BRONCHOPNEUMONIA
Disusun Oleh :
Andi Siti Matahari Adela, S.Ked
(17 20 777 14 434)
PEMBIMBING :
dr. Dimas Bagus P, M.Ked ( Ped ), Sp. A
i
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Judul : Bronchopneumonia
dr. Dimas Bagus P, M.Ked ( Ped ), Sp. A Andi Siti Matahari Adela, S.Ked
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Identitas Pasien 3
B. Anamnesis 4
C. Pemeriksaan Fisik 8
D. Pemeriksaan Penunjang 10
E. Resume 11
F. Diagnosis 11
G. Diagnosis Banding 11
H. Terapi 11
I. Follow up 12
DISKUSI KASUS 17
DAFTAR PUSTAKA 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bayi dengan pneumonia bakteri sering mengalami demam. Tetapi mereka
yang menderita pneumonia virus atau pneumonia yang disebabkan oleh
organisme atipikal mungkin mengalami demam ringan atau mungkin tidak
demam. Pengasuh anak mungkin mengeluh bahwa anak mengi atau sesak napas.
Balita dan anak-anak prasekolah paling sering datang dengan demam, batuk
(produktif atau nonproduktif), takipnea. Anak-anak dan remaja yang lebih besar
juga dapat mengalami demam, batuk (produktif atau nonproduktif), kongesti,
nyeri dada, dehidrasi, dan lesu. Selain gejala yang dilaporkan pada anak yang
lebih kecil, remaja mungkin memiliki gejala konstitusional lainnya, seperti sakit
kepala, nyeri dada pleuritik, dan nyeri perut yang tidak jelas. Muntah, diare,
faringitis, dan otalgia/otitis adalah gejala umum lainnya. 3
2
BAB II
REFLEKSI KASUS
A. Identitas Pasien
4. Kebangsaan: Indonesia
5. Agama: Islam
3
20. Family Tree:
Keterangan :
Ayah
Ibu
Pasien
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Sesak
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak bersifat hilang timbul. Pasien
awalnya mengalami batuk berlendir yang dialami 4 sejak hari yang lalu.
Pasien disertai demam hari diawal sejak batuk berlendir dan gatal di
malam hari, demam naik turun. Keluhan lain muntah (-), mual (-)Pasien
4
3. Riwayat Penyakit Dahulu
oleh bidan. Dengan ibu cukup bulan secara pervagina , BBL 3400 gr. Pasien
Diare : Pernah
Batuk/Pilek : Pernah
- Perkembangan Edukasi
Anak belum mulai sekolah
- Perkembangan Emosional
Anak memiliki emosi yang bisa berubah-ubah dengan cepat. Kadang
marah, menangis, bahkan bisa bersikap kasar saking merasa kesalnya
5
- Perkembangan Sosial
Anak senang bergaul dan memiliki banyak teman di lingkungan rumah .
- Perkembangan Berbicara
Anak mampu berbicara dan bertanya dengan beberapa kata, cara anak
berbicara sudah mampu dipahami oleh orang lain
- Perkembangan Sensorik dan Motorik
Anak menikmati permainan, seperti berlari, dan menggambar,. Mampu
memegang sendok tanpa bantuan, menyikat gigi, dan bersiap-siap tanpa
bantuan.
Kesan : kemajuan dan kepandaian sesuai dengan usia, tidak ada
keterlambatan perkembangan.
8. Anamnesis Makanan Terperinci
makan di rumah
9. Riwayat Imunisasi
Dasar Ulang
Imunisasi
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DPT + + +
Campak +
6
Hepatitis + + +
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun Rekomendasi IDAI Tahun 2020
7
Tinggi Badan : 98 cm
Status Gizi :
BB/TB = = - 2 SD – (+2 SD) Gizi Baik
TB/U = = - 2 SD- (+3 SD) TB Normal
BB/U = = -2 SD – (+2 SD) BB cukup
Sianosis : (-)
Anemia : (-)
Ikterus : (-)
2. Tanda vital
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 123 x/menit
Respirasi : 35 x/menit
Suhu Axilla : 36,7 oC
SpO2 : 97 %
3. Kulit
Warna : Sawo matang
Effloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Edema : (-)
Lain-lain : (-)
4. Kepala
Bentuk : Normocephal
8
5. Mata
Mata cekung : (-/-)
6. Telinga
Bentuk : Normal
Otorrhea : (-/-)
Sekret : (-/-)
7. Hidung
Bentuk : Normal
Rinorrhea : (-/-)
Pernapasan cuping hidung: (+)
8. Mulut
Gigi : Lengkap (-), Carries (-)
Mucosa/selaput mulut : Stomatitis (-), Vesikel (-), Eritema (-), Ulkus (-)
9. Tenggorokan
Tonsil : Hiperemis (-)
Pharynx : Hiperemis (-)
10. Leher
Kelenjar : Pembesaran kel. Limfe (-)
11. Thorax
Bentuk : Normothorax, Xiphosternum : (-)
Rachitic Rosary : (-) Harrison’s groove : (-)
Ruang Intercostal : Normal Napas Paradoxal : (-
9
Pericordial Bulging : (-) Retraksi : (+/+)
12. Paru
Inspeksi : Simetris Bilateral
Palpasi :Vocal fremitus sulit dinilai, massa (-/-), krepitasi (-/-)
Deformitas (-/-), Nyeri tekan (-/-)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (+/+)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : BJ I & II murni reguler, Gallop (-), Murmur(-)
10
13. Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung
Auskultasi : Normoperistaltik 4 kuadran
Palpasi : Pembesaran hepar (-)
Perkusi : Timpani 9 kuadran, tanda Ascites (-)
14. Anggota gerak : Akral dingin 4 extremitas, Sianosis (-), Pucat (+), Tremor
(-) ,Edema (-) 4 extremitas, Otot eutrofi, Tulang-tulang DBN, Refleks TDP
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Tanggal : 03/02/2022 (15.39 WITA)
Hasil Nilai Rujukan
E. Resume
10
Riwayat antenatal pasien lahir di klinik bidan dibantu oleh bidan. Dengan
ibu cukup bulan melalui persalinan normal dengan BBL 3400 gr. Riwayat
imunisasi (+).
Pemeriksaan fisik ditemukan KU sakit sedang, kesadaran compos mentis,.
TTV: N. 123 x/mnt, RR. 35 x/menit, SB. 37,0 0C, SpO2. 97%. Pernapasan
cuping hidung (-), retraksi sela iga (+), Rhonki (+/+),Wheezing (-/-), akral
hangat pada keempat ekstremitas .
Pemeriksaan penunjang ditemukan. Pemeriksaan darah lengkap WBC: 9,9
x 103/uL, RBC: 4,39 x 106/uL, HGB: 11,8 g/dL, HCT 36,0 %,PLT: 315.
F. Diagnosis
Bronchopneumonia
- Bronchitis
H. Terapi
I. Anjuran
1. Foto Horax
J. Prognosis
1. Qua Ad Vitam : Bonam
11
FOLLOW UP
SISTEM KARDIOVASKULER
SISTEM HEMATOLOGI
SISTEM GASTROINTESTINAL
SISTEM SARAF
SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)
12
Vagina : Bersih
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung I/II(+) murni reguler, murmur (-),gallop (-)
13
SISTEM HEMATOLOGI
Anemis (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktivitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang (-)
SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)
Vagina : Bersih
A
- Bronchopneumonia
P - IVFD Asering 14 tpm Makro
- Nebu combivent 1 mL+NaCl 2,5 mL/ 12 jam
- Injeksi cefotaxim 250 mg/6 jam/IV (2)
- Injeksi gentamicin 20 mg/8 jam/IV (2)
Hari/Tanggal : Minggu, 6 Februari 2022
Perawatan Hari :4
S Sesak (-), batuk berkurang, demam (-), intake oral baik (+).
14
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung I/II(+) murni reguler, murmur (-),gallop (-)
SISTEM HEMATOLOGI
Anemis (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktivitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang (-)
SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)
Vagina : Bersih
A
- Bronchopneumonia
P - IVFD Asering 14 tpm mikro
- Injeksi cefotaxim 250 mg/6 jam/IV (3)
- Injeksi gentamicin 20 mg/8 jam/IV (3)
Hari/Tanggal : Senin, 7 Februari 2022
Perawatan Hari :5
S Sesak nafas (-), batuk berkurang, demam (-), intake oral baik (+).
15
SISTEM PERNAPASAN
Retraksi (-), bronchovesikuler, pergerakan dinding dada (+) simetris,
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung I/II(+) murni reguler, murmur (-),gallop (-)
SISTEM HEMATOLOGI
Anemis (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktivitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang (-)
SISTEM GENITALIA
Labia Mayor : (+)
Labia Minor : (+)
Klitoris : (+)
Orifisum Uretra Eksterna : Kemerahan (+)
Vagina : Bersih
A
- Bronchopneumonia
DISKUSI KASUS
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis Bronchopneumoni berdasarkan
16
anamnesis dan temuan dari pemeriksaan fisik, foto thorax dan hasil laboratorium
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak
perempuan usia 3 tahun 3 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan demam
yang dialami 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam bersifat hilang
timbul dan meningkat saat malam. Pasien juga mengalami batuk berlendir
yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien juga
mengalami sesak yang hilang timbul.
Pneumonia adalah proses inflamasi paru yang mungkin berasal dari paru atau
merupakan komplikasi fokal dari proses inflamasi yang berdekatan atau sistemik.
Kelainan patensi jalan napas serta ventilasi dan perfusi alveolar sering terjadi
karena berbagai mekanisme. Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah
penumokokus (Streptococcus pneumonia), HiB (Haemophilus influenza type b),
dan stafilokokus (Staphylococcus aureus). Virus penyebab pneumonia sangat
banyak, misalnya rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV) atau virus
influenza. Virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa
pneumonia.4
Histopatologi pada pneumonia dapat dipelajari secara luas yaitu: :
bronkopneumonia/pneumonia lobular atau pneumonia lobar: Pneumonia lobaris
adalah konsolidasi difus yang melibatkan seluruh lobus paru. Perkembangannya
dapat dipecah menjadi 4 tahap sebagai berikut: 5
1. Kongesti: Tahap ini ditandai dengan jaringan paru yang tampak sangat berat ,
kongesti difus, pembengkakan pembuluh darah, dan akumulasi cairan alveolus
yang kaya akan organisme infektif. Ada beberapa sel darah merah (RBC) dan
neutrofil pada tahap ini.
2. Hepatisasi merah: Terlihat infiltrasi sel darah merah, neutrofil, dan fibrin yang
nyata ke dalam cairan alveolus. Secara kasar, paru-paru tampak merah dan
tegas mirip dengan hati, maka disebut hepatisasi. 5
3. Hepatisasi abu-abu: RBC rusak dan berhubungan dengan eksudat
fibrinopurulen yang menyebabkan transformasi warna merah menjadi abu-abu
17
4. Resolusi: Ditandai dengan pembersihan eksudat oleh makrofag residen dengan
atau tanpa pembentukan jaringan parut residual. 5
Bronkopneumonia ditandai dengan peradangan supuratif yang terlokalisasi
pada bercak di sekitar bronkus yang mungkin atau mungkin tidak terlokalisasi
pada satu lobus paru. 5
Bronkopneumonia adalah manifestasi klinis pneumonia yang paling umum
pada populasi anak. Ini adalah penyebab infeksi utama kematian pada anak di
bawah usia 5 tahun. Pada tahun 2013, bronkopneumonia menyebabkan kematian
pada 935.000 anak di bawah 5 tahun. Agen penyebab bronkopneumonia adalah
bakteri, virus, parasit dan jamur. Karena populasi anak rentan dan spesifik,
gambaran klinis seringkali tidak spesifik dan dikondisikan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain kelompok umur tertentu, adanya penyakit
penyerta, paparan faktor risiko, imunisasi yang dilakukan dll. 6
Batuk adalah gejala pneumonia yang paling umum pada bayi, bersama dengan
takipnea, retraksi, dan hipoksemia. Ini mungkin disertai dengan demam, mudah
marah, dan penurunan nafsu makan. Virus adalah penyebab paling umum dari
pneumonia pediatrik. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri patogen
tersering pada bayi usia 1-3 bulan. 3
Remaja mengalami gejala yang mirip dengan gejala pada anak yang lebih
muda. Mereka mungkin memiliki gejala konstitusional lainnya, seperti sakit
kepala, nyeri dada pleuritik, dan nyeri perut nonspesifik. Mycoplasma
pneumoniae adalah penyebab pneumonia yang paling sering di antara anak-anak
dan remaja yang lebih tua. 3
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan adanya perubahan
suara nafas yaitu ronchi dan juga terdapat retraksi atau penarikan dinding
dada bagian bawah saat bernafas.
Tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan fisik, perubahan suara napas, dan
adanya ronki, dan perekrutan otot pernapasan (misalnya, pelebaran hidung dan
retraksi subkostal, interkostal, atau suprasternal). Tanda akhir pneumonia pada
neonates tidak spesifik seperti apnea, takipnea, malas makan, distensi
abdomen, jaundice, muntah, respirasi distress, dan kolaps sirkulasi. 7
18
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna dkk tahun 1993 adalah
ditemukannya paling sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini:8
a. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
b. panas badan
c. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada anak ini adalah Darah
lengkap, dengan hasil pemeriksaan, sbb:
Hasil Nilai Rujukan
WBC 9,9 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103
RBC 4,39 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 11,8 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 36,0 % 32,0 – 42,0 %
MCV 82,0 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 26,9 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 32,8 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 315 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL
Pada pemeriksaan darah lengkap tidak di dapatkan adanya peningkatan
leukosit. Leukosit berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit. Saat tubuh
terserang penyakit, leukosit akan mengalami peningkatan sebagai respons
terhadap penyakit tersebut. Leukosit tinggi dapat menjadi tanda bahwa ada
sesuatu yang tidak normal dalam tubuh seseorang.
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umumnya
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi,
pada pneumonia didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-
40.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia (<5000/mm3) menunjukkan
prognosis yang buruk. Leukositosis (>30.000/mm 3) hampir selalu menunjukkan
19
adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakterimi dan risiko
terjadinya komplikasi lebih tinggi.
Pada pemeriksaan radiologi foto thorax pada pasien ini di dapatkan
adanya gambaran bercak infiltrate pada kedua lapang paru yang
merupakan kesan dari bronchopneumonia
Tidak ada pedoman yang jelas untuk penggunaan rutin rontgen dada pada
populasi pediatric. Meskipun rontgen dada dapat membantu dalam diagnosis dan
konfirmasi pneumonia,tetapi pemeriksaan ini dapat membawa risiko, termasuk
paparan radiasi, biaya terkait perawatan kesehatan, dan hasil negatif palsu,
meningkatkan penggunaan antibiotik yang tidak beralasan. Pencitraan harus
dibatasi pada anak-anak yang mereka dengan perjalanan penyakit yang berulang
atau berkepanjangan meskipun telah diobati, bayi usia 0 hingga 3 bulan dengan
demam, atau malformasi paru kongenital. Pencitraan juga dapat dipertimbangkan
pada anak-anak di bawah 5 tahun, yang datang dengan demam, leukositosis, dan
tidak ada sumber infeksi yang dapat diidentifikasi. Pencitraan mungkin juga
berguna pada mereka yang mengalami perburukan akut dari infeksi saluran
pernapasan atas atau untuk menyingkirkan massa yang mendasari pada anak-anak.
2
20
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah Bronchopneumonia.
Pada kasus ini diberikan 2 macam antibiotik yaitu cefotaxime dan
gentamicin karena mengikuti pola bakteri (bakteri gram positif dan gram
negative). Cefotaxim yang diberikan yaitu 100 mg/kgBB setiap 6 jam secara
intravena yaitu 250 mg/6jam, sedangkan dosis gentamicyn yang diberikan
yaitu dosis gentamicin yang diberikan 2 mg/kgBB dalam 8 jam secara
intravena yaitu 20 mg/8jam secara intravena sesuai dengan berat badan bayi
yaitu 10 kg.
Pemberian obat gentamicin diberikan dalam dosis 2 mg/kgbb dibagi setiap 8
jam pada anak berusia 2 minggu-12 tahun sedangkan pada usia anak <2 minggu
diberikan 3 mg/kgbb tiap 12 jam. Gentamicin bersifat bakterisid terutama pada
bakteri gram negatif. 10
Berdasarkan panduan Ikatan Dokter Anak Indonesia, terapi dexamethason
diberikan 0,08-0,3 mg/kgbb dalam dosis terbagi 6-12 jam, dapat melalui injeksi
baik secara intravena, intramuskular atau oral tiap 6 jam. Sediaan dexamethasone
tersedia dalam ampul 4 mg/mL dan 5 mg/dL, tablet 0,5 mg. 9
Salbutamol digunakan untuk mengatasi bronkospasme (sebagai
bronkodilator) yang merupakan golongan beta 2 adrenergik agonist. 0,1-0,15
mg/kgbb tiap 6 jam untuk sediaan oral, untuk pemberian dalam sediaan inhalasi
dapat diberikan 0,5ml dilarutkan menjadi 4 ml atau nebulisasi 2,5 mg/2,5 ml tiap
3-6 jam. 9
Cefotaxime termasuk golongan Cephalosporin generasi ketiga yang
merupakan antibiotik spektrum luas. Salah satu indikasi pemberian cefotaxime
yaitu infeksi traktus respiratori bawah. Cefotaxime pada anak memiliki dosis 1
bulan-12 tahun dengan berat badan <50 kg yaitu 100-200 mg/kgbb/hari terbagi
dalam 3-4 dosis atau setiap 6-8 jam. Untuk BB ≥50 kg infeksi sedang-berat
diberikan 1-2 gram setiap 6-8 jam dengan dosis maksimum 12 g/hari. Anak usia >
12 tahun diberikan cefotaxime dengan dosis 1-2 gram setiap 6-8 jam. Untuk
sediaan cefotazime sendiri yaitu 500 mg sdan 1000 mg dalam 1 vial.9,10
21
Ambroxol adalah obat yang digunakan untuk mengencerkan dahak atau
sekret pada saluran napas dengan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum yang biasa disebut mukolitik. Dosis anak < 12
tahun yang dianjurkan yaitu 1,2- 1,6 mg/kgbb/hari. Adapun sediaan dari ambroxol
yaitu tablet/ kaplet 30 mg, Syrup 15 mg/ 5 ml, Syrup 30 mg/5 ml.10
Untuk menanggulangi pneumonia, ada tiga langkah utama yang dicanangkan
oleh WHO, yaitu proteksi balita, pencegahan pneumonia, dan tata laksana
penumonia yang tepat. Proteksi ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup
yang sehat bagi balita, yaitu nutrisi yang cukup, ASI eksklusif sampai bayi usia 6
bulan, dan udara pernafasan yang terbebas dari polusi (asap rokok, asap
kendaraan, asap pabrik). Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian
pneumonia pada balita sebesar 20 persen. 1
Mengacu laporan Mengacu laporan John Hopkins Bloomerg School of Public
Heatlh 2015 : Pneumonia & Diarrhea Progress Report 2015, Indonesia adalah
salah satu dari negara dengan kasus pneumonia tertinggi yang belum memasukan
vaksin pneumokokus sebagai vaksin program imunisasi rutin nasional. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan pemberian imunisasi
PCV untuk anak berumur 2 bulan hingga 5 tahun. 11
Pengobatan harus ditujukan pada patogen spesifik yang dicurigai berdasarkan
informasi yang diperoleh dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Manajemen suportif
dan simtomatik adalah kunci dan termasuk oksigen tambahan untuk hipoksia,
antipiretik untuk demam, dan cairan untuk dehidrasi. Hal ini sangat penting untuk
pneumonitis non-infeksi dan pneumonia virus yang diindikasikan untuk
penggunaan antibiotik.2
Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam, Bagi kebanyakan anak,
prognosisnya baik. Pneumonia virus cenderung sembuh tanpa pengobatan. Gejala
sisa jangka panjang jarang terjadi. Namun, baik pneumonia stafilokokus dan
varisela memiliki hasil yang dijaga pada anak-anak.2
Pertumbuhan dan perkembangan paru dan jaringan lain yang berkelanjutan
menawarkan prospek yang baik untuk kelangsungan hidup jangka panjang dan
perbaikan progresif pada sebagian besar bayi yang selamat dari pneumonia
22
kongenital. Namun demikian, meskipun kuantisasi risiko sulit dan sangat
dipengaruhi oleh usia kehamilan, anomali kongenital, dan penyakit kardiovaskular
yang menyertai, ada konsensus bahwa pneumonia kongenital meningkatkan hal-
hal berikut: 12
Penyakit paru-paru kronis
Kebutuhan jangka panjang untuk bantuan pernapasan
Penyakit saluran napas reaktif
Tingkat keparahan infeksi pernapasan anak usia dini berikutnya
Pencegahan yang dapat diberikan edukasi kepada orang tua yang bayinya
menderita pneumonia pada prinsipnya diarahkan pada perawatan selanjutnya.
Nasihat orang tua mengenai perlunya mencegah bayi terpapar asap tembakau.
Mendidik orang tua mengenai manfaat yang dapat diterima bayi dari imunisasi
pneumokokus dan imunisasi influenza tahunan. Diskusikan potensi manfaat dan
biaya globulin imun virus syncytial pernapasan.12
Sebagai bagian dari perawatan primer antisipatif, mendidik orang tua mengenai
paparan infeksi kemudian di pusat penitipan anak, sekolah, dan pengaturan serupa
dan pentingnya mencuci tangan. Tekankan pengawasan longitudinal yang cermat
untuk masalah jangka panjang dengan pertumbuhan, perkembangan, otitis,
penyakit saluran napas reaktif, dan komplikasi lainnya. 12
BAB III
KESIMPULAN
23
dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia
di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun.
Dalam banyak kasus, keluhan yang terkait dengan pneumonia tidak spesifik,
termasuk batuk, demam, takipnea, dan kesulitan bernapas. Anak-anak kecil
mungkin datang dengan sakit perut. Anamnesis penting yang harus diperoleh
meliputi durasi gejala, pajanan, perjalanan, kontak sakit, kesehatan dasar anak,
penyakit kronis, gejala berulang, tersedak, riwayat imunisasi, kesehatan ibu, atau
komplikasi kelahiran pada neonatus.
Pencegahan bayi dari sakit karena pneumonia terutama dilakukan dengan
memberikan imunisasi lengkap. Ini mencakup beberapa jenis imunisasi yang
terkait pneumonia, dapat menurunkan kejadiannya sebesar 50 persen. Mengacu
laporan Mengacu laporan John Hopkins Bloomerg School of Public Heatlh 2015 :
Pneumonia & Diarrhea Progress Report 2015, Indonesia adalah salah satu dari
negara dengan kasus pneumonia tertinggi yang belum memasukan vaksin
pneumokokus sebagai vaksin program imunisasi rutin nasional.
Tata laksana yang tepat dimulai dari deteksi dini gejala pneumonia dan dengan
memberikan pengobatan yang cepat dan tepat pada balita yang mengalami
pneumonia. Akses terhadap layanan kesehatan dan ketersediaan obat serta oksigen
merupakan hal yang sangat penting. Ini merupakan sesuatu tantangan yang
memerlukan perhatian poihak pemerintah sebagai upaya menurunkan angka
kematian balita.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia
24
https://emedicine.medscape.com/article/967822-clinical
4. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. 2005;90(3):F211-F219. doi:10.1136/adc.2003.048108
5. Jain V, Vashisht R, Yilmaz G, et al. Pneumonia Pathology 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116/
6. Zec SL, Selmanovic K, Andrijic NL, Kadic A, Zecevic L, et all. Evaluation
of Drug Treatment of Bronchopneumonia at the Pediatric Clinic in Sarajevo.
2017. Med Arch. 2016 Jun; 70(3): 177-181. Available
from :https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5010066/pdf/MA-70-
177.pdf
7. Aslam M. Congenital Pneumonia. 2016. Available from :
https://emedicine.medscape.com/article/978865-overview
8. Permana, Adhy, dkk.2016.The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
9. Buku Saku Dosis Obat Pediatri. 2016. IKATAN DOKTER ANAK
INDONESIA
10. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak Indonesia. 2012. IKATAN
DOKTER ANAK INDONESIA
11. Menekan Pneumonia. 2017. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/menekan-pneumonia
12. Aslam M. Congenital Pneumonia. 2016. Available from :
https://emedicine.medscape.com/article/978865-overview
25