Anda di halaman 1dari 29

Bagian Ilmu Kesehatan Anak REFLEKSI KASUS

Fakultas Kedokteran Maret 2022


Universitas Alkhairaat
Palu

BRONCHOPNEUMONIA

Disusun Oleh :
Andi Siti Matahari Adela, S.Ked
(17 20 777 14 434)

PEMBIMBING :
dr. Dimas Bagus P, M.Ked ( Ped ), Sp. A

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama / No Stambuk : Andi Siti Matahari Adela/ 17 20 777 14 434

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Judul : Bronchopneumonia

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSU Anutapura Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 4 April 2022

Pembimbing Dokter Muda

dr. Dimas Bagus P, M.Ked ( Ped ), Sp. A Andi Siti Matahari Adela, S.Ked

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN 1

BAB II. REFLEKSI KASUS 3

A. Identitas Pasien 3

B. Anamnesis 4

C. Pemeriksaan Fisik 8

D. Pemeriksaan Penunjang 10

E. Resume 11

F. Diagnosis 11

G. Diagnosis Banding 11

H. Terapi 11

I. Follow up 12

DISKUSI KASUS 17

BAB III. KESIMPULAN 24

DAFTAR PUSTAKA 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang


paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang
terisi dengan udara ketika orang yang sehat bernafas. Ketika seseorang menderita
pneumonia, alveoli dipenuhi dengan nanah dan cairan, yang membuat pernapasan
terasa sakit dan membatasi asupan oksigen. 1
Pneumonia adalah penyebab kematian infeksi tunggal terbesar pada anak-
anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 740.180 anak di bawah usia 5 tahun
pada 2019, menyumbang 14% dari semua kematian anak di bawah lima tahun,
tetapi 22% dari semua kematian pada anak berusia 1 hingga 5 tahun. Pneumonia
memengaruhi anak-anak dan keluarga di mana pun. Anak-anak dapat dilindungi
dari pneumonia, dapat dicegah dengan intervensi sederhana, dan diobati dengan
pengobatan dan perawatan berbiaya rendah dan berteknologi rendah.Faktor
lingkungan berikut juga meningkatkan kerentanan anak terhadap pneumonia:
polusi udara dalam ruangan yang disebabkan oleh memasak dan memanaskan
dengan bahan bakar biomassa (seperti kayu atau kotoran hewan), tinggal di rumah
yang ramai, merokok orang tua. 1
Virus dan bakteri yang biasa ditemukan di hidung atau tenggorokan anak,
dapat menginfeksi paru-paru jika terhirup. Mereka juga dapat menyebar melalui
tetesan udara dari batuk atau bersin. Selain itu, pneumonia dapat menyebar
melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir. Sementara sebagian besar
anak sehat dapat melawan infeksi dengan pertahanan alami mereka, anak-anak
yang sistem kekebalannya terganggu memiliki risiko lebih tinggi terkena
pneumonia. Sistem kekebalan anak mungkin melemah karena malnutrisi atau
kekurangan gizi, terutama pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Penyakit
yang sudah ada sebelumnya, seperti infeksi HIV bergejala dan campak, juga
meningkatkan risiko anak tertular pneumonia.2

1
Bayi dengan pneumonia bakteri sering mengalami demam. Tetapi mereka
yang menderita pneumonia virus atau pneumonia yang disebabkan oleh
organisme atipikal mungkin mengalami demam ringan atau mungkin tidak
demam. Pengasuh anak mungkin mengeluh bahwa anak mengi atau sesak napas.
Balita dan anak-anak prasekolah paling sering datang dengan demam, batuk
(produktif atau nonproduktif), takipnea. Anak-anak dan remaja yang lebih besar
juga dapat mengalami demam, batuk (produktif atau nonproduktif), kongesti,
nyeri dada, dehidrasi, dan lesu. Selain gejala yang dilaporkan pada anak yang
lebih kecil, remaja mungkin memiliki gejala konstitusional lainnya, seperti sakit
kepala, nyeri dada pleuritik, dan nyeri perut yang tidak jelas. Muntah, diare,
faringitis, dan otalgia/otitis adalah gejala umum lainnya. 3

2
BAB II

REFLEKSI KASUS

A. Identitas Pasien

1. Nama Pasien: An. N

2. Jenis Kelamin: Perempuan

3. Lahir pada tanggal/umur: 09-11-2018/ 3 Tahun 3 bulan

4. Kebangsaan: Indonesia

5. Agama: Islam

6. Suku Bangsa: Kaili

7. Nama Ibu: Ny. H

8. Usia Ibu: 34 tahun

9. Pekerjaan Ibu: Ibu Rumah Tangga

10. Pendidikan terakhir ibu: SMA

11. Nama Ayah: Tn. A

12. Usia Ayah: 34 tahun

13. Pekerjaan Ayah: Wiraswasta

14. Pendidikan terakhir ayah: SMA

15. Tanggal masuk ruangan/jam: 03-02-2022

16. Tanggal keluar ruangan/jam: 07-03-2022

17. Jumlah hari perawatan: 5 hari

18. Diagnosis: Bronchopneumonia

19. Anamnesis diberikan oleh: Orang tua pasien ( ibu pasien)

3
20. Family Tree:

Keterangan :

Ayah

Ibu

Pasien

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Sesak

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak laki-laki usia 3 Tahun 3 bulan masuk Rumah Sakit

Anutapura dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak ± 2 hari

yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak bersifat hilang timbul. Pasien

awalnya mengalami batuk berlendir yang dialami 4 sejak hari yang lalu.

Pasien disertai demam hari diawal sejak batuk berlendir dan gatal di

tenggorokan, demam bersifat hilang timbul terutama pada saat menjelang

malam hari, demam naik turun. Keluhan lain muntah (-), mual (-)Pasien

terdapat nafsu makan yang menurun. BAK dan BAB biasa .

4
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan kejang

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien tidak memiliki keluarga yang keluhannya sama

5. Anamnesis Antenatal dan Riwayat Persalinan

Riwayat kehamilan ibu G3P3A0, pasien lahir di praktek bidan dibantu

oleh bidan. Dengan ibu cukup bulan secara pervagina , BBL 3400 gr. Pasien

saat lahir langsung menangis, merintih (-), sianosis (-).

6. Penyakit yang sudah pernah dialami

 Morbili : Belum Pernah

 Varicella : Belum Pernah

 Pertussis : Belum Pernah

 Diare : Pernah

 Cacingan : Belum Pernah

 Batuk/Pilek : Pernah

 Lain-lain : Tidak Ada

7. Riwayat Kepandaian/Kemajuan Anak

- Perkembangan Edukasi
Anak belum mulai sekolah
- Perkembangan Emosional
Anak memiliki emosi yang bisa berubah-ubah dengan cepat. Kadang
marah, menangis, bahkan bisa bersikap kasar saking merasa kesalnya

5
- Perkembangan Sosial
Anak senang bergaul dan memiliki banyak teman di lingkungan rumah .

- Perkembangan Berbicara
Anak mampu berbicara dan bertanya dengan beberapa kata, cara anak
berbicara sudah mampu dipahami oleh orang lain
- Perkembangan Sensorik dan Motorik
Anak menikmati permainan, seperti berlari, dan menggambar,. Mampu
memegang sendok tanpa bantuan, menyikat gigi, dan bersiap-siap tanpa
bantuan.
Kesan : kemajuan dan kepandaian sesuai dengan usia, tidak ada
keterlambatan perkembangan.
8. Anamnesis Makanan Terperinci

Usia 0 – 6 bulan : ASI

Usia 6 – 12 bulan : ASI + MPASI

Usia 12 bulan – sekarang : ASI + Makanan Keluarga yang biasa di

makan di rumah

9. Riwayat Imunisasi

Pasien belum imunisasi lengkap

Dasar Ulang
Imunisasi
I II III I II III

BCG +

Polio + + +

DPT + + +

Campak +

6
Hepatitis + + +

Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun Rekomendasi IDAI Tahun 2020

Anak belum mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal pemberian


imunisasi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020 karena diusia
3 tahun 3 bln anak belum mendapatkan vaksinasi booster.

10. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan


 Keadaan sosial : Pasien saat ini tinggal bersama kedua orang tua,
satu saudara laki-laki, dan satu saudara perempuan
 Keadaan Ekonomi : Pasien berasal dari keluarga dengan status
ekonomi menengah yang cukup mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Kebiasaan dan Lingkungan : Pasien tinggal di lingkungan rumah yang
cukup bersih dan sehat serta pemenuhan air bersih yang memadai.
C. Pemeriksaan Fisik
Umur : 3 tahun 3 Bulan
Berat Badan : 12 kg

7
Tinggi Badan : 98 cm
Status Gizi :
BB/TB = = - 2 SD – (+2 SD) Gizi Baik
TB/U = = - 2 SD- (+3 SD) TB Normal
BB/U = = -2 SD – (+2 SD) BB cukup

1. Keadaan umum : Sakit Sedang

 Kesadaran : Compos Mentis GCS (E4M6V5)

 Sianosis : (-)

 Anemia : (-)

 Ikterus : (-)

2. Tanda vital
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 123 x/menit
Respirasi : 35 x/menit
Suhu Axilla : 36,7 oC
SpO2 : 97 %
3. Kulit
Warna : Sawo matang
Effloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Edema : (-)
Lain-lain : (-)
4. Kepala
 Bentuk : Normocephal

 Rambut : Warna hitam, sulit dicabut

 Ubun-ubun besar : Terbuka

 Wajah : Sesuai usia

8
5. Mata
 Mata cekung : (-/-)

 Konjungtiva : Anemis (-/-), Pterigium (-/-), injectio (-/-)

 Sklera : Ikterus (-/-)

 Pupil : Bulat, isokor OD 2,5 cm/ OS 2,5 cm

6. Telinga
Bentuk : Normal
Otorrhea : (-/-)
Sekret : (-/-)
7. Hidung
Bentuk : Normal
Rinorrhea : (-/-)
Pernapasan cuping hidung: (+)
8. Mulut
Gigi : Lengkap (-), Carries (-)
Mucosa/selaput mulut : Stomatitis (-), Vesikel (-), Eritema (-), Ulkus (-)
9. Tenggorokan
Tonsil : Hiperemis (-)
Pharynx : Hiperemis (-)
10. Leher
Kelenjar : Pembesaran kel. Limfe (-)
11. Thorax
Bentuk : Normothorax, Xiphosternum : (-)
Rachitic Rosary : (-) Harrison’s groove : (-)
Ruang Intercostal : Normal Napas Paradoxal : (-

9
Pericordial Bulging : (-) Retraksi : (+/+)
12. Paru
Inspeksi : Simetris Bilateral
Palpasi :Vocal fremitus sulit dinilai, massa (-/-), krepitasi (-/-)
Deformitas (-/-), Nyeri tekan (-/-)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (+/+)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : BJ I & II murni reguler, Gallop (-), Murmur(-)

10
13. Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung
Auskultasi : Normoperistaltik 4 kuadran
Palpasi : Pembesaran hepar (-)
Perkusi : Timpani 9 kuadran, tanda Ascites (-)
14. Anggota gerak : Akral dingin 4 extremitas, Sianosis (-), Pucat (+), Tremor
(-) ,Edema (-) 4 extremitas, Otot eutrofi, Tulang-tulang DBN, Refleks TDP
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Tanggal : 03/02/2022 (15.39 WITA)
Hasil Nilai Rujukan

WBC 9,9 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103


RBC 4,39 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 11,8 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 36,0 % 32,0 – 42,0 %
MCV 82,0 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 26,9 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 32,8 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 315 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL

E. Resume

Seorang anak perempuan usia 3 tahun 3 bulan masuk Rumah Sakit


Anutapura dengan keluhan takipneu yang dirasakan sejak ± 2 hari yang lalu.
Pasien juga batuk berlendir dengan sputum berwarna putih kekuningan sejak
4 hari yang lalu, Awal merasakan batuk, pasien demam selama 4 hari bersifat
hilang timbul terutama pada saat malam hari. Intake oral menurun. BAK dan
BAB biasa .

10
Riwayat antenatal pasien lahir di klinik bidan dibantu oleh bidan. Dengan
ibu cukup bulan melalui persalinan normal dengan BBL 3400 gr. Riwayat
imunisasi (+).
Pemeriksaan fisik ditemukan KU sakit sedang, kesadaran compos mentis,.
TTV: N. 123 x/mnt, RR. 35 x/menit, SB. 37,0 0C, SpO2. 97%. Pernapasan
cuping hidung (-), retraksi sela iga (+), Rhonki (+/+),Wheezing (-/-), akral
hangat pada keempat ekstremitas .
Pemeriksaan penunjang ditemukan. Pemeriksaan darah lengkap WBC: 9,9
x 103/uL, RBC: 4,39 x 106/uL, HGB: 11,8 g/dL, HCT 36,0 %,PLT: 315.
F. Diagnosis

Bronchopneumonia

G. Diagnosis Banding : - Bronchiolitis

- Bronchitis

H. Terapi

 O2 nacal Kanul 0,5-1 Lpm


 IVFD Asering 14 tpm makrodrips
 Injeksi cefotaxim 250 mg/6 jam/IV
 Injeksi gentamicin 20 mg/8 jam/IV
 Injeksi dexametason 1,6 mg/8 jam/IV
 Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
 Nebu combivent 1 mL+NaCl 2,5 mL/ 12 jam

I. Anjuran
1. Foto Horax
J. Prognosis
1. Qua Ad Vitam : Bonam

2. Qua Ad Functionam : Dubia ad bonam

3. Qua ad Sanactionam : Dubia ad bonam

11
FOLLOW UP

Hari/Tanggal : Jum’at, 4 Februari 2022


Perawatan Hari :2
S Sesak nafas berkurang, demam (-), batuk (+), mual (-), muntah (-), intake
oral menurun.
O TANDA TANDA VITAL
Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan Darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 125x/menit Suhu : 37,0ºC
Pernapasan : 43x/menit SpO2 : 96%
SISTEM PERNAPASAN

retraksi (+), bronchovesikuler (+), pergerakan dinding dada (+) simetris

bilateral, pernapasan cuping hidung (-), Wheezing-/-, Rhonki+/+

SISTEM KARDIOVASKULER

Bunyi jantung I/II(+) murni reguler, murmur (-),gallop (-)

SISTEM HEMATOLOGI

Anemis (-), ikterus (-)

SISTEM GASTROINTESTINAL

kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)

SISTEM SARAF

Aktivitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang (-)

SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)

12
Vagina : Bersih

Foto Thorax AP ( Tanggal 04/02/2022)


Expertise:
- Bercak infiltrat di kedua paru
- Cor : ukuran dalam batas normal
- Kedua sinus lancip dan diafragma kesan baik
- Tulang-tulang intak
Kesan : Bronchopneumonia
A
- Bronchopneumonia

P - IVFD Asering 14 tpm makro


- Nebu combivent 1 mL+NaCl 2,5 mL/ 12 jam
- Injeksi cefotaxim 250 mg/6 jam/IV (1)
- Injeksi gentamicin 20 mg/8 jam/IV (1)
- Injeksi dexametason 1,6 mg/8 jam/IV
Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Februari 2022
Perawatan Hari :3
S Sesak nafas (-), batuk (+), demam (-), intake oral mulai membaik.

O TANDA TANDA VITAL


Keadaan Umum : sakit ringan
Tekanan Darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 123x/menit Suhu : 36,7ºC
Pernapasan : 35 x/menit SpO2 : 97%
SISTEM PERNAPASAN
Retraksi (-), bronchovesikuler (+), pergerakan dinding dada (+) simetris

bilateral, pernapasan cuping hidung (-), Wheezing-/-, Rhonki+/+,

SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung I/II(+) murni reguler, murmur (-),gallop (-)

13
SISTEM HEMATOLOGI
Anemis (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)

SISTEM SARAF
Aktivitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang (-)
SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)
Vagina : Bersih
A
- Bronchopneumonia
P - IVFD Asering 14 tpm Makro
- Nebu combivent 1 mL+NaCl 2,5 mL/ 12 jam
- Injeksi cefotaxim 250 mg/6 jam/IV (2)
- Injeksi gentamicin 20 mg/8 jam/IV (2)
Hari/Tanggal : Minggu, 6 Februari 2022
Perawatan Hari :4
S Sesak (-), batuk berkurang, demam (-), intake oral baik (+).

O TANDA TANDA VITAL


Keadaan Umum : sakit ringan
Tekanan Darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 105x/menit Suhu : 36,5ºC
Pernapasan : 39x/menit SpO2 : 97%
SISTEM PERNAPASAN
retraksi (-),bronchovesikuler (+), pergerakan dinding dada (-) simetris,

pernapasan cuping hidung (-), Wheezing-/-, Rhonki-/-,

14
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung I/II(+) murni reguler, murmur (-),gallop (-)

SISTEM HEMATOLOGI
Anemis (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)

SISTEM SARAF
Aktivitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang (-)
SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)
Vagina : Bersih
A
- Bronchopneumonia
P - IVFD Asering 14 tpm mikro
- Injeksi cefotaxim 250 mg/6 jam/IV (3)
- Injeksi gentamicin 20 mg/8 jam/IV (3)
Hari/Tanggal : Senin, 7 Februari 2022
Perawatan Hari :5
S Sesak nafas (-), batuk berkurang, demam (-), intake oral baik (+).

O TANDA TANDA VITAL


Keadaan Umum : stabil
Kepala : ubun-ubun tertutup
TANDA TANDA VITAL
Tekanan Darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 104 x/menit Suhu : 36,7ºC
Pernapasan : 39x/menit SpO2 : 96%

15
SISTEM PERNAPASAN
Retraksi (-), bronchovesikuler, pergerakan dinding dada (+) simetris,

pernapasan cuping hidung (-), Wheezing-/-, Rhonki-/-,

SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung I/II(+) murni reguler, murmur (-),gallop (-)

SISTEM HEMATOLOGI
Anemis (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)

SISTEM SARAF
Aktivitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang (-)
SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)
Vagina : Bersih

A
- Bronchopneumonia

P - Boleh rawat jalan


- Ambroxol 12 mg, Salbutamol 1 mg -> m.f.pulv dtd No. IX
S 3.dd.1
- Eritromisin 3x150 mg
- Edukasi pencegahan

DISKUSI KASUS
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis Bronchopneumoni berdasarkan

16
anamnesis dan temuan dari pemeriksaan fisik, foto thorax dan hasil laboratorium
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak
perempuan usia 3 tahun 3 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan demam
yang dialami 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam bersifat hilang
timbul dan meningkat saat malam. Pasien juga mengalami batuk berlendir
yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien juga
mengalami sesak yang hilang timbul.
Pneumonia adalah proses inflamasi paru yang mungkin berasal dari paru atau
merupakan komplikasi fokal dari proses inflamasi yang berdekatan atau sistemik.
Kelainan patensi jalan napas serta ventilasi dan perfusi alveolar sering terjadi
karena berbagai mekanisme. Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah
penumokokus (Streptococcus pneumonia), HiB (Haemophilus influenza type b),
dan stafilokokus (Staphylococcus aureus). Virus penyebab pneumonia sangat
banyak, misalnya rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV) atau virus
influenza. Virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa
pneumonia.4
Histopatologi pada pneumonia dapat dipelajari secara luas yaitu: :
bronkopneumonia/pneumonia lobular atau pneumonia lobar: Pneumonia lobaris
adalah konsolidasi difus yang melibatkan seluruh lobus paru. Perkembangannya
dapat dipecah menjadi 4 tahap sebagai berikut: 5
1. Kongesti: Tahap ini ditandai dengan jaringan paru yang tampak sangat berat ,
kongesti difus, pembengkakan pembuluh darah, dan akumulasi cairan alveolus
yang kaya akan organisme infektif. Ada beberapa sel darah merah (RBC) dan
neutrofil pada tahap ini.
2. Hepatisasi merah: Terlihat infiltrasi sel darah merah, neutrofil, dan fibrin yang
nyata ke dalam cairan alveolus. Secara kasar, paru-paru tampak merah dan
tegas mirip dengan hati, maka disebut hepatisasi. 5
3. Hepatisasi abu-abu: RBC rusak dan berhubungan dengan eksudat
fibrinopurulen yang menyebabkan transformasi warna merah menjadi abu-abu

17
4. Resolusi: Ditandai dengan pembersihan eksudat oleh makrofag residen dengan
atau tanpa pembentukan jaringan parut residual. 5
Bronkopneumonia ditandai dengan peradangan supuratif yang terlokalisasi
pada bercak di sekitar bronkus yang mungkin atau mungkin tidak terlokalisasi
pada satu lobus paru. 5
Bronkopneumonia adalah manifestasi klinis pneumonia yang paling umum
pada populasi anak. Ini adalah penyebab infeksi utama kematian pada anak di
bawah usia 5 tahun. Pada tahun 2013, bronkopneumonia menyebabkan kematian
pada 935.000 anak di bawah 5 tahun. Agen penyebab bronkopneumonia adalah
bakteri, virus, parasit dan jamur. Karena populasi anak rentan dan spesifik,
gambaran klinis seringkali tidak spesifik dan dikondisikan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain kelompok umur tertentu, adanya penyakit
penyerta, paparan faktor risiko, imunisasi yang dilakukan dll. 6
Batuk adalah gejala pneumonia yang paling umum pada bayi, bersama dengan
takipnea, retraksi, dan hipoksemia. Ini mungkin disertai dengan demam, mudah
marah, dan penurunan nafsu makan. Virus adalah penyebab paling umum dari
pneumonia pediatrik. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri patogen
tersering pada bayi usia 1-3 bulan. 3
Remaja mengalami gejala yang mirip dengan gejala pada anak yang lebih
muda. Mereka mungkin memiliki gejala konstitusional lainnya, seperti sakit
kepala, nyeri dada pleuritik, dan nyeri perut nonspesifik. Mycoplasma
pneumoniae adalah penyebab pneumonia yang paling sering di antara anak-anak
dan remaja yang lebih tua. 3
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan adanya perubahan
suara nafas yaitu ronchi dan juga terdapat retraksi atau penarikan dinding
dada bagian bawah saat bernafas.
Tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan fisik, perubahan suara napas, dan
adanya ronki, dan perekrutan otot pernapasan (misalnya, pelebaran hidung dan
retraksi subkostal, interkostal, atau suprasternal). Tanda akhir pneumonia pada
neonates tidak spesifik seperti apnea, takipnea, malas makan, distensi
abdomen, jaundice, muntah, respirasi distress, dan kolaps sirkulasi. 7

18
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna dkk tahun 1993 adalah
ditemukannya paling sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini:8
a. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
b. panas badan
c. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada anak ini adalah Darah
lengkap, dengan hasil pemeriksaan, sbb:
Hasil Nilai Rujukan
WBC 9,9 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103
RBC 4,39 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 11,8 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 36,0 % 32,0 – 42,0 %
MCV 82,0 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 26,9 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 32,8 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 315 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL
Pada pemeriksaan darah lengkap tidak di dapatkan adanya peningkatan
leukosit. Leukosit berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit. Saat tubuh
terserang penyakit, leukosit akan mengalami peningkatan sebagai respons
terhadap penyakit tersebut. Leukosit tinggi dapat menjadi tanda bahwa ada
sesuatu yang tidak normal dalam tubuh seseorang.
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umumnya
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi,
pada pneumonia didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-
40.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia (<5000/mm3) menunjukkan
prognosis yang buruk. Leukositosis (>30.000/mm 3) hampir selalu menunjukkan

19
adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakterimi dan risiko
terjadinya komplikasi lebih tinggi.
Pada pemeriksaan radiologi foto thorax pada pasien ini di dapatkan
adanya gambaran bercak infiltrate pada kedua lapang paru yang
merupakan kesan dari bronchopneumonia
Tidak ada pedoman yang jelas untuk penggunaan rutin rontgen dada pada
populasi pediatric. Meskipun rontgen dada dapat membantu dalam diagnosis dan
konfirmasi pneumonia,tetapi pemeriksaan ini dapat membawa risiko, termasuk
paparan radiasi, biaya terkait perawatan kesehatan, dan hasil negatif palsu,
meningkatkan penggunaan antibiotik yang tidak beralasan. Pencitraan harus
dibatasi pada anak-anak yang mereka dengan perjalanan penyakit yang berulang
atau berkepanjangan meskipun telah diobati, bayi usia 0 hingga 3 bulan dengan
demam, atau malformasi paru kongenital. Pencitraan juga dapat dipertimbangkan
pada anak-anak di bawah 5 tahun, yang datang dengan demam, leukositosis, dan
tidak ada sumber infeksi yang dapat diidentifikasi. Pencitraan mungkin juga
berguna pada mereka yang mengalami perburukan akut dari infeksi saluran
pernapasan atas atau untuk menyingkirkan massa yang mendasari pada anak-anak.
2

Menurut pedoman Infectious Diseases Society of America (IDSA) dan


American Thoracic Society (ATS), infiltrat yang dapat dibuktikan dengan rontgen
dada diperlukan dan dianggap sebagai metode terbaik (dengan temuan klinis yang
mendukung) untuk diagnosis pneumonia. Temuan dapat bervariasi dari lobar
hingga infiltrat interstisial, hingga lesi kavitas dengan air-fluid level yang
menunjukkan proses penyakit yang lebih parah. Gambaran foto rontgen thoraks
dapat membantu mengarahkan kecenderungan etiologi pneumonia. Penebalan
peribronkial, infiltrate interstitial merata dan hiperinflasi cenderung terlihat
pada pneumonia virus. Infiltrate alveolar berupa konsolidasi segmen atau
lobar, bronkopneumonia, dan air bronchogram sangat mungkin disebabkan
oleh bakteri. Pada pneumonia Stafilococcus sering ditemukan abses-abses
kecil dan pneumatokel dengan berbagai ukuran.5

20
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah Bronchopneumonia.
Pada kasus ini diberikan 2 macam antibiotik yaitu cefotaxime dan
gentamicin karena mengikuti pola bakteri (bakteri gram positif dan gram
negative). Cefotaxim yang diberikan yaitu 100 mg/kgBB setiap 6 jam secara
intravena yaitu 250 mg/6jam, sedangkan dosis gentamicyn yang diberikan
yaitu dosis gentamicin yang diberikan 2 mg/kgBB dalam 8 jam secara
intravena yaitu 20 mg/8jam secara intravena sesuai dengan berat badan bayi
yaitu 10 kg.
Pemberian obat gentamicin diberikan dalam dosis 2 mg/kgbb dibagi setiap 8
jam pada anak berusia 2 minggu-12 tahun sedangkan pada usia anak <2 minggu
diberikan 3 mg/kgbb tiap 12 jam. Gentamicin bersifat bakterisid terutama pada
bakteri gram negatif. 10
Berdasarkan panduan Ikatan Dokter Anak Indonesia, terapi dexamethason
diberikan 0,08-0,3 mg/kgbb dalam dosis terbagi 6-12 jam, dapat melalui injeksi
baik secara intravena, intramuskular atau oral tiap 6 jam. Sediaan dexamethasone
tersedia dalam ampul 4 mg/mL dan 5 mg/dL, tablet 0,5 mg. 9
Salbutamol digunakan untuk mengatasi bronkospasme (sebagai
bronkodilator) yang merupakan golongan beta 2 adrenergik agonist. 0,1-0,15
mg/kgbb tiap 6 jam untuk sediaan oral, untuk pemberian dalam sediaan inhalasi
dapat diberikan 0,5ml dilarutkan menjadi 4 ml atau nebulisasi 2,5 mg/2,5 ml tiap
3-6 jam. 9
Cefotaxime termasuk golongan Cephalosporin generasi ketiga yang
merupakan antibiotik spektrum luas. Salah satu indikasi pemberian cefotaxime
yaitu infeksi traktus respiratori bawah. Cefotaxime pada anak memiliki dosis 1
bulan-12 tahun dengan berat badan <50 kg yaitu 100-200 mg/kgbb/hari terbagi
dalam 3-4 dosis atau setiap 6-8 jam. Untuk BB ≥50 kg infeksi sedang-berat
diberikan 1-2 gram setiap 6-8 jam dengan dosis maksimum 12 g/hari. Anak usia >
12 tahun diberikan cefotaxime dengan dosis 1-2 gram setiap 6-8 jam. Untuk
sediaan cefotazime sendiri yaitu 500 mg sdan 1000 mg dalam 1 vial.9,10

21
Ambroxol adalah obat yang digunakan untuk mengencerkan dahak atau
sekret pada saluran napas dengan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum yang biasa disebut mukolitik. Dosis anak < 12
tahun yang dianjurkan yaitu 1,2- 1,6 mg/kgbb/hari. Adapun sediaan dari ambroxol
yaitu tablet/ kaplet 30 mg, Syrup 15 mg/ 5 ml, Syrup 30 mg/5 ml.10
Untuk menanggulangi pneumonia, ada tiga langkah utama yang dicanangkan
oleh WHO, yaitu proteksi balita, pencegahan pneumonia, dan tata laksana
penumonia yang tepat. Proteksi ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup
yang sehat bagi balita, yaitu nutrisi yang cukup, ASI eksklusif sampai bayi usia 6
bulan, dan udara pernafasan yang terbebas dari polusi (asap rokok, asap
kendaraan, asap pabrik). Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian
pneumonia pada balita sebesar 20 persen. 1
Mengacu laporan Mengacu laporan John Hopkins Bloomerg School of Public
Heatlh 2015 : Pneumonia & Diarrhea Progress Report 2015, Indonesia adalah
salah satu dari negara dengan kasus pneumonia tertinggi yang belum memasukan
vaksin pneumokokus sebagai vaksin program imunisasi rutin nasional. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan pemberian imunisasi
PCV untuk anak berumur 2 bulan hingga 5 tahun. 11
Pengobatan harus ditujukan pada patogen spesifik yang dicurigai berdasarkan
informasi yang diperoleh dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Manajemen suportif
dan simtomatik adalah kunci dan termasuk oksigen tambahan untuk hipoksia,
antipiretik untuk demam, dan cairan untuk dehidrasi. Hal ini sangat penting untuk
pneumonitis non-infeksi dan pneumonia virus yang diindikasikan untuk
penggunaan antibiotik.2
Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam, Bagi kebanyakan anak,
prognosisnya baik. Pneumonia virus cenderung sembuh tanpa pengobatan. Gejala
sisa jangka panjang jarang terjadi. Namun, baik pneumonia stafilokokus dan
varisela memiliki hasil yang dijaga pada anak-anak.2
Pertumbuhan dan perkembangan paru dan jaringan lain yang berkelanjutan
menawarkan prospek yang baik untuk kelangsungan hidup jangka panjang dan
perbaikan progresif pada sebagian besar bayi yang selamat dari pneumonia

22
kongenital. Namun demikian, meskipun kuantisasi risiko sulit dan sangat
dipengaruhi oleh usia kehamilan, anomali kongenital, dan penyakit kardiovaskular
yang menyertai, ada konsensus bahwa pneumonia kongenital meningkatkan hal-
hal berikut: 12
 Penyakit paru-paru kronis
 Kebutuhan jangka panjang untuk bantuan pernapasan
 Penyakit saluran napas reaktif
 Tingkat keparahan infeksi pernapasan anak usia dini berikutnya
Pencegahan yang dapat diberikan edukasi kepada orang tua yang bayinya
menderita pneumonia pada prinsipnya diarahkan pada perawatan selanjutnya.
Nasihat orang tua mengenai perlunya mencegah bayi terpapar asap tembakau.
Mendidik orang tua mengenai manfaat yang dapat diterima bayi dari imunisasi
pneumokokus dan imunisasi influenza tahunan. Diskusikan potensi manfaat dan
biaya globulin imun virus syncytial pernapasan.12
Sebagai bagian dari perawatan primer antisipatif, mendidik orang tua mengenai
paparan infeksi kemudian di pusat penitipan anak, sekolah, dan pengaturan serupa
dan pentingnya mencuci tangan. Tekankan pengawasan longitudinal yang cermat
untuk masalah jangka panjang dengan pertumbuhan, perkembangan, otitis,
penyakit saluran napas reaktif, dan komplikasi lainnya. 12

BAB III
KESIMPULAN

Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi


pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada

23
dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia
di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun.
Dalam banyak kasus, keluhan yang terkait dengan pneumonia tidak spesifik,
termasuk batuk, demam, takipnea, dan kesulitan bernapas. Anak-anak kecil
mungkin datang dengan sakit perut. Anamnesis penting yang harus diperoleh
meliputi durasi gejala, pajanan, perjalanan, kontak sakit, kesehatan dasar anak,
penyakit kronis, gejala berulang, tersedak, riwayat imunisasi, kesehatan ibu, atau
komplikasi kelahiran pada neonatus.
Pencegahan bayi dari sakit karena pneumonia terutama dilakukan dengan
memberikan imunisasi lengkap. Ini mencakup beberapa jenis imunisasi yang
terkait pneumonia, dapat menurunkan kejadiannya sebesar 50 persen. Mengacu
laporan Mengacu laporan John Hopkins Bloomerg School of Public Heatlh 2015 :
Pneumonia & Diarrhea Progress Report 2015, Indonesia adalah salah satu dari
negara dengan kasus pneumonia tertinggi yang belum memasukan vaksin
pneumokokus sebagai vaksin program imunisasi rutin nasional.
Tata laksana yang tepat dimulai dari deteksi dini gejala pneumonia dan dengan
memberikan pengobatan yang cepat dan tepat pada balita yang mengalami
pneumonia. Akses terhadap layanan kesehatan dan ketersediaan obat serta oksigen
merupakan hal yang sangat penting. Ini merupakan sesuatu tantangan yang
memerlukan perhatian poihak pemerintah sebagai upaya menurunkan angka
kematian balita.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pneumonia. 2021. Available from :

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia

2. Ebeledike C, Ahmad T. Pediatric Pneumonia.StatPearls Publishing; 2022


Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536940/
3. Waseem M. Pediactric Pneumonia. 2020. Available from :

24
https://emedicine.medscape.com/article/967822-clinical
4. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. 2005;90(3):F211-F219. doi:10.1136/adc.2003.048108
5. Jain V, Vashisht R, Yilmaz G, et al. Pneumonia Pathology 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116/
6. Zec SL, Selmanovic K, Andrijic NL, Kadic A, Zecevic L, et all. Evaluation
of Drug Treatment of Bronchopneumonia at the Pediatric Clinic in Sarajevo.
2017. Med Arch. 2016 Jun; 70(3): 177-181. Available
from :https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5010066/pdf/MA-70-
177.pdf
7. Aslam M. Congenital Pneumonia. 2016. Available from :
https://emedicine.medscape.com/article/978865-overview
8. Permana, Adhy, dkk.2016.The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
9. Buku Saku Dosis Obat Pediatri. 2016. IKATAN DOKTER ANAK
INDONESIA
10. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak Indonesia. 2012. IKATAN
DOKTER ANAK INDONESIA
11. Menekan Pneumonia. 2017. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/menekan-pneumonia
12. Aslam M. Congenital Pneumonia. 2016. Available from :
https://emedicine.medscape.com/article/978865-overview

25

Anda mungkin juga menyukai