Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus Panjang

BAYI CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN


DAN PNEUMONIA NEONATAL
Oleh :

Anggara Edwin Watuseke - 16014101134

Masa KKM : 21 Juni – 15 Agustus 2021

Supervisor Pembimbing

dr. Shekina H. E. Rondonuwu, Sp.A

Residen Pembimbing

dr.Felcia Halim

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Panjang dengan judul “Bayi Cukup Bulan Kecil Masa
Kehamilan dan Pneumonia Neonatorum”

telah dikoreksi, dibacakan, dan disetujui pada tanggal Agustus 2021

Mengetahui,
Residen Pembimbing

dr.Felicia Halim

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

dr. Shekina H. E. Rondonuwu, Sp.A

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS.....................................................................................3

A. Identitas..............................................................................................................3

B. Family Tree.........................................................................................................4

C. Anamnesis..........................................................................................................4

D. Pemeriksaan Fisik...............................................................................................5

E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................8

F. Diagnosis............................................................................................................9

G. Penatalaksanaan..................................................................................................9

H. Resume.............................................................................................................10

I. Follow Up...........................................................................................................11

J. Prognosis............................................................................................................15

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia pada neonatal merupakan penyakit infeksi saluran


pernafasan yang serius yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme, terutama bakteri, dengan potensi mortalitas dan
morbiditas yang tinggi. Pneumonia neonatal merupakan penyebab
signifikan kematian pada bayi yang baru lahir, yang terjadi dalam 30
hari pertama kehidupan bayi.1
Pneumonia merupakan salah satu infeksi yang tersering pada
neonatus dan salah satu penyebab terpenting kematian perinatal.
Diperkirakan 3,9 juta dari 10,8 juta kematian setiap tahunnya terjadi
pada 28 hari pertama kehidupan.2 Pneumonia neonatal merupakan
infeksi parenkim paru dengan terjadinya serangan dalam beberapa
jam sejak kelahiran, yang dapat disamakan dengan kumpulan gejala-
gejala sepsis. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta, aspirasi, atau
diperoleh setelah kelahiran.3
Pneumonia neonatal merupakan infeksi parenkim paru dengan
terjadinya serangan dalam beberapa jam sejak kelahiran, yang dapat
disamakan dengan kumpulan gejala-gejala sepsis. Kantong-kantong
udara dalam paru yang disebut alveoli yang dipenuhi oleh cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah,
selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa
meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber
infeksi dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur,
berbagai senyawa kimia maupun partikel.4
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam etiologi.
Organisme yang menjadi penyebab pneumoni bervariasi menurut
kelompok umur. Neonatus sejak lahir sampai usia 3 minggu,
kelompok bakteri patogen yang umum didapatkan ialah streptokokus
dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri ini merupakan penularan
yang bersumber dari ibu. Streptococcus pneumoniae paling sering
didapatkan pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan. Pada umur 3
bulan sampai umur prasekolah, virus dan Streptococcus pneumoniae
yang paling dominan menyebabkan pneumonia, sedangkan bakteri
lain yang berpotensi termasuk

Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B dan non-typeable


strain, Staphylococcus aureus, dan Moraxella catarrhalis.5,6

Ketika sistem imun seseorang dalam keadaan baik, kuman


penyebab pneumonia dapat dihancurkan oleh makrofag alveolus.
Kuman penyebab pneumonia dapat menginfeksi orang yang sistem
pertahanan tubuhnya lemah atau belum kompeten, misalnya
neonatus., Pneumonia pada neonatus dapat diakibatkan karena proses
yang terjadi dalam kehamilan, ketika proses persalinan, maupun
didapatkan setelah kelahiran. Berdasarkan onset kejadiannya,
pneumonia neonatus intranatal termasuk ke dalan pneumonia awitan
dini (early onset) dan pneumonia neonatus postnatal ke dalam
pneumonia awitan lambat (late onset).7,8
Pneumonia pada neonatus memberi gejala gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir, seperti pernafasan yang bising atau
sulit, takipnea >60x/menit, retraksi dinding dada, batuk, dan merintih.
Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti
malas makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan temperatur,
dan keseluruhan kesan bahwa bayi tidak baik.
Pengujian hematologi, biokimia darah, kultur bakteri, serta
pencitraan dada radiografi dianggap komponen penting dalam
membuat diagnosis pneumonia neonatal. Pencitraan diagnostik tidak
hanya dilakukan pada penilaian awal kondisi neonatus dan untuk
menegakkan diagnosis, tetapi juga untuk memantau perkembangan
penyakit dan efek dari tindakan terapi intervensi. Radiografi toraks
konvensional tetap menjadi diagnosis andalan pada neonatus dengan
gejala distres pernapasan. Pada neonatus, radiografi toraks sebagian
besar dilakukan dengan posisi supinasi dan dalam proyeksi
anteroposterior. Pada pneumonia didapatkan perbercakan dengan pola
garis di perihilar yang dapat menyerupai Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN), perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia
group B dapat menyerupai Hyaline Membrane Disease (HMD)
dengan penurunan volume paru. Bayi aterm dengan gambaran HMD
harus dianggap sebagai pneumonia sampai terbukti sebaliknya. Efusi
pleura terjadi pada 25% kasus.9
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang bayi cukup bulan
sesuai masa kehamilan dengan pneumonia neonatorum di RSUP Prof
DR R.D Kandou Manado tahun 2021.
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nomor Register : 00.74.09.57
Nama : By. Ny. SM
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat, Tanggal Lahir : Manado, 14 Juni 2021
Umur : 8 hari
Lahir di : RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Malalayang
Berat Badan Lahir : 2.650 gram
Partus : Sectio Caesarea
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Mongondow
Anak ke :3
Agama : Islam
Alamat : Kotamobagu
No. Telp : 085256xxxxxx
Masuk Rumah Sakit : 22 Juni 2021
Ruangan : NICU 1

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny.SM
Umur Ibu : 32 tahun
Pendidikan Ibu : S1
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Nama Ayah : Bpk. MY
Umur Ayah : 35 tahun
Pendidikan Ayah : D3
Pekerjaan Ayah : PNS
Status Perkawinan : Sudah menikah
B. FAMILY TREE

Keterangan :
: Laki-laki
: : Perempuan
: : Penderita

C. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dari Ibu dan Ayah pasien)
1. Keluhan Utama:
Pasien pindahan isolasi F covid 19
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien pindahan dari isolasi F dan telah mengalami perbaikan. Telah
lahir bayi laki-laki, pada tanggal 14 Juni 2021 jam 18.00 WITA di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Malalayang. Bayi lahir secara sectio
caesarea atas indikasi gawat janin. Bayi lahir dari Ibu G3P3A0, usia
32 tahun, hamil 37-38 minggu. Setelah lahir bayi tidak langsung
menangis dan sesak. Bayi saat tiba di NICU level 1 datang dengan
kondisi baik. Bayi lahir dengan berat badan lahir 2650 gram dan
panjang badan lahir 48cm. apgar score 6 - 8
3. Anamnesis Antenatal
Selama hamil ibu penderita ANC teratur selama 9 kali di Puskesmas
Suntik Tetanus Toxoid sebanyak 2 kali
Selama hamil ibu penderita sehat
4. Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang
ASI : belum diberikan
PASI :-
Susu Formula :-
Bubur Susu :-
Bubur Saring :-
Bubur Halus :-
Nasi Lembek :-
5. Imunisasi

Dasar Ulangan
Jenis Imunisasi
I II III I II III
BCG -
Polio -
DTP -
Campak -
Hepatitis B -

6. Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini
7. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan
Pasien tinggal di rumah permanen 2 lantai dengan atap seng, lantai
beton. Jumlah kamar 6 buah yang dihuni oleh 6 orang terdiri dari 4
orang dewasa dan 2 orang anak. WC/Kamar mandi berada di dalam
rumah. Sumber air minum yaitu sumur, sumber penerangan listrik
ialah PLN, dan penanganan sampah dengan cara dibuang di tempat
sampah.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Aktif , Refleks (+)
Tekanan Darah :-
Nadi : 142 kali/ menit
Respirasi : 52 kali/ menit
Suhu : 36,6oC
SpO2 : 97%
Sianosis : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Kejang : Tidak ada
Berat Badan : 2650 gram
Panjang Badan : 49cm
Lingkar Kepala : 34cm
Lingkar Dada : 32cm
Lingkar Perut : 30 cm
Panjang Lengan : 16cm
Lingkar Lengan Atas : 12cm

Kepala

Bentuk : Normosefali
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Ubun – ubun besar : Datar
Mata : Dalam batas normal
Exophtalmus/ Endophtalmus : Tidak ada
Tekanan bola mata : Normal pada palpasi
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Refleks kornea : Normal
Pupil : Bulat, Isokor Ø 3mm-3mm, Refleks cahaya
+/+
Lensa : Jernih
Gerakan : Normal
Palpebra : Normal
Telinga : Pinna bergelombang baik, Lembek, Sekret
-/-
Hidung : Bentuk normal, Sekret -/-, Pernapasan
cuping hidung (+), septum deviasi (-)

Mulut

Bibir : Sianosis (-), Labiopalatoskizis (-)


Selaput Mulut : Mukosa mulut basah
Gusi : Perdarahan (-)
Lidah : Beslag (-), Ankyloglossia (-)
Gigi :-
Bau pernapasan : Foeter (-)

Leher

Trakea : Letak tengah


Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Kaku kuduk : Tidak ada

Thoraks

Bentuk : Simetris
Retraksi : (-)
Pektus ekskavatum : (-)
Payudara : Areola datar, Penonjolan (-)

Paru – Paru

Inspeksi : Simetris kanan = kiri, Retraksi (-)


Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Suara pernapasan bronkhial, Ronkhi -/-,
wheezing -/-

Jantung

Detak jantung : 142 kali/menit


Iktus : Iktus cordis tidak tampak
Ritme : Reguler
Murmur : Tidak ada
Gallop : Tidak ada

Abdomen

Bentuk : Cembung,lemas
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lien : Tidak teraba
Hepar : Tidak teraba
Lain – lain : Tali pusat, ujung kehijauan (-)
Genitalia : laki – laki, panjang penis 2.8cm, testis +/+,
rugae skrotum (+)
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Ekstremitas : Akral hangat, Sianosis (-) CRT <3 detik
Anus : Lubang (+)
Tulang belulang : Deformitas (-)
Otot : Eutoni
Refleks –refleks : Grasp (+), Rooting (+)

Downess Score

Frekuensi napas 0 (52 kali/menit)


Sianosis 0 (tidak ada sianosis)
Retraksi 0 (tidak ada retraksi)
Merintih 0 (dapat didengar dengan stetoskop)
Air Entry 0 (udara masuk)
Total Score 0 (tidak ada gawat napas)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tgl 30 Juni 2021

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil


Leukosit 6.0 - 22.0 x103/uL 10.8 x103/uL
Eritrosit 3.60 - 6.20 /uL 3.80 /uL
Hemoglobin 12.5 - 20.5 g/dL 12.6 g/dL
Hematokrit 31.0 - 71.0% 33.2 %
Trombosit 170 – 500 /uL 465/uL
MCH 31.0 – 37.0 pg 33.2 pg
MCHC 28.0 – 38.0 g/dL 38.0 g/dL
001 Eosinofil 1–5% 8%
002 Basofil 0–1% 0%
003 Netrofil Batang 2–8% 0%
004 Netrofil Segmen 50 – 70 % 37 %
Limfosit 20 – 40 % 41 %
Monosit 2–8% 14 %
MCV 86.0 – 128.0 fL 87.4 fL
SGOT < 33 U/L 38 U/L
SGPT < 43 U/L 17 U/L
Bilirubin Total 0.10 – 1.20 mg/dL 1.78 mg/dL
Bilirubin Direct < 0.30 mg/dL 0.58 mg/dL
Ureum 10 – 40 mg/dL 29 mg/dL
Creatinin 0,5 – 1,5 mg/dl 0,9 g/dl
Calsium 8.10 – 10.40 mg/dL 9.96 mg/Dl
Fosfor 2.7 – 4.5 mg/dL 4.6 mg/dL
Magnesium 1.70 – 2.50 mg/dL 1.73 mg/Dl
Albumin 3.50 – 5.70 g/dL 4.11 g/Dl
Natrium 135 – 153 mEq/L 139 mEq/L
Kalium 3.50 – 5.30 mEq/L 4.29 mEq/L
Chlorida 98.0 – 109.0 mEq/L 105.4 mEq/L
CRP < 6.00 mg/L < 6 mg/L
Foto Thorax Babygram

Kesan : bercak infiltrat pada kedua lapang paru

F. DIAGNOSIS KERJA
Bayi cukup bulan Sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal

G. TATALAKSANA
 O2 nasal 1-2 lpm

 Inj Ampicilin 110 mg/12 jam (H1)

 Inj Gentamisin 11 mg/36 jam (H1

 IVFD
- D 10% 241,4
- NaCl 3% 3.3
C = 150
- KCL 2.65
P=3
- Ca Glukonas 1.7
G = 12
- MgSO4 1.3
16 ml/jam
- A56% 133
- Fosfor 1.3

 Pro : Kultur darah

H. RESUME

Pasien Bayi merupakan pindahaan dari isolasi F dan telah


mengalami perbaikan selama perwatan di F. Bayi laki-laki, lahir pada tanggal
14 Juni 2021 jam 18.00 WITA secara sectio caesaria. Bayi lahir dengan BBL
2650gram, PBL 49cm, apgar score 6-8. Lahir dari ibu G3P3A0 usia 32 tahun
hamil aterm. Bayi lahir dengan faktor resiko sepsis yaitu ketuban pecah dini >
18 jam, sesak, tidak langsung menangis.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi dalam keadaan aktif, reflex


+ menurun, intake naik bertahap. nadi 142x/menit, respirasi 52x/menit, suhu
badan 36,7oC, dan saturasi 97%. Pada pemeriksaan fisik thoraks simetris ,
retraksi tidak ada, sp.bronkovesikuler. Pada pemeriksaan ekstremitas
ditemukan akral hangat dan CRT <2 detik. Hasil Babygram didapatkan kesan
bercak infiltrat pada kedua lapang paru.

Pasien dirawat diruangan NICU 1 dengan O2 nasal 1-2 L/menit.


Pasien juga diberikan Inj. Gentamisin 11mg/36 jam, Inj. Ampisilin 110mg/12
jam, periksa GDS setiap 24 jam dan direncanakan untuk pemeriksaan kultur
darah.

I. FOLLOW UP
NICU 1

Minggu, 27 Juni 2021

Umur : 13 hari Perawatan Nicu: hari ke-5


S Sesak berkurang

O Keadaan umum: aktif, reflex (+) menurun

HR: 140x/m, RR: 58x/m, SB: 36,5 °C, SpO2: 97%

Kep : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Pupil bulat isokor, diameter 2
mm – 2 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun besar datar terbuka

Thr : Simetris, PCH (-), Retraksi tidak ada, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)

Abd : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
membesar
Ext : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, Bising (-), Sianosis (-)
A Bayi cukup bulan sesuai masa kehamila n + Pneumonia Neonatal
P  O2 nasal 0,5 lpm
 IVFD
- D 10% 241,4
- NaCl 3% 3.3
C = 150
- KCL 2.65
P=3
- Ca Glukonas 1.7
G = 12
- MgSO4 1.3
16 ml/jam
- As 6% 133
- Fosfor 1.3
 Ampicilin 110 mg/ 12 jam (H5)
 Gentamisin 11 mg/ 36 jam (H5)
 Susu 8x5-10ml via OGT naik bertahap
 GDS / 24jam

NICU 1
Senin, 28 Juni 2021
Umur : 14hari Perawatan Nicu: hari ke-6
S nafas cepat berkurang, intake naik bertahap
O Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun
HR: 144x/m, RR: 48x/m, SB: 36.7 °C, SpO2: 98%
Kep : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Pupil bulat isokor, diameter 2
mm – 2 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun Besar Datar
Tho : Simetris, PCH (-), Retraksi tidak ada, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abd : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
membesar
Ext : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, Bising (-), Sianosis (-)
A Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal
P  O2 nasal 0,5 lpm
 Ampicilin 110 mg/ 12 jam(H6)
 Gentamisin 11 mg/ 36 jam (H6)
 IVFD
- D 10% 241,4
- D 40% 12.7
C = 150 - 5
- NaCl 3% 3.3
P=3
- KCL 2.65
G = 12
- Ca Glukonas 1.7
10 ml/jam
- MgSO4 1.3
- As 6% 133
- Fosfor 1.3
 Asi 8x20-30ml via OGT naik bertahap
 GDS /24 jam

NICU 1
Selasa, 29 Juni 2021
Umur : 12hari Perawatan : hari ke-7
S Nafas cepat berkurang, intake naik bertahap
O Keadaan umum: aktif, reflex menurun
HR: 142x/m, RR: 40x/m, SB: 36.8 °C, SpO2: 98%
Kep : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Pupil bulat isokor, diameter 2
mm – 2 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun Besar Datar
Tho : Simetris, PCH (-), Retraksi tidak ada, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abd : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
membesar
Ext : Akral hangat, CRT ≤ 3 detik, Bising (-), Sianosis (-)
A Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal
P  O2 nasal 0,5 lpm k/p
 Ampicilin 110 mg/ 12 jam (H7)
 Gentamisin 11 mg/ 36 jam (H7)
 IVFD
- D 10% 241,4
- D 40% 12.7
- NaCl 3% 3.3
- KCL 2.65
- Ca Glukonas 1.7
- MgSO4 1.3
- As 6% 133
- Fosfor 1.3
 Asi 8x30-40 ml via OGT. Coba oral
 GDS /24 jam

NICU 1
Rabu, 30 Juni 2021
Umur : 13hari Perawatan : hari ke-8
S napas cepat berkurang, intake naik bertahap
O Keadaan umum: aktif (+), reflex (+)
HR: 140x/m, RR: 50x/m, SB: 37 °C, SpO2: 98%
Kep : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Pupil bulat isokor, diameter 2
mm – 2 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun Besar Datar
Tho : Simetris, PCH (-), Retraksi tidak ada, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abd : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
membesar
Ext : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, Bising (-), Sianosis (-)
A Bayi cukup bulan Sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal
P  O2 nasal 0,5 lpm k/p
 Ampicilin 110 mg/ 12 jam (H8)
 Gentamisin 11 mg/ 36 jam (H8)
 ASI / susu Ad libitum
 Rencana pulang bila hasil Lab baik
 Pro DL, DC, CRP, OT/PT, UR/CR

NICU 1
Kamis, 01 Juli 2021
Umur : 14hari Perawatan : hari ke-9
S nafas cepat berkurang, intake baik
O Keadaan umum: aktif , reflex (+)
HR: 142x/m, RR: 52x/m, SB: 36.7 °C, SpO2: 98%
Kep : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Pupil bulat isokor, diameter 2
mm – 2 mm, RC (+/+), Ubun-Ubun Besar Datar
Tho : Simetris, PCH (-), Retraksi tidak ada, Sp. Bronkial, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abd : Cembung, Lemas, BU (+)N, Tali pusat terawat, Hepar/Lien tidak teraba
membesar
Ext : Akral hangat, CRT ≤ 3 detik, Bising (-), Sianosis (-)
Pemeriksaan Laboratorium tgl 30 Juni 2021

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil


Leukosit 6.0-22.0 10.8 x103/uL
Eritrosit 3.60-6.20 3.80 /uL
Hemoglobin 12.5-20.5 12.6 g/dL
Hematokrit 31.0-71.0% 33.2 %
Trombosit 170-500 465/uL
MCH 31.0 – 37.0 33.2 pg
MCHC 28.0 – 38.0 38.0 g/dL
001 Eosinofil 1–5% 8%
002 Basofil 0–1% 0%
003 Netrofil 2–8% 0%
Batang
004 Netrofil 50 – 70 % 37 %
Segmen
Limfosit 20 – 40 % 41 %
Monosit 2–8% 14 %
MCV 86.0 – 128.0 fL 87.4 fL
SGOT < 33 U/L 38 U/L
SGPT < 43 U/L 17 U/L
Bilirubin Total 0.10 – 1.20 mg/dL 1.78 mg/dL
Bilirubin Direct < 0.30 mg/dL 0.58 mg/dL
Ureum 10 – 40 mg/dL 29 mg/dL
Creatinin 0,5 – 1,5 mg/dl 0,9 g/dl
Calsium 8.10 – 10.40 mg/dL 9.96 mg/dL
Fosfor 2.7 – 4.5 mg/dL 4.6 mg/dL
Magnesium 1.70 – 2.50 mg/dL 1.73 mg/dL
Albumin 3.50 – 5.70 g/dL 4.11 g/dL
Natrium 135 – 153 mEq/L 139 mEq/L
Kalium 3.50 – 5.30 mEq/L 4.29 mEq/L
Chlorida 98.0 – 109.0 mEq/L 105.4 mEq/L
CRP < 6.00 mg/L < 6 mg/L
A Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan + Pneumonia Neonatal
P  O2 nasal 0,5 lpm k/p
 Ampicilin 110 mg/ 12 jam (H9)
 Gentamisin 11 mg/ 36 jam (H9)
 ASI / Adlibitum

J. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB III

PEMBAHASAN

Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang dapat bersifat


lokal atau sistemik pada parenkim paru yang terjadi perinatal/pasca
natal. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang disebut
alveoli, yang terisi udara ketika orang yang sehat bernafas. Ketika
seseorang menderita pneumonia, alveoli dipenuhi dengan nanah dan
cairan, yang membuat pernafasan terasa menyakitkan dan membatasi
asupan oksigen. Kelainan patensi saluran napas serta ventilasi
alveolar dan perfusi sering terjadi karena berbagai mekanisme.
Keadaan ini secara signifikan dapat mengubah pertukaran gas dan
metabolisme sel yang menyokong banyak jaringan dan organ dan
berkontribusi terhadap kualitas hidup seseorang.4,10
Pada kasus, pasien sudah memiliki gejala setelah pasien keluar
dari jalan lahir. Pada kasus tersebut sesuai dengan teori bahwa
pneumonia neonatal onset yang terjadi pada onset awal secara umum
adalah presentasi klinis dalam 48 jam pertama sampai dengan 1
minggu kehidupan, sedangkan onset akhir neonatal pneumonia terjadi
pada 3 minggu berikutnya.11
Pada anamnesis, didapatkan bahwa ibu pasien memiliki faktor
prediposisi terhadap pneumonia neonatal pada anaknya. Intrauterine
pneumonia merupakan subkelompok onset awal neonatal pneumonia
dan memiliki hasil yang buruk seperti bayi meninggal setelah lahir,
Apgar skor rendah atau distress pernapasan dan biasanya
berhubungan dengan korioamnionitis ibu. Etiologi pada bayi baru
lahir (usia 0-30 hari), beberapa organisme bertanggung jawab
terhadap terjadinya infeksi terutama pneumonia yang pada akhirnya
dapat terjadi sepsis neonatorum dini. Hal ini tidak mengherankan
mengingat peran dari genitourinari ibu dan flora saluran pencernaan
merupakan proses yang dapat mengakibatkan infeksi pada neonatus.
Infeksi oleh kelompok B Streptococcus, Listeria monocytogenes, atau gram
negatif batang (misalnya, Escherichiacoli, Klebsiella pneumoniae) merupakan
penyebab umum pneumonia bakteri. Agen patogen ini dapat diperoleh di dalam
rahim, melalui aspirasi saat dalam jalan lahir, atau melalui kontak pasca kelahiran
dengan orang lain atau peralatan yang terkontaminasi.5 Infeksi oleh bakteri
streptokokus Grup B paling sering ditularkan ke janin dalam rahim, biasanya
sebagai akibat dari kolonisasi vagina dan leher rahim ibu. Agen infeksi kongenital
kronis, seperti CMV, Treponemapallidum (penyebab pneumonia alba),
Toxoplasmagondii, dan lain-lain, dapat menyebabkan pneumonia pada 24 jam
pertama kehidupan. Gambaran klinis biasanya melibatkan sistem organ lain.12
Pada pemeriksaan fisik saat bayi lahir, pasien memiliki gejala sesak napas,

retraksi dinding dada dan ronki pada kedua lapang paru. Pada teori didapatkan,

pneumonia pada nonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi baru lahir,

dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit, takipnea >60x/menit,

retraksi dada, batuk, dan merintih. WHO tidak membedakan antara pneumonia

neonatal dan bentuk lain dari sepsis berat, seperti bakteremia, karena gejala-gejala

yang tampak hampir sama dan keterlibatan organ serta pengobatan empirik

regimen yang sama. Takipnea merupakan tanda yang paling sering didapatkan

dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-91% kasus),

demam (30-56%), ketidakmampuan untuk minum (43 -49%), sianosis (12-40%),

dan batuk (30-84%). Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik,

seperti malas minum, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan temperatur, dan

keseluruhan kesan bahwa bayi tidak baik. Gejala pernapasan seperti grunting

(merintih), takipnea, retraksi, sianosis, apnea, dan kegagalan pernafasan yang

progresif. Pada bayi dengan ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan

ventilasi meningkat dapat menunjukkan infeksi. Tanda-tanda pneumonia pada

pemeriksaan fisik, seperti tumpul pada perkusi, perubahan suara napas, dan

24
adanya ronki,

radiografi thoraks didapatkan infiltrat paru atau efusi pleura. Tanda akhir

pneumonia pada neonatus tidak spesifik seperti apnea, takipnea, malas makan,

distensi abdomen, ikterus, muntah, distress pernapasan, dan kolaps sirkulasi.13

Pada kasus ditemukan gambaran radiologis bercak infiltrat pada kedua

lapang paru. Selain pengujian hematologi, biokimia darah, dan kultur bakteri,

pencitraan-pencitraan dada radiografi dianggap komponen penting dalam

membuat diagnosis pneumonia neonatal. Pencitraan diagnostik tidak hanya

dilakukan pada penilaian awal kondisi neonatus dan untuk menegakkan

diagnosis,tetapi juga untuk memantau perkembangan penyakit dan efek dari

tindakan terapi intervensi. Radiografi thoraks konvensional tetap menjadi

diagnosis andalan pada neonatus dengan gejala distress pernapasan. Pada

neonatus, X-foto toraks sebagian besar dilakukan dengan posisi supine dan dalam

proyeksi anteroposterior.14

Pada pneumonia didapatkan perbercakan dengan pola garis di perihilar yang

dapat menyerupai TTN, perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia group

B dapat menyerupai HMD dengan penurunan volume paru. Bayi aterm dengan

gambaran HMD harus dianggap sebagai pneumonia15

Meskipun pneumonia neonatal tidak memiliki tanda karakteristik yang

jelas, banyak hasil radiografi toraks yang ditemukan konsisten dengan pneumonia

neonatal. Ada beberapa tanda seperti kekeruhan yang luas pada parenkim paru

yang menyerupai tanda “ground-glass appearance” dari sindrom distress

pernapasan . Tanda ini tidak spesifik ditemukan pada proses hematogen. Aspirasi

cairan yang terinfeksi dapat memberikan gambaran serupa.

Pada kasus, diberikan injeksi Ampicillin (50mg/kg) setiap 12 jam dalam


25
minggu pertama kehidupan, kemudian pada umur 2-4 minggu diberikan tiap 8

jam, ditambah dengan dosis tunggal Gentamicin. Pengobatan lini pertama dapat

diberikan Ampicilin seperti Benzylpenicillin atau Amoksillin, sedangkan

Gentamisin seperti Amikasin atau Tobramisin. Jika bakteri S. Aureus yang

didapat, dengan resisten terhadap penisllin seperti Flucloxasillin atau Cloxasillin

maka harus diganti dengan Ampisillin.

Dalam sebuah percobaan acak pada bayi Kenya, pemberian sehari sekali

Gentamicin dengan dosis loading 8 mg/kg, pada bayi < 2 kg diberikan 2

mg/kb/bb, sedangkan pada bayi > 2 kg diberikan 4 mg dalam minggu pertama

kehidupan. Pemberian 4 mg/kg pada bayi yang berat < 2 kg atau 6 mg/kg dengan

berat > 2 kg dalam minggu kedua atau lebih. Jika bayi tidak berespon terhadap

pemberian antibiok lini pertama, WHO merekomendasikan untuk mengganti

antibiotik dengan generasi ketiga Sefalosporin atau Kloramfenikol terutama pada

bayi yang tidak prematur dan level obat dapat di monitor. Pada teori, prinsip-

prinsip umum pengobatan serupa dengan anak, yaitu hidrasi, antipiretik dan

ventilasi dukungan jika diperlukan. Pada bayi yang berumur kurang dari 1 bulan

jika penyebabnya bakteri dapat diberikan Ampisillin 75-100 mg/kg/hr dan

Gentamisin 5 mg/kg, untuk umur 1-3 bulan dapat diberikan Cefuroxime 75–150

mg/kg/hr atau Co-amoxiclav 40 mg/kg/hari. Sedangkan pada umur lebih dari 3

bulan diberikan Benzilpenicillin atau Eritromisin, jika tidak berespon segera ganti

dengan Sefuroksime atau Amoksillin. Pengobatan pendukung pada pneumonia

non bakteri, jika penyebabnya Chlamydia dan Mycoplasma harus diterapi dengan

Eritromisin 40–50 mg/kg/hari

26
dan diberikan peroral. Jika pneumonia yang disebabkan oleh pneumocystis

carinii dapat diberikan Kotrimoksasol 18–27 mg/kg/hr.

Prioritas awal pada anak dengan pneumonia meliputi identifikasi dan

pengobatan gangguan pernapasan, hipoksemia, dan hiperkarbia. Merintih,

takipneu parah, dan retraksi harus meminta dukungan pernapasan langsung.

Anak-anak yang berada dalam kesulitan pernapasan yang parah harus menjalani

intubasi trakea jika mereka tidak mampu untuk mempertahankan oksigenasi atau

mengalami penurunn tingkat kesadaran

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch. Dis. Child. Fetal


Neonatal. 2005; 90: 211-9
2. Pencegahan dan penatalaksanaan asfiksia neonatorum.
Departemen kesehatan republik Indonesia, 2008;3-5
3. Pusponegoro T. Sepsis pada neonatus (Sepsis neonatal). Sari pediatri.
2000;2;2:96-102.
4. Nissen DM. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatric Respiratory
Reviews. Australia: Elsevier. 2007. p195-203
5. Webber S. Pneumonia Neonatal. Di unduh
dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1792235/pdf/archdisc h00
665-0059.pdf. John Radcliffe Hospital Oxford, di akses 28 Januari 2012.
6. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch Dis Child Fetal
Neonatal. 2005;90;211-9.
7. Mc Intosh K. Community acquired pneumonia in children. N England J Med.
2002;346:429-37
8. Barnett ED, Klein JO. Bacterial infections of the respiratory tract. Dalam:
Remington JS, Klein JO, Baker CJ, Wilson CB, editor (penyunting).
Infectious disease of the fetus and newborn infant Edisi ke -6. Philadelphia
Elsevier: 2006.
9. Polin RA. Management of neonatus with suspected or proven early-onset
bacterial. Pediatrics. 2012;129(5):1006-15.
10. Pudjiadi, A.H., Hegar, B.,Handryastuti S., Idris, N.S., Gandaputra, E.P.,
Harmoniati, E.H, [Ed]. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Ikatan Dokter
Anak Indonesia, halaman 250-254.
11. Bennet JN, Domachowske J. Pediatric Pneumonia. Medscape. Jul 2019.
URL:http://emedicine.medscape.com/article/967822overview#aw2aab6b2b4aa.

12. Khan NA, Irion LK, Mohammed ES. Neonatal Pneumonia Imaging.

Medscape. Jul 2019. URL: http://emedicine.medscape.com/article/412059- overview

13. Soetikno DR. Pneumonia neonatus. Kegawatdaruratan pada Pediatri. Radiologi


Emergency. Bandung; Rafika Aditama. 2011. P260-262
28
14. Holmes JE, Misra RR. Pneumonia. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge
University press, USA: Greenwich Medical Media Ltd. 2016. P53
15. Heller OJ. Slovis LT. Hoshi Aparana. The Chest in the Neonate and Young
Infant. Pediatric Radiology. New York. Springer 2015. 5rd. p64-94
16. Sutton D. The Pediatric Chest. Textbook of Radiology and Imaging. UK.
Elsevier 2010. 8th ed. P247-264.

29

Anda mungkin juga menyukai