Date Signature
BUNUH BAYI
OLEH:
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Tjiang Sari Lestari
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Muh Husni Cangara, PhD, SpPA, DFM
1
DISCLAIMER
2
LEMBAR PENGESAHAN
dr. Muh. Husni Cangara, PhD, Sp.PA, DFM dr. Tjiang Sari Lestari
3
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.........................................................................................1
DISCLAIMER...................................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................4
SKDI PERSPECTIVE.......................................................................................5
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................6
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................8
I. Definisi..................................................................................................8
II. Faktor Resiko......................................................................................9
III. Pemeriksaan Forensik........................................................................10
IV. Dasar Hukum.....................................................................................29
BAB III. PENUTUP..........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
SKDI PERSPECTIV
BAB I
5
PENDAHULUAN
6
ibunya dilakukan pemeriksaan tanda-tanda kehamilan, tanda-tanda partus
presipitatus dan pemeriksaan vili chorialis untuk menentukan apakah si ibu telah
melahirkan bayi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
I. Definisi
anak usia ≤18 tahun dengan pelaku adalah orangtua, ibu/ayah tiri, penjaga
maupun pacar sang ibu. Infanticide adalah pembunuhan pada anak umur
≤1 tahun yang dilakukan oleh orang yang sama seperti pada kasus felicide.
8
Di Indonesia, Infanticide dikhususkan dalam dua bagian yaitu kinderdoodslag dan
kindermoord yang didasarkan atas motif takut ketahuan melahirkan anaknya.
Kinderdoodslag adalah dilakukan tanpa rencana sedangkan kinderdoodmoord
dilakukan atas rencana.20
II. Faktor Resiko
Jenis kelamin
Faktor ekonomi
Abnormalitas kongenital
Mengacu kepada ekonomi, terlihat bahwa ibu yang paling banyak melakukan
pembunuhan bayi adalah ibu yang secara finansialnya miskin. Pembunuhan bayi
telah diperlihatkan menjadi hal yang paling sering terjdi diantara semua ibu-ibu
remaja dibandingkan dengan ibu yang lebih tua, dan pada mereka yang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. Faktor resiko yang lebih jauh mengacu kepada
umur yang ditemukan dalam banyak laporan kasus adalah pada wanita yang
single dan masih tinggal dengan orang tua mereka, sering terjadi komunikasi
yang terbatas antara ibu muda dan keluarga mereka. Karakteristik umum lainnya
dari wanita yang melakukan pembunuhan bayi termasuk menyembunyikan
kehamilan mereka.9
9
A. Pemeriksaan pada bayi
Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah bayi
lahir mati atau lahir hidup. Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan
merupakan kasus pembunuhan atau penelantaran anak hingga
menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat
dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.
a. Pre Morgue:
10
Hal ini karena, pergerakan otot tidak bisa dibuktikan pada post mortem
karena adanya kaku mayat yang terjadi setelah mati.
Pemeriksaan antropometri (panjang badan, berat badan, dan lingkar
kepala)
Penentuan antropometri pada bayi penting untuk menentukan
apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (prematur)
ataukah non-viable, karena pada keadaan prematur dan nonviable
kemungkinan bayi untuk bertahan hidup di luar kandungan sangat kecil.
Bayi yang viable adalah keaadan bayi yang dapat hidup di luar
kandungan lepas dari ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan
lebih dari 28 minggu dengan panjang (kepala-tumit) lebih dari 35cm,
panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23cm, berat badan lebih
1000g, lingkar kepala lebih dari 32cm dan tidak ada cacat bawaan yang
fatal.
Pemeriksaan antropometri untuk penentuan umur bayi dapat
ditentukan dengan menentukan panjang badan bayi dengan
menggunakan rumus Haase. Menurut rumus Haase, pada lima bulan
pertama kehamilan, panjang badan menjadi dasar penentuan perkiraan
usia janin dalam bulan. Karena itu, janin yang berumur dibawah 5
bulan, umur janin sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan.
Jadi apabila dalam pemeriksaan luar, didapatkan panjang badan janin
20 cm, maka kemungkinan usia janin saat ini adalah 4 sampai 5 bulan
dalam kandungan. Untuk janin yang berumur diatas 5 bulan, umur janin
dalam kandungan sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi
dengan 5. Jadi pada pemeriksaan didapatkan panjang badan janin 45
cm, maka kemungkinan usia janin saat ini adalah 9 bulan dalam
kandungan. Berikut merupakan perkiraan umur bayi yang dapat
ditentukan berdasarkan rumus Haase:
11
Umur Panjang badan (kepala-tumit)
1 bulan 1 x 1= 1cm
2 bulan 2 x 2= 4cm
3 bulan 3 x 3 = 9cm
4 bulan 4 x 4 = 16cm
5 bulan 5 x 5 = 25cm
6 bulan 6 x 5 = 30cm
7 bulan 7 x 5 = 35cm
8 bulan 8 x 5 = 40cm
9 bulan 9 x 5 = 45cm
12
Selain itu, penemuan rambut kepala yang relatif kasar,
masing-masing helai terpisah satu sama lain dan tampak
mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang
prematur rambut kepala halus seperti wol atau kapas, masing-
masing helai sulit dibedakan satu sama lain dan batas rambut
pada dahi tidak jelas. Skin opacity. Pada bayi matur, jaringan
lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh darah yang
agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-
samar. Pada bayi prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak
jelas. Processus xiphoideus. Pada bayi yang matur processus
xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan pada yang
prematur bagian itu belum terdapat. Pada alis mata pada bayi
yang matur sudah lengkap yakni bagian lateralnya sudah
terdapat sedangkan pada yang prematur bagian itu belum
terdapat.
Tanda-tanda perawatan pada bayi
Penentuan ada tidaknya tanda-tanda perawatan sangat
penting artinya dalam kasus pembunuhan bayi. Tanda-tanda
bayi belum dirawat adalah sebagai berikut :
a) Tubuh masih berlumuran darah
b) Plasenta masih melekat dengan tali pusat dan masih
berhubungan dengan pusat.
c) Pada tali pusat yang telah terpotong dengan gunting
atau pisau lebih kurang 5cm dari pusat bayi dan
diberikan obat antiseptik, bila tali pusat dimasukkan ke
dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata.
Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan
pembunuhan dengan mengatakan telah terjadi partus
presipitus (keberojolan). Pada keadaan ini, tali pusat
akan terputus dekat pelekatanya pada uri yang tidak
sesuai dengan partus presipitatus adalah terdapatnya
13
kaput suksedaneum, molase hebat dan fraktur tulang
tengkorak serta ibu yang primipara.
d) Selain itu, tanda verniks kaseosa yaitu lemak bayi telah
dibersihkan juga merupakan tanda bahwa bayi pernah
menerima perawatan sebelumnya. Pada bayi yang
dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang
seluruhnya dan masih dapat ditemukan di daerah
lipatan kulit seperti ketiak, belakang telinga, lipat paha
dan lipat leher.
14
b. Morgue
Pada pemeriksaan morgue pada bayi dapat dilakukan beberapa tes sewaktu
melakukan autopsi yaitu bagi melihat jika bayi tersebut pernah bernapas atau
tidak, isi lambung dan usus bayi.
15
lidah dikeluarkan seperti biasa, ujung lidah dijepit dengan pinset
atau klem kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga
tampak palatum molle. Dengan skalpel yang tajam, palatum
molle disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum.
Faring, laring, esofagus, bersama dengan trakea dilepaskan dari
tulang belakang. Esofagus bersama dengan trakeadiikat di
bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini
dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban,
mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui
trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalamparu.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan
forcep atau pinset bedah dan skalpel, tidak boleh dipegang
dengan tangan. Kemudian esofagus diikat di atas diafragma dan
dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara
tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji
Breslau) tidak memberikan hasil yang meragukan. Setelah
semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan
dimasukkan kembali ke dalam air, dan dilihat apakah
mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan
dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung
atau tenggelam. 5 potong kecil dari bagian perifer tiap lobus
dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan apakah mengapung
atau tenggelam. Hingga tahap ini, paru bayi baru lahir mati
masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas
pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan
diantara 2 karton dan ditekan (dengan arah tekan yang tegak
lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan
yang terdapat pada jaringan interstitial paru, lalu masukkan
kembali ke dalam air dan diamati apakah masih terapung atau
tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru tersebut berisi
16
udara residu yang tidak akan keluar. Hasil negatif pada uji
apung paru belum berarti pasti lahir mati karena adanya
kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti
bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara
dalam alveoli direabsorbsi. Pada hasil uji negatif ini,
pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk
memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. hasil uji apung paru
positf berarti pasti lahir hidup.
17
Tidak tampak alveoli yang Tampak air sacs, kadang-
5 berkembang (air sacs) pada kadang terpisah sendiri-
permukaan sendiri
18
24 jam, tetap harus diingat kemungkinan adanya napas buatan atau gas
pembusukan.
Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi bila
anak menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachii masuk kedalam
liang bagian tengah. Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut, pembukaan liang
telinga bagian tengah harus dilakukan di dalam air. Tentunya baru dilakukan pada
mayat yang masih segar.
c. Post Morgue
19
Gambar 2. Pewarnaan HE terdapat gambaran alveoli kiri yang sebagian besar
sudah melebar pada pembesaran 40x
Salah satu tanda khas untuk melihat paru bayi belum bernapas adalah
adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang
kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti
gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang
berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang juga membusuk, dengan
pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada
permukaan diding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan
pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection
dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).
Memeriksa golongan darah ibu dan anak: Hal ini juga sulit karena tidak
adanya golongan darah ayah. Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor
dominan terdapat bersama-sama pada satu individu sedangkan individu lain tidak
mempunyai sama sekali. Contohnya adalah bila ibu golongan darah AB
sedangkan si anak golongan darah O atau sebaliknya. Penggunaan banyak jenis
golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan, tetapi oleh karena
kendala biaya maka cara ini tidak merupakan prosedur rutin.
20
Bila terjadi perubaha pada hemoglobin dapat dijadikan patokan
berdasarkan patokan Barcroft dimana:
Selain rumus Haase, perkiran umur bayi dapat juga ditentukan dengan
melihat pusat penulangan (ossification centers). Pemeriksaan pusat penulangan ini
dapat dilakukan secara radiologis. Berikut merupakan perkiraan umur bayi
berdasarkan penilaian pusat penulangan:
Klavikular 1,5
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium Sterni 6
Talus Akhir 7
21
Pada tulang kalkaneus dan kuboid, kaki dilakukan dorsofleksi dan buat
insisimulai dari antara jari kaki ke 3 dan ke 4 ke arah tengah tumit. Pada tulang
distal femur dan proksimal tibia, akan dilakukan fleksi tungkai bawah pada sendi
lutut dan buat insisi melintang pada lutut.
Pada bayi cukup bulan (matur), hampir selalu terdapat pusat penulangan
pada distal femur sedangkan pada proksimal tibia kadang-kadang terdapat atau
baru dapat sesudah lahir, juga pada tulang kuboid. Pada bayi wanita, pusat
penulangan timbul lebih cepat.
22
Gambar dikutip dari kepustakaan 18
23
Gambar dikutip dari kepustakaan 18
Penyebab kematian
24
Adanya tanda-tanda mati lemas : sianosis pada bibir dan ujung jari, bintik-
bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta
jaringan loggar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus
berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan
atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.
Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan di bibir atau
sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian
dalam yang berhadapan dengan gusi , serta adanya benda-benda asing
seperti gumpalan kertas koran atau kain yang mengisi rongga mulut.
Keadaan di daerah leher dan sekitarnya : adanya luka lecet tekan yang
melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat
sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh arat pnjerat yang digunakan,
adanya luka lecet kecil-kecil yang sering kali berbentuk bulan sabit yang
diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku pencekik, adanya luka-luka lecet
dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh ujung-ujung jari pencekik.
Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian
tubuh lainnya dimana menurut literatur ada satu metode yang dapat
dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai
menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan nama “tusukan
bidadari”.
Adanya tanda-tanda terendam seperti tubuh yang basah dan berlumpur,
telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keribut (washer woman’s
hand), kulit yang berbintil-bintil (kutis anserina), seperti kulit angsa serta
adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernapasan (trakea)
yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air.
Bila sudah ditemukan tanda-tanda bayi lahir hidup (sudah bernapas), maka harus
ditentukan penyebab kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernapas)
maka ditentukan sebab lahir mati atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin
(fetal death).
25
Kematian karena tindakan pembunuhan :
26
Gambar diambil dari kepustakaan 6
27
28
Gambar diambil dari kepustakaan 6
Kekerasan tajam: Kematian pada bayi yang baru lahir yang dilakukan
dengan melukai bayi dengan senjata tajam seperti gunting atau pisau dan
mengakibatkan luka yang fatal hingga menembus organ dalam seperti hati,
jantung dan otak.
Pembakaran: Infantisida dengan membakar jarang terjadi meskipun,
seperti penenggelaman, pembakaran sering merupakan cara untuk
membuang korban infantisida atau bayi lahir mati. Radtke (1933)
menemukan bahwa bahwa tes yang biasa pada kematian akibat
pembakaran tidak dapat diterapkan seluruhnya, tapi ia menekankan
pentingnya ditemukan benda asing, sesuatu yang lebih dari partikel
karbon, di paru-paru bayi yang terbakar. Mungkin demonstrasi saturasi
karbonmonoksida yang tinggi adalah bukti kematian karena pembakaran
pada kasus ini. Sisa-sisa kalsifikasi dapat ditemukan di tempat pembakaran
tapi hal tersebut jelas tidak mungkin membuktikan infantisida; tuduhan
penyembunyian kelahiran mungkin dapat diberikan.
Keracunan: Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa
opium pada puting susu ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan
menyebabkan bayi tersebut mati.
29
Tanda baru melahirkan anak: Pada ibu didapatkan robekan baru
pada alat kelamin, ostium uteri dapat dilewati ujung jari, keluar
darah dari rahim, ukuran rahim postpartum setinggi pusat dan 6
hingga 7 hari pos partum setinggi tulang kemaluan, payudara
mengeluarkan air susu, hiperpigmentasi aerola mammae, dan striae
gravidarum dari warna merah menjadi putih.
Tanda berapa lama telah melahirkan: ukuran rahim 2 hingga 3
minggu kembali ke ukuran pulih. Getah nifas 1 hingga 3 hari post
partum berwarna merah, 4 hingga 9 hari post partum berwarna
putih dan 10 hingga 14 hari post partum getah nifas habis. Robekan
alat kelamin akan sembuh dalam 8 hingga 10 hari.
Mencari tanda-tanda partus precipitates: robekan alat kelamin,
inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi
keluar, lebih-lebih bila tali pusat pendek, robekan tali pusat anak
yang biasanya terdapat anak atau pada tempat lekat tali pusat.
Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan
histopatologis. Luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di
bawah kulit kepala dan perdarahan di dalam tengkorak.
Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak: Si ibu
diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri,
lochia, kolostrum, dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak
terlihat dari usia pasca lahir ditambah lama kematian.
b. Post Morgue
Memeriksa golongan darah ibu dan anak: Hal ini juga sulit
karena tidak adanya golongan darah ayah. Eksklusi hanya
dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-
sama pada satu individu sedangkan individu lain tidak
mempunyai sama sekali. Contohnya adalah bila ibu
30
golongan darah AB sedangkan si anak golongan darah O
atau sebaliknya. Penggunaan banyak jenis golongan darah
akan lebih memungkinkan mencapai tujuan, tetapi oleh
karena kendala biaya maka cara ini tidak merupakan
prosedur rutin.
Pemeriksaan histopatologis yaitu sisa plasenta yaitu vili
korialis dalam darah dan jaringan yang berasal dari rahim.
31
Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun
Pasal 342.
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana
dengan pidana penjara paling lama 9 tahun
Pasal 343.
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi
orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana
Pasal 338.
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 340.
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana
dengan pidana mati atau pidana rencana seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun
Pasal 304.
Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam
kesengsaraan, sedang ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku atasnya atau
karena menurut perjanjian, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun
delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-
Pasal 305.
32
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud melepaskan diri
darpadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan
Pasal 306
1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan
2) Jika mengakibatkan kematian. Pidana penjara paling lama 9 tahun
33
BAB III
PENUTUP
Lahir hidup adalah setelah bayi terpisah lengkap/sama sekali dari si ibu,
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti jantung yang aktif, pernapasan,
pergerakan anggota tubuh, menangis. Sedangkan lahir mati adalah keadaan bila
setelah bayi terpisah lengkap/sama sekali dari si ibu tidak bernapas ataupun
menunjukkan tanda-tanda kehidupan lain. Penentuan umur bayi dapat dilakukan
berdasarkan rumus Haase atau berdasarkan perkiraan pusat penulangan.
Berdasarkan penentuan umur bayi sekaligus dapat menentukan bahwa bayi yang
lahir tersebut adalah viable atau non-viable untuk hidup diluar kandungan.
34
bisa terjadi akibat dari persalinan yang lama, jeratan tali pusat, trauma atau
kematian dari ibu. Kematian bayi yang disebabkan oleh pembunuhan pula bisa
terjadi dengan pembekapan, penjeratan, penenggelaman, kekerasan tumpul pada
kepala, kekerasan tajam, pembakaran atau keracunan.
Bagi kasus pembunuhan bayi ini bisa dikenakan hukuman pidana berdasarkan
pasal-pasal uang telah ditetapkan oleh KUHP. Antara pasal yang bisa digunakan
adalah seperti Pasal 338, Pasal 341, Pasal 342, Pasal 304, Pasal 305 atau Pasal
306. Penentuan hukuman pidana yang akan dikenakan adalah tergantung daripada
kejahatan atau kasus yang dilakukan.
35
Daftar Pustaka
36
13. Barness EG, Spicer DD. Handbook of Pediactric Autopsy Pathology. 1st Ed. New
Jersey. Humana Press. 2005. p.122;352
14. Cunninghan Gary, Leveno Kenneth, Blomm Steven, Hauth John, Rouse Dwight,
Spong Catherine. Williams Obstetrics. 23rd ed. USA : McGraw-Hill Companies;
2010. p.621
15. Larsen, William J. : Human embryology. Sherman, Lawrence S.; Potter,S. Steven;
Scott, William J. 3. Ed.
16. Brogdon BG. Forensic Radiology. 1st ed. USA. CBC Press; 1998.p.80-9
17. West, Sara G. An Overview of Filicide. Psychiatry (February Edition). 2007.
18. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentar
Lengkap Pasal Demi Pasal.Politeia. Bogor. 1995. P240-44.
19. Wooster OH. About Children: Felicide, infanticide and neonaticide. The Daily
record. October 2010.
37