F 20.0
SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh:
Pembimbing
BANJARMASIN
Januari 2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB V. PENUTUP...................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya, dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai
11,1 dan 10,4 per 1.000 rumah tangga yang mempunyai ART mengidap
yang meminum obat tidak rutin lebih rendah sedikit daripada yang meminum obat
secara rutin. Tercatat sebanyak 48,9% penderita psikosis tidak meminum obat
secara rutin dan 51,1% meminum secara rutin. Sebanyak 36,1% penderita yang
tidak rutin minum obat dalam satu bulan terakhir beralasan merasa sudah sehat.
Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat dan 23,6% tidak mampu membeli
dengan orang tua dengan 48 penderita atau sebesar 28,57%. Sedangkan Stresor
1
atau sebesar 30,36%. Data yang diperoleh dari penelitian, diketahui bahwa
penderita baru skizofrenia adalah adalah 25-44 tahun, berjenis kelamin laki-laki
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau
pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ ketidakserasian antara afek,
gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek
atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
hari.3 Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan dan
negatif (apatis, menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan
dan Residual). Gejala-gejala pada skizofrenia berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III,
untuk mendiagnosa skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas): Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang bergema dan
berulang dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
2
sama, namun kualitasnya berbeda. Thought insertion or withdrawal = isi pikiran
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal). Thought broadcasting = isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya. Delution
dari luar. Delution of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu
kekuatan tertentu dari luar. Delution of passivity = waham tentang dirinya tidak
pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
berbagai suara yang berbicara). Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil. Atau paling sedikit dua
gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: halusinasi yang menetap
dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
3
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. Gejala-gejala negatif,
seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Gejala
harus berlangsung minimal 1 bulan. Harus ada perubahan yang konsisten dan
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa
(laughing). Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , tau
lain-lain, perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
Pada laporan kasus ini penulis melaporkan pasien dengan gangguan susah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.DEFINISI
2.2.EPIDEMIOLOGI
Artinya, dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai
5
anggota rumah tangga (ART) pengidap skizofrenia/psikosis. Penyebaran
11,1 dan 10,4 per 1.000 rumah tangga yang mempunyai ART mengidap
yang meminum obat tidak rutin lebih rendah sedikit daripada yang meminum obat
secara rutin. Tercatat sebanyak 48,9% penderita psikosis tidak meminum obat
secara rutin dan 51,1% meminum secara rutin. Sebanyak 36,1% penderita yang
tidak rutin minum obat dalam satu bulan terakhir beralasan merasa sudah sehat.
Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat dan 23,6% tidak mampu membeli
dengan orang tua dengan 48 penderita atau sebesar 28,57%. Sedangkan Stresor
atau sebesar 30,36%. Data yang diperoleh dari penelitian, diketahui bahwa
penderita baru skizofrenia adalah adalah 25-44 tahun, berjenis kelamin laki-laki
2.3.ETIOLOGI
6
patogenesisnya masih minim diketahui. Adapun beberapa faktor etiologi yang
mendasari terjadinya skizofrenia, antara lain:3,4
Genetik
Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur.
Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%;
bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu ttelur (monozigot) 61-86%.
Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan
skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini
mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada
lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.
Endokrin
Metabolisme
7
Teori-teori tersebut di atas ini dapat dimasukkan ke dalam kelompok teori
somatogenik, yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan
badaniah. Kelompok teori lain adalah teori psikogenik, yaitu skizofrenia diaggap
sebagai suatu gangguan fungsional dan penyebab utama adalah konflik, stress
psikologis dan hubungan antarmanusia yang mengecewakan.
Neurokimia
1. Status fisik
Sifat keluhan pasien penting untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya
suatu pemeriksaan fisik lengkap. Gejala fisik seperti nyeri kepala dan
palpitasi memerlukan pemeriksaan medis yang menyeluruh untuk
menentukan bagian dari proses somatik. Bila ada, yang berperan
menyebabkan penderitaan tersebut. Hal yang sama dapat digunakan pada
gejala mental misalnya depresi, ansietas, halusinasi, dan waham kejar, yang
8
bisa jadi merupakan ekspresi dan proses somatik. Terkadang keadaan
menyebabkan kita perlu menunda pemeriksaan medis lengkap. Misalnya,
pasien dengan waham atau panik dapat menunjukkan perlawanan sikap
bertahan atau keduanya. Pada keadaan ini, riwayat medis harus diperoleh dari
anggota keluarga bila memungkinkan. Namun, kecauali ada alasan mendesak
untuk melanjutkan pemeriksaan fisik, hal itu sebaiknya ditunda sampai pasien
menurut.
Pemeriksaan Neurologis
Selama proses anamnesis pada kasus tersebut, tingkat kesadaran dan
atensi pasien terhadap detil pemeriksaan, pemahaman, ekspresi wajah, cara
bicara, postur, dan cara berjalan perlu diperhatikan. Pemeriksaan neurologis
dilakukan untuk dua tujuan. Tujuan pertama dicapai melalui pemeriksaan
neurologis rutin, yaitu terutama dirancang untuk mengungkap asimetri fungsi
motorik, persepsi, dan refleks pada kedua sisi tubuh yang disebabkan oleh
penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk
memperoleh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau
penyakit lobus frontal. Tanda ini meliputi refleks mengisap, mencucur,
palmomental, dan refleks genggam serta menetapnya respons terhadap
ketukan di dahi. Sayangnya, kecuali refleks genggam, tanda seperti itu tidak
berkaitan erat dengan patologi otak yang mendasari.2
2. Status mental
Deskripsi umum
o Penampilan
Postur, pembawaan, pakaian, dan kerapihan. Penampilan pasien
skizofrenia dapat berkisar dari orang yang sangat berantakan, menjerit-
jerit, dan teragitasihingga orang yang terobsesi tampil rapi, sangat
pendiam, dan imobil.
o Perilaku dan aktivitas psikomotor yang nyata
Kategori ini merujuk pada aspek kuantitatif dan kualitatif dari perilaku
motorik pasien. Termasuk diantaranya adalah manerisme, tik, gerakan
tubuh, kedutan, perilaku streotipik, ekopraksia, hiperaktivitas, agitasi,
sikap melawan, fleksibilitas, rigiditas, gaya berjalan, dan kegesitan.
o Sikap terhadap pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai
kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, tertarik, balk-blakan, seduktif,
9
defensif, merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, suka melucu,
menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati.
Mood dan afek
Mood didefinisikan sebagai emosi menetap dan telah meresap yang
mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia.
Afek didefinisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang
tersirat dari ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku
ekspresif.
Kakteristik gaya bicara
Pasien dapat digambarkan sebagai banyak bicara, cerewet, fasihm
pendiam, tidak spontan, atau terespons normal terhadap petunjuk dari
pewawancara. Gaya bicara dapat cepat atau lambat, tertekan, tertahan,
emosional, dramatis, monoton, keras, berbisik, cadel, terputus-putus, atau
bergumam. Gangguan bicara, contohnya gagap, dimasukkan dalam bagian
ini.
Persepsi
Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau
lingkungannya, dapat dialami oleh seseorang. Sistem sensorik yang
terlibat (contohnya: auditorik, visual, olfaktorik, atau taktil) dan isi ilusi
atau halusinasi tersebut harus dijelaskan.
Halusinasi senestik
Halusinasi senestik merupakan sensasi tak berdasar akan adanya keadaan
organ tubuh yang terganggu. Contoh halusinasi senestik mencakup sensasi
terbakar pada otak, sensasi terdorong pada pembuluh darah, serta sensasi
tertusuk pada sumsum tulang.
Ilusi
Sebagaimana dibedakan dari halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra yang
nyata, sementara halusinasi tidak didasarkan pada citra atau sensasi yang
nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenik selama fase aktif, namun
dapat pula terjadi dalam fase prodromal dan selama periode remisi.
Isi pikir dan kecenderungan mental
o Proses pikir (bentuk pemikiran)
Pasien dapat memiliki ide yang sangat banyak atau justru miskin ide.
Dapat terjadi proses pikir yang cepat, yang bila berlangsung sangat
ekstrim, disebut flight of ideas. Seorang pasien juga dapat
menunjukkan cara berpikir yang lambat atau tertahan. Gangguan
10
kontinuitas pikir meliputi pernyataan yang bersifat tangensial,
sirkumstansial, meracau, suka mengelak, atau perseveratif.
Bloking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran sebelum suatu ide
selesai diungkapkan. Sirkumstansial mengisyaratkan hilangnya
kemampuan berpikir yang mengarah ke tujuan dalam mengemukakan
suatu ide, pasien menyertakan banyak detail yang tidak relevan dan
komentar tambahan namun pada akhirnya mampu ke ide semula.
Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang
merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian ia mengikuti
pikiran tangensial yang dirangsang oleh berbagai stimulus eksternal
atau internal yang tidak relevan dan tidak pernah kembali ke ide
semula. Gangguan proses pikir dapat tercermin dari word salad
(hubungan antarpemikiran yang tidak dapat dipahami atau inkoheren),
clang association (asosiasi berdasarkan rima), punning (asosiasi
berdasarkan makna ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang
diciptakan oleh pasien melalui kombinasi atau pemadatan kata-kata
lain).
o Isi pikir
Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi, obsesi, kompulsi,
fobia, rencana, niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau
pembunuhan, gejala hipokondriakal, dan kecenderungan antisosial
tertentu.
Sensorium dan kognisi
Pemeriksaan ini berusaha mengkaji fungsi organik otak dan inteligensi
pasien, kemampuan berpikir abstrak, serta derajat tilikan dan daya nilai.
o Kesadaran
Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan
organik pada otak.
o Orientasi dan memori
Ganggaun orientasi biasanya dibagi berdasarkan waktu, tempat, dan
orang.
o Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien terganggu karena berbagai allasan. Gangguan
kognitif, ansietas, depresi, dan stimulus internal, seperti halusinasi
auditorik, semuanya dapat berperan menyebabkan gangguan
konsentrasi.
11
o Membaca dan menulis
o Kemampuan visuospasial
Pasien diminta untuk menyalin suatu gambar, misalnya bagian depan
jam dinding atau segilima bertumpuk.
o Pikiran abstrak
Kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien mungkin
memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide.
o Informasi dan inteligensi
Impulsivitas, Kekerasan, Bunuh diri, dan Pembunuhan
Pasien mungkin tidak dapat mengendalikan impuls akibat suatu gangguan
kognitif atau psikotik atau merupakan hasil suatu defek karakter yang
kronik, seperti yang dijumpai pada gangguan kepribadian.
Perilaku kekerasan lazim dijumpai di antara pasien skizofrenik yang tidak
diobati. Waham yang bersifat kejar, episode kekerasan sebelumnya, dan
defisit neurologis merupakan faktor resiko perilaku kekerasan atau
impulsif.
Kurang lebih 50 persen pasien skizofrenik mencoba bunuh diri, dan 10
sampai 15 persen pasien skizofrenia meninggal akibat bunuh diri.
Mungkin faktor yang paling tidak diperhitungkan yang terlibat dalam
kasus bunuh diri pasien ini adalah depresi yang salah diagnosis sebagai
afek mendatar atau efek samping obat. Faktor pemicu lain untuk bunuh
diri mencakup perasaan kehampaan absolut, kebutuhan melarikan diri dari
penyiksaan mental, atau halusinasi auditorik yang memerintahkan pasien
mebunuh diri sendiri.
Saat seorang pasien skizofrenik benar-benar melakukan pembunuhan, hal
itu mungkin dilakukan dengan alasan yang aneh atau tak disangka-sangka
yang didasarkan pada halusinasi atau waham.
Daya nilai dan tilikan
Daya nilai : aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial.
Dapatkah pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam situasi
imajiner. Contohnya: apa yang akan pasien lakukan ketika ia mencium
asap dalam suasana gedung bioskop yang penuh sesak?
Tilikan: tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya.
Pasien dapat menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya atau
mungkin menunjukkan sedikit kesadaran kalau dirinya sakit namun
menyalahkan orang lain, faktor eksternal, atau bahkan faktor organik.
12
Mereka mungking menyadari dirinya sakit, namun menganggap hal
tersebut sebagai sesuatu yang asing atau misterius dalam dirinya.
Realiabilitas
Kesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan
kemampuan untuk melaporkan keadaanya secara akurat. Contohnya, bila
pasien terbuka mengenai penyalahgunaan obat tertentu secara aktif
mengenai keadaan yang menurut pasien dapat berpengaruh buruk
(mislnya, bermasalah dengan hukum), psikiater dapat memperkirakan
bahwa realiabilitas pasien adalah baik.2,3
3. Pemeriksaan tambahan
Tes psikologis: tes inteligensi, tes kepribadian, tes ketangkasan atau bakat,
dan tes neuropsikologis.
Tes inteligensi
Dapat ditentukan HI (hasil bagi inteligensi) atau IQ (Intelligence Quotient)
sebagai suatu cara numerik untuk menyatakan taraf inteligensi. Rumusnya
sebagai berikut:
Umur mental
HI= ------------------------- x 100
Umur kalender
Umur mental didapat dari tes inteligensi. Umur kalender diambil paling
tinggi 15 (biarpun sebenarnya lebih), karena tes inteligensi yang ada
sekarang sukar untuk mengukur perbedaan inteligensi di atas umur 15
tahun.
Tes kepribadian
Tes kepribadian lebih sukar dibuat, dipakai dan dinilai sehingga reliabilitas
dan validitas kurang dari tes inteligensi. Hal ini disebabkan antara lain
karena begitu banyaknya sifat kepribadian manusia dan sukarnya mencari
parameter atau indikatro yang tepat dan dapat diukur untuk suatu sifat
kepribadian tertentu. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku manusia
atau perannya dalam hubungan antar manusia, pribadinya dapat dibedakan
dari pribadi lain. Peran ini bukan saja perilaku yang nyata, tetapi juga
sikap internal, kecenderungan bertindak dan hambatan. Kepribadian dapat
13
dievaluasi dengan cara observasi, wawancara, atau melalui daftar
pertanyaan, tes melengkapi kalimat atau tes proyeksi.
Tes neuropsikologis
Tes neuropsikologis merupakan tes yang mempelajari hubungan antara
otak dan perilaku dengan menggunakan prosedur tes yang terstandarisasi
dan objektif. Tes ini menguji kemampuan kognitif. Tujuan tes
neuropsikologis adalah identifikasi, kuantifikasi, dan deskripsi perubahan
kognitif dan perilaku yang disebabkan oleh disfungsi otak. Dalam hal ini,
ranah (domain) yang dievaluasi adalah kemampuan berbahasa, memori,
penalaran dan pertimbangan intelektual, fungsi visual-motor, fungsi
sensori-perseptual, dan fungsi motorik.2,3
2.5.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sampai saat ini belum ada konsensus mengenai tes apa saja yang
digunakan sebagai penyaring, tetapi beberapa tes berikut patut untuk
dipertimbangkan:
Gambaran klinis
14
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan
mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama
(bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran
penyakit yang “ringan”. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau
mengisolasi diri, dan “aneh”. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat lebih jelas
oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak
berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh.
Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak
dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai keyakinan yang salah yang tidak
dapat dikoreksi. Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami
kemunduran serta afek mereka terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat
mempertahankan inteligensia yang mendekati normal, sebagian besar performa uji
kognitifnya buruk. Pasien dapat menderita anhedonia yaitu ketidakmampuan
merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami deteorisasi yaitu perburukan yang
terjadi secara berangsur-angsur.
Gangguan Pikiran
15
2. Pemasukan berlebihan: arus pikiran pasien secara terus-menerus
mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang
tidak relevan.
3. Neologisme: pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka
meungkin mengandung arti simbolik)
4. Terhambat: pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan
kalimat) dan disambung kembali beberapa saat kemudian, biasanya
dengan topik lain. Ini dapat menunjukkan bahwa ada interupsi.
5. Klang asosiasi: pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan
bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya.
6. Ekolalia: pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja
diucapkan oleh seseorang.
7. Konkritisasi: pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat
buruk kemampuan berpikir abstraknya.
8. Alogia: pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disengaja (miskin
pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat
sedikit ide yang disamapaikan (miskin isi pembicaraan).
- Gangguan isi pikir
1. Waham: suatu kepercayaan palsu yang menetap yang taksesuai dengan
fakta dan kepercayaan tersebut mungkin “aneh” atau bisa pula “tidak
aneh” tetapi sangat tidak mungkin dan tetap dipertahankam meskipun telah
diperlihaykan bukti-bukti yang jelas untuk mengkoreksinya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut skizofrenia
semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak sistematis:
a. Waham kejar
b. Waham kebesaran
c. Waham rujukan
d. Waham penyiaran pikiran
e. Waham penyisipan pikiran
2. Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu
pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhaap
pengobatan, meskipun gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh
orang lain.
Gangguan Persepsi
16
- Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa
juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi
pendengaran dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa-
peristiwa sekitar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk
ancaman atau perintah-perintah langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi
komando). Suara-suara sering diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal
dari luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-
pikiran mereka sendiri berbicara keras. Suara-suara cukup nyata menurut
pasien kecuali pada fase awal skizofrenia.
- Ilusi dan depersonalisasi
Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya
misinterpretasi panca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
perasaan asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing
terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.
Gangguan Perilaku
17
sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigrasi, kata atau
kalimat diulang-ulangi, hal ini sering juga terdapat pada gangguan otak orgnaik.
Manerisme adalah stereotipi tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam
bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya berjalan.
Gangguan Afek
2.7.DIAGNOSIS
18
Gejala negatif, yaitu: afek medatar, alogia, atau anhedonia). Hanya dibutuhkan
satu gejala kriteria A bila wahamnya bizare atau halusinasinya terdiri atas suara
yang terus-menerus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau
dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap. Kriteria B membutuhkan adanya
hendaya fungsi, meski tidak memburuk, yang tampak selama fase aktif penyakit.
Gejala harus berlangsung selama paling tidak 6 bulan dan diagnosis gangguan
skizoafektif atau gangguan mood harus disingkirkan. Setidaknya salah satu hal ini
harus ada:
4. Waham persisten jenis lain yang secara budaya tidak sesuai dan sangat tidak
masuk akal.
Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya dua hal berikut ada:
1. Halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila terjadi setiap hari selama
sekurangnya 1 bulan, atau bila disertai waham
4. Gejala negatif, seperti apatis yang nyata, miskin isi pembicaraan, dan respons
emosional tumpul serta ganjil (harus ditegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan
depresi atau pengobatan antipsikotik).
a. Tipe paranoid
19
Skizofrenia tipe ini ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau lebih
waham atau halusinasi auditorik yang sering serta tidak adanya perilaku
spesifik yang sugestif untuk tipe hebrefrenik atau katatonik. Secara klasik,
skizofrenia tipe paranoid terutama ditandai dengan adanya waham kejar atau
kebesaran. Pasien skizofrenia paranoid biasanya mengalami episode pertama
penyakit pada usia yang lebih tua dibanding pasien skizofrenia hebefrenik
dan katatonik. Pasien yang skizofrenianya terjadi pada akhir usia 20-an atau
30-an biasanya telah memiliki kehidupan sosial yang mapan yang dapat
membantu mengatasi penyakitnya, dan sumber ego pasien paranoid
cenderung lebih besar dibanding pasien skizofrenia hebefrenik atau katatonik.
Pasien skizofrenia paranoid menunjukkna regresi kemampuan mental,
respons emosional, dan perilaku yang lebih ringan dibandingkan pasien
skizofrenia tipe lain. Pasien skizofrenia paranoid biasanya tegang, mudah
curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan terkadang bersikap bermusuhan atau
agresif, namun mereka kadang-kadang dapat mengendalikan diri mereka
secara adekuat pada situasi sosial. Inteligensi mereka dalam area yang tidak
dipengaruhi psikosisnya cenderung tetap utuh.
b. Tipe disorganized
Skizofrenia tipe disorganized (sebelumnya disebut hebefrenik) ditandai
dengan regresi nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau serta
dengan tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe katatonik. Onset
subtipe ini biasanya dini, sebelum usia 25 tahun. Pasien hebefrenik biasanya
aktif namun dalam sikap yang nonkonstruktif dan tak bertujuan. Gangguan
pikir menonjol dan kontal dengan realitas buruk. Penampilan pribadi dan
perilaku sosial berantakan, respons emosional mereka tidak sesuai dan tawa
mereka sering meledak tanpa alasan jelas. Seringai atau meringis yang tak
pantas lazim dijumpai pada pasien inim yang perilakunya paling baik
dideskripsikan sebagai konyol atau tolol.
c. Tipe katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia:
- Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap
lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung
di sekitarnya.
20
- Negativsme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau
usaha-usaha untuk menggerakkan fisiknya.
- Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rigid.
- Postur katatonik yaitu pasein mempertahankan posisi yang tak biasa atau
aneh.
- Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin
dapat mengancam jiwanya (misalnya, karena kelelahan).
d. Tipe tak terinci
Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang
menonjol (misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi kriteria
skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid, katatonik,
hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia.
e. Tipe residual
Pasien dalam keadaan remmsi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan
gejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak serasi,
perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis).
f. Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks adalah sulatu diagnosis yang sulit dibuat secara
meyakinka karena bergantung pada pemastian perkembangan yang
berlangsung perlahan, progresif dari gejala “negatif” yang khas dari
skizofrenia residual tanpa adanya riwayat halusinasi, waham atau manifestasi
lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya, dan disertai degan
perubahan-perubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan, dan
penarikan diri secara sosial.1,3
2.8.PATOFISIOLOGI
Neurobiologi
21
disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologi primer di tempat lain.
Pencitraan otak manusia hidup dan pemeriksaan neuropatologi jaringan otak
postmortem menyatakan sistem limbik sebagai lokasi potensial proses patologi
primer pada setidaknya beberapa, bahkan mungkin sebagian besar, pasien
skizofrenia.
Dua are yang menjadi subjek penelitian aktif adalh waktu ketika suatu lesi
neuropatologi terlihat di otak serta interaksi lesi tersebut dengan stresor sosial dan
lingkungan. Dasar penampakan abnormalitas otak mungkin terletak pada
pembentukan abnormal atau pada degenerasi neuron setelah pembentukan.
Namun, fakta bahwa kembar monozigotik memiliki angka kejadian bersama
sebesar 50% menyiratkan adanya interaksi yang masih sangat sedikit diketahui
antara lingkungan dan timbulnya skizofrenia. Di lainppihak, faktor yang mengatur
ekspresi gen baru mulai dipahami. Meski kembar monozigotik mempunyai
informasi genetik yang sama, regulasi gen yang berbeda sepanjang hidup
mungkin menyebabkan salah satu kembar monozigotik mengalami skizofrenia,
sementara kembarannya tidak.
22
thalamo-kortikal yang terganggu. Penurunan aktivitas dalam korteks prefrontal pada
pasien skizofrenia sering diamati selama tugas aktivasi kognitif dan memori kerja.
Selama halusinasi pendengaran aktif, aktivasi abnormal thalamus, striatum, limbik, dan
daerah paralimbik telah terdeteksi. Pasien skizofrenia yang menampilkan kelainan pada
bagian prefrontal, thalamic, dan cerebellar, menunjukkan gangguan dalam sirkuit
pontine-cerebellar-thalamic-frontal.
Neurokimia
23
klinis berdasarkan hipotesis sering menghasilkan hasil variable atau bermacam-
macam.5
2.10.DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Kepribadian
Gangguan Waham
24
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Waham.3
A. Waham tidak bizar ( melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata,
seperti merasa diikuti, diracuni, terinfeksi, dicintai dari jauh, atau dikhianati
pasangan atau kekasih, atau menderita suatu penyakit) sekurang-kurangnya 1
bulan.
B. Kriteria A skizofrenia tidak terpenuhi. Catatan: halusinasi taktil dan olfaktori
dapat terjadi gangguan waham jika sesuai dengan tema waham.
C. Berbeda dengan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak terganggu
secara nyata dan perilaku tidak secara jelas, aneh, atau bizar.
D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya
singkat dibandingkan durasi periode waham.
E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis suatu zat secara langsung (c/o:
penyalahgunaan, suatu obat) atau kondisi medis umum.
Jenis-jenis waham.3
Pada tipe waham ini ciri khas lebih dari satu tipe di atas
Waham campuran
tetapi tidak ada tema yang menonjol.
2.11.PENATALAKSANAAN
25
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.
Farmakoterapi
Antagonis Serotonin-Dopamin
26
menggantikan antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk
penanganan skizofrenia.
Nama Obat
Haloperidol Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara
(Haldol) pada anak dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara jelas
ditentukan, tetapi diseleksi oleh competively blocking
postsynaptic dopamine (D2) reseptor dalam sistem
mesolimbic dopaminergic; meningkatnya dopamine turnover
untuk efek tranquilizing. Dengan terapi subkronik,
depolarization dan D2 postsynaptic dapat memblokir aksi
antipsikotik.
27
(Clozaril) nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin, dan reaksi
arousal menghambat efek signifikan. Tepatnya antiserotonin.
Resiko terbatasnya penggunaan agranulositosis pada pasien
nonresponsive atau agen neuroleptik klasik tidak bertoleransi.
Risperidone Tab. 1 – 2 – 3
2 – 6 mg/hari
(Risperdal) mg
Olanzapine
Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari
(Zyprexa)
200 mg
Aripiprazole
Tab. 10 – 15 mg 10 – 15 mg/hari
(Abilify)
28
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa:
Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang
sampai membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan pasien.
Interaksi Obat
29
Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan
serangan kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebih
besar. Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah antipsikosis
Haloperidol.
Antipsikosis + antasida = efektivitas obat antipsikosis menurn disebabkan
gangguan absorpsi.
Terapi Psikososial
- Terapi kelompok
Terapi kelompok untuk oragn dengan skizofrenia umumnya berfokus
pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
dapat berorientasi perilaku, psikodinamis atau berorientasi tilikan, atau
suportif.
- Psikoterapi individual
30
Pada psikoterapi pada pasien skizofrenia, amat penting untuk
membangun hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman. Reliabilitas
terapis, jarak emosional antaraterapis dengan pasien, serta ketulusan terapis
sebagaimana yang diartikan oleh pasien, semuanya mempengaruhi
pengalaman terapeutik. Psikoterapi untuk pasien skizofrenia sebaiknya
dipertimbangkan untuk dilakukan dalamm jangka waktu dekade, dan
bukannya beberapa sesi, bulan, atau bahakan tahun. Beberapa klinisi dan
peneliti menekankan bahwa kemampuan pasien skizofrenia utnuk
membentuk aliansi terapeutik dengan terapis dapat meramalkan hasil akhir.
Pasien skizofrenia yang mampu membentuk aliansi terapeutik yang baik
cenderung bertahan dalam psikoterapi, terapi patuh pada pengobatan, serta
memiliki hasil akhir yang baik pada evaluasi tindak lanjut 2 tahun. Tipe
psikoterapi fleksibel yang disebut terapi personal merupakan bentuk
penanganan individual untuk pasien skizofrenia yang baru-baru ini terbentuk.
Tujuannya adalah meningkatkan penyesuaian personal dan sosial serta
mencegah terjadinya relaps. Terapi ini merupakan metode pilihan
menggunakan keterampilan sosial dan latihan relaksasi, psikoedukasi, refleksi
diri, kesadaran diri, serta eksplorasi kerentanan individu terhadap stress. 2,3
2.12.KOMPLIKASI
31
dari perokok memperpendek usia, karena adanya penyakit saluran pernapasan,
kanker, jantung, dan penyakit fisik lainnya.
2.13.PROGNOSIS
2.14.PENCEGAHAN
32
BAB III
DATA PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Tempat, tanggal lahir : 12 April 1994
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : JL. Handil Bakti, RT 06 RW 44 Banjarmasin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal Berobat : 27 Januari 2020
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis dan heteroanamnesis dengan pasien dan ayah
pasien pada tanggal 27 Januari 2020 pukul 11.45 WITA di Poliklinik Jiwa RS
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Saat datang, pasien nampak mengenakan baju
kaos berwarna hitam dengan dilapisi oleh jaket putih tebal, celana jeans ketat
berwarna biru, pasien menggunakan alas kaki berupa sandal, secara keseluruhan
pasien nampak terawat dan sesuai dengan usia pasien .Saat dilakukan anamnesis,
pasien tampak kooperatif kepada pemeriksa. Pasien sering senyum sendiri dan
ketawa kecil tanpa sebab. Saat ditanyakan alasan datang ke RS Moch. Ansari
Saleh, pasien menjawab bahwa pasien tidak tau kenapa dibawa ke rumah sakit,
pasien hanya menuruti kata ayahnya untuk pergi bersama ke rumah sakit karena
pasien sulit untuk tidur. Sulit tidur sudah dirasakan pasien selama 2 bulan terakhir.
33
Keluhannya muncul perlahan, semakin lama semakin bertambah berat. Saat
malam hari, pasien merasa gelisah dan membuat pasien tidak bisa tidur. Saat
alasannya. Gelisah bisa dirasakan sampai jam 2 dini hari sampai membuat pasien
sibuk mengelilingi kamar. Padahal sebelumnya pasien biasa tidur jam 10 malam
hari. Jika gelisah sudah menghilang, pasien akan mencoba tidur. Namun jika
sudah tertidur, pasien akan cepat terbangun kembali karena mendengar suara –
suara pada saat pasien sedaang tidur yang membuat pasien terbangun. Saat
ditanyakan jenis suara apa yang muncul, pasien mengatakan bahwa suara yang
muncul seperti ada orang yang memanggil untuk pergi bermain bersama, pasien
seringkali melihat kearah luar jendela untuk mencari sumber suara, dan pasien
mengaku melihat teman teman pasien memanggil untuk keluar. Saat ditanya
teman yang mana, pasien tidak bisa menyebutkan nama teman- teman yang
dimaksud pasien. Saat pagi hari, pasien seringkali melihat banyak orang
domino, pasien sering pergi keluar untuk menemui teman – temannya tersebut.
Pasien makan rutin tanpa disuruh 3 kali sehari. Pasien rajin menjaga kebersihan
gangguan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Pasien rajin beribadah shalat,
shalat jumat juga tidak pernah dilupakan pasien. Pasien tidak pernah tersesat saat
keluar dari rumahnya, selalu bisa kembali ke rumah setelah bermain dengaan
teman teman yang diakuinya tersebut. Pasien mengalami gangguan kesadaran dan
tidak didengar orang lain, melihat sosok manusia yang tidak dilihat orang lain.
34
Pasien tidak pernah memiliki pikiran unruk melukai diri ataupun mencoba bunuh
diri. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang. Pasien
memiliki riwayat kejang saat kecil dulu dan serangan terakhir pada saat pasien
berumur 6 tahun.
Heteroanamnesis (Anak Pasien)
Menurut ayah pasien, keluhan sulit tidur pasien sudah diraskan sejak 2
bulan yang lalu. Saat malam hari pasien sering gelisah dan mondar-mandir taanpa
tujuan didalam kamar pasien. Hal ini bisa terjadi sampai dini hari. Jika pasien
sudah bisa tertidur, pasien akan sering terbangun kembaali setelaah beberapa saat.
Saat terbngun dari tidur pasien juga akan gelisah seperti sebelum pasien tidur.
Pasien sering keluar pada malam hari, saaat ditanyakan alasannya kenapa, daan
mau kemana, pasien berkata bahwa ia telah dipanggil teman temanny untuk
bermaain kartu di depan rumah. Saati dicek, tidak ada seorang pun yang aada di
luar rumah. Anggota keluarga yang lain jugaa tidak melihat siapa siapa dan
mendengar suaaraa panggilan apapun. Pasien tidaak pernaah marah pada saat
ayah pasien melarang pasien untuk pergi keluar. Ayah pasien sudah sering
menegur pasien agar tidak keluar keluyuran di malam hari. Saat siang hari
keluhan tersebut juga muncul pada pasien, pasien sering pergi entaah kemaana
namun bisa pulang kembali ke rumah. Pasien juga sering melongo sendiri didalam
rumah, saat ditanya apa yang dilamunkan, pasien sering berkata bahwa ia hanya
melihat temaan temaannya bermain kartu. Pasien masih dapat melakukan sendiri
kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan, berpakaian, buang air besar dan kecil,
serta ibadah. Pasien memiliki riwayat kejang saat kecil dulu dan serangan terakhir
pada saat pasien berumur 6 tahun. Pasien telah berobat sebelumnya ke RSUD
35
Ulin Banjarmasin di poli jiwa, pasien diberi obat donepezil 5mg, haloperidol
Pasien memiliki riwayat kejang saat kecil dulu dan serangan terakhir pada
saat pasien berumur 6 tahun. Pasien baru kali ini mengalami keluhan seperti ini.
teman. Tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan dan dapat
Pasien hanya sekolah hingga kelas 2 SD dan tidak melanjutkan ke SMP karena
setelah sholat subuh dan magrib. Shaalat Jumat tidak pernah lewat.
6. Aktivitas sosial
Pasien adalah orang yang penyendiri dan tidak terlalu senang bergaul
dengan tetangga. Pasien biasanya hanya didalam rumah dan menonton TV.
E. Riwayat keluarga
36
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan sama seperti pasien.
Genogram
Keterangan : Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: Meninggal
ini tinggal di rumah orang tua pasien. Hubungan pasien dengan keluarga baik.
Pasien tidak bekerja dan untuk mengisi waktu luang pasien sering menonton TV.
sekitar.
G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya
tidak ada yang ingin diubah oleh pasien.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
37
Pasien dibawa oleh ayahnya menggunakan motor ke poliklinik jiwa RS
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Saat datang, pasien nampak mengenakan baju
kaos berwarna hitam dengan dilapisi oleh jaket putih tebal, celana jeans ketat
berwarna biru, pasien menggunakan alas kaki berupa sandal, secara keseluruhan
B. Keadaan Emosi
1. Mood : Euthym
2. Afek : Luas
C. Gangguan Persepsi
D. Pembicaraan : Spontan
E. Proses pikir
38
b. Jangka pendek : kurang
c. Jangka menengah : kurang
d. Jangka panjang : baik
4. Konsentrasi : baik
5. Perhatian : baik
6. Kemampuan membaca dan menulis : baik
7. Kemampuan visuospasial : baik
8. Pikiran abstrak : baik
9. Kapasitas intelegensia : baik
10. Bakat kreatif : baik
11. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
H. Daya Nilai
Respirasi : 19 kali/menit
Suhu : 36,7oC
SpO2 : 99%
berair (-/-), ptosis (-/-), pandangan kabur (-/-), pupil isokor (3 mm/3 mm).
39
Mulut: Perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-).
Toraks: suara napas vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung: S1>S2, tunggal, irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, BU (+), perkusi timpani, palpasi supel
Punggung: skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), nyeri ketok ginjal (-)
Ekstremitas: gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises(-),
panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-), kelemahan ekstrimitas superior
dextra.
2. Status Neurologis
Nervus I-XII : dalam batas normal
Rangsang meningeal : (-)
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : (-)
tidur.
2. Pasien sering gelisah sebelum tidur dan menyebabkan pasien tidak bisa tidur
sampai dini hari. Jika sudah tertidur, pasien sering terbangun tiba tiba karena
mendengar suara yang memanggil. Orang lain selain pasien tidak pernah
mengajaknya bermain, namun orang lain selain diri nya tidak pernah melihat
sosok tersebut.
4. Pasien masih dapat mengurus diri sendiri seperti mandi, makan, BAB dan
BAK sendiri.
5. Pasien pernah dibawa ke poli jiwa di RSUD Ulin Banjarmasin untuk
sedikit perubahan.
6. Fungsi kognitif pada pasien berkurang terutama pada daya ingat jangka
40
baik. Pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala, kejang, stroke atau
VI. PROGNOSIS
41
Psikofarmaka : Stesoli 1 mg
Arkin 1mg
Sammol tab
Psikoterapi :
meningkatkan orientasi.
dan pengalaman masa lalu, dengan orang lain atau sekelompok orang.
Terapi ini sering menggunakan alat bantu berupa video, gambar, arsip,
Edukasi :
tingkat pemahaman.
bingung.
menetap.
42
d. Perhatikan kesehatan tidur pasien, yaitu dengan meningkatkan aktivitas
43
BAB IV
PEMBAHASAN
disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi
pembicaraan logoklonia, dan bila sudah berat, maka penderita tidak dapat
dimengerti lagi. Pada beberapa kasus ada yang menjadi gelisah dan hiperaktif.
Pada fase ini ia sudah sangat dement dan tidak dapat diadakan kontak dengannya
naik-turun. Pada pasien, gejala yang muncul adalah gangguan ingatan, terutama
gangguan ingatan jangka pendek, gangguan emosi yang labil, pasien menjadi
serta anak-anak pasien, karena pasien masih dapat dimengerti ketika bicara
dengan orang sekitarnya, pada pasien didapatkan terkadang gelisah jika pasien
tidak bisa mengingat dimana meletakan barang yang pasien perlukan misalnya
sekurangnya beberapa kasus. Pada kasus ini, setelah dilakukan anamnesis tidak
44
didapatkan riwayat keluarga pasien yang menderita keluhan lupa-lupa yang serupa
dengan pasien.10
Demensia tipe Alzheimer (DTA) mencapai hampir 50% dari semua tipe
demensia (5%-10% orang berusia diatas 65 tahun, 50% diatas 85 tahun). DTA
dapat dimulai pada usia lima puluhan (awitan dini, familial, bentuk pra-senil,
sekitar 2% dari seluruh kasus) atau dapat pula dimulai pada usia 60 tahunan
sampai kematian dalam waktu 6-10 tahun. Pada pasien didapatkan umur pasien
adalah 66 tahun, dan onset terjadinya adalah kira-kira 5 tahun yang lalu.11
ambisi, afek yang labil dan dangkal, agitasi, sejumlah keluhan somatik, gejala
pikiran. Demensia dini sering mencetuskan kondisi depresi. Demensia dini dapat
kognitifnya. Pada pasien didapatkan perubahan kepribadian dan emosi yang mana
pasien menjadi lebih temperamen, dan sering marah-marah dan bisa sampai
berteriak-teriak jika keluhan lupa tersebut muncul, dan pasien tidak bisa
dengan baik.11
Biasanya yang menurun adalah daya ingat segera dan daya ingat peristiwa
daya ingat recall juga menurun (temporal medial dan regio diensephalik juga
45
terlibat). Wawancara terhadap keluarga harus selalu dilakukan – karena umumnya
daya ingat, dll) yang biasanya tidak disadari oleh individu itu sendiri. Berbeda
kesadaran pasien baik (alert). Pada pasien, kesadaran pasien baik, dan pasien
kesadarannya juga jernih. Keluhan lupa pasien, lebih dominan kepada ingatan
kompor sehingga masakan hangus dan hampir kebakaran, dan ingatan jangka
pendek lainnya. Untuk ingatan jangka panjang pasien masih sangat baik, pasien
masih bisa mengingat nama anak-anak serta cucu-cucu pasien. Pasien juga masih
ingat pasien telah menderita darah tinggi dan penyakit gula darah sejak 28 tahun
menyebabkan demensia. Pada pasien ini, keluhan penyerta pasien yaitu riwayat
diabetes melitus dan hipertensi yang diderita pasien sejak 28 tahun yang lalu.
Untuk riwayat penyakit jantung, paru, dan infeksi disangkal pasien. Pada
pemeriksaan neurologis kekuatan motorik dan sensorik pasien juga masih baik,
dan tidak ditemukan defisit neurologis, serta riwayat penyakit yang berhubungan
46
Panduan Diagnosis.12
sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Pada pasien, keluarga tidak tau
menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak
atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia. Pada pasien tidak
sebelumnya.
Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologik
lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari
sebelumnya.
Diagnosis akhir penyakit Alzheimer didasarkan pada pemeriksaan
47
Pemberian asetilkolin esterase inhibitor yaitu :
o Donepezil (Aricept 5-10 mg, 1xsehari, malam hari)
o Rivastigmine (Exelon 6-12 mg, 2xsehari)
o Galantamine (Reminyl 8-16 mg, 2xsehari)
Terapi Simtomatik
Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi : Haloperidol 0,5 mg per oral
minggu.
Ansietas non psikotik, agitasi : Diazepam 2 mg peroral 2xsehari,
rendah.
Depresi : pertimbangan SSRI dan anti depresan baru lainnya dahulu;
400mg 1x1 tablet perhari (1-0-0), serta peroral neuroprotector Citicoline 500mg
1x1 tablet perhari (0-1-0), serta pasien diminta untuk psikoterapi orientasi realitas,
serta psikoterapi Reminiscence dirumah pasien yang dibantu oleh keluarga dan
kerabat dekat pasien, serta mendapatkan edukasi untuk mengubah pola kebiasaan
hidup pasien, misalnya membuat wadah khusus yang mudah terlihat untuk
meletakkan barang seperti kunci atau dompet pasien dirumah, juga untuk
yang lain.
48
BAB V
PENUTUP
pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat.
dengan usia lanjut. Salah satu tipe demensia adalah demensia pada penyakit
Alzheimer.
daya ingat jangka pendek sejak 3 bulan SMRS, diduga karena faktor usia, yaitu
pasien merupakan pasien lanjut usia (>65 tahun), selain itu juga karena masalah
keluarga yang tidak bisa digali lebih lanjut. Pasien juga memiliki riwayat penyakit
49
DAFTAR PUSTAKA
50