Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN 2 Juni 2021


UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

SKIZOFRENIA YANG TIDAK TERGOLONGKAN

(F20.9)

Disusun Oleh:

Nama : Andi faresqi syam, S.Ked


Stambuk : 16 20 777 14 426
Pembimbing : dr. Merry Tjandra, M.Kes, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
RSD MADANI PALU

2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama dan stambuk : Andi faresqi syam, S.Ked

Stambuk : 16 20 777 14 426

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Judul : Skizofrenia Yang Tidak Tergolongkan

Bagian : Ilmu Kesehatan Jiwa

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

RSD MADANI PALU

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 3 juni 2021

Pembimbing,

dr. Merry Tjandra M.Kes, Sp.KJ

2
LAPORAN KASUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : tuan. ZL
- Umur : 42 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Agama : Islam
- Suku : buol
- Pendidikan terakihir : SMA
- Status Perkawinan : belum menikah
- Warga Negara : Indonesia
- Pekerjaan : tdk berkerja
- Tanggal Pemeriksaan : 13 maret 2021
- Tempat Pemeriksaan : Ruang sao, RSD Madani

II. LAPORAN PSIKIATRIK


A. Riwayat Penyakit
- Riwayat penyakit pasien diperoleh dari anamnesis terhadap pasien
sendiri dan kakak . Anamnesis dilakukan di ruangan sao, RSD Madani
dan menghubungi kakak pasien via telpon.

B. Keluhan Utama
Gelisah

C. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang laki laki berumur 42 tahun masuk RSD Madani pada tanggal 13
maret 2021. Masuk rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan keluhan
gelisah, susah tidur, berbicara terus menerus dan mengambil barang orang
lain

3
Pasien mengatakan dapat melihat makhluk-makhluk gaib, mendengar
bisikan yang memberinya perintah. Dan mengatakan bisikan-bisikan ini
membuat pasien sulit tidur dan selalu merasa gelisah. Pasien sadar kalau
dirinya sedang sakit dan berkeinginan untuk sembuh berobat ke Madani.

 Hendaya/ Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)

 Faktor Stressor Psikososial


Tidak ditemukan stressor psikososial

 Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan


psikis sebelumnya.
Tidak terdapat hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit
sebelumnya, Pasein mengalami Dispepsia.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Ada riwayat
2. Riwayat Gangguan Medis
- Riwayat kejang : Tidak ada
- Riwayat cedera kepala : Tidak ada
- Riwayat asma : Tidak ada
- Riwayat hipertensi : Tidak ada
- Riwayat diabetes melitus : Tidak ada
- Riwayat alergi : Tidak ada
- Riwayat opname : Ada

4
3. Riwayat Penyalahgunaan Zat
- Riwayat penggunaan NAPZA : Tidak ada
- Riwayat meminum alkohol : ada
- Riwayat merokok : ada

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 18 Desember 1975, lahir normal, cukup
bulan. Selama masa kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat. Ibu
pasien tidak pernah sakit berat selama kehamilan. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien baik seperti anak seusianya.

2. Masa Kanak Awal (sampai 1-3 Tahun)


Sejak lahir pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan saudaranya.
Pasien mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya.
Tumbuh kembang baik layaknya anak normal lain seusianya.

3. Masa Kanak Pertengahan(4-10 tahun)


Pasien tumbuh normal dan bergaul seperti anak-anak biasa. Pasien
tidak mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini, dan langsusng masuk ke
Sekolah Dasar (SD). Menurut keluarga pasien, pasien dibesarkan
dengan baik oleh orang tuanya, selain itu sejak kecil pasien suka
bergaul dan bermain dengan teman sebaya secara normal.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( 12-18 tahun)


Pasien melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan memiliki banyak
teman, pasien suka bermain dan berkumpul bersama teman-temannya.

5. Riwayat Masa Dewasa


- Riwayat Pendidikan

5
Setelah lulus SMP pasien melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya yaitu SMA.
- Riwayat Pekerjaan
Tidak ada.
- Riwayat Pernikahan
Sudah menikah
- Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer.
- Riwayat keagamaan
Pasien beragama islam, berasal dari keluarga yang juga beragama
yang sama.
- Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib.

F. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudarah. dari. Saat ini pasien
tinggal bersama kakak kandungnya,Hubungan pasien dengan keluarganya
tidak ada masalah.

G. Riwayat Situasi Sekarang


Pasien tinggal bersama Kakak kandungnya dan saat ini pasien dirawat di
ruangan manggis RSD Madani karena selalu gelisah dan ingin kabur.

H. Presepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya


Pasien merasa dirinya sakit dan pasrah akan keadaan.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a) Deskripsi Umum
1) Penampilan
Tampak seorang Laki-Laki berumur 42 tahun wajah tampak sesuai
dengan usia, menggunakan baju lengan pendek bergaris dan celana

6
punting polos.Perawakan berisi, rambut agak putuh pendek. Pasien
tampak cukup rapi, perawatan diri cukup baik.

2) Kesadaran: Normal (GCS 15)/ Kompos Mentis


3) Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tampak tenang
4) Pembicaraan: spontan, intonasi biasa, menjawab sesuai dengan
pertanyaan
5) Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif

b) Keadaan Afektif
1) Mood : Labil
2) Afek : InAppropriate
3) Keserasian : Serasi
4) Empati : Tidak dapat dirabarasakan

c) Fungsi Intelektual atau Kognitif


1) Taraf pendidikan : Sesuai dengan pendidikan
2) Daya konsenterasi : Baik
3) Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
4) Daya ingat
Jangka Panjang : Baik
Jangka Pendek : cukup
5) Pikiran abstrak : Baik
6) Bakat Kreatif : Tidak ada
7) Kemampuan menolong diri sendiri : tidak ada

7
d) Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Visuali berupa melihat makhluk gaib, Auditorik
berupa mendengarkan suara-suara yang memberikan perintah dan
mengatakan hal buruk tentang dirinya.
2) Ilusi : Tidak ada
3) Depersonalisasi: Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada

e) Proses Berpikir
1) Arus Pikiran
- Produktivitas : Kurang
- Kontinuitas : Relevan
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2) Isi Pikiran
- Preokupasi : Tidak ada
- Gangguan isi pikiran : Delusi of Control yaitu pasien merasa di
control dari luar untuk mengambil barang orang lain.

f) Pengendalian Impuls
Selama wawancara, impuls pasien dapat di dikendalikan dengan
normal.

g) Daya Nilai
1) Norma sosial : Baik
2) Uji daya nilai : Baik
3) Penilaian Realitas : Terganggu

h) Tilikan (insight)

8
Derajat 4 : Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun
tidak memahami penyebab sakitnya.

i) Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status Internus
a. Kesan umum : Kompos mentis, gizi baik, konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-).
b. Tanda vital : Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit,
suhu: 36,3oC, respirasi: 20 x/menit.
c. Kepala : Dalam batas normal.
d. Leher : Dalam batas normal.
e. Thorax
- Inspeksi : Respirasi dada simetris/bilateral
- Palpasi : Massa (-), Pergerakan dada bilateral
- Perkusi : Paru (Sonor), Batas jantung normal, bunyi pekak
- Auskultasi: Paru (Bronkovesikuler) dan Jantung (S1 dan S2,
bunyi tambahan (-)

f. Abdomen
- Inspeksi : Massa (-), dalam batas normal
- Auskultasi: Peristaltik usus (+)
- Perkusi : Pembesaran hepar (-), lien (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
g. Ekstremitas : Dalam batas normal

2. Status Neurologis
a. Fungsi kesadaran : GCS E4V5M6.
b. Fungsi sensorik : Dalam batas normal.

9
c. Fungsi motorik : Dalam batas normal.

Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis


Normal Normal + + - -
+ + - -
V. Ikhtisar Penemuan Bermakna
 Seorang Pria berusia 42 tahun.
 Keluhan gelisah, sulit tidur, sering bermimpi, sering mendengar
suara bisikan, emosi labil, mondar mandir, dan ada riwayat putus
obat..
 Pendidikan terakhir SMP.
 Kesadaran Pasien compos mentis, psikomotor tidak ditemukan
aktivitas psikomotor, pembicaraan spontan, sikap terhadap
pemeriksa kooperatif.
 Mood biasa, afek tumpul, keserasian serasi, empati tidak dapat
dirabarasakan.
 Taraf pendidikan sesuai, orientasi (waktu, tempat, dan orang) baik,
daya ingat jangka panjang, pendek, segera baik, pikiran abstrak
baik, bakat kreatif tidak ada, kemampuan menolong diri sendiri
baik.
 Ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
yaitu mendengar suara bisikan untuk melempar dan memukul
orang lain.
 Proses berpikir produktivitasnya miskin ide, kontinuitas relevan,
gangguan isi pikir tidak ada.
 Pengendalian impuls baik, norma social dan uji daya nilai baik.
Penilaian realitas terganggu.
 Pasien merasa dirinya sakit jiwa dan butuh bantuan untuk
menyembuhkannya.

10
VI. Evaluasi Muktiaksial
Aksis I
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan pemeriksaan fisik status
mental yang telah dilakukan pada pasien ini ditemukan adanya gejala
klinis bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa gelisah,
sulit tidur, bicara sendiri, dan mendengar bisikan. Keadaan ini
menimbulkan distress bagi pasien dan keluarganya dan menimbulkan
(disabilitas) dalam sosial dan pekerjaan serta hendaya berat dalam fungsi
social berupa ketidakmampuan membina relasi dengan orang lain sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.

Dari pemeriksaan status mental pada pasien terdapat hendaya berat dalam
menilai realita berupa halusinasi auditorik sehingga pasien didiagnosa
Sebagai gangguan jiwa psikotik.

Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak didapatkan adanya


gangguan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organic dapat
disingkirkan dan pasien di kategorikan Gangguan Mental non Organik.

Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gelisah, sering


bermimpi dan memiliki gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
dimana gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau bahkan lebih. Maka diagnosis diarahkan pada Skizofrenia
(F20)

Adapun untuk tipe skizofrenia, diklasifikasikan dalam Skizofrenia YTT,


hal ini digolongkan berdasarkan pedoman penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ III) menggunakan kriteria dua gejala yaitu
halusinasi auditorik dan perilaku gaduh gelisah dengan onset lebih dari
satu bulan, gejala yang ada hanya memenuhi kriteria skizofrenia dan tidak
memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik, dan katatonik.
Sehingga pada pasien ini didiagnosis ke dalam Skizofrenia YTT (F20.9)

11
Aksis II
Pasien adalah orang yang mudah emosi sebelum dan sesudah adanya
gangguan jiwa. Maka dapat didiagnosis kedalam Ciri Kepribadian
Emosional Tak Stabil (F60.3)
Aksis III
Parkinsonisme sekunder, akibat penggunaan antipsikotik
Aksis IV
Stressor psikososial yaitu pasien mengatakan bahwa keluarganya sering
mengatakan hal-hal yang tidak baik tentang dirinya sehingga ia menjadi
cepat marah.
Aksis V
GAF scale 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VII. Daftar Masalah


1. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat ketidak
seimbangan neurotransmitter maka memerlukan psikofarmakoterapi
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya
halusinasi auditorik serta bisikian bisikan sehingga pasien memerlukan
psikoterapi.

VIII. Prognosis
Dubia ad malam
a. Faktor pendukung:
- Ada seupport keluarga
- Tidak ada penyakit yang lain menjadi pemberat keadaan sekarang
(komorbit).
- Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
- Keinginan pasien untuk sembuh.

12
b. Faktor penghambat:
- Sistem pendukung yang buruk.
- Putus obat.
- Onset kronik.

IX. Rencana Pengobatan Lengkap


1. Psikofarmakoterapi
 Haloperidol 5 Mg 2x1/2
 Chlorpromazine 100 Mg 0-0-1

 Trihexyphenidil 2mg 2x1

2. Psikoterapi Suportif
 Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
 Persuasi
Membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu kontrol dan
minum obat dengan rutin.
 Sugesti
Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat sembuh
(penyakit terkontrol).
 Desentilasi
Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di dalam lingkungan
kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri.
 Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
sekitarnya sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan
yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan pasien serta
melakukan kungjungan berkala.

13
X. Follow up
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping
obat yang diberikan.

14
PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Arti kata skizofrenia dipopulerkan oleh Eugen Bleuler. Ketika itu, pada
tahun 1911, Bleuler menganjurkan supaya lebih baik dipakai istilah
“Skizofrenia”, karena nama ini dengan tepat sekali menonjolkan gejala utama
penyakit ini, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan (schizos = pecah
belah atau bercabang, phren = jiwa).
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, sertasejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stres dan
hipotesis dopamin.
Model diastesis-stres merupakan suatu model yang mengintegrasikan
faktor biologis, psikososial, dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastasis) yang
jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress,
memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkingan
dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang
penuh ketegangan).
Model hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua
oengamatan. Pertama, kecuali untuk clozapin, khasiat dan potensi
antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai
antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah
satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini

15
karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor
dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut.

Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria


PPDGJ III dan DSM-IV TR:

Berdasarkan PPDGJ III, yang merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia,


yaitu:
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda;
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- ”thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh


suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- ”delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang "dirinya" =
secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
- “delusional perception" = pengalaman indera yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;

16
c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e) Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme dan stupor;
h) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

17
 Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non-psikotik prodromal).

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Berdasarkan DSM-IV, yang merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia,


yaitu:
Suatu tipe skizofrenia dimana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A tetapi
tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi atau katatonik:
A. Gejala karakteristik : dua atau lebih berikut, masing-masing ditemukan untuk
bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan.
1. Waham;
2. Halusinasi;
3. Bicara terdisorganisasi (sering menyimpang/inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia atau tidak ada kemauan
(avolition).
B. Disfungsi sosial/pekerjaan;
Seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri.
C. Durasi sekurang-kurangnya enam bulan
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan alam perasaan
Gangguan skizoafektif dan gangguan alam perasaan dengan ciri psikotik telah
disingkirkan karena :
1. Tidak terdapat episode depresif berat, manik atau campuran yang terjadi
bersama-sama dalam fase aktif, atau
2. Jika episode suasana perasaan terjadi selama gejala fase aktif, durasi
totalnya lebih singkat disbanding durasi episode aktif dan residual
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan perfasive.

18
Catatan : hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau
atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku
atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama
lainnya.

Jenis dan tipe skizofrenia menurut DSM-IV:


 Tipe paranoid
- Ditandai oleh waham kejar dan atau waham kebesaran, waham cemburu.
 Tipe hebefrenik
- Cirinya isi piker dan arus piker sangat terdisorganisasi, penampilan dan
perilaku sosial rusak, inkoherensi, kekanak-kanakan, dan tampak bodoh.
 Tipe katatonik
- Ciri khas yaitu adanya gangguan nyata pada fungsi motoric berupa
stupor, negativism, rigiditas, kegaduhan atau posturing.
 Tipe tak tergolongkan
- Terdapat waham yang jelas, halusinasi, inkoherensi tingkah laku kacau,
namun tidak memenuhi klasifikasi tipe-tipe di atas.
 Tipe residual
- Pernah terjadi paling sedikit satu episode skizofrenia.

Perjalanan penyakit skizofrenia


 Fase prodromal
- Onset insidious yang terjadi selama berbulan-bulan atau lebih.
- Ada perubahan perilaku seperti: penarikan diri secara sosial, hendaya
dalam pekerjaan, afek tak serasi, avolition, ide aneh.
 Fase aktif
- Muncul gejala psikotik seperti waham, halusinasi, bicara dan perilaku
kacau.
- Memerlukan intervensi medik.
- Bisa akut eksaserbasi.

19
 Fase residual
- Gejala-gejala fase aktif hilang, ada hendaya dalam perasaan.
- Ada gejala negatif, gejala positif berkurang.

SKIZOFRENIA YANG TIDAK TERGOLONGKAN


 Memenuhi kriteria umum untuk diagnostik skizofrenia
 Kriteria berdasarkan PPDGJ III menggunakan kriteria dua gejala yaitu :
- Halusinasi auditorik : suara bisikan yang menyuruh agar pasien
melempar orang lain dan berbuat jahat kepada orang lain
- Perilaku gaduh gelisah
 Onset lebih dari 1 bulan
 Gejala yang ada hanya memenuhi kriteria skizofrenia, tapi tidak memenuhi
kriteria skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, dan skizofrenia katatonik.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Skizofrenia. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar

Psikiatri. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. p. 173-198

2. Kaplan & Sadock, Benjamin J. 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.

Jakarta: EGC.

3. Maslim. R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ- III, FK Unika Atma Jaya, Jakarta.

4. Maslim. R. 2014. Buku Saku Penggunaan Klinis Obat Psikotropik

(Psychotropic Medication). Ed. IV. FK Unika Atma Jaya, Jakarta.

5. Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Bagian

Farmakologi FK-UI. Jakarta: 2007.

6. Frankenburg, F.R et all. Schizophrenia. 2016. Online on: [1st Nov,18]


Available at: http://emedicine.medscape.com/article/288259-overview

21

Anda mungkin juga menyukai