(OCD)
(F42)
Disusun Oleh:
1
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Pembimbing,
2
BAB I
PENDAHULUAN
Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang dan
menganggu. Berlawanan dengan obsesi yang merupakan peristiwa mental, kompulsi adalah
perilaku yang disadari, standar, dan berulang, seperti menghitung, memeriksa, mencuci
tangan dan menghindar. Pasien dengan OCD menyadari ketidak rasionalan obsesi dan
merasakan obsesi serta kompulsi sebagai ego-distonik
Meskipun banyak pengobatan dan perawatan yang efektif terhadap OCD, tetapi
hanya sebagian yang menderita OCD mendapat pengobatan dan tindakan pendekatan
psikoterapi. prevalensi seumur hidup OCD pada populasi umum di perkirakan 2-3
persen.sejumlaj peneliti mempekirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10
persen pasien rawat jalan di klinik psikiatri.gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis
ke empat terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. Studi
epidemiologis di eropa, asia, san afrika telah mengonfirmasi angka ini melintasi batasan
budaya.
Di antara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama sama cendrung terkena, tetapi
di antara remaja, laki laki lebih lazim terkena dari pada perempuan. Usia awitan sekitar 20
tahun walaupun laki-laki memiliki usia awitan lebih awal di bandingkan perempuan yaitu 19
tahun dari pada perempuan rarata awitan 22 tahun. Secara keseluruhan ,gejala pada sekitar
dua pertiga orang terkena memiliki awitan sebelum usia 25 tahun dan gejala kurang dari 15
persen memiliki awitan setelah umur 35 tahun.awitan gangguan dapat terjadi pada remaja
atau anak anak pada sejumlah kasus,awitan sedini usia 2 tahun.orang lajang lebih muda
terkena dibandingkan yang sudah menikah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Menurut DSM-IV Gangguan Obsessive Compulsif Disorder,OCD).adalah gejala
obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat hingga menimbulkan penderitaan
yang jelas pada orang yang mengalaminya.obsesi atau kompulsi memakan waktu dan
cukup menggangu fungsi rutin normal, pekerjaan, aktivitas sosial biasa, atau
hubungan seseorang pasien OCD dapat memiliki obsesi atau kompulsi bahkan
keduanya.
B. Epidemiologi
Meskipun banyak pengobatan dan perawatan yang efektif terhadap OCD, tetapi hanya
sebagian yang menderita OCD mendapat pengobatan dan tindakan pendekatan psikoterapi.
prevalensi seumur hidup OCD pada populasi umum di perkirakan 2-3 persen.sejumlaj
peneliti mempekirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien
rawat jalan di klinik psikiatri.gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis ke empat
terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. Studi
epidemiologis di eropa, asia, san afrika telah mengonfirmasi angka ini melintasi batasan
budaya.
Di antara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama sama cendrung terkena, tetapi di
antara remaja, laki laki lebih lazim terkena dari pada perempuan. Usia awitan sekitar 20
tahun walaupun laki-laki memiliki usia awitan lebih awal di bandingkan perempuan yaitu 19
tahun dari pada perempuan rarata awitan 22 tahun. Secara keseluruhan ,gejala pada sekitar
dua pertiga orang terkena memiliki awitan sebelum usia 25 tahun dan gejala kurang dari 15
persen memiliki awitan setelah umur 35 tahun.awitan gangguan dapat terjadi pada remaja
atau anak anak pada sejumlah kasus,awitan sedini usia 2 tahun.orang lajang lebih muda
terkena dibandingkan yang sudah menikah.
C. Etiologi
1. Faktor Biologis
Neurotransmiter
4
A.Sistem Serotonergik.
Banyak percobaan obat klinis yang telah dilakukan menyongkong hipotesis
bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala obsesi dan
kumpulsi pada gangguan ini.data menunjukan bahwa obat serotonergik lebih
efektif dari pada obata yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lain tetapi
tidak jelas apakah serotonin terlibat sebagai penyebab OCD.studi klinis
memeriksa kadar metabolit serotonin.(contohnya asam 5-hidroksiindolasetat
{5-HIAA} di dalam caiaran serebrospinal (CSS) serta afinitas dan jumlah
tempat ikatan trombosit pada imipramin yang telah dititriasi (yang berikatan
dengana tempat ambilan kembali serotonin) dan melaporkan berbagai temuan
dari hal ini pada pasien OCD.pada satu studi, konsentrasi 5-HIAA pada cairan
serembrospinal menurun setelah terapi dengan clompiramine, sehingga
memberikan fokus perhatian pada sistem serotonergik.
B.Neouroimunologi
Terdapat hubungan positif antara infeksi streprokokus dengan OCD.dapat
menyebabkan demam Reumatik dan sekitar 10 hingga 30 persen mengalami
chorea Sydenham dan menunjukkan gejala obsesif kompulsif.awitan infeksi
biasanya terjadi pada usia sekitae 8 tahun untuk menimbulkan gejala sisa
itu.kwaddan ini disebut Pediatric autonimune neuropsychiatric disorder
associated with streptococcal infection (PANDAS).
2. Faktor Perilaku
menurut ahli Teori pembelajaran.obsesi adalah stimulus yang di
pelajari.stimulus yang relatif netral menjadi dikaitkan dengan rasa takut atau
ansietas melalui suatu proses pembelajaran responden yaitu memasangkan
stimulus netral dengan peristiwa yang berbahaya sifatnya atau menimbulkan
ansietas.dengan demikian objek dan pikiran yang tadinya netral menjadi
stimulus dipelajari yang mampu mencetuskan ansietas atau ketidaknyamanan.
5
Kompulsi di bentuk dengan cara berbeda.ketika seseorang menemukan
bahwa suatu tindakan tertentu mengurangi anietas yang melekat dengan pikiran
obsesional, ia akan mengembangkan strategi penghindaran aktif dalam bentuk
kompulsi atau perilaku ritualistik untuk mengendalikan ansietasnya.secara
bertahap, karena efisensinya dalam mengurangi dorongan sekunder yang
menyakitkan (ansietas), strategi penghindaran menjadi terfiksasi seperti pola
perilaku kompulsif yang dipelajari. Teori pembelajaran memberikan konsep
yang berguna untuk menjelaskan aspek tertentu fenomena obsesif kompulsif
contohnya gagasan yang mampu mencetuskan ansietas tidak harus menakutkan
dengan sendirinya dan pembentukan pola perilak kompulsif.
3. Faktor Psikososial
Faktor Keperibadian.
OCD berbeda dengan gangguan keperibadian obsesif kompulsif. Sebagian
besar oranga dengan OCD tidak memiliki gejala kompulsif pramborbid dan ciri
keperibadian seperti itu tidak perlu atau tidak cukup untuk menimbulkan OCD.
Hanya sekitar 15 sampai 35 persen pasien OCD memiliki ciri obsesional
pramorbid.
Faktor psikodinamik.
Sigmund freud asalanya mengonsepkan keadaan yang sekarang kita sebut OCD
sebagai meurosis obsesif kumpulsif.ia menganggap terdapat kemunduran defensif
dalam menghadapi dorongan oedipus yang mencetuskan ansietas.ian mengendalikan
bahwa pasien dengan neurosis obsesif kompulsif mengalami regresi perkembangan
psikososial ke fase anal.
Walaupun terapi psikoanalitik tidak akan mengubah obsesi atau kompulsi yang
berkaitan dengan penyakit secara langsung tilikan psikodinamik dapat memberikan
banyak bantuan dalam memahami masalah dengan kepatuhan terapi, kesulitan
interpersonal. Dan masalah keperibadian yang menyertai gangguan aksis 1.
Meskipun gejala Ocd dapat didorong secara biologis, pasien dapat menjadi tertarik
untuk mempertahankan sistematologi karena adanya keuntungan sekunder,
6
contohnya pasien laki laki sadar dapat ingin bertahan pada gejala OCD karena gejala
berarti ibunya tetap meperhatikanya.
D. Diagnostik
Obsesis Compulsif Disorders (OCD)
Sebagai bagain karakteristik diagnostik OCD DSM IV-TR memungkinkan
klinis merinci apkah pasien mengalami OCD tipe tilikan yang buruk, jika
mereka umumnya tidak menyadari abosesi dan kompulsifnya berelibhan
7
B. Pada suatu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari bahwa
obsesi atau kompulsi mereka berlebihan atau tidak beralasan.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan distres nyata, memakan waktu lebih dari
1 jam perhari atau menganggu rutinitasa normal, fungsi pekerjaan, atau
akademik, atau aktivitas maupun hubungan sosial secara signifikan.
D. Jika terdapat gangguan aksis 1 lain, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas
pada hal tersebut, contohnya preokupasi terhadap makanan dengan adanaya
gangguan makan, manarik-narik tambut dengan adanya trikotilomania peduli
dengan penampilan dengan adanya gangguan depresi bera
E. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
contohnya(penyalagunaan obat/zat, atau pengobatan) atau kondisi medis
umum.
E. Pemeriksaan Status mental
Pada pemeriksaan status mental, pasien dengan OCD juga dapat menunjukkan
gejala gangguan depresif. Gejala seperti itu terdapat pada sekitar 50 persen pasien.
Sejuumlah pasien OCD memiliki ciri khas yang mengesankan gangguan
keperibadian obsesi kompulsi tetapi sebagain besar tidak.pasien dengan OCD dari
rata rata. Pasien yang menikah memilkik jumlah perpecahan perkawinan yang
lebih besar dari biasa.
F. Diagnosis Banding
Keadaan Medis
Persyaratan Diagnostik DSM IV-TR pada distres pribadi dan gangguan fungsional
membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau
biasa. Gangguan neurologis utama untuk dipertimbangkan dalam diagnosis bading
adalah gangguan tourette, gangguan TIC lainya, epilepsi lobus temporalis, dan
kadang kadang trauma serta komplikasi pasca ensefasilitis.
Gangguan tourette
8
Gejala khas gangguan tourette, adalah tik motorik dan vokal yang sering terjadi
bahkan setiap hari. Gangguan tourette dan OCD memiiki awitan dan gejala yang
serupa.,sekitar 90 persen orang dengan gangguan teurette memiliki gejala
kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.
9
Sekiar 20 hingga 30 persen pasien mengalami perbaikan gejala yang signifikan dan
40 hingga 50 persen mengalmi perbaikan sedang.sisa 20 sampai 40 persen tetap
sakit atau pemburukan gejala.
Sekitar sepertingga hingga separuh pasien dengan OCD memiliki gangguan
depresif berat dan bnuh diri merupakan resiko untuk semua pasein dengan OCD.
Prognosis buruk ditunjukkan masa kanak,kompulsi yang aneh, kebutuhan akan
perawatan di rumah sakit ,gangguan depresif berat juga timbul bersamaan,
keyakinan waham, adanya penilaian berlebihan terhadap gagasan keperibadian
terutama gangguan, keperibadian skizotipal. Prognosis yang baik ditunjukan
dengan adanya peristiwa yang mencetus dan sifat episodik gejala.isi obsesional
tampaknya tidak berikatan dengan prognosis
F. Terapi
Dengan menigkatnya bukti bahwa OCD dalam porsi besar ditentukan oleh
faktor biologis, teori psikoanalitik klasik tidak setuju lebih lagi, karena kebayakan
gejala OCD tampak refrakter terhadap psikoterapi psikodinamik dan psikonalisasi,
terapi farmakologis dan perilaku menjadi lazim. Namun faktor psikodinamik, dapat
cukup menguntungkan dalam memahami hal uamg menginduksi perburukan
gangguan dan dalam meneterapi berbagai bentuk resisten terhadap terapi, seperti
ketidak patuhan pengobatan.
Banyak pasien dengan OCD bertahan menolak upaya terapi. Mereka menolak
meminum obat dan menolak menjalankan tugas rumah serta aktivitas lain yang
disarankan ahli terapi perilaku.gejala obsesi kompulsif itu sendiri, walupun meiliki
dasara biolgois, dapat memiliki arti psikologis penting yang membuat pasein
enggan mennghentikanya, panggilan psikodinamik resistensi pasine terhadap teori
dapat meningkatkan kepatuhanya.
10
Studi terkontrol baik menemukan bahwa farmakoterapi terapi perilaku atau
kombinasi keduanya sama efektif dalam mengurangi gejala pasien OCD secara
signifikan. Keputusan mengenai terapi yang akan digunakan didasarkan pada
penilian dan pengalaman klinis serta pada penerimaan pasien terhadap berbagi
modalitas
G. Farmakologi
Efektivitas farmakotarapi terhadap OCD terbukti Melalui Banyaknya percobaan
klinis dan diperkuat dengan pengamatan bahwa studi tersbut menemukan angka
respon plasebo sekitar 5 persen.persantase ini rendah dibandingkan 30 hingga 40
persen angka resons plasebo yang terlihat pada studi obat antidepresan dan
ansiolitik.
Semua obat obatan yang digunakan dalam terapi gangguan depresif atau gangguan
kejiwaan, dapat digunakan dengan kisarahn dosis yang biasa. Efek awal umumnya
terlihat setelah 4 sampai 6 minggu terapi walaupun 8 hingga 16 minggu biasanya
diperlukan untuk memperoleh keuntungan terapeutik maksimal.terapi dengan obat
antidepresan masih kontroversial dan seuatu proporsi signifikan pasien dengan
OCD yang memberikan respon terhadap obat anti depresan cendrung kambuh jika
terapi obat dihentikan.
Pendekatan standarnya adalah mumeulai dengan SRRI atau
Clompramine(anafranil) dan kemudain berpindahan ke strategi farmakologis lain
jika obat spesifik serotonin tidak efektif.obat serotenergik meningkatkan respon
terhadap terapi hingga kisaran 50 sampai 70 persen.
11
clompiramine(Anafranil). Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI
dikombinasikan dengan terapi perilaku.
2. Clompramine
Dari semua obat trisiklik dan tetrasiklik clompramin adalah obat paling selektif
untuk ambilan kembali seratonin versus ambilan kembali neropinefrin. Dan dalam
hal ini, hanya di lebihi oleh SRRI.petensi ambilan kembali serotonin oleh
clomipramine dilampaui hanya olelh setralin dan paroksetin. Terapi OCD.
Penggunaannya dosisny harus dititrasi meningkat gastrointestinal dan hipotensi
ortostatik serta, seperti obat trisiklik lainya, obat ini menimbulkan sedasi dan efek
antikolinergik yang bermakna, termasuk mulut kering dan konstipasi. Seperti
SRRI, hasil terbaik berasal dari kombinasi obat dengan terapi perilaku.
3. Obat lain
Jika terapi dengan clomipramin atau SRRI tidak berhasil, banyak terapis dengan
memperkuat obat pertama dengan penambahan Volproat (depakene), Litium,
(Eskalith) atau karbomazapine, (Tegretol) obat lain yang didapat dicoba di dalam
terapi OCD adalah Venlafaksin (Effexor), pindolol(visken) dan MAOI, pasien
yang tidak responsif mencangkup buspiron (buspar) 5-hidroksitriptamin(5-HT) L-
triptofan, dan klonazepam(klonopin). Agen antispikotik dapat membantuk ketika
juga terdapat gangguan TIC atau sindrom Tourette.
12
4. Terapi perilaku.
Walaupun baru sedikit perbandingan satu persatu yang telah dilakukan.terapi
perilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada OCD, dan sejumlah data
menunjukan bahwa efek mengguntungkan bertahan lama dengan adanya terapi
perilaku.dengan demikian, banyak lebih klinis mempertimbangkan terapi perilaku
sebagai terapi pilihan OCD. Terapi perilaku dapat dilakukan di lingkungan rawat
inap dan rawat jalan. Pendekatan perilaku yang penting di dalam OCD adalah
pajanan dan pencegahan respons. Desintisasi, penghentian pikiran, pembanjiran,
terapi impolsi, dan aversive conditioning juga telah digunakan pada pasien OCD di
dalam terapi perilaku.pasien harus benar-benar berkomitmen terhadap perbaikan.
13
2. Kriteria DSM-IV-TR Episode Gangguan Obsesif Kompulsif
a. Adananya obsesi dan kompulsif atau keduanya
b. . pikiran, dorongan, atau gambaran yang berulang dan terus-menerus yang
dialami pada suatu waktu selama gangguan, sebagai gangguan yang tidak
diinginkan, dan sebagian besar individu menyebabkan kecemasan atau
kesusahan yang nyata
c. Pada kompulsif perilaku berulang (mencuci tangan, memesan,
memeriksa) atau tindakan mental (berdoa, menghitung, mengulangi kata
secara diam-diam) yang dirasa terdorong oleh individu untuk
melakukannya. sebagai respons atas suatu serangan atau aturan yang
harus diterapkan secara kaku perilaku atau tindakan mental ditujukan
untuk mencegah atau mengurangi kecemasan , kesusahan dan mencegah
beberapa peristiwa atau situasi yang ditakuti. namun, perilaku atau
tindakan mental ini tidak terhubung secara realistis dengan apa yang
dirancang untuk menetralkan mencegah secara berlebihan
d. obsesi atau kompulsi memakan waktu (memakan waktu lebih dari 1 jam
per hari) atau menyebabkan tekanan atau gangguan yang signifikan secara
klinis dalam bidang fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
14
3. Body Disformik Disorder
A. keasyikan dengan satu atau lebih kecatatan atau kekurangan yang
dirasakan penampilan fisik yang tidak dapat diamati bahwakn kecil bagi
orang lain.
B. Pada tilikan tertentu selama gangguan,individu telah melakukan perilaku
berulang contohnya( perawatan berulang,pencabutan kulit, atau pencarian
jaminan .Tindakan mental, misalnya membandingkan penampilan dengan
orang lain
C. Keasyikan menyebabkan kesusuhan yang signifikan secara klinis atau
gangguan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainya.
D. . Kehwatiran dengan lemak tubuh, berat badan pada individu yang
gejalanya bertemu kriteria diagnostik untuk gangguan makan
4. Trikotilomania
A. mencabut rambut secara berulang mengakibatkan rambut rontok
B. . berulang kali mencoba untuk mengurangi atau mengentikan pencabutan
C. pencabutan rambut menyebabkan gangguan yang signifikan secara klinis,
menganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan hal penting lainya
D. Pencabutan atau kerontokan rambut tidak disebabkan oleh pengobatan
kondisi medis lain, atau kondisi dermatologis
E. Mencabut rambut tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan
mental lain, seperti upaya memperbaiki cacat yang dirasakan atau
dysmorphic tubuh
15
C. Pengelupasan kulit menyebabkan gangguan yang signifikan secara klinis
dalam bidang fungsi sosial, pekerjaan, dan hal penting lainya
E. Pengelupasan kulit tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala lain gangguan
mental(mis delusi, atau halusinasi) upaya untuk memperbaiki cacat yang
dirasakan atau gangguan dysmorphic tubuh atau niat untuk menyakiti diri
sendiri
16
BAB III
KESIMPULAN
Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang dan
menganggu. Berlawanan dengan obsesi yang merupakan peristiwa mental, kompulsi
adalah perilaku yang disadari, standar, dan berulang, seperti menghitung, memeriksa,
mencuci tangan dan menghindar. Pasien dengan OCD menyadari ketidak rasionalan
obsesi dan merasakan obsesi serta kompulsi sebagai ego-distonik
Meskipun banyak pengobatan dan perawatan yang efektif terhadap OCD,
tetapi hanya sebagian yang menderita OCD mendapat pengobatan dan tindakan
pendekatan psikoterapi. prevalensi seumur hidup OCD pada populasi umum di
perkirakan 2-3 persen.sejumlaj peneliti mempekirakan bahwa gangguan ini
ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatri.gambaran
ini membuat OCD menjadi diagnosis ke empat terbanyak setelah fobia, gangguan
terkait zat, dan gangguan depresif berat. Studi epidemiologis di eropa, asia, san afrika
telah mengonfirmasi angka ini melintasi batasan budaya.
Di antara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama sama cendrung
terkena, tetapi di antara remaja, laki laki lebih lazim terkena dari pada perempuan.
Usia awitan sekitar 20 tahun walaupun laki-laki memiliki usia awitan lebih awal di
bandingkan perempuan yaitu 19 tahun dari pada perempuan rarata awitan 22 tahun.
Secara keseluruhan ,gejala pada sekitar dua pertiga orang terkena memiliki awitan
sebelum usia 25 tahun dan gejala kurang dari 15 persen memiliki awitan setelah
umur 35 tahun.awitan gangguan dapat terjadi pada remaja atau anak anak pada
sejumlah kasus,awitan sedini usia 2 tahun.orang lajang lebih muda terkena
dibandingkan yang sudah menikah.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock. 2017. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran; EGC. Jakarta
2. Maslim, Rusdi. 2013, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III dan DSM-5, Jakarta
3. Maslim, Rusdi. 2014, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication).
Cetakan 4. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
18