Anda di halaman 1dari 83

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN

PERILAKU PENCEGAHAN COVID-19 PADA LANSIA DI


RT.10/RW 004 RAWA BUAYA, CENGKARENG-JAKARTA
BARAT

SKIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memmperoleh gelar Sarjana Keperawatan

RISTIAWINI AHMAD
NIM. 11170005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESOSI
JAKARTA
2021

1
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ristiawini Ahmad

NIM : 11170005

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan


COVID-19 Pada lansia Di Rt 10 Rw 04 Rawa Buaya
Cengkareng Jakarta Barat.

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap dipertahankan dihadapan tim penguji
proposal pada Program Studi S1 Keperawatan STIK KESOSI

Jakarta, 24 April 2021


Menyetujui,
Pembimbing

(Ns. Reni S.Kep., M.Kep.)


NIDN.1022098302

Ketua STIK KESOSI

(Dr. Aminah Alatas, SE., MM.)


NUP.9903260754

2
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Ristiawini Ahmad

NIM : 11170005

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku


Pencegahan Covid-19 Pada Lansia Di Rt 10 / Rw 04 Rawa
Buaya, Cengkareng Jakarta Barat.

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan tim
penguji proposal/ seminar hasil pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes
KESOSI.

Jakarta, Juni 2021


Mempersetujui
Penguji I Penguji II

(Ns Nur Afni W.A, S. Kep., M. Kep) ( Ns. Anggi Pratiwi, S. Kep., M.Kep)
NIDN.030259201 NIDN. 02.241086.02

Pembimbing Ketua STIKes KESOSI

(Ns. Reni, S.Kep., M.Kep) (Dr. Aminah Alatas, SE., MM)


NIDN. 1022098302 NIDN. 9903260754

3
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul

Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan Covid1-19 Pada

Lansia adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya

orang lain kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari

pernyataan yang saya buat ini ternyata tidak betul, maka status kelulusan dan gelar

yang saya peroleh menjadi batal dengan sendirinya.

Jakarta, Juni 2021


Yang Membuat Penyataan

RISTIAWINI AHMAD
NIM . 11170005

4
INSTITUTE KESOSI HEALTH SCIENCE
Skripsi, June 2021
RISTIAWINI AHMAD
FAMILY KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH COVID-19 PREVENTION
BEHAVIOR ON ELDERLY RT 10 / RW 04 RAWA BUAYA, CENGKARENG
WEAT JAKARTA.

Coronavirus is a contagious disease caused by acute symptoms of coronavirus 2


(sars-cov-2), similar to the cause of SARS in 2003. Though classified within a family
of viruses, different strains of viruses and their spread are wider and faster than the
SARS virus. The covid-19 pandemic affected various aspects of life especially people
of old age, who face significant risk of covid-19. The study was to find a link
between family knowledge and covid-19 prevention behaviors in RT 10 RW 04 of the
Rawa Buaya region in Cengkareng, West Jakarta. The design of this study employs
the quantitative cross-sectional approach. Samples include 53 repondens and
collected within the total sampling method. The study was conducted in May 2021 in
the RT 010 RW 004 of the Rawa Buaya region in Cengkareng, West Jakarta. The
data collection uses a questionnaires and the analysis uses the colmogorov sminrov
test. From the research data obtained, it was found that there’s no no significant link
between family knowledge and covid-19 prevention behaviors in seniors within the p-
value og 073. In conclusion, there is no relation between family knowledge and
covid-19 prevention behavior on elderly in RT 010 RW 004 of the Rawa Buaya
region in Cengkareng, West Jakarta.

Keywords: knowledge, behavior, covid, aged

5
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESOSI JAKARTA
Skripsi, Juni 2021
RISTIAWINI AHMAD
Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan Covid-19 Pada
Lansia Di Rt 010/Rw 004 Rawa Buaya, Cengkareng Jakarta Barat

ABSTRAK
Coronavirus Disease-19 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
evere acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), yang sama dengan
penyebab SARS pada tahun 2003. Meski tergolong dalam satu keluarga besar virus ,
namun berbeda jenis virus, dan penyebarannya lebih luas dan cepat dibandingkan
virus SARS. Pandemic COVID-19 ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan
khususnya pada lanjut usia, dan lanjut usia umumnya menghadapi resiko yang
signifikan terkena COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan covid-19 pada lansia di
RT.10/Rw.004, Rawa Buaya, Cengkareng-Jakarta Barat. Desain penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif korelasi dengan metode pendekatan Cross sectional.
Sample berjumlah 53 reponden dan di ambil dengan cara total sampling. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Mei 2021 di wilayah RT 010 RW 004 Rawa Buaya,
Cengkareng Jakarta Barat. Pengumpulan data menggunakan Kuesioner. Analisa data
menggunakan uji Kolmogorov Sminrov. Dari data penelitian tersebut didapatkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan
perilaku pencegahan covid-19 pada lansia di dapatkan hasil p-value 0,073. Maka
kesimpulan tidak terdapat hubungan pengetahuan keluarga dengan perilaku
pencegahan covid-19 pada lansia di rt 010/rw 004 rawa buaya, cengkareng Jakarta
barat.

Kata kunci : Pengetahuan, Perilaku, Covid-19, Lansia

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan taufiq han hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh

ujian akhir program Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KESOSI

tahun 2021 yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku

Pencegahan Covid-19 Pada Lansia Di RT.10/RW 004 Rawa Buaya, Cengkareng-

Jakarta Barat.”

Dalam penulisan skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan yang penulis

jumpai. Namun, syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya kerja keras

disertai dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak moral maupun material,

segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga pada akhirnya skripsi

ini telah diselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Maudin Kadir, Amd. Ak selaku Ketua Yayasan Kesosi


2. Dr. Aminah Alatas, SE., MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kesosi.
3. Ibu Ns. Reni., S.Kep, M.Kep, Selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesosi.

7
4. Ibu Ns. Reni., S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan sumbangan pikirannya dalam memberikan

arahan kepada penulis dari awal hingga selesainnya penyusunan Skrips ini.

5. Ns. Nur Afni Wulandari., S.Kep, M.Kep selaku penguji I dan Ns. Anggi

Pratiwi., S.Kep, M.Kep selaku penguji II yang senantiasa meluangkan

waktunya memberikan saran, dan masukkan demi perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesosi

7. Kepada Ibunda Tercinta Anita Abdurrahim (Alm) yang sudah lebih dulu

meninggalkan penulis berapa minggu lalu sebelum sempat melihat hasil jerih

payah penulis, juga semangat dari motivator terbaik, ayahandaku tercinta

Ahmad Abdullah terimakasih tak terhingga karena masih tetap berjuang untuk

masa depan penulis.

8. Yang tersayang kakak-kakaku yang terus membantu penulis baik secara

materil maupun non materil, Rastiani Mahmud, S.Pd, Safitri M. Gusa, Rifki

Mahmud, Riris, Risto, dan adik Penulis Riyanti Desila Ahmad

9. Teruntuk Yunda Ns. Sarti Asmat S.Kep. Terimaksih karena omelan-omelan

kecil yang banyak faedahnya bagi peneliti.

10. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Keperawatan yang selalu

mendukung dan memotifasi selama ini. Terimaksih atas kenangan indah

kebersamaannya.

8
Semoga amal budinya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Peneliti

menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

diharapkan.

Akhir kata, penulis mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih atas segala

kebaikan dan bantuan diberikan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi peneliti

dan semua pihak.

Jakarta Juni, 2021

Ristiawini Ahmad

9
DAFTAR ISI

Cover Luar...................................................................................................... i

Cover Dalam.................................................................................................... ii

Lembar Persetujuan Pembimbing................................................................ iii

Lembar Pengesahan Penguji......................................................................... iv

Kata Pengantar............................................................................................... v

Daftar Isi.......................................................................................................... vi

Daftar Tabel.................................................................................................... vii

Daftar Skema................................................................................................... iix

BAB I PENDAHULUAN

1.1..............................................................................................................Latar
Belakang.............................................................................................. 1
1.2..............................................................................................................Rumusa
n Masalah............................................................................................ 7
1.3..............................................................................................................Tujuan
Penelitian............................................................................................. 7
1.4..............................................................................................................Manfaat
Penelitian............................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan....................................................................... 10


2.2. Konsep Keluarga............................................................................. 19
2.3. Konsep Covid-19............................................................................ 28

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep............................................................................ 35
3.2. Hipotesis Penelitian........................................................................ 35
3.3. Defenisi Operasional....................................................................... 36

BAB IV METODE PENELITIAN

10
4.1. Desain Penelitian............................................................................ 38
4.2. Populasi dan Sampel....................................................................... 38
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 40
4.4. Etika Penelitian............................................................................... 40
4.5. Alat Pengumpullan Data................................................................. 41
4.6. Uji Validitas dan Reabilitas............................................................ 41
4.7. Prosedur Pengumpulan Data........................................................... 45
4.8. Pengolahan Data............................................................................. 46
4.9. Analisa Data.................................................................................... 48

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian........................................................... 51


5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia........................ 51
5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan.............. 52
5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan............. 52
5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan................ 53
5.6. Disitribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Pencegahan............... 53
5.7. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan................... 54

BAB VI PEMBEHASAN

6.1. Tingkat Pengetahuan Keluarga ...................................................... 56


6.2. Perilaku Pencegahan Covid-19....................................................... 57
6.3. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Perilaku Pencegahan Covid-19....................................................... 59

BAB VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan..................................................................................... 63
7.2. Saran............................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

11
DAFTAR TABEL

3.1 Defenisi Operasional............................................................................. 37

5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia................................................ 51

5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan........................................ 52

5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan...................................... 52

5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan...................... 53

5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Pencegahan....................... 53

5.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan......................... 54

12
DAFTAR SKEMA

3.1. Kerangka Konsep................................................................................. 35

13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Surat Izin Dari Stikes KESOSI
Lampiran 3 : Surat Izin Dari Tempat Penelitian
Lampiran 4 : Penjelasan Penelitian
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Lembar Kuesioner
Lampiran 7 : SPSS
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 10 : Dokumentasi

14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada akhir tahun 2019 dunia digemparkan dengan satu permasalahan

mengenai suatu Virus mematikan virus ini berasal dari Wuhan, Cina. Yang mana

sampai kini masih memakan korban khususnya di Indonesia, Virus ini dikenal

sebagai Corona Virus jenis terbaru (SARS-CoV-2) dan yang beresiko tertular ialah

orang yang kontak fisik dengan penderita COVID-19. Pandemic COVID-19 ini

berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Khususnya pada lanjut usia, dan lanjut

usia umumnya menghadapi resiko yang signifikan terkena COVID-19, Menurut data

WHO, lebih dari 95% kematian terjadi pada usia 60 tahun ke atas, dan lebih dari itu

Orang-orang berusia 80 atau lebih mencapai 50%. 8 dari 10 orang meninggal

Menderita setidaknya satu komorbiditas, menderita penyakit kardiovaskular,

Hipertensi dan diabetes, serta berbagai penyakit kronis lainnya1.

Coronavirus Disease-19 (Covid-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh evere acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2),

yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003. Meski tergolong dalam satu

keluarga besar virus , namun berbeda jenis virus, dan penyebarannya lebih luas dan

cepat dibandingkan virus SARS. Sejak desember tahun 2019, negara-negara di dunia

mengalami pandemic penyakit menular ini, sehingga Badan Kesehatan Dunia atau

World Health Organization (WHO) pada tnggal 30 januari 2020 mendeklarasikan

15
sebagai Hublic Health Emegency Of International Concern (PHEIC) atau

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia.

Berdasarkan data hasil penelitian lain menunjukkan bahwa jumlah orang

terinfeksi dan meninggal semakin meningkat. Jumlah covid-19 cukup berat dan sudah

terjadi penyebaran keluar wilayah wuhan dan Negara lainnya. (World Health

Organization, 2020). Sampai pada 16 februari 2020, secara global dilaporkan 51.857

kasus terkonfirmasi di 25 negara dengan 1.699 kematian (CFR 3,2%) (World Health

Organization, 2020). Rincian negara dan jumlah kasus sebagai berikut: China 51.174

kasus konfirmasi dengan 1.666 kematian, Jepang 53 kasus, 1 kematian dan 255 kasus

di cruise ship pelabuhan Jepang. Thailand 34 kasus, Korea Selatan 29 kasus, Vietnam

16 kasus, Singapura 72 kasus, dan Amerika Serikat 15 kasus (World Health

Organization, 2020).3

Dari data Global yang terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 127,877,462, kasus

kematian sebanyak 2,796,561(CFR 2,2%) Negara yang terjangkit sebanyak 222,

Negara transmisi lokar sebanyak 190. Di Indonesia sendiri pada tanggal 31 maret

2021 terdapat kasus dengan specimen diperiksa sebanyak 8.490.864, kasus negative

sebanyak 6.979.152 , kasus konfirmasi sebanyak 1.511.712, kasus meninggal

sebanyak 40.858, kasus sembuh sebanyak 1.348.330, kasus aktif sebanyak 122.326.

Untuk provinsi DKI Jakarta yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 382.055,

kasus sembuh sebanyak 368.935, kasus sembuh meninggal sebanyak 6.340, kasus

16
yang dirawat sebanyak 3.679, kasus dengan tanpa gejala sebanyak 1.005, kasus

dengan yang bergejala sebanyak 3.961, yang isolasi mandiri sebanyak 3.0284.

Di Indonesia, kasus COVID-19 pertama Dilaporkan pada 2 Maret 2020

Sebanyak 2 kasus. Data per 31 Maret 2020 di tunjukkan kasus yang dikonfirmasi

1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Angka kematian COVID-19 di Indonesia

sebanyak 8,9% dari jumlah ini merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara2.

Penularan virus Corona (SARS-Cov2) di tubuh manusia menimbulkan gejala

penyakit pneumonia dan gejala serupa sakit flu pada umumnya. Gejala tersebut di

antaranya batuk, demam, letih, sesak napas, dan tidak nafsu makan (Kemenkes,

2020). Namun berbeda dengan influenza, virus corona dapat berkembang dengan

cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ serta kematian

(Morfi, 2020). Kondisi darurat ini terutama terjadi pada pasien dengan masalah

kesehatan sebelumnya (Mona, 2020). Inilah yang menyebabkan COVID-19 sangat

berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Kondisi seperti ini harus benar-benar

diwaspadai terutama pada lanjut usia. Kasus kematian usia lanjut di pandemi ini

menduduki rank teratas di Indonesia3. Kejadian ini menjadi perhatian bagi semua

pihak terutama adalah keluarga atau yang menjadi keluarga pendamping lansia.

Keluarga memegang peranan penting dalam keberlanjutan kualitas kesehatan

terutama yang memiliki usia lanjut. Keluarga memiliki peran dan fungsi untuk saling

menjaga dan menciptakan keseimbangan status kesehatan salah satunya adalah

17
menjalankan fungsi pemeliharaan kesehatan di dalamnya (Freidman dalam Susanto,T

2012)5.

Jumlah lanjut usia secara global diperkirakan lebih dari 625 juta jiwa, pada

tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Tanpa disadari ternyata indonesia

telah memasuki era pertumbuhan jumlah penduduk lansia, sejak tahun 2000, proporsi

penduduk lanjut usia di Indonesia telah mencapai diatas7% pada tahun 2010, jumlan

lansia diperkirakan naik menjadi 9,58% dengan usia harapan hidup rata-rata 70 tahun.

(Akbar, Syamsidar, and Nengsih 2020). Lanjut usia adalah tahap akhir dari

perkembangan pada kehidupan manusia. Menurut Undang-undang tentang lanjut usia

batasan umur seseorang dikatakan lansia yaitu mencapai umur 60 tahun. Pada umur

ini ditandai dengan adanya penurunan atau kemunduran kemampuan fungsi tubuh.

Hal ini bisa membuat lansia rentan terkena penyakit. (Misnaniarti 2017)6.

Usia lansia dan pra lansia pada pandemik covid-19 ini menjadi salah satu

kelompok yang rentan terdampak, dibuktikan dengan data yang tertulis dalam Gugus

Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020) dimana terdapat 12,2% kasus

terkonfirmasi positif pada lansia dan pada pra lansia sebanya 25,1% di Indonesia. Di

DKI Jakarta sendiri terdapat 2.257 kasus terkonfirmasi positif pada kelompok usia

>60 tahun, 1.938 kasus pada kelompok usia 50-59 tahun dan pada kelompok usia 40-

49 tahun sebanyak 6.207 kasus (Jakarta Smart City, 2020).

18
Lansia dikatakan rentan karena berbagai sebab. Faktor usia yang tua menjadi

salah satu penanda. Hidup yang lebih lama bukan berarti hidup dalam kondisi sehat.

Riset sebelumnya menemukan bahwa bertambahnya usia juga diikuti dengan

meningkatnya kecenderungan untuk sakit dan memiliki keterbatasan fisik (disable)

karena terjadinya penurunan kemampuan fisik yang cukup drastis (Christensen, dkk.,

2009; Gatimu dkk., 2016). Usia yang bertambah juga cenderung diikuti oleh

munculnya berbagai penyakit kronis, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit

kronik, seperti penyakit jantung, diabetes, asma, atau kanker. Hal ini dapat

meningkatkan risiko atau bahaya infeksi virus Corona. Pasien kanker dan penyakit

hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-27.

Pengetahuan keluarga tentang kesehatan anggota keluarga sangat dibutuhkan

karena juga merupakan satu hal penting demi mencegah penyebaran Covid-19,

terutama bagi keluarga lanjut usia. Perubahan fisiologis terkait usia pada lansia akan

menurunkan fungsi internal, seperti malnutrisi, penurunan kognitif, dan gejala

depresi. Para lansia memiliki risiko yang lebih besar, dan keluarga berperan penting

dalam memutus rantai penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber

penularan baru. Mengingat penyebaran infeksi droplet berdasarkan dari orang ke

orang, penularan dapat terjadi di rumah, perjalanan, tempat kerja, dan tempat lain

dimana orang berinteraksi secara sosial8.

Kemampuan keluarga dalam pengelolaan kesehatan bagi keluarganya

sangatlah penting, dari segi aspek sejauh mana keluarga harus memiliki kemampuan

19
untuk bisa mengenal masalah kesehatan, pengambilan keputusan, memberikan

pelayanan kesehatan keluarga, mempertahankan kondisi lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan serta mempertahankan hubungan yang menguntungkan

keluarga dan fasilitas kesehatan (Ali,Z,2010). Kesadaran setiap individu dalam

keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatan adalah modal awal untuk tetap

menjaga status kesehatannya. Seorang lansia yang merupakan usia renta harusnya

menjadi perhatian lebih, seorang lansia harus dilihat juga kemampuannya terkait

kesehatan agar bisa tetap mandiri di usianya (Effendi & Chayatin, 2018). Pada

kondisi pandemi ini, segala kegiatan dan aktivitas lansia benar-benar harus dipandu

baik yang bersifat biologis, psikologis, sosialnya serta aspek spiritualnya.

Dengan adanya keluarga atau pendamping lansia sangatlah menjadi kunci

keberhasilan upaya pencegahan terhadap segala masalah kesehatan yang

berhubungan dengan lansia yang dalam hal ini adalah pada kondisi pandemi, lansia

diharapakan bisa tetap sehat dan bebas ancaman dari resiko tertular covid-19. Seperti

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Abidin (2019), bahwa keluarga sangat

memegang peranan penting untuk menjaga dan mempertahankan status kesehatan

keluarganya5.

Permasalahan yang didapatkan di keluarga antara lain adalah terbatasnya

pengetahuan keluarga mengenai tindakan pencegahan virus Covid-19, kurangnya

kesadaran keluarga untuk menggunakan masker ketika keluar rumah, kurangnya

20
pemahaman keluarga dalam penggunaan antiseptik dan desinfektan saat batuk dan

bersin (Han Y, 2020)9.

Berdasarkan hasil wawancara pada 20 keluarga dengan lansia yang dilakukan

oleh peneliti di lingkungan RT.10/RW.004 Rawa Buaya, Peneliti mendapatakan 16

dari 20 keluarga dengan lansia yang tidak mengetahui tentang bagaimana cara

pencegahan Covid-19 seperti, menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan

pakai sabun di air mengalir ataupun menggunakan antiseptic setelah beraktifitas.

Dengan dasar fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “hubungan pengetahuan keluarga dengan perilaku

pencegahan Covid-19 pada lansia” studi kasus di lingkungan RT.10/RW.004,

Kelurahan Rawabuaya, Kecamatan Cengkareng-Jakarta Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dan angka

kematian yang di akibatkan oleh Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat

olehnya yang menjadi rumusan masalah adalah ”Apakah ada hubungan pengetahuan

keluarga dengan perilaku pencegahan covid-19 pada lansia?”

21
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan

perilaku pencegahan covid-19 pada lansia di RT.10/Rw.004, Rawa

Buaya, Cengkareng-Jakarta Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Diketahui Distribusi frekuensi pengetahuan keluarga dengan

pencegahan covid-19 pada lansia di RT.10/Rw.004, Rawa Buaya,

Cengkareng-Jakarta Barat.

2) Diketahui Distribusi frekuensi perilaku keluarga dengan

pencegahan covid-19 pada lansia di RT.10/Rw.004, Rawa Buaya,

Cengkareng-Jakarta Barat

3) Diketahui hubungan pengetahuan keluarga dengan perilaku

pencegahan covid-19 pada lansia di RT.10/Rw.004, Rawa Buaya,

Cengkareng-Jakarta Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat

1) Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan ilmu serta

informasi bagi teman-teman keperawatan dalam memberikan

pelayanan atau asuhan keperawatan mengenai pengetahuan

keluarga dengan perilaku pencegahan Covid-19 pada Lansia.

22
2) Manfaat bagi praktisi

1. Manfaat bagi pemerintah

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

informasi tambahan yang berguna bagi pemerintah terkait

pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan covid-19

pada lansia.

2. Manfaat bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

informasi yang berguna dalam meningkatkan pelayanan serta

dapat meningkatkan perilaku pencegan covid-19 pada lansia.

3. Manfaat Untuk Sarjana Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan informasi bagi sarjana keperawatan terkait pengetahuan

keluarga dengan perilaku pencegahan covid-19 pada lansia.

4. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah

wawasan serta informasi terkait pengetahuan dan perilaku

pencegahan covid-19 pada lansia.

5. Bagi penulis selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

informasi tambahan dan dapat berguna untuk melakukan

23
penelitian selanjutnya terkait hubungan pengetahuan keluarga

dengan perilaku pencegahan covid-19 pada lansia.

24
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan


2.1.1. Definisi Pengetahuan

Secara etimologi, pengetahuan berasal dari bahasa Inggris

knowledge. Sedangkan secara terminologi, Sidi Gazalba menjelaskan

bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan

tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,

mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi

pikiran.

Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk

mengatakan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Dalam hal

ini, suatu hal yang menjadi pengetahuannya selalu terdiri dari 1) unsur

yang mengetahui, 2) hal yang ingin diketahui, dan 3) kesadaran

mengenai hal yang ingin diketahui tersebut. Artinya, pengetahuan

selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk

mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin

diketahuinya10.

2.1.2. Sumber Pengetahuan (Terjadinya Pengetahuan)

Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut

John Hospers dalam Abbas Hamami M, mengemukakan ada enam hal,

yaitu sebagai berikut:

25
1) Pengalaman indera (sense experience)

Penginderaan merupakan alat yang paling penting dalam

memperoleh pengetahuan, merupakan alat untuk menyerap

segala sesuatu objek yang ada di luar diri manusia. Jadi,

pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat diindera.

Pengetahuan yang benar berdasarkan pengalaman yang kongkret

dikembangkan melalui paham empirisme, yang mempergunakan

metode induktif dalam menyusun penge-tahuannya.

2) Nalar (reason)

Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan mengga-

bungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk

mendapatkan pengetahuan baru. Pengetahuan yang benar

berdasarkan rasional yang abstrak dikembangkan melalui paham

rasionalisme, yang mempergunakan metode deduktif dalam

menyusun pengetahuannya.

3) Otoritas (authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh

seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah

satu sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki penge-

tahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam

pengetahuannya.

26
4) Intuisi (intuition)

Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang

berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau

stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa

pengetahuan. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan

tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal

dan tidak bisa diramalkan; sebagai dasar untuk menyusun

pengetahuan secara teratur, maka intuisi tidak bisa diandalkan.

5) Wahyu (revelation)

Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada

nabi dan rasul-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mem-

punyai pengetahuan melalui wahyu karena ada kepercayaan

tentang sesuatu yang disampaikan itu. Wahyu dapat dikatakan

sebagai salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal

sesuatu yang bersumber pada kepercayaan kita.

6) Keyakinan (faith)

Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri

manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Keyakinan yang

dimaksud adalah kemampuan kejiwaan manusia yang meru-

pakan pematangan dari kepercayaan. Kepercayaan bersifat

dinamis; mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang

27
terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis; kecuali ada bukti-

bukti baru yang akurat dan sesuai

2.1.3. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), faktor-faktor yang mem-

pengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, umur, pekerjaan dan faktor

eksternal lainnya. Menurut pendapat Budiman (2013) yang meny-

atakan bahwa usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Dengan bertambahnya usia seseorang menyebabkan se-

makin berkembangnya daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang didapat semakin meningkat juga. Namun menurut

pendapat Cropton, J (1997) dikutip dari penelitian Aulia (2013) yang

menyatakan bahwa usia produktif merupakan usia dewasa yang aktif

dalam kegiatan sehingga mendukung dalam belajar dan mengingat

informasi yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang3.

Carter, 2011, mengatakan bahwa dengan pendidikan yang

semakin tinggi maka seseorang akan semakin mudah menerima

informasi sehingga semakin meningkat pula pengetahuan yang dim-

ilikinya. Notoatmodjo (2012) berpendapat bahwa pengetahuan bisa

didapat melalui pendidikan formal dalam sekolah namun juga bisa

28
diperoleh dari pendidikan nonformal di luar sekolah dan melalui peng-

alaman. Selain dari pendidikan formal, pengetahuan dapat diperoleh

melalui orang lain maupun media massa antara lain majalah, televisi,

surat kabar, dan radio. Dan seseorang dengan pendidikan rendah

bukan berarti mutlak memiliki pengetahuan yang rendah pula,

(Sumartini, 2020).

Pengetahuan dan pengalaman seseorang dipengaruhi oleh

pekerjaan, karena saat pekerjaan lebih sering menggunakan otak maka

kemampuan otak terutama dalam menyimpan (daya ingat) akan

bertambah ketika sering dipakai sehingga pengetahuannya menjadi

baik. Sumartini (2020).

Menurut Notoatmodjo (2012) pendidikan seseorang mengenai

kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, hal ini

dikarenakan dengan pendidikan yang didapat akan memperoleh

pengetahuan dan akan tercipta upaya pencegahan suatu penyakit.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkannya

menyerap ilmu pengetahuan, dengan demikian maka wawasannya

akan lebih luas. Oleh karena itu, pengetahuan keluarga tentang

COVID-19 merupakan aspek yang sangat penting dalam masa

pandemik seperti sekarang ini. Keluarga perlu mengetahui penyebab

COVID-19, karakteristik virusnya, tanda dan gejala, istilah yang

terkait dengan COVID-19, pemeriksaan yang diperlukan dan proses

29
transmisi serta upaya pencegahan penyakit tersebut (Purnamasari,

2020). Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik terkait

perilaku sehat maka ada kecenderungan untuk berperilaku yang baik

pula (Gladys. 2016).

Perilaku yang baik dapat menjadi upaya pencegahan terhadap

penularan COVID-19 (Audria, 2019). Perilaku kesehatan dipengaruhi

oleh banyak faktor, diantaranya pengetahuan, persepsi, emosi, mot-

ivasi, dan lingkungan (Rahayu, 2014). Eksplorasi tentang perilaku

kesehatan keluarga dapat dilihat dari berbagai komponen, diantaranya

persepsi tentang kerentanan penyakit, persepsi hambatan dalam upaya

pencegahan, persepsi tentang manfaat, adanya dorongan, dan persepsi

individu tentang kemampuan yang dimiliki untuk melakukan upaya

pencegahan (Almi, 2020).

Perilaku pencegahan dalam arti luas tidak hanya terbatas

ditujukan terhadap seseorang yang sehat tetapi dapat pula ditujukan

terhadap penderita yang sedang sakit. Sesuai dengan batasan

"pencegahan" ialah "the act of keeping from happening", yang

maksudnya merupakan tindakan yang menjaga jangan sampai terjadi

sesuatu atau dengan kata lain jangan sampai terlanjur parah (Hariyono,

2013).

Dalam melakukan upaya pencegahan maka terdapat 3 tingkat

pencegahan (Ievel of prevention) ialah :

30
1. Pencegahan primer (primary prevention), ialah tingkat

pencegahan awal dengan cara menghindari atau mengatasi

faktor - faktor fisiko, misalnya: memakai masker, sering

mencuci tangan dengan air dan sabun, dan menjaga jarak satu

sama lain.

2. Pencegahan sekunder (secondary prevention), ialah tingkat

pencegahan dengan cara melakukan deteksi dini pcnyakit pada

saat penyakit tersebut belum menampilkan gejala -gejalanya

yang khas, sehingga pengobatan dini masih mampu

menghentikan perjalanan penyakit lebih lanjut, misalnya:

pemeriksaan PCR untuk mengetahui ada tidaknya terinfeksi

COVID-19.

3. Pencegahan tersier (tertiary prevention) ialah tingkat

pencegahan dengan cara melakukan tindakan klinis yang

bcrtujuan mencegah kerusakan lebih lanjut atau mengurangi

komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui, contohnya :

penggunaan obat – obat simptomatik pada pasien COVID-19

untuk mengurangi keparahan pada pasien (Hariyono, 2013)11.

2.1.4. Tingkat Pengetahuan.

31
Menurut Sulaiman (2015) tingkatan pengetahuan terdiri dari 4

macam, yaitu pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal, penge-

tahuan normatif dan pengetahuan esensial10.

1) Pengetahuan deskriptif yaitu jenis pengetahuan yang dalam cara

penyampaian atau penjelasannya berbentuk secara objektif

dengan tanpa adanya unsur subyektivitas.

2) Pengetahuan kausal yaitu suatu pengetahuan yang mem-berikan

jawaban tentang sebab akibat.

3) Pengetahuan normative yaitu suatu pengetahuan yang senantiasa

berkaitan dengan suatu ukuran dan norma atau aturan.

4) Pengetahuan esensial adalah suatu pengetahuan yang menjawab

suatu pertanyaan tentang hakikat segala sesuatu dan hal ini sudah

dikaji dalam bidang ilmu filsafat.

2.1.5. Jenis Pengetahuan

Di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai penge-

tahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa

pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu pengetahuan

biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan

agama10.

1) Pengetahuan biasa

32
Pengetahuan biasa yaitu pengetahuan yang dalam filsafat

dikatakan dengan istilah common sense dan sering diartikan

dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana

ia menerima secara baik. Common sense diperoleh dari

pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk

menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, dan

sebagainya.

2) Pengetahuan ilmu

Pengetahuan ilmu yaitu ilmu sebagai terjemahan dari

science. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk

mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense,

suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan peng-

amatan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan

dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan

menggunakan berbagai metode.

3) Pengetahuan filsafat

Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari

pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.

Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan

kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya mem-berikan

pengetahuan yang lebih menekankan pada univer-salitas dan

33
kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya memberikan

pengetahuan yang reflektif dan kritis.

4) Pengetahuan agama

Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya di-

peroleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat

mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diper-oleh

dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan

wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

2.1.6. Cara mengukur pengetahuan

Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak 76%-100%. Kategori cukup, apabila pertanyaan

dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 56%-75%. Kategori

kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden <

56%11.

2.2. Konsep Keluarga

2.2.1. Definisi Keluarga

Pengertian Keluarga adalah kelompok sosial yang pertama dalam

kehidupan manusia dimana seseorang belajar dan menyatakan diri

sebagai manusia social dalam hubungan interaksi dengan kelom-

poknya (Gerungan dalam Yasin, 2016).

34
Keluarga adalah kelompok social kecil yang umumnya terdiri

dari ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan relatiftetap dan

didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi (Ahmadi

dalam Yasin, 2016)12.

2.2.2. Faktor-Faktor Dalam Lingkungan Keluarga

Menurut Slameto dalam Yasin (2016) ada beberapa faktor-faktor

dalam lingkungan keluarga yang akan memberikan pengaruh pada

siswa antara lain :

1) Cara orang tua mendidik

2) Relasi antar anggota keluarga

3) Suasana rumah

4) Keadaan ekonomi orang tua

5) Perhatian orang tua

6) Latar belakang kebudayaan.

2.2.3. Fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga

Menurut Marilyn M. Friedmen dalam Efendi & Makhfudli

(2009) adalah kompenen dari fungsi keluarga dalam hal

mempertahankan keadaan kesehatan keluarganya agar tetap memiliki

35
produktivitas dan aktivitas yang tinggi dan kemampuan keluarga

dalam memberikan perawatan kesehatan sehingga mempengaruhi

status kesehatan keluarga. Menurut Friedman 1998 dalam

Andarmoyo,S (2012), bagaimana setiap keluarga mampu untuk

memenuhi keadaan anggota kesehatannya dan anggota keluarganya

agar tetap terjaga produktifitasnya yang secara keseluruhan meliputi

aspek kesehatan lingkungan,kesehatan kebutuhan nutrisi dan

kebersihan diri. Tingkat tanggap keluarga terkait kondisi kesehatan

akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaiakan masalah

kesehatan keluarga tersebut5.

Efendi,H & Larasati,TA (2017) yang menekankan bahwa fungsi

kesehatan keluarga mempunyai peranan penting dalam mengelola

kondisi kesehatan anggota keluarganya, khususnya yang mengalami

permasalah kesehatan. Tidak hanya itu pengaruh keluarga dapat

terangkum dalam sejauhmana mampu untuk melalukan support system

utama keluarga, keseimbangan finansial, kontrol kesehatan, dan

wellbeing yang merupakan subkategori dari pengaruh keluarga

terhadap permasalahan kesehatan yang di hadapinya. Keluarga yang

menjadi pilar utama dan pertama kesehatan bagi anggota keluarga

lainnya menjadi penentu tarah kualitas kesehatan yang dimiliki. Di

masa pandemi covid19 sangat penting bagi keluarga untuk menjaga

36
kesehatannya serta keluarganya, khususnya anggota yang renta

terhadap kondisi penyakit salah satunya adalah lansia. Dengan fungsi

keluarga pemeliharaan kese-hatan keluarga yang berjalan selama

pandemi covid19, kondisi dan taraf kesehatan anggota akan lebih

terjaga sebab point dalam pengelolaan kesehatan akan terfokus dan

lebih khusus pada anggota denga usia rentan seperti lansia. Keluarga

harus lebih optimal dalam menjaga dan memelihara kesehatan semua

anggota keluarganya, dimana semua anggota harus saling sadar dan

terpadu untuk menciptakan keluarga tangguh dalam menghadapi

segala permasalahan kesehatan yang ada. Keluarga memiliki peran

penting dalam memutus mata rantai penularan COVID19 agar tidak

menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara penularannya

berdasarkan droplet infection dari individu ke individu, maka

penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan, tempat kerja, tempat

ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat orang

berinteaksi sosial (Sugihantono.A,Dkk, 2020). Banyak yang bisa

dilakukan oleh lansia dalam tetap menjaga kebugaran / kesehatan diri

khususnya dimasa pandemi covid19, karena ini sangatlah penting.

Upaya ini untuk melihat sejauh mana kontribusi lansia dalam

pencegahan dan penularan covid19 yang saat ini masih menduduki

ranking di atas dalam kasus morbiditas dan mortalitas.

37
Lansia merupakan kelompok rentan yang paling berisiko

kematian akibat Covid-19, dimana lansia harus bisa dikelola untuk

mandiri dalam menjaga kesehatannya secara pribadi minimal,

khususnya di masa pandemi saat (Mulati.Erna, 2020).

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun

keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging

process atau proses penuaan (WHO, 2015). Lansia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita.

Lansia sendiri merupakan tahap akhir dalam proses kehidupan yang

terjadi banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang

saling berhubungan satu sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan

masalah kesehatan fisik maupun jiwa pada lansia (Cabrera, 2015)7.

Klasifikasi Lansia Menurut WHO (2013) adalah Usia

pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun, lansia

(elderly) yaitu kelompok usia 55-65 tahun, lansia muda (young old)

yaitu kelompok usia 66-74 tahun, lansia tua (old), yaitu kelompok usia

75-90 tahun, lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih

dari 90 tahun.

Proses penuaan Menurut Sunaryo, et.al. (2016) :

38
1) Teori Biologis

Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam

kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal dunia,

perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor

luar yang bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya

perubahan 5 struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan.

Teori biologis lebih menekan pada perubahan struktural sel atau

organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis.

2) Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)

Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon

perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan

walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri

dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s

hierarchy of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar

manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan biologis/

fisiologis/ sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai

tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori individualisme jung

(jung’s theory of individualisme), yaitu sifat manusia terbagi

menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan

cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat

perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life), yaitu tugas

perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang adalah ego

39
integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu mencapai tugas

ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang bijaksana

(menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi

lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil).

3) Teori Kultural

Teori kultural menjelaskan bahwa tempat kelahiran

seseorang berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya

merupakan sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat

pada suatu daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang

dimiliki sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.

4) Teori Sosial

Teori sosial meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan

memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan

usia seseorang mengakibatkan seseorang menarik diri dari

kehidupan sosialnya) dan teori kesinambungan (adanya

kesinambungan pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak

diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses penuaan).

5) Teori Genetika

Teori genetika mengungkapkan bahwa proses penuaan

memiliki komponen genetik. Dilihat dari pengamatan bahwa

anggota keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama

40
dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa

mengikut sertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.

6) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun

untuk mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan

pada sel, perubahan ini disebut peristiwa autoimun.

7) Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang

botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut

dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin.

8) Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang

menyatakan bahwa lansia adalah orang yang aktif dan memiliki

banyak kegiatan sosial. Continuity theory adalah perubahan yang

terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang

dimilikinya, dan disengagement theory adalah akibat

bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri dari

pergaulan.

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan Menurut Muhith &

Siyoto (2016) :

1) Hereditas atau genetic

41
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang

dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme

pengendalian fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan

oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu

kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur

kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang daripada

laki-laki.

2) Nutrisi/makanan

Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbang-an

reaksi kekebalan.

3) Status kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses

penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya

sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luas yang merugikan

yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.

4) Pengalaman hidup

i. Terpapar sinar matahari : kulit yang tidak terlindungi sinar

matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan

menjadi kusam.

ii. Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot

dan melancarkan sirkulasi darah.

42
iii. Mengkonsumsi alkohol : alkohol mengakibatkan pembe-

saran pembuluh darah kecil pada kulit dan meningkatkan

aliran darah dekat permukaan kulit.

5) Lingkungan

Proses menua secara biologik berlangsung secara alami

dan tidak dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap

dipertahankan dalam status sehat.

6) Stres

Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah,

pekerjaan, ataupun masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya

hidup akan berpengaruh terhadap poses penuaan.

2.3. Konsep Covid-19

2.3.1. Definisi Covid-19

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menu-

lar yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan

munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan,

China pada akhir Desember 2019 (Li et al, 2020). Berdasarkan hasil

penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga berhubungan dengan Pasar

Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian

mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru

yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan

43
virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama,

namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan

MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses penularan yang cepat membuat

WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30

Januari 202013.

2.3.2. Tanda dan Gejala Penderita Covid-19

Gejala Covid-19 antara lain demam, batuk kering, dan sesak napas.

Beberapa pasien mengalami gejala mirip pilek dan mengalami nyeri pada

tenggorokan dan diare. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan

gejala dan merasa sehat. Sebagian dapat pulih dengan sendirinya, sedangkan

sebagian lainnya mengalami perburukan kondisi sehingga mengalami

kesulitan bernapas dan perlu dirawat di rumah sakit (WHO, 2020)

2.3.3. Cara Penularan Covid-19

Covid-19 dapat menular dari orang yang terinfeksi kepada orang lain

di sekitarnya melalui percikan batuk atau bersin. Covid-19 juga dapat menular

melalui benda-benda yang terkontaminasi percikan batuk atau bersin

penderita Covid-19. Orang lain yang menyentuh benda-benda terkontaminasi

tersebut lalu menyentuh mata, hidung dan mulut mereka dapat tertular

penyakit ini (WHO, 2020)

Virus penyebab Covid-19 dapat bertahan di udara sekitar satu jam,

sedangkan di permukaan benda-benda dapat bertahan selama beberapa jam.

44
Di permukaan berbahan plastik dan besi tahan karat virus dapat bertahan

hingga 72 jam, pada cardboard selama 24 jam dan pada tembaga bertahan

selama 4 jam (Van Doremalen, 2020)14.

2.3.4. Faktor Risiko Corona virus

Virus yang menyebabkan COVID-19 menginfeksi orang-orang dari

segala usia. Namun, bukti sampai saat ini menunjukkan bahwa dua kelompok

orang berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 yang parah. Ini adalah

orang yang lebih tua (yaitu orang di atas 60 tahun tua), dan mereka yang

memiliki kondisi medis yang mendasarinya (seperti penyakit kardiovaskular,

diabetes, pernapasan kronis) penyakit, dan kanker). Risiko penyakit parah

secara bertahap meningkat dengan usia mulai dari sekitar 40 tahun (WHO,

2020). Dalam dua studi terbaru, para peneliti NYU (New York University)

menyebutkan ada beberapa faktor risiko yang menjadikan Covid-19 bisa

menginfeksi seseorang lebih parah, misalnya, pengaruh usia, obesitas

(kegemukan) dan penyakit kronis (Citroner, G. Healthline, 2020).

Pada lansia, terutama mereka yang memiliki komorbiditas, memiliki

tingkat kematian kasus yang jauh lebih tinggi (sekitar 15% pada mereka yang

berusia 80 tahun atau lebih) daripada mereka yang lebih muda (Centers for

Disease Control and Prevention, 2020). Seiring pertambahan usia, tubuh akan

mengalami berbagai penurunan akibat proses penuaan, mulai dari

menurunnya produksi pigmen warna rambut, produksi hormon, kekenyalan

45
kulit, massa otot, kepadatan tulang, kekuatan gigi, hingga fungsi organ-organ

tubuh (American Heart Association, 2020). Sistem imun sebagai pelindung

tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika masih muda. Inilah alasan mengapa

orang lanjut usia (lansia) rentan terserang berbagai penyakit, termasuk

COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona (Citroner, G. Healthline,

2020). Selain itu, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit kronis, seperti

penyakit jantung, diabetes, asma, atau kanker. Hal ini bisa meningkatkan

risiko atau bahaya infeksi virus Corona. Komplikasi yang timbul akibat

COVID-19 juga akan lebih parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-

penyakit tersebut (Worldometer, 2020). Bukan hanya menyebabkan gangguan

pada paru-paru, infeksi virus Corona juga bisa menurunkan fungsi organ-

organ tubuh lainnya, sehingga kondisi penyakit kronis yang sudah dimiliki

penderita akan semakin parah, bahkan sampai mengakibatkan kematian

(Worldometer, 2020). Pada penderita kanker, misalnya. Penyakit kanker

sendiri dapat melemahkan sistem imun sehingga penderitanya tidak mampu

menangkal serangan virus Corona, ditambah lagi efek samping kemoterapi

yang juga dapat menekan sistem imun. Dalam keadaan seperti ini, virus

Corona akan lebih mudah berkembang dan menyebabkan gangguan pada

berbagai organ tubuh (American Cancer Society, 2020). Pada penderita gagal

jantung, di mana jantungnya sudah mengalami kepayahan dalam memompa

darah, gangguan paru-paru akibat infeksi virus Corona akan membuat jantung

harus bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini

46
tentu dapat memperburuk kondisi jantung (Centers for Disease Control and

Prevention, 2020)7.

2.3.5. Cara Pencegahan Covid-19

Secara umum ada Beberapa langkah pencegahan Covid-19 yang direko-

mendasikan oleh WHO pada tahun 2020 antara lain :

1) Sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau

antiseptik berbahan alkohol. Deterjen pada sabun dan alkohol pada

antiseptik dapat membunuh virus pada tangan.

2) Jaga jarak dengan orang lain minimal satu meter. Hal ini untuk

mencegah tertular virus penyebab Covid-19 dari percikan bersin

atau batuk.

3) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum Anda

memastikan tangan Anda bersih dengan mencuci tangan

menggunakan sabun dan air mengalir atau antiseptik. Tangan yang

terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung dan mulut

yang menjadi jalan masuk virus ini ke dalam tubuh dan

menyebabkan penyakit Covid-19.

4) Tetaplah berada di dalam rumah agar tidak tertular oleh orang lain

di luar tempat tinggal14.

Sedangkan dari sosialisasi Kementrian kesehatan terkait pencegahan

Covid-19 untuk Lansia adalah sebagai berikut :

47
1) Untuk sementara tidak melakukan perjalanan keluar rumah, tetaplah

berada dirumah/ panti wreda dengan melakukan kegiatan rutin.

2) Jauhi keramaian, perkumpulan, kegiatan sosial seperti arisan, reuni,

rekreasi, pergi berbelanja, dll

3) Tidak menerima kunjungan cucu. Ini cukup berat tapi masuk diakal

karena cucu bisa sebagai carrier tanpa tanda apapun, mereka sangat

imun.

4) Jaga jarak (1 meter atau lebih) dengan orang lain. Hidari bers-

entuhan, bersalaman, atau bercium pipi.

5) Tunda pemeriksaan rutin ke Dokter. Ini juga berat, kecuali sangat

mendesak, hubungi dulu melalui telepon. Keluarga/ pengasuh

memastikan lansia minum obat secara teratur dan pastikan

persediaan obat yang cukup bagi lansia yang memiliki penyakit

kronis

6) Ajak atau anjurkan lansia melakukan kegiatan yang menyenangkan

seperti dapat membantu menghubungkan dengan rekannya melalui

sambungan Skype, Video call, zoom, membaca atau merawat

tanaman disekitar rumah.

7) Ajarkan kebersihan diri, juga kepada pengasuh untuk sering

mencuci tangan dengan sabun. Jaga kebersihan barang yang

digunakan.

48
8) Larang kunjungan ke rumah jompo. Rumah jompo tempat

kumpulan orang sangat rentan virus. Hanya orang-orang sehat dan

tidak ada riwayat terpapar dengan lingkungan yang berisiko

penularan yang dapat menemui/ mendampingi lansia.

9) Jangan berkompromi dengan rutinitas harian mereka seperti ibadah

tepat waktu, tidur tepat waktu, olahraga, makan, sosial (komunikasi

dengan Hp) juga tepat waktu. Jangan ubah, supaya nyaman.

10) Cukup tidur, malam 6-8 jam dan siang 2 jam. Boleh meningkatkan

imunitas dengan makan makanan dengan gizi seimbang (cukup

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)7.

2.3.6. Diagnosis

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien

yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode

deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti

pemeriksaan RT-PCR.

2.3.7. Tata Laksana

Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk

mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi

simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu

yang masih diteliti melalui uji klinis13.

49
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah uraian tentang hubungan antar variable-variabel yang

terkait dengan masalah penelitian dan di bangun berdasarkan kerangka teori/kerangka

pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman penelitian. Kerangka konsep

merupakan bagian dari kerangka teori yang akan diteliti, untuk mendeskripsikan

secara jelas variable yang di pengaruhi (variable dependent) dan varibel pengaruh

(variable independent). Kerangka konsep sebaiknya dibuat dalam bentuk skema atau

50
diagram, sehingga memudahkan untuk melihat hubungan antar variable dan analisis

datanya. (Sudibyo & Rustika, 2013).

Variable independent Variable Dependent

Tingkat Pengetahuan Perilaku Pencegahan


Keluarga
Sangat baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang

Sangat buruk
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Perilaku Pencegahan COVID-19 Pada Lansia.

3.2. Hippotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata hypo (= di bawah) dan thesis (= kaidah) adalah

suatu pernyataan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya dengan mengg-

unakan uji statistik yang sesuai. Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan hubungan

antar 2 variabel atau lebih yang disusun berdasarkan kerangka konsep penelitian.

Hipotesis diperlukan untuk penelitian eksperimen dan analitik. Hipotesis dalam

penelitian ini harus operasioan dalam bentuk narasi (bukan hipotesis nol). (Sudibyo &

Rustika, 2013)

51
Ha : ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan

COVID –19 pada lansia

Ho : tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan perilaku

pencehagan COVID –19 pada lansia.

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional variable adalah batasan dan cara pengukuran

variable yang akan diteliti. Defenisi operasional dari variable adalah sangat

penting, terutama untuk menentukan alat atau instrument yang akan

digunakan dalam pengumpulan data. (Zainudin, 2000 dalam Buku I Putu

Suiraoka et,al 2019)15.

Lihat Tabel 3.1

Tabel 3.1
Variable Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

52
Pemahaman
dan hal-hal
yang diketah-
Variable
ui responden 1. Baik (76%- 100%
Independent : Kuesioner
tentang geja- 2. Cukup (75%- 56%) Ordinal
Pengetahuan
la, cara peny- 3. Kurang (<56%)
Keluarga
ebaran dan
pencegahan
COVID-19

1. Sangat Baik (80%-


Tindakan resp- 100%)
Variable
onden dalam 2. Baik (79%- 60%)
Dependent : Kuesioner
melakukan pen- 3. Cukup (59%- 40%) Ordinal
Perilaku
cegahan Penya- 4. Kurang (39%- 20%)
Pencegahan
kit COVID-19. 5. Sangat Buruk
(<20%)11.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

53
3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi yang dipilih oleh

peneliti dalam upaya menjawab masalah penelitian. Desain penelitian yang dipilih

harus dapat menjawab tujuan penelitian, meminimalkan kesalahan dengan

memaksimalkan rehabilitas (kepercayaan) dan validitas (kesahihan) hasil penelitian

(Sudibyo & Rustika, 2013).

Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi yang bertujuan

untuk menggambarkan fakta dan juga sifat-sifat variable yang sedang diteliti. Dengan

metode pendekatan Cross sectional. Cross sectional adalah penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan dependen

hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2020). Dalam penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan asa atau tidaknya hubungan pengetahuan keluarga dengan perilaku

pencegahan covid-19 pada lansia. Data diperoleh setelah pengisian kuesioner

pengetahuan keluarga dan perilaku pencegahan covid-19 pada lansia.

3.2. Populasi Dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu

himpunan yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi

atau generalisasi (Sudibyo & Rustika, 2013). Populasi yang diambil

54
dalam penelitian ini adalah semua keluarga dengan lansia di wilayah

RT 10 / RW 04 Rawa Buaya, Cengkareng-Jakarta Barat.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota

himpunan yang dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi

(Sudibyo & Rustika, 2013). Teknik pengambilan sampel ini adalah

Total Sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total

sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100. Jadi jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 53 keluarga dengan lansia di

wilayah RT 10 / RW 004 Rawa Buaya, Cengkareng-Jakarta Barat.

Berikut adalah bagian dari Kriteria Sampel:

1) Kriteria Inklusi

Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek penelitian/

populasi agar dapat diikutseratakan dalam penelitian (Sudibyo

& Rustika, 2013). Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :

i. Keluarga dengan lansia di wilayah RT 10 / RW 004

Rawa Buaya, Cengkareng-Jakarta Barat

ii. Keluarga dengan lansia dalam keadaan sadar penuh

mampu berkomunikasi dengan baik, jelas, dan kooperatif.

(Ditujukan kepada anak, saudara atau orang yang tinggal

bersama dengan lansia)

55
iii. Bersedia mengisi kuesioner sesuai penjelasan yang

diberikan peneliti

iv. Sudah mendapatkan penjelasan tentang mengisi

kuesioner

2) Kriteria Eksklusi

Keadaan yang menyebabkan subyek penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi tetapi tidak dapat diikutseratakan dalam

penelitian (Sudibyo & Rustika, 2013). Kriteria eksklusi dari

penelitian ini adalalah :

i. Keluarga dengan lansia yang tidak kooperatif

ii. Keluarga dengan lansia yang tidak bersedia menjadi

responden dalam pelaksanaan penelitian

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan RT 10 / RW 004, Kel.

Rawa Buaya, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat. Alasan peneliti memilih

tempat lokasi RT 10 / RW 004 Rawa Buaya, Cengkareng-Jakarta

Barat karena berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan di RT 10

RW 004 Rawa Buaya tersebut, didapatkan 16 dari 20 keluarga dengan

lansia tidak mengetahui bagaimana cara pencegahan covid-19 seperti

melakukan 3 M.

3.3.2. Waktu Penelitian

56
Sesuai dengan jadwal penelitian yang sudah ditentukan,

penelitian ini dimulai dari pelaksanaan bimbingan proposal pada

minggu ketiga bulan Maret sampai minggu ketiga bulan April, pada

minggu ke empat bulan April dilakukan pendaftaran seminar proposal

dan ujian seminar proposal, kemuudian revisi seminar dilakukan pada

minggu pertama dan kedua bulan mei, penelitian dan pengolahan data

dilakukan pada minggu ke empat bulan april sampai minggu ke dua

bulan juni, dilanjutkan dengan seminar skripsi pada minggu ke tiga

bulan Juni, kemudian revisi dilakukan pada minggu ke tiga dan ke

empat bulan juni setelah itu pengumpulan revisi pada minggu ke satu

dan ke dua bulan juli.

3.4. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah prinsip – prinsip moral yang diterapkan dalam

penelitian ini (Sudibyo & Rustika, 2013). Berikut prinsip moral yang di

terapkan dalam melaksanakan penelitian ini :

3.4.1. Informed Consent

Informed consent adalah suatu lembar persetujuan yang

diberikan oleh peneliti kepada responden/partisipan untuk

menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan

penelitian. Informed Consent berarti responden/ partisipan

memperoleh informasi yang adekuat tentang penelitian, mampu

memahami informasi, bebas menentukan pilihan dan peneliti

57
memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut atau tidak ikut

berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela (Suiraoka Putu et al,

2019).

3.4.2. Confidentiatly (kerahasiaan)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk

privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap

orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada

orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup

menggunakan coding sabagai pengganti identitas responden.

3.4.3. Anonimity (tanpa nama)

Anonymity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek

penelitian dengan tidak mencantumkan identitas responden,

kerahasiaan responden dan pada kuesioner selama proses penelitian di

lakukan dengan cara mengganti nama responden menggunakan kode

berupa angka, untuk responden jenis kelamin laki-laki dengan kode 01

sedangkan untuk responden perempuan dengan kode 02.

3.4.4. Beneficence (Berbuat Baik)

Prinsip etik berbuat bai (beneficence), yang menyangkut upaya

maksimal dan kerugian minimal yaitu :

58
1) Resiko penelitian wajar dibandingkan manfaat yang

diharapkan

2) Desain penelitian memenuhi persyaratan ilmiah.

3) Peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan menjaga

kesejahteraan subjek.

4) Tidak merugikan subjek penelitian16.

3.4.5. Juatice (Keadilan) / Keterbukaan

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan

sebagainya.

3.4.6. Freedom from harm (Bebas dari kerugian)

Penelitian yang dilakukan tidak boleh menyakiti atau

memberikan penderitaan kepada subjek penelitian. Berbagai

kemungkinan atau masalah terkait dengan etika penelitian dapat saja

terjadi terutama terhadap subjek penelitian atau partisipan16.

3.5. Alat Pengumpulan Data

59
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data selama penelitian ini

adalah kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur berupa angket atau kuesioner

dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden

jumlahnya besar dan tidak buta huruf. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dalam kuesioner mampu menggali hal-hal yang bersifat rahasia

(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2013). Kuesioner terdiri dari 3 bagian :

1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi dikategorikan dalam bentuk usia, pekerjaan

dan pendidikan.

2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Covid-19

Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan menggunakan multiple choice.

Tingkat pengetahuan baik yaitu 76% - 100% jika responden menjawat

pertanyaan 11-15 soal benar, pengetahuan cukup yaitu 56% - 75% jika

responden menjawab 6-10 soal benar, pengetahuan kurang yaitu < 56%

jika responden menjawab < 5 soal benar. (Arikunto, 2006 dalam Wawan

& Dewi).

3. Kuesioner Perilaku Pencegahan

Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan menggunakan skala Guttman dengan

2 kategori yaitu “Ya atau Tidak” rumus yang digunakan untuk untuk

menggukur presentase dari jawaban yang didapat dari kuesioner menurut

Arikunto, 2013, yaitu :

Presentase = jumlah nilai yang benar x 100

60
Jumlah soal
Kategori sangat baik jika nilainya 80% - 100%, kategori baik jika

nilainya 79% - 60%, kategori cukup jika nilainya 59% - 40%, kategori

jika nilainya kurang 39% - 20%, dan kategori sangat buruk jika nilainya

< 20%.

3.6. Uji Validitas Dan Reabilitas

Validitas adalah gambaran sebarapa jauh pengukuran yang dilakukan

menghasilkan nilai yang sebenarnya ingin diukur (Sudibyo & Rustika, 2013).

Raebilitas adalah gambaran seberapa jauh pengukuran yang diperoleh

dengan menggunakan instrument (termasuk kuesioner) yang sama diulangi

akan menghasilkan nilai yang sama (Sudibyo & Rustika, 2013).

Nilai validitas dari kuesioner tingkat pengetahuan yang berisi 15

pertanyaan yang dilakukan oleh willy dengan judul “Hubungan Pengetahuan,

Persepsi, Dan Sikap Masyarakat Dengan Perilaku Pencegahan Wabah Virus

Corona”. Menyatakan bahwa nilai untuk setiap pertanyaan dengan

keseluruhan nilai r > 0,479 yang berarti valid. Untuk reabiltas nilai cronbacha

0,831.

Nilai validitas dari kuesioner perilaku yang berisi 10 pertanyaan nilai r >

0,459 berarti valid dan untuk reabilitas nilai cronbacha 0,708 berarti reliable

(Willy, 2021)11.

61
Kuesioner yang peneliti gunakan sudah teruji reabilitas dan validitasnya

dan sudah digunakan oleh peneliti sebelumnya.

3.7. Prosedur Pengumpulan Data

1) Setelah skripsi penelitian di setujui, dilanjutkan dengan pengajuan surat

permohonan izin penelitian ke Prodi Ilmu Keperawatan STIKes KESOSI

Jakarta.

2) Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua RT 10 Rawa

Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.

3) Setelah mendapatkan izin dari ketua RT 10 dilanjutkan dengan menyeleksi

calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya.

4) Setelah mendapatkan calon responden yang telah ditentukan peneliti

melakukan pendekatan dengan mendatangi rumah responden satu persatu

(door to door) dengan menerapkan protokol kesehatan 3 M.

5) Jika responden setuju untuk menjadi responden maka diberikan lembar

persetujuan kemudian menandatanganinya.

6) Selanjutnya responden akan diberikan penjelasan tentang pengisian

kuesioner oleh peneliti.

7) Peneliti memberikan waktu kira-kira 20 menit untuk menjawab

pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

62
8) Setelah kuesioner di isi oleh responden kemudian akan di olah dan di

analisa oleh peneliti

3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah upaya mengubah data yang telah dikumpulkan

menjadi informasi yang dibutuhkan (Sudibyo & Rustika, 2013). Adapun

urutan pengolahan data :

3.8.1. Editing

Editing adalah pemeriksaan kembali jawaban responden pada

kuesioner yang mencakup kelengkapan jawaban, keterbacaan tertulis,

keseragaman ukuran, dan sebagainya sebelum diberi kode (Sudibyo &

Rustika, 2013)

3.8.2. Coding

Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf pada

kuesioner tertutup atau semi tertutup menurut macamnya enjadi

benntuk angka untuk pengolahan data komputer (Sudibyo & Rustika,

2013).

3.8.3. Entry

Entry data adalah pengetikn kode jawaban responden pada

kuesioner ke dalam program pengolahan data16.

3.8.4. Cleaning

Cleaning adalah pembersihan data hasil entry data agar

63
terhindar dari ketidaksesuaian dengan koding jawaban responden pada

kuesioner16.

3.8.5. Scoring

Menentukan skor atau nilai pada tiap item pertanyaan dan

menentukan nilai terendah dan tertinggi (Setiadi, 2013). Skoring disini

untuk menilai variable yang diteliti yaitu pengetahuan keluarga dengan

perilaku pencegahan covid-19 pada lansia.

3.8.6. Tabulating

Tabulating adalah mencatat atau entry data kedalam induk

penelitian (Hidayat, 2012 dalam Artanty Mellu, 2020)

3.9. Analisa Data

3.9.1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmojo,

2012)

Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan frekuensi

karakteristik responden dari data demografi, variable independen yaitu

tingkat pengetahuan keluarga dan variable dependen yaitu perilaku

pencegahan covid-19 pada lansia.

64
3.9.2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,

2010).

Analisis dilakukan melalui uji statistic Kolmogorov Sminrov.

untuk menentukan hubungan antara variable tingkat pengetahuan

keluarga terhadap variable perilaku pencegahan.

Hasil diperoleh pada analisis uji Kolmogorov sminrov, dengan

menggunakan program SPSS versi 16.0. Jika hasil nilai p velue < 0,05

maka terdapat hubungan yang signifikan antara variable independen

dan dependen , dan apabila nila p velue > 0,05 maka tidak ada

hubungan antara variable independen dan dependen.

Alasan memilih uji statistic Kolmogorov Sminrov karena tabel

yang digunakan lebih dari 2 x 2 sehingga tidak memenuhi syarat untuk

uji statistic chi-square.

65
BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan hasil analisa data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data

melalui kuesioner yang disebarkan kepada 53 responden pada tanggal 19- 23 mei

2021 di wilayah RT 010 RW 004, Rawa Buaya, Cengkareng Jakarta Barat. Data yang

diperoleh kemudian dianalisa secara univariat dan bivariate. Hasil analisanya sebagai

berikut.

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Jl. Madrasah RT 010 RW 004 Rawa Buaya,

Cengkareng Jakarta Barat. RT ini memiliki 200 KK dengan jumlah lansia

sebanyak 53 orang, RT ini dipimpin oleh bapak Nalih Nasir.

5.2. Distribusi frekuesi responden berdasarkan usia.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasrakan Usia

Usia Frekuensi ( n ) Persen (%)


20-30 thn 17 32.1
30-40 thn 23 43.4
>40 thn 13 24.5
Total 53 100.0

Dari hasil analisa data yang didapat dari tabel diatas

menunjukkan bahwa ada 13 responden yang berusia >40 tahun dengan

66
presentase 24,5 dan ada 23 responden yang berusia 30-40 tahun

dengan presentase 43,4 %.

5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi (n) Persen (%)
Swasta 6 11.3
PNS 2 3.8
Ibu rumah tangga 31 58.5
lain-lain 14 26.4
53 100.0
Dari hasil analisa data yang diperoleh dari tabel diatas

menunjukkan bahwa ada 2 responden yang bekerja PNS dengan

presentase 3.8 % dan ada 31 responden yang bekerja sebagai ibu

rumah tangga dengan presentase 58,5 %.

5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.4
Tabel Distribusi frekuensi Responden berdasarkan pendidikan.

Jenjang Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)


SD 11 20.8
SMP 22 41.5
SMA 18 34.0
Perguruan tinggi 2 3.8
Total 53 100.0

Dari hasil analisa data yang didapat dari tabel diatas

menunjukkan bahwa ada 2 responden berpendidikan perguruan tinggi

67
dengan presentase 3,8 % dan 22 respon yang berpendidikan SMP

dengan presentase 41,5 %

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen(%)


Baik 19 35.8
Cukup 8 15.1
Kurang 26 49.1
Total 53 100.0

Dari hasil analisa data yang didapat dari tabel diatas

menunjukkan bahwa ada 19 responden yang memiliki pengetahuan

baik dengan presentase 35.8 %, sedangkan ada 26 responden yang

memiliki pengetahuan kurang dengan presentase 49.1 %.

5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pencegahan

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan perilaku pencegahan

Perilaku Frekuensi (n) Persen (%)


sangat baik 17 32.1
Baik 13 24.5
Cukup 8 15.1
Kurang 9 17.0
sangat buruk 6 11.3
Total 53 100.0

68
Dari hasil tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa ada 17

responden yang memiliki perilaku sangat baik dengan presentase

32.1% sedangkan ada 6 responden yang memiliki perilaku pencegahan

sangat buruk dengan presentase 11.

5.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Covid-19

Perilaku Pencegahan Covid-19


Tingkat P
Penge- Value
tahuan Sangat
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Buruk
N % N % N % N % N %
1
Baik 63.2% 6 31.6% 1 5.3% 0 0% 0 0%
2
Cukup 2 25.0% 2 25.0% 3 37.5% 1 1.4% 0 0% 0.073

Kurang 3 8.3% 5 19.2% 4 30.8% 8 30.8% 6 23.1%


1
Jumlah 32.1% 13 24.5% 8 15.1% 9 17.0% 6 11.3%
7

Tabel 5.7
Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan
Dari hasil analisa data yang di peroleh pada tabel 5.7 diatas menunjukan

bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 12 orang dengan

perilaku sangat baik dengan presentase 63.2% sedangakan respondeng yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 3 orang dengan perilaku pencegahan sangat buruk.

Hasil analisis uji Kolmogorov sminrove didapatkan hasil nilai p velue sebasar 0.073

yang artinya nilai p>0.05 menandakan jika Ho gagal ditolak sehingga

69
dapatdisimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan perilaku pencegahan covid-19.

70
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan pembahasan mengenai hasil peneltian

dengan judul “Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku Covid-19 Pada

lansia Di Rt 010 Rw 004 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat”.

6.1. Tingkat Pengetahuan Keluarga Di Rt 010/Rw 004 Rawa Buaya,

Cengkareng Jakarta Barat

Ditinjau dari hasil penelitian pada tabel 5.5 mengenai distribusi

frekuensi responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang pencegahan

covid-19, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 26 responden dengan presenntase 49.1%, sedangkan yang

berpengetahuan baik jumlahnya sedikit yaitu 19 responden dengan presentase

35.8%.

Analisis peneliti terkait hasil bahwa tidak adanya hubungan antara

pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan covid-19 pada lansia di rt

010/rw 004 rawa buaya, cengkareng Jakarta barat. Dikarenakan penyakit

covid-19 merupakan hal baru bagi masyarakat sehingga mereka juga kurang

mengetahui informasi mengenai covid-19 dan cara pencegahannya.

Permasalahan yang didapatkan di responden antara lain adalah

terbatasnya pengetahuan responden mengenai tindakan pencegahan virus

covid-19, kurangnya kesadaran untuk menggunakan masker ketika keluar

71
rumah, kurangnya pemahaman dalam penggunaan antiseptic dan desinfektan

saat batuk dan bersin (Han Y,2020).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan teling (Notoadmojo).

Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menimbulkan rasa percaya

diri, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dalam

penelitian ini adalah responden mampu mengetahui tentang COVID-19 dan

upaya pencegahannya.

Menurut Notoatmodjo (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu pendidikan, umur, pekerjaan dan faktor eksternal lainnya.

Menurut pendapat Budiman (2013) yang menyatakan bahwa usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan bertambahnya

usia seseorang menyebabkan semakin berkembangnya daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang didapat semakin meningkat juga. Carter,

2011, mengatakan bahwa dengan pendidikan yang semakin tinggi maka

seseorang akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin

meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya. Notoatmodjo (2012)

berpendapat bahwa pengetahuan bisa didapat melalui pendidikan formal

dalam sekolah namun juga bisa diperoleh dari pendidikan nonformal di luar

sekolah dan melalui pengalaman.

72
6.2. Perilaku Pencegahan Covid-19 Di Rt 010/Rw 004 Rawa Buaya,

Cengkareng Jakarta Barat

Ditinjau dari hasil penelitian pada tabel 5.6 mengenai distribusi

frekuensi responden berdasarkan perilaku pencegahan covid-19, sebagian

besar responden memiliki perilaku yang sangat baik yaitu sebanyak 17

responden dengan presentase 32.1% sedangkan yang memiliki perilaku yang

sangat buruk sebanyak 6 responden dengan presentase 11.3%.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Andina Bunga Syafel

(2020) dimana mayoritas responden memiliki perilaku baik sebanyak 72

orang (60%) dan mayoritas responden memiliki perilaku yang kurang baik

sebanyak 48 orang (40%).

Perilaku yang baik dapat menjadi upaya pencegahan terhadap

penularan COVID-19 (Audria, 2019). Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh

banyak faktor, diantaranya pengetahuan, persepsi, emosi, mot-ivasi, dan

lingkungan (Rahayu, 2014).

Perilaku pencegahan dalam arti luas tidak hanya terbatas ditujukan

terhadap seseorang yang sehat tetapi dapat pula ditujukan terhadap penderita

yang sedang sakit. Sesuai dengan batasan "pencegahan" ialah "the act of

keeping from happening", yang maksudnya merupakan tindakan yang

menjaga jangan sampai terjadi sesuatu atau dengan kata lain jangan sampai

terlanjur parah (Hariyono, 2013). Dalam melakukan upaya pencegahan maka

terdapat 3 tingkat pencegahan (Ievel of prevention) ialah :

73
Pencegahan primer (primary prevention), ialah tingkat pencegahan

awal dengan cara menghindari atau mengatasi faktor - faktor fisiko,

misalnya: memakai masker, sering mencuci tangan dengan air dan sabun,

dan menjaga jarak satu sama lain.

Pencegahan sekunder (secondary prevention), ialah tingkat

pencegahan dengan cara melakukan deteksi dini pcnyakit pada saat penyakit

tersebut belum menampilkan gejala -gejalanya yang khas, sehingga

pengobatan dini masih mampu menghentikan perjalanan penyakit lebih

lanjut, misalnya: pemeriksaan PCR untuk mengetahui ada tidaknya terinfeksi

COVID-19.

Pencegahan tersier (tertiary prevention) ialah tingkat pencegahan

dengan cara melakukan tindakan klinis yang bcrtujuan mencegah kerusakan

lebih lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui,

contohnya : penggunaan obat – obat simptomatik pada pasien COVID-19

untuk mengurangi keparahan pada pasien (Hariyono, 2013).

6.3. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan Covid-19

Pada Lansia Di Rt 010/Rw 004 Rawa Buaya, Cengkareng Jakarta Barat

Berdasarkan pengetahuan didapat sebagian responden memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 26 orang dengan presentase 49.1%.

berdasarkan hasil uji Kolmogorov sminrove didapatkan hasil nilai p velue

sebasar 0.073 yang artinya nilai p>0.05 menandakan jika Ho gagal ditolak

74
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan covid-19.

Teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo yang terkait bahwa

responden dengan tingkat pengetahuan yang baik memiliki tindakan

pencegahan COVID-19 yang cukup hingga baik. Hal ini dapat diartikan

bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang karena dengan pengetahuan yang baik dapat

menciptakan perilaku yang baik pula. Dimana tingkat pengetahuan keluarga

juga mempengaruhi kepatuhan menggunakan masker dan kepatuhan cuci

tangan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona. Kepatuhan

merupakan perilaku positif dari keluarga. Sebaliknya perilaku keluarga yang

tidak baik akan meningkatkan jumlah kasus dan angka kematian akibat

penularan COVID-19.

Perilaku yang baik dapat menjadi upaya pencegahan terhadap

penularan COVID-19. Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor

diantaranya pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi dan lingkungannya.

Eksplorasi tentang perilaku Kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

komponen, diantaranya persepsi tentang kerentanan penyakit, persepsi

hambatan dalam upaya pencegahan, persepsi tentang manfaat, adanya

dorongan, dan persepsi individu tentang kemampuan yang dimiliki untuk

melakukan upaya pencegahan (Almi,2020).

75
Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pencegahan yang

dilakukan responden sebagian besar pada kategori sangat baik (32.1%).

Bentuk perilaku yang ditunjukkan antara lain kepatuhan dalam menjaga jarak

saat di luar rumah, selalu mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer

sebelum masuk rumah, taat menggunakan masker saat berpergian dan tidak

bersentuhan atau salaman dengan oranglain. Seseorang yang telah

mengetahui tentang suatu informasi tertentu, maka dia akan mampu

menentukan dan mengambil keputusan bagaiman dia harus menghadapinya.

Dengan kata lain, saat seseorang mempunyai informasi tentang COVID-19,

maka ia akan mampu untuk menentukan bagaimana dirinya harus berperilaku

terhadap COVID-19 tersebut (Ahmadi, 2013).

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Tutik Yuliyanti (2021)

bahwa ada hubungan yang signifikan antar Pengetahuan dan Sikap dengan

perilaku Pencegahan Covid-19 Pada Keluarga Usia Lanjut Di Wilayah

Kecamatan Sukoharjo dengan nilai p value 0,000. Pengetahuan, sikap dan

perilaku merupakan hal yang memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya

dan saling berpengaruh satu sama lain. Tingakat pengetahuan dapat

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang (Achmadi, 2013).

Keluarga memiliki peran dan fungsi yang bisa dilakukan sebagai

uapya melawan dan mencegah persebaran wabah covid-19. Dengan

menjalankan peran dan fungsi keluarga tersebut merupakan suatu gerakan

gotong royong nasional antara masyarakat dan pemerintah untuk membasmi,

76
melawan dan memutus persebaran Covid-19 sehingga bangsa Indonesia

dapat mengalahkan wabah tersebut dan kembali seperti sediakala (Ashidiqie,

2020).

Keluarga yang memiliki usia lanjut dengan resiko penyakit penyerta

seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung dan penyakit pembuluh

darah, penyakit ginjal akan berpotensi terinfeksi Covid-19. Pada lanjut usia

akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara berlahan-

lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi (Sunaryo et al, 2016).

Peran keluarga dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya

diperlukan untuk mencegah penularan khususnya bagi keluarga dengan usia

lanjut. Perubahan fisiologis usia lanjut terkait umur akan menurunkan fungsi

intrinsik seperti malnutrisi, penurunan fungsi kognitif dan gejala depresi.

Deteksi dini mengenai kemungkinan pemberian obat yang tidak tepat harus

dilakukan untuk menghindari munculnya kejadian tidak diharapkan .Orang

berusia lanjut memiliki resiko yang lebih besar , keluarga memiliki peran

penting dalam memutus rantai penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan

sumber penularan baru.

Perilaku pemeliharaan kesehatan ada kaitannya dengan fungsi

keluarga yang pertama yaitu mengenal kesehatan anggota keluarga yang

sakit. Pemeliharaan kesehatan adalah kemampuan mempertahankan status

77
kesehatan (Taylor dan Ralph, 2010). Dengan pengetahuan yang baik tentang

pencegahan COVID-19 maka perilaku pemeliharaan kesehatan pada keluarga

menjadi efektif dalam mempertahankan status kesehatan terutama pada usia

lanjut.

78
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai”Hubungan

Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan Covid-19 Pada Lansia Di

Rt 010/Rwa 004 Rawa Buaya, Cengkareng Jakarta Barat” maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

7.1.1. Dari 53 responden yang telah diteliti dengan hasil menunjukkan 26

responden yang berpengetahuan kurang (49.1%) dan 19 responden

berpengetahuan baik (35.8%).

7.1.2. Dari 53 responden yang telah diteliti dengan hasil 17 responden yang

memiliki perilaku sangat baik (32.1%) dan 6 responden yang memiliki

perilaku sangat baik (11.3%).

7.1.3. Dari hasil uji statistic Kolmogorov sminrov didapatkan bahwa terdapat

nilai p = 0.073 > a = 0,05 yang menandakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan atau bermakna antara pengetahuan keluarga

dengan perilaku pencegahan covid-19 pada lansia di rt 010/rw 004

rawa buaya, cengkareng Jakarta barat.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu

dipertimbangkan :

79
7.2.1. Institusi pendidikan

Diharapkan para pendidik dapat membekali peserta didiknya

tentang tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan

covid-19 pada lansia agar mampu memberikan penyuluhan kesehatan

sehingga dapat menyampaikan kepada masyarakat.

7.2.2. Bagi Pemerintah

Diharapkan untuk pemerintah agar selalu menghimbau

masyarakat untuk tetap mentati protocol kesehatan yang sudah

ditetapkan.

7.2.3. Bagi Sarjana Keperawatan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

dalam membantu masyarakat memiliki pengetahuan yang memadai

tentang penyakit covid-19 yaitu dengan melakukan kegiatan promosi

kesehatan.

7.2.4. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan bagi pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan perilaku pencegahan

covid-19 pada lansia.

7.2.5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meningkatkan penelitian

yang berkaitan dengan perilaku pencegahan covid-19 karena akan

80
memperbaiki generalisasi hasil penelitian serta memiliki nilai manfaat

yang lebih tinggi.

81
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zainal Abidin Dan Errix Kristian Julianto. 2020. “Hubungan Fungsi
Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Dengan Pencegahan Penularan
Covid19 Bagi Lansia Di Desa Kadungrejo Baureno Bojonegoro.
Ambohamsah Idawati, Fredy Akbar K, Chairunnisa Sukiman. 2021 “Peningkatan
Pengetahuan Lanjut Usia dalam Upaya Pencegahan covid-19 di Desa
Sidorejo’’
Bunga Syafel Andina dan Anissatul Fatimah, 2020. ‘’ Hubungan Pengetahuan,
Sikap Dan Perilaku Dengan Kepatuhan Ibu Rumah Tangga Dalam
Pencegahan Covid-19 Di Rt 02 Rw 05 Kabandungan I Desa SirnagalihI
Bogor’’
Dahlan, M. Sopiyudin, 2014. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.
Jurnal Semarak. Budhi Prabowo1, Angga Juanda, Ibrahim Bali Pamungkas. 2020
“Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Dan Faktor Keluarga
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolahdasar ( Study Kasus Di
Kecamatan Pondok Betung , Tangerang Selatan ),” 3.1
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Menkes/413/2020,
2019
Mujiburrahman, Riyadi, Dan Ningsih, 2020 “Pengetahuan Berhubungan Dengan
Peningkatan Perilaku Pencegahan Covid-19 Di Masyarakat,” Jurnal
Keperawatan Terpadu, 2.2 (2020), 130–40
Http://Www.Elsevier.Com/Locate/Scp
Melani Kartika Sari. Jurnal Karya Abdi. 2020 Sosialisasi Tentang Pencegahan
Covid-19 Di Kalangan Siswa Sekolah Dasar Di Sd Minggiran 2
Kecamatan Papar Kabupaten Kediri.
Melvin Josua Wonok, Ribka Wowor, Ardiansa A. T. Tucunan. 2020. Gambaran
Perilaku Masyarakat Tentang Pencegahan Covid-19 Di Desa Tumani
Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan
Nursalam, 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Rusmini. 2018. “Dasar Dan Jenis Ilmu Pengetahuan,”

82
Suryaningrum, Fatma Nur. 2021, Hubungan Pengetahuan Dan Persepsi
Masyarakat Dengan Upaya Pencegahan Covid-19 Di Kelurahan Srondol
Wetan, Semarang.
Supardi, S., & Rustika. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Trans
Info Media, Jakarta.

Widanarti Setyaningsih, S.Kp.,Mn, Dkk. Laporan Akhir Pengabdian Kepada


Masyarakat. 2020. Hidup Sehat Bagi Lansia Pada Era New Normal
Pandemik Covid-19.
Willy, 2021. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Dan Sikap Masyarakat Dengan
Perilaku Pencegahan Wabah Virus Corona.
Wawan, A, Dewi, M.,2010. Teori Dan Pengukurannya Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika : Yogyakarta.

83

Anda mungkin juga menyukai