Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep) Dari Universitas Advent Indonesia
Disusun Oleh:
Sinaga BJ Ghio Vega Romastin
1752032
i
HALAMAN PENGESAHAN
Diterima dan disetujui oleh panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah di Program Studi
Diploma Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent
Indonesia sebagai persyaratanakhir untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)
Menyetujui:
ii
ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI PENDENGARAN
PADA Ny. F DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID
DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI JAWA BARAT
Disusun Oleh:
iii
HALAMAN PERNYATAAN NON-PLAGIASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyusun suatu karya tulis
ilmiah dengan judul :
Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain atau bukan merupakan plagiasi dari karya orang
lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapatpenyimpanan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
iv
ABSTRAK
Latar Belakang: Jiwa merupakan unsur penting yang harus di jaga kesehatannya.
Bukan hanya di dunia, di Indonesia kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah
yang signifikan. Data yang di dapat dari World Health Organization (WHO)
tahun 2009 dalam Widianti, dkk (2017) memperkirakan 450 juta orang di seluruh
dunia mengalami gangguan mental, dari penyakit secara keseluruhan dan
kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) (2018) juga menyatakan dari 282 juta orang di Indonesia
terkena gangguan jiwa, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6%, dari populasi
dan 7,1% atau sekitar lebih dari 18 juta jiwa yang menderita gangguan jiwa berat
(Skizofrenia), Jumlah kasus ini terus bertambah, disebabkan oleh berbagai
penyebab seperti biologi, biokimia, genetika dan faktor keluarga. Tujuan: Karya
tulis ini dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Ny. F dengan
skizofrenia paranoid: Halusinasi Pendengaran. Metode: Metode studi kasus
dengan cara pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi,
kepustakaan, dan studi media elektronik. Diagnosa: Diagnosa yang muncul pada
Ny. F yaitu: Gangguan Persepsi Halusinasi Pendengaran. Perencanaan disusun
sesuai dengan masalah keperawatan klien. Implementasi dilakukan sesuai rencana
yang disusun. semua intervensi dapat di aplikasikan sesuai dengan kondisi yang
ada. Kesimpulan: Kerjasama dari tim kesehatan, klien, dan keluarga sangat
dibutuhkan demi keberhasilan asuhan keperawatan. Saran agar keluarga dan
perawat dapat selalu memberikan dukungan untuk klien agar mengikuti program
terapi yang klien jalani.
v
ABSTRACT
Background: The soul is an important element that must be taken care of. Not
only in the world, in Indonesia mental health is one of the significant problems.
Data obtained from the World Health Organization (WHO) in 2009 in Widianti,
et al (2017) estimates that 450 million people worldwide suffer from mental
disorders, from overall illness and are likely to develop to 25% by 2030. Basic
Health Research ( RISKESDAS) (2018) also states that of the 282 million people
in Indonesia affected by mental disorders, with the category of mild mental illness
6%, from the population and 7.1% or about more than 18 million people who
suffer from severe mental disorders (Schizophrenia), the number of cases this
continues to grow, caused by various causes such as biology, biochemistry,
genetics and family factors.
Aim: This paper can apply nursing care to Ny. F with paranoid schizophrenia:
Hearing hallucinations.
Method: Case study method by collecting data through observation, interviews,
documentation, literature, and electronic media studies.
Diagnosis: Diagnosis that appears in Ny. F namely: Hearing Hallucinations
Perception Disorders. Planning is arranged according to the client's nursing
problem. Implementation is carried out according to the plan drawn up. all
interventions can be applied in accordance with existing conditions.
Conclusion: Cooperation from the health team, clients, and family is needed for
the success of nursing care. Suggestions that families and nurses can always
provide support for clients to follow the therapeutic program that clients live.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang telah di limpahkan kepada penulis, sehingga penulis
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis ini dalam bentuk
1. Denny Paul Ricky, M.Kep. Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing yang dengan
rela hati telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal
hingga akhir.
3. Novita Verayanti Manalu, MAN selaku dosen penguji dua yang telah
vii
5. Debilly Yoan Boyoh, M.Kep selaku Kajur Keperawatan DIII Universitas
Advent Indonesia.
6. Pihak Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang telah menyediakan lahan
7. Ny. F selaku klien dan keluarganya yang rela bekerja sama dengan penulis
8. Keluarga penulis yang berjauhan namun disatukan oleh kasih Kristus yakni
Mama dan Papa, yang sudah mendoakan, memotivasi dan mengingatkan saya
9. Orang-orang terkasih lainnya yang selalu ada buat penulis, Carolina Tupen,
Destri Syeba Stevani Sijabat, Grace Hutajulu, Novinza Agata, Ardi Ginting,
10. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan UNAI 2017 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, serta semua pihak yang selalu mendoakan Penulis.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
semua kebaikan semua pihak yang telah membantu. Harapan penulis semoga
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Skizofrenia Paranoid ......................... 17
2.2.1 Definisi ................................................................................. 17
2.2.2 Etiologi ................................................................................. 17
2.2.2.1 Faktor Predisposisi ................................................. 17
2.2.2.2 Faktor Presipitasi ................................................... 19
2.2.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia Paranoid................................ 20
2.2.4 Penatalaksanaa Skizofrenia .................................................. 21
2.2.5 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 24
2.2.6 Rencana Tindakan Keperawatan .......................................... 24
2.2.7 Evaluasi Keperawatan .......................................................... 28
x
4.2.1 Pengkajian ............................................................................. 58
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 60
4.2.3 Intervensi .............................................................................. 61
4.2.4 Implementasi......................................................................... 61
4.2.5 Evaluasi................................................................................. 62
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
mental, sekitar 10% adalah orang dewasa dan 25% penduduk diperkirakan
penduduk di amerika serikat pada tahun 2004 berusia 18 tahun atau lebih
mengalami gangguan jiwa. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kasus
1
2
mengatakan, sekitar 35 juta orang di dunia terkena depresi, 47,5 juta terkena
terkena gangguan jiwa, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6%, dari
populasi dan 7,1% atau sekitar lebih dari 18 juta jiwa yang menderita
mental emosional tertinggi adalah Gorontalo dan Jawa Barat masing - masing
17,7 % dan 12,8%, sedangkan yang terendah di Kepulauan Riau (5,5 %).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat dalam Media Indonesia (2018)
Di Jawa Barat, jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di 27 kota dan
1,6% per 1.000 penduduk dikali jumlah penduduk di Jawa Barat sebanyak
perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada
terhadap kejadian dalam hidupnya dan merasa tidak dapat mengontrol realita
topik ini adalah kerena banyaknya kasus yang ditemukan di bangsal perawatan
di RSJ Provinsi Jawa Barat, dari program studi D3 angkatan 2017 ketika
kelolaan yang berbeda, didapati bahwa setiap pasien kelolaan kami memiliki
Oleh sebab itu penulis tertarik membuat Karya Tulis Ilimiah dengan judul:
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi dua bagian
penglihatan.
penglihatan.
halusinasi penglihatan.
halusinasi penglihatan.
halusinasi penglihatan.
2019 sampai 24 Oktober 2019 di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat.
5
dengan :
kepada klien, keluarga klien dan staf perawat untuk memperoleh data
yang tepat.
bab, yaitu:
Bab 4 Pembahasan
TINJAUAN TEORITIS
dan tingkah laku (Depkes RI, 2015 dalam Sudarmono, dkk, 2018).
6
7
hingga saat ini, namun skizofrenia dapat dialami oleh seseorang karena adanya
1. Biologi
bisa terlihat pada sub populasi pasien. Gangguan yang sering dijumpai yaitu
dilatasi ventrikel dan lateral yang stabil dan terkadang sudah terlihat sebelum
Beberapa hasil penelitian melaporkan; semua perubahan telah dibawa sejak lahir
dan progresif.
2. Biokimia
Etiologi dari segi biokimia belum diketahui. Hipotesis paling banyak yakni
penemuan utama:
3. Genetika
mempunyai orang tua yang terdiagnosa terkena skizofrenia diadopsi oleh orang
yang tua yang tidak memiliki riwayat penyakit skizofrenia, tetapi hal tersebut
tidak mengurangi resiko pada anak itu terjangkit penyakit skizofrenia. Frekuensi
resiko akan bertambah atau meningkat pada keluarga yang memiliki riwayat
skizofrenia
4. Faktor Keluarga
pulang ke rumah akan sering kambuh pada tahun berikutnya bila dibandingkan
dengan pasien yang ditempatkan di panti penitipan. Pasien yang berisiko adalah
skizofrenia.
9
berikut:
yang tidak memadai atau tidak tepat, permusuhan, dan penarikan diri dari
lingkungan.
1. Gejala positif
respons negatif dari orang lain, karena itu mungkin sekali orang
3) Kacau dalam berpikir dan berbicara. Gejala ini dapat diketahui dari
penderita.
2. Gejala-gejala negatif
pendek yang isinya terbatas dan mungkin tampak tidak tertarik untuk
bercakap-cakap.
memperlihatkan apa yang disebut afek datar. Mereka seperti orang yang
mestinya memperlihatkannya.
skizofrenia
faktor eksternal
Ketidaksenangan
menarik R. perilaku terhadap kritik dari
diri kekerasan orangtua dan keluarga
Ingin menikah,
R. perilaku kekerasan
tidak tercapai
Waham: Halusinasi
kebesaran
penjelasannya:
sehingga anak memiliki sifat introvet (sifat menutup diri dari kehidupan
luar) menimbulkan sifat menarik diri, sifat ekstrovet (sifat yang cenderung
muncul halusinasi
14
ketidaksenangan terhadap kritik dari orang tua dan keluarga maka terjadi
risiko yang melatarbelakangi seseorang terjadi gangguan jiwa yang mana itu
mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang
dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres pengalaman stres yang dialaminya.
sosial.
15
presipitasi memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stres atau tekanan
hidup. Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural.
Waktu merupakan dimensi yang juga memengaruhi terjadinya stres, yaitu berapa
lama terpapar dan berapa frekuensi terjadinya stres. Faktor presipitasi yang sering
terjadi adalah :
kejadian yang dijelaskan sebagai jalan masuk dan jalan keluar. Jalan masuk
sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang
3. Skizofrenia katatonik, timbul pertama kali antara usia 15-30 tahun dan
psikomotor yang paling sering terlihat antara lain: mata kadang tertutup,
didalam mulut dan mengalir keluar, air seni dan feses ditahan.
6. Jenis skizo-efektif, jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek,
2.2.1 Definisi
di negara manapun. Gambaran klinis didominasi oleh waham yang secara relatif
stabil, sering kali bersifat paranoid diserta oleh halusinasi, terutama halusinasi
ada yang ganjil, yang salah tetapi tidak mau diluruskan, bersikap curiga,
jiwa yang paling sering ditemukan pada klien. Skizofrenia jenis ini didominasi
oleh gejala yang positif yang sering nampak jelas seperti waham. Waham itu
2.2.2 Etiologi
Yoseph dan Sutini (2014) menuliskan faktor pencetus dibagi menjadi dua
atrofi otak.
18
dengan waham kebesaran terdapat perasaan yang tidak adekuat serta tidak
tersebut.
3. Sosial budaya. Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan, tapi tidak
maladaptif meliputi:
atau perilaku.
20
Tanda dan gejala yang muncul pada skizofrenia paranoid adalah waham
berlebihan atau prilaku agresif yang berlebihan (Suryani, 2015). Gejala primer
yang muncul adalah gangguan proses pikir, gangguan afek dan emosi, gangguan
gangguan jiwa yang paling umum ditemukan, dimana 40% dari semua kasus
skizofrenia paranoid:
3. Kemarahan
9. Rasa permusuhan.
memaafkan.
21
Ada 2 terapi yang dapat di lakukan pada penderita skizofrenia paranoid yaitu:
program rehabilitasi yang terdiri dari manajemen kasus dan intervensi aktif
ini dirancang khusus untuk pasien yang fungsi sosialnya buruk dan
berat.
2. Terapi Farmakologi
23
Terapi penderita skizofrenia dibagi menjadi tiga tahap yakni terapi akut,
terapi stabilisasi dan terapi pemeliharaan. Terapi akut dilakukan pada tujuh hari
sosialisasi serta perbaikan kebiasaaan dan perasaan. Pengobatan pada tahap ini
dosis akut. Klozapin merupakan antipsikotik yang hanya digunakan apabila pasien
seperti:
1) Psikofarmakologis
dosis harian 60-120 mg, klorpromazin dengan dosis harian 30-800 mg dan
Terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy (ECT) adalah suatu
kejang pada penderita tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk
terapi pada klien dengan mwngalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada pelipis dahi kiri dan kanan untuk membangkitkan kejang
grandmall.
perilaku kekerasan. Maramis, (2009) menuliskan ciri utama dari skizofrenia ini
Setelah SP 2 1. Untuk
pertemuan 1. Evaluasi Sp 1 mengetahui
kedua, klien 2. Latih perkembanga
mampu berbicara atau n klien.
menyebutkan bercakap- 2. Untuk
kegiatan yang cakap dengan mengelihkan
sudah dilakukan orang lain saat perhatian
dan mampu halusinasi klien
memperagakan muncul 3. Agar klien
cara bercakap- 3. Masukan dapat
cakap dengan dalam jadwal mengulangi
orang lain. kegiatan apa yang
harian. dilatih.
Setelah SP 3 1. untuk
pertemuan 1. evaluasi mengetahui
ketiga, klien kegiatan yang perkembangan
mampu lalu klien.
menyebutkan 2. latih kegiatan 2. untuk
keqgiatan yang agar halusinasi mengatasi
sudah dilakukan tidak muncul. halusinasi
26
Setelah SP 4 1. untuk
pertemuan 1. evaluasi mengetahui
keempat, klien kegiatan yang perkembangan
mampu lalu klien
menyebutkan 2. tanyakan 2. agar klien
kegiatanyang program dapat minum
sudah dilakukan, pengobatan obat
klien mampu 3. jelaskan 3. agar klien
menyebutkan pentingnya dapat
manfaat dari penggunaan melakukannya
pengobatan. obat secara rutin
4. jelaskan akibat
putus obat
5. jelaskan
pengobatan
(5B).
6. latih klien
minum obat
7. masukkan
dalam jadwal
harian klien
Setelah Sp 2 1. Untuk
pertemuan 1. Evaluasi mengetahui
kedua, klien kegiatan perkembangan
mampu yang lalu klien
menyebutkan 2. Latih cara 2. Agar resiko
kegiatan yang fisik 2: perilaku
sudah dilakukan pukul kasur kekerasan
atau bantal tidak muncul
3. Masukan 3. Agar klien
dalam dapat
kegiatan melatihnya
harian klien
Setelah SP 3 1. Untuk
pertemuan 1. Evaluasi mengetahui
ketiga, klien kegiatan perkembangan
mampu yang lalu klien
menyebutkan 2. Latih secara 2. Agar klien
kegiatan yang verbal : dapat
sudah dilakukan menolak, menghindari
dan mampu meminta resiko perilaku
memperagakan dengan baik kekerasan
cara verbal 3. Masukan 3. Agar klien
mengontrol dalam dapat
perilaku kegiatan melatihnya
harian
Setelah SP 4 1. Untuk
pertemuan 1. Evaluasi mengetahui
keempat, klien kegiatan kegiatan
mampu yang lalu perkembangan
menyebutkan 2. Latih secara klien
kegiatan yang spiritual: 2. Agar klien
sudah dilakukan shalat, merasa tenang
dan mampu berdoa 3. Agar klien
28
waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa keperawatan, dan
dengan kondisi klien. Semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh
yaitu, didapatkan pasien mampu berorientasi pada realitas secara bertahap, dapat
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas cara penulisan dan pengumpulan data dalam
membuat karya tulis ilmiah sesuai dengan buku pedoman pembuatan karya tulis.
pendekatan studi kasus. Studi kasus yang menjadi pokok pembahasan karya tulis
ilmiah ini adalah gambaran lebih dalam tentang asuhan keperawatan gangguan
Fokus studi dari karya tulis ilmiah ini adalah pelaksanaan asuhan
30
31
2. Pasien halusinasi adalah pasien kelolaan penulis dengan inisial Ny. F yang
dirawat di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dengan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Prosedur pengumpulan data pada studi kasus ini adalah sebagai berikut :
fakultas.
32
pada klien.
3. Nonmaleficience
bagi klien, dengan meminta pengawasan dari para perawat yang bekerja.
4. Autonomy
Pasien setuju mau berpartisipasi dalam studi kasus ini setelah perawat
5. Beneficence
6. Justice
TINJAUAN KASUS
dimulai dari pengkajian, sampai akhirnya akan dilakukan evaluasi terhadap pasien
Hasil studi kasus diperoleh dari data-data yang telah dikumpulkan melalui
Jawa Barat. Rumah sakit ini terletak di Jl. Cisarua - Pasur Calung, Jambudipa,
Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40551 memiliki 12 ruang rawat
inap. Fasilitas yang ada di rumah sakit ini adalah pelayanan rawat jalan,
4.1.2 Pengkajian
dibutuhkan pasien.
34
35
Nama : Ny. F
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Majalengka
kepala ayahnya, dan melempar barang. Keluarga juga mengatakan pasien suka
serta tidak tidur selama tiga hari.Saat perawat mengkaji pasien, didapati pasien
berbicara dengan nada keras dan sering mendengar suara yang selalu menyuruh
mengatakan bahwa suara itu adalah suara pamannya dan suara itu terdengar saat
pasien sedang sendiri. Suara itu sering terdengar saat malam hari.
36
Faktor Predisposisi
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa 4 tahun silam, yaitu pada bulan
Juni tahun 2015 dan keluarga segera membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat. Tidak data dalam rekam medis pasien mengenai keteraturan
Aniaya Fisik - - - - - -
Aniaya Seksual - - - - v 20
Penolakan - - - - - -
Kekerasan Dalam RT - - - - - -
Tindakan Kriminal - - - - - -
aniaya seksual oleh seorang laki - laki ketika berumur 20 tahun. Keluarga
mengatakan bahwa pasien sosok yang baik dan juga suka mengaji.
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: Pasien ditinggal pergi oleh
suaminya tanpa ada status hubungan yang jelas dan pasien pernah mengalami
keguguran.
37
1. Tanda-tanda vital:
Nadi = 80x/m
Suhu = 36°C
Pernafasan = 20x/m
4.) Psikososial
1. Genogram.
Pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara, Ayah pasien berusia 55 tahun
tahun. Ayah serta ibunya sudah lama berpisah akibat konflik diantara
kedua belah pihak keluarga, oleh karena itu semenjak kelas 2 smp pasien
kakaknya.
38
Ket
= Laki – Laki
= Perempuan
= Bayi Keguguran
= Tinggal Serumah
= Pasien
= Berpisah/bercerai
2. Konsep Diri
telahmenikah.
perempuan.
sebelumnya.
39
3. Hubungan Sosial
tanpa alasan.Pasien mengatakan jika dia sedang sendiri ada suara yang
berbuat hal-hal yang memalukan, karena itu pasien merasa dirinya aneh
4. Spiritual
Islam. Pasien yakin dengan Allah SWT dan selalu menunaikan ibadah
sholat 5 waktu.
5. Status mental
40
benar, rambut tidak diikat namun tersisir rapih, tubuh pasien terlihat
3) Aktivitas Motorik: Pasien aktif dan suka berdiri diatas tempat tidur.
mulut komat-kamit, dan juga terkadang teriak sendiri tanpa tau tanpa
pertanyaan.
memalukan
10) Isi pikir: Pasien berulang-ulang mengatakan, jika dia malu berada di
RSJ, dia merasa dirinya tidak berguna dan apabila dia sudah boleh
pulang, dia akan berusaha untuk menjadi anak yang baik bagi kedua
orang tuanya serta berusaha menjadi istri yang baik bagi suaminya,
disekitarnya.
42
14) Memori: Gangguan daya ingat sendiri. Daya ingat pasien kurang baik.
17) Daya tilik diri: Pasien menyadari penyakitnya, ingin cepat sembuh dan
pulang ke rumah.
1.) Makan: Pasien mampu makan secara mandiri tiga kali sehari. Pasien
tempatnya.
2.) BAB/BAK :Pasien mampu BAB dan BAK secara mandiri di WC,
3.) Mandi :Pasien mampu mandi secara mandiri satu kali setiap pagi,
namun ada sedikit aroma kurang sedap yang tercium dari tubuh pasien
Perawatan pendukung: Ya
Perawatan pendukung: Ya
1. Mempersiapkan makanan: Ya
3. Mencuci pakaian: Ya
1. Belanja: Tidak
2. Transportasi: Tidak
3. Lain-lain: Tidak
Adaptif Ya Maladaptif Ya
Penjelasan: Pasien mampu berbicara dengan orang lain dengan reaksi yang
lambat, juga pasien tetapi tidak suka memulai pembicaraan duluan. Pasien juga
4.1.3 Pengobatan
1 THP 2mg 3 x
1 hari
2 HP 5mg 3 x 1
hari
46
Masalah
Data Subjektif Data Objektif
Keperawatan
Pasien mengatakan jika dia
sedang sendiri ada suara yang Pasien sering berbicara
berbisik kepadanya dan sendiri, mulut komat- Halusinasi
mengatakan padanya untuk kamit, teriak sendiri tiba Pendengaran
pulang dan tidakberbuat hal-hal – tiba.
yang memalukan
Pasiensuka berteriak –
Keluarga pasien
teriak saat bernyanyi,
mengatakanpasien marah dan
melompat – lompat
merusak barang misalnya :
dikasur, perasaan labil, Resiko Perilaku
piring,gelas, jendela jika
mudah tersinggung Kekerasan
kemauannya tidak dipenuhi
dengan pasien lain yang
bahkan memukul ayahnya
menggangu
ketika ditegur
kesenangannya .
47
1. Halusinasi: Penglihatan
pada Ny. F dengan skizofrenia di ruang merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Gangguan sensori Setelah di berikan Setelah dilakukan SP 1 1. ungkapan dari pasie
persepsi : halusinasi tindakan asuhan pertemuan pasien mampu : 1. Bantu pasien mengenal tentang isi, waktu
pendengaran. keperawatan 1. Menyebutkan isi waktu, halusinasinya dengan terjadi, frekuensi,
selama 1 x 8 jam frekuensi, situasi cara mendiskusikan isi, situasi pencetus,
diharapkan pasien pencetus, dan perasaan waktu terjadi, menunjukan apa
mampu : 2. memperagakan cara frekuensi, situasi yang dibutuhkan dan
1. Mengenal mengontrol halusinasi pencetus, perasaan. dirasakan pasien.
halusinasinya 2. Latih mengontrol 2. tindakan
2. Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasinya menghardik : merupkan salah satu
3. Mengikuti a. Jelaskan cara upaya untuk
pengobatan menghardik menguntrol
secara optimal b. Peragakan cara halusinasi.
menghardik Syafrini, dkk (2015).
c. minta pasien
memperagakan ulang
d. pantau penerapan ini,
beri penguatan prilaku
pasien
e. masukan dalam jadwal
kegiatan pasien.
49
3. Gangguan sensori Setelah di berikan Setelah pertemuan pasien SP III 1. evaluasi akan
persepsi : halusinasi tindakan asuhan mampu : mengevaluasi kegiatan membantu untuk
penglihatan dan keperawatan 1. Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP I dan II) merencanakan
pendengaran. selama 1 x 8 jam yang sudah dilakukan dengan menayakan apa tindakan
diharapkan pasien 2. Membuat jadwal yang sudah dilakukan selanjutnya
mampu : kegiatan dam seperti latihan bercakap- 2. melakukan sebuah
1. Mengenal melakukan setiap hari cakap. kegiatan rutin
halusinasinya dan mempu 1. latih kegiatan agar dapat membantu
2. Mengontrol memperagakan halusinasi tidak muncul pasien lupa akan
halusinasinya 2. jelaskan aktivitas halusinasinya
3. Mengikuti teratur dapat mengatasi 3. melakukan
pengobatan halusinasi kegiatan yang
secara 3. dikusikan aktivitas biasa dilalukan
optimal. yang biasa pasien pasien merupakan
lakukan sebelum salah satu
masuk RS tindakan yang
4. latih pasien dapat
melakuakan aktivitas mengendalikan
5. susun jadwal aktivitas halusinasi.
sehari-hari (dari Syafrini, dkk (2015).
bangun pagi sampai
tidur malam)
6. pantau pelaksanan
jadwal kegiatan,
berikan penguatan
terhadap prilaku yang
positif.
51
A:
SP I yang yang
diberikan belum
tercapai pasien
belum dapat
mengontrol
halusinasinya. Pasien
masih takut bila
halusinasinya timbul.
Masalah belum
teratasi.
53
P:
Latihan terus
menghardik sesuai
jadwal.
O:
Pasien bisa
memperagakan cara
menghardik.
A:
Tujuan tercapai
pasien mampu
memperagakan cara
menghardik, lanjut
SP 2.
Masalah Teratasi.
P:
Latihan mengontrol
halusinasi dengan
menghardik.
ngobrol”
O:
Pasien
memperagakan cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap.
A:
Pasien belum mampu
memperagakan cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap.
Masalah belum
teratasi.
P:
Terus latihan
bercakap- cakap.
A:
Tujuan tercapai
pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
55
cakap, lanjut SP 3.
Masalah teratasi.
P:
Latihan cara
melakuakan aktivitas
yang biasa di
lakukan.
O:
Pasien
memperagakan cara
membereskan tempat
tidur.
A:
Tujuan tercapai
pasien dapat
membereskan tempat
tidur.
Masalah teratasi.
P:
Latihan kembali
untuk membereskan
tempat tidurnya setiap
pagi dan aktivitas
lainnya.
56
O:
Pasien dapat
mendemontrasikan
cara membereskan
tempat tidur.
A : Tujuan tercapai
pasien sudah mampu
melakukan aktivitas
membereskan tempat
tidur setiap bagi yang
sudah diajarkan,
Lanjut SP IV
Masalah teratasi.
P:
Latihan melakukan
kegiatan yang biasa
dilakuakan seperti
bereskan tempat tidur
sesuai jadwal
kegiatan pasien.
57
P:
Latihan minum obat
dengan benar dan
teratur sesuai jadwal.
A:
Tujuan tercapai
pasian dapat
melakukan semua SP.
Masalah teratasi.
P :.
Latihan minum obat
dengan benar sesuai
jadwal. Pasien
mampu melakukan
aktivitas sesuai
jadwal.
4.2 Pembahasan
penglihatan yang di laksanakan di ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat selama 6 hari (tanggal 17 Oktober 2019 – 18 Oktober 2019 dan 20 Oktober
2019 – 24Oktober 2019), membahas tahapan proses keperawatan yang terdiri dari
keperawatan.
4.2.1 Pengkajian
catatan lain). Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang terdekat, tim
kesehatan serta catatan lain. Pasien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
kesehatan saat ini, status kesehatan masa lalu, status biologis (fisiologis), status
terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, dan respon masalah
perilaku Ny. F.
Pengkajian pada Ny. F dilakukan sesuai dengan panduan yang ada, setelah
gangguan persepsi halusinasi pendengaran pada pasien yaitu; aniaya seksual yang
dialaminya tahun 2015 silam saat pasien berusia 20 tahun, pengalaman pasien saat
ditinggalkan oleh ibunya dan suaminya. Dan yang menjadi faktor pencetus
kekambuhan penyakit pasien yaitu pada saat keinginan pasien tidak dapat
perilaku, pasien di dapati dapat bercakap - cakap dengan pasien lain atau dengan
perawat apabila ada yang memotivasinya. Pada teori pasien dengan halusinasi,
pasien suka berbicara sendiri, dan sering menangis atau tertawa tiba-tiba tanpa
adalah, pasien cukup kooperatif dan hubungan saling percaya antara perawat dan
60
pasien terbina dengan baik. Faktor penghambat yang didapatkan adalah pasien
terkadang menjawab pertanyaan yang sama dengan jawaban yang berbeda. Upaya
yang dilakukan penulis untuk mengatasi kendala di atas adalah penulis melakukan
Persamaan antara teori dan praktek, berdasarkan hasil pengkajian pada pasien
yang didapati bahwa; pasien labil, Kadang nampak datar dan kadang suka
terkadang teriak sendiri tanpa ada penyebab yang jelas oleh karena itu diagnosa
kekerasan.
danresiko perilaku kekerasaan diri sendiri. Diagnosa yang diberikan pada pasien
yang dikelola dilihat berdasarkan faktor predisposisi dan presipitasi yang di alami
pasien.
61
4.2.3 Intervensi
dapat mengenal halusinasinya dari isi halusianasi sampai perasaan pasien saat
“pergi kau suara palsu aku tidak mau dengar” sambil tutup telinga, bercakap-
cakap bila halusinasi muncul pasien segera mencari orang untuk diajak bicara,
membereskan tempat tidur setelah bangun tidur, minum obat secara teratur dan
4.2.4 Implementasi
menghardik halusinasi dengan cara tutup telinga dan katakana “pergi kau suara
palsu kau tidak nyata” yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 10.15
08.15 WIB. Penulis terlebih dahulu melakukan validasi dan evaluasi mengenai
cara menghardik halusinasi yang sudah diajarkan setelah itu penulis melanjutkan
dengan menemui orang lain untuk bercakap-cakap bila halusinasi mulai timbul
62
11.20 WIB adalah mengajarkan SP 3 yaitu melatih kegiatan yang sudah terjadwal.
dijadwalkan.
SP 3 yang sudah diajarkan lalu pasien mengajarkan SP 4 yaitu minum obat secara
teratur dan benar kemudian apabila pasien berhasil menyebutkan obat-obat yang
harus diminum serta waktu unuk minum obat berikan reinforcement positif
kepada pasien.
dengan SP 4.
4.2.5 Evaluasi
Kasus yang dialami pasien Ny. F yang penulis dapatkan adalah pasien
muncul dan pasien berhasil melakukannya evaluasi yang didapati adalah masalah
dijadwalkan dan pasien juga berhasil melakukan apa yang sudah diajarkan dan
dengan kasus yang dialami Ny. F dimana hasil evaluasi dibandingkan antara
respon pasien dengan tujuan khusus dan umum yang sudah ditentukan.
BAB V
skizofrenia paranoid di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat.
5.1 Kesimpulan
nya tidak dipenuhi. Faktor predisposisi yang muncul adalah dari segi
psikologis, yaitu klien memiliki pengalaman masa lalu yang kurang baik yaitu
pernah mengalami aniaya seksual.Pengkajian pada Ny. F sesuai dengan teori yang
ada, namun ada beberapa kesenjangan yang terjadi yaitu, pada pengkajian faktor
pada pasien, hanya satu faktor yaitu aniaya seksual yang dialaminya tahun 2015
saat pasien berusa 20 tahun. Pada observasi perilaku, pasien di dapati dapat
bercakap - cakap dengan pasien lain atau dengan perawat apabila ada yang
sendiri, dan sering menangis atau tertawa tiba-tiba tanpa sebab, tetapi tidak
berdasarkan data yang didapat melalui rekam medis kekambuhan penyakit pasien
64
65
Persamaan antara teori dan praktek, berdasarkan hasil pengkajian pada pasien
yang didapati bahwa; pasien labil, Kadang nampak datar dan kadang suka
kamit, dan juga terkadang teriak sendiri tanpa ada penyebab yang jelas oleh
3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien Ny. F adalah pasien dapat
mengenal halusinasinya dari isi halusianasi sampai perasaan pasien saat terjadi
kau suara palsu aku tidak mau dengar” sambil tutup telinga, bercakap-cakap
bila halusinasi muncul pasien segera mencari orang untuk diajak bicara,
membereskan tempat tidur setelah bangun tidur, minum obat secara teratur
dan mengetahui guna minum obat. Intervensi yang diberikan memiliki tujuan-
5. Kasus yang dialami pasien Ny. F yang penulis dapatkan adalah pasien dapat
sudah dijadwalkan dan pasien juga berhasil melakukan apa yang sudah
kesamaan antara konsep dasar dengan kasus yang dialami Ny. F dimana hasil
67
evaluasi dibandingkan antara respon pasien dengan tujuan khusus dan umum
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait temuan pada karya ilmiah akhir ini
seperti mengawasi pasien dengan baik, selalu mengajak pasien bicara, tidak
2. Bidang penelitian; agar hasil karya ilmiah akhir ini dapat dijadikan referensi
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
Biodata
Rt/Rw : 003/007
Kel/Desa : Cijengkol
Kecamatan : Setu
Kota : Bekasi
Pendidikan
Pengalaman Bekerja
Berorganisasi