Anda di halaman 1dari 106

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KARANG TARUNA
PADA HIV/AIDS DI KELURAHAN KURIPAN

Oleh :

YUNITA DIANASARI SIREGAR

NIM : 15.02.10.75

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

2019

1
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KARANG TARUNA
PADA HIV/AIDS DI KELURAHAN KURIPAN

Oleh :

YUNITA DIANASARI SIREGAR

NIM : 15.02.10.75

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

2019

2
3
4
5
Universitas An Nuur Purwodadi

Program Studi S1 Keperawatan

Skripsi, September 2019

Yunita Dianasari Siregar

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA KARANG
TARUNA PADA HIV/AIDS DI KELURAHAN KURIPAN
KABUPATEN GROBOGAN
(XV+72 halaman + 10 lampiran )

ABSTRAK
Latar Belakang – HIV Merupakan bentuk penurunan kekebalan tubuh membuat
individu mudah terkena penyakit dan mengancam infeksi oportunistik,
neurologis, gangguan dan keganasan yang tidak biasa hingga berujung
fatal yaitu kematian Sedangkan secarasosial, cenderung mendapatkan
diskriminasi dari masyarakat berupa penolakan, penghindaran, dan juga
pengasingan,.dan perlunya pendidikan kesehatan terhadap masyarakat
sekitapendidikan kesehatan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku
atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara, persuasi bujukan,
imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran
Tujuan – Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
tentang HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan Anggota Karang Taruna
pada HIV/AIDS di Kelurahan Kuripan Kabupaten Grobogan.
Metode – desain penelitian ini merupakan quasi eksperimen kemudian teknik
sampling dalam penelitia ini adalah teknik total sampling dan di dapatkan
responden 50.
Hasil – berdasarkan analisis menggunakan komputerisasi dengan uji wilxocon
positif rank 50 berarti terdapat perubahan. Di dapatkan hasil 0,000 p value
≤ 0,05 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan.
Simpulan – dari simpulan di atas di dapatkan bahwa pengaruh pendidikan
kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan Anggota
Karang Taruna pada HIV/AIDS di Kelurahan Kuripan Kabupaten
Grobogan.
Kata kunci : HIV, Pendidikan Kesehatan, Tingkat Pengetahuan.
Kepustakaan : 28 (2002-2018)

6
An Nuur Purwodadi Health School
Nursing Study Program
Research Paper, September 2019
Yunita Dianasari Siregar

THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION ABOUT HIV / AIDS


TOWARD KNOWLEDGE LEVELS OF KARANG TARUNA
MEMBERS IN HIV / AIDS IN KURIPAN KURIPAN
GROBOGAN REGENCY

(XV+72 pages + 10 attachments)

ABSTRACT
Background - HIV is a form of decreased immunity making individuals
susceptible to disease and threatening opportunistic, neurological
infections, disorders and malignancies that are uncommon to fatal, namely
death, whereas socially, tend to get discrimination from the community in
the form of rejection, avoidance, and also exile, and the need for health
education for the community around health education is an effort so that
people behave or adopt health behaviors by way of persuasion, appeal,
invitation, provide information, provide awareness.
Objectives - The purpose of this study was to determine the effect of health
education about HIV / AIDS on the level of knowledge of Karang Taruna
Members on HIV / AIDS in Kuripan Village, Grobogan Regenc.
The method - the design of this study is a quasi-experimental then the sampling
technique in this research is the total sampling technique and obtained 50
respondents.
Results - based on a computerized analysis using a positive wilxocon rank 50 test,
there was a change. The results obtained 0,000 p value ≤ 0.05 which
means there is an influence of health education on health education about
HIV / AIDS on the level of knowledge.
Conclusions - from the conclusions above it was found that the influence of health
education about HIV / AIDS on the level of knowledge of Youth Members
on HIV / AIDS in Kuripan Village Grobogan Regency.
Keywords : HIV, Health Education, Knowledge Level
Literature : 28(2002-2018)

7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yunita Dianasari Siregar

NIM : 15.02.10.75

TTL : Jakarta,07 Juni 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Jln Siswamiharjo No 14 RT 01/15

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 09 Purwodadi lulus tahun 2009

2. SMP Muhammadiyah lulus tahun 2012

3. MAN Purwodadi lulus tahun 2015

4. Program Studi S1 Keperawatan Universitas An Nuur Purwodadi dan saat

ini masih dinyatakan semester VIII

8
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Pada

HIV/AIDS di Kabupaten Grobogan” sebagai salah satu syarat melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan

Universitas An Nuur Purwodadi.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak

yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan petunjuk kepada penulis

sehingga pada akhirnya mampu menyelesaikan proposal penelitian ini dengan

tepat waktu. Oleh karena itu, perkenankan penulis pada kali ini untuk

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Anita Lufianti Ns.,M.Kes.,M.Kep selaku Ketua Universitas An Nuur

Purwodadi.

2. Purhadi Ns., M.Kep selaku ketua program Studi S1 Keperawatan

3. Nurulistyawan Tri P.,S.Kep,Ns.,MNS selaku penguji I yang banyak

memberi bimbingan dan pengarahan dalam penelitian ini.

4. Meity Mulya S. S.Kep.Ns,.M.Kes selaku pembimbing I yang banyak

memberi bimbingan dan pengarahan dalam penelitian ini.

5. Wahyu Riniasih S.Kep.,Ns.,M.Kep pembimbing II yang banyak memberi

bimbingan dan pengarahan dalam penelitian ini.

9
6. Kepada Orang Tuaku, Bapak Marahdoli Siregar dan Ibu Dewi Ratmiati

beserta keluarga sanak saudara yang selalu memberikan motivasi dan juga

doa sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan penelitian

ini.

7. Sahabat Mas Erfan yang selalu menemani,Anita, Uswatun, Ayu Syalma,

Fikrya serta semua teman-teman seperjuangan PSIK angkatan 2015 yang

selalu mendukung dan memberikan motivasi dalam proses penyusunan

skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

proposal skripsi ini.

Penyusunan skripsi penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca. Penulis juga berharap semoga proposal penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam bidang keperawatan. Amin

Purwodadi, September 2019

Peneliti

Yunita Dianasari Siregar

10
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................v

ABSTRACT......................................................................................................vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

11
E. Penelitian Terkait ................................................................................. 5

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Kesehatan ........................................................ 9

B. Pengertian HIV.....................................................................................19

C. Pencegahan HIV...................................................................................22

D. Faktor Penyebab HIV...........................................................................23

E. Faktor Pendorong Perilaku....................................................................24

F. Kerangka Teori..................................................................................... 33

G. Hipotesa ............................................................................................... 34

H. Kerangka Konsep ................................................................................ 34

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian ............................................................................... 35

B. Jenis Dan Desain Penelitian ................................................................. 35

C. Populasi Dan Sampel ........................................................................... 37

D. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................. 38

E. Definisi Operasional............................................................................. 39

F. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 40

G. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 43

H. Rencana Analisa Data .......................................................................... 45

I. Etika Penelitian .................................................................................... 47

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ............................................. 50

12
B. Karakteristik Responden ...................................................................... 51

C. Analisa Univariat ................................................................................. 52

D. Analisa Bivariat .................................................................................... 54

BAB V : PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ...................................................................... 55

B. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 59

C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 70

BAB VI : PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................................. 71

B. Saran ..................................................................................................... 71

DAFTA PUSTAKA

LAMPIRAN

13
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Oprasional ......................................................................... 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisioner pengetahuan ....................................................... 43

Tabel 3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden ............................................ 51

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden............................... 51

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden ................................... 52

Tabel 4.4 Distrubusi Frekuensi Pekerjaan Responden ..................................... 52

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Pendidikan Kesehatan ............. 53

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Pendidikan Kesehatan ............ 53

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Uji wilcoxon.................................................... 54

14
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 72

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ............................................................................ 73

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 76

15
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Pencarian Data Penelitian

Lampiran 2 Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 4 Surat Permohonan Uji Validitas

Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 7 Lembar Kuisioner Penelitian

Lampiran 8 Lembar Leafet

Lampiran 9 Lembar Dokumentasi

16
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV atau Human Immunodefiiciency Virussecara fisiologis adalah

virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya, akibat dari

penurunan kekebalan tubuh membuat individu mudah terkena penyakit dan

mengancam infeksi oportunistik, neurologis, gangguan dan keganasan yang

tidak biasa hingga berujung fatal yaitu kematian (Bachrun, 2017).

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) maka diperoleh

data sebanyak 15 juta orangyang meninggal akibat terserang penyakit

HIV/AIDS pada tahun 2015 denganperkiraan ada 35 juta orang hidup dengan

HIV/AIDS (WHO, 2014). Di duniaada 21 juta orang terinfeksi HIV/AIDS, dan

Sub Sahara Afrika menempati kasus tertinggi dengan 24,7 juta. Indonesia

menempati urutan ke 4 setelah Afrika Selatan, Cina kemudian India dan

Myanmar berada pada posisi ke 5 diseluruh dunia pada tahun 2014 (Natasya,

Kusyogo, & Aditya, 2017).

Di Indonesia, HIV/AIDS telah ditemukan yaitu pada tahun 1987

tepatnya di provinsi Bali. Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia telah meluas di

sebanyak 386 kabupaten. Kasus HIV/AIDS di Indonesia saat ini pada posisi

nomor 13 di seluruh belahan dunia dengan terus mengalami peningkatan

setelah virus tersebut pertama kali ditemukan. Menurut Direktorat Jenderal

17
2

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan RI sejak tahun 1987

hingga pada sekitar Juni 2014 total dari jumlah yang terinfeksi virus HIV di

Indonesia sudah mencapai 142.950 orang dan 56.623 orang mengidap AIDS

(Superkertia, Astuti, &Lestari, 2016).

Di Jawa Tengah sendiri jumlah pengidap HIV/AIDS hingga saat ini

sangat tinggi. Bahkan menempati posisi ke empat penderita HIV/AIDS

terbanyak di Indonesia. Data kementerian kesehatan pengidap HIV/AIDS di

provinsi Jawa Tengah mencapai 19.270 orang secara nasional jumlah penderita

HIV/AIDS 280.263 orang (Darmawan, 2018).

Grobogan menempati peringkat ketiga se-Jawa Tengah setelah

kabupaten Jepara“Kasus HIV/AIDS ini memang perlu mendapatkan perhatian

serius , Sekretaris Komisi Penangulangan AIDS (KPA) Grobogan Rahayu

Ismarwini, saat memberikan penyuluhan pada para pemusik yang

dilangsungkan di Kantor (Disporabudpar setempat, 2016). Menurutnya, jumlah

kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Grobogan dari 2002 sampai saat ini ada

814 kasus. Dari jumlah ini, sudah ada 136 penderita yang meninggal dunia dan

76 di antaranya adalah anak-anak. “Penderita HIV/AIDS ini berasal dari

berbagai kalangan dan usia, baik dari anak-anak, ibu rumah tangga dewasa, dan

orang tua. Selain rusaknya keadaan fisik pada seseorang, orang dengan

HIV/AIDS juga mengalami stigma negatif yang berasal dari masyarakat

sehingga menyebabkan rendahnya kualitas hidup ODHA.

Kondisi psikis pasien ODHA mengalami tekanan akibat dari stigma

negatif yang muncul dikalangan masyarakat. ODHA dianggap sebagai hal yang
3

menakutkan di lingkungan masyarakat karena faktor cara penularan

dianggap infeksi mematikan. Individu yang pertama kali di vonis HIV akan

mengalami perasaan takut, gelisah, depresi bahkan putus asa. Hal tersebut

membuat orang dengan HIV/AIDS merasa dirinya diajuhi oleh lingkungan

sekitar akibat infeksi yang dideritanya. Sedangkan secara sosial, ODHA

cenderung mendapatkan diskriminasi dari masyarakat berupa penolakan,

penghindaran, dan juga pengasingan,.dan perlunya pendidikan kesehatan

terhadap masyarakat sekitar (Lubis, Sarumpaet, & Ismayadi, 2016).

Disamping itu, Proses perubahan perilaku dapat dilakukan dengan

pendidikan kesehatan, karena pada dasarnya pendidikan kesehatan merupakan

upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan

cara, persuasi bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan

kesadaran (Notoatmojo, 2010).

Pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan

mengerti, tetapi juga mau dan mampu melakukan anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan

cara yang paling sederhana seperti metode curah pendapat, metode curah

pendapat memiliki keunggulan yaitu masyarakat dapat berfikir dan menyatakan

pendapat, melatih masyarakat berfikir dengan cepat tersusun logis, merangsang

masyarakat untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah

yang di berikan, meningkatkan partisipasi masyarakat dengan suasana

demokratis dan disiplin dapat di tumbuhkan (Arsyad, 2011).


4

Study pendahuluan yang di lakukan peneliti di Kabupaten

Grobogan , wawancara awal terhadap 5 masyarakat 3 diantaranya

pengetahuannya masih rendah karena masyarakat masih berfikir HIV terlalu

gampang menular 2 lainya pengetahuannya tinggi karena penularan HIV tidak

semudah itu. Dari uraian latar belakang tersebut maka peneliti termotivasi

untuk meneliti tentang “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS

terhadap Tingkat Pegetahuan Anggota Karang Taruna Pada HIV/AIDS.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian “ Bagaimana Pengaruh pendidikan kesehatan tentang

HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan Anggota Karang Taruna pada

HIV/AIDS di RT 04/13 Kelurahan Kuripan Kabupaten Grobogan.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap

tingkat pengetahuan Anggota Karang Taruna pada HIV/AIDS di Kelurahan

Kuripan Kabupaten Grobogan.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan anggota karang taruna di Kabupaten

Grobogan sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS.

b. Mengidentifikasi pengetahuan anggota karang taruna di Kabupaten

Grobogan setelah di beri pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS.


5

c. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan pada HIV/AIDS terhadap

tingkat pengetahuan anggota Karang Taruna pada HIV/AIDS di

Kabuaten Grobogan.

D. Manfaat Penelitian

1. Keilmuan

Dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan keilmuan bidang

keperawatan komunitas khususnya tentang pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan anggota karang taruna

pada HIV/AIDS.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman praktik dalam lingkungan dalam ruang

lingkup penelitian keperawatan khususnya tentang Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap HIV/AIDS Terhadap Tingkat

Pengetahuan Anggota Karang Taruna Pada HIV/AIDS Bagi

Masyarakat.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan yang akan digunakan dalam penelitian selanjutnya

dalam hal mempertahankan kualitas hidup pada penderita HIV/AIDS.

E. Penelitian terkait

Penelitian mengenai dukungan sosial tentang HIV/AIDS sudah sering

dilakukan. Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antaralain:


6

1. Penelitian Berliana Situmeang (2012) yang berjudul Hubungan

Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan

HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di Indonesia (Analisis Data

SDKI Tahun 2012). Metodepenelitian analitik observasional dengan

desain cross secsional. Sampel penelitian sebanyak 8.316 orang. Hasil

studi menunjukkan 71,63% remaja mempunyai stigma terhadap ODHA,

49,10% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang HIV.

Pengetahuan yang ku rang tentang HIV/AIDS berhubungan dengan stigma

terhadap ODHA (PR= 1,210 95% CI: 1,149-1,273) setelah dikontrol oleh

keterpaparan media massa. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan

tentang HIV/AIDS pada remaja guna mengurangi stigma terhadap ODHA.

Bedanya dengan penelitian sebelumnya adalah “pengaruh

pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan

anggotta karang taruna pada HIV/AIDS” metode yang saya gunakan

adalah desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross secsional.

Variabel yang membedakan yaitu variabel dependen Pengaruh pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS, dan variabel independen yaitu tingkat

pengetahuan anggota karung taruna pada HIV/AIDS.

2. Penelitian Dwi Retno Selvitriana (2018) yang berjudul Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Harga Diri Orang Dengan HIV/AIDS

di Yayasan Sadar Hati. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat harga diri pada Orang

dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berada dalam dampingan Yayasan Sadar


7

Hati Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain

penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelasional dengan metode

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu ODHA

yang berada dalam dampingan Yayasan Sadar Hati Malang sebanyak 50

ODHA. Sampel akhir pada penelitian ini yaitu 44 responden. Kriteria

inklusi, yaitu berusia 20-45 tahun; lama terdiagnosis HIV > 6 bulan;

ODHA bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan

(inform consent) yang telah disediakan; ODHA yang mampu berbahasa

Indonesia, membaca, dan menulis; serta ODHA yang tinggal satu rumah

dengan keluarganya. Kriteria eksklusi, yaitu HIV/AIDS dengan

komplikasi; tidak mampu beraktivitas secara mandiri; dan ODHA yang

mengundurkan diri sebagai sampel penelitian ketika penelitian sedang

berlangsung. Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan

keluarga yang diukur dengan kuesioner dan variabel dependen pada

penelitian ini adalah tingkat harga diri yang diukur menggunakan

Rosenberg’s self-esteem scale.

Bedanya dengan penelitian sebelumnya adalah “pengaruh

pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan

anggota karang taruna pada HIV/AIDS” metode yang saya gunakan adalah

desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross secsional.

Variabel yang membedakan yaitu variabel dependen Pengaruh pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS, dan variabel independen yaitu tingkat

pengetahuan anggota karang taruna pada HIV/AIDS.


8

3. Penelitian Zahroh Shaluhiyah (2014) yang berjudul Stigma Masyarakat

Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) dan faktor yang memengaruhinya. Sedangkan analisis data

dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan kai kuadrat, dan

multivariat menggunakan regresi logistik. Kesimpulannya adalah sikap

keluarga dan persepsi responden terhadap ODHA merupakan faktor yang

berpengaruh pada munculnya stigma terhadap ODHA sehingga disarankan

adanya pemberian informasi tentang HIV/AIDS yang lengkap kepada

keluarga dan masyarakat untuk menurunkan atau menghilangkan stigma.

Bedanya dengan penelitian sebelumnya adalah “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan

Anggota Karang Taruna Pada HIV/AIDS” metode yang saya gunakan

adalah desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross secsional.

Variabel yang membedakan yaitu variabel dependen Pengaruh pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS, dan variabel independen yaitu tingkat

pengetahuan masyarakat pada HIV/AIDS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk strategi

intervensi atau upaya dalam pelayanan keperawatan komunitas.

Pendidikan kesehatan mencangkup pemberian informasi yang sesuai,

spesifik, di ulang ulang terus menerus, sehingga dapat menfasilitasi

perubahan perilaku kesehatan. Program pendidikan kesehatan

digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam merubah

gaya hidupya menjadi positif, mendukung peningkatan kesehatan dan

kualitas hidup komunitas serta meningkatkan partisipasi seseorang

dalam merawat kesehatannya sendiri. Pendidikan kesehatan yang

efektif dapat dilakukan dengan mengkaji kebutuhan seseorang

terhadap informasi, mengidentifikasi hambatan seseorang dalam

belajar (Widyanto, F.C, 2014).

b. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan menurut (Widyanto, F.C, 2014):

1) Untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

9
10

2) untuk mengubah perilaku individu, keluarga serta masyarakat dari

perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.

3) Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi

perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan atau dari perilaku

yang negatif menjadi perilaku yang positif.

4) Merubah perilaku yang kaitan dengan budaya, sikap dan perilaku

merubakan bagian dari budaya yang ada di lingkungan.

c. Misi pendidikan kesehatan

Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat di rumuskan

(Notoatmodjo, 2012) yaitu :

1) Advokat (Advocate)

Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau

penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa

program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui

kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

2) Menjebatani (Mediate)

Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor

lain yang terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan.

3) Memapukan (Enable)

Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada

masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka.


11

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menuurut Mubarak (2011) ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu :

1) Dimensi sasaran

a) Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu

b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

2) Dimensi tempat pelaksanaan

a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan

sasaran murid atau guru yang pelaksanaannya di integrasikan

dengan upaya kesehatan sekolah (UKS).

b) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di

pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan maupun rumah

sakit dengan sasaran pasien dan keluarganya.

c) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dilakukan di

kantor atau perusahan dengan sasaran buruh dan karyawan.

3) Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan

a) Promosi kesehatan (Heath Promotion)

b) Perlindungan khusu (Spesific Protection)

c) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis And

Prompt Treatment)

d) Pembatan cacat (Disability Limitation)

e) Rehabilitasi (Rehabilitation )
12

e. Strategi Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) untuk mencapai tujuan dan

sasaram pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagi

berikut :

1) Penyebarluasan Informasi Kesehatan

Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan,

system komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan

masyarakat. Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan

pendidikan kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan

menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional.

2) Pengembangan Potensi Swadya Masyarakat di Bidang Kesehatan

Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan

dan motivasi LSM dan organisani kemasyarakatan lainnya dalam

pembudayaan hidup sehat dan penyebarluasan metodologi

pengembangan masyarakat melalui ormas dan kelompok potensial

lainnya. Pengembangan kerja sama yang menguntungkan antara

lainnya. Pengembangan kerja sama yang paling menguntungkan

antara pemerintah dan masyarakat berpenghasilan tinggi guna

menopang kesehatan masyarakat miskin serta mengembangkan

kelompok keluarga mandiri sebagai teladan.

3) Pengembangan Penyelengaraan Penyuluhan

Diselenggarakan melalui pengembangan sikap, kemampuan

dan motivasi petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di


13

bidang penyuluhan, institusi pendidikan serta pembentukan

kemitraan antara pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat

dalam penyelenggaraan penyuluhan.

f. Komponen Pendidikan Kesehatan

Menurut Azwar (2012), pendidikan kesehatan adalah

mendidik masyarakat dengan cara berkomunikasi. Hal ini pada proses

perencanaan informasi yang akan di lakukan dalam rangka

berkomunikasi dan mendidik masyarakat adalah menentukan jenis

media termasuk kombinasi media yang akan digunakan dan dapat

mencapi sasaran. Hal ini berdarkan pada prinsip komunikasi yang baik

sangat di tentukan oleh empat komponennya, yaitu: sumberi informas,

isi pesan, media dan sasaran.

1) Komunikasikan/sasaran (Receiver)

Penentuan kelompok dasasran sangat penting karena

sasaran yang satu akan berbeda dengan sasaran lainnya, sehingga

isi pesan yang sama mungkin akan diinterprestasikan berbeda oleh

masing-masing kelompok sasaran yang

berbeda.

2) Komunikator/ sumber (Source)

Umunnya masyarakat cenderung percaya terhadap

informasi yang diterima dari orang yang mereka percaya. Dalam

sumber informasi yang di terpecaya ini perlu di pelajari, apakah

institusi pemerintah, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua


14

atau tenaga medis. Menyarankan setidaknya empat faktor yang

harus di perintungkan dalam memilih sumber

informasi/komunikator, yaitu : kredibilitas komunikator, terus

menerus melakukan perubahan perilaku, jarak kelas sosial antara

komunikasi dan sasaran, dan jenis sumber informasi.

3) Isi pesan (Massage).

Isi pesan mempunayi dua tujuan yaitu untuk memberikan

informasi kepada sasaran dan meyakinkan sasaran terhadap nilai

informasi tersebut. Sedangkan mecatat berbagai karakteristik isi

pesan yang mempengaruhi proses komunikasi, yaitu :

a) Jumlah komunikasi, termasuk volume dan isi pesan yang di

sampaikan kepada sasaran.

b) Frekuensi komunikasi yang membahas topik yang spesifik

4) Sasaran atau media (Channel or Media)

Mengacu kepada difenisi komuniaksi massa yaitu sebagai

jenis komunikasi yang di tunjukan kepada sejumlah khalayak yang

tesebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak dan elektronis

sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan

sesaat maka media massa berfungsi untuk membuat orang tertarik,

sebagai sumber informasi, merubah sikap dan menstimulasi

perubahan perilaku.
15

g. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

Alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga

karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam

proses pendidikan (Notoatmodjo, 2012).

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan

yang ada pada setiap manusia itu di terima atau ditangkap melalui

panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima

sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pemgertian/pengetahuan yang di peroleh. Dengan perkataan lain, alat

peraga ini di maksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin

kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi (Notoatmodjo,

2012).

Sesorang atau masyarakat di dalam proses pendidikan dapat

memperoleh pengalaman/pengetahuan melalui sebagai macam alat

bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas

yang berbeda-beda dalam membantu persepsi sesorang.

Dalam rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai

konsumer juga dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat

bantu pendidikan. Untuk ini petugas kesehatan berperan untuk

membimbing dan membina, bukan hanya dalam kesehatan mereka


16

sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi

kesehatan kepada anggota masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan,

agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan

masyarakat sasaran menerima pesan orang tersebut dengan jelas dan

tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta

kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai

betapa benilainya kesehatan itu bagi kehidupan (Notatmodjo,2012)

Sacara terperinci, alat peraga antara lain sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2012):

1) Menimbukan minat sasaran pendidikan .

2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.

4) Merangsang sasaaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-

pesan kesehatan.

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan

cepat.

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan

yang di terima kepada orang lain.

7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh

para pendidik/ pelaku pendidikan.

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.

Seperti diurakan bahwa pengetahuan yang ada pada sesorang


17

diterima melalui indera. Menurut peneliti para ahli indera, yang

paling banyak menyalurkan ke dalam otak adalah mata. Kurang

lebih 75%-87% dari pengetahuan manusia diperoleh / disalurkan

melalui mata. Sedangkan 13%-25% lainnya tersalur melalui indera

yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih

mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau

bahan pendidikan.

9) Mendorong keinginan orang unuk mengetahui kemudian lebih

megalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.

Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan

pengertian baru baginya yang merupakan pendorong untuk

melakukan / memakai sesuatu yang baru tersebut.

10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam

menerima sesuatu yang baru, manusia yang mempunyai

kecenderungan untuk melupakan. Untuk mengatasi hal tersebut,

akan membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang tela

diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan lebih lama

di tinggal / disimpan dalam ingakatan.

h. Macam-Macam Alat bantu Pendidikan

Pada garis besarnya, macam-macam alat bantu pendidikan (alat

peraga) adalah (Notoatmodjo, 2012).

1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids)


18

Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata

(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini

ada 2 bentuk :

a) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan

sebagainya.

b) Alat-Alat yang tidak diproyrksikan:

a) 2 dimensi, gambar, peta, bagan,dan sebagainya.

b) 3 dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.

2) Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada

waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran.

Misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan sebagainya.

3) Alat Bantu Lihat-Dengar

Seperti televisi dan video cassette. Alat –alat bantu pendidikan ini

lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA). Disamping

pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2

macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.

a) Alat peraga yang complited (rumit), seperti film, film strip

slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor

b) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri

maupun dengan bahan-bahan setempat yang mudah di

peroleh,seperti bambu, karton, kertas koran, dan sebagainya.

Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat


19

dipergunakan di berbagai tempat, misalnya : poster, spanduk,

leaflet dan fanel graph.

2. HIV/AIDS

a. Pengertian HIV/AIDS

Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human

Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia yang kemudian berdampak pada penurunan

sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan satu penyakit yang

disebut AIDS. HIV menyerangsel-sel darah putih yang dimana sel-sel

darah putih itu merupakan bagian dari sitem kekebalan tubuh yang

berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit. Manusia yang

terinfeksi HIV akan berpotensi sebagai pembawa (carrier) dan

penularan virus tersebut selama hidupnya. AIDS (Aqquired Immune

Deficiency syndrom) kumpulan gejala penyakit spesifik yang

disebabkan oleh rusaknya system kekebalan tubuh oleh virus HIV

(Komisi penangulangan AIDS Provinsi Maluku, 2015).

b. Cara Penularan HIV/AIDS

Menurut Departemen kesehatan RI (2012) penularan

HIV/AIDS melalui 3 cara yaitu

1) Penularan Seksual

Secara umum dapat dikatakan, hubungan seksual adalah

cara penularan HIV/AIDS yang paling sering terjadi. Virus dapat

ditularkan dari seseorang yang terinfeksi kepada pasangan


20

seksualnya, baik itu sesama jenis (Homoseks) kelamin atau

sebaliknya berbeda jenis kelamin (Heteroseks), atau ada yang

mendonorkan semennya kepada orang lain. Hubungan seksual

tersebut adalah hubungan seksual dengan penetrasi penis-vagina,

penis-anus atau kontak mulut. Resiko terinfeksi HIV/AIDS melalui

hubungan seksual tergantung kepada beberapa hal:

a) Kemungkinan Bahwa Pasangan Seksual Terinfeksi HIV.

Angka kejadian infeksi HIV pada penduduk seksual aktif

sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya,

juga berbeda antara satu kelompok penduduk dengan

kelompok penduduknya lainnya dalam satu daerah.

Kemungkinan proporsi seseorang terinfeksi HIV terbanyak

melalui hubungan heteroseksual maka kelompok masyarakat

yang beresiko untuk terinfeksi HIV adalah PSK dan lakilaki

yang sering kali melakukan hubungan seksdengan PSK.

b) Penularan HIV/AIDS melalui Hubungan Seksual Berganti-

ganti Pasangan.

Semua hubungan seksual yang dilakukan dengan cara

berganti-ganti pasang mempunyai resiko penularan infeksi

HIV. Namun, resiko tertinggi terjadinya infeksi HIV pada pria

dan wanita ialah mereka yang berlaku sebagai penerima dari

hubungan seksual anal dengan pasangan seksual yang

terinfeksi HIV. Hubungan cara vaginal kemungkinan


21

membawa resiko tinggi bagi pria dan wanita hetero seksual

dari pada oral-genital. Kontak oral-genital memungkinkan

penularan HIV.

c) Penularan Parental

Penularan ini terjadi melalui transfusi dengan darah

yang terinfeksi HIV atau produk darah atau penggunaan jarum

yang terkontaminasi dengan HIV atau peralatan lain yang

melukai kulit.

d) Penularan Perinatal

Penularan dari seorang wanita kepada janinyang

dikandungnya atau bayinya. Penularan ini dapat terjadi

sebelum, selama, atau beberapa saat setelahbayi dilahirkan.

Resiko penularan HIV dalam rahim si ibuatau selama proses

kelahiran sebesar 20-40%. Perjalanan Infeksi HIV/AIDS

Pada saat seseorang terinfeksi HIV maka diperlukan waktu 5-

10 tahun untuk sampai ke tahap AIDS. Setelah virus masuk

kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan

virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah

meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia.

Tahap ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk

tahap AIDS, maka orang tersebut dinamai HIV positif karena

dalam darahnya terdapat HIV (Departemen kesehatan RI,

2012).
22

Pada tahap HIV positif ini maka keadaan fisik yang

bersangkutan tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan

lainnya dan bahkan bisa diperpanjang menjadi 3 tahun. Sejak

masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan

merusak sel darah putih (yang berperan dalam sistem

kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan

tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS.

Dimana akan muncul berbagai infeksi seperti infeksi jamur,

virus-virus lain, kanker dan sebagainya (Departemen

kesehatan RI, 2012).

c. Pencegahan HIV/AIDS

Menurut Depkes KPA Nasional (2012) penyebaran HIV/AIDS dan

pencegahannya dapat dilakukan dengan prinsip“ABC” yang telah

efektif untuk menurunkan jumlah penularan HIV/AIDS. Prinsip “ABC”

itu adalah :

A : Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan

jangka panjang dengan pasangan.

B : Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan.

C : Cegah dengan memakai kondom secara benar dan konsisten

untuk penjaja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A

dan B (Kondom). Untuk penularan non-seksual, berlaku prinsip “

D dan E” yaitu:

D : Drug: say no to atau katakan tidak pada napza/narkoba


23

E : Equipment: no sharing atau jangan memakai alatsuntik secara

bergantian

d. Faktor Penyebab Perilaku Beresiko Penularan HIV/AIDS

Dalam kaitannya dengan penularan HIV/AIDS, dikenal adanya

perilaku seksual beresiko dan perilaku seksual aman. Perilaku seksual

beresiko adalah segala perilaku seksual yang menimbulkan resiko dan

memungkinkan terjadinya penularan/infeksi HIV/AIDS. Seseorang

dikatakan beresiko tertular HIV/AIDS jika orang tersebut berada pada

suatu kesempatan untuk terkena virus karena perilaku seksualnya.

Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang terhindar

dari suatu potensi penularan resiko tertular maupun menularkan

HIV/AIDS. Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang

tidak memungkinkan terjadinya penularan/infeksi HIV/AIDS.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam kontek penanggulangan

HIV/AIDS terjadi perubahan perilaku pada yang prinsipnya adalah

perubahan dari perilaku yang berisiko terjadinya penularan menjadip

erilaku yang aman (Depkes, 2012).

Perilaku beresiko terhadap penularan HIV/AIDS menurut Depkes

RI (2011):

1) Berhubungan seks tidak aman (tanpa menggunakan kondom)

2) Ganti – ganti pasangan seks

3) Prostitusi

4) Melakukan hubungan seks secara anal


24

Perilaku yang memudahkan seseorang tertular IMS, termasuk

HIV/AIDS menurut Depkes RI (2011) yaitu :

1) Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai lebih dari

satu pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak

dikenal

2) Mempunyai pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual

lainnya.

3) Terus melakukan hubungan seksual walaupun mempunyai keluhan

IMS dan tidak diberitahukan kepada pasangannya tentang hal

tersebut.

4) Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual

dengan pasangan yang beresiko.

5) Pemakaian jarum suntik secara bersama-sama secara bergantian.

e. Faktor pendorong perilaku beresiko HIV/AIDS

1) Biologis

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual

merupakan respons alamiah dari berfungsinya organ sistem

reproduksi dan kerja hormon. Kebutuhan biologis adalah prasyarat

untuk tercapainya hubungan yang memuaskan antara organisme

dengan lingkungan fisiknya, sedangkan kebutuhan antar pribadi

merupakan prasyarat untuk membentuk hubungan yang memuaskan

antara manusia dengan lingkungan kemanusiaan. Sebagaimana

halnya dengan kebutuhan biologis, kebutuhan antar pribadi


25

memerlukan pemuasaan yang optimal. Terlalu sedikit atau banyak

pemuasan yang terjadi akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak

menyenangkan (Sunaryo, 2012).

2) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya berbagai

kegiatan, interaksi sosial antara berbagai kelompok. Pengaruh

lingkungan sosial terhadap perilaku seseorang sangat bervariasi

sumbernya. Semua Informasi yang didapat baik dari media masa,

lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun orang-orang

terdekatnya menjadi sumber utama sebagai satu contoh untuk diikuti

(Dewa, 2014).

3) Psikologis

Menurut Jajuli, (2010) Jika dilihat dari sisipsikologis, berbagai

faktor psikologis yang merupakan penyebab perempuan bekerja

sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) sebagai berikut.

a) Kehidupan seksual yang abnormal, misalnya hieper seksual dan

sadis.

b) Kepribadian yang lemah, misalnya cepat meniru.

c) Moralitas rendah dan kurang berkembang, misalnya kurang dapat

membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak

boleh dan lainnya.

d) Memiliki motif kemewahan, yaitu menjadi kemewahan sebagai

tujuan utamanya.
26

4) Ekonomi

Sebagian besar alasan Pekerja Seks Komersial (PSK) masuk ke

dalam dunia prostitusi diakibatkan karena tekanan ekonomi. Hal ini

telah menjadi alasan utama dimana keadaan ekonomi memaksa

seseorang untuk menjalani prostitusi. Termasuk dalam faktor ini

antara lain berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah,

kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uangguna membiayai diri

sendiri maupun keluarganya, tidak mempunyai sumber penghasilan

dan tingkat pendidikan rendah (Dewa, 2014).

3 Tingkat Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan


27

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi dapat

mnejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis


28

adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang baru

6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

1) Faktor Internal meliputi:

a) Umur Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2011).

b) Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik

(experience is the best teacher), pepatah tersebut bisa

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,


29

atau pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh suatu

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi

pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

persoalan yang dihadapai pada masa lalu (Notoadmodjo,

2012).

c) Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

semakin pendidikan yang kurang akan mengahambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan (Nursalam, 2011).

d) Pekerjaan Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya ( Nursalam, 2011). Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan berulang dan banyak tantangan

(Nursalam, 2011).

e) Jenis Kelamin Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang

melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang

dikontruksikan secara sosial maupun kultural.


30

2) Faktor eksternal

a) Informasi Menurut Pariani (2010) informasi merupakan fungsi

penting untuk membantu mengurangi rasa cemas. Seseorang

yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal.

b) Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2012), hasil dari beberapa pengalaman

dan hasil observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat)

bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku

kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman seseorang

serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik) c

Sosial budaya Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status

sosial seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin

tinggi pula.

c) Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010)

terdapat beberapa cara memperoleh pengetahuan, yaitu:

(1) Cara kuno atau non modern Cara kuno atau tradisional

dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode

penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

(2) Cara coba salah (trial and error) Cara ini dilakukan dengan

mengguanakan kemungkinan dalam memecahkan masalah


31

dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba

kemungkinan yang lain.

(3) Pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber

pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

(4) Melalui jalan fikiran Untuk memeperoleh pengetahuan

serta kebenarannya manusia harus menggunakan jalan

fikirannya serta penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan

turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai

kebenaran yang mutlak.

d) Cara modern Cara baru atau modern dalam memperoleh

pengetahuan lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini

disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut

metodologi penelitian, yaitu:

(1) Metode induktif Mula-mula mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan

kemudian hasilnya dikumpulkan satu diklasifikasikan,

akhirnya diambil kesimpulan umum.


32

(2) Metode deduktif Metode yang menerapkan hal-hal yang

umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan

dengan bagian-bagiannya yang khusus.

e) Kriteria Pengetahuan Menurut Arikunto (2010) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala

yang bersifat kualitatif, yaitu:

(1) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh

pertanyaan.

(2) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh

pertanyaan.

(3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh

pertanyaan.
33

f. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka dari teori Sebagai

berikut :

Etnologi HIV/ AIDS :


1. Kontak seksual
2. Transgusi darah
3. Jarum suntik

Faktor Eksternal

Jenis Kelamin HIV / AIDS

Umur
Pengetahuan Kesehatan
HIV/ AIDSS
Tingkat Pendidikan 1. Pengertian
2. Penularan
Paparan media/informasi 3. Gejala Klinis
4. Diagnosis
5. Tujuan Pengobatan
Ekonomi 6. Cara menghindari HIV/AIDS

Hubungan Sosial
Metode Pendidikan
Pengalaman Kesehatan

Faktor Internal :
1. Jasmani ( Panca Indera ) Pengetahuan
2. Rohani HIV/AIDS
( Kesehatan Psikis )

Keterangan: : Diteliti

Tidak Diteliti

Gambar 2.1 kerangka teori

Sumber : Modifikasi Teori Nursalim dan Notoatmodjo (2012)


34

g. Hipotesa

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara

penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmojo, 2012) hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antara pengaruh pendidikan kesehatan tentang

HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan anggota karang taruna pada

HIV/AIDS.

H1 : Ada hubungan antara pengaruh pendidikan kesehatan tentang

HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan anggota karang taruna pada

HIV/AIDS.

h. Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat disusun kerangka

konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan kesehatan Pengetahuan


tentang HIV/AIDS Tingkat HIV/AIDS

Gambar 2.2 kerangka konsep

2. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi disebut variabel penyebab (Arikunta 2010).

3. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang di

pengaruhi disebut variabel akibat (Arikunta 2010).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel merupakan obyek penelitian yang bervariasi, serta ukuran

atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota atau kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Saryono, 2013). Variabel-variabel

penelitian yang diteliti dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Variabel Independent, yaitu variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Dikatakan juga sebagai variabel

bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2017).

Variabel independent dalam penelitian yang akan dilakukan adalah

pendikan kesehatan tentang HIV/AIDS.

2. Variabel dependent, yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variabel bebas (Hidayat, 2017). Variabel dependen dalam

penelitian akan dilakukan adalah Pengetahuan tingkat anggota karang

taruna pada HIV/AIDS.

B. Jenis Desain Penelitian

Desain penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh

35
proses penelitian (Nursalam, 2008). Jenis penelitian yang digunakan adalah

dengan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivme, digunakan

peneliti populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan pada umumnya

dilakukan dengan cara random, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimen

dengan rancangan penelitian one group pre test post test design. Jenis

penelitian pre eksperimen ini dilakukan dengan cara sebelum diberikan

treatment/perlakuan variabel diobservasi/diukur terlebih dahulu (pretest)

setelah itu dilakukan treatment/perlakuan dan setelah treatment dilakukan

pengukuran/observasi (posttest) (Hidayat, 2017).

Pre Test I Post Test

01 X 02

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan:

01 : Pengukuran pengetahuan HIV/AIDS sebelum diberikan pendidikan

kesehatan (Pre test).

02 : Pengukuran pengetahuan HIV/AIDS setelah diberikan pendidikan (Post

test).

X : Pendidikan Kesehatan dengan leaflet.


C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek

yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki

subjek atau objek tersebut (Sugiyono, 2017). Populasi study dalam

penelitian 50 anggota karang taruna di Lingkungan Kuripan

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

2. Sampel

Dalam pengambilan sampel yang akan di teliti dengan

menggunakan tekniknon probability sampling yaitu sampling jenuh.

Non probability adalah pengambilan sampel yang tidak di dasarkan atas

kemungkinan yang dapat di perhitungkan. Sampling jenuh yaitu teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sempel (Notoadmojo, 2010). Jadi sampel yang digunakan adalah 50

orang yang merupakan seluruh anggota populasi karang taruna

kampung kuripan.

Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoadmodjo, 2012).

a. Semua anggota karang taruna desa kuripan berusia 17-25 th

b. Anggota karang taruna yang bersedia hadir sesuai kontrak waktu

pendidikan kesehatan yang telah di sepakati bersama.


c. Anggota karang taruna bersedia menjadi responden penelitian.

Kriteria eksklusi, yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat di

ambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2012).

a. Anggota karang taruna yang tidak hadir pada saat penelitian

b. Anggota karang taruna yang mengundurkan diri sebagai

responden penelitian

D. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian di Lakukan di Lingkungan Kuripan, RT 04/13

Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan Pada Bulan Agustus 2019.


E. Defnisi operasional

Tabel 3.1 Defnisi operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


Variabel Independent : Upaya peningkatan pengetahuan - Liflet 1. Diberikan pendidikan Nominal
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan metode kesehatan susuai
tentang HIV/AIDS pendidikan kesehatan dalam Leafet
rangka menghimpun gagasan, 2. Diberikan pendidikan
pendapat, informasi , pengetahuan, kesehatan tidak sesuai
pengalaman, dari semua Leafet
masyarakat yang meliputi
pengertian, penularan, gejala klinis
diagnosis, tujuan pengobatan dan
cara menghindari HIV/AIDS

Variabel Dependent : Kemampuan masyarakat dalam Kuisioner 20 soal terdiri dari : Skor total nilai hasil Ordinal
pengetahuan tingkat menjawab pernyataan tentang pengertian HIV/AIDS, jawaban dari kuisioner
HIV/AIDS HIV/AIDS yang terdiri dari penularan, gejala klinis, pengetahuan.
pengertian HIV/AIDS, penularan, diagnosis, tujuan pengobatan Baik :76%-100%
gejala klinis,diagnosis, tujuan dan cara menghindar Cukup : 56%-75%
pengobatan, dan cara menhindari HIV/AIDS. Jika jawaban Kurang :< 56 %
HIV/AIDS benar poin 1, jika jawaban
salah poin 0

39
F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam

pengumpulan data dan penguji instrument pengumpulan data (Hidayat, 2017).

1. Tekhnik pengumpulan data

a. Pengumpulan data primer

Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari

responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga

data hasil wawancara peneliti dengan narasumber (Hidayat, 2017).

Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dan lembar

kuesioner. Kuesioner atau angket merupakan cara pengumpulan

data melalui pemberian angket atau kuesioner dengan beberapa

pertanyaan kepada responden.

Kelebihan Kuesioner yaitu:

1) Dalam waktu singkat (serentak) dapat diperoleh data yang

banyak.

2) Menghemat tenaga dan mungkin biaya.

3) Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya,

sehingga tidak terlalu memakan waktu bila dibandingkan

dengan wawancara.

4) Secara psikologis responden tidak merasa terpaksa dan dapat

menjawab lebih terbuka dan sebagainya.


Kekurangan Kuesioner yaitu:

1) Jawaban akan lebih banyak dibumbui dengan sikap dan harapan

pribadi, sehingga lebih bersifat subjektif.

2) Dengan adanya bentuk (susunan) pertanyaan yang sama untuk

responden yang sangat heterogen, maka penafsiran pertanyaan

akan berbeda-beda sesuai dengan latar belakang sosial,

pendidikan, dan sebagainya dari responden.

3) Tidak dapat dilakukan untuk golongan masyarakat yang buta

huruf.

4) Apabila responden tidak dapat memahami atau tidak dapat

menjawab, akan terjadi kemacetan dan mungkin responden tidak

akan menjawab seluruh angket.

5) Sangat sulit untuk memutuskan pertanyaan-pertanyaan secara

cepat dengan menggunakan bahasa yang jelas atau bahasa yang

sederhana.

b. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah data yang didapat dari buku,

jurnal, laporan pemerintah, artikel, dan lain sebagainya. Data yang

diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi (Sujarweni,

2014). Data sekunder dari penelitian dengan cara mencari literatur

kepustakaan baik dengan buku maupun literatur jurnal di internet.


2. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini di lakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Melakukan pencarian data di Dinas Kesehatan Purwodadi dengan

membawa surat pencarian data yang di tanda tangani oleh Universitas

AN Nuur Purwodadi Grobogan .

b. Melakukan studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Purwodadi.

c. Mengajukan ijin penelitian di Kampung Kuripan.

d. Mengidentifikasi responden berdasarkan kriteria inklusi.

e. Mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti penelitian dan

memenuhi kriteria.

f. Menjelaskan pendidikan kesehatan tentang penularan, gejala klinis,

diagnosis, tujuan pengobatan dan cara menghindar HIV/AIDS.

g. Mengajukan informed consent kepada calon responden

h. Peneliti melakukan penelitian dengan dibantu team dengan arahan:.

Asisten bertugas membantu peneliti untuk memberikan soal

kuesioner.

i. Peneliti pengumpulan data menjelaskan tentang maksud dan tujuan

penelitian kepada calon penelitian.

j. Setelah memahami maksud dan tujuan penelitian, calon responden

yang bersedia ikut menjadi responden diminta untuk menandatangani

surat pernyataan menjadi responden.

k. Menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden.


l. Pre test pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS.

m. Pemberian pendidikan kesehatan HIV/AIDS

n. Post test pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS.

o. Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa

kelengkapan oleh peneliti pengumpul data.

G. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti kuesioner

tentang pengetahuan HIV/AIDS. Instrumen penelitian atau kuesioner,

sebelum digunakan untuk penelitian harus di uji validitas dan rehabilitas

terlebih dahulu.

Uji validitas dan dan rehabilitas akan dilakukan pada 50 remaja di

Lingkungan Kuripan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisioner pengetahuan

Dimensi Indikator Pertanyaan Jumlah

Pengetahuan 1. Pengertian 1,2 2

2. Faktor HIV 3,4 2

3. Tanda & Gejala 5,6,12,13,14,15 2

4. Penularan HIV 7,8,9,10 3

5. pencegahan 9,10,11,12,13 5

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan parameter yang menunjukkan alat ukur

itu benar-benar mampu mengukur yang di ukur, kuesioner telah valid.


Di Purwodadi dengan 20 remaja,Uji validitas menggunakan teknik

korelasi Pearson Product Moment. Untuk menilai pertanyaan

kuesioner tersebut valid atau tidak valid, tergantung dari taraf

signifikan (r table) yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% (0,05)

dengan nilai r table 0,444. Jika nilai r hitung > r table maka dinyatakan

tidak valid.

Uji validitas yang dilakukan pada 20 responden didapatkan

hasil 20 butir pertanyaan dinyatakan valid 20 butir pertanyaan yang

diujikan.. Berdasrkan hasil uji validitas kuisioner pengetahuan

HIV/AIDS didapatkan hasil r-hitung (0,417-0,772) > r-tabel (0,44),

sehingga 20 butir pertanyaan tersebut telah dinyatakan valid.

2. Uji Rehabilitas

Uji rehabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana

suatu alat ukur pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal

ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap asas

bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama, dengan menggunakan metode yang sama, dengan menggunakan

alat ukur yang sama. Perhitungan reabilitas harus dilakukan hanya

pada pertanyaan yang sudah memiliki validitas, maka harus

menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung . Uji

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien Alfa

(Cronbach Alfa), Nilai koefisien Cronbach Alfa adalah 0-3,

interpretasinya adalah apabila nilai Cronbach Alfa>0,60 maka


dinyatakan reliable dan jika nilai Cronbach Alfa<0,60 maka

dinyatakan tidak reliable (Budiarto, 2008).

Berdasarkan hasil uji realiabilitas tentang pengaruh pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS didapatkan hasil nilai Alpha Cronbach’s

sebesar (0,899) lebih besar dari (0,503) sehingga dinyatakan reliabel.

H. Rencana Analisa Data

Pengelolahan data merupakan proses sangat penting dalam

penelitian. Kegiatan dalam proses pengolahan data menurut Budiarto

(2011) adalah :

1. Teknik Pengolahan data

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Peneliti memeriksa data yang telah dikumpulkan sesuai

dengan jumlah sampel dan melakukan koreksi terhadap isian

responden yang belum diisi atau isian yang jelas untuk ditanyakan

kembali.

b. Pemberian Skor (Scoring)

Peneliti melakukan penilaian hasil isian jawaban pada

kuesioner yang dibagikan pada responden penelitian sesuai

dengan skor yang telah di tetapkan. Jawaban benar diberikan skor

1 dan jawaban salah diberikan skor 0.


c. Pemberian Kode (Cording)

Pemberian kode tidak dilakukan pada tahap pengelolahan

data penelitian ini karena data penelitian telah berdistribusi

normal sehingga data yang diolah merupakan data rasio.

d. Input Data (Procesing)

Input data dilakukan pada program komputer, pada awalnya

penelitian membuat variabel view, selanjutnya peneliti

memasukkan data penelitian pada data view. Setelah tahap input

data dan pengecekan kebenaran data selesai dilanjutkan pada

analisa data sesuai tujuan penelitian.

2. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul peneliti memeriksa kembali

kelengkapan angket kemudian jawaban ditabulasi dan diberi nilai.

a. Analisa Univariat.

Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Hidayat, 2017). Penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi

untuk mengetahui pengetahuan responden tentang HIV/AIDS

pada kelompok eksperimen dan kontrol.

b. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dalam penelitian ini terdiri dari uji

normalitas. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk karena

jumlah sampel
<50, data dikatan normal apabila nilai p <0,05. Hasil dari uji

normalitas didapatkan nilai sig. 0.000 pada pre test dan pada nilai

sig. 0.047 pada post test. Jika alpha adalah 0.05, jadi p kurang

dari alpha maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data tidak

normal, dikarenakan data tidak normal maka selanjutnya

dilakukan uji wilcoxon test.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan

rekomendasi dari institusi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

An nuur Purwodadi untuk dapat melakukan penelitian sesuai dengan judul

penelitian.

Setelah mendapatkan izin baru melakukan penelitian dengan

mempertimbangkan masalah etika yang meliputi :

1. Prinsip manfaat

Yaitu penelitian yang akan dilaksanakan tidak mengakibatkan

penderitaan dan eksploitasi pada subjek dan peneliti secara hati-hati

mempertimbangkan resiko dan keuntu ngan yang akan berakibat pada

subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia

a. Subjek berhak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden atau

partisipan penelitian.

b. Subjek berhak mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan (righ to full disclosur).


c. Informed consent yaitu subjek akan mendapatkan informasi

secara lengkap tentang tujuan penelitian dan data yang diperoleh

hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan

a. Hak mendapatkan pengobatan yang adil (righ in fair treatment)

yaitu subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keiukut sertaanya dalam penelitian tanpa ada diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai

responden.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (tigh to privacy) meliputi anominity

yaitu data yang diberikan akan dirahasiakan dengan tanpa nama

dan confidentiality yaitu subjek akan dijamnin kerahasiannya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yaitu Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan

Anggota Karang Taruna Pada HIV/AIDS Di Kelurahan Kuripan RT 04/13 Kabupaten

Grobogan Pada Remaja Post pendidikan kesehatan. Hasil penelitian terdiri dari karakteristik

responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan responden, analisa

univariat dan analisa bivariat.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Lingkungan Kuripan Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan. Secara geografis Lingkungan Kuripan memiliki luas sekitar 520. Lingkungan

kuripan pada sebelah utara berbatasan dengan Desa Menduran, sebelah selatan

berbatasan dengan Ngembak, sebelah timur berbatasan dengan Desa Putat, sebelah barat

berbatasan dengan Kelurahan Kuripan.

Kelurahan kuripan terdiri ada 9 lingkungan yaitu kuripan Timur, Kuripan

Barat,Nglejok, Ngurangan, Porong, Majenang,Pelendungan, Gading, Ayodya. Secara

keseluruhan penduduk Kelurahan Kuripan merupakan Warga Negara Indonesia (WNI).

Sampai dengan tahun 2019 jumlah penduduk di Kelurahan Kuripan adalah 21.541 jiwa,

terdiri dari penduduk laki-laki 10.702 jiwa dan penduduk perempuan 10.839 jiwa.

Ketinggian Tanah 41 Meter Dari permukaan Laut.

B. Karakteristik Responden
50
Responden dalam penelitian ini adalah remaja umur 17-25 tahun post pendidikan

kesehatan di Kelurahan Kuripan, responden dalam penelitian ini berjumlah 50 responden.

Data yang diperoleh berasal dari jawaban tiap-tiap soal pada lembar kuesioner yang berisi
tentang tingkat pengetahuan HIV/AIDS . Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan yang telah di buat tabulasi

responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan responden sebagai

berikut :

1. Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden


Umur (Tahun)
Frekuensi (n) Presentase (%)
17 4 8.0
18 4 8.0
19 6 12.0
20 9 18.0
21 7 14.0
22 7 14.0
23 3 6.0
24 5 10.0
25 5 10.0
Total 50 100.0
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur paling banyak pada

pengetahuan lembar pendidikan kesehatan adalah umur 20 tahun berjumlah 9 orang

(18.0%).

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin
Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki-Laki 18 36.0
Perempuan 32 64.0
Total 50 100.0
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak

pengetahuan lembar pendidikan kesehatan berjenis kelamin perempuan yaitu 32 orang

(64.0%).

3. Pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Terakhir
Frekuensi (n) Presentase (%)
SMP 4 8.0
SMA 30 60.0
KULIAH 16 32.0
Total 50 100.0

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan lembar pendidikan

kesehatan didominasi oleh SMA berjumlah 30 orang (60.0%).

4. Pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden

Pekerjaan
Frekuensi (n) Presentase (%)
Pelajar 37 74.0
Wiraswasta 6 12.0
Buruh 7 14.0
Total 50 100.0

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan paling banyak pada

responden pelajar yaitu 37 responden (74.0%). dan pada pekerjaan yang terendah

adalah wiraswasta yaitu 6 responden (12.0%)

C. Hasil Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang

diteliti dalam bentuk distribusi frekuensi.

1. Pengetahuan responden kelompok lembar pendidikan kesehatan sebelum diberikan

pendidikan kesehatan dengan media lembar pendidikan kesehatan.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuansi Nilai Pre Test Pendidikan Kesehatan


Variabel pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 10 20.0
Cukup 25 50.0
Kurang 15 30.0
Total 50 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat 50 responden pengetahuan lembar pendidikan

kesehatan sebelum diberikan perlakuan dengan nilai tertinggi adalah pada katagori

“Cukup” yaitu 25 orang (50.0%).


2. Pengetahuan responden kelompok lembar pendidikan kesehatan setelah diberikan

pendidikan kesehatan dengan media lembar Pendidikan Kesehatan.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuansi Nilai Post Test Lembar Pendidikan Kesehatan
Variabel pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 30 60.0
Cukup 18 36.0
Kurang 2 4.0
Total 50 100.0
Berdasarkan tabel 4.6 terdapat 50 responden pengetahuan lembar setelah

diberikan perlakuan dengan nilai tertinggi adalah pada katagori “Baik” yaitu 30 orang

(60.0%).
D. Analisa Bivariat

1. Uji Wicoxon

BGTabel 4.7 Uji Wilcoxon


Kelompok Variabel Z Sig. (2-tailed)

Pendidikan Pengetahuan -6.192 0.000


kesehatan tentang
HIV dengan leaflet

Berdasarkan tabel 4.7 uji wilcoxon diperoleh hasil sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai Z (-6.192). pada nilai Asym Sig. (2-tailed)

didapatkan hasil 0,000<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa “hipotesis diterima”.

Artinya ada perbedaan antara pendidikan kesehatan dengan lembar leaflet pada pretest

dan posttest, sehingga dapat disimpulkan pula jika ada pengaruh dari penggunaan

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang tingkat pengetahuan HIV/AIDS

pada remaja post pengetahuan di Kelurahan Kuripan RT 03/14 Kabupaten Grobogan.


BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang sudah dilaksanakan serta

membahas dengan literatur yang terkait yang ada dan hasil penelitian serupa yang pernah

dilakukan.

A. Karakteristik Responden

1. Umur

Pada penelitian ini terdapat 50 responden, umur responden dengan perlakuan

pendidikan kesehatan. Untuk umur 17 tahun berjumlah 4 orang (8.0%), umur 18 tahun

berjumlah (8.0%) dan 19 tahun berjumlah 6 orang (12.0%), umur 20 tahun berjumlah 9

(18.0%),21 tahun berjumlah 7 orang (14.0%), umur 22 tahun berjumlah 7 orang

(14.0%,) dan 23 tahun berjumlah 3 orang (6.0%), 24 tahun berjumlah 5 orang (10.0%),

25 tahun berjumlah 5 orang (10.0%)

Responden pada penelitian ini masih dalam katagori usia remaja dan memiliki

rasa ingin tahu akan pengetahuan dan informasi, masa remaja adalah masa dimana rasa

ingin tahu akan sesuatu hal sangat kuat. Semakin matangnya usia membuat mereka

dapat memiliki perilaku yang terbaik untuk mencapai tujuan yang baik. Menurut Laraia

(2006) umur mempengaruhi cara pandang individu dalam menyelesaikan masalah

kesehatan. Sedangkan menurut Azwar (2011) umur menentukan banyak sedikitnya

pengalaman seseorang, pengalaman pribadi dan juga pengaruh faktor emosional

merupakan faktor pembentuk sikap.

55 Rompas (2017) Pengaruh Penyuluhan Kesehatan


Menurut Penelitian Sefti

Tentang HIV-AIDS Terhadap Stigma Masyarakat Di Desa Watumea Kecamatan Eris


Kabupaten Minahasa. Menunjukan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi

kecenderungan untuk berperilaku positif.

2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini diketahui jenis kelamin responden pada pedidikan kesehatan

sebaliknya yang paling banyak adalah perempuan dengan 32 orang (64.0%) dan laki-

laki hanya 18 orang (36.0%).

Dikatahui pada penelitian ini jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan

laki-laki, banyaknya responden perempuan dikarenakan pengambilan sampel dengan

total sampling lembar leaflet sehingga jumlah perempuan dan laki-laki tidak seimbang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ketut Indra Purnama (2013) mengatakan

dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandinga Pengaruh Metode Pendidikan Sebaya

Dan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pengendalian HIV/AIDS”

pada mahasiswa secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan pengendalian

HIV/AIDS.

3. Pendidikan

Pada penelitian ini diketahui responden berjumlah 50 responden dan memiliki

pendidikan yang bervariasi, pada kelompok perlakuan pendidikan kesehatan semua

pendidikan yaitu SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Dengan didominasi oleh

responden yang pendidikan SMA sebanyak 30 responden.

Erfandi (2016) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang

lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

orang tersebut akan luas pengetahuannya.

Menurut Penelitian Sefti Rompas (2017) Pengaruh Penyuluhan Kesehatan

Tentang HIV-AIDS Terhadap Stigma Masyarakat Di Desa Watumea Kecamatan Eris

Kabupaten Minahasa. Menunjukan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin

tinggi kecenderungan untuk berperilaku positif.

4. Pekerjaan

Pada penelitian ini dikatahui pekerjaan responden pada perlakuan lembar baik

adalah Pelajar sebanyak 37 orang(74.0%), Buruh 7 orang (14.0%), Swasta 6 orang

(12.0%).

Pada penelitian ini diketahui pekerjaan responden didominasi oleh responden

yang belum bekerja dikarenakan memang sebagian besar responden memang masih di

kalangan pelajar, semua responden yang masih belajar mendapatkan informasi dan

pengetahuan HIV/AIDS di lingkungan sekolah serta melalui media massa seperti

smartphone. Sedangkan pada kelompok yang bekerja mendapatkan informasi dengan

bertukar pendapat sesama teman kerjanya, pada penelitian ini ada beberapa responden

yang telah bekerja antara lain seperti wiraswasta, pedagang dan buruh.

Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Herlambang (2011) bahwa

seseorang yang bekerja, sebagian besar waktu nya digunakan untuk bertukar pendapat

sesama teman bekerjanya, mereka mendapatkan informasi tentang penyakit demam

HIV/AIDS kebanyakan dari mulut ke mulut. Meskipun demikian ada sebagian dari

responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit HIV/AIDS.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andi Purwoto (2009)

menunjukan bahwa jumlah responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu


dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 40 siswa atau 24.0% dan tingkat

pengetahuan rendah 3 siswa 1,8%. Menunjukan semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin tinggi kecenderungan untuk berperilaku positif.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Pengetahuan Pendidikan Kesehatan Sebelum Diberikan Perlakuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden

sebelum diberikan pengetahuan pendidikan kesehatan berdasarkan pengetahuan

responden sebelum diberikan perlakuan yaitu 10 orang (20.0%) dengan kategori

baik, 25 orang dengan kategori cukup (50.0%), dan 15 orang dengan kategori kurang

(30.0%).

Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan, hasil tingkat pengetahuan

responden menunjukan pada kategori cukup, hal tersebut karena umumnya

responden mempunyai tingkat pendidikan menengah atas dan rata-rata responden

memang masih berstatus sebagai pelajar. Pengetahuan dan informasi didapatkan dari

lingkungan sekolah dan dari media online seperti google, facebook, twitter,

instagram, dll.

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor

yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh.

Pengetahuan baik atau kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber

informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas

kesehatan maupun media cetak dan elektronik. Responden yang memiliki tingkat

pengetahuan baik ternyata memang banyak pada umumnya responden yang

memiliki tingkat pengetahuan baik merasa takut akan penularan penyakit HIV,

sehingga responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih tanggap dan
rajin dalam melaksanakan hidup sehat . Jadi dapat dilihat bahwa semakin banyak

orang yang berpengetahuan tinggi tentang HIV/AIDS maka semakin banyak orang

yang yang akan melaksanakan hidup sehat dengan baik dan berkesinambungan.

Pengetahuan yang dimiliki oleh responden dalam melakukan hidup sehat

merupakan salah satu faktor yang dapat merubah perilaku responden itu sendiri.

Sebagian pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga dengan cara

mendengar dan melihat, sehingga seseorang akan memperoleh hal-hal baru yang

dapat meningkatkan pengetahuan. Untuk itu, perlu lebih menanamkan pengertian

dan kesadaran masyarakat tentang pentinggnya kegiatan hidup sehat dan mencegah

sejak dini penularanya melalui media penyampaian pesan yang mudah dimengerti

dan menarik lembar leaflet.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior), perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ketut Indra Purnama (2013)

mengatakan dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandinga Pengaruh Metode

Pendidikan Sebaya Dan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap

Pengendalian HIV/AIDS” membuktikan ada hubungan antara pengetahuan dengan

tindakan pencegahan HIV.

b. Pengetahuan Lembar penddikan kesehatan Setelah Diberikan Perlakuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan lembar

pendidikan kesehatan setelah diberikan perlakuan terdapat 30 orang responden


(60.0%) dengan katagori baik,18 orang responden dengan kategori cukup dan 2

orang (4.0%) dengan katagori kurang. Arikunto (2010) menjelaskan pengukuran

tingkat pengetahuan dapat dikatagorikan menjadi 3, yaitu : (1) pengetahuan baik bila

bila responden dapat menjawab 76 – 100 % dari semua pertanyaan yang diberikan,

(2) pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56 – 75 % dari semua

pertanyaan yang diberikan, (3) pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab

< 56 % dari sumua pertanyaan yang diberikan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan peningkatan pengetahuan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media lembar balik. Dari hasil

analisa univariat sebelum dan sesudah perlakuan, terjadi peningkatan pengetahuan

lembar balik, tetapi perubahan pengetahuan pada kelompok lembar balik terlihat

sangat mencolok dikarenakan penggunaan media lembar balik dengan ceramah.

Menurut Khoirun (2017) tentang kerucut pengalaman Edgar Gale dalam pemberian

informasi yang melibatkan pengindraan memiliki tingkat perbedaan dalam daya

ingat. Audiens yang melihat gambar dapat mengingat sebesar 30%, mendengarkan

dan melihat dapat mengingat sebesar 50%. Sedangkan untuk daya serap informasi

yang didapatkan melalui penglihatan sebesar 83% dan pendengaran sebesar 90% dan

daya serap informasi sebesar 80%. Sehingga seseorang yang menggunakan lebih

dari satu inderanya akan lebih mudah menyerap informasi yang disampaikan.

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bagian dari upaya promotif dan

preventif untuk mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada dan mencegah

timbulnya penyakit serta membantu mengatasi masalah kesehatan yang harus

diberikan secara berkesinambungan (Effendi, 1998). Pengetahuan kesehatan akan

berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact)

dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada


meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome)

pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2011).

Menurut Sitepu (2010) tingkat keberhasilan sebuah pendidikan kesehatan

dipengaruhi oleh metode yang tepat dan kemasan yang menarik dalam penyampaian

pesan tersebut, metode dan kemasan yang tepat membuat peserta menjadi tertarik

dan tidak merasa jenuh ketika mendapatkan materi pendidikan kesehatan. Dalam

memberikan pendidikan kesehatan diperlukan alat bantu pendidikan agar pesan yang

disampaikan dapat diberikan dan diterima dengan baik oleh sasaran. salah satu alat

pendidikan kesehatan yang dapat digunakan dengan mudah dengan lembar lealfet.

. Leaflet merupakan salah satu media komunikasi yang biasa digunakan

untuk berbagai macam proses komunikasi, seperti publikasi, sosialisasi, penyuluhan,

iklan, dan lain sebagainya. Leaflet dapat diartikan sebagai selebaran yang berisi

informasi mengenai suatu hal atau peristiwa tertentu untuk diketahui oleh umum.

Sebagai media komunikasi, leaflet lebih tahan lama dan dapat disimpan untuk dilihat

sewaktu-waktu. Menurut Bovee dan Arens (1986), leaflet mempunyai ukuran

standar 8.5 x 11 inchi. Leaflet atau dalam Bahasa Inggris disebut flyer (flier) pada

umumnya tercetak pada satu atau kedua sisinya (Adawiyah 2003).

Berdasarkan panduan Bimbingan Teknis Media Cetak dari Pusat Penyuluhan

Kelautan dan Perikanan (2013), leaflet dapat berupa lipatan maupun tidak terlipat.

Pada panduan ini juga dijelaskan bagian muka lembar leaflet berisikan judul tulisan

dan uraian tulisan pembuka materi informasi yang akan disampaikan. Pada bagian

lembar belakang leaflet berisikan muatan isi materi lanjutan dari lembar depan

leaflet. Isi materi informasi yang disampaikan melalui leaflet harus singkat jelas dan

padat berupa pokok – pokok uraian yang penting saja dengan menggunakan kalimat

yang sederhana. Pembuatan leaflet sangat dianjurkan dilengkapi dengan pemberian


gambar sederhana dan terfokus yang akan memperjelas materi tulisan untuk menarik

minat sasaran pembaca leaflet. Saefudin dan Setiawan (2006) menjelaskan bahwa

umumnya leaflet dikeluarkan oleh penerbitnya dengan tujuan untuk memberitahukan

atau menginformasikan tentang sesuatu peristiwa atau kegiatan terkini kepada

masyarakat luas. Namun terdapat beberapa jenis leaflet yang dilihat dari segi fungsi

media komunikasi secara umum, yaitu:

1. Leaflet yang berfungsi informatif, yaitu leaflet yang dibuat dengan maksud untuk

memberitahukan atau menginformasikan sesuatu peristiwa atau kegiatan tertentu

dari lembaga yang menerbitkannya itu. Secara fisik tidak bisa dibedakan dalam

hal isi yang disampaikannya, kecuali tentu saja jika yang dilihatnya adalah

masalah kualitas kertasnya dan teknik penyajiannya serta kedalaman isinya.

2. Leaflet yang berfungsi edukatif, yaitu leaflet yang di samping sudah mengandung

sifat informatif, namun di dalamnya terkandung juga aspek edukatif. Isinya

disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur-unsur pendidikan di

dalamnya. Jenis leaflet ini banyak dibuat di perpustakaan dan lembaga-lembaga

penelitian lainnya. Contohnya antara lain dalam bentuk bulletin, selipat.

3. Leaflet yang berfungsi rekreatif, leaflet jenis ini bersifat menghibur pembacanya,

atau setidaknya berisi tentang informasi mengenai aspek hiburan atau

entertainment. Banyak kita jumpai misalnya dalam arena pameran atau hiburan-

hiburan massal.

4. Leaflet yang berfungsi persuasif, leaflet jenis ini biasanya dibuat oleh kalangan

yang mempunyai tujuan-tujuan atau kepentingan tertentu, baik kepentingan yang

bersifat bisnis, sosial, ataupun agama. Misi akhir dari jenis leaflet ini adalah agar

para pembacanya terpengaruh oleh ajakan sesuai dengan yang disajikan dalam

leaflet.
5. Leaflet yang berfungsi promosi atau iklan, leaflet jenis ini yang terbanyak kita

jumpai. Sebenarnya fungsi-fungsi umum seperti sudah disebutkan di atas tetap

ada, namun untuk yang satu ini sudah lebih mengarah kepada unsur-unsur bisnis

dan bertujuan komersial. Bentuknya antara lain adalah iklan suatu produk tertentu

dari perusahaan tertentu. Penelitian ini dibatasi pada jenis leaflet edukatif, yang

juga di dalamnya berisi pesan informatif. Isinya disusun sedemikian rupa

sehingga memenuhi unsur-unsur pembelajaran (perubahan perilaku). Maka pada

media leaflet perlu penyajian pesan yang sesuai dengan keadaan ukurannya dan

sasaran yang dituju (Firda 2013). Penyajian pesan yang baik dapat dilihat dari

efek yang terjadi pada masyarakat yang dituju setelah membaca pesan. Menurut

Effendy (2002), terdapat tiga efek yang dapat dilihat, yaitu:

1. Efek kognitif, yang bersangkutan dengan penalaran, audiences memahami

pesan yang merangsangnya melalui leaflet yang dibacanya.

2. Efek afektif, audiences merasa tersentuh hatinya oleh pesan tersebut, seperti

perasaan bangga, kagum, penasaran, ataupun takut.

3. Efek konatif, yaitu dampak yang timbul pada audiences dalam bentuk perilaku,

kegiatan, tindakan, dan sebagainya. Lebih jauh lagi Effendy (2002)

memaparkan beberapa faktor yang dapat menentukan komunikatif atau

tidaknya sebuah media cetak visual, yaitu:

1. Bentuk. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, leaflet memiliki

beberapa macam bentuk ada yang terlipat maupun tidak. Bahkan terdapat

juga poster yang tidak berbentuk persegi panjang, melainkan bulat atau

mengikuti suatu bentuk objek tertentu. Faktor bentuk ini juga harus

memperhatikan kemudahan pembaca dalam memegang dan membaca

leaflet tersebut.
2. Warna. Warna merupakan faktor yang sangat penting bagi leaflet, karena

menjadi pemikat perhatian khalayak. Warna yang mencolok dan enak

dilihat akan lebih menarik dibanding dengan yang polos dan tidak

berwarna. Namun dalam pemilihan warna pada leaflet perlu

memperhatikan tema dan isu apa yang dibahas agar sesuai dengan isi

pesan.

3. Ilustrasi (gambar). Ilustrasi dan gambar memiliki keunggulan yaitu dapat

mendeskripsikan suatu hal yang sulit dijelaskan, atau sesuatu yang akan

panjang jika dijelaskan. Adanya gambar ataupun ilustrasi di dalam leaflet

akan membantu pembaca memahami isi pesan yang disampaikan, selain

itu juga akan membuat pesan semakin jelas tanpa penjelasan yang

berteletele. Di samping sebagai penunjang pemahaman, gambar jga

biasanya digunakan untuk mempercantik leaflet.

4. Bahasa. Bahasa maksudnya adalah kalimat yang efektif, jelas, serta

menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang

digunakan juga harus bahasa umum yang dimengerti oleh seluruh lapisan

masyarakat.

5. Huruf. Bentuk, jenis, warna, dan ukuran huruf juga menjadi faktor yang

penting. Huruf harus bisa terbaca dari jarak pandang baca yang normal

(30 cm dari mata), berarti harus menggunakan ukuran yang sesuai dan

tidak terlalu kecil. Jenis dan bentuk huruf juga perlu diperhatikan, karena

berhubungan dengan kemudahan dan kenyamanan membaca. Selain itu

warna huruf harus kontras dengan warna latar agar kalimat dapat terbaca

dengan jelas.
Penggunaan alat bantu lihat (visual aids) sangat membatu peneliti

dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang demam berdarah dengue,

selain memudahkan fasilitator dalam menyampaikan pesan / informasi kepada

responden tetapi juga memudahkan responden dalam menangkap pesan yang

ingin disampaikan oleh peneliti. Responden yang diberikan pendidikan

kesehatan dengan alat bantu (visual aids) cenderung memberikan timbal balik

yang positif dengan cara mendengarkan secara seksama apa yang disampaikan

oleh peneliti.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Putri Sari

(2017) yang berjudul ”pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media visual

aids terhadap sikap tentang (PHBS) di pondok pesantren anak-anak

falahusyabab islamic boarding school yogyakarta” didapatkan hasil bahwa

penggunaan alat bantu lihat (visual aids) efektif terhadap sikap (PHBS) di

pondok pesantren anak-anak falahusyabab islamic boarding school.

2. Analisa Bivariat

a. Uji Wilcoxon

Berdasarkan tabel 4.7 uji wilcoxon diperoleh hasil pada perlakuan pendidikan

kesehatan menggunakan pendidikan kesehatan nilai negative ranks adalah 0, ini

berarti tidak ada penurunan nilai pada pengetahuan pendidikan kesehata. Pada nilai

positive ranks adalah 50, ini artinya pada pendidikan kesehatan mengalami

peningkatan pengetahuan dari nilai pretest ke nilai posttest dengan rata-rata

kenaikan 25.50. Sedangkan jumlah rangking positif atau sum of ranks sebesar

1275.00. Nilai sama atau Ties adalah 0, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada

nilai yang sama antara pretest dan posttest perlakuan pendidikan kesehatan. Dari

hasil tes statistik diketahui asymp.sig. (2-tailed) nilai 0.001. karena nilai 0.001<0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa “hipotesis diterima”. Artinya ada perbedaan antara

pendidikan kesehatan pretest dan posttest, sehingga dapat disimpulkan pula jika ada

pengaruh dari pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang HIV/AIDS pada

remaja post karang taruna Krida Bakti RT 04/13 di Kelurahan Kuripan. Adanya

pengaruh pendidikan kesehatan pada penelitian ini dikarenakan alat bantu lihat

(visual aids) memang sangat tepat untuk menyampaikan pesan secara sederhana dan

jelas. Responden dari usia anak-anak sampai dewasa pun akan mudah menangkap

pesan yang disampaikan, dengan demikian pengetahuan tentang HIV/AIDS akan

meningkat dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan

kesehatan terbukti meningkatkan pengetahuan responden tentang HIV/AIDS.

Pengetahuan dan sikap yang ada pada seseorang dapat diterima melalui

indera. Salah satu indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam

otak adalah mata, kurang lebih 75-85% dari pengetahuan dan sikap manusia

diperoleh dari mata, sedangkan 13-25% lainnya tersebar melalui indera lainnya.

Penggunaan media visual ternyata memberikan pengaruh lebih besar ke otak. Visual

aids dapat membantu menstimulasikan indera mata pada waktu terjadinya proses

pendidikan (Fitriani, 2011).

Hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Siti Arifah (2010)

tentang ”pengaruh pendidikan kesehatan dengan modul dan media visual terhadap

peningkatan pengetahuan dan sikap wanita dalam menghadapi menopause” jika

terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan pada pendidikan kesehatan dengan

modul dan media visual.

C. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini tidak sepenuhnya memenuhi kriteria dan prosedur penelitian

yang sempurna. Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini adalah :


1. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan anggota karang taruna dan

dilakukan 2 minggu, lamanya penelitian dikarenakan mengumpulkan responden satu

dengan responden lainnya dengan waktu bersamaan sehingga peneliti membutuhkan

banyak waktu dan tenaga yang ekstra untuk melakukan penelitian.

2. Pengunaan instrument dengan kuesioner memungkinkan responden kurang memahami

maksud dari pertanyaan dengan jelas dan responden tidak jujur dalam menjawab

pertanyaan. Namun, kekurangan tersebut dapat diminimalisir dengan peneliti

mendampingi dan melakukan pengawasan terhadap responden dalam menjawab setiap

pertanyaan yang ada pada kuesioner dan memberikan penjelasan jika responden kurang

paham maksud dari pertanyaan kuesioner.

3. Keterbatasan waktu dapat peneliti rasakan mulai dari pelaksanaan penelitian,

pengolahan data sampai dengan penyusunan skripsi, sehingga dimungkinkan

mempengaruhi hasil penelitian. Jika penelitian dilakukan dalam waktu yang lama tentu

akan memperoleh hasil yang lebih baik.


BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat pengetahuan Anggota Karang Taruna pada

HIV/AIDS di RT 04/13 Kelurahan Kuripan Kabupaten Grobogan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan Uji Wilcoxon responden pada pengetahuan sebelum diberikan pendidikan

kesehatan dengan adalah 10 orang (20.0%) dengan katagori baik, 25 orang (50.0%)

dengan katagori cukup, dan 15 orang (30.0%) dengan katagori kurang. Setelah

diberikan perlakuan didapatkan hasil 30 orang (60.0%) dengan katagori baik, 18 orang

(36.0%) dengan katagori cukup,dan 2 orang (4.0%) dengan kategori kurang. katakan

ada perbedaan dari hasil post test pendidikan kesehatan, sehingga dapat disimpulkan

ada pengaruh dari penggunaan pendidikan kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dan mengingat keterbatasan peneliti dalam

melakukan penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran :

1. Bagi Instansi Universitas An Nuur Purwodadi

Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi kepustakaan sehingga

dapat memberikan informasi serta bahan bagi peneliti selanjutnya.

71
2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan informasi bagi peneliti dalam penelitian serta

mengimplementasikan berbagai teori dan konsep yang didapat dibangku kuliah dalam

bentuk penelitian ilmiah.

3. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat lebih waspada akan

bahaya penyakit HIV/AIDS dan lebih menjaga diri dengan hidup sehat agar penyebaran

HIV/AIDS berkurang.
Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta..

Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Bachrun, E. (2017). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat


antiretroviral pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Elektronik, 7(1), 57-61.

Budiarto. (2012). Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.

Darmawan. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; (2014).

Dwi Retno.S. (2018). Harga Diri Orang Dengan Hiv/Aids Di Yayasan Sadar Hati Malang
The Relationship Of Family Support With Self-Esteem Level In People Living With
HIV/AIDS (Plwha) In Sadar Hati Foundation Malang.

Effendi, M. I. (2002). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nustama. Yogyakarta.

Kemenkes. (2011). Pedoman nasional tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi
antiretroviral. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2012). Buku pedoman penghapusan Stigma & deskriminasi bagi pengelola
program petugas layanan kesehatan dan kader. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung.

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Maluku, (2012). Pengantar Penanggulangan HIV &
AIDS Provinsi Maluku. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Maluku, Ambon.

Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu.

Natasya. (2017). Fenomena prostitusi online di Jakarta Selatan. Jurnal Kesehatan


Masyarakat, 5(1), 519-520.
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo,S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pariani. (2010) . Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Sastroasmoro. (2010). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ketiga. In: Pemilihan
Subyek Penelitian dan Desain Penelitian. Jakarta: Sagung Seto, 78-100.

Sefti Rompas D. (2017) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan


dan Sikap Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual di SMK Fajar Bolaang
Mongondow Timur.

Setiawan. (2006), Pengantar Statistika, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sekretaris Komisi Penangulangan AIDS (KPA) Grobogan Rahayu Ismarwini. (2016). Kasus
HIV/AIDS di Grobogan Menempati Peringkat Ketiga se-Jateng.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.

Surjaweni.(2017). SPSS untuk penelitian yogyakarta pustaka baru press

Suryono. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta

Superkertia, G., Astuti, E. W., & Lestari, M. (2016). Hubungan antara tingkat spiritualitas
dengan tingkat kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS di Yayasan Spirit Paramacita
Denpasar. Jurnal Keperawatan, 1, 49.

Widyanto, F.C. (2014). Keperawatan kominitas dengan pendekatan praktis. Nuha Medika
Yogyakarta.

WHO. (2014). Human Immunodeficiency Virus HIV/AIDS. [ cited 2014 Nov 8 ]. Available from:
http://www.who.int/features/qa/71/en/ Zahroh. (2014). Stigma Masyarakat terhadap Orang
dengan HIV/AIDS.
LAMPIRAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Lingkungan Kuripan RW.13

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yunita Dianasari Siregar


NIM : 15.02.10.75
Alamat : Kuripan RT 04/RW 13.

Adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES AN Nur Purwodadi


yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Anggota Karang Taruna Pada HIV/AIDS di
Kelurahan Kuripan Kabupaten Grobogan ”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang
merugikan bagi Bpk/Ibu/Sdr sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan
akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas perhatiaan dan
kesediaan untuk menandatangani persetujuan untuk menjadi responden, saya ucapkan terima
kasih.

Purwodadi, September 2019

Penulis

Yunita Dianasari Siregar


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

No.Responden :

Usia :

Alamat :

Dengan ini menyatakan sesungguhnya saya telah mendapatkan penjelasan mengenai

maksud pengumpulan data untuk penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Terhadap Tingkat Pengetahuan Anggota Karang Taruna Pada HIV/AIDS di Kelurahan

Kuripan Kabupaten Grobogan”. Untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi

responden penelitian tersebut.

Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa

paksaan.

Purwodadi, September 2019

Responden

.....................................
KUISIONER PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS TERHADAP


TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA KARANG TARUNA DI KABUPATEN
GROBOGAN
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama
2. Berikan cek list (√) pada setiap kolom (benar/salah) disetiap pernyataan.

No. Responden : ............(Diisi oleh peneliti)


Jawaban Skor
No Pernyataan Benar Salah
1 AIDS singkatan dari (Acquried Immuno Deficiency
Sindrom
2 HIV singkatan dari Human Immunodeciency Virus
3 AIDS merupakan stadium akhir pada serangkaian
abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal
sebagai spektrum infeksi HIV
4 HIV/AIDS merupakan penyakit kelamin yang belum
ditemukan obatnya.
6 Virus HIV menyerang sel-sel darah putih sehingga daya
tahan tubuh menjadi menurun
7 HIV ditularkan selama kontak seksual
8 HIV ditularkan pada transfusi darah yang
terkontaminasi dan pemakaian bersama jarum suntik.
9 HIV dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya selama
masa kehamilan.
10 Resiko terinfeksi HIV/AIDS bertambah dengan
bertambahnya jumlah pertemuan seksual dengan
pasangan yang berbeda-beda/banyak
11 Waktu dari saat paparan virus HIV sampai tanda-tanda
dan gejala HIV/AIDS muncul sangat cepat atau kurang
1 tahun.
12 Gejala non spesifik dari penyakit AIDS yang
berlangsung lebih dari 3 bulan adalah flu,demam, berat
badan turun.
13 Berkereingat di malam hari tanpa sebab bukan
merupakan tanda infeksi HIV.
14 Diare kronis tanpa tanpa sebab yang jelas lebih lebih
dari 1 bulan merupakan tanda infeksi HIV.
15 Rasa lelah berkepanjangan dan bercak-bercak putih
pada lidah juga merupakan tanda infeksi HIV.
16 Hindari perzinaan/seks bebas dapat mencegah penularan
HIV/AIDS .
17 Menggunakan kondom untuk seks bebas dapat 100 %
mencegah HIV/AIDS.
18 Pengunaan jarum suntik baru dan steril dapat mencegah.
19 Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh
merupakan cara terbaik baik penderita HIV/AIDS
20 Olahraga teratur, gizi seimbang dan menghindari seks
bebas cukup ampuh untuk memperbaiki kualitas hidup
orang dengan HIV/AIDS.
Total Skor
LEMBAR DAFTAR HADIR RESPONDEN

1. No. Responden :....

2. Jenis kelamin :....Perempuan . .....Laki-laki.

3. Umur : tahun

4. Pendidikan terakhir : SD SMP SM

5. Pekerjaan : Petani

Ibu Rumah Tangga

Wiraswasta

Pegawai
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid
20 100.0

a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.899 20
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

pertanyaan 1 14.45 25.629 .364 .899

pertanyaan 2 14.25 24.829 .742 .889

pertanyaan 3 14.25 25.250 .622 .892

pertanyaan 4 14.40 24.779 .571 .893

pertanyaan 5 14.50 25.000 .482 .896

pertanyaan 6 14.50 24.789 .526 .894

pertanyaan 7 14.50 24.789 .526 .894

pertanyaan 8 14.40 25.516 .408 .897

pertanyaan 9 14.25 26.197 .358 .898

pertanyaan 10 14.45 24.261 .531 .895

pertanyaan 11 14.35 25.292 .489 .895

pertanyaan 12 14.50 25.211 .438 .897

pertanyaan 13 14.25 25.987 .416 .897

pertanyaan 14 14.30 25.379 .514 .894

pertanyaan 15 14.25 24.829 .742 .889

pertanyaan 16 14.35 24.766 .613 .892

pertanyaan 17 14.25 24.829 .742 .889

pertanyaan 18 14.15 24.029 .553 .894

pertanyaan 19 14.15 26.345 .557 .896

pertanyaan 20 14.40 24.463 .643 .891


Karekteristik Responden
Statistics
Jeniskelamin umur pendidikan pekerjaan

N Valid 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0

Mean 20.98

Median 21.00

Sum 1049

Jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 18 36.0 36.0 36.0

perempuan 32 64.0 64.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Umur
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent

Valid 17 4 8.0 8.0 8.0

18 4 8.0 8.0 16.0

19 6 12.0 12.0 28.0

20 9 18.0 18.0 46.0

21 7 14.0 14.0 60.0

22 7 14.0 14.0 74.0

23 3 6.0 6.0 80.0

24 5 10.0 10.0 90.0

25 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KULIAH 16 32.0 32.0 32.0

SMA 30 60.0 60.0 92.0

SMP 4 8.0 8.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BURUH
7 14.0 14.0 14.0

PELAJAR 37 74.0 74.0 88.0

SWASTA 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Analisa Univariat

Statistics

PRETEST1 POSTEST1

N Valid 50 50

Missing 0 0

Mean 2.10 1.44

Std. Error of Mean .100 .082

Median 2.00 1.00

Mode 2 1

Std. Deviation .707 .577

Variance .500 .333

Range 2 2

Minimum 1 1

Maximum 3 3
Statistics

PRETEST1 POSTEST1

N Valid 50 50

Missing 0 0

Mean 2.10 1.44

Std. Error of Mean .100 .082

Median 2.00 1.00

Mode 2 1

Std. Deviation .707 .577

Variance .500 .333

Range 2 2

Minimum 1 1

Maximum 3 3

Sum 105 72

PRETEST1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 10 20.0 20.0 20.0

CUKUP 25 50.0 50.0 70.0

KURANG 15 30.0 30.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

POSTEST1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 30 60.0 60.0 60.0

CUKUP 18 36.0 36.0 96.0

KURANG 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Analisa Bivariat
Uji Wilcoxon
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
posttest - pretest Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 50 25.50 1275.00
c
Ties 0

Total 50

a. posttest < pretest

b. posttest > pretest

c. posttest = pretest

b
Test Statistics

posttest - pretest
a
Z -6.192

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Anda mungkin juga menyukai