Anda di halaman 1dari 66

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA

KOMUNITAS WARIA KEWABATARA (KERUMUNAN


WARIA BULUKUMBA UTARA) KABUPATEN
BULUKUMBA TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH:
ARMAND
NIM A.18.10.013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA
KOMUNITAS WARIA KEWABATARA (KERUMUNAN
WARIA BULUKUMBA UTARA) KABUPATEN
BULUKUMBA TAHUN 2022

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi S1 Keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba

SKRIPSI

OLEH:
ARMAND
NIM A.18.10.013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

i
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Komunitas Waria Kewabatara

(Kerumunan Waria Bulukumba Utara) Kabupaten Bulukumba Tahun 2022

Disusun Oleh:
ARMAND

NIM A.18.10.013
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji
Pada Tanggal,
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
MENYETUJUI

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. A. Suswani, S.Kep, Ns, M.Kep Ns. Safruddin, S.Kep, M.Kep


NIDN NIDN

Mengetahui Menyetujui

Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba, Ketua Prodi Keperawatan,

ii
Dr. Muriyati, S.Kep, M.Kes Ns. Haerani, S.Kep, M.Kep NIP
19770926 200212 2 007 NIP 19840330 201001 2 023

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Gambaran Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Komunitas Waria Kewabatara

(Kerumunan Waria Bulukumba Utara) Kabupaten Bulukumba TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun Oleh:
ARMAND
NIM A.18.10.013

Skripsi Ini Telah Disetujui

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. A. Suswani, S.Kep, Ns, M.Kep Ns. Safruddin, S.Kep, M.Kep


NIDN NIDN

Penguji Satu, Penguji Dua,

Ns. Edison Siringoringo, S.Kep, M.Kep Ns. Haryanti Haris, S.Kep, M.Kep
NIDN NIDN

iv
v
SURAT PERNYATAAN

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin Segal puji dan syukur senantiasa kita panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, semoga

kita senantiasa selalu berada dalam lindungannya. Teriring salam dan salawat kepada

junjungan kita Rasulullah SAW dan keluarga yang dicintainya beserta sahabat-

sahabatnya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan segala kesederhanaanya.

Skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada

Komunitas Waria Kewabatara (Kerumunan Waria Bulukumba Utara) Kabupaten

Bulukumba” ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes

Panrita Husada Bulukumba.

Bersama dengan ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. H. Muh Idris Aman, S.Sos selaku Ketua Yayasan Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

2. Dr. Muriyati S.Kep, M.Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba yang

telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

3. Dr. A. Suswani, SKM, M.Kes selaku pembantu Ketua I yang telah membantu

merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

vii
4. Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan yang

telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

5. Dr. A. Suswani, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.

6. Safruddin, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang telah

bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.

7. Edison Siringoringo, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji 1 yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji hasil penyusunan skripsi.

8. Haryanti Haris, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji 2 yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji hasil penyusunan skripsi.

9. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal

keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses

perkuliahan.

10. Khususnya kepada Ayah saya, Ibu saya, dan Kakak saya atas seluruh bantuan dan

dorongan yang selalu diberikan baik secara moral, material maupun spiritual

kepada penulis dalam menuntut ilmu.

11. Teman-teman Prodi S1 Keperawatan Angkatan 2018 dan orang-orang spesial

bagi saya, yang memberikan dukungan serta bantuan hingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

viii
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis

selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermamfaat bagi para

pembaca dan bagi semua pihak.

Akhir kata hanya kepada Allah SWT, penulis memohon semoga berkah dan

rahmat serta melimpah kebaikan-Nya senantiasa tercurahkan kepada semua pihak

yang telah membantu dan memberikan dukungannya hingga terselesaikannya skripsi

ini.

Bulukumba, 27 September 2022

Penulis

ix
ABSTRAK

Gambaran Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Komunitas Waria Kewabatara (Kerumunan Waria
Bulukumba Utara) Kabupaten Bulukumba Armand1, A. Suswani2, Safruddin3

Latar Belakang : Salah satu penyakit yang masih menjadi fokus perhatian berbagai negara dan
organisasi Kesehatan duni adalah HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
merupakan penyakit infeksi yang diderita oleh seseorang karena orang tersebut tertular satu jenis virus
yang termasuk golongan retrovirus yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai virus
penyebabnya. Sejak HIV/AIDS teridentifikasi pada tahun 1981 di Amerika Serikat, yang dikenal
sebagai Gay Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan
dengan kaum gay, HIV/AIDS telah menjadi pandemi dan problem kesehatan utama di dunia hingga
saat ini. Berdasarkan data faktor risiko penularan HIV/AIDS baik global maupun nasional, waria
merupakan salah kelompok risiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS. Secara keseluruhan, 46% waria
belum pernah melakukan pemeriksaan HIV. Sekitar 15% waria telah terlibat dalam pekerjaan seks atau
pertukaran seks (bergantiganti pasangan) dan sekitar 2% bekerja dalam perdagangan seks.

Tujuan : Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap HIV/AIDS pada komunitas waria


KEWABATARA.

Metode : Penelitian ini menggunakan jenis desain penelitian kuantitatif dengan metode korelasional
menggunakan pendekatan cross sectional. 43 responden dengan dipilih sesuai kriteria dan
menggunakan media lembar kuisoner untuk proses pengambilan data.

Hasil Penelitian : memperlihatkan bahwa dari 42 responden yang termasuk dalam kategori
pengetahuan Baik sebanyak 22 orang (52.4%), Responden kategori cukup sebanyak 14 orang (33.3%),
dan responden dengan kategori kurang sebanyak 6 orang (14.3%). Jadi tingkat pengetahuan waria pada
Komunitas Waria Kewabatara (Kerumunan Waria Bulukumba Utara) tergolong baik yaitu sebanyak
22 orang (52.4%).

Kesimpulan dan Saran : Jadi tingkat pengetahuan waria pada Komunitas Waria Kewabatara
(Kerumunan Waria Bulukumba Utara) tergolong baik. Adapun saran dalam penelitian ini adalah
pentingnya penyebaran informasi untuk lebih meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat mengenai
HIV/AIDS terkhusukan juga buat Waria.

Kata Kunci: Waria, HIV/AIDS

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................6
D. Mamfaat Penelitian......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................8
A. Tinjauan Tentang HIV.................................................................................................8
1. Definisi.....................................................................................................................8
2. Etiologi HIV/AIDS..................................................................................................9
3. Penularan HIV/AIDS.............................................................................................10
4. Gejala Kelinis HIV/AIDS......................................................................................12
5. Faktor Resiko.........................................................................................................13
6. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................14
7. Pengobatan.............................................................................................................15
8. Penanggulangan dan Pencegahan HIV/AIDS.........................................................17
B. Tinjauan Tentang Waria.............................................................................................18
1. Defenisi Waria.......................................................................................................18
2. Faktor-faktor Pendukung Terjadinya Waria...........................................................19
C. Tinjauan Tentang Pengetahuan..................................................................................22
1. Defenisi..................................................................................................................22
2. Tahapan Pengetahuan.............................................................................................24
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...................................................25

xi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN.....................................27
A. Kerangka Konsep.......................................................................................................27
B. Variabel Penelitian.....................................................................................................27
C. Defenisi Konseptual...................................................................................................28
D. Defenisi Operasional..................................................................................................28
E. Hipotesis Penelitian....................................................................................................29
BAB I METODE PENELITIAN...........................................................................................30
A. Desain Penelitian........................................................................................................30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................................30
C. Populasi dan Sampel..................................................................................................31
D. Teknik Sampling........................................................................................................31
E. Instrument Penelitian.................................................................................................31
F. Alur Penelitian...........................................................................................................32
G. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................32
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data................................................................32
I. Etika Penelitian..........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................35

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan............................................................................................45
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian...........................................................................................46
Lampiran 3 Lembar dokumentasi...........................................................................................48

xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Saat ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan masyarakat

yang sangat kompleks dan menjadi beban ganda dalam pembiayaan

pembangunan bidang kesehatan. Salah satu penyakit yang masih menjadi fokus

perhatian berbagai negara dan organisasi Kesehatan duni adalah HIV/AIDS.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit infeksi yang

diderita oleh seseorang karena orang tersebut tertular satu jenis virus yang

termasuk golongan retrovirus yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV)

sebagai virus penyebabnya. Sejak HIV/AIDS teridentifikasi pada tahun 1981 di

Amerika Serikat, yang dikenal sebagai Gay Related Immune Deficiency (GRID),

yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay,

HIV/AIDS telah menjadi pandemi dan problem kesehatan utama di dunia hingga

saat ini (Yunita, 2018).

Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma,

cairan vagina dan air susu ibu. Infeksi tersebut akan menyebabkan penderita

mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi

berbagai macam penyakit lain (Kemenkes, 2014). Masa antara terinfeksi HIV

dengan timbulnya gejala penyakit (masa inkubasi) yaitu 6 bulan - 10 tahun. Rata-

rata 21 bulan pada anak-anak, dan 60 bulan untuk orang dewasa. Masa inkubasi

1
2

adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan

menunjuk-kan gejala AIDS. HIV/AIDS dapat ditularkan melalui be-berapa cara

penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis

homoseksual, penggunaan alat suntik (penasun) secara bergantian, transfusi

darah, dan penularan dari ibu ke anak (Maskuniawan, 2018).

Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV/AIDS di Indonesia terus

meningkat dari tahun ke tahun. Selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV

di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus.

Berdasarkan data WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di regional

Asia Pasifik. Untuk kasus AIDS tertinggi selama sebelas tahun terakhir pada

tahun 2013, yaitu 12.214 kasus.

Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia merupakan yang tercepat di Asia,

dari 5 kasus AIDS pada tahun 1987 menjadi 31.000 kasus AIDS dan

menunjukkan peningkatan rata-rata 50% per tahun. Kelompok terbesar penderita

HIV/AIDS adalah kelompok berusia produktif di antara 20 - 29 tahun yang

menyumbang sekitar 37,1% dari keseluruhan penderita HIV/AIDS. Sementara

prevalensi HIV menurut kelompok responden, sebesar 42,4% HIV/AIDS diderita

oleh penasun (pengguna narkoba suntik), Waria 23,2%, WPS (Wanita Penjaja

Seks) langsung 9,3%, Lelaki Seks Lelaki (LSL) 12,4%, WPS tidak langsung 3,1%

dan lain-lain 0,7%. (Kemkes, 2020).


3

Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah waria yang besar.

Estimasi jumlah waria di Indonesia pada 2011 adalah sekitar 38,000 orang dan

mengalami peningkatan hampir 30 persen bila dibandingkan dengan data yang

tersedia satu dekade yang lalu. Waria dapat ditemukan di seluruh wilayah di

Indonesia. Data Kementerian Sosial (Kemensos) tahun 2012 menyatakan waria

ditemukan di 31 provinsi kecuali Sulawesi Barat dan Jambi, dengan jumlah

terbanyak berada di Jawa Timur sebesar lebih dari 4000 orang. Jumlah waria di di

Sulawesi Selatan demikian pula di Kabupaten Bulukumba terbilang cukup

banyak. Perkiraan tersebut didasarkan atas informasi dari salah satu ketua

organisasis waria yang ada di Kabupaten Bulukumba (Kemkes, 2020).

Berdasarkan data faktor risiko penularan HIV/AIDS baik global maupun

nasional, waria merupakan salah kelompok risiko tinggi untuk tertular

HIV/AIDS. Secara keseluruhan, 46% waria belum pernah melakukan

pemeriksaan HIV. Sekitar 15% waria telah terlibat dalam pekerjaan seks atau

pertukaran seks (bergantiganti pasangan) dan sekitar 2% bekerja dalam

perdagangan seks. Empat puluh enam waria dilaporkan sebagai pengguna obat-

obatan terlarang dan melakukan anal seks tanpa menggunakan pelindung dengan

pasangan seks mereka. Waria juga melakukan transaksi seksual dengan banyak

pasangan seks atau berganti-ganti pasangan biasa juga disebut heteroseksual

(Arisdiani, 2015).
4

Bukti menunjukkan bahwa angka prevalensi waria dengan HIV meningkat

dikarenakan waria kurang memiliki pengetahuan faktor risiko HIV. Kurangnya

pengetahuan tersebut berhubungan dengan kurangnya akses ke perawatan

kesehatan di mana intervensi promosi kesehatan disediakan, kegagalan untuk

memahami risiko infeksi atau ketidakmampuan penyedia layanan Kesehatan

untuk memberikan pendidikan pencegahan HIV selama pertemuan perawatan

Kesehatan menggunakan budaya dan/atau bahasa yang sesuai dengan klien waria

(Arisdiani, 2015).

Hasil penelitian yang sama oleh Laksana dan Lestari (2010) mengenai risiko

penularan HIV pada homoseksual dan heter-oseksual. Laki-laki homoseksual

memiliki risiko tertular HIV/AIDS lebih besar daripada laki-laki heteroseksual,

khususnya melalui perilaku seksual berisiko, yaitu hubun-gan seks dengan lebih

dari satu pasangan dan seks anal. Berbagai teknik hubungan seksual yang

dilakukan kaum waria sangat rentan ter-hadap terjangkitnya penyakit kelamin

terutama sekali tehnik oral dan anal seks yang termasuk tingkat risiko pertama

penularan HIV melalui transmisi seksual yang berhubungan dengan semen dan

cairan vagina atau serviks.

Hal yang sama terjadi dengan cara oral seks, sebab mulut dan gusi merupakan

bagian tubuh yang paling mudah mengalami pendarahan, luka akibat abrasi atau

goresan. Karena itu setiap kontak langsung dengan darah atau cairan mani
5

penderita HIV/AIDS, bisa meningkatkan risiko terkena HIV/AIDS

(Maskuniawan, 2018).

Faktor risiko lain yang berperan adalah komunitas waria sebagian bekerja

sebagai PSK dengan berganti-ganti pasangan. Rendahnya pengetahuan tentang

penularan dan pencegahan, serta rentannya gaya hidup seksual waria terhadap

HIV/AIDS mengakibatkan prevalensi IMS dan HIV/AIDS masih cukup tinggi

dikalangan waria. Banyak waria tidak mendapat informasi yang memadai,

sehingga mereka kurang memiliki pengetahuan tentang penyakit HIV, cara

pencegahan, termasuk bagaimana mengetahui dirinya terkena virus HIV atau

tidak (Yunita, 2018).

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian untuk mengetahui Gambarang Tentang Pengetahuan

Komunitas Waria Terhadap HIV/AIDS khususnya waria yang tergabung dalam

organisasi KEWABATARA (Kerukunan Waria Bulukumba Utara).

B. Rumusan Masalah

HIV/AIDS masih menjadi permasalahan global hingga saat ini. Waria sebagai

salah satu populasi kunci merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap

penularan HIV/AIDS. Terdapat beberapa faktor yang menempatkan waria dalam

posisi ini, salah satunya adalah perilaku seksual berisiko. Hal ini terutama

dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat pengetahuan para waria tentang

HIV/AIDS. Uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar
6

bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian, sebagai

berikut. Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap HIV/AIDS

pada komunitas waria KEWABATARA?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap HIV/AIDS pada komunitas

waria KEWABATARA.

D. Mamfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangsih

pengetahuan bagi kalangan akademisi, tenaga kesehatan dan penentu

kebijakan tentang HIV/AIDS khususnya terkait tingkat pengetahuan terhadap

HIV/AIDS pada komunitas waria.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan

ke pemegang program HIV/AIDS dalam menyusun program penanggulangan

HIV/AIDS khususnya dalam upaya meningkatkan tingkat pengetahuan

komunitas waria terhadap HIV/AIDS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang HIV

B. Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired

Immunodeficiency Virus) merupakan tantangan baru yang dihadapi oleh

pasien dan sistem kesehatan global. Dimana, epidemi HIV dan AIDS masih

merupakan masalah utama masyarakat di negara-negara berkembang

(Haringi, et al, 2016). HIV/AIDS adalah virus yang menyebar dari satu orang

ke orang lainnya yang merusak sistem imun sampai tidak berfungsi sehingga

menjadi kumpulan gejala penyakit yang mematikan. Prevalensi kasus

HIV/AIDS terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang

menyebabkan angka kematian dan kesakitan juga meningkat. Khususnya

menyerang masa remaja. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan

gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petulangan akan

hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinterkasi dengan lawan jenis

sebagai bekal manusia untuk meniti kehidupan mereka kelak. Central Disease

Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa kejadian HIV terdapat pada

remaja usia 13-24 tahun meningkat 22% dari tahun 2010 (Haringi, et al,

2016). Dimana saat ini belum ditemukan obatnya. AIDS adalah suatu

7
8

penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah

serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit

yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu

yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari

segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi

melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar seminar, tentang betapa

menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Semua itu

menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari

kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah

kami sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai

generasi penerus bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut (Andi

Suswani M, 2019).

HIV adalah singkatan dari Humman Immunodeficiency Virus adalah

sejenis virus yang menyerang /menginfeksi sel darah putih yang

menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired

Immune Deficiency Syndrome adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala

penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS

adalah sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh

akibat kerusakan sistem imun yang disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat

menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena

berbagai penyakit infeksi (oportunistik) yang sering berakibat fatal. Pengidap


9

HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk

menurunkan jumlah virus HIV didalam tubuh agar tidak masuk kedalam

stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS memerlukan pengobatan ARV

untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai

komplikasinya.

C. Etiologi HIV/AIDS

Virus HIV ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuan Perancis

(Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita

gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy

Associated Virus (LAV). Seorang ilmuan Amerika Gallo (National Institute

of Health, USA 1984) menemukan virus HTL-III (Human T Lymphotropic

Virus) yang juga adalah penyebab AIDS.

Sekitar tahun 1985 ditemukan retrovirus yang berbeda dari HIV-1

pada penderita yang berasal dari Afrika Barat. Virus ini disebut LAV-2 yang

terbaru disebut sebagai HIV-2. Virus HIV-2 kurang virulen berbanding HIV-

1, tetapi sejumlah besar individu yang terinfeksi virus HIV-2 akan terinfeksi

oleh virus HIV-1.

HIV adalah virus sejenis retrovirus yang mampu mengkode enzim

khusus, reverse transcriptase, yang memungkinkan DNA ditranskripsikan dari

RNA. Sehingga HIV dapat mengadalkan gen mereka sendiri, sebagai DNA,

didalam sel inang (hospes) seperti limfosit helper CD4. DNA Virus
10

bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis

HIV.

Penggabungan gen virus HIV pada sel inang ini merupakan rintangan

berat untuk pengembangan antivirus terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV

dan kegagalan manusia (sebagai hospes) untuk mengeluarkan antibody

terhadap virus menyebabkan sulitnya pengembangan vaksinasi yang efektif

terhadap HIV.

D. Penularan HIV/AIDS

Pada awal perkembangan HIV dan AIDS di dunia, pola penularannya

terjadi pada kelompok homoseksual. Hal ini menimbulkan penilaian bahwa

AIDS adalah penyakit orang yang mempunyai perilaku seks menyimpang.

Hal tersebut tidak terjadi di Indonesia yaitu penularan HIV dan AIDS di

dominasi oleh hubungan seks heteroseksual bukan homoseksual seperti

stigma yang selama ini. HIV dan AIDS dapat mengenai siapa saja. Pada

awalnya kasus HIV sditemukan dikalangan sub populasi resiko tinggi,

misalnya: penjaja seks wanita dan pria, waria, laki-laki resiko tinggi. Dalam

perkembangannya ditemukan kasus-kasus HIV pada kelompok Ibu rumah

tangga yang tidak berperilaku resiko tinggi dan hanya berhubungan seksual

dengan suaminya. Pola ini terus berlanjut sampai sekarang dengan data

penularan melalui hubungan seks pada kelompok heteroseksual masih

mendominasi penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia.


11

Human Immunodeficiency Virus dapat ditemukan di darah dan cairan

tubuh manusia seperti semen dan cairan vagina. Virus ini tidak dapat hidup

lama di luar tubuh, maka untuk transmisi HIV perlu ada penukaran cairan

tubuh dari orang yang telah terinfeksi HIV. HIV dapat ditularkan melalui

beberapa cara, antara lain:

a. Hubungan seksual. Secara global, penularan virus HIV paling banyak

berlaku melalui heteroseksual.

b. Pengguna narkoba jarum suntik. Pengguna narkoba jarum suntik adalah

kelompok risiko tinggi untuk mendapat HIV. Berkongsi penggunaan

jarum suntik secara bergantian adalah cara yang efisien untuk transmisi

virus yang menular melalui darah seperti HIV dan Hepatitis C. Cara ini

akan meningkatkan risiko tiga kali lebih besar daripada transmisi HIB

melalui hubungan seksual.

c. Penularan dari ibu ke anak. Wanita hamil yang mempunyai HIV boleh

mentransmisi virus ini saat hamil, partus dan saat menyusui.

d. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan

virus HIV.

e. Infeksi di tempat kesehatan. Hospital dan klinik harus berhati -hati dalam

pencegahan penyebaran infeksi melalui darah


12

E. Gejala Kelinis HIV/AIDS

Orang yang sudah terinfeksi HIV biasanya sulit dibedakan dengan orang

yang sehat di masyarakat. Mereka masih dapat melakukan aktifitas, badan

terlihat sehat dan masih dapat bekerja dengan baik. Untuk sampai pada fase

AIDS seseorang yang telah terinfeksi HIV akan melewati beberapa fase,

yaitu:

a. Tahapan Primer

Seseorang positif terkena HIV namun belum menunjukkan gejala,

gejala hanya berupa gejala flu seperti pusing, agak demam, lemas dan

lain-lain sehingga sering terabaikan. Biasanya terjadi setelah 2-4 minggu

saat pertama kali virus masuk ke tubuh seseorang.

b. Tahapan Asimptomatik atau Tanpa Gejala 5-10 tahun

Seseorang sudah HIV positif akan tetapi belum menunjukkan gejala.

Jumlah CD4 dalam darah terus berkurang. Kadang-kadang disertai

keluhan pembengkakan kelenjar getah bening.

c. Tahapan Simptomatik atau bergejala HIV

Seseorang yang sudah terkena HIV mengalami gejala ringan namun

tidak mengancam seperti demam yang bertahan lebih dari 1 bulan, berat

badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare selama lebih dari 1

bulan, berkeringat di malam hari, batuk lebih dari 1 bulan, kelelahan

berkepanjangan. Kadang-kadang gejala dermatitis pada kulit, infeksi pada


13

mulut, lidah sering dilapisi lapisan putih, herpes dan lain-lain. Gejala akan

semakin parah seiring penurunan jumlah CD4.

d. Tahapan Akhir atau AIDS

Seseorang sudah menunjukkan gejala AIDS penuh, yaitu adanya

penyakit opotunistik, seperti infeksi paru (Pneumocystic jerovicii),

kandidiasis, Sarkoma Kaposi, tuberculosis, berat badan menurun drastis,

diare tanpa henti, toksoplasma pada otak, dan lain-lain. Sebagian besar

keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh

orang yang sehat, dapat diobati.

F. Faktor Resiko

Menurut Cotran dkk, terdapat 5 kelompok orang dewasa yang

mempunyai faktor risiko terinfeksi HIV:

a. Kelompok homoseksual dan biseksual.

b. Kelompok yang menggunakan narkoba secara intravena.

c. Kelompok haemophilics.

d. Kelompok yang menerima transfusi darah dan komponen darah.

e. Golongan yang mempunyai hubungan heteroseksual dengan empat

golongan di atas.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ditujukan kepada dua hal, yaitu keadaan terinfeksi HIV dan

AIDS. Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan dua metode:


14

a. Langsung: yaitu isolasi virus dari sampel, umumnya dilakukan dengan

mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi

antigen virus ialah Polymerase Chain Reaction (PCR).

b. Tidak langsung: dengan melihat respon zat anti bodi spesifik, misalnya

dengan enzyme immunoassays atau enzyme -linked immunosorbaent

assay (ELISAs), immunoflurescent assay (IFA), atau

radioimmunoprecipitation assay (RIPA) (Endang, 2012).

Untuk diagnosis HIV, yang lazim dipakai:

a. ELISA: sensitivitas tinggi, 98,1% - 100%. Biasanya memberikan hasil

positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Dahulu, hasil positif dikonfirmasi

dengan pemeriksaan Western blot. Tetapi sekarang menggunakan tes

berulang dengan tingkat spesifisitas.

b. PCR (Polymerase Chain reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk tes

HIV pada bayi, menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada

kelompok risiko tinggi, tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi

serokonversi, tes konfirmasi untuk HIV-2 (sebab ELISA sensitivitasnya

rendah untuk HIV-2).

Tiap Negara memiliki strategi tes HIV yang berbeda. Di Indonesia,

skrining dan surveilans menggunakan strategi tes yang sama. Tes ELISA dan

Western Blot telah digunakan pada waktu yang lalu, sekarang di Indonesia

menggunakan Dipstik, ELISA 1 dan ELISA 2 untuk skrining dan surveilans.


15

Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada pemeriksaan didasarkan pada

sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagensia.

H. Pengobatan

Pengobatan penderita dengan penyakit defisiensi imun umumnya

ditujukan untuk mengurangi kejadian dan dampak infeksi dengan menjauhi

subjek dengan penyakit menular, memantau dengan baik penderita

terhadap infeksi, menggunakan antiviral/ antibakteri yang benar, imunisasi

aktif atau pasif bila memungkinkan dan memperbaiki komponen sistem imun

dengan transfer pasif atau transplantasi. Pengobatan yang dilakukan bagi

penderita HIV/AIDS meliputi:

a. Pemberian Obat Anti-Virus

Obat yang digunakan untuk pengobatan HIV/AIDS ialah kombinasi

tiga obat antiretroviral yaitu: 1) Zidovudin (AZN) Dosis: 500-600 mg

sehari; 2) Lamivudin (3TC) Dosis: 150 mg sehari dua kali; 3) Neviropin

Dosis: 200 mg sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg sehari 2 kali.

Ada dua jenis obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi

HIV/AIDS. Analog nukleotide mencegah aktivitas reverse transcriptase

seperti Timidine-AZT, dideoksinosin dan dideoksisitidin yang dapat

mengurangi kadar RNA HIV dalam plasma.

b. Transfusi
16

Menurut Bratawidjaja (2008) transfusi diberikan dalam bentuk

neutrofil kepada subjek dengan defisiensi fagosit dan pemberian limfosit

autologus yang suda menjalani transfeksi dengan gen adenosin deaminase

(ADA) untuk mengobati Severe Combined Immunodeficiency.

c. Transplantasi

Transplantasi timu fetal atau stem cell dari sumsum tulang untuk

memperbaiki kompetensi imun.

d. Terapi Genetik

Terapi gen somatik menunjukkan harapan dalam terapi penyakit

genetik. Prosedur tersebut antara lain menyisipkan gen normal ke populasi

sel yang terkena penyakit. Hasil sementara menunjukkan bahwa limfosit T

perifer mempunyai kemampuan terbatas untuk berproliferasi. Untuk

pengobatan jangka panjang akan diperlukan penyisipan gen ke sel asal

sumsum tulang yang pleuripoten.

I. Penanggulangan dan Pencegahan HIV/AIDS

Salah satu cara untuk mengurangi penyakit HIV/AIDS adalah

melakukan pencegahan dengan cara melakukan penyuluhan dini terhadap

golongan yang berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV misalnya pada orang yang

memiliki banyak mitra seksual dan pada penggunaan jarum suntik Bersama.
17

WHO juga memainkan peranan dalam usaha menanggulangi infeksi

HIV/AIDS ini dengan berbagai cara. Beberapa langkah yang dianjurkan oleh

WHO adalah:

a. Pendidikan kesehatan reprodukasi untuk remaja

b. Program penyuluhan rakan sebaya (peer group) untuk kelompok sasaran

c. Program kerjasama dengan media cetak dan media elektronik

d. Pencegahan komprehensif untuk pengguna narkoba, narkotika, termasuk

program jarum suntik steril

e. Pendidikan agama

f. Program pelayanan infeksi menular seksual (IMS)

g. Program promosi kondom di lokasi pelacuran

h. Pelatihan keterampilan hidup

i. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling

j. Dukungan untuk anak jalanan dan mengetasan prostitusi anak

k. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan

dan dukungan

l. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.

J. Tinjauan Tentang Waria

1. Defenisi Waria

Pengertian waria (wanita-pria) atau dalam bahasa sehari-hari dikenal

sebagai “bencong” adalah istilah bagi laki-laki yang menyerupai perilaku


18

wanita. Secara istilah, waria adalah laki-laki yang berbusana dan bertingkah

laku sebagaimana layaknya wanita. Istilah ini awalnya muncul dari

masyarakat Jawa Timur pada tahun 1980-an. Secara fisiologis waria

sebenarnya adalah pria, namun pria (waria) ini mengidentifikasikan dirinya

menjadi seorang wanita dalam tingkah laku keseharian.

Waria juga termasuk dalam LGBT. LGBT merupakan akronim dari

kata Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Istilah ini digunakan sejak

tahun 1990, istilah ini merupakan adaptasi dari LGB, yang digunakan untuk

menggantikan istilah gay yang merujuk pada komunitas LGBT yang dimulai

pada pertengahan akhir 1980-an. Penggunaan istilah LGBT karena istilah gay

tidak mewakili semua orang untuk siapa istilah tersebut dirujuk. Istilah LGBT

telah diadopsi oleh mayoritas pusat-pusat komunitas berbasis identifikasi

seksual dan gender di Amerika Serikat. Waria didalam LGBT termasuk

kedalam jenis Guy dan Transgender, ini karena waria tertarik dengan sesame

jenis, seperti seorang laki-laki yang menyukai laki-laki juga dan ini disebut

dengan Guy, sedangkan waria termasuk kedalam Transgender karena

seseorang yang mengenakan atribut-atribut gender berlainan dengan konsepsi

gender yang dikonstruksikan secara sosial oleh masyarakat.

Di Indonesia, jika laki-laki mengembangkan kepribadian feminin,

umumnya disebut waria. Jadi dapat dikatakan bahwa waria adalah transgender

atau transseksual, yang pada dasarnya memiliki jenis kelamin laki-laki namun
19

mengembangkan kepribadian feminin dan berpenampilan layaknya

perempuan. Pada umumnya, waria di Indonesia melakukan perubahan fisik

melalui suntik hormon,meskipun tidak semua waria melakukan operasi untuk

mengubah jenis kelamin mereka. Waria itu gender ketiga. Bukan seks

(kelamin) ketiga, karena kelamin di dunia hanya dua: lingga dan yoni. Waria

hanyalah pribadi dengan dua hal berlawanan kelamin pria berhati wanita.

2. Faktor-faktor Pendukung Terjadinya Waria

Faktor-faktor terjadinya waria adalah disebabkan oleh faktor biologis yang

dipengaruhi oleh hormone seksual dan genetic seseorang. Adapun peta

kelainan seksual dari lensa biologis dapat dibagi dalam keadaan 2 (dua)

penggolongan besar yaitu:

a. Kelainan seksual akibat kromosom

Dari kelompok ini, seseorang ada yang berfenotip pria dan yang

berfenotif wanita.Dimana pria dapat kelebihan kromosom X. Bisa XXY,

XXYY atau bahkan XXXYY. Diduga penyebab kelainan ini karena tidak

berpisahnya kromosom seks pada saat miosis (pembelahan sel) yang

pertama dan kdua. Hal ini dikarenakan usia seorang ibu berpengaruh

terhadap proses reproduksi. Artinya semakin tua seorang ibu mengandung,

maka akan semakin tida baik proses pembelahan sel tersebut dan

akibatnya semakin besar kemingkinan menimbulkan kelainan kromosom

seks pada anaknya.


20

b. Kelainan seksual yang bukan karena kromosom

1) Pseudomale atau disebut sebagai pria tersamar. Ia mempunyai sel

wanita tetapi secara fisik ia adalah pria. Testisnya mengandung sedikit

sperma atau sama sekali mandul. Menginjak dewasa, payudaranya

membesar sedangkan kumis dan janggotnya berkurang.

2) Pseudofemale atau disebut juga sebagai wanita tersamar. Tubuhnya

mengandung sel pria, tetapi pada pemeriksaan gonad (alat yang

mengeluarkan hormone dalam embrio) alat seks yang dimiliki adalah

wanita. Ketika menginjak dewasa, kemaluan dan payudaranya tetap

kecil dan sering tidak bias mengalami haid.

3) Female-Pseudohermaprodite. Penderita ini pada dasarnya memiliki

kromosom sebagai wanita (XX) tetapi perkembangan fisiknya

cendrung menjadi pria.

4) Male-Pseudohermaprodite. Penderita ini pada dasarnya memiliki

kromosom pria (XY) Namun perkembangan fisiknya cendrung wanita.


21

K. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Defenisi

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan, yaitu:

a. Tahu

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah

tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang

air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes

Agepti, dan sebaganya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang

tahu sesuatu dapat menggnakan pertanyaan-pertanyaaan.


22

b. Memahami

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah

paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan

program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja.

d. Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari ubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sdah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah dapat membedakan,atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-


23

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lan sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Tahapan Pengetahuan

Dalam upaya perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu perilaku yang

baru, terjadi berbagai tahapan pada seseorang tersebut, yaitu:

a. Tahap Pengetahuan, yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat

suatu onovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal

tersebut.

b. Tahap Bujukan, yatu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang

membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut

sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.

c. Tahap Putusan, yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia

menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia

mulai mengevaluasi.
24

d. Tahap Implementasi, yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang

telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.

e. Tahap Pemastian, yaitu seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan

putusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru

tersebut.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman

pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

b. Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila

dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan

mempengaruhi pemeuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang

termasuk kedalam kebutuhan sekunder.


25

c. Lingkungan Sosial ekonomi

Manusia adalah mahluk sosial dimana didalam kehidupan berinteraksi

aatu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak

dan baik, maka akan lebih besar dan terpapar informasi.

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian

respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberkan respon yang lebih rasional terhadap

informasi yang dating dan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan

mereka dapatkan.

e. Paparan media massa atau informasi

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih

sering terpapar media massa (TV, radio, majalah dan lain-lain) akan

memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang

tidak pernah terpapar informasi media massa.

f. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan

Mudah atau sulitnya dalam mengakses kesehatan tentunya akan

berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagan atau skema yang menerangkan tentang

hubungan antar konsep-konsep yang berhubungan dengan variabel yang diteliti

(Sulistyaningsih, 2011). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk

menggambarkan pengetahuan, sikap dan praktik waria tentang HIV/AIDS.

Pengetahuan Waria Tingkat


mengenai Pengetahuan
HIV/AIDS

Ket :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

B. Variabel Penelitian

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Waria tentang

HIV/AIDS

C. Defenisi Konseptual

Pengetahuan mengenai HIV/AIDS berarti segala informasi yang terkait

dengan definisi, proses penularan, pencegahan, hingga pengobatan dari

HIV/AIDS. Sikap mengacu pada konstruk hipotetis yang menjelaskan konsistensi

26
27

reaksi afektif atau perasaan seseorang terhadap suatu objek atau fenomena. Suatu

sikap juga dapat diartikan sebagai suatu kesiapan seseorang untuk menunjukkan

respon perilaku tertentu. Sementara praktik perilaku terhadap proses pencegahan

HIV/AIDS atau perilaku seks yang sehat mengacu pada segala perilaku yang

menunjukkan kesadaran akan perilaku seks yang sehat atau tidak (Mulu, Abera,

& Yimer, 2014).

L. Defenisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan HIV/AIDS diukur melalui kuesioner dengan 20 item

pertanyaan meliputi pengertian, penyebab, cara penularan, gejala, dan cara

pencegahan HIV-AIDS dengan pilihan jawaban benar salah.

Kriteria objektif :

Baik : > 75% pernyataan benar atau > 15 pernyataan benar

Cukup : 56% - 74 pernyataan benar atau 11-14 pernyataan benar

Kurang : < 56% pernyataan benar atau < 11 pernyataan benar


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian yang

digunakan adalah korelasional yang mengkaji hubungan antar variabel dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional merupakan

penelitian yang menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan mengkaji

berdasarkan teori yang ada. Tujuan dari penelitian korelasional adalah untuk

mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan

variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien

korelasi. Pendekatan cross-sectional adalah penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach) (Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kab. Bulukumba pada bulan Agustus-

September 2022.

28
29

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua waria yang tergabung di

dalam komunitas Kewabatara. Sample Sebagian waria yang ada di komunitas

Kewabatara sebanyak 50 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

Zα 2 . P. Q
d2

(1.96)2 ( 0,5 ) (50)


2
0.15

( 3.84 ) (0.25)
0.0025

96
0.0225

¿ 43

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple

Sandom Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu

dan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

E. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat pengetahuan, waria

terhadap HIV/AIDS menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden


30

dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui. Kuesioner yang digunakan

adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih (Arikunto, 2010). Variavel pengetahuan Waria terkait

HIV/AIDS diukur melalui kuesioner dengan 20 item pertanyaan dengan pilihan

jawaban Benar & Salah.

F. Alur Penelitian

Penentuan Judul Penelitian

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Pengurusan Izin Penelitian

Pengumpulan Data

Penyusunan Laporan Hasil


Penelitian

Seminar Hasil
31

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2008). Langkah-langkah dalam pengumpulan data dalam penelitian

berikut ini dimulai dengan pengurusan surat izin penelitian di Kampus STIKES

Panrita Husada Bulukumba sampai dengan pengambilan data di lapangan yakni di

komunitas waria Kewabatara Kab. Bulukumba.

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Edit (Editing)

Meneliti data-data dari responden yang telah diperoleh melalui

kuesioner, dengan maksud untuk diperoleh lebih lanjut.

2. Koding (Coding)

Mengklasifikasi jawaban dari responden sesuai dengan jenisnya

dengan membutuhkan kode atau tanda tertentu pada jawaban yang ada.

3. Skoring (Skoring)

Perhitungan pada jawaban responden yang telah diisi pada penjelasan

kuesioner dari berbagai variabel yang diteliti.

4. Tabulasi (Tabulating)

Menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dalam bentuk

pernyataan dilakukan perhitungan data.


32

I. Etika Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari STIKES

Panrita Husada Bulukumba, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan dan Kab. Bulukumba serta Kesbangpol Kab.

Bulukumba. Semua responden dalam penelitian ini akan diminta untuk mengisi

dan menandatangani lembar persetujuan sebelum pengambilan data.


33

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Karakterstik Responden

Tabel 5. 1
Distribusi Karakteristik Responden Komunitas Waria
Kewabatara Berdasarkan Usia
Frekuensi (N) Persentase (%)
Umur
24 - 30 Tahun 12 28.6
31 - 48 Tahun 30 71.4
Total 42 100

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat dari 42 orang responden sebagian

besarnya berusia diatas 30 tahun yaitu 30 responden (71.4%), dan untuk usia

dibawah 30 tahun yaitu 12 responden (28.6%).

Tabel 5. 2
Distribusi Karakteristik Responden Komunitas Waria Kewabatara
berdasarkan Tingkat Pendidikan
Frekuensi (N) Persentase (%)
Pendidikan
SD 2 4.8
SMP 13 31.0
SMA 24 57.1
PT 3 7.1
Total 42 100

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 42 orang responden sebagian

besarnya memiliki Pendidikan terakhir SMA yaitu 24 responden (57.1%),


34

SMP 13 responden (31%), PT 3 responden (7.1%) dan SD 2 responden

(4.8%).

Tabel 5. 3
Distribusi Karakteristik Responden Komunitas Waria Kewabatara
Berdasarkan Pekerjaan
Frekuensi (N) Persentase (%)
Pekerjaan
Wiraswasta 30 71.4
Karyawan 12 28.6
Total 42 100

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 42 orang responden sebagian

besarnya merupakan wiraswasta yaitu 30 responden (71.4%) kemudian

karyawan 12 responden (28.6%).

2. Distribusi Pengetahuan

Tabel 5. 2
Distribusi Pengetahuan Komunitas Waria Kewabatara Tentang HIV/AIDS
Pengetahuan Frekuensi (N) Persentase (%)
Baik 22 52.4
Cukup 14 33.3
Kurang 6 14.3
Total 42 100.0
Sumber : Data Primer

Dari tabel 5.2 diatas memperlihatkan bahwa dari 42 responden yang termasuk

dalam kategori pengetahuan Baik sebanyak 22 orang (52.4%), Responden

kategori cukup sebanyak 14 orang (33.3%), dan responden dengan kategori

kurang sebanyak 6 orang (14.3%). Jadi tingkat pengetahuan waria pada


35

Komunitas Waria Kewabatara (Kerumunan Waria Bulukumba Utara)

tergolong baik yaitu sebanyak 22 orang (52.4%).

B. Pembahasan

1. Pengetahuan

Dari tabel 5.2 ditemukan bahwa dari 42 orang responden, diketahui

skor tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS yakni tingkat

pengetahuan kurang sejumlah 6 orang (14,3%). Sementara waria yang

termasuk dalam kategori cukup sebanyak 14 orang (33,3%), serta waria

kategori baik sebanyak 22 orang (52,4%).

Secara keseluruhan pengetahuan waria mengenai HIV/AIDS masih

tergolong baik, yang dimana waria yang berpengatuhan baik mengenai

HIV/AIDS ini memiliki jumlah lebih dari setangah responden yang diteliti hal

ini membuktikan bahwa waria yang memiliki pengetahuan baik mampu untuk

meminimalisir proses penyebaran HIV/AIDS ini sehingga tidak membuat diri

mereka beresiko mengalami kondisi tersebut, hal itu juga didukung dengan

tingkat Pendidikan mereka yang terbilang baik sehingga hal itu yang membuat

mereka mudah menerima informasi-informasi yang baik dan benar mengenai

HIV/AIDS. Dilain sisi waria yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah

memiliki dasar Pendidikan yang rendah yang cukup mempengaruhi mereka

dalam memahami dampak dari resiko HIV/AIDS tersebut yang bisa saja
36

membuat mereka mengidap penyakit dan bisa saja menularkannya ke orang

lain.

Pengetahuan (knowledge) merupakan kemampuan untuk mengenali,

dan mengingat tentang pengertian, gagasan, fakta-fakta, pola, urutan, serta

prinsip dasar yang digali saat belajar atau mencari tahu, dan pada saat

dibutuhkan apa yang telah dipelajari akan di ingat kembali. Tingkat

Pengetahuan juga dilatar belakangi oleh beberapa faktor seperti

pengalaman yang diperoleh, keyakinan, sumber infomasi (koran, buku, radio,

TV, majalah, dan lain-lain), sosial budaya seseorang, dan observasi yang

dilakukan guna meningkatkan pengetahuan (Fadilah, 2020).

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi bagaimana menindaki

proses penularan HIV/AIDS tersebut. Dengan semakin baiknya tingkat

pengetahuan waria mengenai HIV/AIDS ini akan membantu dalam mencegah

penularan HIV/AIDS. Sehingga penelitian ini sejalan dengan penelitian Vicca

Rahmayani (2013), Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih

dari separuh responden yaitu sebanyak 70% memiliki tingkat pengetahuan

yang baik terhadap HIV-AIDS dengan jumlah responden sebanyak 28 waria.

Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar dari responden telah mengetahui

pengertian, penyebab, cara penularan, gejala, dan cara pencegahan

HIV/AIDS.
37

Hasil kesimpulan yang didapatkan didukung berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Ferry Firmansyah (2018) yang

memperoleh responden waria yang berpengetahuan baik mengenai HIV/AIDS

sebanyak 28 responden (70%) lebih banyak daripada responden yang

berpengetahuan kurang 12 responden (30%). Yang diamana Berdasarkan

pengetahuan, responden yang berpengetahuan kurang baik dan melakukan

tindakan berisiko sebanyak 7 responden (58%) sedangkan responden yang

berpengetahuan kurang baik dan tidak melakukan tindakan berisiko sebanyak

5 responden (42%), untuk responden yang berpengetahuan baik dan

melakukan tindakan berisiko sebanyak 17 responden (61%) sedangkan

responden yang berpengetahuan baik dan tidak melakukan tidakan berisiko

sebanyak 11 responden (39%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Laila Awad (2015) dimana Pada penelitiannya ditemukan perbedaan yang

cukup signifikan terhadap hasil penelitian tingkat pengetahuan dan sikap

responden terhadap HIV/AIDS dimana sebagian besar responden sudah

mempunyai pengetahuan yang baik dengan jumlah 30 responden (50%),

pengetahuan cukup dengan jumlah 27 responden (45%) dan pengetahuan

kurang berjumlah 3 responden (5%) (Tabel 7). Berdasarkan tingkat

pengetahuan tersebut responden yang sudah memiliki sikap yang positif


38

terhadap HIV/AIDS dengan jumlah 32 responden (53,3%), dan yang memiliki

sikap negatif terhadap HIV/AIDS dengan jumlah 28 responden (46,7%).

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan

responden terhadap pengetahuan mengenai HIV/AID yang baik lebih dari

setengah responden yang diteliti. Namun dari sebagian responden ada

beberapa yang belum mengetahu secara baik mengenai apa itu HIV/AIDS dan

masih memerlukan bantuan informasi terkait hal tersebut. Untuk hal itu

diperlukan sarana dalam pemberian informasi kepada para Waria sehingga

diharapkan tidak terjadi peningkatan penularan dari HIV/AIDS itu sendiri.

Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

waria mengenai HIV/AIDS tergolong baik yang dimana salah satu faktor

penting pengetahuan mengenai HIV/AIDS yaitu Pendidikan, dimana hal

waria yang berpendidikan SMA hamper semuanya memiliki pengetahuan

yang baik mengenai HIV/AIDS dan pengetahuan inilah yang dapat membantu

menghambat dan mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan waria maupun

di kalangan masyarakat umum biasanya.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan

dalam melakukan penelitian. Adapun keterbatasan penelitian yang ada antara

lain:
39

1. Keterbatasan waktu, dan mulai dari pelaksanaan penelitian, pengolahan data

sampai dengan penyusunan skripsi, sehingga mempengaruhi hasil penelitian.

2. Keterbatasan materi dalam pemenuhan referensi dalam bentuk buku yang

terkadang sulit ditemukan/beredar, sehingga dalam menunjang tinjauan

teoritis dalam penelitian ini banyak menggunakan hasil penelitian terdahulu

dalam bentuk jurnal.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa

1. Berdasarkan hasil uji didapatkan tingkat pengetahuan Waria di komunitas

waria KAWABATARA terhadap HIV/AIDS memiliki tingkat pengetahuan

dengan kategori baik sebanyak 22 (52,4%).

2. Berdasarkan hasil uji didapatkan tingkat pengetahuan Waria di komunitas

waria KAWABATARA terhadap HIV/AIDS memiliki tingkat pengetahuan

dengan kategori cukup sebanyak 14 (33,3%).

3. Berdasarkan hasil uji didapatkan tingkat pengetahuan Waria di komunitas

waria KAWABATARA terhadap HIV/AIDS memiliki tingkat pengetahuan

dengan kategori kurang sebanyak 6 (14,3%).

B. Saran

1. Diharapkan agar Komunitas KAWABATARA bekerjasama dengan tenaga

kesehatan untuk memberikan penyuluhan berupa seminar secara berkala

kepada waria atau masyarakat guna umtuk meningkatkan wawasan mereka

tentang HIV/AIDS.

40
41

2. Bagi masyrakat hendaknya penelitian ini menjadi sumber informasi serta

memotivasi masyrakat untuk melakukan kegiatan ini sehingga terhindar dari

bahaya HIV/AIDS.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih jauh tentang bahaya

HIV/AIDS dengan variabel yang belum diteliti pada penelitian ini.


42

DAFTAR PUSTAKA

Asdriyanti Tora, 2017. KTI. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang

HIV/AIDS di SMA Negeri 2 Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.

Politeknik Kesehatan Kendari.

Andi Suswani M, S. (2019). TALK SHOW TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS


PADA REMAJA DI DESA .

Danar Prakoso, 2019. Skripsi. Pandangan Waria terhadap Penerimaan Keluarga.

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dian Ardiyanti, 2018. Analisis Hubungan Persepsi Manfaat yang Dirasakan terhadap

Konsistensi Penggunaan Kondom pada Waria Pekerja Seks dalam Pencegahan

HIV/AIDS di Kota Makassar. Al-Sihah: Public Health Science Journal Vol. 10,

No.2.

Dedi Darmawan, 2013. Skripsi. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Pemahaman

Agama Mahasiswa tentang Perilaku Seksual yang Berisiko HIV/AIDS pada

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar. Universitas Teuku

Umar, Aceh Barat.

Dwi Yunita Rahmadhani, 2018. Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS, Sikap

dan Peran Petugas Kesehatan dalam Pemanfaatan Layanan Konseling dan Test
43

HIV/AIDS pada GWL (Gay, Waria, Lelaki Suka Lelaki) di LSM MWGJ Kota

Jambi. Jurnal Akademika Baitrurrahim Vol. 7, No.1.

Firman Arfanda, S.ST, 2015. Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Waria. Jurnal

Sosial Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol.1, No.1.

Gabriel yosse, 2012. Skripsi. Hubungan Tingkat Pengetahuan Waria tentang HIV-

AIDS dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS di LSM Kebaya

Yogyakarta. STIKES Achmad Yani Yogyakarta.

Laila awad et.al, 2015. Perbedaan Tingkat Pengetahun dan Sikap tentang HIV/AIDS

pada Waria Pekerja Seks Komersial dan Waria Non-Pekerja Seks Komersial di

Kota Manado. Jurnal e-Clinic, Vol.3, No.1.

M Rio Malaha Siokona, 2016. Skripsi. Kontribusi Waria dalam Ekonomi Keluarga.

Universitas Negeri Jakarta

Maskuniawan, 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Tes HIV pada

Waria Pekerja Seks di Kota Semarang. Journal of Health Vol.3, No.1.

Mestika Rija Helti, 2016. Tesis. Perilaku Transgender (Waria) dalam Upaya

Pencegahan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pusdatin Kemkes 2020. Infodatin HIV AIDS.

Triana Arisdiani, 2015. Studi Fenomenologi Pengalaman Hidup Waria dengan

HIV/AIDS. Jurnal Keperawatan Vol. 7, No.2.


44

Vicca Rahmayani, 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan

Pencegahan Penularan HIV-AIDS pada Waria di Kota Padang Tahun 2013.

Jurnal Kesehatan Andalas, Vol.3, No.2.

Wika Novita sari, 2017. Skripsi. Hubungan Persepsi Waria tentang HIV/AIDS

terhadap Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS di Kota Madiun. Stikes

Bhaktihusada Mulia Madiun.


45

Lampiran 1 Lembar Persetujuan

Lembar Persetujuan Untuk Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia dan tidak keberatan menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi SI

Keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Nama :

Alamat:

Usia :

Saya berharap penelitian ini tidak akan mempunyai dampak negatif serta

merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga jawaban dan hasil observasi benar-

benar dirahasiakan. Dengan demikian secara suka rela dan tidak ada unsur paksaan

dari siapapun, saya siap berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan

dari pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya.

Bulukumba, 12 September 2022

Responden
46

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Kuisioner Tentang Pengetahuan HIV/AIDS

No Pertanyaan B S

1. HIV dapat menular melalui hubungan seks

2. HIV dapat menular melalui gigitan nyamuk

3. Penggunaan jarum suntik secara bergantian dapat menularkan virus

HIV

4. AIDS adalah penyakit yang dapat disembuhkan

5. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus

6. Penyebab dari AIDS adalah faktor virus

7. AIDS adalah penyakit keturunan

8. AIDS singkatan dari Acquired Immune Defficiency Syndrome

9. Terapi ARV adalah obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS

10. Minum vitamin atau antibiotic dapat mencegah tertular HIV

11. Orang yang terkena penyakit HIV sebaiknya dijauhi

12. Cara penularan HIV/AIDS melalui berjabat tangan

13. Berciuman adalah salah satu penularan HIV/AIDS


47

14. Pemakaian kondom pada saat berhubungan seks dapat mencegah

penularan HIV

15. Penggunaan narkoba dapat resiko tertular HIV

16. Makan sepiring dengan orang yang terkena HIV/AIDS seseorang

dapat tertular virus HIV/AIDS

17. Diguna-guna atau santet seseorang dapat tertular virus HIV/AIDS

18. Apakah virus penyebab AIDS dapat ditularkan oleh seorang ibu ke

anaknya selama kehamilan

19. Apakah virus penyebab AIDS dapat ditularkan oleh ibunya saat

melahirkan

20. Apakah virus penyebab AIDS dapat ditularkan oleh seorang ibu ke

anaknya selama menyusui


48

Lampiran 3 Lembar dokumentasi

DOKUMENTASI
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai