(F20.9)
Disusun Oleh:
2021
1
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Pembimbing,
2
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : tuan. ZL
- Umur : 42 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Agama : Islam
- Suku : buol
- Pendidikan terakihir : SMA
- Status Perkawinan : belum menikah
- Warga Negara : Indonesia
- Pekerjaan : tdk berkerja
- Tanggal Pemeriksaan : 13 maret 2021
- Tempat Pemeriksaan : Ruang sao, RSD Madani
B. Keluhan Utama
Gelisah
3
Pasien mengatakan dapat melihat makhluk-makhluk gaib, mendengar
bisikan yang memberinya perintah. Dan mengatakan bisikan-bisikan ini
membuat pasien sulit tidur dan selalu merasa gelisah. Pasien sadar kalau
dirinya sedang sakit dan berkeinginan untuk sembuh berobat ke Madani.
Hendaya/ Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
4
3. Riwayat Penyalahgunaan Zat
- Riwayat penggunaan NAPZA : Tidak ada
- Riwayat meminum alkohol : ada
- Riwayat merokok : ada
5
Setelah lulus SMP pasien melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya yaitu SMA.
- Riwayat Pekerjaan
Tidak ada.
- Riwayat Pernikahan
Sudah menikah
- Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer.
- Riwayat keagamaan
Pasien beragama islam, berasal dari keluarga yang juga beragama
yang sama.
- Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib.
6
punting polos.Perawakan berisi, rambut agak putuh pendek. Pasien
tampak cukup rapi, perawatan diri cukup baik.
b) Keadaan Afektif
1) Mood : Labil
2) Afek : InAppropriate
3) Keserasian : Serasi
4) Empati : Tidak dapat dirabarasakan
7
d) Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Visuali berupa melihat makhluk gaib, Auditorik
berupa mendengarkan suara-suara yang memberikan perintah dan
mengatakan hal buruk tentang dirinya.
2) Ilusi : Tidak ada
3) Depersonalisasi: Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada
e) Proses Berpikir
1) Arus Pikiran
- Produktivitas : Kurang
- Kontinuitas : Relevan
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2) Isi Pikiran
- Preokupasi : Tidak ada
- Gangguan isi pikiran : Delusi of Control yaitu pasien merasa di
control dari luar untuk mengambil barang orang lain.
f) Pengendalian Impuls
Selama wawancara, impuls pasien dapat di dikendalikan dengan
normal.
g) Daya Nilai
1) Norma sosial : Baik
2) Uji daya nilai : Baik
3) Penilaian Realitas : Terganggu
h) Tilikan (insight)
8
Derajat 4 : Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun
tidak memahami penyebab sakitnya.
f. Abdomen
- Inspeksi : Massa (-), dalam batas normal
- Auskultasi: Peristaltik usus (+)
- Perkusi : Pembesaran hepar (-), lien (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
g. Ekstremitas : Dalam batas normal
2. Status Neurologis
a. Fungsi kesadaran : GCS E4V5M6.
b. Fungsi sensorik : Dalam batas normal.
9
c. Fungsi motorik : Dalam batas normal.
10
VI. Evaluasi Muktiaksial
Aksis I
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan pemeriksaan fisik status
mental yang telah dilakukan pada pasien ini ditemukan adanya gejala
klinis bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa gelisah,
sulit tidur, bicara sendiri, dan mendengar bisikan. Keadaan ini
menimbulkan distress bagi pasien dan keluarganya dan menimbulkan
(disabilitas) dalam sosial dan pekerjaan serta hendaya berat dalam fungsi
social berupa ketidakmampuan membina relasi dengan orang lain sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Dari pemeriksaan status mental pada pasien terdapat hendaya berat dalam
menilai realita berupa halusinasi auditorik sehingga pasien didiagnosa
Sebagai gangguan jiwa psikotik.
11
Aksis II
Pasien adalah orang yang mudah emosi sebelum dan sesudah adanya
gangguan jiwa. Maka dapat didiagnosis kedalam Ciri Kepribadian
Emosional Tak Stabil (F60.3)
Aksis III
Parkinsonisme sekunder, akibat penggunaan antipsikotik
Aksis IV
Stressor psikososial yaitu pasien mengatakan bahwa keluarganya sering
mengatakan hal-hal yang tidak baik tentang dirinya sehingga ia menjadi
cepat marah.
Aksis V
GAF scale 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
VIII. Prognosis
Dubia ad malam
a. Faktor pendukung:
- Ada seupport keluarga
- Tidak ada penyakit yang lain menjadi pemberat keadaan sekarang
(komorbit).
- Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
- Keinginan pasien untuk sembuh.
12
b. Faktor penghambat:
- Sistem pendukung yang buruk.
- Putus obat.
- Onset kronik.
2. Psikoterapi Suportif
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
Persuasi
Membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu kontrol dan
minum obat dengan rutin.
Sugesti
Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat sembuh
(penyakit terkontrol).
Desentilasi
Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di dalam lingkungan
kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
sekitarnya sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan
yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan pasien serta
melakukan kungjungan berkala.
13
X. Follow up
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping
obat yang diberikan.
14
PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Arti kata skizofrenia dipopulerkan oleh Eugen Bleuler. Ketika itu, pada
tahun 1911, Bleuler menganjurkan supaya lebih baik dipakai istilah
“Skizofrenia”, karena nama ini dengan tepat sekali menonjolkan gejala utama
penyakit ini, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan (schizos = pecah
belah atau bercabang, phren = jiwa).
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, sertasejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stres dan
hipotesis dopamin.
Model diastesis-stres merupakan suatu model yang mengintegrasikan
faktor biologis, psikososial, dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastasis) yang
jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress,
memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkingan
dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang
penuh ketegangan).
Model hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua
oengamatan. Pertama, kecuali untuk clozapin, khasiat dan potensi
antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai
antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah
satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini
15
karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor
dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut.
16
c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e) Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme dan stupor;
h) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
17
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non-psikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
18
Catatan : hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau
atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku
atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama
lainnya.
19
Fase residual
- Gejala-gejala fase aktif hilang, ada hendaya dalam perasaan.
- Ada gejala negatif, gejala positif berkurang.
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Kaplan & Sadock, Benjamin J. 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
21