Anda di halaman 1dari 25

Obsessive Compulsive

Disorder (OCD)
Halimatusakdiah
110 2012 104

Kepaniteraan Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa


Periode 11 September 14 Oktober 2017
RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur
Universitas Yarsi Jakarta
Gangguan Obsesif Kompulsif
Gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat hingga
menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya.
Pasien dengan OCD dapat memiliki obsesi atau kompulsi, atau
keduanya.
Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang
dan mengganggu. Kompulsi adalah perilaku yang disadari, standar,
dan berulang, seperti menghitung, memeriksa, atau menghindar.
Pasien dengan OCD menyadari ketidakrasionalan obsesi dan
merasakan obsesi serta kompulsi sebagai ego-distonik.
Epidemiologi
Prevalensi pada populasi umum sekitar 2-3 persen
Gangguan ini sekitar 10% dari pasien rawat jalan di klinik psikiatri
Di antara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama
cenderung terkena, tetapi di antara remaja, laki-laki lebih lazim
terkena daripada perempuan
Usia rerata awitan sekitar 20 tahun
Orang lajang lebih sering mengalami OCD dibandingkan orang yang
menikah
Komorbiditas
Prevalensi seumur hidup gangguan depresif mayor pada orang
dengan OCD sekitar 67% dan untuk fobia sosial sekitar 25%
Diagnosis komorbid lainnya pada pasien dengan OCD adalah
gangguan penggunaan alcohol, gangguan anxietas menyeluruh, fobia
spesifik, gangguan panik, gangguan makan, dan gangguan
kepribadian
Insiden gangguan Tourette pada pasien dengan OCD adalah 5-7%
20-30% pasien OCD memiliki riwayat tik
Etiologi Neurotransmitter
(Sistem
Serotonergik,
Noradrenergik,
Neuroimunologi)

Studi
Pencitraan Genetik
Otak
Faktor
Biologis
Etiologi

Faktor Perilaku

Faktor Kepribadian
Faktor
Psikososial
Faktor Psikodinamik
Diagnosis (DSM-IV-TR)
A. Baik obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang dijelaskan dalam (1), (2), (3) dan (4):
1) Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang dan menetap yang dialami pada
suatu waktu selama terjadi gangguan, sebagai sesuatu yang mengganggu dan
tidak sesuai serta dapat menimbulkan ansietas atau distress yang nyata.
2) Pikiran, impuls, atau bayangan bukanlah kekhawatiran berlebihan mengenai
masalah kehidupan nyata
3) Orang tersebut berupaya mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau
bayangan tersebut, atau menghilangkannya dengan pikiran atau tindakan lain
4) Orang tersebut menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsessional
itu adalah hasil pikiran mereka sendiri (bukan dari luar seperti pada insersi
pikiran)
Diagnosis (DSM-IV-TR)
Kompulsi seperti yang dijelaskan dalam (1) dan (2):
1) Perilaku berulang (cth., mencuci tangan, melakukan urutan,
memeriksa) atau tindakan mental (cth., berdoa, menghitung,
mengulang kata-kata di dalam hati) yang membuat orang tersebut
terdorong untuk melakukannya harus sebagai respons terhadap
obsesi, atau menurut aturan yang harus diterapkan dengan kaku.
2) Perilaku atau tindakan mental tersebut untuk mencegah atau
mengurangi penderitaan atau mencegah peristiwa atau situasi yang
menakutkan; meskipun demikian, perilaku atau tindakan mental ini
benar-benar berlebihan atau tidak berkaitan secara realistik dengan
apa yang awalnya hendak dihilangkan atau dicegah.
Diagnosis (DSM-IV-TR)
B. Pada suatu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari bahwa obsesi atau
kompulsi mereka berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: hal ini tidak berlaku pada
anak.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan distress nyata, memakan waktu (lebih dari 1 jam
per hari), atau mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau
aktivitas maupun hubungan social secara signifikan.
D. Jika terdapat gangguan aksis I lain, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas pada hal
tersebut (cth., preokupasi terhadap makanan dengan adanya gangguan makan;
menarik-narik rambut dengan adanya trikotilomania; peduli dengan adanya gangguan
dismorfik tubuh; preokupasi memiliki penyakit berat dengan adanya hipokondriasis;
preokupasi terhadap dorongan atau fantasi seksual dengan adanya parafilia; atau
berpikir mendalam.
E. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth., penyalahgunaan
obat, pengobatan) atau kondisi medis umum.
Tentukan jika:
Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode saat ini, orang
tersebut tidak menyadari obsesi dari kompulsinya berlebihan atau tidak beralasan.
Diagnosis (PPDGJ III)
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau
kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-
turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak
dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.
Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Diagnosis (PPDGJ III)
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. penderita
gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya
penderita gangguan depresi berulang (F33,-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif
selama episode depresif-nya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-
gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif
pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai
diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala
yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau
gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.
Diagnosis (PPDGJ III)
F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan
Pedoman Diagnostik
Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan), yang
sifatnya mengganggu (ego alien);
Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan
(distress)
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( Obssesional Rituals)
Pedoman Diagnostik
Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan: kebersihan (khususnya mencuci tangan),
memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya
tidak terjadi, atau masalah kerapian dan keteraturan.
Hal tersebut dilatar-belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau
bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif
untuk menghindari bahaya tersebut.
Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan
kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan
Diagnosis (PPDGJ III)
F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif
Pedoman Diagnostik
Kebanyakan dari penderita obsesif-kompulsif memperlihatkan pikiran
obsesif serta tindakan kompulsif.
Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut sama-sama menonjol,
yang umumnya memang demikian.
Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan
dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang
berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif
terhadap terapi perilaku (Maslim, R., 2001)
F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya
F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT
Gambaran Klinis
Suatu gagasan atau
impuls masuk ke
Kontaminasi
dalam kesadaran
sesorang secara
menetap dan paksa. Keraguan Patologis
Perasaan takut dan
cemas menyertai Pola Pikiran yang Mengganggu
manifestasi utama
dan sering
menyebabkan orang
Gejala
mengambil tindakan Simetri
balasan terhadap
gagasan atau impuls
awal. Pola Gejala Lain
Pola Gejala
Kontaminasi
Obsesi terhadap kontaminasi, diikuti kegiatan mencuci atau disertai penghindaran
kompulsif objek yang diduga terkontaminasi. Objek yang ditakuti sering sulit dihindari
(cth., feses, urine, debu atau kuman).

Keraguan Patologis
Obsesi keraguan, diikuti kompulsi memeriksa. Obsesi ini sering melibatkan suatu
bahaya kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu).

Pikiran yang Mengganggu


Pikiran obsesif yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Merupakan pikiran berulang
mengenai tindakan seksual atau agresif yang tercela bagi pasien.
Pola Gejala
Simetri
Kebutuhan akan simetri atau ketepatan yang dapat menyebabkan kompulsif
mengenai kelambatan. Pasien dapat memakan waktu berjam-jam untuk makan atau
mencukur wajahnya.

Pola Gejala Lain


Trikotilomania (kompulsi menarik-narik rambut) dan menggigit-gigit kuku dapat
merupakan kompulsi yang terkait dengan OCD.
Pemeriksaan Status Mental
Pasien dengan OCD juga dapat menunjukkan gejala gangguan
depresif. Gejala seperti itu terdapat pada sekitar 50% pasien.

Sejumlah pasien OCD memiliki ciri khas mengesankan


mengesankan gangguan kepribadian obsesif kompulsif tetapi
sebagian besar tidak.

Pasien dengan OCD, terutama laki-laki, memiliki angka


membujang yang lebih tinggi dari rata-rata. Pasien yang menikah
memiliki jumlah perceraian yang lebih tinggi dari rata-rata.
Diagnosis Banding
Keadaan Medis gangguan Tourette, gangguan tic
lainnya, epilepsy lobus temporalis, dan kadang-kadang
trauma serta komplikasi pascaensefalitis.
Keadaan Psikiatri Lain skizofrenia, gangguan kepribadian
obsesif kompulsif, fobia, dan gangguan depresif.
Perjalanan Gangguan dan Prognosis
Awitan gejala lebih sering mendadak dan setelah peristiwa yang
penuh tekanan, seperti kehamilan, masalah seksual, atau kematian
kerabat.
Perjalanan gangguan biasanya lama tapi bervariasi; sejumlah pasien
mengalami perjalanan gangguan yang berfluktuasi sedangkan pasien
lain mengalami perjalanan gangguan yang konstan.
20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang signifikan. 40-50%
mengalami perbaikan sedang. Sisa 20-40% tetap sakit atau
mengalami perburukan gejala.
Terapi
Farmakoterapi

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors


Fluoxetine (Prozac), sitalopram (Celexa), escitalopram (Lexapro), fluvoksamin (Luvox), paroksetin
(Paxil), setralin (Zoloft) telah disetujui FDA untuk terapi OCD.
Efek samping: gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, ansietas dan kegelisahan.
Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI dikombinasikan dengan terapi perilaku.

Clomipramine
Penggunaan dosisnya harus ditirasi meningkat selama 2-3 minggu untuk menghindari efek
samping seperti gastrointestinal dan hipotensi ortostatik serta, seperti obat trisiklik lainnya, obat
ini menimbulkan sedasi dan efek antikolinergik yang bermakna, termasuk mulut kering dan
konstipasi.
Hasil terbaik berasal dari kombinasi obat dengan terapi perilaku.
Terapi
Obat Lain
Jika terapi dengan clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak terapis memperkuat obat
pertama dengan penambahan valproate (Depakene), litium (Eskalith), atau karbamazepin
(Tegretol). Obat lain yang dapat dicoba di dalam terapi OCD adalah venlafaksin (Effexor),
pindolol (Visken), dan MAOI, khususnya fenelzin (Nardil). Agen farmakologis lain untuk terapi
pasien yang tidak responsive mencakup buspirone (BuSpar), 5-hidroksitriptamin (5-HT), L-
triptofan, dan klonazepam (Klonopin). Agen psikotik dapat membantu ketika juga terdapat
gangguan tic atau sindrom Tourette.
Terapi
Terapi Perilaku

Terapi perilaku dapat dilakukan di lingkungan rawat jalan atau rawat inap.
Pendekatan perilaku yang penting di dalam OCD adalah pajanan dan pencegahan
respons. Desentisasi, penghentian pikiran, pembanjiran, terapi impolsi, dan
aversive conditioning juga telah dlakukan pada pasien OCD. Dalam terapi
perilaku, pasien harus benar-benar berkomitmen terhadap perbaikan.
Terapi
Psikoterapi

Psikoterapi suportif dengan kontak regular dan terus-menerus dengan orang


yang professional, tertarik, simpatik, dan memberi semangat, pasien mungkin
mampu berfungsi dengan bantuan ini.
Upaya psikoterapi harus mencakup perhatian anggota keluarga melalui
pemberian dukungan emosional, penenangan, penjelasan, dan saran untuk
mengatur dan berespons kepada pasien.
Daftar Pustaka
Maslim, R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. PT Nuh Jaya: Jakarta
Sadock, B.J. and Virginia, A.S., 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai