TUTORIAL KLINIK
Disusun Oleh :
Sri Naharindah N 111 21 118
PEMBIMBING:
dr. Dewi Suryani A, M.Kes, Sp.KJ
Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 39 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Warga Negara : WNI
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Kasimbar
Tanggal Pemeriksaan : 19 Desember 2022
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Kesehatan Jiwa RS Woodward Palu
I. LAPORAN PSIKIATRI
A. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama :
3. Hendaya / Disfungsi
Hendaya sosial : (-)
Hendaya pekerjaan : (+)
Hendaya waktu senggang : (+)
4. Faktor Stresor Psikososial
Pasien memiliki permasalahan rindu dengan anak dari istri pertamanya yang
sudah diceraikan dan belum mempunyai anak dari istri saat ini.
5. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a) Riwayat Medis
a. Gangguan neurologi (trauma kapitis(-), kejang(-), tumor(-), stroke(-))
b. Infeksi pada otak (meningitis, ecenphalitis, malaria cerebral) (-).
b) Riwayat Alkohol dan riwayat zat lainnya
a. Merokok (+)
b. Alkohol (+)
c. Narkotika (-)
c) Riwayat Psikiatri
Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan maupun pengobatan di
bagian psikiatri sebelumnya, dan saat ini baru pertama kali masuk ke poli
kesehatan jiwa RS Woodward Palu.
6. Riwayat Kehidupan Sebelumnya
Riwayat prenatal dan perinatal
Tidak diketahui.
Pada masa ini pasien tumbuh dengan baik, pasien bersekolah hingga
SMA. Pasien mengeluhkan sulit tidur di usia ini. Hubungan pasien dengan
teman temannya baik.
7. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pemeriksaan Fisik:
Tekanan Darah : 130/40 mmHg
Denyut Nadi : 72 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
SpO2 : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kepala : Normocephal
Status Lokalis
GCS : E4V5M6
Status Neurologis
Meningeal Sign : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan nervus cranial : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan sistem motorik : Normal
Kordinasi gait keseimbangan : Normal
Gerakan-gerakan abnormal : (-)
Pasien mengenakan baju kemeja warna dominan biru tua, celana panjang
berwarna hitam. Perawatan diri bagus, kulit sawo matang, berbadan kurus,
dan penampilan tampak sesuai umur.
b. Kesadaran
compos mentis
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Tidak kooperatif
2. Keadaan Afektif
a. Mood : Disforia & iritabel
b. Afek : luas
c. Keserasian : Serasi
d. Empati : Tidak dapat diraba-rasakan
3. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai
b. Daya konsentrasi : Baik
c. Orientasi :
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
d. Daya ingat:
- Segera : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Jangka panjang : Baik
e. Pikiran abstrak : Baik
f. Bakat kreatif : Tidak ada
g. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Halusinasi Auditorik (suara hentakan kaki mengikuti dia
)
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
5. Proses Berpikir
a. Arus pikiran
- Produktivitas : cukup ide
- Kontinuitas : relevan
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
b. Isi pikiran
- Preokupasi : tidak ada
- Gangguan isi pikir : tidak ada
6. Pengendalian Impuls : Baik
7. Daya Nilai
a. Norma sosial : tidak jelas
b. Uji daya nilai : tidak jelas
c. Penilaian realitas : tidak jelas
8. Tilikan
Tilikan derajat 4 yaitu menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab sakitnya
9. Taraf Dapat Dipercaya
Pasien merasa susah tidur yang telah dialami sejak 10 hari terakhir.
2. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai
realitas, sehingga digolongkan dalam Gangguan Jiwa Non Psikotik.
3. Pada riwayat penyakit sebelumnya, dan pemeriksaan status interna dan neurologis
pasien pernah menderita penyakit maag namun hilang timbul. Selain dari itu, tidak
ditemukan lagi adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum,
seperti infeksi berat, trauma, tumor otak, kejang, maupun penggunaan NAPZA dan
alkohol yang dapat menimbulkan gangguan fungsi otak dan gangguan jiwa sehingga
pasien didiagnosis dengan Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
4. Berdasarkan kriteria diagnostik DSM V-TR, pasien memiliki gejala khas seperti
pasien mengalami pusing, nyeri ulu hati, sulit tidur,penurunan nafsu makan yang
diikuti penurunan berat badan, merasa lemah, merasa kurang berguna dan
berkurangnya konsentrasi sehingga menyebabkan distress (penderitaan) dan
hendaya pekerjaan. Sehingga pada pasien didiagnosis Gangguan somatoform
AXIS II
Tidak ada
AXIS V
GAF Scale 70-61, beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.
Ada beberapa hal yang perlu diberikan secara Nonpsikofarmaka pada pasien
ini,yaitu :
a. Terapi Kognitif
Pasien ini diberikan rencana terapi berupa psikofarmaka dan non psikofarmaka
seperti yang telah dicantumkan di atas..
IX. PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi :
1. Faktor yang memperingan
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, serta
menilai efektifitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang
diberikan.
TUTORIAL
TERMINOLOGI
1. Mood Disforia
- Suasana perasaan yang tidak menyenangkan, seringkali diungkapkan sebagai
perasaan jenuh, jengkel atau bosan
2. Afek luas
KLASIFIKASI MASALAH
Jawab
Diketahui bahwa pada hari terjadi gangguan tidur, maka sebagai kompensasi
dibutuhkan pengganti waktu tidur yang lebih lama (tekanan homeostasis tidur).
Sistem homeostasis menentukan lama waktu tidur yang kita butuhkan, sedangkan
sistem sirkadian mengoptimalkan waktu terbaik untuk tidur. Berdasarkan usia, pada
orang lanjut usia penurunan tekanan homeostasis tidur menurunkan jumlah
gelombanglambat tidur. Selain itu, penurunan sinyal sirkadian pada lanjut usia
menyebabkan penurunan suhu tubuh inti dan fase bangun dan waktu tidur.
Terdapat bukti dari penelitian pada hewan coba dan studi pada manusia yang
menyatakan amplitudo osilasi pada pacemaker sirkadian di nukleus
suprakiasmatikus hipotalamus menurun selama proses penuaan. Proses penuaan
mempengaruhi berbagai irama fisiologis yang mempengaruhi tidur, seperti suhu
tubuh, sekresi melatonin, dan fluktuasi sistem neuroendokrin (penurunan sekresi
luteinizing hormone, growth hormone, dan thyroidstimulating hormone, rendahnya
kadar serotonin).
Jawab
Jawab :
Pasien yang menderita nyeri akut yang berat akan mengalami gangguan
kecemasan, rasa takut dan gangguan tidur. Hal ini disebabkan karena
ketidaknyamanan pasien dengan kondisinya, dimana pasien menderita dengan rasa
nyeri yang dialaminya kemudian pasien juga tidak dapat beraktivitas. Dengan
bertambahnya durasi dan intensitas nyeri, pasien dapat mengalami gangguan depresi,
kemudian pasien akan frustasi dan mudah marah terhadap orang sekitar dan dirinya
sendiri. Kondisi pasien seperti cemas dan rasa takut akan membuat pelepasan
kortisol dan katekolamin, di mana hal tersebut dapat berdampak pada sistem organ
lainnya. Gangguan sistem organ yang terjadi kemudian akan membuat kondisi
pasien bertambah buruk dan psikologi pasien akan bertambah parah (John
Butterworth, 2013). Intensitas nyeri yang tinggi pada pasien akan menyebabkan
kepekaan dan meningkatkan kekhawatiran pasien terhadap fisiknya, menurunkan
ambang batas untuk mendeteksi sensasi fisik atau sebagai bentuk untuk
mengungkapkan kesusahan dan hal yang menyakitkan bagi mereka.
Jawab
Depresi menurut Diagnostic And Statistical Manual OfMental Disorder, Fifth
Edition(DSM-5),yang menggunakan istilah Major Depressive Disorder (MDD) atau
selanjutnya disebut Gangguan Depresi Mayor (GDM) yaitu harus memenuhi
kriteria:
A. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama-sama selama 2
minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi dari sebelumnya; minimal terdapat 1
gejala dari (1) mood yang depresi atau (2) hilangnya minat.
Catatan : Jangan memasukkan gejala yang merupakan bagian dari gangguan kondisi
medis lainnya.
1. Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang ditunjukkan oleh baik
laporan subyektif (misalnya perasaan sedih, kosong, tidak ada harapan) atau
observasi orang lain (misalnya terlihat menangis). (Catatan : pada anak-anak
dan remaja, bisa mood yang iritabel).
2. Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang, aktifitas
harian, hampir setiap hari (yang ditandai oleh perasaan subyektif atau
objektif).
3. Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha khusus
(contoh : perubahan 5% atau lebih berat badan dalam 1 bulan terakhir), atau
penurunan dan peningkatan nafsu makan yang hampir terjadi setiap hari.
(catatan : Pada anak-anak, perhatikan kegagalan mencapai berat badan yang
diharapkan).
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh orang
lain, bukan semata-mata perasaan gelisah atau perlambatan yang subyektif).
7. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok (bisa bersifat
waham) hampir setiap hari (bukan semata-mata menyalahkan diri atau rasa
bersalah karena menderita sakit).
Jawab
a. Gangguan Somatoform
lstilah somatoform berasal dari bahasa Yunani sona artinya tubuh; dan
gangguan somatoform adalah kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda
serla geiala yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utama. Gangguan
ini mencakup interaksi pikiran-tubuh; di dalam interaksi ini, dengan cara yang
masih belum diketahui, otak mengirimkan berbagai sinyal yang memengaruhi
kesadaran pasien dan menunjukkan adanya masalah serius di dalam tubuh. Di
samping itu, perubahan ringan neurokimia, neurofisiologi, dan neuroimunologi
dapat terjadi akibat mekanisme otak atau jirva yang tidak diketahui yang
menyebabkan penyakit.
Revisi teks edisi keempat the Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-IV-TR) memasukkan lima gangguan somatoform spesifik: (1)
gangguan somatisasi, ditandai dengan banyak keluhan fisik yang mengenai
banyak sistem organ; (2) gangguan konversi, ditandai dengan satu atau dua
keluhan neurologis; (3) hipokondriasis, ditandai dengan lebih sedikit fokus
gejala daripada keyakinan pasien bahwa mereka memiliki suatu penyakit
spesifik; (4) gangguan dismorfik tubuh, ditandai dengan keyakinan yang salah
atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuhnya cacat; dan (5)
gangguan nyeri, ditandai dengan ge.jala nyeri yang hanya disebabkan, atau
secara signifikan diperberat faktor psikologis. DSM-IV-TR juga memiliki dua
kategori diagnostik sisa untuk gangguan somatoform: (I) gangguan somatoform
yang tidak terinci, mencakup gangguan somatoform yang tidak dapat dijelaskan,
telah ada selama 6 bulan atau lebih, dan (2) gangguan somatoform yang tidak
tergolongkan, merupakan kategori untuk keadaan yang tidak memenuhi
diagnosis gangguan somatoform yang telah disebutkan di atas.
Kriteria Diagnostik Gangguan Somatisasi berdasarkan DSM-IV-TR :
A. Riwayat banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama suatu periode beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi
atau hendaya fungsi social, pekerjaan, atau area fungsi penting lain yang
signifikan.
B. Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi, dengan setiap gejala
terjadi pada waktu kapanpun selama perjalanan gangguan :
(1) Empat gejala nyeri : Riwayat nyeri yang berkaitan dengan sedikitnya
empat tempat atau fungsi yang berbeda (cth; kepala, abdomen,
punggung, sendi, ekstremitas, dada, rectum, selama menstruasi, selama
hubungan seksual, atau selama berkemih)
(2) Gua gejala gastrointestinal : Riwayat sedikitnya dua gejala
gastrointestinal selain nyeri (cth; mual, kembung, muntah selain hamil,
diare, atau intoleransi terhadap beberapa makanan yang berbeda)
(3) Satu gejala seksual : Riwayat sedikitnya satu gejala atau reproduksi
selain nyeri (cth; ketidakpedulian terhadap seks disfungsi ereksi atau
ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,
muntah sepanjang hamil)
(4) Satu gejala pseudoneurologis : Riwayat sedikitnya satu gejala atau deficit
yang mengesankan keadaan neurologis tidak terbatas pada nyeri (gejala
konversi seperti gangguan koordnasi atau keseimbangan, paralisis atau
kelemahan local, kesulitan menelan atau benjolan di tenggorok, afonia,
retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri, penglihatan
ganda, buta, tuli, kejang, gejala disosiatif seperti amnesia, atau hilang
kesadaran selain pingsan)
C. Baik (1) atau (2):
(1) Setelah penelitian yang sesuai, setaip gejala kriteria B tidak dapat
dijelaskan secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau
efek langsung suatu zat (cth; penyalahgunaan obat, pengobatan)
(2) Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya social
atau pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi yang diperkirakan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
D. Gejala dihasilkan tanpa disengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau malingering)
Diagnosis Gangguan Somatoform Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa edisi III dan DSM-5 terdapat tujuh kategori penting dari gangguan
somatoform, yaitu gangguan somatisasi, gangguan somatoform tak terinci, gangguan
hipokondrik, disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap,
somatoform tidak terinci, gangguan somatoform lainnya.
a. Gangguan Somatisasi
Pedoman diagnostik untuk kelainan ini yaitu keluhan fisik bersifat multipel,
bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap
dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi. Kelainan terjadi karna
kemungkinan ada ataupun tidak ada faktor penyebab psikologis yang belum
jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya
c. Gangguan Hipokondrik
Diagnosis pasti pada gangguan ini harus ada 2 kriteria ini, yaitu:
Pedoman diagnostik pada kelainan ini yaitu jika keluhan utama yang
dikeluhkan adalah nyeri berat, menyiksa, menetap yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan
fisik. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau
problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam
mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut. Dampaknya adalah
meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk
yang bersangkutan.
Pruritus psikogenik;
Dismenore psikogenik;
Teeth grinding
b) Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
c) Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal
hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus
diutamakan.
d) Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas
maka harus digunakan kategori F.43.2 (gangguan penyesuaian).
Erna P., Yustisia DA. 2018. Kajian obat fluoxetin dan sertralin pasien depresi berat di
instalasi rawat inap rsjd dr. amino gondohutomo provinsi jawa tengah periode juli-
desember 2016. Vol 2(1).
Ilyas HS, Yulianti SR. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sadock, B.J., Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikaitri Klinis, Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Widjaja, D.K., et al. 2017. Gambaran Gangguan Irama Jantung Yang Disebabkan Karena
Hipertiroid. Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol 6(2). from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/download/18559/17639