PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
Lembar Pengesahan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Ketua
: Prof. Dr. I Ketut Sudibia, SE., SU.
Anggota :
1. Dr. A. A. I. N. Marhaeni, SE., MS.
2. Dr. N. Yuliarmi, SE., MP.
3. Dr. Dra. Ida Ayu Nym. Saskara, Msi.
4. Dr. I B Purbadharmaja, SE., MS.
:
:
:
:
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka Saya bersedia
menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
ABSTRAK
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan
yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pembangunan
kesehatan di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan tidak serta merta mampu memecahkan
masalah ini, karena masih ada beberapa penyakit yang tidak dapat disembuhkan
karena belum ditemukan obatnya, salah satu diantaranya adalah penyakit HIV
AIDS. Jumlah penderita HIV AIDS di dunia mengikuti fenomena gunung es,
karena jumlah penderita yang sesungguhnya lebih besar daripada data yang
tersedia. Penderita HIV AIDS menimbulkan stigma tersendiri bagi masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak sosial, ekonomi, psikologis,
dan karakteristik penderita HIV AIDS di Kota Denpasar. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari metode pengumpulan
secara observasi, kuesioner, dan wawancara mendalam. Sampel yang digunakan
berjumlah 86 responden penderita HIV AIDS di Kota Denpasar dengan metode
penentuan sampel, yaitu aksidental sampel. Kemudian data diolah dengan Uji
McNemar untuk menganalisis dampak sosial, ekonomi, psikologis responden
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada indikator sosial, variabel yang mengalami perubahan
setelah terkena penyakit HIV AIDS adalah intensitas rapat, intensitas berkunjung
ke rumah keluarga atau kerabat, intensitas gotong royong, dan intensitas
menghadiri undangan adat. Indikator ekonomi, variabel yang mengalami
perubahan setelah terkena penyakit HIV AIDS hanya jam kerja, sedangkan
indikator psikologis, yaitu stress, frustasi, kecemasan, kemarahan, penyangkalan,
rasa malu, dan berduka mengalami perubahan setelah responden terkena penyakit
HIV AIDS. Penyebaran HIV AIDS dapat ditekan dengan kesadaran penderita
untuk berobat demi memperpanjang usia dan selalu berperilaku positif, dalam
artian menjaga diri dan tidak berniat menyebarkan penyakit ini ke orang lain.
Kata kunci: dampak ekonomi, dampak psikologis, dampak sosial, HIV AIDS
ABSTRACT
National development is a series of continuous effort that covers the entire
life of the community, the nation and the state. Health development in Indonesia
is an integral part of national development. Advances in technology in the health
sector are not necessarily able to solve this problem, because there are some
diseases that can not be cured because it has not found a cure, one of them is HIV
AIDS. The number of HIV AIDS sufferers in the world just like the iceberg
phenomenon, because the number of patients who are actually much larger than
the available data. The HIV AIDS sufferers have made their own stigma for the
community. This study aims to analyze the impact of social, economic,
psychological, and characteristics of HIV AIDS patients in the city of Denpasar.
The data used in this study was obtained from the primary data collection method
is observation, questionnaires, and in depth interviews. The samples used were 86
respondents with HIV AIDS in Denpasar with the sampling method, the sample is
accidental. Then the data is processed by the McNemar test to analyze the social,
economic, psychological respondents before and after HIV AIDS disease. The
findings of the research indicate that in terms of the social indicators, variables
that experienced changes after getting infected with HIV AIDS disease are the
intensity of the meeting, the intensity of visiting their family or relatives, the
intensity of mutual cooperation, and the intensity of attending the invitation of
traditional gatherings. In terms of economic indicators, the variables that
experienced changes after getting infected with HIV AIDS disease is only affected
on the working hours, while on the psychological indicators, namely stress,
frustration, anxiety, anger, denial, shyness, and grief also experienced changes
after the respondents were infected with HIV AIDS. The spread of HIV AIDS can
be reduced with the awareness of HIV AIDS sufferers to seek for medication in
order to prolong their lives and to always behave positively, that is, to take care of
themselves and not intend to spread the disease to others.
Keywords: the economic, psychological, and social impacts, HIV AIDS
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...........................................................................................................
ii
iii
iv
vi
ABSTRAK .....................................................................................................
vii
ABSTRACT ...................................................................................................
viii
ix
xiii
xiv
xv
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .......................................................................
12
12
13
13
15
15
15
17
20
24
2.1
26
30
37
BAB III
BAB IV
BAB V
50
59
59
61
61
63
65
74
74
77
78
78
80
80
80
82
83
84
86
90
90
90
92
93
98
99
99
100
101
103
104
105
107
108
108
109
110
111
112
114
114
115
116
117
118
119
121
122
122
126
133
136
137
137
138
141
LAMPIRAN ...................................................................................................
145
BAB VI
DAFTAR TABEL
No. Tabel
1.1
Halaman
11
2.1
28
2.2
39
5.1
93
5.2
94
5.3
95
5.4
95
5.5
97
5.6
97
5.7
123
5.8
127
5.9
134
1.2
1.3
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
38
42
44
75
76
79
91
92
SINGKATAN
AIDS
ARV
: Antiretroviral
AZT
: Zidovudine
CDC
EBV
FDA
GMHC
GRID
HAART
HAM
HIV
: Human Immunodeficiency
HPV
IO
: Infeksi Oportunistik
KPA
KS
: Sarkoma Kaposi
KSHV
KTT
LSM
NARTI
NCI
NNRTI
ODHA
PCP
: Pneumocystis Carinii
PCP
: Pneumonia Pneumocystis
PEP
PERDA
: Peraturan Daerah
PSK
SFAF
TBC
: Tuberkulosis
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Halaman
145
154
156
159
162
165
168
170
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan
pembangunan
secara
cairan tubuh tersebut. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa HIV AIDS
berasal dari Afrika Sub-Sahara, kini HIV AIDS telah menjadi wabah penyakit
yang menakutkan. Di Indonesia sendiri, HIV AIDS dikhawatirkan telah menjadi
sebuah epidemi baru. Kekhawatiran itu rasanya tidaklah terlalu berlebihan, jika
merujuk kepada fakta lapangan yang ada seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1
mengenai jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS menurut provinsi.
Jumlah penderita yang sebenarnya diperkirakan datanya tidak terekam pada
berbagai sarana pelayanan kesehatan jauh lebih banyak. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), di sejumlah negara tes HIV belum merata dilakukan
karena berbagai sebab, maka untuk setiap HIV positif yang terdeteksi berarti di
masyarakat ada orang yang sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi. Inilah
yang dikenal dengan fenomena gunung es, bagian es yang muncul di permukaan
air hanyalah sebagian saja dibandingkan bagian es yang terletak di bawah
permukaan air. Jika menggunakan perhitungan fenomena gunung es ini, maka
jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia diperkirakan melebihi data yang
tersedia. Berdasarkan Tabel 1.1 DKI Jakarta memempati posisi pertama jumlah
kasus HIV sedangkan untuk kasus AIDS, jumlah penderita terbanyak ada di
Provinsi Papua. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa penderita HIV di Indonesia saat
ini lebih banyak daripada AIDS yang diyakini jumlahnya lebih banyak dari data
yang tersedia karena penyakit ini mengacu pada fenomena gunung es, dan
dikhawatirkan jumlah penderita HIV AIDS akan terus meningkat setiap tahunnya
yang akan memberikan dampak negatif bagi penderita beserta orang-orang di
sekelilingnya.
Provinsi
Papua
Jawa Timur
DKI Jakarta
Jawa Barat
Bali
Jawa Tengah
Kalimantan Barat
Sulawesi Selatan
Banten
Riau
Sumatera Barat
DI Yogyakarta
Sulawesi Utara
Sumatera Utara
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Kepulauan Riau
Jambi
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
Maluku
Bangka Belitung
Lampung
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Bengkulu
Kalimantan Selatan
Maluku Utara
NAD
Sulawesi Tengah
Kalimantan Tengah
Gorontalo
Sulawesi Barat
Total
HIV (Orang)
10.113
12.862
22.925
7.157
6.380
4.641
3.610
2.972
2.677
1.321
701
1.690
1.779
6.364
1.322
540
2.976
434
1.732
1.199
951
332
750
1.896
126
157
192
152
85
161
135
25
33
98.390
AIDS (Orang)
7.795
6.900
6.299
4.098
3.344
2.815
1.699
1.446
851
827
802
782
652
515
420
379
375
358
332
322
312
244
192
178
161
155
134
123
118
109
93
54
3
42.887
Efek jangka panjang endemi HIV AIDS yang telah meluas seperti yang
telah terjadi di Papua adalah dampaknya pada indikator demografi. Tingginya
jumlah penderita, dapat diperkirakan nantinya akan menurunkan angka harapan
hidup, karena semakin banyak orang yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu
yang lebih pendek, kontribusi yang diharapkan dari penderita HIV AIDS pada
ekonomi nasional dan perkembangan sosial menjadi semakin kecil dan kurang
dapat diandalkan. Hal ini menjadi masalah yang penting karena hilangnya
individu yang terlatih dalam jumlah besar tidak akan mudah dapat digantikan.
Biaya
yang berhubungan
itu menyebabkan
ini
menyebabkan
meningkatnya
pengangguran,
mengurangi
pada 2009, sehingga hal ini mengharuskan pemerintah mengurangi ruang fiskal
untuk pengeluaran dalam bidang kesehatan. Dana yang diperlukan bagi negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah untuk terapi bagi penderita HIV
AIDS diperkirakan akan terus bertambah walaupun mendapat bantuan bilateral
dari negara lain atau dari IMF. HIV AIDS akan memberikan dampak negatif
terhadap GDP dan GDP perkapita. Penelitian yang dilakukan dari rentang 19922001 pada berbagai negara berkembang dengan prevalensi penderita yang cukup
tinggi, didapat variasi dampak negatif HIV AIDS terhadap GDP berada dalam
kisaran
pertumbuhan GDP Indonesia belum tersedia hingga saat ini, namun diyakini
bahwa di masa depan epidemi HIV AIDS akan meningkatkan dan memperdalam
tingkat kemiskinan masyarakat. Hal ini didukung oleh sejumlah penelitian yang
menegaskan bahwa perkembangan HIV AIDS sangat tinggi di negara
berkembang dibanding negara maju.
Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun
berarti bahwa semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa
pelayanan kesehatan. Perkembangan penyakit yang lamban dari infeksi HIV
berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam jangka waktu
yang panjang, membutuhkan semakin banyak perawatan kesehatan. Biaya
langsung dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan menjadi semakin
besar. Diperhitungkan juga adalah waktu yang dihabiskan oleh anggota keluarga
untuk merawat pasien, dan tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif. Waktu
dan sumber daya yang diberikan untuk merawat pasien HIV dan AIDS sedikit
Provinsi Bali termasuk dalam lima besar penderita HIV AIDS di Indonesia,
hal ini tentu akan mencoreng nama baik Bali sebagai Pulau Dewata yang menjadi
salah satu primadona tujuan wisata di Indonesia. Pada Tabel 1.2 jumlah kumulatif
kasus HIV AIDS berdasarkan kabupaten di Provinsi Bali tahun 1987-2012.
Berdasarkan Tabel 1.2 di Kota Denpasar dilaporkan kasus kumulatif HIV AIDS
tahun 1987-2012 mencapai 2611. Penyebaran HIV AIDS di Kota Denpasar
mengikuti pola gunung es karena ada penduduk yang sudah mengidap HIV AIDS
tetapi tidak terdeteksi, penderita ini dapat berjenis kelamin laki-laki atau
perempuan. Laki-laki akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal
antar penduduk, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan
di luar nikah sedangkan yang perempuan dapat menularkan HIV kepada bayi
yang dikandungnya secara vertikal.
Badung
Bangli
Buleleng
Denpasar
Gianyar
Jembrana
Karangasem
Klungkung
Tabanan
Total
AIDS
(Orang)
L
P
309
116
28
8
392
191
885
407
106
33
173
98
61
26
63
25
126
73
2143 977
Jumlah
425
36
583
1292
139
271
87
88
199
3120
HIV
Jumlah Total Persen
(Orang)
(%)
L
P
312
120
432
857
13,19
74
28
102
138
2,12
436
256
692
1275 19,62
807
512
1319
2611 40,19
208
123
331
470
7,23
56
55
111
382
5,88
70
41
111
198
3,05
48
23
71
159
2,45
131
77
208
407
6,26
2142 1235
3377
6497 100,00
Reaksi yang muncul terhadap penemuan kasus HIV AIDS yang terus terjadi
salah satu diantaranya adalah merancang Peraturan Daerah tentang pencegahan
dan penanggulangan HIV AIDS, tetapi karena PERDA itu dirancang dengan
pijakan moral, maka PERDA itu tidak bisa dijadikan patokan untuk
penanggulangan HIV AIDS, seperti Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 1
Tahun 2008, tanggal 19 Mei 2008 tentang Penanggulangan HIV AIDS ini sama
sekali tidak menyentuh akar persoalan. Pasal 9 disebutkan Setiap orang yang
melakukan hubungan seksual berisiko wajib melakukan upaya pencegahan
dengan memakai kondom. Peraturan Daerah ini mempunyai beberapa
kelemahan. Pertama, tidak ada penjelasan tentang perilaku seksual berisiko.
Kedua, tidak ada penjelasan mengenai dimana saja orang wajib melakukan
pencegahan. Ketiga, kalau kewajiban berlaku di Kabupaten Badung, maka
penduduk bisa saja melakukan perilaku berisiko tanpa terikat kewajiban memakai
kondom di luar wilayah Kabupaten Badung. Keempat, di dalam PERDA tidak ada
penjelasan yang rinci tentang mekanisme pemantauan kewajiban memakai
kondom.
Upaya nyata telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi penyebaran
penyakit HIV AIDS, namun kenyataannya jumlah penderita terus meningkat.
Pencegahan positif nampakya menjadi solusi yang ampuh untuk memerangi
penyakit ini. Tujuan utama pencegahan positif adalah untuk meningkatkan mutu
hidup ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) dan memotong rantai penularan HIV.
Pencegahan positif menuntut tanggung jawab bersama dalam upaya menurunkan
tingkat penularan. Keterbukaan, informasi, komunikasi tentang seksualitas dan
hubungan seksual bisa menjadi cara untuk menurunkan penyebaran HIV lebih
lanjut kepada pasangan atau orang lain.
Pencegahan dilakukan oleh seseorang yang bertanggung jawab terhadap
perilaku yang berisiko karena perilaku inilah yang menjadi rantai penyebaran HIV
AIDS. Berikut dapat dilihat pada Tabel 1.3 kasus HIV AIDS di Provinsi Bali
menurut kelompok resiko.
Tabel 1.3 Kasus Kumulatif HIV AIDS di Provinsi Bali Menurut Kelompok
Resiko Tahun 1987-2012
Kelompok
Resiko
Biseksual
Heteroseksual
Homoseksual
Jarum Suntik
Perinatal
Tato
Tidak Diketahui
Total
AIDS
Jumlah
HIV
Jumlah Total Persen
(Orang)
(Orang)
(%)
L
P
L
P
11
11
5
5
16
0,25
1470 877
2347
1439 1086
2525
4872 74,91
114
3
117
133
4
137
254
3,91
389 26
415
363
27
390
805
12,38
62
50
112
39
46
85
197
3,03
1
1
1
1
2
0,03
99
24
123
162
73
235
358
5,50
2146 980
3126
2142 1236
3378
6504 100,00
HIV AIDS merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan karena HIV AIDS
berdampak sangat luas di lingkungan, antara lain berdampak sosial, ekonomi,
psikologis yang sampai saat ini belum tersedia data dan informasi mengenai
dampak tersebut di Kota Denpasar pada khususnya, sehingga hal ini yang
mendasari penelitian tentang dampak dari HIV AIDS ini dilakukan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pokok
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV AIDS di Kota Denpasar.
2) Untuk menganalisis perbedaan kondisi sosial, ekonomi, psikologis
responden sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota
Denpasar.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan
baik secara akademik maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan penemuan baru atau
mendukung hasil penemuan sebelumnya yang berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, pembuktian teori pembangunan, alokasi waktu, dan
teknologi pada umumnya serta dapat menambah wawasan mahasiswa dan
mengaplikasikan ilmu yang diterima di bangku perkuliahan pada khususnya.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi Pemerintah Kota Denpasar
dalam hal menentukan kebijakan untuk mengurangi penyebaran penyakit
HIV AIDS melalui perilaku beresiko serta bekerja sama dengan LSM, Dinas
Kesehatan, dan KPA dalam melindungi ODHA akibat dari dampak yang
ditimbulkan penyakit ini.
1.5
Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penyajian dari penulisan ini adalah sebagai
berikut.
Bab I
Bab II
Bab III : Menjelaskan tentang kerangka berpikir, kerangka konsep, dan hipotesis
yang sesuai dengan masalah penelitian.
Bab IV : Metode penelitian yang berkaitan dengan rancangan penelitian, lokasi
penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel
penelitian, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode
pengumpulan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis
data.
Bab V : Pembahasan yang berisi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi
hasil penelitian, jawaban terhadap tujuan penelitian, pembahasan, dan
keterbatasan penelitian.
Bab VI : Merupakan bab penutup yang terdiri dari simpulan dari permasalahan
yang dibahas dan saran-saran dari penulis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
kesejahtraan
masyarakat
khususnya
di
bidang
ekonomi.
(United
Nation
Development
Programme)
mendefinisikan
tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah
produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara
ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan
berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.
Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari
model pembangunan manusia.
2) Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk
mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial.
Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses
tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari
kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang
dapat meningkatkan kualitas hidup.
3) Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan social harus dipastikan tidak
hanya untuk generasi-generasi yang aka datang. Semua sumber daya fisik,
manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.
4) Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan
menentukan (bentuk atau arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi
dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.
Paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana. Pilihanpilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti
kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif
dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan
jasmani hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigm tersebut. Dengan
demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama
berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan,
pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka
untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik. Jika
kedua sisi itu didak seimbang maka hasilnya adalah frustasi masyarakat.
Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik dari
pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model
pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan
kesejateraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model
pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi
nasional (GNP). Pembangunan manusia teruatama sebagai input dari proses
produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat
manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan
dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.
Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara
atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan, yaitu angka harapan
hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali),
dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang
layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Dampak dari krisis
ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya beli dan
ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan kapasitas fisik dan
kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen IPM sebagai
akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap perubahan nyata
yang dialami penduduk dalam jangka pendek (Todaro, Michael P dan Stephen C.
Smith, 2006).
secara
sosial
tidak terlihat,
namun
kerusakan
yang
masyarakat baik pria-wanita, kaya-miskin, desa-kota, dan negara majuberkembang. Namun jelas bahwa kelompok masyarakat miskinlah yang
paling menderita dampaknya. Bagi kelompok masyarakat ini, AIDS
memperpanjang dan memperdalam kemiskinan sehingga mereka semakin
terjebak di dalamnya.
5) Sisi lain, walaupun HIV dapat menimpa jenis kelamin pria dan wanita,
namun penyakit ini tidaklah netral gender. Wanita, terutama kelompok usia
muda, secara biologis lebih cendrung terkena HIV dibanding pria dalam
suatu hubungan seksual.
Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia
terhadap pengidap HIV AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakantindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang
diduga terinfeksi HIV, diwajibkannya uji coba HIV tanpa mendapat persetujuan
terlebih dahulu atau perlindungan kerahasiaannya, dan penerapan karantina
terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV (UNAIDS : 2006). Kekerasan atau
ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes
HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh
perawatan, sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang dapat
dikendalikan menjadi hukuman mati dan menjadikan meluasnya penyebaran
HIV AIDS. Menurut Herek GM (2002), stigma HIV AIDS lebih jauh dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu :
1) Stigma instrumental, yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal
yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.
2) Stigma simbolis, yaitu penggunaan HIV AIDS untuk mengekspresikan
sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap
berhubungan dengan penyakit tersebut.
3) Stigma kesopanan, yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan
dengan isu HIV AIDS atau orang yang positif HIV.
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama
yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan
penggunaan
narkoba
melalui
suntikan.
Banyak
berpengaruh positif atau negatif pada setiap orang. Reaksi masing-masing orang
berbeda, tergantung sampai sejauh mana perasaan dekat atau jauh, suka dan tidak
suka seseorang terhadap yang bersangkutan.
Upaya kuratif pada aspek sosial harus diterapkan kepada pengidap HIV
AIDS, hal itu dengan melihat bahwa pengidap HIV AIDS mengalami proses
labelling oleh masyarakat dimana mereka mendapatkan label buruk sebagai
orang-orang yang tidak berguna. Upaya kuratif pada aspek sosial difokuskan
dalam upaya mendorong pengidap HIV AIDS agar menjadi produktif dan punya
kontribusi terhadap masyarakat, maka secara tidak langsung akan mengurangi
stigma buruk di masyarakat. Selain hal-hal seperti yang disebutkan di atas, ada hal
lain yang perlu diperhatikan akibat dari kurangnya pengetahuan dan pemahaman
terhadap penyakit HIV AIDS, kebanyakan masyarakat berasumsi ODHA itu
berbahaya, pembawa sial, orang hina, tidak berguna, dan segala caci maki yang
menusuk hati. Oleh karena itu, sangat perlu sosialisai tentang penyakit HIV AIDS
pada masyarakat umum, terutama pada masyarakt desa. Sosialisasi itu perlu agar
masyarakat bisa sadar dari persepsi buruk mereka terhadap ODHA, dan yang
terpenting adalah menghindari perilaku-perilaku yang bisa menyebarluaskan
epidemi HIV AIDS terhadap masyarakat luas.
Nursalam (2005) menjelaskan bahwa seorang penderita HIV AIDS
setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi
dukungan sosial meliputi tiga hal, yaitu :
1) Emotional support, meliputi perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan.
AIDS
memperlambat
pertumbuhan
ekonomi
dengan
mengecilnya
populasi
pekerja
dan
mereka
yang
berketerampilan.
Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda,
dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga
produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat
anggota keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi
produktivitas.
Mortalitas
yang
meningkat
juga
akan
melemahkan
meninggal karena penyakit ini. Keadaan ini akan memberikan tekanan pada
keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin
terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang
sakit, pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya
sakit, serta perawatan yatim piatu korban HIV AIDS. Hal ini terutama
mungkin sekali terjadi jika peningkatan tajam mortalitas orang dewasa
menyebabkan berpindahnya tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga
kepada pemerintah, untuk menangani para anak yatim piatu tersebut.
Peningkatan pengeluaran untuk hal-hal di atas tentu akan menguras
tabungan pemerintah atau minimal sebagian dari tambahan pengeluaran
akan diambil pendapatan yang seharusnya akan ditabung. Rendahnya
tingkat tabungan akan memperburuk iklim investasi karena rendahnya
ekspektasi keuntungan atau tingginya ketidakpastian perekonomian dan
berkurangnya kemampuan pembiayaan investasi.
1) Stres yang ditandai dengan menolak, marah, depresi, dan keinginan untuk
mati. Individu yang terinfeksi HIV AIDS atas pemberitahuan dokter,
biasanya mengalami shock, bisa putus asa karena shock berat. Penderita
mengalami depresi berat, sehingga menyebabkan penyakit semakin lama
semakin berat, timbul berbagai infeksi opotunistik, dan penderita semakin
tersiksa. Biaya pengobatan tambah besar, macam penyakit tambah banyak,
obat yang diberi harus tambah banyak dan tambah keras, dengan berbagai
efek samping, yang memperparah keadaan penderita.
2) Keyakinan diri yang rendah pada penderita HIV AIDS akan menyebabkan
penderita
mengalami
hypochondria,
dimana
penderita
seringkali
Proses Psikologis
Perilaku Penderita
Shock
Merasa bersalah, marah, Rasa takut, hilang akal,
tidak berdaya
frustrasi, rasa sedih, susah,
acting out
Mengucilkan diri
Merasa cacat dan tidak Khawatir
menginfeksi
berguna, menutup diri
orang lain, murung
Membuka
status Ingin tahu reaksi orang lain, Penolakan,
stres,
secara terbatas
pengalihan
stres,
ingin konfrontasi
dicintai
Mencari orang lain Berbagi rasa, pengenalan, Ketergantungan,
campur
yang HIV positif
kepercayaan,
penguatan, tangan, tidak percaya pada
dukungan sosial
pemegang rahasia dirinya
Status khusus
Perubahan
keterasingan Ketergantungan, dikotomi
menjadi manfaat khusus, kita dan mereka (semua
perbedaan menjadi hal yang orang
dilihat
sebagai
istimewa, dibutuhkan oleh terinfeksi HIV dan direspon
yang lainnya
seperti
itu),
over
identification
Perilaku
Komitmen dan kesatuan Pemadaman, reaksi dan
mementingkan
kelompok,
kepuasan kompensasi
yang
orang lain
memberi
dan
berbagi, berlebihan
perasaan sebagi kelompok
Penerimaan
Integrasi status positif HIV Apatis, sulit berubah
dengan
identitas
diri,
keseimbangan
antara
kepentingan orang lain
dengan diri sendiri, bisa
menyebutkan
kondisi
seseorang
Sumber : Nursalam, 2005
Motivasi sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan penderita HIV AIDS
baik berupa motivasi ekstrinsik (dukungan orang tua, teman dan sebagainya)
gay, dengan surat pada The Lancet memakai nama Gay Compromise
Syndrome, yang lain memakai nama GRID (Gay Related Immune
Deficiency), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan
kaum gay, AID (Acquired Immunodeficiency Disease), kanker gay atau
Community Acquired Immune Dysfunction. Pada bulan Juni, ada laporan
mengenai sekelompok kasus di antara laki-laki gay di California Selatan,
yang memberi kesan bahwa penyakit disebabkan oleh suatu unsur yang
menular melalui hubungan seks. Laporan pertama muncul mengenai
penyakit yang terjadi di antara orang Haiti, serta juga orang dengan
hemofilia, ada yang menganggap bahwa ini adalah bukti bahwa epidemi
berawal dari Haiti. Kejadian penyakit pada orang non-gay berarti nama
seperti GRID tidak cocok lagi.
Bulan Juli, akronim AIDS, kependekan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome dianjurkan pada pertemuan di AS. Istilah SIDA
dipakai dalam bahasa Prancis dan Spanyol. Pada bulan Agustus, nama
AIDS mulai dipakai oleh surat kabar dan jurnal ilmiah, tetapi sindrom baru
didefinisikan secara resmi oleh CDC pada September. Beberapa organisasi
layanan AIDS sukarela mulai didirikan di AS, termasuk San Francisco
AIDS Foundation (SFAF), serta Gay Mens Health Crisis (GMHC) di New
York. Bulan November, organisasi AIDS pertama didirikan di Inggris, yaitu
Terrence Higgins Trust, yang mengenang orang pertama yang diketahui
meninggal karena AIDS di negara itu.
AIDS.
Virus
ini
disebut
virus
terkait
Limfadenopati
Direktur-Jenderal
WHO
mengambil
kesempatan
untuk
Chris Brooker
Komkat Kwi
Pengertian HIV
HIV adalah retrovirus, yang
berarti
bahwa
virus
ini
mengandung
RNA
yang
membentuk salinan DNA virus
RNA tersebut dengan Enzim
Reverse Transcriptase.
HIV merupakan Retrovirus
Sitopatik Nontransforming yang
menimbulkan Imunodefisiensi
lewat destruksi sel - sel T yang
menjadi target.
HIV adalah kependekan dari
Human
Immunodeficiency
Virus. Artinya virus yang hanya
dapat menginfeksi manusia,
memperbanyak diri dalam sel
manusia, sehingga menurunkan
kekebalan manusia terhadap
penyakit infeksi.
HIV adalah virus RNA yang
termasuk kelompok retrovirus.
HIV
adalah
virus
yang
menyerang manusia, sedangkan
AIDS adalah sebutan bagi tahap
akhir dari infeksi HIV.
HIV merupakan penyakit yang
diibaratkan gunung es, dimana
pangkalnya jauh lebih besar dari
ujungnya yang tampak pada
permukaan.
HIV adalah singkatan dari
Human
Immunodeficiency
Virus. Virus ini secara pelanpelan mengurangi kekebalan
tubuh manusia.
HIV merupakan retrovirus yang
menurunkan kemampuan sistem
imun. Sekali terjangkit, HIV
menghasilkan suatu spektrum
penyakit yang akan berkembang
dalam kebanyakan kasus, mulai
dari laten yang bersifat klinis
atau status asimtomatik sampai
menggandakan diri dan merusak sel sistem kekebalan tubuh. Pada masa ini Virus
Load biasanya sangat rendah karena sistem kekebalan masih menghancurkan
virus yang baru, namun akhir masa ini penggandaan lebih cepat dari pada
kemampuan menghancurkan sistem kekebalan dan Virus Load meningkat lagi.
HIV dapat hidup di luar tubuh dalam waktu yang singkat, ini tergantung dari
cairan dan suhu tempat hidup virus diluar tubuh tersebut. HIV tidak dapat hidup
jika terkena oksigen dan dapat hancur hanya pada suhu 56 derajat celcius. Setelah
HIV menyerang 5-10 tahun atau lebih pada tubuh seseorang, sistem kekebalan
tubuh dapat menjadi lemah dan satu atau lebih penyakit akan timbul atau lebih
parah dari biasanya, sehingga tahap terjangkit HIV menjadi memasuki tahap
AIDS.
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan
epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health
Organization tentang AIDS tahun 1994, namun demikian, kedua sistem tersebut
sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan
tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun
spesifik. Negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk
infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium, sementara
di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control
(CDC) Amerika Serikat.
Terdapat dua definisi tentang AIDS, yang keduanya dikeluarkan oleh
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Awalnya CDC tidak
memiliki nama resmi untuk penyakit ini, sehingga AIDS dirujuk dengan nama
penyakit Limfadenopati. Para penemu HIV bahkan pada mulanya menamai AIDS
dengan nama virus tersebut. CDC mulai menggunakan kata AIDS pada bulan
September tahun 1982, dan mendefinisikan penyakit ini. Tahun 1993, CDC
memperluas definisi AIDS mereka dengan memasukkan semua orang yang
jumlah sel T CD4+ di bawah 200 per L darah atau 14% dari seluruh limfositnya
sebagai pengidap positif HIV. Diagnosis terhadap AIDS tetap dipertahankan,
walaupun jumlah sel T CD4+ meningkat di atas 200 per L darah setelah
perawatan ataupun penyakit-penyakit tanda AIDS yang ada telah sembuh. Berikut
Gambar 2.2 yang menunjukan hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4+
pada rata-rata infeksi HIV yang tidak ditangani. Keadaan penyakit dapat
bervariasi tiap orang. Jumlah limfosit T CD4+ (sel/mm) jumlah RNA HIV per
mL plasma.
wilayah geografis tempat hidup pasien. Berikut Gambar 2.3 gejala-gejala utama
AIDS akibat dari infeksi oportunistik tersebut.
spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat. TBC yang
menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran
kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (Nodus Limfa
Regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian, gejala yang muncul
mungkin
lebih
berkaitan
dengan
tempat
munculnya
penyakit
serta
infeksi
oportunistik
yang
tidak
umum
dan
virus
10) Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang
menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening,
seperti Limfoma Burkitt (Burkitt's Lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's
Like Lymphoma), Diffuse Large B-cell Lymphoma, dan limfoma sistem
syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV.
Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk.
Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini
sebagian besar disebabkan oleh Virus Epstein Barr atau Virus Herpes
Sarkoma Kaposi.
11) Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama
AIDS, kanker ini disebabkan oleh Virus Papiloma Manusia.
12) Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti
Limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (Rectum), dan kanker anus.
Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara
dan kanker usus besar (Colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada
pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus
yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai
kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang
sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada
pasien yang terinfeksi HIV (Bonnet, F : 2004).
13) Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak
spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi
oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium Avium Intracellulare dan
retina
mata (Retinitis
Sitomegalovirus),
yang dapat
Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa
beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali
penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81 persen
peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1
karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan
kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual. Orang yang
terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih
mematikan.
2) Kontaminasi pantogen melalui darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik,
penderita Hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi
dan menggunakan kembali jarum suntik (Syringe) yang mengandung darah
yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen),
tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga Hepatitis
B dan Hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab
sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50 persen infeksi Hepatitis C di
Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi
dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang
terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post Exposure Prophylaxis
dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu. Pekerja
fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain)
juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga
terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh.
Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara
maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak
mencukupi. WHO memperkirakan 2.5 persen dari semua infeksi HIV di
Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan
yang tidak aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan BangsaBangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong
negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah
penularan HIV melalui fasilitas kesehatan. Resiko penularan HIV pada
penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju,
pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun
demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses
terhadap darah yang aman, antara 5 persen dan 10 persen infeksi HIV dunia
terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi.
3) Penularan masa perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero)
selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat
persalinan, bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama
kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25 persen. Namun demikian, jika
sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan
dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1 persen.
Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus
pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi
risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4 persen.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western
Blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan
mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan
berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (Window Period)
bagi setiap orang dapat bervariasi, inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 36 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes
komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang
dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan
antibodinya belum dapat terdeteksi, meskipun metode-metode tersebut tidak
disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara
rutin di negara-negara maju.
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV AIDS. Metode satusatunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak
dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah
kontak dengan virus secara signifikan, disebut Post Exposure Prophylaxis (PEP).
PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP
juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak
badan, mual, dan lelah (Smith, D. K : 2005). Secara umum penanganan terhadap
HIV AIDS dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Terapi antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat
aktif (Highly Active Antiretroviral Therapy) disingkat HAART. Terapi ini
sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996,
lainnya,
sehingga
negara-negara
berkembang
mampu
2.2
untuk
meminimalkan
Selanjutnya
terjadinya
percepatan
kecemburuan
pertumbuhan
sosial
ekonomi
dalam
masyarakat
direpresentasikan
dari
tingkat
hidup
masyarakat
ditandai
oleh
Y = Pendapatan Perkapita
I = Ketimpangan
P = Kemiskinan Absolut
harus
dipertimbangkan
secara
menyeluruh
untuk
menilai
ini. Prestasinya yang terpenting adalah telah dirumuskan dan diformalkan teori
dasar mikroekonomi. Dalam melakukannya, Becker telah mengembangkan
pendekatan modal manusia ke dalam teori umum untuk menentukan distribusi
pendapatan tenaga kerja. Prediksi teori mengenai struktur upah telah dirumuskan
dalam apa yang disebut fungsi manusia, modal, penghasilan yang menentukan
hubungan antara laba dan modal manusia. Kontribusi-kontribusi ini pertama kali
disajikan dalam beberapa artikel di awal 1960-an dan dikembangkan lebih lanjut,
baik secara teoritis maupun empiris, dalam bukunya, Human Capital, ditulis pada
tahun 1964.
Teori modal manusia telah menciptakan kerangka analitis seragam dan
umumnya berlaku untuk belajar tidak hanya kembali pada pendidikan dan
pelatihan, tetapi juga upah perbedaan dan upah profil dari waktu ke waktu.
Aplikasi lainnya, dikejar oleh berbagai ekonom, termasuk kerusakan ke dalam
komponen faktor yang mendasari pertumbuhan ekonomi, migrasi, serta investasi
dan penghasilan di sektor kesehatan. Pendekatan modal manusia juga membantu
menjelaskan pola perdagangan di seluruh Negara, pada kenyataannya, perbedaan
dalam pasokan modal manusia antara negara-negara telah ditunjukkan untuk
memiliki lebih banyak kekuatan penjelas dari perbedaan dalam penyediaan modal
nyata. Aplikasi praktis dari teori modal manusia secara dramatis telah dibantu
oleh peningkatan ketersediaan mikrodata, misalnya, panel data, upah dan
karakteristik yang berbeda dari tenaga kerja. Perkembangan ini juga dirangsang
oleh studi Becker secara teoritik dan empirik.
seseorang
memerlukan
waktu
untuk
keperluan
pokok
(consumption), seperti tidur, makan, istirahat dan semua waktu yang diperlukan
untuk berbagai kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan pasar (non labor
force participation) disebut non market consumption activity. Kedua, individu
memerlukan waktu untuk keperluan pasar (labor force participation). Jumlah jam
kerja yang dicurahkan oleh setiap individu di pasar kerja cukup bervariasi. Jumlah
ini sangat dipengaruhi oleh tingkat upah dan beberapa faktor lain dari masingmasing individu sebagai upaya untuk mencapai tingkat utility tertinggi. Dalam
teori ini diasumsikan, banyaknya waktu yang dicurahkan individu untuk kegiatan
pasar kerja dipengaruhi oleh initial endowment dan tingkat upah di pasar kerja.
Semakin tinggi tingkat upah di pasar kerja pada suatu batas tertentu, semakin
besar jumlah waktu yang dialokasikan untuk pasar kerja. Pengalokasian waktu itu
harus mempertimbangkan kendala, bahwa satu hari hanya terdiri dari 24 jam.
Bersama kendala yang lain, kendala waktu dan selera rumah tangga terhadap
leisure akan menentukan kombinasi antara leisure dan komoditi pasar yang
2.3
Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya dapat menjadi acuan pada penelitian ini, baik sebagai
pembanding dan hipotesis bagi penelitian tentang HIV AIDS. Latri Mumpuni
(2001) dengan judul penelitiannya Perilaku Sosial Penderita HIV AIDS Dalam
Menghadapi Reaksi Masyarakat menjelaskan bahwa HIV AIDS bukanlah
sekedar masalah lokal tetapi telah mewabah ke seluruh Indonesia. Sekalipun
belum ditemukan data yang lebih valid dan reliabel namun dipastikan virus ini
sudah mengarah menjadi masalah sosial. Persoalannya masih relatif kecil studi
tentang HIV AIDS dari kajian ilmu sosial.
Penelitian ini menggambarkan suatu fenomena sosial yang bersifat khusus
mengenai perilaku sosial penderita HIV AIDS sebagai diskriminan dalam
menghadapi reaksi masyarakat, dimana penderita terus-menerus melakukan
proses adaptasi sosial. Penelitian ini menunjuk pada kasus langka yang
melibatkan delapan orang informan penderita HIV AIDS yang tersebar di
berbagai penjuru Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi, serta enam belas orang
informan berasal dari masyarakat yang ada di seputar penderita. Pendekatan
kualitatif menjadi pilihan dalam melakukan penelitian, karena pendekatan ini bisa
menjelaskan fakta-fakta dalam menunjukkan makna sosiologis yang sebenarnya.
Penelitian ini berpijak dari kerangka Kluckhohn mengenai lima masalah dasar
dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya. Keberagaman makna
penderita dalam menghayati dunia, sakitnya akan waktu, Tuhan, lingkungan
sosial, pekerjaan, dan masa depan.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa perilaku sosial penderita
menunjukkan perilaku yang berubah-ubah dan sangat situasional, mengalami
kesulitan
melaksanakan
adaptasi
sosial
terhadap
lingkungannya.
tidak
berkemampuan
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
perilaku yang sedemikian cepat oleh para penderita. Perilaku yang ditampilkan
tergantung pada kemampuannya untuk menafsirkan stimuli yang berasal dari
lingkungannya, jika lingkungan memberikan dukungan, maka yang terjadi adalah
penampilan perilaku secara konstruktif dan optimistik. Sebaliknya, jika menurut
penafsirannya, ternyata lingkungan menolak, maka penderita akan menampilkan
dirinya sebagai orang yang menarik diri, mengasingkan diri dan bahkan disertai
dengan sikap menutup diri terhadap lingkungan sosialnya.
Gejala sosial yang muncul pada dirinya adalah terbentuknya sikap kurang
percaya diri, stereotype negatif terhadap lingkungan sosial, fatalistik, pesimistik,
serta keputusasaan sehingga fungsi sosialnya terganggu, pada akhirnya akan
makin melemahkan daya tahan tubuhnya. Sebelum yang bersangkutan dinyatakan
terkena HIV AIDS, akan menampilkan sikap maupun perilaku sebagaimana
bentuk perilaku sosial lainnya. Namun, ketika dinyatakan sebagai penderita HIV
AIDS, maka terjadi beberapa kecenderungan perilaku situasional terutama dalam
menyikapi dirinya terhadap waktu, Tuhan, lingkungan sosial, pekerjaan, dan masa
depannya. Faktor yang mempengaruhi perilaku sosial penderita antara lain reaksi
masyarakat terhadap dirinya, proses pembelajaran diri terhadap lingkungan sosial,
pengalaman traumatik yang menyebabkan terbentuknya penghayatan sesuai
dengan sikap prasangkanya. Reaksi penyangkalan begitu keras diberikan
penderita untuk mengembalikan keberadaan dirinya didalam masyarakat.
Penyangkalan ini merupakan upaya menjadikan dirinya ada dalam masyarakat,
sementara proses penyesuaian diri terhambat karena perilaku situasional yang
terus-menerus dilakukan penderita, ditunjang ketidakmampuan masyarakat dalam
melakukan penyesuaian sosial terhadap penderita HIV AIDS. Hal ini berarti
bahwa begitu besar pengaruh reaksi sosial pada perilaku sosial penderita. Perilaku
yang sebenarnya akan muncul ketika penderita mampu mengendalikan realitas
sosial secara sadar yang dihayatinya sebagai kehidupan sosial yang dianggap
wajar dan normatif. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan indikator sosial sebagai variabel yang diteliti, sedangkan
perbedaannya pada penelitian ini hanya menggunakan variabel sosial, pada
penelitian yang diteliti sekarang menggunakan variabel sosial, ekonomi, dan
psikologis.
Rudy Wenarta (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perlindungan
Hukum Orang dengan HIV AIDS (ODHA) dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia
(HAM) dan Hukum Kesehatan menjelaskan bahwa perlindungan hukum bagi
ODHA dapat diartikan sebagai suatu jaminan yang diberikan oleh negara dalam
bentuk peraturan perundang-undangan kepada ODHA. Perlindungan ODHA bila
dikaitkan dengan HAM juga telah diberikan oleh pemerintah dalam bentuk
landasan hukum undang-undang yang sudah ada sekarang ini, tetapi sampai
sejauh mana manfaat, fungsi dan penerapan Undang-Undang tersebut bagi ODHA
yang menjadi pertanyaan saat ini.
Perlindungan hukum ODHA ini belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia,
disebabkan belum ada undang-undang yang secara khusus yang menjamin hak
ODHA terutama hak atas pelayanan kesehatan. Landasan undang-undang yang
ada saat ini menjamin hak Warga Negara Indonesia termasuk ODHA secara
umum, dan pada pelaksanaannya hanya formalitas semata karena tidak didukung
menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
resiko
yang diperkirakan
meningkatkan angka kejadian HIV AIDS antara lain, lingkungan sosial ekonomi
khususnya kemiskinan, latar belakang kebudayaan/etnis, keadaan demografi.
Kelompok masyarakat yang berpotensi punya risiko tinggi HIV AIDS adalah
status donor darah (penerima transfusi darah, pendonor darah jika alat tidak
steril), bayi dari ibu yang dinyatakan menderita HIV AIDS (proses kehamilan,
kelahiran dan pemberian ASI), pecandu narkotik (khususnya IDU), tindik dengan
alat yang terpapar HIV AIDS, mereka yang mempunyai banyak pasangan seks
pramuria (baik di diskotik atau bar, WPS, waria, panti pijat, homo dan
heteroseks), pola hubungan seks, status awal berhubungan seks, orang yang
terpenjara, keluarga dengan penderita HIV AIDS positif (pasangan penderita
suami/istri) yang tidak menggunakan pelindung, pemakai alat suntik (pecinta
tatto).
Penelitian ini termasuk observasional analisis dengan metode kasus kontrol
yaitu suatu rancangan studi epidemiologi yang dimulai dengan seleksi beberapa
individu, lalu dimasukkan dalam kelompok sakit (kasus) dan kelompok tidak sakit
(kontrol) serta penyebab sakitnya sedang diselidiki, kemudian kelompok
kelompok itu diperbandingkan dalam hal adanya penyebab atau pengalaman masa
lalu yang relevan dengan penyebab penyakit. Kasus (penderita HIV AIDS) dan
kontrolnya bukan penderita HIV AIDS yang diketahui sejak awal penelitian
kemudian diteliti secara retrospektif faktor-faktor resiko yang berpengaruh
terhadap kejadian HIV AIDS. Kelompok studinya, responden yang dinyatakan
sakit HIV AIDS oleh RSUP dr. Kariadi Semarang serta pengunjung PMI Cabang
Jawa Tengah. Adapun jumlah sampel minimalnya sebanyak 76 kasus dan 76
kontrol. Populasi kasus adalah seluruh penderita HIV AIDS dan mengambil obat
di rawat jalan atau rawat inap, kooperatif dengan memeriksakan pada layanan
medis di RSUP dr. Kariadi. Sampel kasus adalah semua penderita dengan semua
kelompok umur yang telah didiagnosa HIV AIDS oleh RSUP dr. Kariadi
khususnya yang mengambil obat secara rutin baik di rawat jalan ataupun rawat
inap. Sampel kontrol adalah semua pendonor darah dari PMI Cabang Semarang.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
maupun
psikologis.
Dampaknya
bukan
hanya
kepada
yang
Kajian Teoritis :
1. Dampak Sosial
2. Dampak Ekonomi
3. Dampak Psikologis
Kajian Empirik :
1. Latri Mumpuni (2001)
2. Rudy Wenarta (2012)
3. Tuti Susilowati (2009)
Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji McNemar
Hasil Pengujian
Simpulan
komponen-komponen dari kerangka teori yang akan dijelaskan pada Gambar 3.2
berikut ini.
Dampak Sosial
Komunikasi
Dampak Ekonomi
HIV
AIDS
Status Pekerjaan
Lapangan Pekerjaan
Pendapatan
Jam Kerja
Stress
Penyangkalan
Kemarahan
Dampak Psikologis
Rasa Malu
Kecemasan
Frustasi
Berduka
3.2
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan ilmiah yang dilandasi oleh kajian teoritik
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan
proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien, dan efektif
(Jogiyanto Hartono : 2007). Rancangan penelitian memberi alur penelitian dan
mempersiapkan data penelitian, menguji hipotesis yang pada akhirnya
memberikan kesimpulan yang sesuai dengan hasil yang diperoleh, rumusan
masalah, dan hipotesis penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan dampak sosial,
ekonomi, psikologis seseorang sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS
di Kota Denpasar. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan hipotesis
maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yaitu
jumlah obyek yang diteliti, didesain secara spesifik untuk mengetahui obyek
tertentu atau benar-benar fokus pada permasalahannya yang ditindaklanjuti
melalui observasi, wawancara (interview), kuesioner (angket), dan wawancara
mendalam (indepth interview) kepada penderita HIV AIDS di Kota Denpasar
dengan metode insidental sampling dari populasi yang ada. Gambar 4.1
menjelaskan rancangan dari penelitian dampak sosial, ekonomi, dan psikologis
penderita HIV AIDS di Kota Denpasar.
Data sekunder
Observasi awal
Merumuskan masalah
Data
primer
Wawancara
Kuesioner
Hipotesis
Wawancara
mendalam
Metode penelitian
Teknik sampling
Pengolahan data
Pembahasan
Aksidental
sampling
McNemar test
Simpulan dan saran
4.2
Lokasi Penelitian
Pulau Bali yang dijuluki Pulau Dewata merupakan primadona daerah tujuan
4.3
penderita HIV AIDS di Kota Denpasar. Variabel yang dianalisis adalah dampak
sosial, ekonomi, dan psikologis seseorang sebelum dan sesudah terkena penyakit
HIV AIDS. Perubahan sangat signifikan terjadi bagi seseorang yang divonis
terkena HIV AIDS, sehingga dapat dikatakan penyakit ini menyebabkan banyak
dampak bagi penderita, keluarga, dan lingkungannya.
4.4
suatu variabel dengan cara memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
tempat
tinggal,
intensitas
sembahyang/ibadah
bersama
4.5
4.6
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono : 2007). Populasi
bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subyek atau obyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyebutkan bahwa populasi
penderita HIV AIDS di Kota Denpasar pada tahun 2012 mencapai 604 orang,
dengan rincian 294 orang positif HIV dan 310 orang sudah memasuki tahap
AIDS. Jumlah ini cukup besar dan tidak mungkin mempelajari semua yang ada
dalam populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu sehingga dapat
digunakan sampel yang diteliti dalam populasi tersebut (Husein : 2003). Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono : 2007). Ukuran sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
menggunakan rumus Slovin (Husein : 2003), sebagai berikut.
n=
N
1 Ne 2
...(1)
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : Nilai kritis
604
1 (604)(10%) 2
n=
604
7.04
4.7
data ini diperoleh melalui penelitian lapangan sehingga keduanya termasuk data
primer. Penelitian tentang identifikasi dampak sosial, ekonomi, dan psikologis
penderita HIV AIDS di Kota Denpasar menghasilkan kedua jenis data tersebut,
untuk memperolehnya digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut.
1) Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono : 2007).
4.8
McNemar Test sesuai dengan kerangka berpikir penelitian. Alat analisis yang
dipakai adalah statistik nonparametrik dengan bantuan program SPSS (Statistic
Programe of Social Sience). Uji McNemar biasa digunakan pada penelitian yang
skala datanya berbentuk nominal atau diskrit. Pengujian dengan mengunakan uji
McNemar menekankan tipe sampel yang dependen. Sampel yang dependen
dimaksudkan adalah tipe sampel yang dalam pengukuran satu variabel terkait
dengan pengukuran variabel lainnya. Pengunaan uji McNemar menekankan pada
aspek pengujian sebelum dan sesudah perlakuan. Keadaan ini yang lebih
memungkinkan desain eksperimen untuk digunakan dalam uji McNemar.
1) Uji McNemar tentang kondisi sosial responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan kondisi sosial responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di
Kota Denpasar.
d) Perhitungan
A D 1
AD
...(2)
Keterangan :
2 : Nilai Chi Square
A : Jumlah kasus yang mengalami perubahan pada sel A tabel
D : Jumlah kasus yang mengalami perubahan pada sel D tabel
e) Kesimpulan
Ho ditolak apabila nilai probabilitas kurang dari tingkat signifikansi
0.05, sebaliknya Ho diterima apabila nilai probabilitas lebih dari atau
sama dengan tingkat signifikansi 0.05
2) Uji McNemar tentang kondisi ekonomi responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan kondisi ekonomi responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di
Kota Denpasar.
d) Perhitungan
A D 1
AD
...(3)
Keterangan :
2 : Nilai Chi Square
A : Jumlah kasus yang mengalami perubahan pada sel A tabel
D : Jumlah kasus yang mengalami perubahan pada sel D tabel
e) Kesimpulan
Ho ditolak apabila nilai probabilitas kurang dari tingkat signifikansi
0.05, sebaliknya Ho diterima apabila nilai probabilitas lebih dari atau
sama dengan tingkat signifikansi 0.05
3) Uji McNemar tentang kondisi psikologis responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya
tidak
ada
perbedaan
kondisi
psikologis
d) Perhitungan
A D 1
AD
...(4)
Keterangan :
2 : Nilai Chi Square
A : Jumlah kasus yang mengalami perubahan pada sel A tabel
D : Jumlah kasus yang mengalami perubahan pada sel D tabel
e) Kesimpulan
Ho ditolak apabila nilai probabilitas kurang dari tingkat signifikansi
0.05, sebaliknya Ho diterima apabila nilai probabilitas lebih dari atau
sama dengan tingkat signifikansi 0.05
BAB V
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.1
5.2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Responden (Orang)
35
51
86
Persentase (%)
40.69
59.31
100
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 5.1 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
didominasi oleh perempuan, hal ini diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya,
dalam penelitian ini banyak responden perempuan yang melakukan perilaku
berisiko tertular HIV AIDS. Virus ini tidak memandang umur, jika melakukan
perilaku yang berisiko maka akan lebih rentan untuk tertular dari usia muda
sampai tua sekalipun. Berikut Tabel 5.2 karakteristik responden berdasarkan
umur.
Umur (Tahun)
20
21 30
31 40
41 50
> 50
Total
Responden (Orang)
1
23
37
20
5
86
Persentase (%)
1.16
26.74
43.02
23.25
5.83
100
Sumber : Lampiran 2
Virus HIV AIDS menyerang semua kelompok umur tanpa terkecuali,
berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, penderita terbanyak pada
usia produktif. Hal ini tentunya menjadi ancaman serius dan perlu mendapatkan
perhatian lebih dari semua pihak tanpa melihat perbedaan suku, ras, dan agama
karena semua perilaku berisiko akan rentan terkena virus HIV AIDS tersebut.
Kesadaran seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan untuk menghentikan
penyebaran virus ini, hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan adalah
jangan berganti-ganti pasangan. Berikut Tabel 5.3 karakteristik responden
berdasarkan status perkawinan.
Status Perkawinan
Kawin
Janda
Duda
Belum Kawin
Cerai
Total
Responden (Orang)
50
14
2
15
5
86
Persentase (%)
58.13
16.27
2.32
17.44
5.84
100
Sumber : Lampiran 2
Perilaku berisiko dengan berganti-ganti pasangan akan rentan terkena virus
HIV AIDS. Data pada Tabel 5.3 menunjukkan penderita HIV AIDS terbanyak
masih berstatus kawin. Kegemaran kawin cerai, atau kegemaran ke tempat
hiburan malam oleh beberapa kaum laki-laki yang sudah menikah pada penelitian
ini tentu merugikan pasangan dan anak-anak yang dilahirkan, karena virus ini
dapat menular melalui proses persalinan dari ibu yang tertular terhadap anaknya.
Tabel 5.4 menguraikan karakteristik responden berdasarkan jumlah anak.
Jumlah Anak
Tidak Punya Anak
<2
24
5
Total
Responden (Orang)
30
31
24
1
86
Persentase (%)
34.88
36.04
27.90
1.18
100
Sumber : Lampiran 2
Istilah banyak anak, banyak rejeki menjadi dilema bagi penderita HIV
AIDS, hal tersebut yang menyebabkan penderita HIV AIDS dalam penelitian ini
mempunyai sedikit anak yang ditunjukkan oleh Tabel 5.4 jumlah anak responden
< 2 orang yang mendominasi. Penderita yang melahirkan akan rentan menularkan
virus HIV AIDS terhadap anaknya melalui proses persalinan secara normal,
namun hal ini bisa dicegah melalui persalinan secara cesar yang akan mengurangi
risiko sang cabang bayi tertular virus HIV AIDS oleh Ibunya. Hal ini juga
ditegaskan dengan wawancara mendalam kepada dr. I.G.A. Satriani Aryawangsa,
pada tanggal 26 Juni 2014 di Yayasan Kerti Praja.
Penularan HIV AIDS dari Ibu Kepada bayi yang akan dilahirkannya dapat
melalui tiga cara, yaitu pada saat bayi tersebut dalam kandungan, saat
melahirkan, dan pada proses menyusui. Namun hal ini bisa dicegah untuk
memperkecil resiko menularnya HIV AIDS kepada bayi tersebut. Tindakan
yang harus dilakukan adalah dengan memprogram kelahiran, artinya jika
pasangan suami istri tertular HIV AIDS diharapkan tetap rutin
mengkonsumsi obat ARV (obat yang menekan virus HIV AIDS dalam
tubuh manusia) sehingga pada saat bayi dalam kandungan tidak ikut tertular
penyakit ini, namun ada catatan bagi Ibu hamil karena ada beberapa jenis
obat ARV yang tidak boleh dikonsumsi akibat dari kerasnya obat ini,
sehingga dikhawatirkan menyebabkan bayi terlahir cacat. Dalam hal ini
sangat jelas bahwa penyebab bayi yang dilahirkan cacat oleh penderita HIV
AIDS disebabkan oleh kesalahan dalam mengkonsumsi obat, bukan karena
HIV AIDS, maka dari itu penderita HIV AIDS yang ingin mempunyai
keturunan harus program terlebih dahulu dan dikonsultasikan dengan
dokter. Selain itu penderita HIV AIDS yang ingin mempunyai anak atau
sedang mengandung harus mengecek jumlah CD4+ dalam tubuh untuk
mengetahui kekebalan tubuhnya. Pada saat melahirkan, diharuskan proses
persalinan dengan cara cesar untuk memperkecil resiko penularan HIV
AIDS dari Ibu ke bayi. Proses persalinan dengan cara cesar dapat
mengurangi gesekan pada saat bayi dilahirkan dibandingkan dengan proses
persalinan secara normal, misalnya pada saat bayi ditarik, divakum, atau
dijepit. Seperti apa yang Saya jelaskan tadi, dengan proses ini banyak
penderita HIV AIDS yang melahirkan anaknya tanpa tertular virus
tersebut.
Pengetahuan tentang virus HIV AIDS untuk mengurangi penyebarannya
sangat berguna bagi penderita yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal
atau non formal. Berikut Tabel 5.5 karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terakhir.
Pendidikan Terakhir
Tidak Tamat SD
SD
SMP
SMA
SMK
Diploma
Sarjana
Total
Responden (Orang)
2
21
16
33
3
2
9
86
Persentase (%)
2.32
24.41
18.60
38.37
3.48
2.32
10.50
100
Sumber : Lampiran 2
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa persentase pendidikan terakhir sebagai
sarjana mempunyai nilai yang cukup besar, artinya pengetahuan yang didapatkan
di lingkungan sekolah atau di perguruan tinggi tentang virus HIV AIDS perlu
ditingkatkan karena virus ini dapat menyerang siapa saja. Pendidikan yang tinggi
juga menentukan jenis pekerjaan yang didapatkan pada penelitian ini, berikut
Tabel 5.6 karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Buruh
WTS
Petani
Security
Supir
Wiraswasta
Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Pengacara
Guru
Polisi
Total
Sumber : Lampiran 2
Responden (Orang)
5
7
12
2
1
5
38
11
1
1
2
1
86
Persentase (%)
5.86
8.13
13.95
2.32
1.16
5.86
44.18
12.74
1.16
1.16
2.32
1.16
100
Data pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa semua jenis pekerjaan dapat
tertular virus HIV AIDS, karena virus ini dapat datang darimana saja terlebih lagi
jika melakukan pekerjaan yang berisiko seperti WTS. Peran serta seluruh lapisan
masyarakat
sangat
diperlukan
melalui
sosialisasi
untuk
meningkatkan
5.3
dalam penelitian ini didapatkan data responden yang beragam dari jenis kelamin,
umur, status perkawinan, jumlah anak, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
Penderita dalam penelitian ini didominasi oleh perempuan dengan persentase
sebesar 59.31 persen dari 86 responden, untuk tingkat umur penderita terbanyak
ada pada kisaran umur 31 40 tahun yang merupakan usia produktif.
Data yang bervariasi juga didapatkan dari status perkawinan dengan
persentase terbanyak status kawin yang menentukan jumlah anak yang dimiliki
responden penelitian ini, karena seorang penderita HIV AIDS yang melahirkan
anak dengan proses persalinan normal lebih berisiko menularkan virusnya kepada
anak dibandingkan dengan proses persalinan cesar. Persentase jumlah anak
responden terbanyak adalah kurang dari dua anak sebesar 36.04 persen dari
berbagai tingkat pendidikan orangtuanya dan jenis pekerjaan yang digeluti. Salah
satu pekerjaan yang sangat berisiko menyebarkan virus HIV AIDS adalah sebagai
WTS dengan menempati posisi kedua persentase terbanyak dalam penelitian ini.
Berikut kutipan wawancara mendalam yang dilaksanakan pada tanggal 21 Maret
2014 di Yayasan Kerti Praja dengan Ira, penderita HIV AIDS yang bekerja
sebagai WTS.
Saya dulu bekerja di Jakarta sebagai Baby Siter, tidak lama kemudian saya
pindah ke Bali karena dijanjikan pekerjaan yang berpenghasilan lebih besar
oleh teman saya, tanpa berpikiran panjang akhirnya saya pun berangkat ke
Bali. Namun apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan, saya
harus bekerja sebagai WTS, pekerjaan ini akhirnya saya jalani untuk
mencukupi kebutuhan ekonomi dan bertahan hidup walau saya tau
pekerjaan sebagai WTS sangat berisiko tertular virus HIV AIDS, seperti
yang saya alami saat ini.
5.4
i) Perhitungan
Data hasil penelitian kemudian diolah dengan Uji McNemar diperoleh
nilai probabilitas variabel intensitas komunikasi sebesar 0.125
j) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.125 lebih dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya tidak ada perbedaan intensitas komunikasi responden, sebelum
dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Dari 86
responden, hanya 4 orang yang mengalami perubahan intensitas
komunikasi setelah terkena penyakit HIV AIDS.
tinggal
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel intensitas keikutsertaan dalam rapat adat di
lingkungan sekitar tempat tinggal sebesar 0.016
e) Kesimpulan
Data hasil penelitian yang diolah dengan Uji McNemar memperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.016 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya ada perbedaan intensitas keikutsertaan dalam rapat adat di
lingkungan sekitar tempat tinggal responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Jumlah responden yang
mengalami perubahan intensitas keikutsertaan dalam rapat adat setelah
terkena penyakit HIV AIDS adalah 7 orang.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan intensitas keikutsertaan
dalam
sembahyang/ibadah
bersama
keluarga
atau
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel intensitas keikutsertaan dalam sembahyang/ibadah
bersama keluarga atau masyarakat sebesar 0.250
e) Kesimpulan
Hasil penelitian yang diolah dengan Uji McNemar memperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.250 lebih dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya
tidak
ada
perbedaan
intensitas
keikutsertaan
dalam
yang
mengalami
perubahan
intensitas
keikutsertaan
dalam
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel intensitas berkunjung ke rumah keluarga atau
kerabat sebesar 0.016
e) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.016 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya ada perbedaan intensitas berkunjung ke rumah keluarga atau
kerabat, sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota
Denpasar. Jumlah responden yang mengalami perubahan intensitas
berkunjung ke rumah keluarga atau kerabat setelah terkena penyakit HIV
AIDS adalah 7 orang.
d) Perhitungan
Data hasil penelitian dihitung dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel interaksi dengan keluarga sebesar 0.625
e) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.625 lebih dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya tidak ada perbedaan interaksi dengan keluarga, sebelum dan
sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Keluarga
merupakan orang terdekat bagi penderita HIV AIDS, hal ini yang
menjadi alasan hanya 3 orang responden yang mengalami perubahan
interaksi dengan keluarga setelah terkena penyakit HIV AIDS.
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas
variabel
intensitas
keikutsertaan
gotong
royong di
d) Perhitungan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan Uji
McNemar diperoleh nilai probabilitas variabel intensitas kehadiran dalam
undangan adat sebesar 0.004
e) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.004 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya ada perbedaan intensitas kehadiran dalam undangan adat,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
5.5
i) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel status bekerja atau tidak sebesar 0.500
j) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.500 lebih dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya tidak ada perbedaan status bekerja atau tidak, sebelum dan
sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Dari 86
responden, hanya 2 orang mengalami perubahan dari yang awalnya
bekerja menjadi tidak bekerja setelah terkena penyakit HIV AIDS, 80
responden tetap bekerja, sedangkan 4 responden tidak bekerja baik
sebelum atau sesudah terkena penyakit HIV AIDS.
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel lapangan pekerjaan sebesar 1.000
e) Kesimpulan
Hasil penelitian yang dihitung dengan Uji McNemar memperoleh nilai
probabilitas sebesar 1.000 lebih dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya tidak ada perbedaan lapangan pekerjaan, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Sebelum atau sesudah
terkena penyakit HIV AIDS responden tetap bekerja pada sektor non
pertanian sebanyak 85 orang, sedangkan sisanya 1 orang tetap pada
sektor pertanian.
c) Kriteria pengujian
Ho diterima jika : Nilai Probabilitas 0.05
Ho ditolak jika
d) Perhitungan
Data hasil penelitian dihitung dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel status pekerjaan sebesar 1.000
e) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 1.000 lebih dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya tidak ada perbedaan status pekerjaan, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Jumlah responden yang
tetap bekerja pada sektor formal setelah terkena penyakit HIV AIDS
adalah 7 orang, 76 responden tetap bekerja pada sektor non formal,
sedangkan 3 responden mengalami perubahan status pekerjaan setelah
terkena penyakit HIV AIDS.
5.5.4 Pendapatan
Uji McNemar tentang pendapatan, sebelum dan sesudah terkena penyakit
HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan pendapatan, sebelum dan
sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel pendapatan sebesar 0.109
e) Kesimpulan
Data yang diperoleh dihitung dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.109 lebih dari tingkat signifikansi 0.05 yang
artinya tidak ada perbedaan pendapatan, sebelum dan sesudah terkena
penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Jumlah responden yang
mengalami penurunan pendapatan setelah terkena penyakit HIV AIDS
adalah 8 orang, 2 orang mengalami kenaikan pendapatan, sedangkan 76
orang menerima pendapatan tetap baik sebelum atau sesudah terkena
penyakit HIV AIDS.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan jam kerja, sebelum dan
sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
H1 : 1 2 ; artinya ada perbedaan jam kerja, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
b) Tingkat keyakinan 95 % ( = 5 %)
c) Kriteria pengujian
Ho diterima jika : Nilai Probabilitas 0.05
Ho ditolak jika
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel jam kerja sebesar 0.031
e) Kesimpulan
Hasil penelitian yang diolah dengan SPSS melalui Uji McNemar
meperoleh nilai probabilitas sebesar 0.031 kurang dari tingkat
signifikansi 0.05 yang artinya ada perbedaan jam kerja, sebelum dan
sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Jumlah
responden yang mengalami penurunan jam kerja setelah terkena penyakit
HIV AIDS adalah 6 orang, sedangkan 44 responden tetap bekerja 35 jam
atau lebih dalam seminggu, dan 36 responden tetap bekerja kurang dari
35 jam dalam seminggu.
5.6
5.6.1 Stress
Uji McNemar tentang tingkat stress responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
b) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan tingkat stress responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di
Kota Denpasar.
H1 : 1 2 ; artinya ada perbedaan tingkat stress responden, sebelum
dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota
Denpasar.
c) Tingkat keyakinan 95 % ( = 5 %)
d) Kriteria pengujian
Ho diterima jika : Nilai Probabilitas 0.05
Ho ditolak jika
e) Perhitungan
Data hasil penelitian dihitung dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel stress sebesar 0.000
f) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.000 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 sehingga
Ho ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat stress responden, sebelum
dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Jumlah
5.6.2 Frustasi
Uji McNemar tentang tingkat frustasi responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan tingkat frustasi responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di
Kota Denpasar.
H1 : 1 2 ; artinya ada perbedaan tingkat frustasi responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di
Kota Denpasar.
b) Tingkat keyakinan 95 % ( = 5 %)
c) Kriteria pengujian
Ho diterima jika : Nilai Probabilitas 0.05
Ho ditolak jika
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel frustasi sebesar 0.000
e) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.000 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 sehingga
Ho ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat frustasi responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
Jumlah responden yang mengalami perubahan tingkat frustasi setelah
terkena penyakit HIV AIDS adalah 73 orang, sedangkan 13 orang tidak
mengalami perubahan.
5.6.3 Kecemasan
Uji McNemar tentang tingkat kecemasan responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya
tidak
ada
perbedaan
tingkat
kecemasan
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel kecemasan sebesar 0.000
e) Kesimpulan
Hasil penelitian yang dihitung dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.000 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 sehingga
Ho ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat kecemasan responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
Jumlah responden yang mengalami perubahan tingkat kecemasan setelah
terkena penyakit HIV AIDS adalah 74 orang, sedangkan 12 orang tidak
mengalami perubahan.
5.6.4 Kemarahan
Uji McNemar tentang tingkat kemarahan responden, sebelum dan sesudah
terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya
tidak
ada
perbedaan
tingkat
kemarahan
c) Kriteria pengujian
Ho diterima jika : Nilai Probabilitas 0.05
Ho ditolak jika
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel kemarahan sebesar 0.000
e) Kesimpulan
Data hasil penelitian yang diolah dengan Uji McNemar memperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.000 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 sehingga
Ho ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat kemarahan responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
Jumlah responden yang mengalami perubahan tingkat kemarahan setelah
terkena penyakit HIV AIDS adalah 63 orang, sedangkan 23 orang tidak
mengalami perubahan.
5.6.5 Penyangkalan
Uji McNemar tentang tingkat penyangkalan responden, sebelum dan
sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan tingkat penyangkalan
responden, sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV
AIDS di Kota Denpasar.
d) Perhitungan
Data hasil penelitian dihitung dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel penyangkalan sebesar 0.000
e) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.000 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 sehingga
Ho ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat penyangkalan responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
Jumlah responden yang mengalami perubahan tingkat penyangkalan
setelah terkena penyakit HIV AIDS adalah 66 orang, sedangkan 20 orang
tidak mengalami perubahan.
a) Rumusan hipotesis
Ho : 1 = 2 ; artinya tidak ada perbedaan tingkat rasa malu responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di
Kota Denpasar.
H1 : 1 2 ; artinya ada perbedaan tingkat rasa malu responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di
Kota Denpasar.
b) Tingkat keyakinan 95 % ( = 5 %)
c) Kriteria pengujian
Ho diterima jika : Nilai Probabilitas 0.05
Ho ditolak jika
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel rasa malu sebesar 0.000
e) Kesimpulan
Hasil penelitian yang dihitung dengan Uji McNemar menunjukkan nilai
probabilitas sebesar 0.000 kurang dari tingkat signifikansi 0.05 sehingga
Ho ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat rasa malu responden,
sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar.
Jumlah responden yang mengalami perubahan tingkat rasa malu setelah
terkena penyakit HIV AIDS adalah 66 orang, sedangkan 20 orang tidak
mengalami perubahan.
d) Perhitungan
Berdasarkan perhitungan SPSS dengan Uji McNemar diperoleh nilai
probabilitas variabel rasa berduka sebesar 0.000
e) Kesimpulan
Hasil penelitian dengan Uji McNemar menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0.000 kurang dari tingkat signifikan 0.05 sehingga Ho ditolak
yang artinya ada perbedaan tingkat rasa berduka responden, sebelum dan
sesudah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar. Jumlah
responden yang mengalami perubahan tingkat rasa berduka setelah
5.7
.250a
86
.016a
86
.625a
86
.002a
Tidak
Signifikan
Signifikan
86
.004a
Signifikan
Tidak
Signifikan
Signifikan
Sumber : Lampiran 6
Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga
dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi. Kondisi tersebut juga
diperlukan
untuk
meminimalkan
terjadinya
kecemburuan
sosial
dalam
terkena penyakit ini, seperti kutipan wawancara mendalam berikut pada tanggal 8
Mei 2014 di Yayasan Kerti Praja dengan Tetik Sarahdita Adhityas, seorang
penderita HIV AIDS yang sekarang aktif di salah satu yayasan HIV AIDS.
Pekerjaan yang saya geluti dulu menyebabkan saya tertular virus HIV
AIDS, sebelum saya mengetahui ada obat untuk bertahan mengahadapi
virus ini kondisi tubuh saya sangat drop. Berat badan saya turun drastis dan
sakit-sakitan, saya hampir berniat untuk bunuh diri, namun karena
mengingat saya mempunyai seorang anak yang harus saya besarkan, jadi
saya mengurungkan niat untuk bunuh diri. Akhirnya tidak lama berselang,
teman saya yang bekerja di sebuah bar dan aktif juga sebagai relawan HIV
AIDS memberi tau saya tentang obat HIV AIDS, sehingga sampai sekarang
saya terus rutin mengkonsumsi obat tersebut, tubuh saya kembali normal
seperti sediakala. Saya kira anak saya mengetahui saya terjangkit virus HIV
AIDS, karena dialah yang selalu mengingatkan saya untuk meminum obat
saat alarm berbunyi. Hal itu tidak menjadi hambatan bagi saya dalam
menjaga hubungan kepada keluarga dan teman-teman saya.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan
konsep yang ada mengenai dampak sosial penderita HIV AIDS. Kemensos (2011)
menyatakan, seseorang yang terjangkit HIV AIDS dapat berdampak sangat luas
dalam hubungan sosial, dengan keluarga, hubungan dengan teman-teman, relasi
dan jaringan kerja akan berubah baik kuantitas maupun kualitas. Orang-orang
yang terjangkit
HIV
AIDS
berubah. Dampak yang paling berat dirasakan oleh keluarga dan orang-orang
dekat lainnya. Perubahan hubungan sosial dapat berpengaruh positif atau negatif
pada setiap orang. Reaksi masing-masing orang berbeda, tergantung sampai
sejauh mana perasaan dekat atau jauh, suka dan tidak suka seseorang terhadap
yang bersangkutan.
Penelitian sebelumnya juga berbanding terbalik dengan hasil penelitian ini.
Latri Mumpuni (2001) dengan judul penelitiannya Perilaku Sosial Penderita
tidak
berkemampuan
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
kerabat. Dukungan keluarga dapat mengurangi dampak sosial dan ekonomi bagi
penderita HIV AIDS di Negara Sub-Sahara Afrika.
Adebola A. Adedimeji, dkk (2010) menyatakan bahwa ketersediaan terapi
antiretroviral di negara-negara maju mengubah kesejahteraan penderita HIV
AIDS. Namun, di negara-negara berkembang transformasi tersebut belum terjadi
karena masalah sosial, ekonomi, kendala sistemik, dan lingkungan. Penelitian ini
menguji dampak dari faktor-faktor sosial, ekonomi, psikologis, dan lingkungan
terhadap kesehatan dan kesejahteraan ODHA yang tinggal di barat daya Nigeria.
Penemuan menyoroti beberapa faktor, selain obat antiretroviral, penurunan
kesejahteraan ODHA di barat daya Nigeria diperparah dengan memburuknya
kesehatan fisik keluarga, kesejahteraan anak-anak, tekanan keuangan, dan
kegagalan sistemik. Dukungan psikologi dan struktur sosial dapat memberikan
kontribusi untuk meningkatkan kesehatan di antara ODHA sehingga memperbaiki
kualitas hidup penderita HIV AIDS.
N
86
86
1.000a
86
1.000a
86
.109a
86
.031a
Keterangan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Signifikan
Sumber : Lampiran 7
Teori alokasi waktu menyebutkan bahwa individu memerlukan waktu untuk
keperluan pasar (labor force participation). Jumlah jam kerja yang dicurahkan
oleh setiap individu di pasar kerja cukup bervariasi. Jumlah ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat upah dan beberapa faktor lain dari masing-masing individu sebagai
upaya untuk mencapai tingkat utility tertinggi. Dalam teori ini diasumsikan,
banyaknya waktu yang dicurahkan individu untuk kegiatan pasar kerja
dipengaruhi oleh initial endowment dan tingkat upah di pasar kerja. Semakin
tinggi tingkat upah di pasar kerja pada suatu batas tertentu, semakin besar jumlah
waktu yang dialokasikan untuk pasar kerja. Pengalokasian waktu itu harus
mempertimbangkan kendala, bahwa satu hari hanya terdiri dari 24 jam. Bersama
kendala yang lain, kendala waktu dan selera rumah tangga terhadap leisure akan
menentukan kombinasi antara leisure dan komoditi pasar yang mengoptimalkan
keadaan ekonomi, sebelum dan sesudah terkena virus HIV AIDS. Penderita HIV
AIDS masih bisa bekerja secara normal dengan catatan harus selalu
mengkonsumsi obat tersebut setiap hari. Berikut kutipan wawancara mendalam
pada tanggal 15 April 2014 di Sesetan dengan Gusti Made Winten, penderita HIV
AIDS yang sempat berhenti bekerja karena penyakit ini.
Saya sangat senang apabila ada anak muda yang bertanya tentang HIV
AIDS, memang saya menjadi korban dari virus ini, namun karena saya
terkena makanya saya belajar mengenai virus HIV AIDS agar bisa
melawannya. Dahulu saya bekerja di Gapura Angkasa Bandara Ngurah Rai,
setelah saya tau terkena virus HIV AIDS kemudian saya berhenti bekerja
disana, karena takut teman-teman kerja mengdiskriminasikan saya,
kekhawatiran itu muncul karena melihat kondisi fisik saya yang drop.
Setelah lama berselang saya tau ada obat yang bisa melawan virus ini dari
teman saya yang bekerja sebagai relawan HIV AIDS, pada awal mulanya
saya ragu dan takut karena harus siap mengkonsumsi obat ini seumur hidup,
namun akhirnya saya mulai mengkonsumsi obat ini secara teratur hingga
saat ini saya selalu membawa obat kemanapun saya berpergian. Saya
sekarang sering memberikan sosialisasi tentang HIV AIDS dan aktif juga
berwirausaha, pendapatan yang sekarang saya dapatkan bisa dibilang lebih
dari cukup untuk membiayai enam anak saya. Sekarang saya mengakui
kepada semua keluarga atau teman-teman bahwa saya terkena HIV AIDS
tetapi mereka tidak ada yang mempercayai saya, karena mereka mungkin
melihat kondisi fisik saya yang kekar dan berpikir tidak mungkin saya
terkena HIV AIDS.
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan konsep mengenai dampak
ekonomi bagi penderita HIV AIDS yang menyatakan bahwa epidemi HIV AIDS
akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak penderita maupun pihak rumah
sakit. Hal ini dikarenakan obat penyembuh yang belum ditemukan, sehingga biaya
harus terus dikeluarkan hanya untuk perawatan dan memperpanjang usia
penderita.
Orang-orang
yang
terjangkit
HIV
AIDS
akan
mengalami
penderita yang sudah memasuki tahap AIDS. Penderita HIV AIDS yang
menerima pengobatan ART dapat terus bekerja untuk mendukung keuangan
rumah tangganya, tahap tanpa gejala dapat bertahan selama sepuluh tahun, dan
hasilnya ODHA dapat mendatangkan pendapatan dalam jumlah besar dari waktu
ke waktu, bahkan ketika pekerjaan yang dilakukan dirasakan semakin berat bagi
penderita HIV AIDS yang menyebabkan penderita mengubah lokasi kerja, posisi
dalam pekerjaan atau penurunan intensitas pekerjaan. Pekerjaan sebagai
wiraswasta dan petani adalah pekerjaan yang dapat membuat penderita HIV AIDS
tetap bekerja dengan melawan tuntutan fisik dan pengurangan jam kerja karena
gangguan fisik akibat penyakit HIV AIDS.
Christine U. Oramasionwu, dkk (2011) menyatakan bahwa HIV AIDS
sudah menjadi pandemi di Sub-Sahara Afrika. Pandemi HIV AIDS secara
perlahan menyebabkan berkurangnya tenaga kerja, mengurangi produktifitas
pertanian, meningkatkan kemiskinan, dan mengubah struktur piramida penduduk
di Afrika. Penyebaran HIV AIDS menimbulkan perubahan dalam dinamika
populasi di Sub-Sahara Afrika karena meluasnya kematian terkait HIV AIDS akan
menyebabkan penurunan pertumbuhan penduduk bagi negara-negara di Afrika.
Perubahan dinamika populasi juga mengakibatkan penurunan jumlah usia
produktif, kesenjangan gender, dan pada akhirnya berdampak pada kehilangan
pekerjaan. Dinamika perubahan tersebut menyebabkan penderita HIV AIDS yang
kehilangan pekerjaan akan mengeksploitasi lingkungan alam, penggunaan lahan
secara berkelanjutan, dan memanfaatkan sumber daya yang dilindungi sebagai
sarana utama untuk memperoleh pendapatan.
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Dawn C. Parker, dkk
(2009) yang mengeksplorasi keterkaitan antara HIV AIDS dengan ketersediaan
tenaga kerja, produktifitas pertanian, sumber daya rumah tangga, konsumsi
makanan, dan status kesehatan di tenggara pedesaan Uganda. Penyakit HIV AIDS
berdampak negatif pada keadaan ekonomi, sosial, dan lingkungan di seluruh SubSahara Afrika pada umumnya dan di tenggara pedesaan Uganda pada khususnya.
HIV AIDS menyebabkan peningkatan janda, anak yatim, berkurangnya tenaga
kerja karena sakit, dan hilangnya kepemilikan aset tanah. Masalah kompleks
muncul karena HIV AIDS memberi beban sosial dan ekonomi bagi anggota
rumah tangga yang terinfeksi awal sampai tahap AIDS.
Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi kebijakan tertentu, seperti
membantu rumah tangga mengembangkan portofolio lebih tangguh dari kegiatan
pertanian, dapat membantu melindungi rumah tangga yang rentan terhadap
beberapa guncangan akibat dari HIV AIDS. Namun ada hambatan yang signifikan
untuk pembangunan berkelanjutan di masyarakat yang terpengaruh oleh HIV
AIDS karena sumber daya dalam komunitas ini terus berkurang, rumah tangga
yang tidak memiliki hak aman ke tanah dan properti lainnya, tenaga kerja yang
berkurang, hilangnya ketahanan pangan, kemiskinan, dan bahkan runtuhnya
rumah tangga. Penemuan ini mengisyaratkan bahwa intervensi kebijakan yang
langsung menangani kerentanan ini mungkin paling efektif dalam komunitas
penderita HIV AIDS. Masyarakat setempat harus terlibat dalam mengidentifikasi
dan merancang sesuai program yang efektif untuk mengatasi tantangan lokal.
Penderita HIV AIDS harus bekerja tidak dalam isolasi tetapi bergandengan tangan
dengan LSM dan pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
Penelitian mengenai dampak ekonomi dari HIV AIDS dipertegas oleh
Carlos Avila-Figueroa dan Paul Delay (2009), yang menyatakan bahwa krisis
ekonomi global yang terjadi diperparah dengan keadaan empat juta penderita
berpenghasilan rendah dan menengah menerima pengobatan antiretroviral.
Keadaan
ini
menyebabkan
meningkatnya
pengangguran,
mengurangi
sehingga timbul rasa stress, frustasi, cemas, marah, penyangkalan, malu, dan
berduka. Obat yang dikonsumsi oleh penderita HIV AIDS mampu melawan virus
HIV AIDS tetapi tidak dapat mematikannya, hal inilah yang kemudian menjadi
tekanan psikologis tersendiri bagi penderita untuk mengkonsumsi obat tersebut
seumur hidupnya. Hasil penelitiannya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.9 Uji
McNemar Indikator Psikologis
N
86
Asymp. Sig.
.000
Keterangan
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
Sumber : Lampiran 8
Indikator psikologis dalam penelitian ini dirasakan ketika penderita HIV
AIDS mengetahui dirinya terkena HIV AIDS untuk pertama kalinya. Berdasarkan
data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada perbedaan kondisi psikologis
seseorang, sebelum dan setelah terkena penyakit HIV AIDS di Kota Denpasar,
seperti wawancara mendalam berikut pada tanggal 5 Mei 2014 di Sesetan dengan
Bapak Ngurah, penderita HIV AIDS yang juga mempunyai usaha tempat
prostitusi.
Awal saya mengetahui tertular virus HIV AIDS karena saya sering
melakukan perilaku berisiko dan saya memang mengelola tempat prostitusi,
maka dari itu saya memberanikan diri untuk tes darah. Setelah hasilnya
keluar ternyata hasilnya positif, kondisi fisik saya langsung drop dan stress
berkepanjangan. Akhirnya saya memutuskan untuk mengkonsumsi obat
untuk HIV AIDS, walaupun obat ini tidak bisa menyembuhkan penyakit
saya, setidaknya obat ini mampu mengurangi stress saya. Perasaan stress,
frustasi, malu pasti ada tetapi apa mau dikata hidup harus terus berjalan,
apalagi sekarang kondisi saya sudah normal kembali karena obat yang saya
konsumsi.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi psikologis dirasakan secara
signifikan oleh responden setelah terkena penyakit HIV AIDS. Konsultasi dengan
dokter, pengobatan, dan terapi adalah salah satu cara responden untuk mengurangi
dampak psikologis akibat dari penyakit ini. Dukungan keluarga, teman, dan
masyarakat lainnya juga diharapkan dapat meringankan beban psikologis yang
dirasakan penderita HIV AIDS. Kemajuan teknologi melalui ditemukannya obat
yang dapat menekan penyebaran HIV AIDS belum sepenuhnya menyentuh
fenomena gunung es penderita HIV AIDS karena sampai saat ini obat tersebut
hanya terdapat di Rumah Sakit Pemerintah, Puskesmas yang terletak di kota, dan
Yayasan HIV AIDS. Hal inilah yang menjadi kendala bagi penderita HIV AIDS
yang tinggal jauh dari pusat kota untuk mendapatkan obat tersebut.
Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara
atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan, yaitu angka harapan
hidup 85 tahun. Penderita HIV AIDS yang mengkonsumsi obat secara rutin dapat
menekan penyebaran virus tersebut sehingga diharapkan tercapai sasaran angka
harapan hidup 85 tahun. Penemuan obat antivirus ini merupakan kemajuan
teknologi yang sangat bermanfaat bagi penderita HIV AIDS, namun demikian
pencegahan tetap lebih baik daripada pengobatan. Pencegahan harus dilakukan
semua lapisan masyarakat, swasta, dan pemerintah.
Perubahan kondisi psikologis ini tetap ada walaupun sudah mengkonsumsi
obat untuk HIV AIDS karena penderita harus beradaptasi dengan penyakit ini dan
siap mengkonsumsi obat seumur hidup. Susan E. Varni, dkk (2012) menyatakan
bahwa stigma yang terkait dengan HIV AIDS merupakan tantangan psikologis
kepada orang-orang yang hidup dengan HIV AIDS. Stigma terkait stress pada
kesejahteraan psikologis akan tergantung pada cara penderita HIV AIDS
mengatasi perasaan tersebut. Stigma yang dirasakan mulai dari depresi,
kecemasan, penurunan harga diri, kekhawatiran dengan sikap publik, masalah
citra diri yang negatif, dan pengungkapan. Dua ratus penderita HIV AIDS dalam
penelitian ini melaporkan cara-cara mengatasi dampak psikologis akibat HIV
AIDS dengan cara terapi untuk mengembalikan kesejahteraan psikologis.
5.8
Keterbatasan Penelitian
Penelitian tentang penyakit HIV AIDS di bidang sosial, ekonomi, dan
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Penelitian dampak sosial, ekonomi, dan psikologis penderita HIV AIDS di
6.2
Saran
HIV AIDS merupakan penyakit yang disebarkan melalui virus, pola
terus-menerus
memberikan
sosialisasi
tentang
pentingnya
secara liar, dan memberi sanksi tegas kepada oknum pemerintah yang
menerima suap atas ijin pendirian lokalisasi atau tempat-tempat hiburan
malam yang berpotensi menjadi sarang penyebaran HIV AIDS.
6) Penderita HIV AIDS yang ingin mempunyai keturunan diharuskan
melakukan program terlebih dahulu agar bayi yang dilahirkan tidak
tertular HIV AIDS. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi
obat ARV sesuai petunjuk dokter untuk menekan virus ini, sehingga bayi
terlindungi dari infeksi HIV AIDS pada saat bayi dalam kandungan.
Dalam proses persalinan harus dilakukan secara cesar dengan tujuan
menghindari gesekan bayi saat dilahirkan terhadap ibunya sehingga
memperkecil kemungkinan bayi tertular HIV AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Carlos Avila-Figueroa and Paul Delay. 2009. Impact of The Global Economic
Crisis on Antiretroviral Treatment Programs. HIV Ther. 3(6), 545
548.
Centers for Disease Control. 2011. Update on Acquired Immune Deficiency
Syndrome. United States.
Christine U. Oramasionwu., Kelly R. Daniels., Matthew J. Labreche and
Christopher R. Frei. 2011. The Environmental and Social Influences
of HIV/AIDS in Sub-Saharan Africa: A Focus on Rural Communities.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 8,
2967-2979; doi:10.3390/ijerph8072967. [diunduh: 2 April 2013].
Dawn C. Parker., Kathryn H. Jacobsen and Maction K. Komwa. 2009. A
Qualitative Study of the Impact of HIV/AIDS on Agricultural
Households in Southeastern Uganda. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 6, 2113-2138;
doi:10.3390/ijerph6082113. [diunduh: 2 April 2013].
Decker, C. F. and Lazarus, A. 2000. Tuberculosis and HIV Infection: How to
Safely Ttreat Both Disorders Concurrently. Postgrad Med.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2013. Laporan Akhir Tahun 2012.
Ditjen PP dan PL Kemenkes RI. 2013. Laporan Triwulan Oktober-Desember
2012.
Djoerban, Zubairi. 2000. Membidik AIDS Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA.
Yogyakarta: Galang Press.
Feldman, C. 2005. Pneumonia Associated with HIV Infection.
F.
Greener, R. 2002. AIDS and Macroeconomic Impact. State of The Art: AIDS and
Economics. IAEN.
Guerrant, R. L. 1990. Diarrhea in Developed and Developing Countries:
Magnitude, Special Settings, and Etiologies.
Herek GM. 2002. HIV Related Stigma and Knowledge in The United States:
Prevalence and Trends 19911999. Public Health.
Hurwitz BE. 2007. Suppression of Human Immunodeficiency Virus Type 1 Viral
Load with Selenium Supplementation: A Randomized Controlled
Trial.
Husein. 2003. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan Kedua.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Irawan. 2008. Ekonomika Pembangunan. Edisi Keenam. BPFE: Yogyakarta.
Irlam JH. 2005. Micronutrient Supplementation in Children and Adults with HIV
Infection. Cochrane Database.
Jogiyanto Hartono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Kemensos. 2011. Bahan Interaktif Kementerian Sosial dalam Rangka Peringatan
Hari AIDS Sedunia. Jakarta.
Komisi Penanggulangan AIDS Bali. 2012.
Latri Mumpuni. 2001. Perilaku Sosial Penderita HIV AIDS Dalam Menghadapi
Reaksi Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia.
Laurence J. 2006. Hepatitis A and B Virus Immunization in HIV Infected Persons.
AIDS Reader.
Liu JP. 2005. Herbal Medicines for Treating HIV Infection and AIDS. Cochrane
Database.
Luft, B. J. and Chua, A. 2000. Central Nervous System Toxoplasmosis in HIV
Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy.
Montessori, V. 2004. Adverse Effects of Antiretroviral Therapy for HIV Infection.
Mubarak. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Apikasi. Gresik: Salema
Medika.
Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nazir. 2009. Metode Penelitian. Darussalam. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nursalam. 2005. Model Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS. Surabaya.
Peter Piot and Per Pinstrup Andersen. 2002. AIDS and Food Security. Reprinted
from IFPRIs 2001-2002 Annual Report.
Rudy Wenarta. 2012. Perlindungan Hukum Orang dengan HIV AIDS (ODHA)
dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hukum Kesehatan
(tesis). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Sadler, M. and Nelson, M. R. 1997. Progressive Multifocal Leukoencephalopathy
in HIV.
Sheung-Tak Cheng and Benjamin Siankam. 2009. The Impacts of the HIV/AIDS
Pandemic and Socioeconomic Development on the Living
Arrangements of Older Persons in Sub-Saharan Africa: A CountryLevel Analysis. Am J Community Psychol, 44:136147; DOI
10.1007/s10464-009-9243-y. [diunduh: 2 April 2013].
Skoulidis, F. 2004. Penicillium Marneffei: A Pathogen on Our Doorstep.
Smith, D. K. 2005. Antiretroviral Postexposure Prophylaxis After Sexual,
Injection Drug Use, or Other Nonoccupational Exposure to HIV in
The United States.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Susan E. Varni., Carol T. Miller., Tara McCuin and Sondra Solomon. 2012.
Disengagement and Engagement Coping with HIV/AIDS Stigma and
Psychological Well-Being of People with HIV/AIDS. Journal of Social
and Clinical Psychology, Vol. 31, No. 2, 2012, pp. 123-150.
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
: 1291461031
Identitas Pasien
Nama
......................................................................
Jenis Kelamin
: .... L/P
Umur
: Tahun
Agama
Status Perkawinan
Jumlah Anak
: .. Orang
1. Wiraswasta
2. Petani
3. Buruh
4. Lainnya Sebutkan .
Pertanyaan
Indikator Sosial
a. Komunikasi
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Berkomunikasi dengan bukan penderita HIV AIDS lebih atau
sama dengan 10 orang yang berbeda dalam seminggu
1 = Berkomunikasi dengan bukan penderita HIV AIDS kurang dari
10 orang yang berbeda dalam seminggu
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Berkomunikasi dengan bukan penderita HIV AIDS lebih atau
sama dengan 10 orang yang berbeda dalam seminggu
1 = Berkomunikasi dengan bukan penderita HIV AIDS kurang dari
10 orang yang berbeda dalam seminggu
Jawaban Anda . (0 atau 1)
b. Intensitas keikutsertaan dalam rapat di lingkungan tempat tinggal
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Intensitas keikutsertaan dalam rapat di lingkungan sekitar lebih
atau sama dengan 4 kali dalam sebulan
1 = Intensitas keikutsertaan dalam rapat di lingkungan sekitar
kurang dari 4 kali dalam sebulan
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Intensitas keikutsertaan dalam rapat di lingkungan sekitar lebih
atau sama dengan 4 kali dalam sebulan
0 = Sering
1 = Jarang
Jawaban Anda . (0 atau 1)
f. Intensitas gotong royong
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Sering
1 = Jarang
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Sering
1 = Jarang
Jawaban Anda . (0 atau 1)
g. Menghadiri undangan adat
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Sering
1 = Jarang
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Sering
1 = Jarang
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Indikator Ekonomi
a. Bekerja atau tidak
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Bekerja
1 = Tidak bekerja
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Bekerja
1 = Tidak bekerja
Jawaban Anda . (0 atau 1)
b. Lapangan pekerjaan
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Pertanian
1 = Non pertanian
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Pertanian
1 = Non pertanian
Jawaban Anda . (0 atau 1)
c. Status pekerjaan
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Formal
1 = Non formal
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Formal
1 = Non formal
Jawaban Anda . (0 atau 1)
d. Pendapatan
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Pendapatan lebih atau sama dengan Rp 1.561.000 / bulan
1 = Pendapatan kurang dari Rp 1.561.000 / bulan
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Pendapatan lebih atau sama dengan Rp 1.561.000 / bulan
1 = Pendapatan kurang dari Rp 1.561.000 / bulan
Jawaban Anda . (0 atau 1)
e. Jam kerja
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jam kerja lebih atau sama dengan 35 jam dalam seminggu
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
d. Kemarahan
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
e. Penyangkalan
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
f. Rasa Malu
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
g. Berduka
Sebelum Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Setelah Anda terkena HIV AIDS (Pilih salah satu, 0 atau 1)
0 = Jarang
1 = Sering
Jawaban Anda . (0 atau 1)
Kode
Nama
Pasien
1
Wayan Tusan
Jenis
Kelamin
L
Umur
Agama
(Tahun)
52
Hindu
Status
Perkawinan
Cerai
Jumlah
Anak
0
Pendidikan
Pekerjaan
Terakhir
SMA
Supir
Kadek Sulasmi
35
Hindu
Janda
SD
Pedagang Ikan
Sina
38
Islam
Janda
SMP
WTS
Dina
22
Islam
Kawin
SMP
WTS
Dewi
40
Islam
Kawin
SD
WTS
Arimba Putra
43
Islam
Kawin
Sarjana
Pengacara
Made Tirta
51
Hindu
Kawin
SD
Wiraswasta
Ketut Darmada
44
Hindu
Duda
SMP
Peternak Babi
30
Hindu
Kawin
Sarjana
Security
10
Nyoman Artini
29
Hindu
Kawin
SMA
Wiraswasta
11
Ketut Sudiarsa
42
Hindu
Kawin
SMP
Petani
12
Sulis
29
Islam
Janda
SD
Wiraswasta
13
Puspareni
45
Islam
Janda
SMP
Pegawai Yayasan
14
33
Hindu
Janda
SMK
Wiraswasta
15
Ni Wayan Martini
39
Hindu
Kawin
Sarjana
Wiraswasta
16
Susan
32
Islam
Kawin
SD
Wiraswasta
17
Ni Luh Suandani
36
Hindu
Janda
Sarjana
Guru
18
Yanti
36
Islam
Kawin
SD
WTS
19
I Ketut Sukarta
31
Hindu
Kawin
SMA
Kondektur
20
Alex
28
Islam
Belum Kawin 0
SMA
Wiraswasta
21
Nuratiani Ni Wayan
28
Hindu
Kawin
SMA
IRT
22
26
Hindu
Janda
SMA
Pegawai Swasta
23
Wayan Suweni
34
Hindu
Kawin
SD
Wiraswasta
24
Ketut Kardiasa
33
Hindu
Kawin
SD
Wiraswasta
25
Ketut Sudastra
29
Hindu
Belum Kawin 0
SMA
Pegawai Swasta
26
I Wayan Sudana
33
Hindu
Belum Kawin 0
SMK
Satpol PP
27
Nengah Setiani
44
Hindu
Kawin
SMP
Wiraswasta
28
Nengah Karya
46
Hindu
Kawin
SMA
Wiraswasta
29
Komang Satria
29
Hindu
Belum Kawin 0
SMA
Sales Susu
30
Dian
32
Islam
Cerai
SD
WTS
31
Dion
34
Islam
Cerai
SMA
Massage Keliling
32
Ine
30
Kristen
Kawin
SMP
IRT
33
44
Hindu
Kawin
SMP
Tukang Sapu
34
Ni Wayan Ganti
45
Hindu
Janda
SMP
Wiraswasta
35
Ni Ketut Setriasih
28
Hindu
Kawin
SMA
Wiraswasta
36
Made Sujana
44
Hindu
Duda
SMP
Supir
37
Wihayati
32
Islam
Kawin
SD
Pemilik Caf
38
I Wayan Jeniarta
28
Hindu
Belum Kawin 0
SMA
Wiraswasta
39
I Made Antayasa
50
Hindu
Kawin
SMA
Supir
40
I Nyoman Pica
35
Hindu
Kawin
SD
Supir Taxi
41
37
Hindu
Kawin
SMA
Polisi
42
Era
21
Hindu
Belum Kawin 0
Tidak Tamat SD
PRT
43
Putu Wiryani
47
Hindu
Kawin
SMA
Penjahit
44
Diana
19
Islam
Kawin
SD
WTS
45
Sudiarti Ni Ketut
33
Hindu
Kawin
SMK
IRT
46
Wayan Sutarwi
42
Hindu
Kawin
SD
IRT
47
Titin
42
Islam
Janda
SMP
WTS
48
Gek Ani
39
Islam
Cerai
Tidak Tamat SD
Wiraswasta
49
31
Hindu
Janda
SMA
Wiraswasta
50
Bella
23
Islam
Kawin
SMA
WTS
51
Putu Wibawa
33
Hindu
Kawin
SD
Wiraswasta
52
33
Islam
Kawin
SMA
Pegawai Yayasan
53
25
Hindu
Kawin
SMA
Pegawai Swasta
54
I Gede Sudarma
27
Hindu
Kawin
SMA
Wiraswasta
55
52
Hindu
Kawin
D III
Pegawai Koperasi
56
Pak Ngurah
45
Hindu
Kawin
SD
Pengusaha
57
41
Hindu
Kawin
SMP
Pengusaha
58
Yuli
32
Islam
Cerai
SD
WTS
59
Siti Fatimah
36
Islam
Kawin
SD
WTS
60
Budiyanto
34
Islam
Belum Kawin 0
SMP
Supir
61
Ketut Widiati
28
Hindu
Janda
Sarjana
Wiraswasta
62
Fadliah Aini
37
Islam
Janda
SMA
Wiraswasta
63
Luh Wangi
43
Hindu
Kawin
SMA
Wiraswasta
64
58
Hindu
Kawin
D III
Pensiunan PNS
65
Wardiyah
43
Islam
Kawin
SMA
Guru TK
66
Supriyo
46
Islam
Kawin
SMA
Pegawai Swasta
67
Rahmawati
31
Islam
Belum Kawin 0
Sarjana
Wiraswasta
68
Dewi Riptama
30
Islam
Kawin
Sarjana
Wiraswasta
69
32
Islam
Kawin
SMP
Wiraswasta
70
Gino
37
Islam
Belum Kawin 0
SMA
Pegawai Salon
71
Herudidiat
41
Islam
Belum Kawin 0
SMA
Pegawai Salon
72
Noriata
31
Hindu
Kawin
SD
Wiraswasta
73
Ni Luh Anggreni
26
Hindu
Kawin
SD
Buruh
74
Lenny Indrawaty
32
Budha
Janda
SMA
Wiraswasta
75
Hermawan Putu
28
Hindu
Belum Kawin 0
SMA
Wiraswasta
76
Agus Sugiantara
29
Budha
Belum Kawin 0
Sarjana
Wiraswasta
77
Iin
26
Islam
Belum Kawin 0
SD
WTS
78
40
Hindu
Kawin
SMA
Buruh
79
Sukarti Ningsih
35
Islam
Janda
SMA
Wiraswasta
80
Luh Parwati
31
Hindu
Kawin
Sarjana
Wiraswasta
81
Ketut Lodri
63
Hindu
Kawin
SMA
Wiraswasta
82
25
Islam
Belum Kawin 0
SMA
Wiraswasta
83
Wayan Adnyani
33
Hindu
Kawin
SMA
Wiraswasta
84
Ni Wayan Rustini
32
Hindu
Belum Kawin 0
SMP
Buruh
85
Komang Widiasih
49
Hindu
Kawin
SMP
Buruh
86
Ira
35
Islam
Kawin
SD
WTS
Kode
Pasien
Komunikasi
Intensitas
Rapat
Indikator Sosial
Intensitas
Intensitas
Berkunjung ke
Sembahyang
Keluarga/Kerabat
B
A
B
A
Interaksi
Dengan
Keluarga
B
A
Intensitas
Gotong
Royong
B
A
Menghadiri
Undangan
Adat
B
A
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
Kode
Pasien
Bekerja atau
Tidak
B
A
Lapangan
Pekerjaan
B
A
Indikator Ekonomi
Status
Pendapatan
Pekerjaan
B
A
B
A
Jam Kerja
B
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
Indikator Psikologis
Kode
Pasien
Stress
Frustasi
Kecemasan
Kemarahan
Penyangkalan
Rasa Malu
Berduka
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS INDIKATOR SOSIAL
Crosstabs
Komunikasi (Before) &
Komunikasi (After)
Komunikasi
(After)
Komunikasi
(Before)
0
1
0
82
48
31
Intensitas Sembahyang
(Before) & Intensitas
Sembahyang (After)
Intensitas
Sembahyang
Intensitas
(After)
Sembahyang
(Before)
0
1
0
67
16
Intensitas Berkunjung
(Before) & Intensitas
Berkunjung (After)
Intensitas
Berkunjung
(Before)
Intensitas
Berkunjung
(After)
0
61
18
Interaksi Keluarga
(Before) & Interaksi
Keluarga (After)
Interaksi
Interaksi
Keluarga
(After)
Keluarga
(Before)
0
1
0
76
34
10
42
Menghadiri Undangan
Adat (Before) &
Menghadiri Undangan
Adat (After)
Menghadiri
Undangan
Adat
(Before)
Menghadiri
Undangan
Adat (After)
0
55
22
Test Statisticsb
No Indikator
1
Komunikasi (Before) & Komunikasi
(After)
2
Intensitas Rapat (Before) & Intensitas
Rapat (After)
3
Intensitas Sembahyang (Before) &
Intensitas Sembahyang (After)
4
Intensitas Berkunjumg (Before) &
Intensitas Berkunjung (After)
5
Interaksi Keluarga (Before) &
Interaksi Keluarga (After)
6
Intensitas Gotong Royong (Before) &
Intensitas Gotong Royong (After)
7
Menghadiri Undangan Adat (Before)
& Menghadiri Undangan Adat (After)
a. Binomial distribution used.
.250a
86
.016a
86
.625a
86
.002a
Tidak
Signifikan
Signifikan
86
.004a
Signifikan
b. McNemar Test
LAMPIRAN 7
Tidak
Signifikan
Signifikan
Crosstabs
Bekerja Atau Tidak
(Before) & Bekerja Atau
Tidak (After)
Bekerja Atau
Tidak
(Before)
Bekerja Atau
Tidak (After)
0
80
Lapangan
Pekerjaan
(Before)
Lapangan
Pekerjaan (After)
0
85
Status
Pekerjaan
(Before)
Status Pekerjaan
(After)
0
76
Pendapatan
(After)
Pendapatan
(Before)
49
27
Jam
Kerja
(Before)
Jam Kerja
(After)
0
44
36
Test Statisticsb
No Indikator
1 Bekerja Atau Tidak (Before) &
Bekerja Atau Tidak (After)
2 Lapangan Pekerjaan (Before)
& Lapangan Pekerjaan (After)
3 Status Pekerjaan (Before) &
Status Pekerjaan (After)
4 Pendapatan
(Before)
&
Pendapatan (After)
5 Jam Kerja (Before) & Jam
Kerja (After)
a. Binomial distribution used.
N
86
86
1.000a
86
1.000a
86
.109a
86
.031a
b. McNemar Test
LAMPIRAN 8
Keterangan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Signifikan
Crosstabs
Stress (Before) & Stress
(After)
Stress (After)
Stress
(Before)
12
73
Frustasi (After)
0
13
73
Kecemasan
(Before)
Kecemasan
(After)
0
12
74
Kemarahan
(Before)
Kemarahan
(After)
0
23
63
20
66
Rasa
Malu
(Before)
Rasa Malu
(After)
0
20
66
Berduka
(Before)
Berduka (After)
0
21
65
Test Statisticsb
No Indikator
1 Stress (Before) & Stress
(After)
2 Frustasi
(Before)
&
Frustasi (After)
3 Kecemasan (Before) &
Kecemasan (After)
4 Kemarahan (Before) &
Kemarahan (After)
5 Penyangkalan (Before) &
Penyangkalan (After)
6 Rasa Malu (Before) &
Rasa Malu (After)
7 Berduka (Before) &
Berduka (After)
a. Continuity Corrected
b. McNemar Test
N
86
Asymp. Sig.
.000
Keterangan
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan
86
.000
Signifikan