Anda di halaman 1dari 11

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

RSD MADANI PALU

REFARAT
“GANGGUAN OBSESI KOMPULSI”

DISUSUN OLEH:

Putu Gita Diah Savitri


N 111 18 066

PEMBIMBING:

dr. Merry Tjandra, M. Kes., Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RSD MADANI PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

Ada berbagai macam gangguan kecemasan, salah satunya adalah obsessive


compulsive disorder (OCD). Obsesif kompulsif adalah suatu gangguan cemas
yang ditandai dengan adanya suatu ide yang mendesak dan adanya dorongan yang
tak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu dan dilakukan dengan berulang kali.
Gangguan obsesif-kompulsif diwakili oleh beragam kelompok gejala yaitu
pikiran yang intrusif, ritual, preokupasi dan tindakan yang berulang. Obsesif dan
kompulsif yang berulang ini menghabiskan waktu dan menyebabkan penderitaan
berat dan hendaya yang bermakna. Obsesi bisa menjadi sangat kuat dan menetap
sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta
kecemasan yang signifikan. Kompulsif sering kali muncul sebagai jawaban
terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat, terjadi
peningkatan kecemasan pada saat menahan untuk tidak melakukan tindakan
kompulsinya, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan
distress yang signifikan.
Gejala obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan pola gejala
kontaminasi, keraguan patologis, pikiran mengganggu dan simetri. Kekhawatiran
tersebut sukar dihindari karena terjadi pada hampir segala aktivitas sehari-hari.
Gejala utama yang ditunjukkan adalah adanya pikiran obsesif dan tindakan
kompulsif yang bersifat egodistonik. Secara klinis aktivitas kompulsi tidak
berhubungan secara realistis dengan tujuan yang ada atau jelas berlebihan seperti
mengupayakan kesempurnaan dengan melakukannya berulang-ulang yang
memakan waktu. Gangguan obsesif kompulsif merupakan salah satu gangguan
yang paling sulit ditangani. Walaupun berbagai macam intervensi dapat
mengakibatkan perbaikan yang signifikan, kecenderungan obsesif kompulsif
biasanya tetap ada hingga satu titik tertentu, walaupun dalam kontrol yang lebih
besar dan dengan penampakan yang lebih sedikit dalam gaya hidup pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder;
OCD) adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat
hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang
mengalaminya. Obsesi dan kompulsi memakan waktu dan cukup
mengganggu fungsi rutin normal, pekerjaan, aktivitas sosial biasa, atau
hubungan seseorang. Pasien dengan OCD dapat memiliki obsesi atau
kompulsi atau keduanya.
Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang
berulang dan mengganggu. Berlawanan dengan obsesi yang merupakan
peristiwa mental, kompulsi adalah suatu perilaku. Secara rinci kompulsi
adalah perilaku yang disadari, standar dan berulang, seperti menghitung,
memeriksa atau menghindar. Tindakan kompulsif dilakukan untuk
meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesif. Pasien dengan
OCD menyadari ketidakrasionalan obsesi dan merasakan obsesi serta
kompulsi sebagai ego-distonik.
B. Epidemiologi
Prevalensi gangguan obsesif kompulsif sebesar 2-3%.Usia rerata
awitan saat berusia 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki usia awitan
lebih awal (laki-laki sekitar 19 tahun) dari pada perempuan (rerata sekitar
22 tahun). Sebagian besar gangguan mulai pada saat remaja atau dewasa
muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa terjadi pada masak kanak. Diantara
orang dewasa, laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kecenderungan
yang sama untuk mengalami OCD. Namun, diantara remaja, laki—laki
lebih lazim terkena dari pada perempuan.
C. Etiologi
Penyebab gangguan obsesi kompulsi bersifat multifaktoral yaitu
interaksi antara faktor biologi, genetik dan faktor psikososial.
D. Diagnosis
1. Baik obsesi atau kompulsi :
Obsesi seperti yang dijelaskan dalam :
1) Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang dan menetap
yang dialami pada suatu waktu selama terjadi gangguan,
sebagai sesuatu yang mengganggu dan tidak sesuai serta
dapat menimbulkan ansietas atau distres yang nyata
2) Pikiran, impuls atau bayangan bukanlah kekhawatiran
berlebihan mengenai masalah kehidupan nyata
3) Orang tersebut berupaya mengabaikan atau menekan pikiran,
impuls, atau bayangan tersebut, atau menghilangkannya
dengan pikiran atau tindakan lain
4) Orang tersebut menyadari bahwa pikiran, impuls, atau
bayangan obsesional itu adalah hasil pikiran mereka sendiri
(bukan dari luar seperti pada insersi pikiran)
Kompulsi seperti yang dijelaskan pada :
1) Perilaku berulang (cth., mencuci tangan, melakukan urutan,
memeriksa) atau tindakan mental (cth., berdoa, menghitung,
mengulang kata-kata di dalam hati) yang membuat orang
tersebut terdorong untuk melakukannya harus sebagai respon
terhadap obsesi atau atau menurut aturan yang harus
diterapkan dengan kaku
2) Perilaku atau tindakan mental tersebut ditujukan untuk
mencegah atau mengurangi penderitaan atau mencegah
peristiwa atau situasi yang menakutkan; meskipun demikian
perilaku atau tindakan mental ini benar-benar berlebihan atau
tidak berkaitan secara realistik dengan apa yang awalnya
hendak dihilangkan atau dicegah.
2. Pada suatu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari
bahwa obsesi atau kompulsi mereka berlebihan atau tidak beralasan.
3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan distres nyata, memakan waktu
(lebih dari 1 jam per hari), atau mengganggu rutinitas normal, fungsi
pekerjaan (atau akademik) atau aktivitas maupun hubungan sosial
secara signifikan
4. Jika terdapat gangguan aksis 1 lain, isi obsesi atau kompulsi tidak
terbatas pada hal tersebut (cth., preokupasi terhadap makanan
dengan adanya gangguan makan; menarik-narik rambut dengan
adanya trikotilomania; peduli dengan penampilan dengan adanya
gangguan dismorfik tubuh; preokupasi memiliki penyakit berat
dengan adanya hipokondriasis; preokupasi terhadap dorongan atau
fantasi seksual dengan adanya parafilia; atau berpikir mendalam
akan rasa bersalah dengan adanya gangguaun depresif berat)
5. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(cth., penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum.
E. Gambaran klinis
Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu yang sama. Suatu
gagasan atau impuls masuk ke dalam kesadaran seseorang secara menetap
dan paksa. Perasaan takut dan cemas menyertai manifestasi utama dan
sering menyebabkan orang mengambil tindakan balasan terhadap gagasan
atau impuls awal. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien yaitu
dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai
makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya
obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai
sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Orang yang menderita karena obsesi
dan kompulsi biasanya merasakan keinginan yang kuat untuk
menahannya. Meskipun demikian, sekitar separuh dari semua pasien
memberikan sedikit tahanan terhadap kompulsi walaupun sekitar 80%
pasien yakin bahwa kompulsi itu tidak rasional. Kadang-kadang pasien
terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi.
Tampilan obsesi dan kompulsi heterogen pada orang dewasa dan
anak serta remaja. Gejala seorang pasien dapat tumpang tindih dan
berubah seiring waktu tetapi, OCD memiliki empat pola gejala utama :
1. Kontaminasi. Pola yang lazim ditemui adalah obsesi terhadap
kontaminasi, diikuti kegiatan mencuci atau disertai penghindaran
kompulsif objek yang diduga terkontaminasi. Objek yang ditakuti
sering sulit dihindari (contohnya feses, urine, debu, atau kuman).
Pasien mungkin mnegelupas kulit tangan dengan mencuci tangan
secara berlebihan atau mungkin tidak mampu meninggalkan rumah
karena takut kuman. Walaupun ansietas adalah respon utama yang
lazim terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan jijik obsesif juga
lazim. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya yakin bahwa
kontaminasi disebarkan dari objek ke objek atau dari orang ke
orang bahkan melalui kontak terkecil.
2. Keraguan patologis. Pola gejala yang paling lazim kedua adalah
suatu obsesi keraguan, diikuti kompulsi memeriksa. Obsesi ini
sering melibatkan suatu bahaya kekerasan (seperti lupa mematikan
kompor atau mengunci pintu). Sebagai contoh, pemeriksaan ini
dapat berupa bolak balik ke rumah untuk memeriksa kompor.
Pasien memiliki obsesi keraguan akan diri sendiri dan selalu
merasa bersalah karena lupa atau melakukan sesuatu
3. Pikiran yang mengganggu. Pola gejala yang paling lazim ketiga
adalahh pikiran obsesif yang mengganggu tanpa suatu kompulsi.
Obsesi seperti ini biasanya merupakan pikiran berulang mengenai
tindakan seksual atau agresif yang tercela bagi pasien. Pasien yang
terobsesi dengan pikiran tindakan agresif atau seksual dapat
melaporkan dirinya sendiri ke polisi atau mengaku pada pendeta.
4. Simetri. Pola gejala yang paling lazim ke empat adalah kebutuhan
akan simetri atau ketepatan yang dapat menyebabkan kompulsi
mengenai kelambatan. Pasien dapat memakai waktu berjam-jam
untuk makan atau mencukur wajahnya.
5. Pola gejala lain. Obsesi religius dan kompulsi menumpuk sesuatu
lazim ditemukan pada pasien OCD. Trikotilomania dan menggigit-
gigit kuku dapat merupakan kompulsi yang terkait dengan OCD.
F. Diagnosis Banding
1. Gangguan tourette. Gejala khas gangguan tourette adalah tik
motorik dan vokal yang sering terjadi bahkan setiap hari.
Gangguan tourette dan OCD memiliki awitan dan gejala yang
serupa. Sekitar 90% orang dengan gangguan tourette memiliki
gejala kompulsif dan dan sebanyak 2/3 memenuhi kriteria
diagnostik OCD.
2. Keadaan psikiatri lain. Pertimbangan psikiatri utamma di dalam
diagnosis banding OCD adalah skizofrenia, gangguan kepribadian
obsesif kompulsif, fobia dan gangguan depresif. OCD biasanya
dapatt dibedakan dengan skizofrenia yaitu tidak adanya gejala
skizofrenik lain, sifat gejala kurang bizar, dan tilikan pasien
terhadap gangguannya. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
tidak memiliki derajat hendaya fungsional yang terkait OCD. Fobia
dibedakan yaitu dengan tidak adanya hubungan antara pikiran
obsesi dan kompulsif. Gangguan depresif beratt kadang-kadang
dapat disertai gagasan obsesif tetapi pasien yang hanya dengan
OCD gagal memenuhi kriteria diagnostik gangguan deppresif
berat.
G. Perjalanan gangguan dan prognosis
Lebih dari ½ pasien degan OCD memiliki awitan gejala yang
mendadak. Awitan gejala untuk sekitar 50 hingga 70 persen pasien terjadi
setelah peristiwa yang penuh tekanan seperti kehamilan, masalah seksual
atau kematian kerabat. Karenna banyak orang tetap merahasiakan
gejalanya, sering terdapat penundaan 5 hingga 10 tahun sebelum pasien
datang untuk mendapatkan perhatian psikiatri, walaupun penundaan
mungkin memendek dengan meningkatnya kewaspadaan terhadap
gangguan ini. Perjalanan gangguan biasanya lama tetapi bervariasi,
sejumlah pasien mengalami gangguan yang berfluktuasi sedangkan pasien
lain mengalami perjalanan gangguan yang konstan.
Sekitar 20 hingga 30 persen pasien mengalami perbaikan gejala
yang signifikan dan 40-50 persen mengalami perbaikan yang sedang. Sisa
20 hingga 40 persen tetap sakit atau mengalami perburukan gejala.
Sekitar sepertiga hingga separuh pasien dengan OCD memiliki
gangguan depresif berat dan bunuh diri merupakan resiko untuk semua
pasien dengan OCD. Indikasi prognosis buruk ditunjukan dengan pasien
yang mengikuti kompulsinya, awitan pada masa kanak-kanak, kompulsi
yang bizar, memerlukan perawatan di rumah sakit, ada komorbiditas
dengan gangguan depresif, keyakinan waham dan adanya gangguan
kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang
baik ditunjukan dengan adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang
baik, adanya peristiwa yang mencetuskan, dan sifat gejala episodik.
H. Terapi
1. Farmakoterapi
1) SSRI. Obat dari golongan SSRI antara lain fluoxetin,
sitalopram, escitalopram, fluvoksamin, paroksetin dan
sertralin telah disetujui untuk pengobatan OCD. Dosis yang
lebih tinggi dari obat tersebut sering diperlukan utnuk
memberikan efek yang menguntungkan, seperti fluoxetin
80 mg/hari. Hasil klinis lebih baik jika SSRI
dikombinasikan dengan terapi perilaku.
2) Clomipramine. Dari semua obat trisiklik dan tetrasiklik,
clomipramine adalah yang paling selektif untuk ambilan
kembali serotonin versus ambilan kembali norepinefrin dan
dalam hal ini hanya dilebihi oleh SSRI. Obat ini adalah
obat pertama yang disetujui untuk OCD. Dosis pemberian
harus dititrasi meningkat selama 2 hingga 3 minggu untuk
menghindari efek samping gastrointestinal dan hopotensi
ortostatik, serta obat ini dapat menimbulkan sedasi dan efek
antikolinergik yang bermakna termasuk mulut kering dan
konstipasi.
2. Psikoterapi
Banyak pasien obsesif kompulsif yang resisten terhadap usaha
pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun dengan terapi
perilaku. Walaupun gangguan obsesif kompulsif dasarnya adalah
biologik, namun gejala obsesi kompulsifnya mungkin mempunyai
makna psikologis penting yang membuat pasien menolak
pengobatan. Eksplorasi psikodinamik terhadap resistensi pasien
terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan pengobatan.
Jenis psikoterapi yang dapat diberikan berupa :
1) Psikoterapi suportif
2) Terapi perilaku
3) Terapi kognitif perilaku
4) Psikoterapi dinamik
BAB III
KESIMPULAN
1. Obsesif kompulsif adalah suatu gangguan cemas yang ditandai dengan
adanya suatu ide yang mendesak dan adanya dorongan yang tak dapat
ditahan untuk melakukan sesuatu dan dilakukan dengan berulang kali.
2. Penderita Obsesif-Kompulsif memiliki empat pola gejala utama yaitu
pola gejala kontaminasi, keraguan patologis, pikiran yang mengganggu,
dan simetri.
3. Indikasi prognosis buruk pasien OCD ditunjukan dengan pasien yang
mengikuti kompulsinya, awitan pada masa kanak-kanak, kompulsi yang
bizar, memerlukan perawatan di rumah sakit, ada komorbiditas dengan
gangguan depresif, keyakinan waham dan adanya gangguan
kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal).
4. Prognosis yang baik pasien OCD ditunjukan dengan adanya
penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang
mencetuskan, dan sifat gejala episodik.
DAFTAR PUSTAKA
1. FKUI. Buku ajar psikiatri. Ed 2. Badan penerbit FKUI : Jakarta. 2017
2. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta. 2015
3. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Cetakan Keempat.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2014

Anda mungkin juga menyukai