BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RSD MADANI PALU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019 BAB 1
PENDAHULUAN
Ada berbagai macam gangguan kecemasan, salah satunya adalah obsessive
compulsive disorder (OCD). Obsesif kompulsif adalah suatu gangguan cemas yang ditandai dengan adanya suatu ide yang mendesak dan adanya dorongan yang tak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu dan dilakukan dengan berulang kali. Gangguan obsesif-kompulsif diwakili oleh beragam kelompok gejala yaitu pikiran yang intrusif, ritual, preokupasi dan tindakan yang berulang. Obsesif dan kompulsif yang berulang ini menghabiskan waktu dan menyebabkan penderitaan berat dan hendaya yang bermakna. Obsesi bisa menjadi sangat kuat dan menetap sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan. Kompulsif sering kali muncul sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat, terjadi peningkatan kecemasan pada saat menahan untuk tidak melakukan tindakan kompulsinya, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan. Gejala obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan pola gejala kontaminasi, keraguan patologis, pikiran mengganggu dan simetri. Kekhawatiran tersebut sukar dihindari karena terjadi pada hampir segala aktivitas sehari-hari. Gejala utama yang ditunjukkan adalah adanya pikiran obsesif dan tindakan kompulsif yang bersifat egodistonik. Secara klinis aktivitas kompulsi tidak berhubungan secara realistis dengan tujuan yang ada atau jelas berlebihan seperti mengupayakan kesempurnaan dengan melakukannya berulang-ulang yang memakan waktu. Gangguan obsesif kompulsif merupakan salah satu gangguan yang paling sulit ditangani. Walaupun berbagai macam intervensi dapat mengakibatkan perbaikan yang signifikan, kecenderungan obsesif kompulsif biasanya tetap ada hingga satu titik tertentu, walaupun dalam kontrol yang lebih besar dan dengan penampakan yang lebih sedikit dalam gaya hidup pasien. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder; OCD) adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya. Obsesi dan kompulsi memakan waktu dan cukup mengganggu fungsi rutin normal, pekerjaan, aktivitas sosial biasa, atau hubungan seseorang. Pasien dengan OCD dapat memiliki obsesi atau kompulsi atau keduanya. Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang dan mengganggu. Berlawanan dengan obsesi yang merupakan peristiwa mental, kompulsi adalah suatu perilaku. Secara rinci kompulsi adalah perilaku yang disadari, standar dan berulang, seperti menghitung, memeriksa atau menghindar. Tindakan kompulsif dilakukan untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesif. Pasien dengan OCD menyadari ketidakrasionalan obsesi dan merasakan obsesi serta kompulsi sebagai ego-distonik. B. Epidemiologi Prevalensi gangguan obsesif kompulsif sebesar 2-3%.Usia rerata awitan saat berusia 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki usia awitan lebih awal (laki-laki sekitar 19 tahun) dari pada perempuan (rerata sekitar 22 tahun). Sebagian besar gangguan mulai pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa terjadi pada masak kanak. Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kecenderungan yang sama untuk mengalami OCD. Namun, diantara remaja, laki—laki lebih lazim terkena dari pada perempuan. C. Etiologi Penyebab gangguan obsesi kompulsi bersifat multifaktoral yaitu interaksi antara faktor biologi, genetik dan faktor psikososial. D. Diagnosis 1. Baik obsesi atau kompulsi : Obsesi seperti yang dijelaskan dalam : 1) Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang dan menetap yang dialami pada suatu waktu selama terjadi gangguan, sebagai sesuatu yang mengganggu dan tidak sesuai serta dapat menimbulkan ansietas atau distres yang nyata 2) Pikiran, impuls atau bayangan bukanlah kekhawatiran berlebihan mengenai masalah kehidupan nyata 3) Orang tersebut berupaya mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan tersebut, atau menghilangkannya dengan pikiran atau tindakan lain 4) Orang tersebut menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional itu adalah hasil pikiran mereka sendiri (bukan dari luar seperti pada insersi pikiran) Kompulsi seperti yang dijelaskan pada : 1) Perilaku berulang (cth., mencuci tangan, melakukan urutan, memeriksa) atau tindakan mental (cth., berdoa, menghitung, mengulang kata-kata di dalam hati) yang membuat orang tersebut terdorong untuk melakukannya harus sebagai respon terhadap obsesi atau atau menurut aturan yang harus diterapkan dengan kaku 2) Perilaku atau tindakan mental tersebut ditujukan untuk mencegah atau mengurangi penderitaan atau mencegah peristiwa atau situasi yang menakutkan; meskipun demikian perilaku atau tindakan mental ini benar-benar berlebihan atau tidak berkaitan secara realistik dengan apa yang awalnya hendak dihilangkan atau dicegah. 2. Pada suatu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari bahwa obsesi atau kompulsi mereka berlebihan atau tidak beralasan. 3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan distres nyata, memakan waktu (lebih dari 1 jam per hari), atau mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik) atau aktivitas maupun hubungan sosial secara signifikan 4. Jika terdapat gangguan aksis 1 lain, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas pada hal tersebut (cth., preokupasi terhadap makanan dengan adanya gangguan makan; menarik-narik rambut dengan adanya trikotilomania; peduli dengan penampilan dengan adanya gangguan dismorfik tubuh; preokupasi memiliki penyakit berat dengan adanya hipokondriasis; preokupasi terhadap dorongan atau fantasi seksual dengan adanya parafilia; atau berpikir mendalam akan rasa bersalah dengan adanya gangguaun depresif berat) 5. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth., penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum. E. Gambaran klinis Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu yang sama. Suatu gagasan atau impuls masuk ke dalam kesadaran seseorang secara menetap dan paksa. Perasaan takut dan cemas menyertai manifestasi utama dan sering menyebabkan orang mengambil tindakan balasan terhadap gagasan atau impuls awal. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Orang yang menderita karena obsesi dan kompulsi biasanya merasakan keinginan yang kuat untuk menahannya. Meskipun demikian, sekitar separuh dari semua pasien memberikan sedikit tahanan terhadap kompulsi walaupun sekitar 80% pasien yakin bahwa kompulsi itu tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi. Tampilan obsesi dan kompulsi heterogen pada orang dewasa dan anak serta remaja. Gejala seorang pasien dapat tumpang tindih dan berubah seiring waktu tetapi, OCD memiliki empat pola gejala utama : 1. Kontaminasi. Pola yang lazim ditemui adalah obsesi terhadap kontaminasi, diikuti kegiatan mencuci atau disertai penghindaran kompulsif objek yang diduga terkontaminasi. Objek yang ditakuti sering sulit dihindari (contohnya feses, urine, debu, atau kuman). Pasien mungkin mnegelupas kulit tangan dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu meninggalkan rumah karena takut kuman. Walaupun ansietas adalah respon utama yang lazim terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan jijik obsesif juga lazim. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya yakin bahwa kontaminasi disebarkan dari objek ke objek atau dari orang ke orang bahkan melalui kontak terkecil. 2. Keraguan patologis. Pola gejala yang paling lazim kedua adalah suatu obsesi keraguan, diikuti kompulsi memeriksa. Obsesi ini sering melibatkan suatu bahaya kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau mengunci pintu). Sebagai contoh, pemeriksaan ini dapat berupa bolak balik ke rumah untuk memeriksa kompor. Pasien memiliki obsesi keraguan akan diri sendiri dan selalu merasa bersalah karena lupa atau melakukan sesuatu 3. Pikiran yang mengganggu. Pola gejala yang paling lazim ketiga adalahh pikiran obsesif yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi seperti ini biasanya merupakan pikiran berulang mengenai tindakan seksual atau agresif yang tercela bagi pasien. Pasien yang terobsesi dengan pikiran tindakan agresif atau seksual dapat melaporkan dirinya sendiri ke polisi atau mengaku pada pendeta. 4. Simetri. Pola gejala yang paling lazim ke empat adalah kebutuhan akan simetri atau ketepatan yang dapat menyebabkan kompulsi mengenai kelambatan. Pasien dapat memakai waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur wajahnya. 5. Pola gejala lain. Obsesi religius dan kompulsi menumpuk sesuatu lazim ditemukan pada pasien OCD. Trikotilomania dan menggigit- gigit kuku dapat merupakan kompulsi yang terkait dengan OCD. F. Diagnosis Banding 1. Gangguan tourette. Gejala khas gangguan tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering terjadi bahkan setiap hari. Gangguan tourette dan OCD memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90% orang dengan gangguan tourette memiliki gejala kompulsif dan dan sebanyak 2/3 memenuhi kriteria diagnostik OCD. 2. Keadaan psikiatri lain. Pertimbangan psikiatri utamma di dalam diagnosis banding OCD adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif kompulsif, fobia dan gangguan depresif. OCD biasanya dapatt dibedakan dengan skizofrenia yaitu tidak adanya gejala skizofrenik lain, sifat gejala kurang bizar, dan tilikan pasien terhadap gangguannya. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif tidak memiliki derajat hendaya fungsional yang terkait OCD. Fobia dibedakan yaitu dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesi dan kompulsif. Gangguan depresif beratt kadang-kadang dapat disertai gagasan obsesif tetapi pasien yang hanya dengan OCD gagal memenuhi kriteria diagnostik gangguan deppresif berat. G. Perjalanan gangguan dan prognosis Lebih dari ½ pasien degan OCD memiliki awitan gejala yang mendadak. Awitan gejala untuk sekitar 50 hingga 70 persen pasien terjadi setelah peristiwa yang penuh tekanan seperti kehamilan, masalah seksual atau kematian kerabat. Karenna banyak orang tetap merahasiakan gejalanya, sering terdapat penundaan 5 hingga 10 tahun sebelum pasien datang untuk mendapatkan perhatian psikiatri, walaupun penundaan mungkin memendek dengan meningkatnya kewaspadaan terhadap gangguan ini. Perjalanan gangguan biasanya lama tetapi bervariasi, sejumlah pasien mengalami gangguan yang berfluktuasi sedangkan pasien lain mengalami perjalanan gangguan yang konstan. Sekitar 20 hingga 30 persen pasien mengalami perbaikan gejala yang signifikan dan 40-50 persen mengalami perbaikan yang sedang. Sisa 20 hingga 40 persen tetap sakit atau mengalami perburukan gejala. Sekitar sepertiga hingga separuh pasien dengan OCD memiliki gangguan depresif berat dan bunuh diri merupakan resiko untuk semua pasien dengan OCD. Indikasi prognosis buruk ditunjukan dengan pasien yang mengikuti kompulsinya, awitan pada masa kanak-kanak, kompulsi yang bizar, memerlukan perawatan di rumah sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresif, keyakinan waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik ditunjukan dengan adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang mencetuskan, dan sifat gejala episodik. H. Terapi 1. Farmakoterapi 1) SSRI. Obat dari golongan SSRI antara lain fluoxetin, sitalopram, escitalopram, fluvoksamin, paroksetin dan sertralin telah disetujui untuk pengobatan OCD. Dosis yang lebih tinggi dari obat tersebut sering diperlukan utnuk memberikan efek yang menguntungkan, seperti fluoxetin 80 mg/hari. Hasil klinis lebih baik jika SSRI dikombinasikan dengan terapi perilaku. 2) Clomipramine. Dari semua obat trisiklik dan tetrasiklik, clomipramine adalah yang paling selektif untuk ambilan kembali serotonin versus ambilan kembali norepinefrin dan dalam hal ini hanya dilebihi oleh SSRI. Obat ini adalah obat pertama yang disetujui untuk OCD. Dosis pemberian harus dititrasi meningkat selama 2 hingga 3 minggu untuk menghindari efek samping gastrointestinal dan hopotensi ortostatik, serta obat ini dapat menimbulkan sedasi dan efek antikolinergik yang bermakna termasuk mulut kering dan konstipasi. 2. Psikoterapi Banyak pasien obsesif kompulsif yang resisten terhadap usaha pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun dengan terapi perilaku. Walaupun gangguan obsesif kompulsif dasarnya adalah biologik, namun gejala obsesi kompulsifnya mungkin mempunyai makna psikologis penting yang membuat pasien menolak pengobatan. Eksplorasi psikodinamik terhadap resistensi pasien terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan pengobatan. Jenis psikoterapi yang dapat diberikan berupa : 1) Psikoterapi suportif 2) Terapi perilaku 3) Terapi kognitif perilaku 4) Psikoterapi dinamik BAB III KESIMPULAN 1. Obsesif kompulsif adalah suatu gangguan cemas yang ditandai dengan adanya suatu ide yang mendesak dan adanya dorongan yang tak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu dan dilakukan dengan berulang kali. 2. Penderita Obsesif-Kompulsif memiliki empat pola gejala utama yaitu pola gejala kontaminasi, keraguan patologis, pikiran yang mengganggu, dan simetri. 3. Indikasi prognosis buruk pasien OCD ditunjukan dengan pasien yang mengikuti kompulsinya, awitan pada masa kanak-kanak, kompulsi yang bizar, memerlukan perawatan di rumah sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresif, keyakinan waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). 4. Prognosis yang baik pasien OCD ditunjukan dengan adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang mencetuskan, dan sifat gejala episodik. DAFTAR PUSTAKA 1. FKUI. Buku ajar psikiatri. Ed 2. Badan penerbit FKUI : Jakarta. 2017 2. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta. 2015 3. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Cetakan Keempat. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2014