Anda di halaman 1dari 14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret RSU Dr Moewardi Surakarta 2012

Gangguan Obsesif Kompulsif


Suatu kondisi yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai tindakan kompulsif. Individu tidak mampu mengontrol pikirannya sehingga menjadi obsesi dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Penderita OCD mengetahui bahwa perbuatan dan pikirannya itu tidak masuk akal, tetapi ia tidak dapat menghilangkannya.

Gangguan obsesif kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat.

Definisi
Obsesi
Pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang mengganggu.

Kompulsi
Pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari.

Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup menderita gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan sebesar 2 hingga 3 persen. gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat psikotropika, dan depresi berat

Pada orang dewasa, kemungkinan menderita gangguan obsesif kompulsif pada laki-laki dan perempuan sama, tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan perempuan

Usia onset rata-rata adalah 20 tahun. Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen memiliki onset setelah usia 35 tahun.

Orang yang hidup sendiri lebih banyak terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan orang yang menikah.

Etiologi
Faktor Biologis

Faktor Psikososial

Faktor Perilaku

Diagnosis (DSM IV)


Salah satu obsesi atau kompulsi Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas atau hubungan sosial yang biasanya.

Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya

Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

Diagnosis (PPDGJ-III)
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.

Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita.

Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut: Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejalobsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.

Gambaran Klinis
Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan atau impuls awal. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.

Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya. 6

Diagnosis Banding
Kondisi medis Kondisi psikiatrik
Gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis, dan kadang-kadang komplikasi trauma dan pascaensefalitik

Gangguan kepribadian obsesifkompulsif, fobia, dan gangguan depresif

Terapi
Farmakoterapi Clomipramine SSRI Terapi Perilaku Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif kompulsif Psikoterapi Psikoterapi Suportif Melibatkan keluarga untuk motivasi

Prognosis
Prognosis Baik
Prognosis Buruk

Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah risiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif.

Ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis

Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)

Kesimpulan
Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut turut.

Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak, genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan faktor psikodinamika.

Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai