Anda di halaman 1dari 94

RISET

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ANGKA

KEJADIAN BAYI ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI

RUMAH SAKIT DR.HAFIZ (RSDH) CIANJUR

Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH

YULIA WIDASANTI
08180100104

DEPARTEMEN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2019
RISET

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ANGKA

KEJADIAN BAYI ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI

RUMAH SAKIT DR.HAFIZ (RSDH) CIANJUR

Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH

YULIA WIDASANTI
08180100104

DEPARTEMEN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Riset dengan judul :

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ANGKA

KEJADIAN BAYI ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI

RUMAH SAKIT DR.HAFIZ (RSDH) CIANJUR

Telah mendapat persetujuan untuk dilaksanakan uji riset

Jakarta, 01 Februari 2020

Pembimbing,

(Ns. Asep Solihat S.Kep.,M.Kes)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Riset dengan judul :

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ANGKA

KEJADIAN BAYI ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI

RUMAH SAKIT DR.HAFIZ (RSDH) CIANJUR

Telah mendapat persetujuan untuk dilaksanakan uji riset

Jakarta, 01 Februari 2020

Penguji,

(Ns. Indri Sarwili, S.Kep., M.Kes)

Pembimbing,

iii
(Ns. Asep Solihat, S.Kep.,M.Kes)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Yulia Widasanti

NPM : 08180100104

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan riset

saya yang berjudul :

Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Angka Kejadian Bayi Asfiksia Di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Dr.Hafiz (Rsdh) Cianjur

Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 01 januari 2020

( Yulia Widasanti )

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan nama allah, Yang maha pemurah, lagi maha mengasihi, segala puji
bagi allah, tuhan yang memelihara dan mentakbirkan sekalian alam, yang
maha pemurah lagi maha mengasihi, yang menguasai pemerintahan hari
pembalasan (hari akhirat), Engkaulah sahaja ( ya allah) yang kami sembah
dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan, tunjukilah kami
jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan
nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang engkau telah
murkai dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat.

Sujud syukur kupersembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung


dan Maha Tinggi. Atas takdirMu saya bisa menyelesaikan Riset ini dengan tepat
waktu. Semoga ini menjadi satu langkah awal untuk masa depanku dalam meraih
cita-cita.

Dengan ini saya persembahkan riset ini untuk:

v
Suami dan Anak-anak ku

Terima kasih atas kasih sayang yang berlimpah, perhatian, dan kesabarannya yang
telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini. Anak-anak ku, terima kasih selalu mendoakan ibu.

Apa, Mama dan Mami Tercinta

Apa, Mama, Mami terima kasih atas kasih sayang, segala dukungan, dan cinta

kasih yang tiada henti yang tak mungkin bisa kubalas hanya dengan selembar

kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Semoga ini adalah langkah awal untuk membuat orang tersayang bahagia karna

kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih baik.

vi
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2019

YULIA WIDASANTI
08180100104

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ANGKA KEJADIAN


BAYI ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT
DR.HAFIZ (RSDH) CIANJUR

xvi. 56 hal, 7 bab, 9 tabel, 2 skema, 7 lampiran

Abstrak

Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur.
Menurunkan O2 sehingga dapat menimbulkan akibat buruk pada kehidupan bayi
selanjutnya. Data yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di
RSDH Cianjur sebanyak 44 bayi
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka kejadian Bayi Asfiksia,
mengetahui kejadian Ketuban Peca Dini dan hubungan antara ketuban pecah dini
dengan angka kejadian bayi asfiksia.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain cross sectional dimana factor
resiko (Variabel bebas /independen) ialah factor-faktor atau keadaan – keadaan
yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu.
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti dengan uji chi-
square didapatkan nilai significancy 0.000. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa “Terdapat hubungan ketuban pecah dini dengan angka
kejadian bayi asfiksia di ruang perinatologi rumah sakit dr.hafiz (RSDH)
cianjur.”
Ada hubungan yang signifikan antara ketuban pecah dini dengan angka kejadian
asfiksia di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur dibuktikan
dengan nilai Chi-Square test asymp.sig 0,000<0.05. Saran untuk Rumah sakit
adalah Perlu dilakukan upaya preventif dengan pemberian pengetahuan yang baik
kepada ibu hamil saat antenatal care dan Agar dapat menangani kasus ketuban
pecah dini secara tepat sesuai dengan standar operasional, agar diagnosa potensial
seperti kejadian asfiksia dan infeksi dapat di cegah sedini mungkin.

Kata kunci: Asfiksia, ketuban pecah dini, hipoksia

vii
DEPARTMENT OF NURSING
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE INDONESIA MAJU
2019

YULIA WIDASANTI
08180100104

RELATIONSHIP OF EARLY FRAGTED AMOUNDATION WITH THE


EVENT OF ASPHYXIA IN THE PERINATOLOGY ROOM
DR. HAFIZ HOSPITAL (RSDH) CIANJUR

xvi, 56 page, 7 chapter, 9 table, 2 scheme, 7 attachment

Abstract

Introduction: Asfiksia is a state of the baby who can not breathe spontaneously
and regularly. Lowering the O2 so can cause bad consequences on the next baby's
life. Data related to the incident broke early in the RSDH Cianjur as much as 44
infants (59.5%) Objective: The study aims to determine the relationship between
the early childhood and the incidence of asphyxia babies. Methods: In this
research, researchers use cross sectional design where the risk factor
(free/independent variables) are factors or conditions that affect the development
of a particular disease or health status.
Result: Based on the results of analysis of data conducted by researchers with
Chi-square test obtained the value of Significancy 0.000. Thus, it can be
concluded that "there is an early childhood relationship with the incidence of
asphyxia babies in the perinatology room of Dr. Hafiz Hospital (RSDH)."
Conclusion: There is a significant relationship between the early rupture of the
asphyxia incidence in the perinatology room of Dr. Hafiz Hospital (RSDH)
Cianjur proved with the value of Chi-Square test Asymp. SIG 0,000 < 0.05.
Advice for hospitals is necessary to do preventive efforts with the provision of
good knowledge to the pregnant women during antenatal care and to be able to
handle the case of early rupture of the right in accordance with the operational
standards, so that the potential diagnosis such as asphyxia events and infections
can be prevented as early as possible.

Key words: Asphyxia, early rupture, hypoxia

viii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

segala puji bagi Allah SWT. Berkat karunia dan rahmat-Nya peneliti dapat

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “HUBUNGAN KETUBAN

PECAH DINI DENGAN ANGKA KEJADIAN BAYI ASFIKSIA DI

RUANGAN PERINATOLOGI RS.Dr.HAFIZ (RSDH) CIANJUR ” ini

dapat terselesaikan. Dalam penyusunan proposal ini peneliti mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jakub Chatib, Selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju (STIKIM)

Jakarta.

2. Bapak Dr. Sobar Darmadja, S.Psi.MKM, selaku Plt. Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

3. Astrid Novita, SKM.,MKM, selaku Wakil Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

4. Dr. Renita Amelia, MARS Direktur RS DR. Hafiz (RSDH) Cianjur yang

telah memberikan izin dan membantu untuk melakukan penelitian.

5. Ns. Asep Solihat S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing, terima kasih atas segala

bimbingan, saran, dan semangat yang diberikan selama proses penyusunan

skripsi ini.

ix
6. Manager Keperawatan Rumah Sakit Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Suami dan anak-anak ku tercinta yang selalu memberikan semangat, nasehat,

doa, dan memberikan dukungan secara moril maupun materil.

8. Mamah, Apa, mami dan keluarga besar ku tercinta yang selalu mengirimkan

doa, memberikan dukungan secara moril maupun materil.

9. Rekan-rekan angkatan 2018 S1 Keperawatan Ekstensi yang telah berjuang

bersama-sama sampai di titik akhir.

10. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan riset ini masih banyak

kekurangan.Kritik dan saran serta masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Peneliti berharap semoga riset ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 31 Januari 2020

Penulis

Yulia Widasanti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

ABSTRAK (BAHASA INDONESIA) ............................................................... v


ABSTRAK (BAHASA INGGRIS) ..................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah Penelitian ........................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
1. Tujuan Umum ............................................................................. 10
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
1. Manfaat Aplikatif ........................................................................ 11
2. Manfaat Teoritis .......................................................................... 11
3. Manfaat Metodologis .................................................................. 12

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Teori Dan Konsep Terkait ............................................................... 13
1. Asfiksia ....................................................................................... 13

xi
a. Pengertian Asfiksia ................................................................. 13
b. Klasifikasi Asfiksia ................................................................ 13
c. Etiologi Asfiksia ...................................................................... 13
d. Patofisiologi Asfiksia .............................................................. 13
2. Ketuban Pecah Dini .................................................................... 25
a. Pengertia Ketuban Pecah Dini ................................................ 27
b. Etiologi Ketuban Pecah Dini .................................................. 28
b. Etiologi Ketuban Pecah Dini .................................................. 28
c. Mekanisme Terjadi Nya Ketuban Pecah Dini ........................ 30
d. Diagnosis Ketuban Pecah Dini ............................................... 30
B. Penelitian Terkait ............................................................................. 34
C. Kerangka Teori ................................................................................ 35

BAB III KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DEFENISI OPRASIONAL


A. Kerangka Konsep ............................................................................. 37
B. Hipotesis .......................................................................................... 37
C. Defenisi Oprasional ......................................................................... 38
BAB IVMETODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 40
B. Populasi dan Sampel .........................................................................41
1. Populasi ....................................................................................... 42
2. Sampel ......................................................................................... 42
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................... 44
1. Tempat penelitian ........................................................................ 44
2. Waktu penelitian ......................................................................... 44
D. Etika Penelitian ................................................................................ 44
1. Scientific Misconduct ................................................................. 44
2. Informed Consent ........................................................................ 44
3. Anonymity and Confidentiality .................................................. 44
4. Hubungan antara peneliti dengan sponsor .................................. 44
E. Alat Pengumpul Data ....................................................................... 45
xii
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................ 46
G. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 47
H. Pengolahan Data .............................................................................. 48
I. Analisis Data .................................................................................... 49
1. Analisa Univariat ........................................................................ 50
2. Analisa Bivariat ........................................................................... 50
J. Jadwal Kegiatan ................................................................................56
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Demografi Responden ...................................................56
B. Gambaran Angka Kejadian Asfiksia ...............................................56
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Kejadian Asfiksia ...........................................................................56
B. Kejadian Ketuban Pecah Dini ........................................................56
C. Hubungan antara ketuban pecah dini dengan angka kejadian bayi
asfiksia ............................................................................................56

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................56

B. Saran ................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Apgar Score ................................................................................... 17

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 31

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan ............................................................................ 32

Table 5.1 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin


bayi di ruang perinatologi rumah sakit dr.hafiz
(rsdh) cianjur ................................................................................. 39
Table 5.2 Frekuensi responden berdasarkan usia ibu yang
melahirkan di rumah sakit dr.hafiz (rsdh) cianjur ......................... 39
Table 5.3 Frekuensi responden berdasarkan jenis persalinan
di rumah sakit dr.hafis (rsdh) cianjur ............................................ 40
Table 5.4 ketuban pecah dini di Rumah Sakit Dr.Hafuz
(RSDH) Cianjur ............................................................................. 41
Table 5.5 Bayi Asfiksia di Rumah Sakit dr.Hafiz (RSDH)
Cianjur ........................................................................................... 41
Table 5.6 Hubungan Ketuban Pecah Dini denganBayi
Asfiksia di Rumah Sakit dr.Hafiz (RSDH) Cianjur ...................... 42

xiv
DAFTAR SKEMA

Skema2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 28

Skema3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 29

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Kusioner

2. Lembar Bimbingan

3. Lembar Permintaan Menjadi Responden

4. Lembar Interprestasi Apgar Skore

5. Lembar Uji Plagiat

6. Lembar Uji Etik

7. Lembar Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa neonatal (0-28 hari) terjadi perubahan yang sangat besar dari

kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua

sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang

memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah

kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat

fatal. Kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam,

umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari. Indikator yang menggambarkan upaya

kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode

neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir adalah cakupan Kunjungan Neonatal

Pertama atau KN1 (Kemenkes, 2018).

Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia. Indikator

kesehatan suatu bangsa salah satunya adalah masih dilihat dari tinggi atau

rendahnya angka kematian bayi. Angka kematian bayi (AKB) adalah

banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang

dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB

merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat

kesehatan masyarakat. Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi

(AKB) adalah Asfiksia. Asfiksia penyebab kematian neonatus antara 8-35% di


1
2

negara maju, sedangkan di negara berkembang antara 31-56,5%. Insidensi

asfiksia pada menit pertama 47/1000 lahir hidup dan pada 5 menit 15,7/1000

lahir hidup untuk semua neonatus. Insidensi asfiksia neonatorum di Indonesia

kurang lebih 40/1000 lahir hidup. Menurut World Health Organization (WHO)

setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami

asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal dan berdasarkan hasil Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 Angka kematian neonatus sebanyak

24/1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2018).

Penanganan Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan

atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti

asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,

BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang

termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian

terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Rikesda,

2016)Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun

terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan,

keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,

terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan

kesehatan(Depkes, 2017).

Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu

sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah
3

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Kemenkeskes RI, 2011). Angka kematian

bayi usia 0-28hr ( Neonatal) di Provinsi Jawa Barat tahun 2016 sebesar

84,63% atau 3,93/1000 kelahiran hidup. Untuk Kabupaten Cianjur sendiri

kematian bayi pada tahun 2016 sebanyak 172 kasus atau rata-rata kasus

4,1/1000 kelahiran hidup(Depkes, 2017).

Salah satu penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah ketuban

pecah dini karena akibat terjadinya prolapsus funiculli yaitu tali pusat tertekan

diantara kepala bayi dan panggul sehingga terjadi kompresi yang menyebabkan

ancaman penghentian perfusi fetoplasenta.Infeksi, atonia uteri, perdarahan post

partum, asfiksia dan Intra Uterine Fetal Dead (IUFD)merupakan ancaman

apabila ketuban pecah dini tidak segera ditangani. Hal ini ditemukan baik

dilapangan maupun di rumah sakit rujukan di Indonesia. Belum dapat

dipastikan bahwa ada kemungkinan perbaikan struktur otak bahkan sebaliknya

lesi otak yang terjadi berakibat kelainan yang menetap.

Penyebab tingginya angka kematian bayi antara lain karena pertumbuhan janin

yang lambat (23,53%), kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intra uterine)

(21,24%) dan kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir

atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia neonaturum) yaitu sebesar (29,23%)

dan masalah kesehatan lainnya selama periode perinatal (RI, 2011).

PadaPeriode Intranatal, masalah bayi disebabkan oleh adanya infeksi dan

perlukaan saat lahir. Infeksi lebih sering dikarenakan kuman misalnya pada

keadaan ketuban pecah dini, partus lama dan pada ibu yang menderita gonorea.
4

Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan,

angka tersebut meningkat setiap tahunnya hal ini yang harus diperhatikan oleh

tenaga medis agar angka kejadian KPD dapat dikendalikan. Sedangkan pada

masa postnatal biasanya kelanjutan dari masalah/ gangguan pada masa

antenatal dan intranatal (Jumiarni, 2011).

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran

atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.

Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat

berasal dari vaginadan serviks (Kasim, 2010) Selain itu ketuban pecah dini

akan mengakibatkan terjadinya oligohidramnion, kondisi ini akan

mempengaruhi janin karena sedikitnya volume air ketuban akan menyebabkan

tali pusat tertekan oleh bagian 4 tubuh janin akibatnya aliran darah dari ibu ke

janin berkurang sehingga bayi mengalami hipoksia atau gangguan pertukaran

O2 hingga fetal distress dan berlanjut menjadi asfiksia pada bayi baru lahir

(Kasim, 2010).

Ketuban pecah dini (KPD) mempengaruhi asfiksia karena terjadinya

oligohidramnion yang menekan tali pusat sehingga tali pusat mengalami

penyempitan dan aliran darah yang membawa oksigen ibu ke bayi terhambat

sehingga menimbulkan asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara

terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air

ketuban maka janin semakin gawat, hal ini ditemukan dilapangan maupun di

Rumah Sakit rujukan di Indonesia (Prawirohadrjo, 2010)


5

Data yang didapat dari bulan september sampai oktober 2019 bahwa

didapatkan angka kejadian Bayi Asfiksia di RSDH Cianjur sebanyak 150 kasus

dengan berbagai indikasi persalinan ibu diantaranya KPD sebanyak 79 kasus

atau 52,6% , Indikasi IUH 40 kasus atau 26,6%, Indikasi CPD sebanyak 16

Kasus atau 10,6% Lain-lain sebanyak 15 kasus atau 10%. Dari data tersebut

Indikasi KPD mempunyai persentasi lebih besar dari indikasi yang lain nya

sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan antara

KPD dengan Angka bayi Asfiksia di Ruang Perinatologi Rumah Sakit dr.Hafiz

(RSDH) Cianjur.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan data yang di peroleh dari Ruang

Perinatologi Rumah Sakit dr. Hafiz Cianjur pada bulan September dan Oktober

2019, Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu faktor terbanyak yang

menyebabkan Bayi Asfiksia. Dengan demikian penulis sangat tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Angka

Kejadian Bayi Asfiksia. Dikarnakan penulis adalah petugas kesehatan di Ruang

Perinatologi yang berhubungan langsung dengan pasien-pasien Neonatus.

Maka dari itu penulis ingin mengetahui apakah Ada hubungan antara Ketuban

Pecah Dini Dengan Angka Kejadian Bayi Asfiksia di Ruang Perinatologi

RSDH Cianjur. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi semua bagian yang terkait.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian Asfiksia

pada bayi baru lahir di Rumah Sakit dr.Hafiz Cianjur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit dr.

Hafiz (RSDH) Cianjur.

b. Mengetahui kejadian Asfiksia di ruang perinatologi RSDH Cianjur.

c. Mengetahuihubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Angka

kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di Ruangan Perinatologi

Rumah Sakit dr.Hafiz (RSDH) Cianjur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi petugas kesehatan diruang

Unit Kamar Bersalin (UKB), Ruang Perinatologi RSDH Cianjur serta

sektor terkait untuk mengembangkan promosi kesehatan kepada

masyarakat tentangpentingnya menjaga kesehatan pada saat hamildan

melakukan pemeriksaan kehamilan nya secara rutin untuk

mencegahkomplikasi.
7

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi

penelitian-penelitian yang akan datang dalam konteks permasalahan yang

berkaitan dengan ketuban pecah dini dan Asfiksia.

3. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian

keperawatan khususnya dalam meningkatkan kesehatan Asfiksia. Hasil

penelitian ini dapat dikembangkan dalam bentuk penelitian lebih lanjut

dengan populasi dan variable yang berbeda untuk mengkaji lebih lanjut

masalah yang terjadi pada Bayi Asfiksia.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Teori Dan Konsep Terkait

1. Asfiksia

a. Pengertian Asfiksia

Asfiksia adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat

lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan

hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Maryunani dan Eka , 2013)

Asfiksia adalah kondisi kekurangan oksigen pada pernapasan yang

bersifat mengancam jiwa (Kurniasih, dkk, 2017) Menurut WHO,

Asfiksia adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera

setelah lahir.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas,

sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang

menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut(Manuaba,

IAC., I Bagus dan IB Gde, 2010)

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir

yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera

setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan

tidak dapat mengeluar kan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi,

2011).

8
9

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan

asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan

kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi

fungsi organ vital lainnya (Prawirohardjo, 2010).

b. Klasifikasi Asfiksia

Menurut Ghai ( Dalam Maryunani dan Eka, 2013), asfiksia dapat

diklasifikasikan berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse,

Grimace, Activity, Respiration), metode sederhana untuk secara cepat

menilai sesaat setelah kelahiran, yaitu :

a) Asfiksia Berat dengan nilai APGAR 0-3

b) Asfiksia Sedang dengan nilai APGAR 4-6

c) Bayi normal atau Asfiksia Ringan dengan Nilai APGAR 7-9

d) Bayi Normal dengan nilai APGAR 10

Tabel 2.1 Apgar Skore

Nilai 0 1 2

Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur

Denyut jantung Tidak ada <100 >100

Biru atau pucat Tubuh merah Merah jambu


Warna kulit jambu & kaki,
tangan biru.

Gerakan/tonus
Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi
otot

Reflex
Tidak ada Lemah/lambat Kuat
(menangis)

( Ghai, 2010)
10

Menurut Mochtar (2008) setiap bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai

APGAR, tabel tersebut di atas dapat digunakan untuk menentukan

tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan, sedang, atau asfiksia berat

dengan klasifikasi sebagai berikut:

1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen

terkendali.Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung

100X/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat,

refleks iritabilitas tidak ada.

2) Asfiksia sedang (nilai Apgar 4-6)

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat

bernapas kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi

jantung lebih dari 100X/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

3) Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai Apgar 7-10)

Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

c. Etiologi Asfiksia

Asfiksia neonatorum bisa terjadi selama kehamilan, pada proses

persalinan dan melahirkan. Janin sangat bergantung pada pertukaran

plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa

sehingga gangguan pada aliran darah umbilical maupun plasenta

hampir selalu akan menyebabkan asfiksia (Parer,2008). Asfiksia

timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat atau Central
11

Neurvous System (CNS) yang menyebabkan gagalnya paru-paru

untuk bernapas (Kurniasih, dkk, 2017)

1) Asfiksia dalam kehamilan

Penyebab Asfiksia dalam kehamilan menurut Mochtar (1989)

yaitu:

a) Penyakit infeksi akut

b) Penyakit infeksi kronik

c) Keracunan obat-obat bius

d) Uremia dan toksemia gravidarum

e) Anemia berat

f) Cacat bawaan, dan Trauma

2) Asfiksia dalam Persalinan

Penyebab Asfiksia dalam persalinan yaitu kekurangan

O2Kekurangan O2 dalam persalinan dapat mengakibatkan :

a) Hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolic

asidosis.

b) Partus lama (rigid serviks dan atonia/insersi uteri)

c) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus terus menerus

mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.

d) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta

e) Prolapse fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan

panggul.

f) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat waktunya.


12

g) Perdarahan banyak : Plasenta previa dan solution plasenta

h) Postmaturitas (serutinus) dan disfungsi uteri akan terjadi jika

plasenta terlalu tua.

3) Paralisis Pusat Pernapasan

Paralisis pusat pernapasan terjadi jika terdapat trauma dari luar

seperti oleh tindakan forceps, dan trauma dari dalam, misalnya

akibat obat bius.

d. Patofisiologi

Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia

relatif dan akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan

menangis. Apabila proses adaptasi terganggu, maka bayi bisa

dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada gangguan

sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang

mengakibatkan kematian (Manuaba, IAC., I Bagus dan IB Gde, 2010)

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menitmenit pertama

kemudian disusul dengan pernapasan teratur dan tangisan bayi. Proses

perangsangan pernapasan ini dimulai dari tekanan mekanik dada pada

persalinan, disusul dengan keadaan penurunan tekanan oksigen

arterial dan peningkatan tekanan karbon dioksida arterial, sehingga

sinus karotikus terangsang terjadinya proses bernapas.Bila mengalami

hipoksia akibat suplai oksigen ke plasenta menurun karena efek

hipertensi dan protein uria sejak intrauterin, maka saat persalinan

maupun pasca persalinan berisiko asfiksia (Winkjosastro, 2010)


13

Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin

pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu

menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini

sangat perlu untuk merangsang hemo reseptor pusat pernapasan untuk

terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan

berlanjut menjadi pernapasan yang teratur.

Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi

selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping

penurunan frekuensi denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula

penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pada

asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak

menunjukan upaya bernapas secara spontan (Prambudi, R, 2013)

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

a. Pengertian KPD

Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

pada saat pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut

sebagai Ketuban Pecah Dini preterm jika membran ketuban pecah

sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang

adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya

melahirkan. Sedangkan apabila pecahnya selaput ketuban

sebelum proses persalinan dimulai tersebut terjadi sebelum usia

kehamilan 37 minggu, disebut sebagai ketuban pecah dini


14

preterm (preterm premature rupture of membrane /

PPROM).(Oxorn,Harry, 2010)

Ketuban pecah dini (KPD) spontaneus/early/premature rupture of

membrans(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban secara

spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan

atau inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi

uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan

terjadinya efficement atau dilatasi serviks), atau bila satu jam

kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan, atau secara

klinis bila ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada

primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.

(Rangaswamy N, Kumar D, Moore RM, 2012).

Ketuban Pecah Dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan

persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan

persalinan disebut periode laten atau dengan sebutan Lag Period.

Ada beberapa penghitungan yang mengukur Lag Period,

diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6

jam setelah ketuban pecah. Semakin muda usia kehamilan maka

semakin memanjang lag period. Bila periode laten terlalu panjang

dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan

juga bayi (Rangaswamy N, dkk, 2012).


15

b. Etiologi KPD

Membran fetus yang normal adalah sangat kuat pada awal

kehamilan. Kombinasi akibat peregangan membran dengan

pertumbuhan uterus, seringnya kontraksi uterus dan gerakan janin

memegang peranan dalam melemahnya membran amnion. KPD

pada kehamilan aterm merupakan variasi fisiologis, namun pada

kehamilan preterm melemahnya membran merupakan proses

yang patologis. KPD sebelum kehamilan preterm sering

diakibatkan oleh adanya infeksi.Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa bakteri yang terikat pada membran

melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan

melemahnya membran.Penelitian terakhir menyebutkan bahwa

matriks metaloproteinase merupakan enzim spesifik yang terlibat

dalam pecahnya ketuban oleh karena infeksi (Oxorn, 2010).

Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti,

tetapi ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada

terjadinya ketuban pecah dini antara lain adalah (Saifudin

AB,2009).

c. Mekanisme terjadinyan pecah ketuban

Pecahnya selaput ketuban merupakan bagian integral dari onset

dan perjalanan persalinan. Meskipun pecah ketuban biasanya

terjadi akibat adanya kontraksi uterus, terdapat 10% kejadian

pecah ketuban sebelum munculnya kontraksi uterus pada


16

kehamilan aterm dan 40% pada kehamilan preterm. Hal ini

menunjukkan bahwa kekuatan kontraksi yang menyebabkan

peregangan bukan merupakan faktor satu-satunya penyebab

pecahnya selaput ketuban (Rangaswamy N, 2012).

Pecahnya selaput ketuban yang terjadi pada saat intrapartum

disebabkan oleh penurunan kekuatan secara merata, pada seluruh

bagian, akibat adanya kontraksi uterus dan peregangan yang

berulang. Hal ini dibuktikan oleh percobaan Rangswamy dkk.,

yang menyimpulkan bahwa terdapat penurunan daya regang dari

selaput ketuban yang sudah mengalami proses persalinan

dibanding daya regang selaput ketuban yang belum mengalami

proses persalinan (Rangaswamy N,2012).

Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat

disebabkan oleh beberapa faktor meliputi usia pada ibu, usia

sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan

maupun mengahdapi persalinan. Usia untuk reproduksi optimal

bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau

di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan

persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan

mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ

reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan

keelastisannya dalam menerima kehamilan.(tahir, suryani, 2012)


17

Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti,

kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, selaput ketuban

yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia

wanita kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun, faktor golongan

darah multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi,

perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm

sebelumnya, riwayat ketuban pecah dini sebelumnya, defisiensi

gizi, ketegangan rahim, kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam

bekerja, serta trauma yang didapat misal pemeriksaan dalam dan

amniosintesis (Tahir,Suriani. 2012).

Kemudian muncul pertanyaan, apakah yang menyebabkan selaput

ketuban pecah sebelum adanya kekuatan kontraksi?Berbagai

penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa pada selaput

ketuban yang pecah sebelum inpartu (ketuban pecah dini)

ditemukan adanya defek yang bersifat fokal. Area yang

berdekatan dengan lokasi ruptur dideskripsikan sebagai

“restricted zone of extreme altered morphology” yang ditandai

oleh adanya pembengkakan dan kerusakan jaringan fibriler

kolagen pada masing-masing lapisan kompak, fibroblas dan

lapisan berongga (Rangaswamy N ,2012).


18

d. Diagnosis Ketuban Pecah Dini

Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan inspekulo.Dari anamnesis didapatkan penderita

merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba. Kemudian

lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril

untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau

menggenang diforniks posterior. Jika tidak ada,gerak kan sedikit

bagian terbawah janin, atau minta ibu untuk mengedan/batuk.

Pastikan bahwa cairan tersebut adalah cairan amnion dengan

memperhatikan:

1) Bau cairan ketuban yang khas.

2) Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah

menjadi biru. Harap diingat bahwa darah, semen, dan infeksi

dapat menyebabkan hasil positif palsu.

3) Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati

sekret servik ovaginal yang mengering

4) Tidak ada tanda-tanda in partu Setelah menentukan diagnosis

ketuban pecah dini, perhatikan tanda-tanda korioamnionitis

(WHO,2013).
19

B. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian tentang hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Angka

Kejadian Asfiksia telah dilakukan oleh beberapa orang dan berbagai tempat

diantaranya :

1. Hubungan antara persalinan Ketuban Pecah Dini dengan kejadian Asfiksia

neonatorum di RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal. Oleh Natiqotul

Fatkhiyah (STIKES Bhamada-Slawi). Penelitian survey analitik yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi

(arikunto,2000:98) Hasil Penelitian : Responden penelitian yang

mengalami KPD ada 23 orang (21,3%) dan yang tidak mengalami KPD ada

85 orang (78,7%). Responden yang mengalami asfiksia ada 38orang

(35,2%) dan yang tidak mengalami asfiksia ada 70 orang (64,8%). Ada

hubungan yang bermakna atara ketuban pecah dini dengan kejadian

asfiksia pada bayi baru lahir dengan nilai X 2 sebesar 8,454 dan p=

0,004.(fatkhiyah, 2011)

2. Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) Dengan Kejadian Asfiksia di RS

Nur Hidayah Bantul , oleh Arifah Istiqomah, yesi Astria. Dengan jenis

penelitian deskriptip analitik dengan desain penelitian case – control yaitu

penelitian analitik yang menyangkut bagaimana factor resiko dipelajari

dengan menggunakan pendekatan retrospektif (Notoadmodjo,2002). Hasil

Penelitian : Terdapat hubungan antara kejadian KPD dengan kejadian

Asfiksia neonatorum pada ibu bersalin di RS Nur Hidayah Bantul. Ibu

bersalin yang mengalami KPD memiliki kemungkinan untuk mengalami


20

kejadian asfiksia sebesar 1,78 kali. Dengan kejadian KPD adalah sebanyak

39 orang (50%) dan kejadian asfiksia neonatorum sebanyak 39 orang

(50%).(Arifah Istiqomah, 2013)

3. Risiko Asfiksia pada ketuban pecah Dini di RSUP Sanglah Oleh

wiradharma, kardana I Md, Dharma Artana I Wyn. Dengan metode

Analitik Observasional dengan rancangan kasus kontrol. Berdasarkan hasil

penelitian, KPD merupakan factor resiko terjadinya asfiksia. Penelitian

kami menggunakan sekunder dari catatan rekam medis pasien. Disamping

itu, variable yang diteliti terbatas hanyabeberapa variabel yang tersedia

sehingga sangat memungkinkan terjadinya bias terhadap hasil penelitian.

Untuk mencegah terjadinya asfiksia pada bayi, maka persalinan dengan

KPD ≥12jam sebaiknya dilakukan di rumah sakit sehingga resusitasi bayi

baru lahir dapat dilakukan secara optimal.(Wiradharma, 2016)

4. Ketuban Pecah Dini Dengan Tingkat Asfiksia Bayi Baru Lahir di RSUD

Wangaya tahun 2013 oleh I Dewa Ayu Ketut Surinati, dkk,. Jenis

penelitian ini analitik korelasi dengan pendekatan terhadap subjek

penelitian adalah cross sectional. Teknik sampling yang di gunakan adalah

retrosfektif dengan jumlah sample 72 orang. Analisis data dengan uji

korelasi Rank spearmen. hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada

hubungan ketuban pecah dini dengan tingkat asfiksia bayi baru lahir. r

sebesar 0.665 dan p = 0.002. (Surinati, 2013)

5. Korelasi karakteristik dengan penyebab ketuban pecah dini pada ibu

bersalin di RSU Denisa Gresik. KpD merupakan kehamilan resiko tinggi,


21

hal itu disebabkan oleh faktor predisposisi seperti inkompeten serviks,

kelebihan rahim, posisi abnormal, CPD dan ifeksi. Tujuan penelitian ini

untuk mengidentifikasi hubungan karakteristik dengan penyebab KPD di

Rumah Sakit Umum Denisa Gresik. Penelitian ini menggunakan metode

analitik dengan menggunakan simple random sampling. Sampel telah

diambil sejumlah 59 responden dari 143 populasi, mulai dari maret 2017

hingga maret 2018. Variabel penelitian ini adalah karakteristik dan

penyebab KPD. Alat ukur digunakan adalah cheklist dan data analisis

menggunakan uji chi square dengan alpha 5%. Faktor penyebab ketuban

pecah dini dalam penelitian ini meliputi : serviks inkompeten, overdistensi

uterus, kelainan letak, CPD dan infeksi. Umur ibu berkorelasi dengan

kejadian serviks inkompeten, CPD dan infeksi, sedangkan pekerjaan ibu

berhubungan dengan kelainan letak, sehingga skrining resiko saat awal

kehamilan dan pemeriksaan ANC rutin sangat diperlukan.

6. Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan Dengan Kejadian

Asfiksia Neonatorum di RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit kehamilan dan

jenis persalinan dengan kejadian asfiksia. Desain penelitian ini

menggunakan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini 203 bayi, yang

diambil dari data sekunder. Hasil uji statistik menunjukan bahwa, sebagian

besar penyakit kehamilan adalah preeklamsi berat (45,8%), sebagian besar

jenis persalinan adalah persalinan spontan (44,3%), dan sebagian besar bayi

yang dilahirkan adala asfiksia sedang (82,8%). Hasil uji statistik dengan
22

menggunakan chi square mengenai penyakit kehamian menunjukan bahwa

nilai p = 0,025, dimana nilai p< alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara penyakit kehamilan denga asfiksia. Sedangkan

untuk jenis persalinan, hasil menunjukan nilai p= 0,945, sehingga dapat

disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan asfiksia.

7. Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara Primipara dan Multipara.

Siti Aisyah dan Aini Oktarina Penelitian ini menggunakan analitik

komparatif dengan pendekatan case kontrol. Populasinya adalah ibu

bersalin sebanyak 100 orang. Sampel yang diambil dengan menggunakan

teknik non probablity sampling secara purposive ampling sebanyak 80

orang. Hasil penelitian menunjukan hampir seluruh ibu bersalin multipara

(80%) mengalami KPD. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah chi square, dan didapatkan nilai p= 0,000 dimana nilai a=0,05 maka

Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan kejadian KPD pada ibu bersalin

primipara dan multipara. Kesimpulan ada perbedaan kejadian KPD pada

ibu bersalin primipara dan multipara, oleh karena itu ibu hamil harus

memeriksakan kehamilan secara efektif untuk mencegah komplikasi yang

menyertai kehamilan dan persalinan.

8. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di

RSUD Kabupaten Kediri Tshun 2016. Penelitian ini menggunakan metode

analitik dengan pendekatan kohort retrosfektif dengan variabel independen

ketuban pecah dini, vaiabel dependen asfiksia neonatorum. Penelitian ini

dilakukan pada tanggal 7 juni sampai dengan 12 juli 2017. Populasi 1519
23

ibu bersalin di RSUD Kabupaten Kediri tahun 2016. Jumlah sampel 139

responden, diambil secara simple random smplling, dianalisa dengan chi

kuadrat dengan taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian sebagian besar

responden dengan ketuban pecah dini sebanyak 46 responden, hampir

seluruh responden yaitu 82,6% melahirkan bayi dengan asfiksia sedng.

Dari hasil uji chi kuadrat diperoleh hasil p-value sebesar 0,000 (<0,05),

hasil kofisien kontingensi (C) sebesar 0,639 dengan keertan hubungan kuat

sehingga H1 diterima H0 ditolak yang artinya ada hubungan signifikan

dengan keeratan kuat antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Kabupaten kediri Tahun 2016. Hasil relatif risk (RR)

1,65 yang artinya kemungkinan ibu beralin yang mengalami ketuban pecah

dini maka bayinya akan mengalami asfiksia neonatorum sebesar 1,65 kali

dibandingkan ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini.

9. Resiko terjadinya asfiksia neonatorum pada ibu dengan ketuban pecah dini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiko terjadinya asfiksia

neonatorum pada ibu dengan KPD dan faktor lainyang berhubungan

dengan asfiksia neonatorum. Penelitian ini menggunakan studi case control.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara KPD, Parietas, berat badan persalinn tindakan dan induksi

persalinan dengan asfiksia neonatorum. Terdapat hubungan bermaksa

antara lama persalinan dengan asfiksia neonatorum.


24

C. KERANGKA TEORI

Skema 2.1 Kerangka Teori

Faktor Ibu : Faktor Bayi

a. Umur a. Prematuritas

b. Hipertensi Pada b. BBLR


kehamilan
c. Kelainan Bawaan
c. Pendarahan antepartum
d. Air Ketuban
d. Infeksi berat Bercampur
Mekonium
e. Kehamilan lewat waktu
(Postterm) e. Trauma persalinan

f. Amnionitis

g. Anemia

h. Paritas Asfiksia

pada bayi baru lahir

Faktor Persalianan
Faktor Placenta
1) Persalinan SC
1. Lilitan tali pusat
2) Persalinan Spontan
2. Tali pusat pendek
(letak sungsang)
3. Simpul talli pusat
3) Partus lama
4. Prolaps tali pusat
Sumber : ((Jumiarni,
4) Ketuban 2011);(Prawirohadrjo, 2010); Aminullah, 2005; Manuaba,
Pecah Dini
2007(Manuaba, IAC., I Bagus dan IB Gde, 2010))

Keterangan :

Variabel Yang diteliti

Variabel yang tidak di teli


BAB III

KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan sebuah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang akan dilakukan penelitian. Konsep-konsep mana

dijabarkan dalam bentuk variabel-variabel, sehingga dengan kata lain konsep

sebuah penelitian adalah sebuah kerangka hubungan antara variabel-variabel

yang akan dilakukan penelitian. Konsp penelitian itu sendiri adalah merupakan

pengejawantahan dari pada sebuah hipotesis penelitian, yang penjabaran nya di

lakukan melalui kegiatan koleksi dan analisis data kemudian disimpulkan

dalam rangka untuk bahan pembuktian dari hipotesis tersebut(Imron,M.T.,

Munif, A, 2010)

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Ketuban Pecah Dini Asfiksia


(KPD)

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

masih perlu dibuktikan secara empiris. Perumusan hipotesis penelitian

merupakan langkah ketika dalam penelitian, setelah penelitian mengemukakan

25
26

landasan teori dan kerangka berpikir. Tetapi tidak setiap penelitian harus

merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga

dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis (sugiyono, 2015).

Hipotesa pada penelitian ini adalah: Ada hubungan antara Ketuban Pecah Dini

dengan Angka kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah Sakit dr.Hafiz

Cianjur

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari

sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional

menjelaskancara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan

konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan

replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara

pengukuran konstrak yang lebih baik(sugiyono, 2015)

Definisi OPerasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

caranya mengukur suatu variable. Dengan kata lain definisi operasional adalah

semacam petunjuk pelaksaan bagaimana mengukur suatu variable. Definisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang

ingin menggunakan variable yang sama. Dengan informasi tersebut dia akan

mengetahui bagaimana cara nya pengukuran atas variable itu dilakukan. Dengan

demikian dia dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan

dilakukan atau di perlukan prosedur pengukuran yang baru


27

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
o Ukur

1 Independen Peristiwa pecahnya Lembar 1. KPD jika Nominal


Ketuban selaput ketuban Ibu Observasi selaput ketuban
Pecah Dini hamil sebelum Patograf pecah sebelum
(KPD) permulaan persalinan pembukaan
tanpa memandang persalinan
umur kehamilan mencapai 3-4
preterm atau aterm cm
yang dialami oleh ibu 2. Tidak KPD jika
yang dirawat di selaput ketuban
Rumah Sakit dr.Hafiz pecah setelah
Cianjur pembukaan
persalinan
mencapai 3-4
cm
2 Dependen Suatu keadaan bayi APGAR 1. Asfiksia Jika Nominal
Asfiksia baru lahir yang Skore Nilai Apgar
mengalami gagal Kurang dari 7
bernafas secara 2. Tidak Asfiksia
spontan dan teratur Jika Nilai
segera setelah lahir Apgar lebih
dengan skoring dari 7
APGAR
BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN


A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian Cross Sectional Korelasional/Asosiatif.

Penelitian korelasional memiliki karakteristik masalah berupa hubungan

korelasi antara dua variabel atau lebih. Tujuan penelitian untuk menentukan

ada atau tidak nya korelasi antar variabel. Penelitian korelasional adalah

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih (sugiyono, 2015)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain cross sectional dimana

factor resiko (Variabel bebas /independen) ialah factor-faktor atau keadaan –

keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status

kesehatan tertentu. Istilah mempengaruhi mengandung pengertian

menimbulkan lebih besar pada individu atau masyarakat untuk terjangkitnya

suatu penyakit atau untuk terjadinya status kesehatan tertentu. Pada tingkat

individu ada dua macam factor resiko (praktiknya, 2008).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Kata populasi dapat diartikan sebagai sekelompok orang atau penduduk

yang menempati suatu wilayah tertentu. Dalam statistika, kata populasi

28
29

merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang

menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Dengan demikian

kata populasi dalam statistika memiliki arti yang lebih luas, yaitu tidak

terbatas pada sekelompok orang, tetapi juga binatang dan benda apa saja

yang menjadi perhatian kita (siagian & sugiarto, 2006). Populasi di

definisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi

hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus

memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang

membedakan nya dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud

tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari

karakteristik-karakteristik individu (azwar,2001).

Populasi yang di ambil dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin, dari

data sekunder register pasien Unit Kamar Bersalin (UKB) Rumah Sakit dr.

Dan register dari Ruang Perinatologi Rumah Sakit dr.Hafiz (RSDH)

Cianjur.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono,2013). Sampel adalah bagian (subset) dari

populasi yang di pilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat

mewakili populasinya (Sastroasmoro, S. dan Ismail, S., 2008)

Sampel yang diambil oleh peneliti adalah sesuai rumus slovin.


30

a. Perhitungan Sample

Menurut Taro Yamane dan slovin, apabila jumlah populasi (N)

diketahui maka teknik pengambilan sampel dapat menggunakan

rumus sebagai berikut;

𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1

n = Besar Sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

sehingga besar sampel yang didapat:

92
n= = 74.7
(92). (0,05)2 + 1

n= 74 responden

berdasarkan perhitungan sampel minimal didapatkan besar

sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 74ibu melahirkan

dengan KPD.

b. Teknik pengambilan sample

Menurut nursalam (2015) tekhnik sampling adalah proses

penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.

Tekhnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar


31

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Cara pengambilan

sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: probability

sampling dan nonprobability sampling.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan

menggunakan nonprobability sampling dengan cara Purposive

sampling disebut juga judgement sampling yaitu suatu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam

penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2015).

Alasan peneliti mengambil tekhnik pengambilan sampel ini yaitu

karena kriteria yang diambil sudah jelas dan ditentukan yaitu ibu

bersalin dengan Ketuban Pecah Dini.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di:

1. Tempat

Pelitian ini dilakukan di Unit Kamar Bersalin (UKB) dan di

Ruangan perinatologi RS Dr. Hafiz Cianjur.

2. Waktu penelitian

Penelitian di mulai dengan penelusuran kepustakaan,

konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar proposal,

pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan hasil


32

penelitian serta seminar hasil yaitu dari bulan November 2019

sampai dengan Januari 2020.

Alasan melakukan penelitian di tempat ini adalah, karena

peneliti merupakan perawat yang berdinas di Rumah Sakit dr.

Hafiz Cianjur. Sehingga peneliti dapat lebih leluasa dalam

melakukan penelitian ini mulai dari jam 08.00 WIB dan

16.00 WIB.

D. Etika penelitian

Dalam penelitian Siti Dewi Rahmawati (2010). Etika dalam

penelitian mempunyai tujuan agar responden terlindungi. Prinsip

etik yang akan dilakukan oleh peneliti meliputi:

a. Self determination

Self determination adalah penghormatan terhadap

responden sebagai subjek penelitian yang harus diperlakukan

sebagai individu yang memiliki kebebasan untuk menentukan

hak dan kesediaannya untuk mengikuti penelitian tanpa

paksaan. Sehingga ikut terlibat dalam penelitian secara

sukarela dan menandatangani informed consent setelah

mendapatkan penjelasan yang akan dilakukan. Peneliti juga

memberikan kebebasan kepada responden yang ingin

mengundurkan diri sebagai responden dari penelitian.


33

b. Privacy

Prinsip Privacy didasarkan atas hak responden untuk

mendapatkan perlindungan dengan menjaga kerahasiaannya.

c. Anonimity and confidentially

Peneliti tidak mencantumkan nama responden, diganti

dengan kode responden. Selama pengolahan data, analisis,

dan publikasi hasil penelitian, identitas responden tetap tidak

dicantumkan. Peneliti menjaga semua informasi maupun

identitas yang telah dibeikan responden.

d. Protection from discomfort

Responden harus dilindungi dari rasa tidak nyaman,

sehingga untuk mencegahnya, ibu dengan Ketuban Pecah Dini

yang menjadi responden diberi penjelasan sampai memahami

tentang manfaat dari penelitian yang dilakukan. Selama jadi

responden dipertimbangkan kondisi ibu dan bayi,.

e. Informed consent

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh

subjek penelitian setelah mendapatkan informasi yang

lengkap dari peneliti tentang penelitian. Persetujuan telah

diberikan ketika responden telah menandatangani lembar

Informed consent.
34

E. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi dan buku register rekam medik Unit Kamar Bersalin

Dan Ruang Perinatologi Rumah Sakit dr.Hafiz Cianjur. Jenis data

adalah data sekunder, data diperoleh dari buku register rekam

medik Rumah Sakit dr.Hafiz Cianjur.

F. Validasi Dan Reliabilitas Instrumen

Menurut (Nurulsalam, 2015) Pada pengamatan dan pengukuran

observasi, harus diperhatikan beberapa hal yang secara prinsip

sangat penting, yaitu validitas, realibilitas, dan ketepatan

fakta/kenyataan (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara

pengumpulan data maupun kesalahan-kesalahan yang sering

terjadi pada pengamatan/pengukuran oleh pengumpul data.

a. Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan

data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi ibu

dengan KPD yang sudah di diagnosa oleh dokter penanggung

jawab dan yang diobservasi oleh bidan dengan menggunakan

lembar observasi patograf. Dan untuk menentukan bayi


35

Asfiksia atau tidak Asfiksia dengan menggunakan Skore

APGAR yang telah di isi oleh tenaga medis yg bertugas.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan.

Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk

melihat reliabilitas dalam pengumpulan yaitu prinsip:

1) Stabilitas

mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang

dalam waktu yang berbeda.

2) Ekuivalen

Pengukuran memberikan hasil yang sama pada

kejadian yang sama.

3) homogenitas (kesamaan)

instrumen yang dipergunakan harus mempunyai isi

yang sama.

Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan

reabilitas. Dikarnakan alat pengukur sudah baku.


36

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dari pre dan pasca

melahirkan. Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti

melakukan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Tahap ini diawali dengan mencari data yang diperlukan

dan studi literatur yang mendukung penyusunan proposal

penelitian.

2) Peneliti mengurus surat perizinan dan surat kelulusan uji

proposal.

3) Peneliti mengajukan ijin ke RS DR. Hafidz cianjur untuk

melakukan penelitian.

4) Peneliti melakukan sosialisasi mengenai rencana penelitian

dengan mengikutsertakan perawat atau petugas yang terkait

dalam proses penelitian.

b. Pemilihan responden

Pemilihan responden dilakukan berdasarkan pada kriteria

inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Tahap pelaksanaan

1) Mengidentifikasi subjek penelitian sesuai dengan kriteria

inklusi yang telah ditetapkan.

2) Peneliti melakukan persetujuan kepada pasien sesuai

kriteria inklusi dengan menandatangani informed consent.


37

3) Mencatat dan mengumpulkan data hasil penelitian pada

formulir pencatatan (lembar observasi).

d. Tahap penyusunan laporan

Tahap akhir dari penelitian ini adalah penyusunan laporan dan

penyajian hasil analisis. Data yang sudah dianalisis dilanjutkan

dengan pembahasan hasil penelitian disertai kesimpulan dan saran

serta rekomendasi dari hasil temuan yang diperoleh dari penelitian.

H. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, pertama yang harus dilakukan adalah

mengolah data. Tujuannya adalah untuk mengubahnya menjadi suatu

informasi. Informasi dipergunakan untuk proses pengambilan

keputusan, terutama dalam menguji hipotesis. Menurut (Hardiansyah,

2011), langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengolah data

antara lain :

1. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kelengkapan dan kejelasan

pengisian instrumen pengumpulan data.

2. Coding

Coding adalah tahap pengklasifiksian data atau pemberian kode-

kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama,

diperoleh dari sumber data yang diperiksa kelengkapannya. Kode

adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang
38

memberikan petunjuk atau identitas pada suatu data yang

dianalisis.

Data umum:

a) Responden

R1 = Responden 1

R2 = Responden 2

R3 = Responden 3

b) Jenis Kelamin Bayi

Kode 1 = Laki-laki

Kode 2 = Perempuan

c) Pendidikan Ibu

Kode 0 = tidak sekolah

Kode 1 = SD

Kode 2 = SMP

Kode 3 = SMA

Kode 4 = lain-lain

3. Scoring

Pemberian skoring pada penelitian ini menggunakan nilai nominal,

pemberian skor pada dua variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel Asfiksia

1. Asfiksia, skor (2)

2. Tidak Asfiksia, skor (1)


39

2. Variabel Ketuban Pecah Dini

1. Ketuban Pecah Dini, Skor (2)

2. Tidak ketuban pecah Dini, skor (1)

4. Tabulating

Tabulating merupakan tahapan mencatat atau mengelompokkan data yang

sudah lengkap, dan sesuai variabel yang diteliti ke dalam tabel induk

penelitian (Sujarweni, 2014).

I. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan yang sangat penting dalam suatu penelitian yang

tujuannya untuk memechkan maslah penelitian (Setiadi, 2013).

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap sebuah

variabel. Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel independen dan

dependen.

Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan terhadap data karakteristik

responden, meliputi mean, median/distribusi data. Untuk melihat data

distribusi frekuensi maka dilakukan normalitas data. Hasil penelitian

analisis univariat dilakukan terhadap 136 orang sampel.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis untuk mencari hubungan (korelasi) antara

dua variabel yang menjadi faktor penelitian, atau mencari korelasi antara

faktor resiko dengan efek yang mungkin terjadi (Notoatmodjo, 2010).


40

Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubunganketuban pecah dini terhadap angka kejadian bayi asfiksia. Uji

statistik yang dilakukan adalah chi squere, uji chi squere digunakan untuk

menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas

dimana datanya berbentuk kategorik.

Uji kemaknaan dilakukan dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence

Interval (CI)95%, dengan ketentuan bila :

1) P value > 0,05 berarti Hₒ gagal ditolak (p > α). Uji statistik

menunjukan tidak ada hubungan

2) P value ≤ 0,05 berarti Hₒ ditolak (p ≤ α). Uji statistik menunjukkan ada

hubungan.

Mengukur Rata-rata

Mean adalah ukuran rata-rata yang merupakan penjumlahan dari

seluruh nilai dibagi dengan jumlah datanya (Kountur, 2006).

Penggunaan rata-rata hitung untuk sampel bersimpul ( X dibaca : eks

bar). Perhitungan mean dibagi dua yaitu mean data tunggal dan mean

data kelompok (Riduan & Akdon,2010)

Ada beberapa cara menghitung Mean yaitu :

1) Mengitung Mean data tunggal ( secara langsung)

Menghitung mea secara langsung adalah cara yang langsung

digunakan, dimana mean adalah jumlah seluruh nilai dibagi

jumlah data, dengan rumus.


41

2) Menghitung mean dari distribusi frekuensi yang berkelompok

Jika data diperoleh dari tabel distribusi frekuensi yang

berkelompok, maa rumus untuk menghitung mesn-nya adalah

sebagai berikut :

a. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesis

hubungan/pengaruh antara dua variabel, sedangkan analisis

multivariat digunakan untuk menguji hipotesis

hubungan/pengaruh lebih dari dua variabel.

Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui derajat

hubungan antara dua variabel atau lebih. Untuk itu, teknis

analisis yang sesuai adalah analisis korelasi tau regresi.

Penggunaan teknik atau metode analisis data juga tergantung

dari jenis data penelitian. Seperti yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya bahwa data penelitian dapat berupa data

diskrit dan data kontinum. Data kontinum terbagi lagi menjadi

data ordinal, interval dan rasio.

Berkaitan dengan pertimbangan tersebut diatas, penggunaan

uji hipotesis dapat dikelompokan menjadi statistik parametik

dan statistik nonparametik. Statistik parametik didasarkan

pada model distribusi normal , sedangkan statistik

nonparametik tidak disarkan pada suatu model distribusi

tertentu. Oleh karena itu, statistika nonparametik dikenal juga


42

denagn sebutan statistik bebas distribusi atau tidak

mensyaratkan data terdistribusi normal.

Sugiono (2001) menjelaskan bahwa untuk menguji hipotesis

penelitian harus sesuai dengan jenis datanya. Seperti yang

dipaparka dibawah ini.

1. Untuk menguji hipotesis asosiasi / hubungan (korelasi)

bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik

adalah koefisien kontingensi

2. Untuk menguji hipotesis asosiatif / hubugan (korelasi) bila

datanya beerbentuk ordinal digunakan teknik statistik

1) Korelasi spearman Rank

2) Orelasi kendal Tau

3. Untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan bila datanya

berbentuk interval atau ratio, digunakan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik chi

SquareUntuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

(Ketuban Pecah Dini ) dengan variabel terkait (Bayi Asfiksia).

Uji statsitik yang di gunakan adalah uji Chi Square disebut

juga Kai Kuadrat. Chi Square adalah salah satu jenis uji

komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel,

dimana skala data kedua variabel adalah niminal. ( Apabila

dari dua variabel ada satu variabel dengan skala nominal


43

maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus di

gunakan uji pada derajat terendah).

J. Jadwal Kegiatan

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan


Oktober November Desember Januari
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
judul dan
seleksi judul
Konsul BAB
I,II,III,IV
Sidang
Proposal
Uji Etik
Penelitian
Sidang Akhir
BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang “Hubungan

ketuban pecah dini dengan angka kejadian bayi asfiksiaRuang

Perinatologi Rumah Sakit Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur” yang dilaksanakan

pada bulan Januari 2020. Penelitian ini dilakukan pada 136 responden ibu

bersalin dengan 74 sample ibu dengan Ketuban Pecah Diniyang dirawat

inap Rumah Sakit dr. Hafiz (RSDH) Cianjur. Penyajian data penelitian ini

meliputi gambaran umum lokasi penelitian, data demografi responden dan

data khusus mengenai penelitian.

A. Karakteristik Lokasi Penelitian

Rumah sakit Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur merupakan rumah sakit swasta

tipe C pertama yang berada di kabupaten Cianjur, berdiri sejak tahun

2014. RSDH terletak di Jl. Pramuka No.15, Desa Sukamulya Kecamatan

Karang Tengah Kabupataen Cianjur, Jawa Barat 43281. Rumah Sakit Dr.

Hafiz (RSDH) Cianjur memiliki fasilitas Unit Gawat Darurat (UGD) 24

jam, ruang rawat inap, poliklinik, farmasi, ruang bersalin, ruang

perinatologi, ruang operasi serta fasilitas pemeriksaan penunjang seperti

laboratorium dan instalasi radiologi. Rumah Sakit Dr. Hafiz (RSDH)

memiliki 35 orang dokter spesialis, 21 orang dokter umum, 178 orang

perawat dan 48 orang bidan.

44
45

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden terdiri dari usia ibu, jenis persalinan an jenis

kelamin bayi. Data tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini:

1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu yang melahirkan

di Rumah Sakit Dr.Hafiz Cianjur.

Tabel 5.1 Frekuensi responden berdasarkan usia ibu yang melahirkan

di Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur

No Usia F %
1 <20Tahun 3 5
2 21-35Tahun 65 88
3 >35 Tahun 5 7
Jumlah 74 100
(Sumber : data primer 2020)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa dari 74 responden, terdapat

mayoritas ibu bersalin berusia 21-35 atau sebesar 88% , ibu bersalin

yangberusia di atas 35tahun sebanyak 7% dan ibu bersalin usia kurang 20

tahun sebanyak 5%

2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis persalinan di Rumah

Sakit Dr.Hafiz Cianjur.

Tabel 5.2 Frekuensi responden berdasarkan jenis persalinan di

Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur

No Jenis Persalinan F %
1 Spontan 44 59,5
2 SC 30 40,5
Jumlah 74 100
(Sumber : data primer 2020)
46

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa dari 74 responden, terdapat

40,5% respondenyang melahirkan dengan operasi Secsio Caesar dan

59,5% responden melahirkan secara spontan.

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.3 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin bayi di

Ruang Perinatologi Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur

No Jenis Kelamin Bayi F %


1 Laki-laki 31 41,8
2 Perempuan 43 58,2
Jumlah 74 100
(Sumber : data primer 2020)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa mayoritas responden bayi

adalah berjenis kelamin perempuan yang mencapai 58,2% dan 41,8%

yang berjenis kelamin laki-laki.

C. Analisis Data

1. Ketuban Pecah Dini

Tabel 5.4 Ketuban Pecah Dini

di Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur

No Kategori F %
1 KPD 74 54,5
2 Tidak KPD 62 45,5
Jumlah 136 100
(Sumber : data primer 2020)

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebanyak 54,4% responden

mengalami riwayat ketuban pecah dini pada persalinannya, dan 45,6%


47

responden tidak mengalami riwayat ketuban pecah dini pada

persalinannya.

2. Asfiksia

Tabel 5.5 Bayi Asfiksia dari Ibu KPD

di Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur

No Kategori F %
1 Asfiksia 43 59
2 Tidak Asfiksia 31 41
Jumlah 74 100
(Sumber : data primer 2020)

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa kasusbayi asfiksia dari ibu

KPD sebanyak 44 bayi atau sebanyak 59,5% dan bayiyang tidak

mengalami asfiksia dari ibu KPD sebanyak 40,5% atau 30 kasus.

3. Ketuban pecah dini dengan angka kejadian bayi asfiksia

Tabel 5.6 Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Angka Kejadian

Bayi Asfiksia

di Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur

Kategori Asfiksia Total OR p. Value


Asfiksia Tidak CI
Asfiksia
Ketuban 44 30 74 5,029
pecah dini
% 59,5% 40,5% 100% 2,364 - 0,000
Total 44 30 74 10,697
(Sumber : data primer 2020)

Berdasarkan tabel 5.6 di ketahui bahwa dari 74 responden ibu dengan

riwayat persalinan Ketuban Pecah Dini yang terdiagnosa Asfiksia

sebanyak 44 bayi atau sebesar 59,5% dan yang tidak terdiagnosa


48

Asfiksia sebanyak 30 bayi atau 40,5%. Dan terdapat Nilai asymp.sig

(2sided) 0,000<0,05 yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan

antara ketuban pecah dini dengan angka kejadian bayi asfiksia di

Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur. Dan menggambarkan bahwa

tingkat kejadian asfiksia di R. Perinatologi Rumah Sakit Dr.Hafiz

(RSDH) Cianjur pada ibu dengan Ketuban pecah dini mempunyai

resiko 5.029 kali lipat dari ibu tanpa riwayat ketuban pecah dini pada

persalinan,
BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Analisa Univariat

1. Usia Ibu Bersalin

Pada usia ibu bersalin peneliti mengkategorikan sebagai usia beresiko

tinggi dan usia produktif. Umur ibu yang beresiko untuk terjadi nya

ketuban pecah dini adalah usia yang kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun.Karena menurut (Morgan, 2009)usia sangat berpengaruh

terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun mengahdapi

persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah

antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan

meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang

sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena

organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan

keelastisannya dalam menerima kehamilan. Pada penelitian ini

terdapat 12% ibu resiko tinggi atau sebanyak 14 ibu bersalin Dan

padausia produktif ada sebanyak 88% .

2. Jenis Persalinan

Berdasarkan tabel 5.2jenis persalinan Spontan lebih banyak dari pada

jenis persalinan SC yaitu sebanyak 44 persalinan atau 59,5% .

sedangkan persalinan SC hanya 30 persalinan atau 40,5%.

49
50

3. Jenis Kelamin Bayi

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa mayoritas responden

bayi adalah berjenis kelamin perempuan yang mencapai 54,4% dan

45,5% yang berjenis kelamin laki-laki.

B. Analisa Bivariat

1. Kejadian Asfiksia

Asfiksia adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir

atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia, dan asidosis ( Maryunani dan Eka,2013)

Asfiksia adalah kondisi kekurangan oksigen pada pernapasan yang bersifat

mengancam jiwa (Kurniasih dkk,2017)

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 6 januari 2020 sampai

dengan 20 januari 2020 diperoleh data kejadian asfiksia di Ruang

Perinatologi Rumah Sakit Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur sebanyak 43 bayi

atau 59% dan satu bayi diantaranya meninggal dunia yaitu by.Ny. D

dengan diagnosa asfiksia berat dengan nilai apgar skore 1/1 pada tanggal

13 januari 2020 . hal ini sesuai dengan teori prawirohardjo (2010) bahwa

Asfiksia dapat mengakibatkan kerusakan otak dan berujung kematian,

karena disebabkan terjadinya hipoksia yang progresif, penimbunan CO2

dan Asidosis yang berlangsung terlalu lama. Sehingga kejadian tersebut

perlu mendapatkan perhatian yang serius karena kontribusi besar terhadap

mortalitas dan morbiditas neonatal.


51

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa ibu yang melahirkan bayi

dengan Asfiksia sebagian besar mengalami Riwayat Persalinan Ketuban

Pecah Dini.

2. Kejadian Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban pada saat

pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut sebagai Ketuban

Pecah Dini preterm jika membran ketuban pecah sebelum usia kehamilan

37 minggu.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kasus Ketuban Pecah Dini yang

terjadi di Rumah Sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur sebagian besar terjadi

pada saat fase laten yaitu pembukaan <4 sebanyak 74 kasus dari seluruh

ibu bersalin pada bulan januari 2019

3. Hubungan antara ketuban pecah dini dengan angka kejadian bayi

asfiksia

Asfiksia adalah kejadian dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia termasuk ke dalam resiko tinggi

kelahiran neonatus yang menjadi salah satu penyebab kematian bayi baru

lahir.

Hasil penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit dr. Hafiz (RSDH) Cianjur

bahwa terdapat 1 kematian bayi baru lahir yang disebabkan oleh asfiksia

dari 44 kasus asfiksia yang terjadi selama periode jan 2020. Hal ini
52

mendukung fakta bahwa 27% dari angka kematian neonatal di indonesia

disebakan oleh Asfiksia.

Asfiksia disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini

berhubungan dengan faktor-faktor resiko ibu yang timbul dalam

kehamilan persalinan salah satunya adalah ketuban pecah

dini(Prawirohadrjo, 2010)

Sesuai dengan penelitian ini diperoleh hasil yaitu dari seluruh bayi yang

mengalami asfiksia sebagian besar dilahirkan dari ibu yang memiliki

riwayat persalinan dengan ketuban pecah dini. Berdasarkan hasil

penelitian yang di uji dengan Chi-Square test dapat diketahui bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kejadian ketuban pecah dini dengan

angka kejadian asfiksia di Ruang Perinatologi Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur.

Hal ini sejalan dengan teori(Winkjosastro, 2010) yang menyatakan bahwa

asfiksia disebabkan oleh ketuban pecah dini karena saat terjadi

pengurangan cairan ketuban dapat meningkatkan kompresi tali pusat dini

dan timbulnya berbagai perlambatan jantung janin. Kompresi tali pusat

akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah tali

pusat dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Bila terdapat

gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan

terjadi asfiksia.

Dengan pecahnya ketuban lebuh dini akan terjadi oligohydramnion yang

menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat


53

hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohydramnion,

semakin sedkit air ketuban, janin semakin gawat (prawihardjo,2010)

Dari penelitian ini juga menghasilkan nilai odd ratio5,029 yang

menunjukan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu dengan riwayat ketuban

pecah dini mempunyai resiko 5,029 kali lipat terhadap kejadian asfiksia di

banding dengan bayi yang dilahirkan dari ibu tanpa riwayat ketuban pecah

dini.

Ketuban pecah dini merupakan salah satu resiko tinggi dalam kehamilan

dan persalinan, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Arifah Istiqomah, yesi Astria dengan Hasil Penelitian : Terdapat

hubungan antara kejadian KPD dengan kejadian Asfiksia neonatorum pada

ibu bersalin di RS Nur Hidayah Bantul. Ibu bersalin yang mengalami KPD

memiliki kemungkinan untuk mengalami kejadian asfiksia sebesar 1,78

kali. Dengan kejadian KPD adalah sebanyak 39 orang (50%) dan kejadian

asfiksia neonatorum sebanyak 39 orang (50%).


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai “Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan

Angka Kejadian Bayi Asfiksia Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Dr.

Hafiz (RSDH) Cianjur dapat di simpulkan bahwa:

1. Persentasi terjadinya ketuban pecah dini pada persalinaan di Rumah

sakit Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur pada bulan januari 2020 sebanyak

74kasus atau sekitar 54.4% sedang kan persalinan tanpa ketuban pecah

dini sebanyak 62 kasus

2. Persentasi terjadinya bayi asfiksiadi Ruang Perinatologi Rumah Sakit

Dr.Hafiz (RSDH) Cianjur pada bulan januari 2020 sebanyak 44

kasusatau 59.5%kasus. Dan bayi yang tidak asfiksia sebanyak 30 kasus.

3. Pada penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara ketuban pecah

dini dengan angka kejadian asfiksia di Ruang Perinatologi Rumah Sakit

Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur dibuktikan dengan nilai Chi-Square test

asymp.sig 0,000<0.05. Dan besar resiko terjadinya asfiksia pada

riwayat persalinan ketuban pecah dini adalah 5,029 kali lipat lebih

banyak dibandingkan pada bayi yang dilahirkan dari ibu tanpa riwayat

ketuban pecah dini. Ini dapat dilihat dari nilai OR = 5,029

54
55

B. Saran

1. Kepada Rumah Sakit Dr. Hfiz (RSDH) Cianjur

a. Rawat jalan Poli Kebidanan

Perlu dilakukan upaya preventif dengan pemberian

pengetahuan yang baik kepada ibu hamil saat antenatal care

mengenai resiko tinggi kehamilan yang dapat mengakibatkan

asfiksia pada bayi seperti resiko ketuban pecah dini, sehingga

jika terjadi maka dapat dilakukan penanganan lebih dini

b. Kamar Bersalin dan Perinatologi

Agar dapat menangani kasus ketuban pecah dini secara tepat

sesuai dengan standar operasional, agar diagnosa potensial

seperti kejadian asfiksia dan infeksi dapat di cegah sedini

mungkin.

c. Seluruh Unit Pelayanan Rumah Sakit

Hendaknya menulliskan dokumentasi secara lengkap dalam

rekam medis sesuai dengan kewenangan masing-masing, agar

rekam medis dapat digunakan sebagaimana mestinya.

2. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian

keperawatan khususnya dalam meningkatkan kesehatan Asfiksia.

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan dalam bentuk penelitian

lebih lanjut dengan populasi dan variable yang berbeda untuk

mengkaji lebih lanjut masalah yang terjadi pada Bayi Asfiksia.


56

3. Masyarakat

Agar dapat mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan

kesejahteraan ibu dan bayi dengan menganjurkan pemeriksaan

rutin ibu hamil ke tenaga kesehatan yang berwenang.


DAFTAR PUSTAKA

Arifah Istiqomah, Y. A. (2013). jurnal ilmu kebidanan jilid 3. Hubungan Ketuban


Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia di RS Nur Hidayah Bantul.

Depkes. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pasteur, Bandung:


http://diskes.jabarprov.go.id.

Dewi, V. N. (2011). Asuhan Kebidanan Nifas . Jakarta: Salemba Medika.

fatkhiyah, N. (2011). Hubungan antara persalinan ketuban pecah dini dengan


kejadian asfiksia neonatorum. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, 21.

Hardiansyah. (2011). Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Medika.

Imron,M.T., Munif, A. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Bahan


Ajar Untuk Mahasiswa. Jakarta: Sagung Seto.

Jumiarni, I. (2011). Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Kasim. (2010). Buku Ajar Neonatologi Edisi 1. Jakarta: IDAI.

Kemenkes. (2018). Health Statistik. Jakarta: Kemenkes Kesehatan Republik


Indonesia.

Kurniasih, dkk. (2017). Ilmu kebidanan. Jakarta.

Manuaba, IAC., I Bagus dan IB Gde. (2010). Ilmu kebidanan, penyakit


kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan, Edisi Ke 2. Jakarta.

Maryunani dan Eka . (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Trans Info Media.

Morgan, g. d. (2009). Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Nurulsalam. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

Oxorn,Harry. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta: ANDI.
Prambudi, R. (2013). Penyakit Pada Neonatus, Cetakan pertama. Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharja.

Prawirohadrjo, S. (2010). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.

RI, K. (2011). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal esensial . Jakarta:


Depkes RI.

Rikesda. (2016). Profil Kesehatan Tahun 2015 Dinas Kesehatan Profinsi Jawa
Barat. Profinsi Jawa Barat: Dinas Kesehatan JABAR.

Sastroasmoro, S. dan Ismail, S. (2008). Dasar-dasar Metedologi Penelitian Klinis


Edisi III. Jakarta: CV Agung Seto.

sugiyono. (2015). Metedologi Penelitian Cross Sectional. Klaten Selatan : Boss


Script.

Surinati, I. D. (2013). Ketuban Pecah Dini Dengan Tingkat Asfiksia Bayi Baru
Lahir Di RSUD Wangaya. jurnal ilmu kebidanan.

tahir, suryani. (2012). Akademi Kebidanan Muhammadiyah. Faktor Determinan


Ketuban Pecah Dini Di RSUD SYEKH, makasar.

Winkjosastro. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Edisi 1 Cetakan 12. Jakarta: Bina Pustaka.

Wiradharma, K. I. (2016). Resiko Asfiksia pada Ketuban Pecah Dini Di RSUP


Sanglah. Sari Pedriatri.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Form Kesediaan Menjadi Responden

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : ……………………………………………………….

Alamat : ……………………………………………………....

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini maka saya

menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh saudari Yulia mengenai “HUBUNGAN KETUBAN PECAH

DINI DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA DI RUANG

PERINATOLOGI RS DR. HAFIZ (RSDH) CIANJUR”.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini sangat bermanfaat

untukkepentingan ilmiah. Indentitas responden digunakan hanya untuk keperluan

penelitiandan akan dijaga kerahasiaannya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sukarela tanpa ada paksaan dari

pihakmanapun agar dapat dipergunakan sesuai keperluan.

Cianjur, 2019

Responden

(...........................)
Lampiran 2

Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan

Angka kejadian Bayi Asfiksia

Nama Responden Tanggal : ……….20

No. Responden

No.RM Responden

PARTOGRAF
Lampiran 3

Riwayat Persalinan

Apgar Skore
Lampiran 4

Lembar Observasi
Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Angka Kejadian Bayi Asfiksia

Hari, Tanggal :

Nama Pasien Ibu Bayi


No Usia
(Inisial) KPD Tidak KPD Asfiksia Tidak Asfiksia
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Yulia Widasanti


NPM : 08180100104
Pembimbing : Ns. Asep Solihat S.kep M.kes
Judul Riset :“Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Angka
Kejadian Bayi Asfiksia Di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit DR.Hafiz (RSDH)
Cianjur”.

No. Hari/ Materi Masukan Pembimbing TTD


Tanggal Konsultasi Pembimbing
1 Sabtu,12 Pengajuan Judul Cari jurnal sebanyak-
banyaknya untuk menentukan
Oktober
judul
2019
2 Sabtu,19 Pengajuan Judul dan Acc Judul, cari jurnal-jurnal
Oktober Bab 1 dan sumber terbaru.
2019

3 Sabtu,26 Pengajuan Bab 1 Rapihkan cara penulisan


sesuai pedoman yang ada,
Oktober
dan harus berbentuk segitiga
2019 terbalik untuk menjelaskan
latar belakang.
4 Sabtu, 02 Bab 1 dan Bab 2 Cara penulisan masih belum
November rapih, sesuaikan dengan
2019 pedoman yang sudah ada, cari
sumber terbaru dan
tambahkan jurnal - jurnal
yang terkait dengan
penelitian.
5 Sabtu, 09 Bab 1,2 dan Bab 3 Dilatar belakang masih belum
November tersusun rapih, Untuk bab 2
2019 tambahkan SPO tindakan
yang akan dilakukan,untuk
Bab 3 sesuaikan definisi
operasional yang akan
dilakukan tindakan.

6 Rabu,13 Bab 2,Bab 3 dan Bab Perbaiki analisa data,


November 4 kerangka teori,populasi dan
2019 sampel

7 Kamis,14 Bab 1,Bab 2,Bab3 dan Perbaiki cara penulisan sesuai


November Bab 4 Eyd, dan Acc untuk sidang
2019 proposal

8 Sabtu,16 Revisi Hasil Sidang Rapihkan kembali cara


November Proposal penulisan.
2019

9 Sabtu,18 Bab 5 dan Bab 6 Pembahasan harus dirapihkan


Januari 2020 dan susunan kata harus di
perbaiki

10 Sabtu,24 Bab 5,Bab 6 dan Bab Perbaiki pemilihan bahasa,


Kerapihan, eyd.
Januari 2020 7

11 Senin,27 Bab 5,Bab 6 dan Bab Perbaiki pemilihan bahasa


Januari 2020 7 yang sesuai dengan eyd, lihat
kembali pedoman. Acc
melakukan sidang akhir.
Ketuban Pecah Dini * Asfiksia Crosstabulation

Asfiksia

Asfiksia Tidak Asfiksia Total

Ketuban Pecah Dini KPD Count 44 30 74

% within Ketuban Pecah 59,5% 40,5% 100,0%


Dini

% within Asfiksia 75,9% 38,5% 54,4%

% of Total 32,4% 22,1% 54,4%

Tidak KPD Count 14 48 62

% within Ketuban Pecah 22,6% 77,4% 100,0%


Dini

% within Asfiksia 24,1% 61,5% 45,6%

% of Total 10,3% 35,3% 45,6%


Total Count 58 78 136

% within Ketuban Pecah 42,6% 57,4% 100,0%


Dini

% within Asfiksia 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 42,6% 57,4% 100,0%

Asfiksia Total
Asfiksia Tidak
Asfiksia
Ketuban KPD Count 44 30 74
Pecah % within 59,5% 40,5% 100,0%
Dini Ketuban
Pecah Dini
% within 75,9% 38,5% 54,4%
Asfiksia
% of Total 32,4% 22,1% 54,4%
Tidak Count 14 48 62
KPD % within 22,6% 77,4% 100,0%
Ketuban
Pecah Dini
% within 24,1% 61,5% 45,6%
Asfiksia
% of Total 10,3% 35,3% 45,6%
Total Count 58 78 136
% within 42,6% 57,4% 100,0%
Ketuban
Pecah Dini
% within 100,0% 100,0% 100,0%
Asfiksia
% of Total 42,6% 57,4% 100,0%

Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. Exact Sig. Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson 18,758a 1 ,000
Chi-Square
Continuity 17,281 1 ,000
Correctionb
Likelihood 19,427 1 ,000
Ratio
Fisher's ,000 ,000
Exact Test
Linear-by- 18,620 1 ,000
Linear
Association
N of Valid 136
Cases
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 26,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio 5,029 2,364 10,697
for Ketuban
Pecah Dini
(KPD / Tidak
KPD)
For cohort 2,633 1,601 4,332
Asfiksia =
Asfiksia
For cohort ,524 ,385 ,712
Asfiksia =
Tidak Asfiksia
N of Valid 136
Cases
RIWAYAT HIDUP

Yulia Widasanti dilahirkan di Cianjur Jawa Barat pada tanggal

6 Juli 1984. Anak kedua dari empat bersaudara pasangan

dari bapak H. Djodjo Djamaludin dan Ibu Hj. Nuraeni. Peneliti

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Ibu Dewi 2

Cianjur pada tahun 1997. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan Sekolah

Menengah Pertama di SLTP Negeri 2 Cianjur dan tamat pada tahun 2000.

Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Cilaku –

Cianjur Jawabarat dan selesai pada tahun 2002, peneliti melanjutkan pendidikan

perguruan tinggi negeri tepat nya di Akademi Keperawatan (AKPER) Pemda

Kabupaten Cianjur dan menyelesaikan kuliah Diploma III (D3) pada tahun 2005.

Peneliti kemudian melanjutkan kembali pendidikan pada tahun 2018 sampai

dengan penulisan riset ini, peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1

Keperawatan di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(STIKIM) Kota Jakarta. Peneliti pernah bekerja di Klinik Permata Medika

Sukabumi pada tahun 2005 sampai 2006 dan pada tahun yang sama peneliti

pindah tempat kerja di RSU Hermina Sukabumi dari tahun 2006 sampai dengan

tahun 2012 selanjutnya bekerja di RS dr. Hafiz(RSDH) Cianjur dari tahun 2015

sampai dengan sekarang.

Anda mungkin juga menyukai