Anda di halaman 1dari 42

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSU Madani
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

REFERAT

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

DISUSUN OLEH:

PHILIP RAPAR
N 111 23 004

PEMBIMBING:

dr. Merry Tjandra, M.Kes., Sp. KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Philip Yoram Rapar


NIM : N 111 23 004
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Gangguan Obsesif Kompulsif
Bagian : Ilmu Kedokteran Jiwa

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


RSUD Madani Palu Fakultas
Kedokteran Universitas
Tadulako

Palu, 13 September 2023

Pembimbing Klinik Mahasiswa

dr. Merry Tjandra, M.Kes., Sp. KJ Philip Yoram Rapar

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gangguan kepribadian adalah salah satu bentuk gangguan psikis yang
berhubungan dengan bentuk perilaku, persepsi, pikiran maladaptif dan tidak fleksibel
yang menimbulkan hendaya fungsi dan distres subjektif yang signifikan. Salah satu
gangguan kepribadian adalah gangguan obsesif kompulsif. Obsesif adalah suatu pikiran
yang terus menerus secara patologis muncul dalam diri seseorang, sedangkan kompulsif
adalah tindakan yang didorong impuls yang berulang kali dilakukan. Gangguan obsesif
kompulsif adalah pikiran obsesional atau tindakan kompulsif yang berulang. Pikiran
obssesional adalah ide, bayangan atau impuls yang memasuki pikiran penderita secara
terus menerus dalam bentuk stereotip. Pikiran obsasional hampir selalu menyebabkan
penderita tidak mampu menahannya. Tindakan kompulsif tidak menyenangkan, apabila
tindakan kompulsif ditahan, kecemasan akan meningkat.1
Penderita gangguan obsesif kompulsif cenderung memiliki fiksasi dalam
menyelesaikan segala sesuatu atau tugas dengan sempurna dan benar, sehingga ia
memiliki tingkat kecemasan yang luar biasa dan berfikir sangat detail, memiliki pola
pervasif dengan dengan keteraturan dan perfeksionisme. Selanjutnya, Penderita merasa
tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol, berikut adalah
penyebab gangguan obsesif kompulsif yaitu : (a) genetik, (b) organik, (c) kepribadian, (d)
pengalaman masalalu.1
Obsesif kompulsif bisa dialami siapa saja, tanpa memandang status, jenis
kelamin, usia dan golongan ekonomi. Namun, Penderita obsesif kompulsif yang berstatus
mahasiswa biasanya lebih merasakan dampak ketidak nyamanan akan gangguan yang
sedang di alami olehnya, karena mahasiswa dengan gangguan obsesif kompulsif
memiliki kebutuhan yang tinggi akan kesempurnaan, tata tertib, dan kontrol. Kehidupan
penderita dikuasai oleh sifat yang teratur dan disiapkan dengan baik. Diagnosis gangguan
obsesif kompulsif didasarkan pada gambaran klinisnya. Tidak seperti pasien psikotik,
pasien

1
dengan Gangguan obsesif kompulsif biasanya menunjukkan wawasan dan menyadari
bahwa perilaku mereka tidak normal atau tidak logis.1
Dahulu OCD termasuk kedalam gangguan kecemasan (Anxiety Disorder), namun
sekarang dianggap menjadi suatu penyakit dengan kekhususan tersendiri. Gangguan
obsesif kompulsif atau OCD menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa setelah
fobia, gangguan penyalah gunaan zat dan gangguan depresi berat. Prevalansi dari
gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum adalah 2-3%. Pada sepertiga pasien
obsesif kompulsif adalah sekitar usia 20 tahun, pada pria sekitar 19 tahun dan pada
wanita sekitar 22 tahun.3
Sering kali di lingkungan sosial ada orang-orang yang digambarkan sebagai
penjudi kompulsif, pelahap makanan kompulsif, dan peminum komplusif. Banyak
individu yang dapat saja menuturkan memiliki dorongan yang tidak dapat ditahan untuk
berjudi, makan dan minum alkohol, namun perilaku semacam itu secara klinis tidak
dianggap sebagai suatu kompulsi karena sering kali dilakukan dengan perasaan senang.
Kompulsi yang sebenarnya sering dianggap oleh pelaku sebagai sesuatu yang tidak
berasal dari dirinya (ego distonik). Stern & Cobb pada tahun 1978 menemukan bahwa 78
persen dari sampel individu kompulsif memandang ritual mereka sebagai “cukup bodoh
atau aneh” walaupun mereka tidak mampu menghentikannya.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF


Kompulsif adalah perilaku stereotip, yang dilakukan sesuai dengan aturan
yang kaku dan dirancang untuk mengurangi atau menghindari konsekuensi yang
tidak menyenangkan. Gangguan Kompulsif Obsesif dan Gangguan Terkait
didefinisikan dengan adanya kompulsi. Namun, perilaku kompulsif juga
ditemukan pada banyak gangguan kejiwaan lainnya, terutama yang melibatkan
kontrol impuls yang kurang. DSM-5 yang baru dibuat, Gangguan Kompulsif
Obsesif dan Gangguan Terkait didefinisikan dengan adanya kompulsi. Sebagai
contoh, banyak perilaku yang terkait dengan gangguan makan, kecanduan zat,
dan "kecanduan perilaku", seperti perjudian patologis atau penggunaan internet
yang bermasalah, diteorikan bergeser dari waktu ke waktu dari impulsif yang
digerakkan oleh imbalan (cepat dan sembrono) ke aktivitas kompulsif.
Gangguan-gangguan ini memiliki pengalaman yang sama tentang "kurangnya
kontrol", yang dianggap berasal dari penghambatan disfungsional pikiran dan
perilaku yang secara alami cenderung berlebihan, misalnya, perawatan, makan,
membersihkan diri, berjudi, dan memeriksa. Sebagai gangguan umur yang
kurang dipahami, gangguan ini sulit diobati dan bertanggung jawab atas
gangguan kejiwaan (depresi, bunuh diri) dan morbiditas somatik yang cukup
besar serta merugikan individu dan masyarakat secara keseluruhan.2
Dahulu OCD termasuk kedalam gangguan kecemasan (Anxiety Disorder),
namun sekarang dianggap menjadi suatu penyakit dengan kekhususan tersendiri.
Gangguan obsesif kompulsif atau OCD menduduki peringkat keempat dari
gangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalah gunaan zat dan gangguan
depresi berat. Prevalansi dari gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum
adalah 2- 3%. Pada sepertiga pasien obsesif kompulsif adalah sekitar usia 20
tahun, pada pria sekitar 19 tahun dan pada wanita sekitar 22 tahun.3
Individu yang mengalami Obsessive Compulsive Disorder juga diketahui

3
sering menyembunyikan gejala mereka, rasa malu membuat individu yang

4
mengalami Obsessive Compulsive Disorder berusaha untuk menyembunyikan
gejala mereka sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosa dan pengobatan.
Banyaknya pasien yang mencoba menyembunyikan kondisi mereka, membuat
individu gagal mencari dan mendapat pengobatan yang tepat. Sebagai upaya
mencegah keterlambatan penanganan terhadap OCD diperlukan sebuah diagnosa
dini terhadap gangguan OCD dari ahli, sehingga lebih cepat mendapat
penanganan dan pengobatan.3
Obsesi itu sendiri bisa menjadi baik atau buruk, untuk diri sendiri juga
untuk orang lain. Efek obsesi secara personal atau diri sendiri. Hal ini tergantung
sejauh mana seseorang memberi waktu, materi, tenaga dan pikiran yang lebih
untuk suatu hal. Banyaknya usaha yang di keluarkan menjadi penentu apakah
obsesi ada dalam takaran yang baik, masih normal/biasa, atau malah buruk.
Banyak pakar berpendapat, sebagai makhluk hidup yang berbasis “mengejar
tujuan/goals”, manusia bisa memanfaatkan obsesi ini menjadi hal yang positif
dan menambah motivasi diri. Contohnya, obsesi terhadap karier, kesehatan,
kesejahteraan, dan sebagainya. yang menjadi masalah adalah ketika porsi hal-hal
tersebut mengisi pikiran secara berlebih dan mulai memengaruhi emosi, logika,
hingga akal sehat. Hal itu bisa menjadikan seseorang fanatik, dan kesulitan dalam
mengatur skala prioritas bahkan bisa memengaruhi kondisi fisik seperti sulit tidur
dan sering sakit kepala. Keuangan menjadi tidak stabil, dari sekadar membeli
barang untuk di koleksi, obsesi bisa mengubah seseorang menjadi boros, bahkan
hingga hoarding atau mengumpulkan barang berlebihan. 4
Adapun efek obsesi terhadap orang lain. Obsesi bisa memengaruhi dan
berdampak terhadap orang lain. Jika target obsesi adalah seorang individu, baik
artis idola atau orang yang dicintai. Pengaruh buruknya bisa berupa pelanggaran
privasi, stalking dan ketidaknyamanan antar individu atau bisa juga hubungan
sosial yang berubah karena orang terdekat makin menjauh karena terlalu fokus
terhadap sesuatu yang di obsesikan. tetapi efek positif obsesi juga bisa membantu
banyak pihak. Contohnya ialah obsesi para penggiat lingkungan hidup seputar

5
gaya hidup ramah lingkungan, atau Jeff Bezos sang pendiri Amazon.com yang
menularkan kultur customer obsession kepada karyawannya yang membuat
pelanggan puas. 4
Selain itu, gangguan mental yang dikenal sebagai OCD juga merupakan
salah satu contoh jenis obsesi. Gangguan obsesif kompulsif (OCD) adalah
gangguan mental di mana penderitanya tertekan karena pemikiran yang berulang
sehingga menyebabkan penderita tersebut melakukan suatu tindakan secara
berulang. Pada dasarnya penderita gangguan ini menyadari bahwa mereka
terkena gangguan OCD, tetapi mereka tidak bisa mengontrol dirinya untuk
berhenti melakukan tindakan tersebut. Misalnya, seorang penderita OCD akan
mencuci tangannya berulang kali karena dia berpikir belum mencuci tangannya
dengan bersih. 4
Obsesi memang tidak bisa dihilangkan dengan mudah tetapi terdapat
berbagai cara untuk mengendalikannya salah satu nya ialah dengan
menyingkirkan pemicunya, cobalah untuk menyingkirkan segala yang
berhubungan dengan rasa obsesi tersebut jika benar-benar ingin berhenti.
Pastikan juga untuk keluar dari komunitas atau non-aktif sementara waktu.
Pertimbangkan untuk menghentikan segala langganan akses yang berhubungan
dengan hal ini agar tidak mendapatkan informasi terkini. Memang hal ini
terbilang ekstrem, tetapi harus dilakukan jika benar-benar ingin memulai
kehidupan yang baru. 4

2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi OCD pada populasi umum berkisar antara 2-3 persen. Beberapa
penelitian memperkirakan gangguan ini dijumpai sekitar 10 persen pada pasien
rawat jalan di klinik psikiatri. Dikatakan bahwa OCD menjadi diagnosis psikiatri
keempat terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat dan gangguan depresif
berat.9
Pada orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena
OCD, tetapi pada remaja, laki-laki lebih dominan terkena daripada perempuan.

6
Usia rerata awitan sekitar 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki usia awitan
sedikit lebih awal (sekitar 19 tahun) daripada perempuan (rerata sekitae 22
tahun). Secara keseluruhan, sekitar dua pertiga memiliki awitan sebelum usia 25
tahun, dan kurang dari lima belas persen memiliki awitan setelah usia 35 tahun.10

2.3 ETIOLOGI
1. Faktor Biologi
 Sistem Serotogenik
Banyak percobaan obat klinis yang telah dilakukan menyokong
hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat di dalam pembentukan gejala
obsesi dan kompulsi pada gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat
serotonergik lebih efektif daripada obat yang memengaruhi system
neurotransmiter lain tetapi tidak jelas apakah serotonin terlibat sebagai
penyebab OCD. Studi klinis memeriksa kadar metabolit serotonin
(contohnya asam5S-hidroksiindolasetat (S-HIAA)) di dalam cairan
serebrospinal (CSS) serta afinitas dan jumlah tempat ikatan trombosit pada
imipramin yang telah dititriasi (yang berikatan dengan tempat ambilan
kembali serotonin) dan melaporkan berbagai temuan dari hal ini pada
pasien dengan OCD. Pada satu studi, konsentrasi 5-HIAA pada cairan
serebrospinal menurun setelah terapi dengan clomipramine, sehingga
memberikan fokus perhatian pada sistem serotonergik.9
 Genetik
Pembuktian terbaru menunjukkan faktor genetik adalah sebagai
transmisi untuk terjadinya OCD. Angka kejadian dengan kembar
monozigot lebih tinggi dibandingkan kembar dizigot. Penelitian pertama
genetik molekul juga telah melaporkan tentang OCD, dimana terdapat
hubungan area kromosom 2 dan 9 terdapat dalam silsilah keluarga dengan
OCD. Penelitian yang dilakukan pada OCD kasusnya meningkat pada
penderita

7
Tourette's Disorder dan chronic motor tics, diduga ada hubungan genetik
antara Tourette's Disorder, chronic motor tics dan OCD.9
 Neuroendokrin
Observasi yang dilakukan berulangkali terhadap onset dan simtom
OCD selama masa puber, kehamilan dan postpartum telah menimbulkan
beberapa asumsi bahwa hormon memegang peranan penting dalam
timbulnya keparahan dalam OCD. Pengobatan dengan menggunakan
antiandrogen telah menunjukkan adanya perubahan pada perilaku individu
yang sukar disembuhkan walaupun kesembuhannya hanya bersifat
sementara.9
 Neuroimunologi
Penemuan tentang faktor pencetus simtom OCD setelah terjadi
infeksi terutama akibat terpapar oleh grup A B — &hemolytic streptococcus
adalah berhubungan dengan autoimun. Penyakit infeksi yang mencetuskan
terjadinya OCD dimasukkan dalam pediatric autoimmune neuropsychiatric
disorder associated with streptococcal infection (PANDAS) dijumpai pada
penyakit rheumatic fever dan sydenham 's chorea. Dimana pada kedua
penyakit ini terdapat tingginya frekuensi simtom OCD. Satu dari tiga
individu dengan sydenham's chorea memenuhi kriteria dengan OCD.9
Menurut hipotesis aktivitas autoimun memacu untuk timbulnya
inflamasi di ganglia basalis dan gangguan fungsi dari cortical striatal
thalamo.9

2. Faktor Perilaku
Obsesi terjadi oleh karena adanya suatu stimulus, dimana stimulus
tersebut dapat menimbulkan suatu rasa ketakutan atau kecemasan.
Sementara kompulsi dibangun oleh karena penderita telah berhasil
melakukan strategi penghindaran secara aktif yang dihubungkan oleh adanya
obsesi maka pasien

8
melakukan suatu ritual atau kebiasaan yang dianggap dapat mengatasi
kecemasannya. Strategi ini kemudian telah tertanam dan membentuk suatu
pola di otak.9

3. Psikososial
 Personaliti
OCD berbeda dari obsessive compulsive personality disorder.
Hampir sebagian besar orang dengan OCD tidak mempunyai premorbid
dengan simtom kompulsif, hanya sekitar 15 sampai 35 persen pasien OCD
premorbid dengan ciri obsesif.9

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Terdapat pola gejala pasien OCD, yaitu :
1. Kontaminasi
Pola yang paling lazim ditemukan adalah obsesi terhadap kontaminasi,
diikuti kegiatan mencuci atau disertai penghindaran kompulsif objek yang
diduga terkontaminasi. Objek yang ditakuti sering sulit dihindari. Pasien
mungkin mengelupas kulit tangan dengan mencuci tangan secara berlebihan
atau mungkin tidak mampu meninggalkan rumah karena takut kuman.
Walaupun ansietas adalah respon utama yang lazim terhadap objek yang
ditakuti, rasa malu dan jijik obsesif juga lazim. Pasien dengan obsesi
kontaminasi biasanya yakin bahwa kontaminasi disebarkan dan objek-objek
atau dari orang ke orang bahkan melalui kontak terkecil.10

2. Keraguan Patologis
Gejala yang paling lazim kedua adalah suatu obsesi keraguan, diikuti
kompulsi memeriksa. Obsesi ini sering melibatkan suatu bahaya kekerasan
(seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu). Sebagai contoh,

9
pemeriksaan ini dapat berupa bolak-balik ke rumah untuk memeriksa kompor.
Pasien memiliki obsesi keraguan akan diri sendiri dan selalu merasa bersalah
karena lupa atau melakukan sesuatu.10

3. Pikiran Yang Mengganggu


Gejala yang paling lazim ketiga adalah adanya pikiran obsesif yang
mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi seperti itu biasanya merupakan
pikiran berulang mengenai tindakan seksual atau agresif yang tercela bagi
pasien. Pasien yang terobsesi dengan pikiran tindakan agresif atau seksual
dapat melaporkan dirinya sendiri ke polisi atau mengaku pada pendeta.10

4. Simetri
Pola gejala yang paling lazim keempat adalah kebutuhan akan simetri
atau ketepatan yang dapat menyebabkan kompulsi mengenai kelambatan.
Pasien dapat memakan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur
wajahnya.10

5. Pola Gejala Lain


Kompulsi menarik-narik rambut (trikotilomania) dan menggigit-gigit
kuku dapat merupakan kompulsi yang terkait dengan OCD.10

2.5 KRITERIA DIAGNOSIS


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi
Ke-5 (DSM-5), kriteria diagnosis untuk gangguan obsesif kompulsif sebagai
berikut :11
A. Adanya obsesi, kompulsi maupun keduanya, di mana obsesif ditandai dengan :
1. Pikiran, keinginan, dan gambaran yang persisten dan rekuren yang dialami
dalam waktu tertentu, gangguan ini sangat instrusif dan tidak diinginkan,
dan

10
dapat menyebabkan individu tersebut mengalami kecemasan dan
penderitaan.
2. Individu yang mencoba untuk mengabaikan atau menekan pikiran,
keinginan dan gambaran tersebut, atau menetralkannya dengan beberapa
pikiran dan aksi lain (dengan melakukan kompulsi).
Kompulsif ditandai dengan adanya :
1. Perilaku repetitif (contoh: mencuci tangan, menata sesuatu, mengecek
sesuatu) atau aksi mental (contoh: berdoa, menghitung, mengulang kata)
yang membuat individu tersebut harus melakukan obsesinya atau menurut
ke peraturan yang harus dia terapkan.
2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
kecemasan atau kesusahan, atau mencegah beberapa peristiwa atau situasi
yang ditakuti, Namun, perilaku ini atau tindakan mental tidak terhubung
secara realistis dengan apa yang dirancang untuk dinetralkan atau
mencegah, atau berlebihan.
Catatan : Pada anak kecil, mereka mungkin tidak dapat mengeluarkan
pikirannya maupun mengucapkan dengan jelas tujuan dari perilaku ini atau
tindakan mental ini.

B. Gejala obsesi dan kompulsi sangat membuang-buang waktu (contoh: memakan


waktu lebih dari 1 jam/hari) atau menyebabkan distress klinis atau gangguan
sosial ditempat kerjanya, atau area-area lain.

C. Gejala obsesif-kompulsif tidak diakibatkan oleh efek fisiologis (contoh: drug


abuse, obat-obatan) atau kondisi medis lain.

D. Gangguan ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mental lain


(contoh: cemas berlebihan seperti pada gangguan cemas menyeluruh:
preokupasi dengan penampilan, seperti pada body dysmorphic disorder,
mencabut rambut seperti

11
pada trikotilomania, skin-picking seperti dalam ekskoriasi, stereotipik seperti
dalam gangguan pergerakan stereotipik : perilaku makan khusus seperti dalam
gangguan makan, preokupasi akan sesuatu seperti dalam substance-related dan
gangguan adiktif, dorongan dan fantasi seks seperti dalam gangguan parafilik,
impuls yang disruptif seperti dalam ganggauan konduksi impuls, perenungan
rasa bersalah seperti dalam gangguan depresi berat: thought insertion atau
delusi persepsi dalam skizofrenia dan gangguan psikotik, atau perilaku repetitif
dalam gangguan autisme).
Ditentukan jika :
- Dengan wawasan yang baik atau adil: Individu tersebut mengenali gangguan
obsesif-kompulsif itu mungkin tidak benar.
- Dengan wawasan yang buruk: Individu menganggap keyakinan gangguan
obsesif-kompulsif mungkin benar adanya.
- Dengan absennya wawasan / keyakinan delusional: Individu sangat yakin
akan hal itu keyakinan gangguan obsesif-kompulsif adalah benar.
- Tic-related: ketika individu memiliki tic gangguan atau riwayat dari gangguan
tic.

2.6 GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF DAN GANGGUAN TERKAIT


MENURUT DSM-V
Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya termasuk
gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan dismorfik tubuh, gangguan
penimbunan trikotilomania (gangguan menarik rambut), gangguan eksoriasi
(pengangkatan kulit), obsesif-kompulsif yang disebabkan oleh zat/obat, dan
gangguan terkait lainnya. gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait
lainnya yang disebabkan oleh kondisi medis lain, serta gangguan obsesif-
kompulsif dan gangguan terkait lainnya serta gangguan obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait lainnya (misalnya, gangguan perilaku berulang yang berfokus
pada tubuh, kecemburuan obsesif).11

12
OCD ditandai dengan adanya obsesi dan/atau kompulsi. Obsesi adalah
pikiran, desakan, atau gambaran yang berulang dan terus-menerus yang
dirasakan sebagai sesuatu yang mengganggu dan tidak diinginkan, sedangkan
kompulsi adalah perilaku berulang atau tindakan mental yang membuat
individu merasa terdorong untuk melakukannya sebagai respons terhadap
obsesi atau sesuai dengan aturan yang harus diterapkan secara kaku. Beberapa
gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya juga ditandai dengan
keasyikan dan perilaku berulang atau tindakan mental sebagai respons terhadap
keasyikan tersebut. Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya
ditandai terutama oleh perilaku berulang yang berfokus pada tubuh (misalnya
mencabut rambut, mencabut kulit) dan upaya berulang untuk mengurangi atau
menghentikan perilaku tersebut.
Bab ini dimulai dengan OCD. Kemudian mencakup gangguan dismorfik
tubuh dan gangguan penimbunan, yang ditandai dengan gejala kognitif seperti
persepsi cacat atau cacat dalam penampilan fisik atau kebutuhan untuk
menyimpan harta benda. Bab ini kemudian membahas trikotilomania
(gangguan mencabut rambut) dan gangguan eksoriasi (mencabut kulit), yang
ditandai dengan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh. Yang terakhir,
mencakup gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait yang disebabkan
oleh zat/pengobatan, gangguan obsesif- kompulsif dan gangguan terkait lainnya
yang disebabkan oleh kondisi medis lain, serta gangguan obsesif-kompulsif dan
terkait lainnya yang spesifik serta gangguan obsesif-kompulsif dan terkait
lainnya yang tidak spesifik.
Walaupun isi spesifik dari obsesi dan kompulsi berbeda-beda pada setiap
individu. dimensi gejala tertentu umum terjadi pada OCD, termasuk dimensi
gejala kebersihan (obsesi kontaminasi dan keharusan membersihkan); simetri
(obsesi simetri dan pengulangan- melakukan, memesan, dan menghitung
kompulsi); pemikiran terlarang atau tabu (misalnya, obsesi agresif, seksual, dan

13
keagamaan serta dorongan terkait); dan bahaya (misalnya, ketakutan akan
bahaya terhadap diri sendiri atau orang lain dan dorongan untuk memeriksa
yang terkait). Penentu OCD terkait tic digunakan ketika seseorang memiliki
riwayat gangguan tic saat ini atau di masa lalu.
Gangguan dismorfik tubuh ditandai dengan keasyikan dengan satu atau
lebih cacat atau cacat dalam penampilan fisik yang tidak dapat diamati atau
tampak sepele bagi orang lain, dan dengan perilaku berulang (misalnya,
memeriksa cermin, berdandan berlebihan, mengupil, atau mencari kepastian).
Atau tindakan mental (misalnya, membandingkan penampilan seseorang
dengan penampilan orang lain) sebagai respons terhadap kekhawatiran terhadap
penampilan tersebut. Keasyikan terhadap penampilan tidak dapat dijelaskan
dengan lebih baik oleh kekhawatiran terhadap lemak tubuh atau berat badan
pada individu dengan kelainan makan. Dismorfia otot adalah salah satu bentuk
kelainan dismorfik tubuh yang ditandai dengan keyakinan bahwa bentuk tubuh
seseorang terlalu kecil atau kurang berotot.
Gangguan penimbunan ditandai dengan kesulitan terus-menerus dalam
membuang atau berpisah dengan harta benda, terlepas dari nilai sebenarnya,
sebagai akibat dari kebutuhan yang kuat untuk menyimpan barang-barang
tersebut dan tekanan yang terkait dengan membuangnya. Gangguan
penimbunan berbeda dengan pengumpulan normal. Misalnya, gejala gangguan
penimbunan mengakibatkan akumulasi sejumlah besar harta benda yang
memadati dan mengacaukan tempat tinggal aktif hingga tujuan penggunaannya
terganggu. Bentuk gangguan penimbunan yang berlebihan, yang menjadi ciri
sebagian besar namun tidak semua individu dengan gangguan penimbunan,
terdiri dari pengumpulan, pembelian, atau pencurian barang-barang yang tidak
dibutuhkan atau tidak tersedia tempat secara berlebihan.
Trikotilomania (gangguan mencabut rambut) ditandai dengan mencabut
rambut secara berulang- ulang sehingga menyebabkan rambut rontok, dan
upaya berulang kali untuk mengurangi atau menghentikan pencabutan
rambut.

14
Kelainan ekskoriasi (pengangkatan kulit) ditandai dengan pengelupasan kulit
secara berulang yang mengakibatkan lesi kulit dan upaya berulang kali untuk
mengurangi atau menghentikan pengelupasan kulit. Perilaku berulang yang
berfokus pada tubuh yang menjadi ciri kedua gangguan ini tidak dipicu oleh
obsesi atau keasyikan; namun, hal tersebut mungkin didahului atau disertai
dengan berbagai keadaan emosi, seperti perasaan cemas atau bosan. Hal ini
juga dapat didahului dengan meningkatnya rasa tegang atau dapat menimbulkan
kepuasan, kesenangan, atau rasa lega Ketika rambut dicabut atau kulit
dicungkil. Individu dengan gangguan ini mungkin memiliki tingkat kesadaran
yang berbeda-beda terhadap perilakunya saat terlibat di dalamnya, dengan
beberapa individu menunjukkan perhatian yang lebih terfokus pada perilaku
tersebut (dengan ketegangan sebelumnya dan kelegaan berikutnya) dan individu
lain menunjukkan perilaku yang lebih otomatis (dengan gangguan ini). perilaku
yang tampaknya terjadi tanpa kesadaran penuh).
Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait yang dipicu oleh
zat/pengobatan terdiri dari gejala-gejala yang disebabkan oleh keracunan atau
penarikan zat atau karena suatu pengobatan. Gangguan obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait akibat kondisi medis lain melibatkan gejala karakteristik
gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait yang merupakan konsekuensi
patofisiologis langsung dari gangguan medis. Gangguan obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait lainnya serta gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya
yang tidak spesifik terdiri dari gejala-gejala yang tidak memenuhi kriteria untuk
gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait tertentu karena presentasi
yang tidak khas atau etiologi yang tidak pasti; kategori ini juga digunakan untuk
sindrom spesifik lainnya yang tidak tercantum dalam Bagian II dan ketika
informasi yang tersedia tidak memadai untuk mendiagnosis gejala tersebut
sebagai gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya. Contoh
sindrom spesifik yang tidak tercantum dalam Bagian II, dan oleh karena itu
didiagnosis sebagai gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya

15
atau sebagai gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya,
mencakup gangguan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh dan
kecemburuan obsesif.
Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya yang
mempunyai komponen kognitif mempunyai wawasan sebagai dasar
penentunya; pada masing-masing gangguan ini, wawasan berkisar dari
"wawasan yang baik atau sedang" hingga "wawasan buruk" hingga "wawasan
yang tidak ada/keyakinan delusional" sehubungan dengan keyakinan yang
terkait dengan gangguan tersebut. Untuk individu yang gejala obsesif-
kompulsif dan gangguan terkaitnya memerlukan spesifikasi "tanpa
wawasan/keyakinan delusi", gejala- gejala ini tidak boleh didiagnosis sebagai
gangguan psikotik.11

2.6.1 PENENTU
Banyak orang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
memiliki keyakinan yang disfungsional. Keyakinan ini bisa mencakup
rasa tanggung jawab yang berlebihan dan kecenderungan untuk melebih-
lebihkan ancaman perfeksionisme dan intoleransi terhadap ketidakpastian
dan pemikiran yang terlalu penting (misalnya, percaya bahwa memiliki
pemikiran terlarang sama buruknya dengan bertindak berdasarkan
pemikiran tersebut) dan kebutuhan untuk mengendalikan pemikiran.
Individu dengan OCD berbeda-beda dalam tingkat wawasan yang
mereka miliki tentang keakuratan keyakinan yang mendasari gejala
obsesif-kompulsif mereka. Banyak individu yang memiliki wawasan yang
baik atau adil (misalnya, individu tersebut yakin bahwa rumahnya pasti
tidak akan, mungkin tidak akan, atau mungkin terbakar atau tidak jika
kompornya tidak diperiksa sebanyak 30 kali). Beberapa diantaranya
memiliki wawasan yang buruk (misalnya, seseorang percaya bahwa
rumahnya mungkin akan terbakar jika kompornya tidak diperiksa
sebanyak

16
30 kali), dan beberapa (4% atau kurang) tidak memiliki

17
wawasan/keyakinan delusional (misalnya, individu tersebut yakin rumah
akan terbakar jika kompor tidak diperiksa sebanyak 30 kali). Wawasan
dapat bervariasi dalam diri seseorang selama perjalanan penyakitnya.
Wawasan yang lebih buruk dikaitkan dengan hasil jangka panjang yang
lebih buruk.
Hingga 30% penderita OCD mengalami gangguan tic seumur
hidup. Hal ini paling sering terjadi pada pria yang mengalami OCD pada
masa kanak-kanak. Orang-orang ini cenderung berbeda dari mereka yang
tidak memiliki riwayat gangguan tic dalam hal gejala OCD, penyakit
penyerta, perjalanan penyakit, dan pola penularan dalam keluarga.11

2. 6.2 FITUR DIAGNOSTIK


Gejala khas OCD adalah adanya obsesi dan kompulsi (Kriteria
A). Obsesi adalah pikiran yang berulang dan terus-menerus (misalnya
tentang kontaminasi), gambaran (misalnya tentang adegan kekerasan atau
mengerikan), atau dorongan (misalnya untuk menikam seseorang). Yang
penting, obsesi tidak menyenangkan atau dialami secara sukarela: obsesi
mengganggu dan tidak diinginkan serta menyebabkan tekanan atau
kecemasan yang nyata pada sebagian besar individu. Individu mencoba
untuk mengabaikan atau menekan obsesi ini (misalnya, menghindari
pemicu atau menggunakan penekanan pikiran) atau menetralisirnya
dengan pikiran atau tindakan lain (misalnya, melakukan suatu kompulsi).
Kompulsi (atau ritual) adalah perilaku berulang (misalnya mencuci,
memeriksa) atau tindakan mental (misalnya menghitung, mengulangi
kata- kata dalam hati) yang individu merasa terdorong untuk
melakukannya sebagai respons terhadap obsesi atau sesuai dengan aturan
yang harus diterapkan secara kaku. Kebanyakan individu dengan OCD
memiliki obsesi dan kompulsi. Kompulsi biasanya dilakukan sebagai
respons terhadap suatu obsesi (misalnya, pemikiran tentang kontaminasi
yang

18
menyebabkan ritual mencuci atau bahwa ada sesuatu yang tidak benar
yang menyebabkan pengulangan ritual hingga terasa “tepat”). Tujuannya
adalah untuk mengurangi penderitaan yang dipicu oleh obsesi atau untuk
mencegah kejadian yang ditakuti (misalnya jatuh sakit). Namun,
dorongan- dorongan ini tidak berhubungan secara realistis dengan
kejadian yang ditakuti (misalnya, mengatur barang-barang secara simetris
untuk mencegah bahaya terhadap orang yang dicintai) atau jelas-jelas
berlebihan (misalnya, mandi berjam-jam setiap hari). Kompulsi tidak
dilakukan untuk kesenangan, meskipun beberapa individu mengalami
kelegaan dari kecemasan atau kesusahan.
Kriteria B menekankan bahwa obsesi dan kompulsi harus
memakan waktu (misalnya, lebih dari 1 jam per hari) atau menyebabkan
tekanan atau gangguan yang signifikan secara klinis untuk menjamin
diagnosis OCD. Kriteria ini membantu membedakan gangguan ini dari
pikiran-pikiran intrusif atau perilaku berulang yang umum terjadi pada
masyarakat umum (misalnya, memeriksa ulang apakah pintu terkunci).
Frekuensi dan tingkat keparahan obsesi dan kompulsi bervariasi antar
individu dengan OCD (misalnya, beberapa memiliki gejala ringan hingga
sedang, menghabiskan 1-3 jam per hari untuk terobsesi atau melakukan
kompulsi, sedangkan yang lain memiliki pikiran mengganggu atau
kompulsif yang hampir terus menerus yang dapat melumpuhkan
kemampuan mereka).11

2.6.3 FITUR TERKAIT PENDUKUNG DIAGNOSIS


Isi spesifik dari obsesi dan kompulsi bervariasi antar individu.
Namun, tema, atau dimensi tertentu, adalah hal yang umum, termasuk
tema pembersihan (obsesi kontaminasi dan dorongan pembersihan);
simetri (obsesi simetri dan pengulangan, memesan, dan menghitung
kompulsi); pemikiran terlarang atau tabu (misalnya, obsesi agresif,
seksual, atau

19
keagamaan dan dorongan terkait); dan bahaya (misalnya, ketakutan akan
bahaya terhadap diri sendiri atau orang lain dan menahan dorongan).
Beberapa individu juga mengalami kesulitan membuang dan
mengumpulkan (menimbun) benda-benda sebagai akibat dari obsesi dan
kompulsi yang khas, seperti ketakutan akan merugikan orang lain. Tema-
tema ini terjadi di berbagai budaya yang berbeda, relative konsisten dari
waktu ke waktu pada orang dewasa dengan gangguan tersebut, dan
mungkin berhubungan dengan substrat saraf yang berbeda. Yang penting,
individu sering kali memiliki gejala di lebih dari satu dimensi.
Individu dengan OCD mengalami berbagai respons afektif ketika
dihadapkan pada hal tersebut situasi yang memicu obsesi dan kompulsi.
Misalnya, banyak orang yang mengalami rience ditandai dengan
kecemasan yang dapat mencakup serangan panik berulang. Yang lain
melaporkan perasaan yang kuat-rasa jijik. Saat melakukan kompulsi,
beberapa orang melaporkan perasaan "tidak lengkap" atau kegelisahan
yang menyusahkan hingga segala sesuatunya terlihat, terasa, atau
terdengar "tepat".
Individu dengan gangguan ini biasanya menghindari orang, tempat,
dan hal-hal yang memicu obsesi dan kompulsi. Misalnya, individu yang
memiliki kekhawatiran akan kontaminasi mungkin menghindari tempat
umum (misalnya, restoran, toilet umum) untuk mengurangi paparan
terhadap kontaminan yang dikhawatirkan; individu dengan pemikiran
mengganggu tentang menyebabkan kerugian mungkin menghindari
interaksi sosial.11

2.6.4 FAKTOR RISIKO DAN PROGNOSTIK


Emosional. Gejala internalisasi yang lebih besar, emosi negatif yang
lebih tinggi, dan hambatan perilaku di masa kanak-kanak kemungkinan
merupakan faktor risiko temperamental.

20
Lingkungan. Pelecehan fisik dan seksual di masa kanak-kanak dan
peristiwa stres atau traumatis lainnya telah dikaitkan dengan peningkatan
risiko pengembangan OCD. Beberapa anak dapat mengembangkan gejala
obsesif-kompulsif yang timbul secara tiba-tiba, yang dikaitkan dengan
berbagai faktor lingkungan, termasuk berbagai agen infeksi dan sindrom
autoimun pasca infeksi.
Genetik dan fisiologis. Tingkat OCD di antara kerabat tingkat pertama
dari orang dewasa dengan Angka OCD kira-kira dua kali lipat
dibandingkan saudara tingkat pertama yang tidak mengidap OCD
kekacauan. Namun, di antara kerabat tingkat pertama dari individu
dengan timbulnya OCD pada anak-anak, masa kanak-kanak atau remaja,
angka ini meningkat 10 kali lipat. Penularan melalui keluarga sebagian
disebabkan oleh faktor genetik (misalnya, tingkat kesesuaian 0,57 untuk
kembar monozigot vs. 0,22 untuk kembar dizigotik). Disfungsi pada
korteks orbitofrontal, korteks cingulate anterior, dan striatum telah terjadi
terlibat paling kuat.11

2.6.5 MASALAH DIAGNOSTIK


 Terkait Budaya
OCD terjadi di seluruh dunia. Ada kesamaan substansial antar budaya
dalam hal distribusi gender, usia saat timbulnya OCD, dan penyakit
penyerta OCD. Selain itu, di seluruh dunia, terdapat struktur gejala
serupa yang melibatkan pembersihan, simetri, penimbunan, pemikiran
tabu, atau ketakutan akan bahaya. Namun, terdapat variasi regional
dalam ekspresi gejala, dan faktor budaya dapat membentuk isi obsesi
dan kompulsi.

21
 Terkait Gender
Laki-laki memiliki usia awal timbulnya OCD dibandingkan
perempuan dan lebih besar kemungkinannya menderita penyakit
penyerta. Perbedaan gender dalam pola dimensi gejala telah
dilaporkan, misalnya, perempuan lebih cenderung mengalami gejala
pada dimensi kebersihan dan laki-laki lebih cenderung mengalami
gejala pada dimensi pikiran terlarang dan simetri. Timbul atau
eksaserbasi OCD, serta gejala yang dapat mengganggu hubungan ibu-
bayi (misalnya obsesi agresif yang menyebabkan penghindaran bayi),
telah dilaporkan pada periode peripartum.
 Risiko Bunuh Diri
Pikiran untuk bunuh diri muncul pada suatu saat pada sekitar setengah
penderita OCD. Upaya bunuh diri juga dilaporkan terjadi pada
seperempat penderita OCD, kehadiran gangguan depresi mayor
komorbiditas juga meningkatkan risiko bunuh diri.11

2.6.6 KONSEKUENSI FUNGSIONAL DARI GANGGUAN KOMPULSIF


OBSESIF
Dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup serta tingginya tingkat
gangguan sosial dan pekerjaan. Penurunan terjadi di berbagai bidang
kehidupan dan berhubungan dengan tingkat keparahan gejala. Gangguan
ini dapat disebabkan oleh waktu yang dihabiskan untuk terobsesi dan
melakukan hal-hal kompulsif. Menghindari situasi yang dapat memicu
obsesi atau kompulsi juga dapat sangat membatasi fungsi tubuh. Selain
itu, gejala tertentu dapat menimbulkan hambatan tertentu. Misalnya,
obsesi terhadap bahaya dapat membuat hubungan dengan keluarga dan
teman terasa berbahaya akibatnya adalah penghindaran hubungan-
hubungan ini. Obsesi terhadap simetri dapat menggagalkan penyelesaian
proyek sekolah

22
atau pekerjaan tepat waktu karena proyek tersebut tidak pernah terasa
"tepat", yang berpotensi mengakibatkan kegagalan sekolah atau
kehilangan pekerjaan. Konsekuensi kesehatan juga bisa terjadi. Misalnya,
individu yang memiliki kekhawatiran akan kontaminasi mungkin
menghindari praktik dokter dan rumah sakit (misalnya karena takut
terpapar kuman) atau mengalami masalah dermatologis (misalnya lesi
kulit akibat terlalu banyak mencuci). Terkadang gejala gangguan ini
mengganggu pengobatannya sendiri (misalnya, ketika obat dianggap
terkontaminasi). Ketika kelainan ini dimulai pada masa kanak-kanak atau
remaja, individu mungkin mengalami kesulitan perkembangan. Misalnya,
remaja mungkin menghindari bersosialisasi dengan teman sebayanya
dewasa muda mungkin kesulitan ketika mereka meninggalkan rumah
untuk hidup mandiri.
Dampaknya adalah kurangnya hubungan yang signifikan di luar
keluarga dan kurangnya otonomi dan kemandirian finansial dari keluarga
asal mereka. Selain itu, beberapa individu dengan OCD mencoba
menerapkan aturan dan larangan pada anggota keluarga karena kelainan
yang mereka alami (misalnya, tidak ada anggota keluarga yang boleh
mengunjungi rumah karena takut terkontaminasi), dan hal ini dapat
menyebabkan disfungsi keluarga. 11

2.6.7 PERBEDAAN DIAGNOSA


Gangguan kecemasan. Pikiran berulang, perilaku menghindar, dan
permintaan kepastian yang berulang juga dapat terjadi pada gangguan
kecemasan. Namun, pemikiran berulang yang muncul pada gangguan
kecemasan umum (yaitu kekhawatiran) biasanya mengenai kekhawatiran
dalam kehidupan nyata, sedangkan obsesi OCD biasanya tidak
melibatkan kekhawatiran dalam kehidupan nyata dan dapat mencakup
konten yang aneh, tidak rasional, atau tidak masuk akal. sifat yang
tampaknya Ajaib ;

23
terlebih lagi, kompulsi sering kali muncul dan biasanya dikaitkan dengan
obsesi. Seperti halnya individu dengan OCD, individu dengan fobia
spesifik dapat memiliki reaksi ketakutan terhadap objek atau situasi
tertentu. Namun, pada fobia spesifik, objek yang ditakuti biasanya lebih
dibatasi, dan tidak ada ritual yang dilakukan. Pada gangguan kecemasan
sosial (fobia sosial), objek atau situasi yang ditakuti terbatas pada
interaksi sosial, dan pencarian penghindaran atau kepastian difokuskan
pada pengurangan ketakutan sosial tersebut.

Gangguan depresi mayor. OCD dapat dibedakan dari perenungan


gangguan depresi mayor, di mana pikiran biasanya selaras dengan
suasana hati dan tidak selalu dianggap mengganggu atau menyusahkan,
terlebih lagi, perenungan tidak terkait dengan kompulsif,seperti yang
biasa terjadi pada OCD.

Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya. Pada


gangguan dismorfik tubuh, obsesi dan kompulsi terbatas pada
kekhawatiran terhadap penampilan fisik dan pada trikotilomania
(gangguan mencabut rambut), perilaku kompulsif terbatas pada mencabut
rambut tanpa adanya obsesi. Gejala gangguan penimbunan fokus secara
eksklusif pada kesulitan yang terus-menerus dalam membuang atau
berpisah dengan harta benda, kesusahan yang nyata terkait dengan
membuang barang, dan penumpukan benda yang berlebihan. Namun, jika
seseorang memiliki obsesi yang khas dari OCD (misalnya, kekhawatiran
tentang ketidaklengkapan atau bahaya), dan obsesi ini mengarah pada
perilaku penimbunan kompulsif (misalnya, memperoleh semua objek
dalam satu set untuk mendapatkan rasa kelengkapan atau tidak
membuang koran bekas karena mungkin berisi informasi yang dapat
mencegah bahaya), sebagai gantinya diagnosis OCD harus diberikan.

24
Gangguan Makan. OCD dapat dibedakan dari anoreksia nervosa karena
pada OCD obsesi dan kompulsi tidak terbatas pada kekhawatiran tentang
berat badan dan makanan.

Tics (dalam gangguan tic) dan gerakan stereotip. Tic adalah gerakan
motorik atau vokalisasi yang tiba-tiba, cepat, berulang, dan tidak berirama
(misalnya, mengedipkan mata, berdeham). Gerakan stereotip adalah
perilaku motorik yang berulang-ulang, tampaknya didorong, dan tidak
berfungsi (misalnya, membenturkan kepala, mengayun-ayunkan tubuh,
menggigit diri sendiri). Gerakan tik dan stereotip biasanya tidak
sekompleks kompulsif dan tidak ditujukan untuk menetralisir obsesi.
Namun, membedakan antara tics kompleks dan kompulsi bisa jadi sulit.
Kompulsif biasanya didahului oleh obsesi, sedangkan tics sering kali
didahului oleh dorongan sensorik yang bersifat firasat. Beberapa orang
memiliki gejala OCD dan gangguan tic, sehingga kedua diagnosis
tersebut mungkin diperlukan.

Gangguan psikotik. Beberapa individu dengan OCD memiliki wawasan


yang buruk atau bahkan mengalami delusi keyakinan OCD. Namun,
mereka memiliki obsesi dan kompulsi (membedakan kondisi mereka dari
gangguan delusi) dan tidak memiliki ciri-ciri skizofrenia atau gangguan
skizoafektif lainnya (misalnya halusinasi atau gangguan berpikir formal).

Perilaku serupa kompulsif lainnya. Perilaku tertentu terkadang


digambarkan sebagai "com-impulsif," termasuk perilaku seksual (dalam
kasus paraphilias), perjudian (yaitu, gangguan perjudian), dan
penggunaan narkoba (misalnya, gangguan penggunaan alkohol). Namun,
perilaku ini berbeda dengan kompulsif OCD karena orang tersebut
biasanya

25
memperoleh kesenangan dari aktivitas tersebut dan mungkin ingin
menolaknya hanya karena konsekuensinya yang merugikan.

Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Meskipun gangguan


kepribadian obsesif-kompulsif dan OCD memiliki nama yang mirip,
manifestasi klinis dari gangguan ini sangat berbeda. Gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif tidak ditandai dengan pikiran, gambaran,
atau desakan yang mengganggu, atau melalui perilaku berulang yang
dilakukan secara berulang-ulang. menanggapi gangguan ini; sebaliknya,
hal ini melibatkan maladaptif yang bertahan lama dan meresap pola
perfeksionisme yang berlebihan dan kontrol yang kaku. Jika seseorang
menunjukkan gejala baik OCD dan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif, kedua diagnosis dapat diberikan. 11

2.6.8 PENYAKIT PENYERTA


Individu dengan OCD sering kali memiliki psikopatologi lain.
Banyak orang dewasa dengan gangguan ini memiliki diagnosis gangguan
kecemasan seumur hidup (76% misalnya gangguan panik, gangguan
kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, fobia spesifik) atau
gangguan depresi atau bipolar (63% untuk gangguan depresi atau bipolar,
dengan yang paling umum adalah gangguan depresi mayor 41%).
Timbulnya OCD biasanya lebih lambat dibandingkan sebagian besar
gangguan kecemasan komorbiditas (dengan pengecualian gangguan
kecemasan akan perpisahan) dan PTSD, namun seringkali mendahului
gangguan depresi. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif komorbiditas
juga umum terjadi pada individu dengan OCD (misalnya, berkisar antara
23% hingga 32%).
Hingga 30% penderita OCD juga menderita gangguan tic seumur
hidup. Gangguan tic komorbiditas paling sering terjadi pada pria dengan

26
timbulnya OCD pada masa kanak-kanak. Orang-orang ini cenderung
berbeda dari mereka yang tidak memiliki riwayat gangguan tic dalam hal
gejala OCD, penyakit penyerta, perjalanan penyakit, dan pola penularan
dalam keluarga. Tiga serangkai OCD, gangguan tic, dan gangguan defisit
perhatian/hiperaktivitas juga dapat terlihat pada anak-anak.
Gangguan yang lebih sering terjadi pada individu dengan OCD
dibandingkan mereka yang tidak mengalami gangguan tersebut meliputi
beberapa gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait seperti
gangguan dismorfik tubuh, trikotilomania (gangguan mencabut rambut),
dan gangguan eksoriasi (pengangkatan kulit). Akhirnya, hubungan antara
OCD dan beberapa gangguan yang ditandai dengan impulsif, seperti
gangguan menentang oposisi, telah dilaporkan.
OCD juga jauh lebih umum terjadi pada individu dengan kelainan
tertentu lainnya dibandingkan yang diperkirakan berdasarkan
prevalensinya pada populasi umum. Ketika salah satu dari gangguan lain
tersebut didiagnosis, individu tersebut juga harus diperiksa untuk OCD.
Misalnya, pada individu dengan skizofrenia atau gangguan skizoafektif,
prevalensi OCD adalah sekitar 12%. Tingkat OCD juga meningkat pada
gangguan bipolar; gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan
bulimia nervosa; dan gangguan Tourette. 11

2.7 GANGGUAN DISMORFIK TUBUH (F45.22)


A. Keasyikan dengan satu atau lebih cacat atau cacat dalam penampilan fisik
yang tidak terlihat atau tampak sepele bagi orang lain.
B. Pada titik tertentu selama perjalanan gangguannya, individu tersebut
melakukan perilaku berulang (misalnya memeriksa cermin, berdandan
berlebihan, mengupil, mencari kepastian) atau tindakan mental (misalnya
membandingkan penampilannya dengan orang lain ) sebagai respons
terhadap kekhawatiran penampilan.

27
C. Keasyikan menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara
klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
D. Keasyikan terhadap penampilan tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik
oleh kekhawatiran terhadap lemak atau berat badan pada individu yang
gejalanya memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan makan.
Tentukan jika :
Dengan dismorfia otot: Individu disibukkan dengan gagasan bahwa bentuk
tubuhnya terlalu kecil atau kurang berotot. Penentu ini digunakan bahkan jika
individu sedang sibuk dengan area tubuh lainnya, dan hal ini sering terjadi.
Tentukan jika :
Tunjukkan tingkat pemahaman mengenai keyakinan gangguan dismorfik
tubuh (misalnya, "Saya terlihat jelek" atau "Saya terlihat cacat").
 Dengan wawasan yang baik atau adil : Individu mengakui bahwa keyakinan
gangguan dismorfik tubuh pasti atau mungkin tidak benar atau mungkin benar
atau tidak.
 Dengan wawasan yang buruk : Individu berpikir bahwa keyakinannya adalah
gangguan dismorfik tubuh mungkin benar.
 Dengan tidak adanya keyakinan wawasan/delusi : Individu sepenuhnya yakin
bahwa keyakinan gangguan dismorfik tubuh adalah benar. 11

2.8 GANGGUAN PENIMBUNAN (F42)


A. Kesulitan yang terus-menerus dalam membuang atau berpisah dengan harta
benda, terlepas dari nilai sebenarnya.
B. Kesulitan ini disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk menyimpan barang-
barang tersebut dan tekanan yang terkait dengan pembuangan barang-barang
tersebut.
C. Sulitnya membuang harta benda mengakibatkan menumpuknya harta benda
itu memadati dan mengacaukan ruang hidup yang aktif dan secara
substansial

28
membahayakan tujuan penggunaannya. Jika tempat tinggal menjadi rapi, hal
ini hanya disebabkan oleh campur tangan pihak ketiga (misalnya anggota
keluarga, petugas kebersihan, pihak berwenang).
D. Penimbunan menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting
lainnya (termasuk menjaga lingkungan yang aman untuk diri sendiri dan
orang lain).
E. Penimbunan ini tidak disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya cedera
otak, cedera otak, penyakit brovaskular, sindrom Prader-Willi).
F. Penimbunan tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gejala gangguan
mental lain (misalnya, obsesi pada gangguan obsesif-kompulsif, penurunan
energi pada gangguan depresi mayor, delusi pada skizofrenia atau gangguan
psikotik lainnya, defisit kognitif pada gangguan neurokognitif mayor, minat
terbatas pada gangguan spektrum autisme).
Tentukan jika:
Dengan perolehan yang berlebihan : Jika kesulitan dalam membuang harta
benda disertai dengan perolehan berlebihan atas barang-barang yang tidak
diperlukan atau tidak tersedia tempat untuk itu.
Tentukan jika :
 Dengan wawasan yang baik atau adil : Individu menyadari bahwa keyakinan
dan perilaku terkait penimbunan (berkaitan dengan kesulitan membuang
barang, kekacauan, atau perolehan berlebihan) merupakan masalah.
 Dengan wawasan yang buruk : Individu tersebut sebagian besar yakin bahwa
keyakinannya terkait dengan penimbunan dan perilaku (berkenaan dengan
kesulitan membuang barang, kekacauan, atau perolehan berlebihan tion) tidak
bermasalah meskipun ada bukti sebaliknya.
 Dengan tidak adanya wawasan/keyakinan delusional : Individu sepenuhnya
yakin bahwa keyakinan dan perilaku terkait penimbunan (berkaitan dengan

29
kesulitan membuang barang, kekacauan, atau perolehan berlebihan) tidak
menimbulkan masalah meskipun terdapat bukti sebaliknya. 11

2.9 TRIKOTILOMANIA (GANGGUAN MENCABUT RAMBUT) (F63.2)


A. Mencabut rambut secara berulang-ulang sehingga mengakibatkan rambut
rontok.
B. Upaya berulang kali untuk mengurangi atau menghentikan pencabutan
rambut.
C. Pencabutan rambut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting
lainnya.
D. Pencabutan atau kerontokan rambut tidak disebabkan oleh kondisi medis lain
(misalnya, penyakit kulit kondisi matologis).
E. Pencabutan rambut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gejala
gangguan mental lain (misalnya, upaya untuk memperbaiki cacat atau cacat
penampilan yang dirasakan pada gangguan dismorfik tubuh). 11

2.10 GANGGUAN EKSORIASI (PENGUPASAN KULIT) (L98.1)


A. Pengupasan kulit berulang yang mengakibatkan lesi kulit.
B. Upaya berulang untuk mengurangi atau menghentikan pengelupasan kulit.
C. Pengambilan kulit menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan nasional, atau bidang fungsi
penting lainnya.
D. Pengupasan kulit tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya
kokain) atau kondisi medis lain (misalnya kudis).
E. Pengupasan kulit tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gejala-gejala
gangguan mental lain (misalnya, delusi atau halusinasi sentuhan pada
gangguan psikotik, upaya untuk memperbaiki persepsi cacat atau cacat pada
penampilan pada gangguan dismorfik tubuh, stereotip dalam gerakan

30
stereotipikal) gangguan, atau niat untuk menyakiti diri sendiri dalam tindakan
melukai diri sendiri tanpa bunuh diri). 11

2.11 GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF DAN GANGGUAN TERKAIT


YANG DIINDUKSI ZAT/PENGOBATAN
A. Obsesi, kompulsi, mengupil, mencabut rambut, perilaku berulang yang
berfokus pada tubuh ainnya, atau gejala lain yang merupakan karakteristik
dari gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait mendominasi
gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium pada
(1) dan (2) :
1. Gejala-gejala dalam Kriteria A timbul selama atau segera setelah
keracunan atau penghentian zat atau setelah terpapar obat.
2. Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala sesuai kriteria rion A.
C. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan
obsesif- kompulsif dan gangguan terkait lainnya. der yang tidak disebabkan
oleh zat/obat. Bukti seperti itu dari tujuan independent gangguan sesif-
kompulsif dan terkait dapat mencakup hal-hal berikut : Gejalanya
mendahului permulaan penggunaan zat/obat; gejalanya menetap untuk
jangka waktu yang cukup lama (misalnya sekitar 1 bulan) setelah
penghentian akut atau keracunan parah; atau terdapat bukti lain yang
menunjukkan adanya gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait
independen yang tidak disebabkan oleh zat/pengobatan (misalnya, riwayat
episode berulang yang tidak terkait dengan zat/pengobatan).
D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium. E. Gangguan tersebut
menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam
bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya. 11

31
2.12 GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF DAN GANGGUAN TERKAIT
KARENA KONDISI MEDIS LAIN (F06.8)
A. Obsesi, kompulsi, keasyikan dengan penampilan, menimbun, mencabuti
kulit, mencabut rambut, perilaku berulang yang berfokus pada tubuh lainnya,
atau gejala lain yang merupakan karakteristik obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait mendominasi gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa gangguan tersebut merupakan akibat patofisiologis langsung dari
kondisi medis lain.
C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan
mental lainnya.
D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting
lainnya. Dengan gejala seperti gangguan obsesif-kompulsif: Jika gangguan
obsesif-kompulsif
Tentukan jika :
 Dengan gejala mirip gangguan obsesif-kompulsif : Jika gejala mirip
gangguan obsesif-kompulsif mendominasi gambaran klinis.
 Dengan keasyikan penampilan : Jika keasyikan dengan anggapan cacat
atau cacat penampilan mendominasi presentasi klinis.
 Dengan gejala penimbunan : Jika gejala penimbunan mendominasi
gambaran klinis.
 Dengan gejala mencabut rambut : Jika gambaran klinis didominasi oleh
penarikan rambut.
 Dengan gejala pengelupasan kulit : Jika pengelupasan kulit
mendominasi gambaran klinis. 11

32
2.13 DIAGNOSIS BANDING
a. ADHD
Persamaan penderita ADHD dengan OCD yakni kondisi suka menunda-
nunda pekerjaan karena memiliki masalah dengan perhatian dan fokus.
Penderita OCD akan tampak seperti penderita ADHD karena mereka perlu
melakukan hal-hal dengan benar atau dengan cara lengkap dan oleh karena itu
mungkin tidak menyelesaikan tugas atau aktivitasnya. Untuk membedakan
ADHD dengan OCD penting untuk menentukan apakah ritual mental atau
pikiran obsesif mengganggu fokus dan perhatian.
b. Gangguan Kecemasan
Kecemasan ditandai dengan kekhawatiran, yang sering kali meniru
pemikiran obsesif. Bedanya dengan OCD yang memiliki kekhawatiran
mengenai hal yang tidak masuk akal, kecemasan biasanya berfokus pada
masalah kehidupan yang nyata (misalnya, keuangan, kesehatan, orang yang
dicintai).
c. Gangguan Spektrum Autisme
Persamaan penderita gangguan spektrum autisme dengan OCD yakni
perilaku kompulsif yang berulang dan berkurangnya interaksi sosial atau
adanya isolasi sosial. Bedanya pada penderita gangguan spektrum autism
perilaku berulang dianggap wajar dan interaksi social akan mengalami

33
penurunan terus-menerus, sedangkan pada penderita OCD perilaku berulang
mereka dianggap sebagai berlebihan dan tidak masuk akal namun
keterampilan komunikasi biasanya masih dipertahankan.
d. Kelainan Psikosis
Psikosis sering kali ditandai dengan keyakinan delusi seperti takut tertular
bakteri dari gagang pintu, namun pada penderita OCD mereka dapat
mengenali bahwa pikiran mereka tidak rasional tetapi mereka tidak dapat
mengendalikan.
e. Sindrom Tourette
Pada sindrom Tourette, gerakan motorik atau vokal biasanya tidak disengaja,
sedangkan pada OCD gerakan atau perilaku berulang dihasilkan dari pikiran
obsesif (misalnya keinginan obsesif untuk simetri) dan kebutuhan untuk
melakukan tindakan sampai dilakukan dengan benar.5

2.14 TATALAKSANA
A. Psikoterapi
Salah satu terapi yang dapat digunakan yakni cognitive behavior
therapy (CBT). CBT bertujuan untuk menentang pikiran dan emosi yang salah
dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan
tentang masalah yang dihadapi. Teknik intervensi ini mampu membantu
subjek untuk menurunkan perilaku obsesif kompulsif. Adapaun tahapan dalam
CBT adalah sebagai berikut :6
- Teknik Relaksasi, merupakan tahap pembuka yang berisi kegiatan
membangun kenyamanan bagi subjek. Subjek diberi kesempatan untuk
belajar meregangkan dan mengendurkan otot serta belajar memperhatikan
perbedaan antara rasa tegang dan rileks.
- Teknik Cognitive Restructuring, bertujuan untuk mengurangi tingkat
kecemasan subjek yang disebabkan oleh pemikiran-pemikiran negatif dan
menggantikannya dengan pemikiran-pemikiran yang lebih positif.

34
- Teknik Exposure with Response Prevention, dalam tahap ini subjek
dihadapkan pada keyakinan bahwa subjek harus melakukan perilaku yang
dilakukannya dengan waktu yang lama secara berulang-ulang, namun
subjek dicegah untuk tidak melakukan perilaku tersebut. Jika subjek
mampu mencegah untuk tidak melakukan perilaku yang dilakukannya
dengan waktu yang lama secara berulang-ulang dan ternyata sesuatu yang
mengerikan tidak terjadi. Hal ini dapat membantu dalam mengubah
keyakinan subjek terhadap perilaku yang dilakukannya dengan waktu yang
lama secara berulang-ulang.

B. Farmakoterapi
Clomipramine merupakan obat yang paling efektif dari obat golongan
trisiklik oleh karena paling bersifat “serotonin selective” dan masih dianggap
sebagai “first line drug” dalam pengobatan terhadap gangguan obsesif
kompulsif. Apabila banyak efek samping dari penggunaan obat golongan
trisiklik pada pasien dengan gangguan obsesif koompulsif, maka terapi dapat
beralih ke golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI).7

1. Golongan trisiklik
Clomipramine dapat diberikan mulai dari dosis rendah yakni 25-50
mg/hari (dosis tunggal pada malam hari, waktu paruh 10-20 jam).
Pemberian dosis dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25
mg/hari, sampai tercapai dosis efektif yang mampu mengendalikan
sindrom obsesif kompulsifnya (biasanya sampai 200-300 mg/hari) dan
sangat bergantung pada toleransi penderita terhadap efek samping obat.
Apabila pemberian terapi akan dihentikan maka pengurangan dosis harus
secara “tapering off" agar tidak terjadi kekambuhan dan kesempatan yang
luas untuk menyesuaikan diri.

35
Efek samping obat yang dapat timbul yakni mulut kering,
konstipasi, sukar berkemih, edema dan tremor. Pada keadaan overdosis
dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala-gejala: eksitasi sistem saraf
pusat, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic confusional state
(confusion, delirium, disorientation)7.8

2. Golongan SSRI
Obat anti obsesif kompulsif SSRI yang dapat diberikan yakni
sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine, dan citalopram. Efek
samping obat yang dapat timbul yakni mual, sakit kepala hingga penurunan
fungsi seksual7.8

Perhatian Khusus :
- Pengobatan gangguan obsesif kompulsif biasanya berjangka waktu lama.
Hal ini perlu dijelaskan kepada penderita dan keluarganya, disamping
menunjang kepatuhan berobat, juga karena harga obatnya cukup tinggi dan
jumlah dosis yang digunakan juga agak tinggi.
- Penting sekali disertai terapi perilaku untuk pengobatan terhadap gangguan
obsesif kompulsif, agar penderita dapat mencapai taraf perbaikan yang
optimal dan mempercepat pengurangan dosis obat. Pengurangan dosis obat
harus bertahap (tapering off).

36
- Sangat hati-hati pada penderita usia lanjut atau penderita dengan penyakit
organik yang sulit menerima efek samping obat (penyakit jantung,
pembesaran rostat, glaukoma, dll)
- Dengan dosis obat yang relatif tinggi, penderita harus menghindarkan
mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin yang membutuhkan
perhatian penuh, risiko kecelakaan menjadi besar.
- Sangat tidak dianjurkan penggunaan obat anti-obsesif kompulsif pada
Wanita hamil atau menyusi.7

37
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

1. Gangguan obsesif kompulsif mencangkup pola obsesi atau kompulsi yang


berulang-ulang, atau kombinasi keduanya.
2. Obsesi adalah pikiran, perasaan, ide yang terus-menerus timbul dan
mengganggu yang menimbulkan kecemasan sehingga menyebabkan
terjadinya kompulsi atau dorongan-dorongan untuk melakukan tingkah laku
tertentu secara berulang dan tidak dapat dikontrol.
3. Penyebab terjadinya gangguan obsesif kompulsif dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yakni faktor biologis, genetik maupun faktor psikososial.
4. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis atau gejala yang
dialami oleh pasien.
5. Terapi pada gangguan obsesif kompulsif dapat dilakukan melalui psikoterapi
yakni cognitive behavior therapy dan farmakoterapi berupa pemberian obat-
obat golongan trisiklik dan SSRI.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Mudarsa, H. DAMPAK GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF DISORDER


PADA AKTIVITAS PERKULIAHAN. Ash-Shuduur: Volume 1, No. 1 Januari-
Juni 2021. 2021. https://google.scholar.ac.id

2. Fineberg, N, A., et all. Mapping Compulsivity in the DSM-5 Obsessive


Compulsive and Related Disorders: Cognitive Domains, Neural Circuitry,
and Treatment. International Journal of Neuropsychopharmacology (2020)
21(1): 42–58. 2020

3. Rohana, S., et all. Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Obsessive Compulsive


Disorder (OCD) Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web.
Jurnal Dinamika Informatika Volume 11, No 1, September 2022 ISSN 1978-
1660 : 80-91 ISSN online 2549-8517 . 2022

4. Fenske, J. N., et all. Obsessive-Compulsive Disorder : Diagnosis and


management. American Family Physician Vol. 92 No. 10, 896-903. 2022

5. Melani, N., et all. Solusi Interaksi di Era Informasi : Mengendalikan Obsesi


dan Mengelola Emosi. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan e-ISSN:
2986- 7266. Vol. 01 No. 01, Maret 2023. 2023.

6. Amalia, R. Cognitive Behavior Therapy untuk menurunkan perilaku obsesif


kompulsif pada remaja. UNWAHA Jombang. ISSN : 2654-3184. 2019.

7. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Jakarta Ed.


3 : 50-55. 2020.

iv
8. Gunawan, G, S. Farmakologi dan terapi. Edisi 6. Jakarta : FKUI, 175-177.
2022.

9. Dania, 1. A. Obsessive-Compulsive Disorder pada Anak. Jurnal Kedokteran


dan Kesehatan Ibnu Sina Vol. 25 No.3, 33-38. 2020.

10. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. Kaplan & Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 3. Jakarta : EGC. 2021.

11. Jestie, P, D, V., et all. Diagnostic and statistical manual of mental disorders
fifth edition DSM-5. England. 2019.

Anda mungkin juga menyukai