Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS

PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG


DI RUANG OK RSUD Dr.H.MOCH.ANSARI SALEH BANJARMASIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan PKK II


Dosen Pembimbing : Rusmilawaty, SKM.MPH

Oleh :

Dewi Ayu Aprilianty


P07124217134

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SEMESTER V
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN
BIMBINGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS


PADA ANAK HIDROSEFALUS
DI RUANG ALEXANDRI RSUD Dr.H.MOCH.ANSARI SALEH

Oleh :
Dewi Ayu Aprilianty
P07124217134

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh Pembimbing Asuhan Kebidanan untuk


diajukan sebagai salah satu tugas PKK II bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan
Banjarmasin Sarjana Terapan Kebidanan Semester V

Banjarbaru, November 2019

Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan Mahasiswa

Rusmilawaty, SKM.MPH Dewi Ayu Aprilianty


NIP. 197105011997032003 NIM. P07124217134
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGAMBILAN KASUS

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh Pembimbing lahan untuk pengambilan


kasus Asuhan Kebidanan dengan judul “Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Ringan di Ruang Bersalin RSD Idaman
Banjarbaru”
Nama : By.Ny. N
Umur : 0 hari
Alamat : Desa Mekarsari, Tamban.
Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembuatan
Asuhan Kebidanan PKK II oleh
Nama : Dewi Ayu Aprilianty
NIM : P07124217134
Semester : V

Banjarmasin, Oktober 2019

Mengetahui,
Pembimbing Lahan Praktik Mahasiswa

Mirna ariani, S.SiT Dewi Ayu Aprilianty


NIP.197810152003122001 NIM.P07124217134

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan menurut Mochtar
(2011). keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan
asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan faktor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap
kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc, 1971). penilaian statistik dan
pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini
dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor
Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir
akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Angka kematian bayi (AKB) atau infant mortality rate (IMR) adalah
jumlah kematian bayi di bawah usia satu tahun pada setiap 1000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 32 per
1000 kelahiran hidup. Artinya terdapat 32 bayi yang meninggal dalam setiap
1000 kelahiran hidup. Pencapaian AKB pada tahun 2012 tidak sesuai dengan
target renstra kemenkes yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2014
(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI, 2012)
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi
ini kemudian meninggal. Pada tahun 2012 jumlah angka kematian bayi baru
lahir (neonatal) di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup. Masalah
ini perlu mendapatkan perhatian yang serius. Adapun penyebab kematian bayi
tersebut diantaranya adalah bayi berat lahir rendah, asfiksia, trauma jalan
lahir, infeksi, dan lain-lain. Dari beberapa faktor yang menyebabkan kematian
bayi, asfiksia merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir setelah
bayi berat lahir rendah (WHO, 2012).
Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain faktor keadaan
ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilang (2012), angka kejadian asfiksia
yang disebabkan oleh penyakit ibu di antaranya preeklamsia dan eklamsi
sebesar (24%), anemia (10%), infeksi berat (11%), sedangkan pada faktor
persalinan meliputi partus lama atau macet sebesar (2,8-4,9%), persalinan
dengan penyulit (seperti letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum
ekstraksi, forsep) sebesar (3-4%). Berdasarkan data tersebut mengenai jenis
persalinan didukung oleh penelitian yang dilakukan Mulastin (2014) bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis persalinan spontan dan tidak
spontan dengan kejadian asfiksia neonatorum
Jenis persalinan juga merupakan indikator terjadinya asfiksia, menurut
penelitian yang dilakukan oleh Surjono (2005) bahwa jenis persalinan sectio
caesarea (SC) perabdominal dapat mengakibatkan komplikasi asfiksia pada
neonatal, hal ini sesuai dengan penelitian Neneng (2011) menyatakan bahwa
sectio caesarea (SC) perabdominal dapat mengakibatkan kejadian asfiksia
neonatorum. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Dewi (2013) bahwa jenis persalinan normal dan sectio caesare (SC) dapat
mengakibatkan bayi mengalami asfiksia.
Seringkali bayi yang baru lahir tidak dapat diantisipasi akan mengalami
kesulitan dalam bernafas, sehingga akibat lebih lanjut dari asfiksia ini dapat
menyebabkan epilepsi dan keterbelakangan mental (Aristianti, 2010). Hasil
penelitian Kurnia (2008) yang mengemukakan bahwa 61% neonatus dengan
asfiksia berat mengalami gagal ginjal akut.
Upaya-upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas,
asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga
profesional. Untuk menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
ketrampilan manajemen asfiksia pada BBL. Kemampuan dan ketrampilan ini
digunakan setiap kali menolong persalinan. (JNPK-KR, 2008), sehingga dapat
meningkatkan kesehatan dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya
dapat menurunkan AKI dan AKB. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
kami bahas mengenai asfiksia neonatorum serta penatalaksanaan pada kasus
asfiksia neonatorum.
Tingkat keparahan gejala asfiksia bayi baru lahir akan mempengaruhi
penanganannya. Setelah lahir, upaya yang dilakukan untuk menolong bayi
asfiksia adalah dengan melakukan resusitasi neonatus, bidan akan
menghangatkan, mengeringkan, dan memberikan rangsang taktil.
Saluran nafas akan dibersikan dari cairan dan lendir-lendir, selanjutnya
dengan menggunakan alat khusus, memberikan oksigen menggunakan
sungkup agar paru-paru bayi dapat mengembang. Apabila denyut jantung
lemah, maka dilakukan penekanan pada dada untuk merangsang denyut
jantung bayi. Sedemikian rupa sambil mengevaluasi setiap 30 detik terhadap
usaha nafas dan denyut jantung bayi sampai bisa tertolong.
Berdasarkan latar belakang diatas angka kematian bayi dengan asfiksia
masih tinggi serta didukung dari hasil studi pendahuluan diatas maka penulis
tertark untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Patologis pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang di Ruang OK RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan kebidanan pada By.Ny.R dengan kasus Bayi
Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di Ruang OK RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada By.Ny.R dengan
kasus Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di Ruang OK RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada By.Ny.R dengan
kasus Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di Ruang OK RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Mampu meingidentifikasi analisa pada By.Ny.R dengan kasus Bayi
Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di Ruang OK RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada By.Ny.R dengan kasus Bayi
Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di Ruang OK RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.

C. Waktu dan tempat pengambilan kasus


1. Waktu pengambilan kasus
a. Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019
b. Pukul : 08.00 WITA
2. Tempat pengambilan kasus
Ruangan OK RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menurut Depkes RI (2007) JNPK-KR Asfiksia adalah keadaan dimana
bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan
riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan..

B. Jenis Asfiksia
Menurut Prawirohardjo (2010) ada dua macam jenis asfiksia,yaitu :
1. Asfiksia Lividu (biru) cici-cirinya : warna kulit kebiru-biruan, tonus otot
masih baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognasi
lebih baik.
2. Asfiksia Pillida (putih) ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah
berkurang, tidak ada rektasi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis
jelek.

C. Klasifikasi
Menurut Depkes RI (2007) JNPK-KR Klasifikasi Asfiksia berdasarkan nilai
APGAR
Nilai
No Klasifikasi Derajat Vitalitas
APGAR
1 Fress Stillbirth 0 Tidak ada pernapasan
( bayi lahir mati) Tidak ada denyut
jantung
2 Asfiksia Berat 1-3 Denyut Jantung <40
x/menit
3 Asfiksia Sedang 4-6 Pernapasan tidak
teratur, megap-megap,
atau tidak ada
penapasan
4 Asfikisia Ringan/ tanpa 7-9 Tangisan kuat disertai
Asfiksia gerakan aktif
5 Bayi Normal 10

D. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2010) Terjadinya asfiksia disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Faktor intrauterin
a. Faktor Ibu
1) Hipotensi (syok) dengan berbagai sebab
2) Penyakit kardiovaskuler dan paru
3) Anemia/ Mal nutrisi
4) Keadaan asidosit/ dehidrasi
5) Sindrom supin hipotensi
6) Penyakit Diabetes Melitus
b. Uterus
1) Kontraksi uterus yang berlebihan
2) Gangguan sistem peredaran darah uterus
c. Plasenta
1) Gangguan pembuluh darah plasenta
2) Perdarahan pada plasenta previa
3) Gangguan pertumbuhan plasenta
d. Tali pusat
1) Kompresi tali pusat
2) Simpul tali pusat
3) Tali pusat terputir jell woartom yang lemah
4) Lilitan tali pusat
5) Prolapsus/ tali pusat terkemuka
e. Fetus
1) Infeksi intrauterin
2) Gangguan pertumbuhan intrauterin
3) Perdarahan pada janin
4) Anemia
2. Faktor Umur kehamilan
a. Persalinan prematur (BBLR)
b. Persalinan presipitatus
c. Persalinan lewat waktu
3. Faktor persalinan
a. Persalinan memanjang
b. Persalinan dengan tindakan operatif
c. Persalinan dengan induksi
d. Persalinan dengan anastesi
e. Perdarahan (solusio plasenta marginalis)
4. Faktor buatan
a. Sindrom hipotensi supinasi (posisi tidur)
b. Asfiksia intrauterin pada induksi persalinan
c. Asfiksia intrauterin pada persalinan dengan anastesi

E. Tanda-tanda
Menurut Mochtar (1998) tanda-tanda Asfiksia yaitu:
1. Asfiksia berat
a. Frekuensi jantung < 40 x/menit
b. Tidak ada usaha nafas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai bewarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
2. Asfiksia sedang
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai bewarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
3. Asfiksia ringan /tanpa asfiksia
a. Takipnea napas > 40 x/menit
b. Bayi tampak Cyanosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Adanya pernapasan cuping hidung
e. Pada pemeriksaan auskultasi diperoleh ronchi, rates, wheezing
f. Bayi kurang aktifitas

F. Patofisiologi
Menurut Mochtar (1998) Pernafasan spontan BBL tergantung pada
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Asfiksia yang
terjadi dimulai suatu periode apneu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada
penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apneu kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan
penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolism dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi
asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
dan ke system sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
G. Komplikasi yang mungkin muncul
Komplikasi yang mungkin muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
1. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berkelanjutan sehingga terjadi renjatan neonatus sehinggan aliran darah ke
otak menurun. Keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak
yang berakibat terjadinya edema otak, dan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia.
Keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung
akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium atau ginjal. Hal
ini yang menyebabkan terjadinya hipoksimia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transportasi sehingga penderita kekurangan persediaan dan
kesulitan pengeluaran hal ini dapat menyebabkan kejang pada bayi
tersebut karena disfungsi jaringan efektif.
4. Koma
Apabila pada bayi asfiksia berat tidak segera ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipokemia dan pendarahan otak.

H. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2010) Penataksanaan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia neonaturum:
1. Pemantauan golongan darah,denyut nadi, fungsi dan sistem jantung dan
baru dengan melakukan resusitasi memberikan yang cukup serta
memantau perkusi jaringan tiap 2 sampai 4 jam
2. Mempertahankan jalan napas agar tetap kuat atau baik sehingga proses
oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik
Cara mengatasi asfiksia sebagai berikut:
1. Asfiksia ringan (7-9)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada mulut kemudian
hidung
c. Bersihkan badan dan tali pusat
d. Lakukan observasi TTV, pantau APGAR SCORE dan masukan
kedalam inkubator
2. Asfiksia sedang (4-6)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Letakkan bayi pada meja resusitasi
c. Bersihkan jalan nafas bayi
d. Berikan 2 liter permenit, bila berhasil teruskan perawatan selanjutnya
e. Bila belum berhasil rangsang pernafasan dengan menepuk, nepuk
telapak kaki, bila tidak berhasil juga pasang penlon masker di pompa
box permenit
f. Bila bayi sudah bernafas tapi masih cynosis, berikan terapi natrium
dikarbonat 7,5 % sebanyak 6cc, dektros 40% sebanyak 4 cc
disuntikkan melalui vena umbilikalis, masukan perlahan-lahan untuk
mencegah terjadinya pendarah intrakranial karena perubahan pH darah
mendadak
3. Asfiksia Berat (1-3)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Letakkan bayi pada meja resusitasi
c. Bersihkan jalan nafas bayi sambil pompa melalui ambubag
d. Berikan 4-5 liter permenit
e. Bila tidak berhasil lakukan pemasangan ECT ( endo cranial tube)
f. Bersihkan jalan nafas melalui ECT
g. Bila bayi sudah bernafas tapi masih cyanosis, berikan terapi natrium
dikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc, dektros 40% sebanyak 4 cc
disuntikan melalui vena umbilikalis, masukkan perlahan-lahan untuk
mencegah terjadinya pendarahan intrakranial karena perubahan pH
darah mendadak.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2010. buku Ajar Asuhan kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: YPB.SP
Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis obstetric. Jakarta : EGC
BAB III
TINJAUAN PENATALAKSANAAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUANG OK RSUD Dr.H.MOCH.ANSARI SALEH

PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019
Pukul : 08.00 WITA

IDENTITAS
1) Identitas Bayi
Nama : By. Ny. R
Tanggal / jam lahir : 16 Oktober 2019/ 07.30 WITA
Jenis kelamin : Laki-laki
2) Identitas Orangtua
Keterangan Ibu Suami
Nama Ny.R Tn.M
Umur 26 tahun 28 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT Petani
Suku / Bangsa Banjar / Indonesia Banjar / Indonesia
Alamat Desa Mekarsari, tamban

PROLOG
Pada tanggal 15 oktober 2019 jam 23.55 WITA, Ibu G4P3A0 masuk ke
ruang VK bersalin dengan keluhan mules-mules disertai keluar lendir bercampur
darah pukul 06.00 WITA. Ini merupakan kehamilan keempat, tidak pernah
mengalami keguguran, HPHT 02-01-2019, TP 09-10-2019. Pasien datang ke VK
dilakukan pemeriksaan : tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 80x/menit,
pernapasan : 22x/menit, suhu : 36,5◦C, DJJ : 140x/menit VT : portio masih teraba,
lunak, pembukaan 2cm, ketuban positif (+), penurunan kepala di hodge I (4/5).
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, jantung, hipertensi,dan
riwayat alergi. Dilakukan pemeriksaan ulang pada jam 05.00 VT : portio tidak
teraba lagi, pembukaan lengkap, ketuban keruh, penurunan kepala di H II DJJ :
125x/m. pasien dianjurkan dokter dilakukan sc, pasien dipindahkan ke ruangan
OK pada jam 05.38 WITA.

SUBJEKTIF
-

OBJEKTIF
Keadaan umum bayi tampak lemah, ekstremitas tampak kebiruan, nafas tidak
teratur, tonus otot kurang, bayi tidak segera menangis. Penilaian APGAR score 5,
6, 7. Tanda-tanda vital bayi, nadi 96 x/menit, pernapasan 60 x/menit, suhu 36,
3oC.

ANALISA
Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang.

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan kepada
bayi yaitu bahwa bayinya tidak segera menangis setelah lahir sehingga harus
dilakukan perawatan lebih lanjut. Ibu dan keluarga mengerti.
2. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir :
a. Menghangatkan bayi dibawah lampu warmer.
b. Memposisikan bayi setengan ekstensi dengan cara mengganjal bahu 2-3
cm dengan kain.
c. Mendampingi bidan membersihkan jalan nafas bayi dengan cara mengisap
lendir dengan suction mulai dari mulut kehidung sampai bayi dapat
bernafas teratur.
d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil pada bayi
dengan menggosok lembut bagian punggungnya dan menepuk-nepuk
kedua telapak kaki bayi.
Bayi mulai menangis pada menit kedua dengan APGAR score 6
3. Memberikan perawatan pada bayi setelah kondisi bayi stabil pada menit ke 10,
yaitu :
a. Memberi injeksi Neo K 1 mg sebanyak 0,5 ml secara IM pada 1/3 paha
kiri bagian luar. Bayi sudah diberi injeksi Neo K pada jam 07.45 WITA.
b. Memberikan salep mata gentamicin pada kedua mata bayi. Bayi sudah
diberi salep mata pada jam 07.47 WITA.
c. Membungkus tali pusat dengan menggunakan kasa steril. Tali pusat sudah
dibungkus dengan kasa steril.
d. Melakukan pengukuran antopometri pada bayi. Berat badan 3500 gram,
panjang badan 50 cm, LK : 33 cm, LD : 34 cm, lila 12 cm.
4. Mengobservasi reflek bayi. Refleks sucking (+), refleks moro (+), refleks
rooting (+), refleks grasping (+), refleks babinsky (+).
5. Mengenakan pakaian dan membedong bayi agar bayi tetap terasa hangat.
Bayi sudah dibajukan dan dibedong.
6. Memberikan bayi kepada ibu untuk diberikan ASI. Bayi rawat gabung dan
sudah diberikan ASI pada jam 10.00 WITA.

LAMPIRAN

APGAR Score :
Score Menit ke-
Tanda
0 1 2 1’ 5’ 10’
Tubuh
Seluruh
Appeareance kemerahan,
Biru pucat tubuh 1 1 2
(Warna Kulit) ekstremitas
kemerahan
biru
Pulse
(Denyut Tidak ada <100 x/m >100 x/m 1 1 1
Jantung)
Menangis,
Grimance Gerak
Tidak ada batuk, 1 1 1
(Reflex) sedikit
bersin
Ekstremitas
Activity Gerakan
Lumpuh sedikit 1 1 1
(Gerak) aktif
fleksi
Respiration Lemah, Teratur,
Tidak ada 1 2 2
(Pernafasan) tidak teratur menangis
Jumlah 5 6 7

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Subjektif
-

B. Objektif
Keadaan umum lemah, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, bayi
lahir tidak segera menangis, dengan denyut jantung < dari 100 x/menit, warna
kulit kebiruan pada ekstrimitas, saat diberikan rangsangan bayi tidak
merespons spontan, gerakan tonus otot lemah, napas lemah dan tidak teratur,
pernapasan cuping hidung, adanya retraksi dinding dada. APGAR score 5
pada menit pertama, nadi : 96 x/menit, pernapasan : 60 x/menit, suhu : 36,3 0
C.
Menurut Dewi, (2011), berdasarkan data yang diperoleh, By.Ny.R adalah
Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang. Dapat diketahui dari hasil data
objektif bayi lahir tidak segera menangis, warna kulit merah tetapi ekstrimitas
pada bayi kebiruan, gerakan tonus otot lemah, napas lemah dan teratur maka
dapat dihitung APGAR score dengan hasil 5 pada penilaian menit pertama,
menurut teori dengan apgar score tersebut maka dapat diketahui bayi baru
lahir dengan asfiksia sedang.
Asfiksia sedang merupakan suatu keadaan dimana bayi baru lahir
mengalami kegagalan benafas secara spontan, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen ke dalam tubuhnya.

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif, ditetapkan diagnose By. Ny R
lahir dengan Asfiksia Sedang.
Menurut Depkes RI (2007) JNPK-KR Klasifikasi Asfiksia berdasarkan
nilai APGAR

Nilai
No Klasifikasi Derajat Vitalitas
APGAR
1 Fress Stillbirth 0 Tidak ada pernapasan
( bayi lahir mati) Tidak ada denyut
jantung
2 Asfiksia Berat 1-3 Denyut Jantung <40
x/menit
3 Asfiksia Sedang 4-6 Pernapasan tidak
teratur, megap-megap,
atau tidak ada
penapasan
4 Asfikisia Ringan/ tanpa 7-9 Tangisan kuat disertai
Asfiksia gerakan aktif
5 Bayi Normal 10
Dilihat dari penilaian APGAR SCORE pada By Ny R penilaian pada
menit pertama pernapaasan bayi tidak teratur, megap-megap, warna kulit
kemerahan tetapi ekstrimitas kebiruan, ditetapkan diagnose By. Ny R lahir
dengan Asfiksia Sedang.

D. Penatalaksanaan
Menurut teori tindakan segera/kolaborasi, jika dalam keadaan tertentu
terjadi gangguan pernapasan (asfiksia), maka perlu dilakukan tindakan
tergantung keadaan bayi. Pada By.Ny.R dilakukan tindakan segera karena
bayi mengalami asfiksia sedang sehingga perlu penanganan yaitu melakukan
penghisapan lendir dengan suction mulai dari mulut kemudian hidung
sehingga lendir hilang dan bayi dapat menangis dan bernafas.
Sehingga dapat terlihat adanya kesesuaian antara pelaksanaan tindakan
dengan yang seharusnya menurut teori yang ada.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian pada tanggal Rabu / 16 Oktober 2019 pada pukul 08:00 WITA,
diperoleh data subjektif dari Ny. R usia 24 Tahun telah melahirkan anak
keempatnya pada usia kehamilan 39 minggu dengan asfiksia sedang, tidak
segera menangis, warna kulit kemerahan tetapi pada ekstrimitas kebiruan,
Apgar score menit pertama 5. Jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun, anus
berlubang, dan tidak ada kelainan kongenital.
Data objektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik umum hasilnya
Keadaan umum lemah, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bayi
lahir tidak segera menangis, dengan denyut jantung < dari 100 x/menit, warna
kulit kemerahan tetapi pada ekstrimitas kebiruan, saat diberikan rangsangan
bayi tidak merespons spontan, gerakan tonus otot lemah, napas lemah dan
tidak teratur, pernapasan cuping hidung, adanya retraksi dinding dada. APGAR
score 5 pada menit pertama.
By.Ny. R terindentifikasi adanya diagnose potensial yaitu By.Ny. R
dengan asfiksia sedang. Hal ini di dasarkan pada data objektif yang diperoleh
dimana dari pemeriksaan fisik umum hasilnya Keadaan umum lemah,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, bayi lahir tidak segera menangis,
dengan denyut jantung <dari 100 x/menit, warna kulit kebiruan pada
ekstrimitas.
Memberikan kebutuhan segera yaitu mengeringkan bayi dan menyelimuti
bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi dan membersihkan jalan napas
(suction) serta melakukan perawatan pada bayi baru lahir/

B. Saran
Kita sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih professional.
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN

Nama : Dewi Ayu Aprilianty


NIM : P07124217134
Program Studi : DIV Kebidanan Reguler
Judul Asbid : Dokumentasi Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia Sedang di Ruang OK RSUD Dr.H.Moch.Ansari
Saleh
TandaTangan
Hari/Tangga Materi Saran
No Pembimbin
l Konsultasi Pembimbing Mahasiswa
g

Anda mungkin juga menyukai