian, penjelasan prosedur,
ketidaknyamanan dan risiko yang mungkin terjadi, keuntungan, kerahasiaan,
tentang pemutusan dan penolakan berpartisipasi serta hak dan keluhan subjek.
Partisipasi subjek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan ketika subjek
menolak berpatisipasi dalam penelitian maka tidak ada pengaruh terhadap
haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini juga
mengutamakan kerahasiaan identitas subjek meskipun hasil penelitian ini
kemungkinan akan dibagi dengan orang lain dan mungkin dipublikasikan
dalam laporan ilmiah, namun kenyataan bahwa identitas subjek yang terlibat
dalam penelitian ini tetap dirahasiakan.

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan PPIA


Penelitian dilakukan di dua Puskesmas di Kota Denpasar, yaitu Puskesmas
I Denpasar Utara dan Puskesmas II Denpasar Selatan. Pada proposal penelitian,
peneliti membedakan kedua lokasi penelitian dari segi ketersediaan fasilitas
layanan VCT di Puskesmas tersebut. Namun untuk analisis selanjutnya tidak
dibedakan lagi oleh karena pada saat penelitian dilakukan, kedua Puskesmas
sama-sama telah memiliki layanan tes HIV atau klinik VCT. Di Puskesmas II
Denpasar Selatan dua orang bidan yang telah dilatih PPIA bertugas di KIA
penawarkan tes HIV pada ibu hamil dilakukan bagi semua ibu hamil yang
berkunjung untuk ANC. Ibu hamil yang bersedia di tes akan di minta data-data
pendukung dan diminta persetujuan untuk tes, dilanjutkan ke laboratorium dan
hasil dikembalikan ke bagian KIA. Hasil tes non reaktif, langsung disampaikan
kepada ibu hamil oleh bidan KIA namun, hasil reaktif di buka di klinik VCT
dan dilakukan konseling pasca tes HIV.
Pelaksanaan PPIA di Puskesmas I Denpasar Utara sedikit berbeda, setelah
ibu hamil setuju untuk tes HIV, maka akan dilanjutkan dengan pre tes
konseling oleh konselor VCT dilanjutkan dengan tes di laboratorium dan untuk
membuka hasil ibu hamil kembali ke VCT untuk konseling post tes dan baru
kembali ke bagian KIA. Prosedur tes di Puskesmas ini lebih panjang begitupula

43

44

waktu yang dibutuhkan. Sehingga ada beberapa pasien yang memutuskan


untuk kembali keesokan harinya untuk membuka hasil.

5.2 Karakteristik Responden Penelitian


Variabel tergantung dari penelitian ini adalah penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil. Dari hasil pengumpulan data diperoleh penerimaan ibu hamil terhadap
tes HIV seperti tabel 5.2.1 berikut.
Tabel 5.2.1 Penerimaan Tes HIV pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Kota Denpasar
Peneriman Tes HIV
Ya
Tidak
Jumlah

n (%)
81(67,5)
39(32,5)
120(100)

Pada analisis univariat dapat dilihat bahwa ibu hamil yang menerima tes
HIV sebanyak 67,7% dan yang tidak menerima tes HIV sebanyak 32,5%. Ibu
hamil yang menerima tes HIV lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
menerima atau menolak tes HIV.
Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Penelitian
di Puskesmas Kota Denpasar
Karakteristik Responden
Umur
<25 tahun
25 tahun
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja
Pendidikan
SMA
< SMA
Status Perkawinan
Kawin

n=120

40
80

33,3
66,7

66
54

55,0
45,0

60
60

50,0
50,0

120

100

45

Lanjutan Tabel 5.2.2


Karakteristik Responden
Paritas
Multigravida
Primigravida
Jumlah kunjungan ANC
2
<2
Pengetahuan tentang HIV,
MTCT dan PMTCT
Baik
Kurang
Persepsi kerentanan terhadap
HIV
Ada
Tidak ada
Persepsi keparahan HIV/AIDS
Tinggi
Rendah
Persepsi manfaat tes HIV
Ada
Tidak ada
Persepsi halangan tes HIV
Tidak ada
Ada
Dukungan suami atau keluarga
Baik
Kurang
Dukungan petugas kesehatan
Baik
Kurang
Dukungan teman
Ada
Tidak ada

n=120

78
42

65,0
35,0

107
13

89,2
10,8

74
46

61,7
38,3

100
20

83,3
16,7

87
33

72,5
27,5

113
7

94,2
5,8

81
39

67,5
32,5

57
63

47,5
52,5

109
11

90,8
9,2

13
107

10,9
89,2

Berdasarkan tabel 5.2.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (66,7%)
responden berumur diatas atau lebih dari 25 tahun. Begitupula dilihat dari
pekerjaan, sebagian besar (55%) responden adalah tidak bekerja atau sebagai
ibu rumah tangga. Setengah (50%) responden adalah berpendidikan tinggi.

46

Dalam penelitian ditemukan bahwa semua responden dalam status kawin


sehingga status perkawinan tidak bisa dikatakan sebagai variabel karena tidak
ada variasi nilai status perkawinan. Sebagian besar (65%) responden sdang
hamil yang kedua atau lebih (multigravida). Ibu hamil yang menjadi respnden
dalam penelitian ini sebagaian besar (89,2%) melakukan kunjunga antenatal
dua kali atau lebih.
Dilihat dari pengetahuan responden tentang HIV, MTCT dan PMTCT dari
keseluruhan

responden

ditemukan

bawa

61,7%

responden

memiliki

pengetahuan baik. Sebagian besar (83,3%) responden memiliki persepsi


kerentanan terhadap HIV/AIDS. Begitupula mengenai persepsi keparahan
sebagian besar responden (72,5%) memiliki persepsi bahwa penyakit
HIV/AIDS merupakan penyakit dengan tingkat keparahan yang tinggi.
Selain persepsi keparahan yang tinggi, dari keseluruhan responden 94,2%
menjawab bahwa tes HIV selama kehamilan memiliki manfaat. Walaupun
sebagian besar merasakan adanya manfaat tes HIV, namun masih ada
responden yang merasa ada halangan untuk melakukan tes HIV yaitu sebesar
32,5%.
Penerimaan tes HIV oleh ibu hamil juga tidak terlepas dari dukungan yang
diberikan oleh orang sekitar pada ibu seperti dukungan suami atau keluarga,
tenaga kesehatan dan teman. Dari tabel 5.2.2 dapat dilihat bahwa 47,5%
responden menyatakan memiliki dukungan suami baik dan 52,5% responden
memiliki dukungan suami yang kurang. Begitupula dukungan dari tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan saat ibu melakukan kunjungan antenatal,

47

hampir seluruh responden (90,8%) menyatakan dukungan petugas kesehatan


baik. Tabel 5.1.2 diatas menunjukan hanya sebagian kecil (10,9%) responden
mendapat dukungan dari teman untuk menerima tes HIV selama kehamilan.
Distribusi responden mengenai sumber informasi HIV/AIDS, MTCT dan
PMTCT serta alasan menerima maupun menolak tes HIV disajikan dalam tabel
5.2.3 berikut.
Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban mengenai
Sumber Informasi HIV/AIDS, MTCT, PMTCT, Alasan Menerima
dan Menolak Tes HIV
Jawaban Responden
Sumber Informasi mengenai HIV/AIDS
Media cetak
Media elektronik
Teman
Keluarga
Petugas Kesehatan
Lainnnya
Cara Penularan HIV/AIDS
Hubungan seksual
Darah yang terinfeksi virus HIV
Jarum suntuk bergantian
Dari ibu hamil ke bayi yang dikandung
Penggunaan jarum suntik tidak steril
Lainnya
Waktu Penularan HIV/AIDS
Sejak kehamilan
Saat melahirkan
Saat menyusui
Tidak tahu
Lainnya
Cara Mengurangi Penularan HIV/AIDS
Menggunakan obat untuk HIV/AIDS
Tidak menyusui bayi
Melahirkan dengan cara operasi
Tidak tahu
Lainnya

n=120

43
95
29
10
73
2

35,8
74,2
24,2
8,3
60,8
1,7

106
22
41
57
11
1

88,3
18,3
34,2
47,5
9,2
0,8

54
7
29
56
0

45,0
5,8
24,2
46,7
0,0

10
14
4
93
3

8,3
11,7
3,3
77,5
2,5

48

Lanjutan Tabel 5.2.3


Jawaban Responden
Cara Mengurangi Penularan HIV/AIDS
Menggunakan obat untuk HIV/AIDS
Tidak menyusui bayi
Melahirkan dengan cara operasi
Tidak tahu
Lainnya
Alasan Menerima Tes HIV
Untuk melindungi anak
Untuk melindungi pasangan
Untuk mengetahui status saya
Merasa memiliki risiko
Mengikuti anjuran petugas kesehatan
Tidak tahu
Lainnya
Alasan Tidak Menerima Tes HIV
Mahal
Akses Jauh
Waktu tidak sesuai jam kerja
Takut diambil darah
Takut hasil tes yang akan diterima
Takut pandangan negatif orang lain yang
melihat (takut dikucilkan di masyarakat)
Merasa malu
Tidak mendapat ijin suami/pasangan
Lainnya

n=120

10
14
4
93
3

8,3
11,7
3,3
77,5
2,5

23
3
74
2
79
0
0

19,2
2,5
61,7
1,7
65,8
0,0
0,0

0
0
6
28
22
1

0,0
0,0
5,0
23,3
18,3
0,8

1
20
1

0,8
16,7
0,8

Tabel 5.2.3 diatas menunjukan bahwa sumber informasi tentang


HIV/AIDS terbanyak didapat dari media elektronik yaitu sebesar 74,2%.
Sumber informasi lainnya yang di ungkapkan oleh responden adalah dari
petugas kesehatan sebesar 60,8% dan yang terbanyak ketiga adalah dari media
cetak sebesar 35,8%.
Mengenai cara penularan HIV/AIDS sebanyak 88,3% responden
menjawab melalui hubungan seksual, 18,3% dari darah yang terinfeksi virus

49

HIV, Sedangkan cara penularan dari ibu hamil ke bayi yang dikandung sebesar
47,5%.
Sebanyak 46,7% responden adalah tidak tahu kapan saat penularan virus
HIV dari ibu ke bayi, 45,0% mengatakan sejak kehamilan dan 24,2%
menjawab saat menysui. Mengenai cara mengurangi penularan HIV/AIDS dari
ibu ke bayi sebanyak 77,5% responden menjawab tidak tahu. Hanya sebagian
kecil responden menjawab dengan benar mengenai cara mengurangi penularan
HIV dari ibu ke bayi.
Sebanyak 65,8% responden mengatakan melakukan tes HIV oleh karena
mengikuti anjuran petugas kesehatan. Alasan lainnya yang cukup banyak yaitu
61,7% responden mengatakan alasan tes HIV adalah oleh karena ingin tahu
ststus HIV nya sendiri. Sedangkan responden yang menjawab alasan tes oleh
karena untuk melindungi anak hanya sebesar 19,2%.
Sebanyak 23,3% responden tidak menerima tes HIV oleh karena takut
diambil darah. Selain takut diambil darah, takut hasil tes yang akan diterima
merupakan alasan kedua untuk tidak menerima tes HIV (18,3%). Alasan lain
yang dinyatakan responden untuk tidak tes HIV adalah karena tidak mendapat
persetujuan suami (16,7%) dan sebanyak 5,0% responden menjawab waktu tes
tidak sesuai jam kerja. Alasan tidak menerima tes oleh karena stigma yang
dirasakan seperti adanya pandangan negatif orang yang melihat saat
mengunjungi tempat tes HIV ataupun takut dikucilkan bila hasil tes positif
hanya sebagian kecil dinyatakan responden.

50

5.3 Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil dengan Variabel
Independen
Hubungan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan variabel independen
menggunakan uji chi-square disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Analisis Bivariat Hubungan Penerimaan Tes HIV
oleh Ibu Hamil dengan Variabel Independen
Variabel
Independen
Usia
< 25 tahun
25tahun
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Pendidikan
SMA
< SMA
Paritas
Multigravida
Primigravida
Kunjungan ANC
2
<2
Pengetahuan
Baik
Kurang
Persepsi kerentanan
HIV/AIDS
Ada
Tidak ada
Persepsi keparahan
HIV/AIDS
Tinggi
Rendah
Persepsi manfaat tes
HIV
Ada
Tidak ada

Penerimaan tes HIV


Ya
Tidak
n(%)
n(%)

Nilai p*

30(75,0)
51(63,8)

10(25,0)
29(36,3)

50(75,8)
31(57,4)

16(24,2)
23(42,6)

0,033

41(68,3)
40(66,7)

19(31,7)
20(33,3)

0,845

52(66,7)
29(69,0)

26(33,3)
13(31,0)

0,791

74(69,2)
7(53,8)

33(30,8)
6(42,6)

0,266

58(78,4)
23(50,0)

16(21,6)
23(50,0)

0,001

72(72,0)
9(45,0)

28(28,0)
11(55,0)

0,019

67(77,0)
14(42,4)

20(23,0)
19(57,6)

<0,001

80(70,8)
1(14,3)

33(29,2)
6(85,7)

0,002

0,215

51

Variabel Independen

Persepsi halangan tes


HIV
Tidak ada
Ada
Dukungan suami atau
keluarga
Baik

Penerimaan tes HIV


Ya
Tidak
n(%)
n(%)

Nilai p*

81(100)
0(0,0)

0(0,0)
39(100)

50(87,7)

7(12,3)

31(49,2)

32(50,8)

74(67,9)
7(63,6)

35(32,1)
4(36,4)

0,774

8(61,5)
73(68,2)

5(38,5)
34(31,8)

0,627

<0,001

<0,001
Kurang
Dukungan petugas
kesehatan
Baik
Kurang
Dukungan teman
Baik
Kurang
*Chi-Square test

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa faktor usia, pendidikan, paritas,


jumlah kunjungan ANC, dukungan petugas kesehatan serta dukungan teman
tiadak ada hubungan yang signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil.
Hasil analisis pekerjaan dengan penerimaan tes HIV pada ibu hamil
diperoleh bahwa ada sebanyak 75,8% responden tidak bekerja atau hanya
berperan sebagai ibu rumah tangga dan menerima tes HIV. Hasil uji statistik
chi square diperoleh nilai p=0,033 maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil.
Hasil analisis pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT dengan
penerimaan tes HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 78,4%

52

responden berpengetahuan baik dan menerima tes HIV. Hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai, p=0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
Hasil analisis persepsi kerentanan HIV dan AIDS dengan penerimaan tes
HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 72,0% responden
menyatakan ada kerentanan terhadap HIV dan AIDS dan menerima tes HIV.
Hasil uji statistik menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
persepsi kerentanan terhadap HIV dan AIDS dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil (p=0,019).
Hasil analisis persepsi keparahan HIV dan AIDS dengan penerimaan tes
HIV pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 77,0% responden memiliki
keparahan yang tinggi terhadap HIV dan AIDS dan menerima tes HIV
nilai p<0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara persepsi keparahan HIV dan AIDS dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil.
Hasil analisis persepsi manfaat tes HIV dengan penerimaan tes HIV pada
ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 70,8% responden memiliki persepsi
ada manfaat tes HIV dan AIDS dan menerima tes HIV dan nilai p=0,002, maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi
manfaat tes HIV dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
Hasil analisis persepsi halangan tes HIV dengan penerimaan tes HIV pada
ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 81(100%) responden memiliki

53

persepsi halangan yang rendah atau tidak ada halangan untuk tes HIV. Hasil uji
statistik chi square diperoleh nilai p<0,001, maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara persepsi halangan tes HIV dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.
Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dukungan suami atau keluarga,
memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil
dengan nilai p<0,001.
5.4 Hasil Analisis Multivariat
Dari hasil uji bivariat, semua variabel yang mempunyai nilai p<0,25 maka
disertakan dalam uji multivariat. Hasil uji multivariat dengan regresi logistik
disajikan dalam table 5.4 berikut.
Tabel 5.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan
Tes HIV oleh Ibu Hamil
Variabel
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Pengetahuan
Baik
Kurang
Persepsi kerentanan
Ada
Tidak ada
Persepsi keparahan
Tinggi
Rendah
Persepsi manfaat
Ada
Tidak ada
Dukungan suami
atau keluarga
Baik
Kurang

OR

95% C.I.

Nilai p

2,816

1,070 7,416

0,036

1,614

0,508 5,128

0,417

1,574

0,405 6,118

0,512

3,392

1,076 10,692

0,037

4,901

0,472 50,946

0,183

8,711

2,887 26,279

<0,001

54

Hasil analisis multivariat, menggunakan regresi logistik. Untuk menguji


apakah data fit untuk model ini maka dilakukan goodness of fit test. Dari output
goodness of fit test didapatkan nilai p=0,459, ini menunjukkan bahwa data fit
dengan model regresi logistik.
Hasil

analisis

multivariat

menunjukkan

OR

pekerjaan

=2,816

(95%CI;1,0707,416), berarti ibu hamil yang tidak bekerja 2,816 kali lebih
mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu hamil yang bekerja.
OR

persepsi

keparahan

terhadap

HIV/AIDS

adalah

3,392

(95%CI=1,07610,692), berarti ibu hamil yang memiliki persepsi keparahan


tinggi terhadap HIV/AIDS 3,392 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV
daripada ibu hamil yang memiliki persepsi keparahan rendah terhadap
HIV/AIDS.
OR

dukungan

suami

atau

keluarga

adalah

8,711

(95%CI=2,88726,279), berarti ibu hamil yang memiliki dukungan suami atau


keluarga baik 8,711 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu
hamil yang memiliki dukungan suami atau kelurga yang kurang baik.
Untuk jumlah kunjungan ANC, pengetahuan tentang HIV, MTCT dan
PMTCT, persepsi kerentanan dan persepsi manfaat setelah dilakukan analisis
multivariat variabel tersebut tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV
oleh ibu hamil.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (67,5%) ibu hamil di
Kota Denpasar menerima tes HIV. Media elektonik merupakan sumber
informasi terbanyak dijawab oleh responden sebagai sumber informasi tentang
HIV/AIDS (74,2%). Informasi tentang HIV/AIDS yang mudah diakses oleh
masyarakat seperti media elektronik akan sangat membantu masyarakat untuk
mendapat informasi tentang HIV/AIDS. Berbagai alasan yang yang
diungkapkan oleh ibu hamil untuk tidak menerima tes HIV adalah karena takut
diambil darah, takut hasil tes yang akan diterima, tidak mendapat ijin dari
suami dan alasan waktu yang tidak sesuai dengan jam kerja. Alasan untuk
menerima tes HIV adalah oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan,
ingin tahu status HIV nya saja dan hanya sebagian kecil alasan untuk
melindungi anak yang dikandung yang sesungguhnya merupakan tujuan tes
HIV selama kehamilan. Alasan-alasan penolakan atau tidak menerima tes HIV
selama kehamilan ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh petugas kesehatan
khususnya di pelayanan ANC agar memberi informasi selengkap-lengkapnya
kepada ibu hamil dan suami atau keluarga terdekat ibu sehingga dapat
mengurangi kehawatiran dengan hasil tes yang akan diterima. Penjelasan
prosedur tes dan pendekatan yang baik pada ibu diharapkan mampu
mengurangi ketakutan ibu saat diambil darah.

55

56

Dalam penelitian ditemukan bahwa faktor yang memiliki hubungan paling


kuat dengan penerimaan tes HIV adalah faktor dukungan suami atau keluarga.
Ibu hamil yang memiliki dukungan suami atau keluarga yang baik 8,771 kali
lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan ibu yang
memiliki dukungan yang kurang baik dari suami atau keluarga. Bentuk
dukungan yang diberikan oleh suami atau keluarga dapat berupa informasi
tentang HIV/AIDS, penularan vertikal, manfaat tes HIV maupun segala aspek
informasi tenrkait HIV. Bentuk dukungan lainnya adalah berupa dukungan
kepada ibu dengan mengantarkan ibu hamil ke tempat pelayanan tes HIV dan
yang terpenting adalah bagaimana persetujuan yang diberikan oleh suami atau
keluarga untuk ibu saat akan menjalani tes HIV.
Dukungan dari suami atau keluarga merupakan salah satu bentuk
dukungan yang dapat meningkatkan penerimaan ibu terhadap tes HIV selama
masa kehamilan. Bentuk dukungan oleh suami atau keluarga merupakan
diharapkan mampu menurunkan diskriminasi dan stigma terhadap penderita
HIV/AIDS, dari suami atau keluarga. Sejalan dengan tujuan global dalam
penanggulangan HIV di seluruh dunia, yaitu getting to zero (UNAIDS, 2010).
Dalam tujuan global tersebut dijelaskan bahwa pengurangan infeksi baru,
maupun pengurangan kematian akibat HIV/AIDS erat kaitannya dengan
pengurangan diskriminasi dan stigma terhadap penderita HIV/AIDS.
Rendahnya stigma dan diskriminasi pada penderita HIV akan memberi
peluang besar dalam penaggulangan HIV/AIDS. Kematian akibat HIV/AIDS
dapat diturunkan karena penderita mendapatkan dukungan yang baik dari

57

lingkungan terdekatnya seperti suami atau kelurga. Dukungan yang baik dari
orang sekitar dan pengobatan, dapat

mengurangi penularan dari penderita

kepada orang lain termasuk penularan HIV dari ibu ke anak. Salah satu bentuk
kegiatan pengurangan infeksi HIV dari ibu ke anak adalah dengan melakukan
deteksi dini berupa tes HIV pada ibu hamil.
Dukungan suami juga merupakan salah satu hal yang harus mendapat
perhatian dalam pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
(PPIA) oleh Kementerian Kesehatan. Program PPIA menjelaskan bahwa
sangat perlu partisipasi suami untuk mendukung keberhasilan upaya
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
Penelitian sejenis dengan rancangan kualitatif di Singaraja, Bali oleh
Ariasih menyebutkan alasan ibu hamil tidak melakukan tes HIV adalah
dikarenakan kuatnya budaya patriarki yang mempengaruhi penerimaan ibu
hamil terhadap tes HIV.
Hasil pnelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Semarang,
Indonesia oleh PS dkk. pada tahun 2012. Dalam penelitian PS juga
menemukan bahwa sebagian besar (51,1%) ibu hamil menerima tes HIV dan
dukungan suami ditemukan sebagai faktor yang memiliki hubungan paling
dominan terhadap prilaku penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dalam
penelitian tersebut dinyatakan ibu hamil dengan dukungan suami yang baik
15,711 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu hamil yang
memiliki dukungan yang kurang.

58

Penerimaan terhadap tes HIV oleh ibu hamil yang tinggi juga terjadi di
negara maju seperti Amerika. Penelitian yang dilakukan di Florida,
Connecticut, dan New York City menemukan 86% ibu hamil melaporkan telah
melakukan tes HIV. Sejalan pula penelitian yang dilakukan di Ethiophia oleh
Ambaye tahun 2006 menyebutkan bahwa 74,1% ibu hamil bersedia untuk
dikonseling dan melakukan tes HIV. Dalam penelitiannya juga menyebutkan
bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi pasangan
terhadap hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menerima tes HIV.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori perubahan perilaku. Dukungan
suami atau keluarga sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) merupakan
salah satu faktor penguat terjadinya perubahan perilaku.
Hasil penelitian juga menemukan selain dukungan suami atau keluarga
faktor yang ditemukan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes
HIV oleh ibu hamil adalah pekerjaan. Ibu hamil yang tidak bekerja memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan ibu
yang bekerja.
Faktor persepsi keparahan penyakit juga ditemukan berhubungan secara
signifikan dengan penerimaan tes HIV. Sesui dengan teori Health Belief Model
seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan bila diancam
oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan penyakit yang
dirasakan lebih ringan. Begitupula persepsi keparahan yang tinggi tentang
penyakit HIV/AIDS akan membuat seseorang mengambil tindakan pencegahan
atau deteksi dini terhadap penyakit tersebut.

59

6.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh


Ibu Hamil di Kota Denpasar
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa ibu hamil dengan usia lebih muda
dari 25 tahun proporsi yang melakukan tes HIV (75,0%) lebih besar daripada
usia yang sama atau lebih dari 25 tahun (64,8%). Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai
p=0,57 yang berarti usia tidak berhubungan secara signifikan dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian oleh Thior dkk. (2006) yang menemukan ibu dengan usia 21 atau
lebih muda lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu dengan usia
32 tahun atau lebih tua (OR=2,5;95%CI=1,8-3,7). Dalam penelitian tersebut
dijelaskan ibu yang lebih tua lebih mungkin terkena HIV karena riwayat
hubungan seksual sebelumnya. Hasil penelitian lainnya untuk menilai prediktor
ibu hamil untuk tes HIV di antara peserta antenatal di Lusaka, Zambia, oleh
Thierman dkk. (2006) juga menemukan hal yang sama bahwa wanita yang
lebih muda dari 20 tahun (Adjusted Ratio Risk (ARR=1,14), lebih mungkin
untuk menjalani tes HIV.
Umur telah terbukti menjadi faktor yang signifikan dalam penentuan
apakah ibu menerima tes HIV karena persepsi risiko lebih tinggi pada wanita
yang lebih tua. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh
Bajunirwe dan Muzoora, (2005) di Uganda dengan menganalisis usia sebagai
dikotomis variabel menggunakan 25 tahun sebagai cut off, usia tidak terkait
dengan kesediaan untuk menerima tes HIV (OR=0,87;95%CI=0,471,62).

60

Penelitian oleh Demissie et.al (2009) dalam PS, dkk (2012) yang
mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk mengikuti tes HIV tidak hanya
berhubungan

dengan

umur,

namun

berhubungan

dengan

pekerjaan,

pengetahuan, persepsi risiko, persepsi manfaat dan keterlibatan suami.


Selain faktor umur, faktor karakteristik demografi lain yang dikumpulkan
adalah pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja
proporsi untuk melakukan tes HIV lebih besar (75,8%) daripada ibu hamil
yang bekerja (57,4%). Bekerja atau tidaknya ibu berhubungan secara signifikan
dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (OR=2,816;95%CI=1,0707,416).
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pekerjaan berhubungan dengan
penerimaan tes HIV dan ada pula yang menemukan pekerjaan tidak
berhubungan dengan penerimaan tes HIV. Penelitian oleh PS, dkk (2012) di
Semarang menemukan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja dan
proporsi yang menerima tes HIV sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak
bekerja. Secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan penerimaan tes HIV
oleh ibu hamil dengan pekerjaan. Penelitian oleh Kwofie (2008) menemukan
bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil (OR=0,83;95%CI=0,41-1,68;P=0,71). Penelitian oleh Moges dan
Amberbir, (2011) menyatakan pekerjaan berhubungan secara signifikan dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hal ini disebabkan oleh karena ibu yang
bekeja lebih banyak terpapar oleh informasi tentang HIV/AIDS.
Hasil penelitian ini berbeda karena justru ibu yang tidak bekerja atau ibu
rumah tangga yang ditemukan 2,816 kali lebih mungkin untuk menerima tes

61

HIV daripada ibu yang bekerja. Hal ini erat kaitannya dengan waktu yang
dimiliki oleh ibu untuk melakukan tes HIV pada saat kunjungan ANC. Waktu
yang terbatas yang dimiliki ibu bekerja membuat keenggan ibu untuk tes HIV.
Hasil tabulasi silang antara pekerjaan dengan alasan bahwa waktu tes HIV
yang tidak sesuai dengan jam kerja, diperoleh bahwa alasan waktu tidak sesuai
jam keja merupakan alasan yang diungkapkan oleh ibu hamil yang bekerja.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ibu hamil dengan pendidikan tinggi
sedikit lebih tinggi (68,3%) penerimaannya terhadap tes HIV bila dibandingkan
dengan ibu hamil yang berpendidikan rendah (66,7%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan
penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian
oleh Banjurniwe dan Muzoora, (2005) dalam analisisnya menyebutkan, ibu
yang memiliki pendidikan lebih dari tujuh tahun hampir 3 kali lebih mungkin
untuk melaporkan kesediaan untuk di tes HIV dibandingkan dengan mereka
yang belum tamat pendidikan dasar atau belum berpendidikan sama sekali
(OR=2,8;95%CI 1,2-6,9). Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian
oleh Worku (2005). Wanita dengan pendidikan sekunder dan tersier adalah 3-5
kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu yang hanya
berpendidikan dasar atau tidak sekolah (OR=2,88, 95%CI=1,43-5,84).
Selain memang masih ada hasil penelitian yang berbeda namun, hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Paoli, dkk (2004) yang
mengatakan bahwa penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV tidak hanya
berhubungan dengan pendidikan, namun berhubungan dengan persepsi

62

kerentanan, persepsi keparahan, persepsi halangan, petunjuk berperilaku dan


keterlibatan suami.
Dalam penelitian status perkawinan tidak bisa dilihat hubungannya dengan
penerimaan tes HIV karena semua responden dalam status menikah. Kondisi
ini berbeda dengan penelitian di negara-negara lain karena lokasi dan
karakteristik responden yang memang berbeda. Karakteristik dan situasi lokasi
penelitian yang berbeda ini tentunya akan menjadi bahan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya tentang status perkawinan.
Dilihat dari paritas hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi ibu hamil
yang memiliki dua anak atau lebih 66,7% melakukan tes HIV, lebih besar bila
dibandingkan dengan ibu hamil yang pertama atau ibu primipara. Namun
secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu
dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (p=0,79) Hal ini senada dengan
penelitian oleh PS, dkk (2012) yang menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara paritas ibu hamil dengan prilaku untuk tes HIV. Sejalan pula dengan
Paoli dkk. (2004) bahwa prilaku ibu hamil untuk tes HIV tidak hanya
dipengaruhi oleh paritas namun dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya.
Jumlah kunjungan

ANC

juga

dikatakan

berpengararuh terhadap

penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Semakin banyak ANC yang dilakukan
oleh ibu hamil semakin banyak pula informasi yang didapat oleh ibu hamil di
tiap-tiap kunjungannya termasuk informasi tentang HIV/AIDS. Namun hasil
penelitian ini berbeda karena menemukan bahwa jumlah kunjungan ANC tidak
berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil (p=0,266).

63

Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan


pengetahuan baik, proporsi yang melakukan tes HIV (78,4%) lebih besar
daripada pengetahuan kurang (50,0%). Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh dan nilai p adalah
0,001, yang berarti secara statistik ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil
dengan penerimaan tes HIV. Namun setelah dilakukan uji secara multivariat
pengetahuan ditemukan tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil (OR=1,614;95%CI=0,508-5,128).
Hal ini berbeda dengan dengan penelitian oleh Lamarque (2013), di Fort
Dauphin, Madagascar yang menunjukkan bahwa pengetahuan tentang berbagai
aspek HIV/AIDS adalah faktor yang ditemukan oleh peneliti bisa memainkan
peran dalam keputusan untuk tes HIV. Berbeda pula dengan penelitian oleh
Worku (2005) bahwa penerimaan tes HIV adalah bermakna dikaitkan dengan
pengetahuan tentang penularan vertikal atau penularan HIV dari ibu ke bayi
(OR=7,34;95%CI=3,44-15,67). Ibu yang tahu adanya intervensi yang dapat
menurunkan risiko infeksi HIV juga sekitar 3 kali lebih mungkin untuk
menerima

tes

HIV

dibandingkan

dengan

mereka

yang

tidak

(OR=3,26;95%CI=1,02-11,55).
Perbedaan ini kemungkinan diakibatkan oleh penerimaan tes HIV tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan tetapi juga oleh faktor lainnya seperti
adanya dukungan suami atau keluarga, persepsi tentang keparahan penyakit
yang akan diderita bila tidak melakukan tes HIV dan faktor pekerjaan.

64

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki persepsi


adanya kerentanan terhadap HIV/AIDS, melakukan tes HIV (72,0%) lebih
besar daripada responden yang tidak memiliki persepsi kerentanan terhadap
HIV/AIDS (45,0%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa uji statistik
dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai p adalah 0,019, yang berarti secara
statistik ada hubungan antara persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS dengan
penerimaan tes HIV. Namun setelah dilakukan analisis multivariat persepsi
kerentanan tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil
(OR=1,574;95%CI=0,405-6,118). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh PS, dkk (2012) di Semarang yang menemukan bahwa
persepsi kerentanan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes
HIV. Begitupula penelitian oleh Moges dan Amberbir (2011) di Ethiophia
yang menemukan bahwa persepsi kerentanan berhubungan dengan penerimaan
tes HIV oleh ibu hamil.
Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya disebabkan
karena ibu hamil yang menerima tes HIV merasa kurang berisiko untuk terkena
HIV namun tetap melakukan tes oleh karena mengikuti apa yang dianjurkan
oleh petugas kesehatan. Hal ini terbukti dari keseluruhan jawaban yang
diberikan oleh responden 65,8% adalah oleh karena mengikuti anjuran petugas
kesehatan dan hanya 1,7% jawaban yang diberikan oleh karena memiliki risiko
atau kerenatanan terhadap HIV/AIDS.
Dari penelitian diperolah bahwa proporsi ibu hamil yang memiliki persepsi
keparahan penyakit HIV/AIDS tinggi proporsi yang menerima tes HIV

65

(77,0%) lebih besar daripada persepsi keparahan rendah (42,4%). Hasil uji
statistik menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi
keparahan

dengan

penerimaan

(OR=3,392;95%CI=1,076-10,692).

tes
Ibu

HIV

hamil

yang

oleh

ibu

memiliki

hamil
persepsi

keparahan yang tinggi 3,392 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV
daripada ibu yang memiliki persepsi keparahan yang rendah tentang
HIV/AIDS. Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model yang menyatakan
bahwa persepsi keparahan merupakan perasaan yang serius tertular penyakit
atau meninggal karena tidak diobati. Sehingga menemukan kesulitan dalam
pengobatan. Seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan
bila diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan
penyakit yang dirasakan lebih ringan. Begitupula persepsi keparahan yang
tinggi tentang penyakit HIV/AIDS akan membuat seseorang mengambil
tindakan pencegahan atau deteksi dini terhadap penyakit tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil yang memiliki persepsi adanya manfaat tes HIV jauh lebih besar
(70,8%) daripada ibu hamil yang tidak memiliki persepsi bahwa tes HIV
bermanfaat (14,3%). Hasil uji statistik juga menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara persepsi manfaat tes HIV dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil (0,002). Namun setelah dilakukan uji statistik secara multivariat
persepsi tentang manfaat tes HIV tidak berhubungan dengan penerimaan tes
HIV (OR=4,901;95%CI=0,472-50,946).

66

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fernandez


dkk. (2000) bahwa penerimaan tes HIV oleh ibu hamil ditemukan berkaitan
dengan persepsi yang kuat tentang manfaat tes HIV. Teori Health Belief Model
menyatakan bahwa persepsi manfaat ini mengungkapkan tentang kepercayaan
akan efektifnya sebuah strategi yang dirancang dalam menanggulangi ancaman
penularan penyakit. Tindakan yang dilakukan akan tergantung pada manfaat
yang dirasakan oleh seseorang.
Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh karena responden yang melakukan
tes HIV bukan hanya karena manfaat yang dirasakan tetapi lebih merujuk
kepada mengikuti anjuran petugas kesehatan. Hal ini terbukti dari keseluruhan
jawaban yang diberikan tentang alasan tes HIV, 65,8% jawaban yang diberikan
oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan. Sedangkan manfaat tes HIV
selama kehamilan agar dapat melindungi anak yang dikandung hanya 19,2%
dinyatakan oleh responden. Padahal manfaat untuk melindungi anak ini
merupakan esensi sesungguhnya dari tes HIV selama kehamilan.
Hasil penelitian menunjukkan, semua responden yang menerima tes HIV
tidak mengalami hambatan atau halangan untuk tes dan semua responden yang
tidak menerima tes HIV memiliki persepsi adanya hambatan untuk tes.
Hambatan yang dirasakan oleh responden sehingga tidak menerima tes HIV
adalah sebagian besar oleh karena takut diambil darah (23,3%), takut hasil tes
yang akan diterima (18,3%), tidak mendapat ijin suami (16,7%) dan waktu tes
tidak sesuai jam kerja (5,0%). Selain alasan tersebut masih ada yang merasa
malu untuk tes HIV dan takut pandangan negatif masyarakat.

67

Alasan takut diambil darah dan takut hasil tes yang akan diterima juga
ditemukan sebagai alasan untuk tidak menerima tes HIV dalam sebuah
penelitian yang menggunakan pendekatan Health Belief Model di Northwestern
Ethiopia (Moges dan Amberbir, 2011).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki
dukungan suami yang baik dan menerima tes HIV sebesar 87,7%. Hasil uji
statistik dengan chi-square menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
dukungan yang baik dari suami atau keluarga terhadap penerimaan tes HIV
oleh ibu hamil dengan nilai p<0,001. Uji statistik multivariat menunjukan
bahwa ibu hamil yang mendapat dukungan yang baik dari suami atau kelurga
8,711 kali lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu hamil
yang

mendapat

dukungan

kurang

baik

dari

suami

atau

keluarga

(OR=8,711;CI=2,887-26,279).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori perubahan perilaku. Dukungan
suami atau keluarga sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) merupakan
salah satu faktor penguat terjadinya perubahan perilaku
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Paoli dkk. (2004) bahwa
dukungan dari pasangan dan atau anggota keluarga akan menjadi faktor
penting dalam menentukan apakah seorang wanita mampu sepenuhnya
berpartisipasi dalam tes HIV untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi.
Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh PS dkk. (2012) di
Semarang Indonesia yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan
berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah dukungan suami.

68

Dukungan suami yang baik, 15,711 kali lebih memungkinkan ibu hamil untuk
mengikuti tes HIV dibandingkan ibu hamil yang tidak mendapat dukungan
suami. Senada pula dengan hasil penelitian yang dilakukan di Ethiopia, bahwa
peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi pasangan terhadap
hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menerima tes HIV (Ambaye,
2006).
Dukungan petugas kesehatan, dan dukungan teman dalam penelitian ini
tidak berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hal ini berbeda
dengan penelitian oleh PS, dkk (2012) di Semarang, Indonesia yang
menyatakan dukungan petugas kesehatan khususnya bidan berpengaruh
terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dukungan petugas kesehatan
secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dengan prilaku tes HIV
(p<0,001).
Kodisi ini disebabkan oleh penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dominan
dikarenakan dukungan suami atau keluarga terdekat mereka. Begitu pula
dukungan dari teman, hanya sedikit responden yang mendapat dukungan dari
teman baik untuk dukungan informasi, anjuran untuk tes HIV maupun untuk
mengantar ibu ke tempat tes HIV. Informasi-informasi yang diterima oleh ibu
hamil terkait HIV/AIDS lebih banyak bersumber dari media elektonik.

6.3 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini tentunya tidak luput dari keterbatasan, adapun keterbatasan
penelitian adalah adanya variabel yang disertakan dalam penelitian namun

69

setelah dilakukan pengumpulan data ternyata tidak ada variasi sehingga tidak
bisa disebut sebagai variabel. Variabel yang dimaksud adalah adalah status
perkawinan. Status perkawinan yang ditemukan pada seluruh responden adalah
semua menikah. Selain itu dalam penelitian ini masih ada faktor-faktor yang
ditemukan memperoleh hasil yang berbeda dari penelitian yang sudah ada
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang berbeda
ataupun jumlah sampel yang lebih besar.

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Alasan yang diungkapkan oleh ibu hamil untuk menerima tes HIV adalah
oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan, ingin tahu status HIV
nya saja dan hanya sebagian kecil alasan untuk melindungi anak yang
dikandung yang sesungguhnya merupakan tujuan tes HIV selama
kehamilan. Alasan idak menerima tes HIV adalah karena takut diambil
darah, takut hasil tes yang akan diterima tidak mendapat ijin dari suami
dan alasan waktu yang tidak sesuai dengan jam kerja.
2. Faktor yang ditemukan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu
hamil adalah dukungan suami atau keluarga, persepsi keparahan penyakit
HIV/AIDS dan faktor bekerja atau tidaknya ibu.
3. Masih ada faktor-faktor yang ditemukan tidak ada hubungan secara
signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil seperti usia,
pendidikan, paritas, jumlah kunjungan ANC, pengetahuan tentang HIV,
MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS, persepsi
manfaat tes HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan petugas kesehatan,
serta dukungan teman.

70

71

7.2 Saran
1. Bagi

petugas

kesehatan

agar

memberikan

informasi

yang

selengkap-lengkapnya tentang prosedur tes, informasi tentang penularan


HIV dari ibu ke bayi dan upaya untuk menurunkan risiko penularan
tersebut. Dengan pemahaman yang baik diharapakan ibu mampu
mengurangi ketakutan hasil tes yang akan diteima dan rasa takut saat
diambil darah. Petugas kesehatan perlu juga melakukan edukasi kepada
suami atau pasangan ibu hamil tentang tes HIV selama kehamilan untuk
meningkatkan dukungan yang diberikan pada ibu agar menerima tes HIV.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar meningkatkan peran Bidan
maupun Dokter Praktesk Swasta untuk melaksanakan program PPIA agar
mampu menjangkau lebih banyak ibu hamil termasuk ibu hamil yang
bekerja yang tidak memiliki waktu datang pada jam buka pelayanan
Puskesmas. Perlu juga meningkatkan upaya promosi tentang HIV melalui
media elektronik untuk memudahkan akses informasi oleh masyarakat.
3. Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan studi yang lebih mendalam
dengan pendekatan kualitatif untuk mengkaji kembali faktor-faktor yang
tidak ditemukan berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes
HIV.

72

DAFTAR PUSTAKA
Aryasih, P.T. 2012 Peran, Hambatan dan Tantangan Bidan di Layanan
Antenatal Care (ANC) untuk Merujuk Ibu Hamil dalam Penemuan Kasus HIV di
Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun 2011 (tesis). Denpasar :
Universitas Udayana.
Bajunirwe, F. dan Muzoora, M. 2005, Barriers to the Implementation of
Programs for the Prevention of Mother-to-Child Ttransmission of HIV: a Crosssectional Survey in Rural and Urban Uganda, (AIDS Research and Therapy 2005,
2:10), Available from : http://www.aidsrestherapy.com/content/2/1/10 (Accessed
: 2013, October 27).
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman pelayanan Konseling dan
Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Vouluntary Counselling and Testin) Jakarta :
Depkes RI
Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013. Laporan Bulanan Konseling dan
Testing Sukarela (KTS/VCT). Denpasar
Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2012. Laporan Bulanan Konseling dan
Testing Sukarela (KTS/VCT). Denpasar
Fanta, W. dan Worku, A. 2012. Determinants for refusal of HIV testing
among women attending for antenatal care in Gambella Region, Ethiopia,
(Reproductive Health, 9:8) Available from : http://www.reproductive-healthjournal.com/content/9/1/8 (Accessed 2013, September 25).
Fernandez, M.I., Wilson, T.E., Ethier, K.A., Walter, E.B., Gay, C.L., Moore,
J. 2000. Acceptance of HIV Testing During Prenatal Care, (Public Health
Reports September-October 2000, 460 Volume 115), Available From :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1308602/pdf/pubhealthrep000200066.pdf (Accessed : 2014, Januari 24).
Kawichai, S., Celentano, D.D., Chariyalertask, S., Visturtartna, S., Short,
O., Ruangyuttikarn, C., Chariyalertask, C., Genberg, B., Beyrer, C. 2007.
Community-based Voluntary Counseling and Testing Services in Rural
Communities of Chiang Mai Province, Northern Thailand, (AIDS Behav DOI
10.1007/s10461-007-9242-7),
Available
From
:
http://www.cbvct.med.ucla.edu/pubs/kawichai2.pdf (Accessed : 2013 September
27).
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di
Sarana Kesehatan/PITC Jakarta : Kemenkes RI.

73

Kementerian Kesehatan RI, 2012. Laporan Pemodelan Matematika


Epidemi HIV di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Data HIV/AIDS Indonesia. Ditjen P2PL
Jakarta : Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Nasional Pencegahan penularan
HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Jakarta : Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Laporan Perkembagan HIV-AIDS
Triwulan IV Tahun 2012. Jakarta : Kemenkes RI
Kwuofie, 2008. Acceptance of HIV Counselling and Testing Among
Pregnant Women in the Kumasi Metropolis (tesis). Kumasi : Kwame Nkrumah
University Of Science And Technology.
Lamarque, K.J. 2013. HIV Testing of Pregnant Women in the Fort
Dauphin Region of Madagascar (tesis). Madagascar : Stellenbosch University.
Malaju, M.T. dan Alene, G.D. 2012. Assessment of utilization of providerinitiated HIV testing and counseling as an intervention for prevention of mother to
child transmission of HIV and associated factors among pregnant women in
Gondar town, North West Ethiopia, (BMC Public Health. 2012; 12: 226)
Available
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3350437/?tool=pmcentrez&report
=abstract (Accessed : 2013, September 25).
Moges, Z. dan Ambarbir, A. 2011. Factors Associated with Readiness to
VCT Service Utilization among Pregnant Women Attending Antenatal Clinics in
Northwestern Ethiopia : A Health Belief model Approac, (Ethiopian Jurnal Of
Health Scinences, 21 (Supp1 1), pp.107-15) Available from :
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3275874&tool=pmcen
trez&rendert pe=abstract (Accessed : 2013, October 27).
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Paoli, De M.M., Manongi, R., Klepp, K.I. 2004. Factors influencing
acceptability of Voluntary Counselling and HIV-testing Among Pregnant Women
in Northern Tanzania (AIDS CARE (May 2004),
Vol. 16, No. 4, pp.
411_/425)
Available
from
:
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09540120410001683358#.Uuxp_T1
_t1g (Accessed : 2013, September 25).

74

PS, T.L., Shaluhiyah, Z., Suryoputro, A. 2012. Prilaku Ibu Hamil untuk Tes
HIV di Kelurahan bandarharjo dan Tanjung Mas Kota Semarang, Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol, 7/No.2/Agustus 2012 Available from :
ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/5560/4942 (Accessed : 2014,
Januari 15).
Rosenstock, I.M., Strecher, V.J., Becker, M.H., 1988. Sosial Learning
theory and health Belief Model. Health Education Quarterly, Vol 15 (2) : 175-183
Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions.
Fifth Edition.USA : John Wiley & Sons.
Sastroasmoro dan Ismael. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Sagung Seto
Setiawan, B. 2011. Determinan Pemanfaatan pelayanan klinik Voluntary
Counseling and Testing (VCT) keliling bagi Wanita Pekerja Seks (WPS) di
kabupaten Pelalawan-Propinsi Riau tahun 2011 (tesis). Jakarta : Universitas
Indonesia.
Sitepu, M. 2012. Pengaruh Pengetahuan Persepsi Dan Motivasi PSK
Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS/HIV-AIDS Di Puskesmas Bandar
Baru(tesis). Medan : Universitas Sumatera Utara.
Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Thierman, S., Chi, B.H., Levy, J.W., Srinkala, M., Goldenberg, R.L.,
Stinger, J. 2006. Individual-Level Predictors for HIV Testing Among Antenatal
Attendees in Lusaka, Zambia, (American Journal of the Medical Sciences Volume
332
issue
1),
Available
from
:
http://journals.lww.com/amjmedsci/Abstract/2006/07000/Individual_Level_Predi
ctors_for_HIV_Testing_Among.3.aspx (Accessed : 2014, Januari 15).
Thior, I., Lesago, G., Grimes, J., Shaporo, R., Lockman, S., Kim, S.,
Kabaabetswe, P., Garmey, E., Montono, M., Peter, T., Chang, S.Y., Marlink, R.,
Essex, M. 2006. Voluntary counseling and testing among post-partum women in
Botswana, (National Institutes Of Health Patient Educ Couns. 2007 March ;
65(3): 296302), Available from : http://www.pec-journal.com/article/S0738
3991(06)00290/abstrac (Accessed : 2013 Juli 20).
UNAIDS. 2010. Getting to Zero 2011-2015 Strategy Available at
:http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/unaidspublicati
on/2010/jc2034_unaids_strategy_en.pdf

75

UNAIDS. 2012. Guidance on Provider-initiated HIV Testing and


Counselling in Facilities. Available at : http://www.unaids.org
UNAIDS. 2012. UNAIDS World AIDS Day Report. (online). Available at :
http://www.unaids.org.
Velozo, V.G., Portela, M.C., Vasconceiios, M.T.L., Matzenbacher, L.A., de
Vasconcelos, A.L.R., Grinsztejn, B., Bastos, F. 2008. HIV Testing Among
Pregnant Women in Brazil: Rates and Predictors Rev Sade Pblica
2008;42(5):859-67 Available from : http://www.scielo.br/pdf/rsp/v42n5/6970.pdf
Wirawan, D.N, 2012 Bali, Setiap Tahun Diperkirakan 500 Ibu Hamil
Tertular
HIV/AIDS
dari
Suami
Available
from
:
http://www.aidsindonesia.com/2012/09/bali-setiap-tahun-diperkirakan-500ibu.html (Accessed : 2013 September 20).
Worku, G. 2005. Factors Determining Acceptance of Vouluntary HIV
Testing Among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at Armed Force
Hospitals in Addis Ababa (tesis). Addis Ababa.
WHO. 2012. Draf Working Paper : Antiretroviral Treatment as HIV
Prevention Translating Research to Implementation in Asia. Cambodia : WHO
WHO-WPRO. 2006. The Integration of Harm Reduction into AbstinenceBased Therapeutic Communities: World Health Organization Western Pacific
Regional Office.
WHO. 2011
South-East Asia

Laporan Progres HIV/AIDS WHO Regional Office For

76

Lampiran 1
Output SPSS
1. Hasil Analisis Univariat
Frequencies
Statistics

Valid
Missing

Mean
Median
Minimum
Maximum
Frequency Table

umur
120
0
27.81
27.00
17
42

pendidikan
120
0
3.36
3.50
1
5

pekerjaan
120
0
5.07
6.00
1
7

status_perka
winan
120
0

paritas
120
0
1.94
2.00
1
4

umur
Frequency
Valid

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
42
Total

2
1
2
4
3
10
10
8
10
8
8
6
5
7
1
6
5
6
1
6
4
2
4
1
120

Percent
1.7
.8
1.7
3.3
2.5
8.3
8.3
6.7
8.3
6.7
6.7
5.0
4.2
5.8
.8
5.0
4.2
5.0
.8
5.0
3.3
1.7
3.3
.8
100.0

Valid Percent
1.7
.8
1.7
3.3
2.5
8.3
8.3
6.7
8.3
6.7
6.7
5.0
4.2
5.8
.8
5.0
4.2
5.0
.8
5.0
3.3
1.7
3.3
.8
100.0

Cumulative
Percent
1.7
2.5
4.2
7.5
10.0
18.3
26.7
33.3
41.7
48.3
55.0
60.0
64.2
70.0
70.8
75.8
80.0
85.0
85.8
90.8
94.2
95.8
99.2
100.0

Pendidikan
Frequency
Valid

Tidak Sekolah
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Akademi/Universitas
Total

2
22
36
51
9
120

Percent
1.7
18.3
30.0
42.5
7.5
100.0

Valid Percent
1.7
18.3
30.0
42.5
7.5
100.0

Cumulative
Percent
1.7
20.0
50.0
92.5
100.0

banyaknya_
anc
120
0
3.13
4.00
1
4

77

pekerjaan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
PNS
2
1.7
1.7
1.7
Karyawati Swasta
31
25.8
25.8
27.5
Buruh
4
3.3
3.3
30.8
Dagang
9
7.5
7.5
38.3
Ibu Rumah Tangga
66
55.0
55.0
93.3
Lainnya
8
6.7
6.7
100.0
Total
120
100.0
100.0
Sataus Perkawinan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Menikah
120
100.0
100.0
100.0
paritas
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
Kehamilan Pertama
42
35.0
35.0
35.0
Kehamilan Kedua
47
39.2
39.2
74.2
Kehamilan Ketiga
27
22.5
22.5
96.7
Kehamilan Keempat atau Lebih
4
3.3
3.3
100.0
Total
120
100.0
100.0
banyaknya_anc
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
Pemeriksaan Pertama
13
10.8
10.8
10.8
Pemeriksaan Kedua
22
18.3
18.3
29.2
Pemeriksaan Ketiga
21
17.5
17.5
46.7
Pemeriksaan Keempat atau
64
53.3
53.3
100.0
Lebih
Total
120
100.0
100.0
Statistics
Skor_Pengetahuan
Skor_Kerentanan
Skor_Keparahan
Skor_Manfaat
Skor_Hambatan
N
Valid
120
120
120
120
120
Missing
0
0
0
0
0
Mean
5.38
1.69
3.09
2.47
.68
Median
5.00
2.00
4.00
3.00
.00
Minimum
1
0
0
0
0
Maximum
16
4
4
5
4
Statistics
Skor_dukungan_s Skor_dukungan_n Skor_dukungan_tema
uami
akes
n
N
Valid
120
120
120
Missing
0
0
0
Mean
1.51
2.91
.17
Median
1.00
3.00
.00
Minimum
0
2
0
Maximum
3
3
3

78

Frequency Table
Skor_Pengetahuan
Frequency
Valid

Valid

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
16
Total

0
1
2
3
4
Total

Percent
Valid Percent
8
6.7
6.7
20
16.7
16.7
9
7.5
7.5
9
7.5
7.5
16
13.3
13.3
13
10.8
10.8
18
15.0
15.0
13
10.8
10.8
5
4.2
4.2
5
4.2
4.2
1
.8
.8
1
.8
.8
1
.8
.8
1
.8
.8
120
100.0
100.0
Skor_Kerentanan

Frequency
20
33
38
22
7
120

Frequency
Valid

0
1
2
3
4
Total

5
11
17
22
65
120

Frequency
Valid

Valid

0
1
2
3
4
5
Total

7
32
6
50
23
2
120

0
1
2
3
4
Total

Frequency
81
8
22
7
2
120

Percent
Valid Percent
16.7
16.7
27.5
27.5
31.7
31.7
18.3
18.3
5.8
5.8
100.0
100.0
Skor_Keparahan
Percent
Valid Percent
4.2
4.2
9.2
9.2
14.2
14.2
18.3
18.3
54.2
54.2
100.0
100.0
Skor_Manfaat
Percent
Valid Percent
5.8
5.8
26.7
26.7
5.0
5.0
41.7
41.7
19.2
19.2
1.7
1.7
100.0
100.0
Skor_Hambatan
Percent
67.5
6.7
18.3
5.8
1.7
100.0

Valid Percent
67.5
6.7
18.3
5.8
1.7
100.0

Cumulative
Percent
6.7
23.3
30.8
38.3
51.7
62.5
77.5
88.3
92.5
96.7
97.5
98.3
99.2
100.0

Cumulative
Percent
16.7
44.2
75.8
94.2
100.0

Cumulative
Percent
4.2
13.3
27.5
45.8
100.0

Cumulative
Percent
5.8
32.5
37.5
79.2
98.3
100.0

Cumulative
Percent
67.5
74.2
92.5
98.3
100.0

79

Skor_dukungan_suami

Valid

Valid

0
1
2
3
Total

Frequency
Percent
Valid Percent
46
38.3
38.3
17
14.2
14.2
7
5.8
5.8
50
41.7
41.7
120
100.0
100.0
Skor_dukungan_nakes

2
3
Total

Frequency
Percent
Valid Percent
11
9.2
9.2
109
90.8
90.8
120
100.0
100.0
Skor_dukungan_teman

Cumulative
Percent
38.3
52.5
58.3
100.0

Cumulative
Percent
9.2
100.0

Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
0
107
89.2
89.2
89.2
1
7
5.8
5.8
95.0
2
5
4.2
4.2
99.2
3
1
.8
.8
100.0
Total
120
100.0
100.0
[DataSet1] D:\HASIL PENELITIAN\DATA PENELITIAN arniti.sav revisi kode.sav
Statistics
Klp_pekerjaanBar
status_perkawina
Klp_umur
u2
Klp_Pendidikan
n
N
Valid
120
120
120
120
Missing
0
0
0
0
Mean
1.45
1.45
1.50
Median
1.00
1.00
1.50
Minimum
1
1
1
Maximum
2
2
2

Valid
Missing

Mean
Median
Minimum
Maximum

Valid
Missing

Mean
Median
Minimum
Maximum
Frequency Table

Valid

< 25 tahun
25 tahun
Total

Klp_ANC2
120
0
1.11
1.00
1
2

Statistics
Persepsi_kerenta persepsi_kepara Persepsi_manfaa
pengetahuan
nan2
han
t2
120
120
120
120
0
0
0
0
1.38
1.17
1.27
1.06
1.00
1.00
1.00
1.00
1
1
1
1
2
2
2
2

Statistics
Persepsi_hambat
an2
dukungan_suami2
120
120
0
0
1.33
1.53
1.00
2.00
1
1
2
2

Frequency
40
80
120

Klp_Paritas
120
0
1.26
1.00
1
2

dukungan_petuga
s_kesehatan
120
0
1.09
1.00
1
2

Klp_umur
Percent
Valid Percent
33.3
33.3
66.7
66.7
100.0
100.0

dukungan_teman
120
0
1.89
2.00
1
2

Cumulative Percent
33.3
100.0

80

Klp_Pekerjaan2
Frequency
66
54
120

Valid

Tidak bekerja
Bekerja
Total

Valid

Pendidikan Tinggi
Pendidikan Rendah
Total

Percent
Valid Percent
55.0
55.0
45.0
45.0
100.0
100.0
Klp_Pendidikan
Frequency
Percent
Valid Percent
60
50.0
50.0
60
50.0
50.0
120
100.0
100.0

status_perkawinan
Percent
Valid Percent

Frequency
Valid

Menikah

120

100.0

Cumulative Percent
55.0
100.0

Cumulative Percent
50.0
100.0

Cumulative Percent

100.0

100.0

Klp_Paritas

Frequency
Valid

Valid

2
>2
Total

89
31
120
Klp_ANC2

Kunjungan ANC 2 kali atau lebih


Kunjungan ANC pertama
Total

Frequency
107
13
120

Percent
74.2
25.8
100.0

Percent
89.2
10.8
100.0

Valid Percent
74.2
25.8
100.0

Valid Percent
89.2
10.8
100.0

Cumulative
Percent
74.2
100.0

Cumulative
Percent
89.2
100.0

pengetahuan

Valid

Valid

Valid

Valid

Pengetahuan Baik
Pengetahuan Kurang
Total

ada
tidak
Total

Frequency
100
20
120

Frequency
74
46
120

Percent
61.7
38.3
100.0

Valid Percent
61.7
38.3
100.0

Persepsi_kerentanan2
Percent
Valid Percent
83.3
83.3
16.7
16.7
100.0
100.0
persepsi_keparahan

Cumulative
Percent
61.7
100.0

Cumulative Percent
83.3
100.0

Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Persepsi Keparahan Tinggi
87
72.5
72.5
72.5
Persepsi Keparahann Rendah
33
27.5
27.5
100.0
Total
120
100.0
100.0
Persepsi_manfaat2
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Ada
113
94.2
94.2
94.2
Tidak ada
7
5.8
5.8
100.0
Total
120
100.0
100.0

81

Persepsi_hambatan2
Percent
Valid Percent
81
67.5
67.5
39
32.5
32.5
120
100.0
100.0
dukungan_suami2

Frequency
Valid

Tidak ada
Ada hambatan
Total

Valid

baik
kurang
Total

Frequency
57
63
120

Percent
Valid Percent
47.5
47.5
52.5
52.5
100.0
100.0
dukungan_petugas_kesehatan

Dukungan Petugas Kesehatan


Baik
Dukungan Petugas Kesehatan
Kurang
Total

Dukungan Teman Baik


Dukungan Teman Kurang
Total

Cumulative Percent
47.5
100.0

109

Valid Percent
90.8

Cumulative
Percent
90.8

11

9.2

9.2

100.0

100.0

100.0

120
dukungan_teman

Frequency
Valid

67.5
100.0

Percent
90.8

Frequency
Valid

Cumulative Percent

13
107
120

Percent
10.8
89.2
100.0

Valid Percent
10.8
89.2
100.0

Cumulative
Percent
10.8
100.0

Statistics

Valid
Missing

P302_A
120
0

P302_B
120
0

Valid
Missing

p305_B
120
0

p305_C
120
0

Valid
Missing

p307c
120
0

p307d
120
0

Valid
Missing

P310E
120
0

P412A
120
0

Valid
Missing

P414A
120
0

Valid
Missing

P412G
120
0
Statistics
P414G
120
0

P302_C
120
0
Statistics
p305_D
120
0
Statistics
p307e
120
0
Statistics
P412B
120
0
Statistics
P414B
120
0

P414H
120
0

P414I
120
0

P302_D
120
0

P302_E
120
0

P302_F
120
0

p305_A
120
0

p305_E
120
0

p305_F
120
0

p307a
120
0

p307b
120
0

P310A
120
0

P310B
120
0

P310C
120
0

P310D
120
0

P412C
120
0

P412D
120
0

P412E
120
0

P412F
120
0

P414C
120
0

P414D
120
0

P414E
120
0

P414F
120
0

82

Frequency Table
P302_A

Valid

Valid

Ya
Tidak
Total

YA
TIDAK
Total

Frequency
43
77
120

Frequency
95
25
120

Percent
35.8
64.2
100.0
P302_B
Percent
79.2
20.8
100.0

Valid Percent
35.8
64.2
100.0

Valid Percent
79.2
20.8
100.0

Cumulative
Percent
35.8
100.0

Cumulative
Percent
79.2
100.0

P302_C

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

YA
TIDAK
Total

YA
2
Total

YA
TIDAK
Total

Frequency
29
91
120

Frequency
10
110
120

Percent
24.2
75.8
100.0
P302_D
Percent
8.3
91.7
100.0
P302_E

Valid Percent
24.2
75.8
100.0

Valid Percent
8.3
91.7
100.0

Frequency
73
47
120

Percent
60.8
39.2
100.0
P302_F

Valid Percent
60.8
39.2
100.0

Frequency

Percent
1.7
98.3
100.0
p305_A

Valid Percent
1.7
98.3
100.0

YA
TIDAK
Total

2
118
120

YA
TIDAK
Total

Frequency
106
14
120

Percent
88.3
11.7
100.0
p305_B

Valid Percent
88.3
11.7
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
22
98
120

Percent
18.3
81.7
100.0
p305_C

Valid Percent
18.3
81.7
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
41
79
120

Percent
34.2
65.8
100.0

Valid Percent
34.2
65.8
100.0

Cumulative
Percent
24.2
100.0

Cumulative
Percent
8.3
100.0

Cumulative
Percent
60.8
100.0

Cumulative
Percent
1.7
100.0

Cumulative
Percent
88.3
100.0

Cumulative
Percent
18.3
100.0

Cumulative
Percent
34.2
100.0

83

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

YA
TIDAK
Total

Frequency
57
63
120

Percent
47.5
52.5
100.0
p305_E

Valid Percent
47.5
52.5
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
11
109
120

Percent
9.2
90.8
100.0
p305_F

Valid Percent
9.2
90.8
100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

YA
TIDAK
Total

1
119
120

.8
99.2
100.0
p307a

.8
99.2
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
54
66
120

Percent
45.0
55.0
100.0
p307b

Valid Percent
45.0
55.0
100.0

Frequency

Percent
5.8
94.2
100.0
p307c

Valid Percent
5.8
94.2
100.0

YA
TIDAK
Total

7
113
120

YA
TIDAK
Total

Frequency
29
91
120

Percent
24.2
75.8
100.0
p307d

Valid Percent
24.2
75.8
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
56
64
120

Percent
46.7
53.3
100.0
p307e

Valid Percent
46.7
53.3
100.0

TIDAK

Frequency
120

Percent
100.0
P310A

Valid Percent
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
10
110
120

Percent
8.3
91.7
100.0
P310B

Valid Percent
8.3
91.7
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
14
106
120

Percent
11.7
88.3
100.0

Valid Percent
11.7
88.3
100.0

Cumulative
Percent
47.5
100.0

Cumulative
Percent
9.2
100.0

Cumulative
Percent
.8
100.0

Cumulative
Percent
45.0
100.0

Cumulative
Percent
5.8
100.0

Cumulative
Percent
24.2
100.0

Cumulative
Percent
46.7
100.0

Cumulative
Percent
100.0
Cumulative
Percent
8.3
100.0

Cumulative
Percent
11.7
100.0

84

P310C
Frequency
Valid

Valid

Valid

Percent
3.3
96.7
100.0
P310D

Valid Percent
3.3
96.7
100.0

YA
TIDAK
Total

4
116
120

YA
TIDAK
Total

Frequency
93
27
120

Percent
77.5
22.5
100.0
P310E

Valid Percent
77.5
22.5
100.0

Frequency

Percent
2.5
97.5
100.0

Valid Percent
2.5
97.5
100.0

YA
TIDAK
Total

3
117
120

Cumulative
Percent
3.3
100.0

Cumulative
Percent
77.5
100.0

Cumulative
Percent
2.5
100.0

412A

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

YA
TIDAK
Total

Frequency
23
97
120

Percent
19.2
80.8
100.0
P412B

Valid Percent
19.2
80.8
100.0

Frequency

Percent
2.5
97.5
100.0
P412C

Valid Percent
2.5
97.5
100.0

YA
TIDAK
Total

3
117
120

YA
TIDAK
Total

Frequency
74
46
120

Percent
61.7
38.3
100.0
P412D

Valid Percent
61.7
38.3
100.0

Frequency

Percent
1.7
98.3
100.0
P412E

Valid Percent
1.7
98.3
100.0

Cumulative
Percent
19.2
100.0

Cumulative
Percent
2.5
100.0

Cumulative
Percent
61.7
100.0

Cumulative
Percent

YA
TIDAK
Total

2
118
120

1.7
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
79
41
120

Percent
65.8
34.2
100.0
P412F

Valid Percent
65.8
34.2
100.0

TIDAK

Frequency
120

Percent
100.0
P412G

Valid Percent
100.0

Cumulative
Percent
100.0

TIDAK

Frequency
120

Percent
100.0

Valid Percent
100.0

Cumulative
Percent
100.0

Cumulative
Percent
65.8
100.0

85

P414A

Valid

Valid

TIDAK

Frequency
120

Percent
100.0
P414B

Valid Percent
100.0

Cumulative
Percent
100.0

TIDAK

Frequency
120

Percent
100.0
P414C

Valid Percent
100.0

Cumulative
Percent
100.0

Frequency
Valid

Valid

Valid

Valid

YA
2
Total

6
114
120

Valid

Valid

Valid Percent
5.0
95.0
100.0

1
TIDAK
Total

Frequency
28
92
120

Percent
23.3
76.7
100.0
P414E

Valid Percent
23.3
76.7
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
22
98
120

Percent
18.3
81.7
100.0
P414F

Valid Percent
18.3
81.7
100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

YA
TIDAK
Total

1
119
120

Frequency
Valid

Percent
5.0
95.0
100.0
P414D

.8
99.2
100.0
P414G
Percent

.8
99.2
100.0

Valid Percent

YA
TIDAK
Total

1
119
120

.8
99.2
100.0
P414H

.8
99.2
100.0

YA
TIDAK
Total

Frequency
20
100
120

Percent
16.7
83.3
100.0
P414I

Valid Percent
16.7
83.3
100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

YA
TIDAK
Total

1
119
120

.8
99.2
100.0

.8
99.2
100.0

Cumulative
Percent
5.0
100.0

Cumulative
Percent
23.3
100.0

Cumulative
Percent
18.3
100.0

Cumulative
Percent
.8
100.0

Cumulative
Percent
.8
100.0

Cumulative
Percent
16.7
100.0

Cumulative
Percent
.8
100.0

86

P414C
YA
Klp_pekerjaanBaru
2

Tidak
bekerja
Bekerja

Total

2.

Count
% within Klp_pekerjaanBaru2
% within P414C
Count
% within Klp_pekerjaanBaru2
% within P414C
Count
% within Klp_pekerjaanBaru2
% within P414C

0
.0%
.0%
6
11.1%
100.0%
6
5.0%
100.0%

Total

66
100.0%
57.9%
48
88.9%
42.1%
114
95.0%
100.0%

66
100.0%
55.0%
54
100.0%
45.0%
120
100.0%
100.0%

Hasil Analisis Bivariat

Klp_umur * menerima_tes
Klp_pekerjaanBaru2 *
menerima_tes
Klp_Pendidikan * menerima_tes
Klp_Paritas * menerima_tes
Klp_ANC2 * menerima_tes
pengetahuan * menerima_tes
Persepsi_kerentanan2 *
menerima_tes
persepsi_keparahan *
menerima_tes
Persepsi_manfaat2 *
menerima_tes
Persepsi_hambatan2 *
menerima_tes
dukungan_suami2 *
menerima_tes
dukungan_petugas_kesehatan
* menerima_tes
dukungan_teman *
menerima_tes

[Case Processing Summary


Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
120
100.0%
0
.0%
120
100.0%
0
.0%

Total
N
120
120

Percent
100.0%
100.0%

120
120
120
120
120

100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%

0
0
0
0
0

.0%
.0%
.0%
.0%
.0%

120
120
120
120
120

100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%

120

100.0%

.0%

120

100.0%

120

100.0%

.0%

120

100.0%

120

100.0%

.0%

120

100.0%

120

100.0%

.0%

120

100.0%

120

100.0%

.0%

120

100.0%

120

100.0%

.0%

120

100.0%

Klp_umur * menerima_tes
Crosstab

Klp_umur

< 25 tahun

25 tahun

Total

Count
% within Klp_umur25
% within menerima_tes
Count
% within Klp_umur25
% within menerima_tes
Count
% within Klp_umur25
% within menerima_tes

menerima_tes
Menerima Tes
Tidak Menerima
HIV
Tes HIV
30
10
75.0%
25.0%
37.0%
25.6%
51
29
63.8%
36.3%
63.0%
74.4%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Total
40
100.0%
33.3%
80
100.0%
66.7%
120
100.0%
100.0%

87

Value
.323a
.139
.322

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2df
sided)
1
.570
1
.710
1
.570

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
.320
1
.572
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.55.
b. Computed only for a 2x2 table

Exact Sig. (1sided)

.696

.354

Risk Estimate

Odds Ratio for Klp_umur (< 28


tahun / >= 28 tahun)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

Value
1.249

95% Confidence Interval


Lower
Upper
.580
2.687

1.075

.835

1.385

.861

.515

1.441

120

Klp_pekerjaanBaru2 * menerima_tes
Crosstab

Klp_peke Tidak bekerja


rjaanBar
u2
Bekerja

Total

Count
% within Klp_pekerjaanBaru2
% within menerima_tes
Count
% within Klp_pekerjaanBaru2
% within menerima_tes
Count
% within Klp_pekerjaanBaru2
% within menerima_tes

Value
4.559a
3.761
4.560

df

menerima_tes
Tidak
Menerima Tes
Menerima
HIV
Tes HIV
50
16
75.8%
24.2%
61.7%
41.0%
31
23
57.4%
42.6%
38.3%
59.0%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Asymp. Sig. (2sided)


.033
.052
.033

Total
66
100.0%
55.0%
54
100.0%
45.0%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
1
Continuity Correction b
1
Likelihood Ratio
1
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
4.521
1
.033
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.55.
c. Computed only for a 2x2 table

.049

Exact Sig.
(1-sided)

.026

88

Risk Estimate
Value
2.319

Odds Ratio for


Klp_pekerjaanBaru2 (Tidak
bekerja / Bekerja)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

95% Confidence Interval


Lower
Upper
1.063
5.056

1.320

1.010

1.724

.569

.336

.964

120

Klp_Pendidikan * menerima_tes
Crosstab

Klp_Pe
ndidika
n

Pendidikan Tinggi

Pendidikan Rendah

Total

menerima_tes
Menerima
Tidak Menerima
Tes HIV
Tes HIV
Count
41
19
% within Klp_Pendidikan
68.3%
31.7%
% within menerima_tes
50.6%
48.7%
Count
40
20
% within Klp_Pendidikan
66.7%
33.3%
% within menerima_tes
49.4%
51.3%
Count
81
39
% within Klp_Pendidikan
67.5%
32.5%
% within menerima_tes
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2sided)
.845
1.000
.845

Value
df
Pearson Chi-Square
.038a
1
Continuity Correction b
.000
1
Likelihood Ratio
.038
1
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
.038
1
.846
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50.
d. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Odds Ratio for Klp_Pendidikan


(Pendidikan Tinggi / Pendidikan
Rendah)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes = Tidak
Menerima Tes HIV
N of Valid Cases
Klp_Paritas * menerima_tes

Value
1.079

95% Confidence Interval


Lower
Upper
.502
2.317

1.025

.800

1.314

.950

.567

1.591

120

Total
60
100.0%
50.0%
60
100.0%
50.0%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig. (2sided)

1.000

Exact
Sig. (1sided)

.500

89

Crosstab

Klp_Pa
ritas

Paritas Kurang dari


atau sama dengan 2
Paritas Lebih dari 2

Total

menerima_tes
Menerima Tes
Tidak Menerima
HIV
Tes HIV
62
27
69.7%
30.3%
76.5%
69.2%
19
12
61.3%
38.7%
23.5%
30.8%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Count
% within Klp_Paritas
% within menerima_tes
Count
% within Klp_Paritas
% within menerima_tes
Count
% within Klp_Paritas
% within menerima_tes

Total
89
100.0%
74.2%
31
100.0%
25.8%
120
100.0%
100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2sided)
.391
.526
.396

Value
df
Pearson Chi-Square
.735a
1
Continuity Correction b
.403
1
Likelihood Ratio
.721
1
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
.729
1
.393
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.08.
b. Computed only for a 2x2 table

Exact Sig. (2sided)

Exact
Sig. (1sided)

.505

.261

Risk Estimate

Odds Ratio for Klp_Paritas (Paritas


Kurang dari atau sama dengan 2 /
Paritas Lebih dari 2)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes = Tidak
Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

Value
1.450

95% Confidence Interval


Lower
Upper
.618
3.401

1.137

.832

1.552

.784

.455

1.349

120

Klp_ANC2 * menerima_tes
Crosstab

Klp_ANC2

Total

Kunjungan
ANC 2 kali
atau lebih

Count
% within Klp_ANC2
% within menerima_tes
Kunjungan
Count
ANC pertama % within Klp_ANC2
% within menerima_tes
Count
% within Klp_ANC2
% within menerima_tes

menerima_tes
Menerima Tes
Tidak Menerima
HIV
Tes HIV
74
33
69.2%
30.8%
91.4%
84.6%
7
6
53.8%
46.2%
8.6%
15.4%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Total
107
100.0%
89.2%
13
100.0%
10.8%
120
100.0%
100.0%

90

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2sided)
.266
.424
.277

Exact
Sig. (1sided)

Exact Sig. (2sided)

Value
df
Pearson Chi-Square
1.239a
1
Continuity Correction b
.639
1
Likelihood Ratio
1.180
1
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
1.229
1
.268
N of Valid Cases
120
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Klp_ANC2
1.922
.600
6.162
(Kunjungan ANC 2 kali atau
lebih / Kunjungan ANC
pertama)
For cohort menerima_tes =
1.284
.764
2.158
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
.668
.348
1.283
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases
120

.348

.209

pengetahuan * menerima_tes
Crosstab

pengetah
uan

Pengetahuan Baik

Pengetahuan
Kurang
Total

Count
% within pengetahuan
% within menerima_tes
Count
% within pengetahuan
% within menerima_tes
Count
% within pengetahuan
% within menerima_tes

Value
10.413a
9.160
10.303

menerima_tes
Tidak
Menerima Tes
Menerima
HIV
Tes HIV
58
16
78.4%
21.6%
71.6%
41.0%
23
23
50.0%
50.0%
28.4%
59.0%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2df
sided)
1
.001
1
.002
1
.001

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
10.327
1
.001
Association
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.95.

.002

Total
74
100.0%
61.7%
46
100.0%
38.3%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig.
(1-sided)

.001

91

Risk Estimate
Value
3.625

Odds Ratio for pengetahuan


(Pengetahuan Baik /
Pengetahuan Kurang)
For cohort menerima_tes =
1.568
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
.432
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases
120
Persepsi_kerentanan2 * menerima_tes

95% Confidence Interval


Lower
Upper
1.628
8.069

1.147

2.143

.257

.728

Crosstab

Persepsi_ker
entanan2

ada

tidak

Total

Count
% within Persepsi_kerentanan2
% within menerima_tes
Count
% within Persepsi_kerentanan2
% within menerima_tes
Count
% within Persepsi_kerentanan2
% within menerima_tes

Value
5.538a
4.376
5.223

menerima_tes
Menerima Tes
Tidak Menerima
HIV
Tes HIV
72
28
72.0%
28.0%
88.9%
71.8%
9
11
45.0%
55.0%
11.1%
28.2%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2df
sided)
1
.019
1
.036
1
.022

Pearson Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
5.492
1
.019
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Odds Ratio for


Persepsi_kerentanan2 (ada /
tidak)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

Value
3.143

95% Confidence Interval


Lower
Upper
1.176
8.400

1.600

.971

2.637

.509

.307

.844

120

Exact Sig. (2sided)

.034

Total
100
100.0%
83.3%
20
100.0%
16.7%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig.
(1-sided)

.020

92

persepsi_keparahan * menerima_tes

Crosstab

persepsi_k
eparahan

Persepsi Keparahan
Tinggi
Persepsi Keparahann
Rendah

Total

Count
% within persepsi_keparahan
% within menerima_tes
Count
% within persepsi_keparahan
% within menerima_tes
Count
% within persepsi_keparahan
% within menerima_tes

menerima_tes
Menerima Tes
Tidak Menerima
HIV
Tes HIV
67
20
77.0%
23.0%
82.7%
51.3%
14
19
42.4%
57.6%
17.3%
48.7%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2df
sided)
1
.000
1
.001
1
.000

Value
13.047a
11.518
12.542

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
12.938
1
.000
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.73.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Odds Ratio for persepsi_keparahan


(Persepsi Keparahan Terhadap HIV
Tinggi / Persepsi Keparahann
Terhadap HIV Rendah)
For cohort menerima_tes = Menerima
Tes HIV
For cohort menerima_tes = Tidak
Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

Value
4.546

95% Confidence Interval


Lower
Upper
1.939
10.659

1.815

1.200

2.745

.399

.246

.647

120

.000

Total
87
100.0%
72.5%
33
100.0%
27.5%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig. (1-sided)

.000

93

Persepsi_manfaat2 * menerima_tes
Crosstab

Persepsi_m Ada
anfaat2
Tidak ada

Total

Count
% within Persepsi_manfaat2
% within menerima_tes
Count
% within Persepsi_manfaat2
% within menerima_tes
Count
% within Persepsi_manfaat2
% within menerima_tes

Value
9.596a
7.192
9.102

menerima_tes
Tidak
Menerima Tes
Menerima Tes
HIV
HIV
80
33
70.8%
29.2%
98.8%
84.6%
1
6
14.3%
85.7%
1.2%
15.4%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2df
sided)
1
.002
1
.007
1
.003

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
9.516
1
.002
N of Valid Cases
120
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.28.
b. Computed only for a 2x2 table

Total
113
100.0%
94.2%
7
100.0%
5.8%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig. (1sided)

.005

.005

Risk Estimate
Value
14.545

Odds Ratio for


Persepsi_manfaat2 (Ada / Tidak
ada)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases
Persepsi_hambatan2 * menerima_tes

95% Confidence Interval


Lower
Upper
1.685
125.558

4.956

.804

30.538

.341

.225

.517

120

Crosstab

Persepsi_hambata
n2

Tidak ada

Ada hambatan

Total

Count
% within Persepsi_hambatan2
% within menerima_tes
Count
% within Persepsi_hambatan2
% within menerima_tes
Count
% within Persepsi_hambatan2
% within menerima_tes

menerima_tes
Tidak
Menerima
Menerima
Tes HIV
Tes HIV
81
0
100.0%
.0%
100.0%
.0%
0
39
.0%
100.0%
.0%
100.0%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Total
81
100.0%
67.5%
39
100.0%
32.5%
120
100.0%
100.0%

94

Value
120.000a
115.485
151.339

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2df
sided)
1
.000
1
.000
1
.000

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
119.000
1
.000
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.68.
b. Computed only for a 2x2 table

Exact Sig. (1sided)

.000

.000

Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for
Persepsi_hambatan2 (Tidak
ada / Ada hambatan)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
dukungan_suami2 * menerima_tes

Crosstab

dukungan_suami2

baik

kurang

Total

menerima_tes
Menerima Tes
Tidak Menerima
HIV
Tes HIV
50
7
87.7%
12.3%
61.7%
17.9%
31
32
49.2%
50.8%
38.3%
82.1%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Count
% within dukungan_suami2
% within menerima_tes
Count
% within dukungan_suami2
% within menerima_tes
Count
% within dukungan_suami2
% within menerima_tes
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
20.233a
1
.000
18.516
1
.000
21.556
1
.000

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
20.064
1
.000
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.53.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Odds Ratio for


dukungan_suami2 (baik /
kurang)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

Value
7.373

95% Confidence Interval


Lower
Upper
2.902
18.735

1.783

1.362

2.333

.242

.116

.504

120

.000

Total
57
100.0%
47.5%
63
100.0%
52.5%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig. (1sided)

.000

95

dukungan_petugas_kesehatan * menerima_tes
Crosstab

dukungan_petugas
_kesehatan

Dukungan Petugas
Kesehatan Baik
Dukungan Petugas
Kesehatan Kurang

Total

Count
% within dukungan_petugas_kesehatan
% within menerima_tes
Count
% within dukungan_petugas_kesehatan
% within menerima_tes
Count
% within dukungan_petugas_kesehatan
% within menerima_tes
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2sided)
Exact Sig. (2-sided)
.774
1.000
.776
.747
.775

Value
df
Pearson Chi-Square
.082a
1
Continuity Correction b
.000
1
Likelihood Ratio
.081
1
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
.082
1
Association
N of Valid Cases
120
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.58.
b. Computed only for a 2x2 table

menerima_tes
Tidak
Menerima
Menerima
Tes HIV
Tes HIV
74
35
67.9%
32.1%
91.4%
89.7%
7
4
63.6%
36.4%
8.6%
10.3%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Total
109
100.0%
90.8%
11
100.0%
9.2%
120
100.0%
100.0%

Exact Sig. (1-sided)

.507

Risk Estimate

Odds Ratio for


dukungan_petugas_kesehatan
(Dukungan Petugas Kesehatan Baik /
Dukungan Petugas Kesehatan Kurang)
For cohort menerima_tes = Menerima
Tes HIV
For cohort menerima_tes = Tidak
Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

Value
1.208

95% Confidence Interval


Lower
Upper
.332
4.400

1.067

.670

1.698

.883

.386

2.021

120

dukungan_teman * menerima_tes

Crosstab

dukungan_teman

Dukungan
Teman Baik
Dukungan
Teman
Kurang

Total

Count
% within dukungan_teman
% within menerima_tes
Count
% within dukungan_teman
% within menerima_tes
Count
% within dukungan_teman
% within menerima_tes

menerima_tes
Menerima Tes
Tidak Menerima Tes
HIV
HIV
8
5
61.5%
38.5%
9.9%
12.8%
73
34
68.2%
31.8%
90.1%
87.2%
81
39
67.5%
32.5%
100.0%
100.0%

Total
13
100.0%
10.8%
107
100.0%
89.2%
120
100.0%
100.0%

96

Value
.236a
.030
.230

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2df
sided)
1
.627
1
.863
1
.631

Exact Sig. (2sided)

Pearson Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
.234
1
.628
Association
N of Valid Cases
120
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.23.
b. Computed only for a 2x2 table

.755

Exact Sig. (1sided)

.421

Risk Estimate

Odds Ratio for


dukungan_teman
(Dukungan Teman Baik /
Dukungan Teman Kurang)
For cohort menerima_tes =
Menerima Tes HIV
For cohort menerima_tes =
Tidak Menerima Tes HIV
N of Valid Cases

Value
.745

95% Confidence Interval


Lower
Upper
.227
2.447

.902

.576

1.413

1.210

.577

2.541

120

3. Hasil Analisis Multivariat


DataSet1] D:\HASIL PENELITIAN\DATA PENELITIAN arniti.sav revisi kode.sav
Case Processing Summary
Unweighted Casesa
Selected Cases

Percent
120
100.0
0
.0
120
100.0
Unselected Cases
0
.0
Total
120
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
Menerima Tes HIV
0
Tidak Menerima Tes HIV
1
Included in Analysis
Missing Cases
Total

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b
Observed

Step 0

menerim
a_tes

Menerima Tes HIV


Tidak Menerima Tes HIV
Overall Percentage
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Predicted
menerima_tes
Tidak Menerima
Menerima Tes HIV
Tes HIV
81
0
39
0

Percentage Correct
100.0
.0
67.5

97

B
Step 0

Step 0

C
o
ns
ta
nt

-.731

Variables in the Equation


S.E.
Wald
df
.195
14.063

Variables not in the Equation


Score
Va Klp_pekerjaan2
4.559
ria Pengetahuan
10.413
ble
Persepsi_kerentanan2
5.538
s
Persepsi_keparahan
13.047
Persepsi_manfaat2
9.596
dukungan_suami2
20.233
Overall Statistics
38.255

Sig.
.000

df
1
1
1
1
1
1
6

Exp(B)
.481

Sig.
.033
.001
.019
.000
.002
.000
.000

Block 1: Method = Enter


Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Step Klp_pekerjaan2
1.035
.494
4.395
1
.036
2.816
1.070
7.416
1a
Pengetahuan
.479
.590
.659
1
.417
1.614
.508
5.128
Persepsi_kerentanan2
.454
.693
.429
1
.512
1.574
.405
6.118
Persepsi_keparahan
1.221
.586
4.348
1
.037
3.392
1.076
10.692
Persepsi_manfaat2
1.589
1.195
1.770
1
.183
4.901
.472
50.946
Dukungan_suami2
2.165
.563
14.762
1
.000
8.711
2.887
26.279
Constant
-10.306
2.066
24.875
1
.000
.000
a. Variable(s) entered on step 1: Klp_pekerjaanBaru2, pengetahuan, Persepsi_kerentanan2, persepsi_keparahan,
Persepsi_manfaat2, dukungan_suami2.

98

Lampiran 2
Persetujuan untuk Berpartisipasi dalam Penelitian
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR
TAHUN 2014

Anda diminta mengambil bagian dalam suatu penelitian. Penelitian ini sedang
dilaksanakan oleh peneliti dari Mahasiswi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana Denpasar yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Peneliti pertamatama akan menjelaskan penelitian ini kepada Anda, kemudian meminta kesediaan Anda
untuk berpartisipasi. Anda akan diminta menandatangani persetujuan ini yang
menyatakan bahwa penelitian telah dijelaskan, bahwa pertanyaan Anda telah dijawab dan
bahwa Anda setuju untuk berpartisipasi.
Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian ini. Ia akan menjelaskan pelaksanaan
penelitian dan apa yang diharapkannya dari Anda. Peneliti juga akan menjelaskan
kemungkinan manfaat dari keikutsertaan Anda dalam penelitian. Anda diharapkan
menanyakan kepada peneliti setiap pertanyaan yang Anda miliki tentang penelitian ini
sebelum Anda memutuskan apakah Anda ingin berpartisipasi dalam penelitian ini. Proses
ini disebut informed consent.
Formulir ini juga menjelaskan penelitian ini. Silahkan membaca formulir ini dan
sampaikan kepada peneliti tentang berbagai pertanyaan yang Anda miliki. Jika Anda
memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, mohon menandatangani dan
memberi tanggal formulir ini di depan orang yang menjelaskan penelitian ini kepada
Anda. Anda akan diberi salinan formulir ini untuk disimpan.
1.

Gambaran dan Tujuan Penelitian

Peneliti sebagai pelaksana penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor apa saja
yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini
akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi pemegang kebijakan bidang
kesehatan khusunya Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam upaya
penanggulangan penyakit HIV/AIDS dan institusi pendidikan khususnya
Universitas Udayana Denpasar
2.

Penjelasan Prosedur

Jika Anda memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anda akan
ditanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

99

3.

Ketidaknyamanan dan Risiko

Mungkin anda akan merasa kurang nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang


bersifat pribadi yang akan ditanyakan. Namun Anda boleh tidak menjawab
pertanyaan penelitian apabila Anda merasa sungkan atau risih menjawab
pertanyaan penelitian tersebut.
4.

Keuntungan

Menjadi bagian dari penelitian ini membuat Anda berpartisipasi memberi masukan dalam
program upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS khusunya penularan HIV dari ibu ke
anak. Hasil dari penelitian ini akan membantu dalam mengembangkan strategi
pelaksanaan program integrasi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan program
penanggulangan HIV/AIDS yang lebih baik.
5.

Kerahasiaan

Semua catatan tentang Anda dan dalam penelitian ini akan diperlakukan sebagai
catatan medik rahasia dan disimpan dalam kabinet yang terkunci dan hanya
peneliti yang mempunyai akses untuk membuka kabinet tersebut. Beberapa data
juga akan disimpan di komputer, dimana hanya peneliti yang mempunyai akses
untuk membuka komputer tersebut.
Meskipun hasil penelitian ini kemungkinan akan dibagi dengan orang lain dan
mungkin dipublikasikan dalam laporan ilmiah, nama Anda dan kenyataan bahwa
Anda terlibat dalam penelitian ini tetap akan dirahasiakan.
6.

Penolakan/Pemutusan Partisipasi

Keputusan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sepenuhnya tergantung Anda.


Partisipasi Anda bersifat sukarela. Jika Anda menolak, maka penolakan Anda
tidak akan berpengaruh terhadap hak Anda untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sudah baku di Puskesmas/Klinik/Rumah Sakit.
7.

Hak dan Keluhan

Jika Anda masih mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, Anda dapat
menghubungi Ni Ketut Arniti, SKM (087862847906/0361-8769018) selaku peneliti.
Jika anda memiliki keluhan tentang partisipasi Anda dalam penelitian ini, atau
membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai peraturan-peraturan dalam penelitian atau
hak-hak dari orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Anda dapat menghubungi Prof.
Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT.,M.Kes Kepala Komisi Etik RSUP Sanglah/FK Unud,
Denpasar, nomor telepon (0361) 244534

100

LEMBAR CONSENT (PERSETUJUAN)

SAYA MEMBENARKAN BAHWA SAYA TELAH MEMBACA/MENDAPAT


PENJELASAN PENELITIAN DI ATAS, BAHWA SEMUA PERTANYAAN SAYA
TELAH DIJAWAB DENGAN MEMUASKAN, DAN SAYA SETUJU
BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN INI.

Tanda tangan relawan penelitian/wakil*

Tanggal

SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SAYA
TELAH
MENJELASKAN
SEPENUHNYA KEPADA PASIEN DI ATAS TENTANG GAMBARAN DAN
TUJUAN, PROSEDUR DAN KEMUNGKINAN RISIKO DAN KEMUNGKINAN
MANFAAT DARI PENELITIAN INI

Tanda tangan peneliti atau perwakilannya

Tanggal

*Jika ditandatangani oleh orang yang bukan relawan penelitian, mohon dijelaskan
dibawah ini

Anda mungkin juga menyukai