Anda di halaman 1dari 14

ocd

Obsessive compulsive disorder


pengertian
• OCD atau obsessive compulsive disorder adalah gangguan mental yang
menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan
secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi
kecemasan atau ketakutan. Gangguan obsesif kompulsif dapat dialami oleh
siapa saja. Meski lebih sering terjadi di awal usia dewasa, OCD juga bisa
terjadi pada anak-anak atau remaja. Penderita OCD terkadang sudah
menyadari bahwa pikiran dan tindakannya tersebut berlebihan, tetapi
tetap merasa harus melakukannya dan tidak dapat menghindarinya.

• Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai


dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat
menyebabkan penderitaan (distress).
Obsesi & kompulsi
• Obsesi adalah ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yangtidak dapat ditentang yang
tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika,yang disertai dengan kecemasan. Sedangkan
kompulsi adalah kebutuhan yang patologisuntuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan
kecemasan.
• obsesi (obsession) adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusive dan berulang yang sepertinya berada di
luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan persisten
sehingga mngganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan.
Tercakup didalamnya adalah keraguan-raguan, impuls-impuls, dan citra (gambaran) mental.
• Obsesi
• Jenike, baer, dan minichiello (1986) mengatakan bahwa obsesi yang paling banyak dijumpai dalam sampel
100 pasien adalah kontaminasi (55%), impuls agresif (50%), seks (32%), ketakutan somatis (35%) dan need
for symmetry (37%). Enam puluh persen sampel memperlihatkan obsesi multiple/majemuk. “need for
symnmetry” (kebutuhan akan simetri) mengacu pada keinginan untuk menjaga agar sesuatunya selalu dalam
keadaan rapi-sempurna atau melakukan sesuatru dengan cara yang sangat spesifik.
• Suatu kompulsi (compulsion) adalah tingkah laku yang repetitif (seperti mencuci tangan atau mengunci
gembok) atau tindakan mental repetitif (seperti berdoa, mengulang-ulang kata-kata tertentu) yang dirasakan
oleh seorang sebagai suatu keharusan atau dorongan yang harus dilakukan (APA,2000).
Teori dan treatment ocd
• Teori :
• Gangguan obsesif kompulsif sering kali dipahami sebagai gangguan genetik (Jonnal, Gardner, Prescott, &
kendler, 2000; Pato, schindler & pato) yang merefleksikan abnormalitas dalam basal ganglia, area subkortikal
pada otak yang melibatkan pengendalian gerakan motoric. Secara spesifik, system yang melibatkan
glutamate, dopamine, serotonin dan asetilkolin dapat terlibat, mempengaruhi fungsi dari konteks prefrontal
(Carlsson, 2001). Oleh karena itu, sirkuit pada otak yang menghubungkan daerah subkortikal dan kortikal
yang berfungsi untuk menghambat perilaku tampaknya bnerkerja secara abnormal pada gangguan ini
(Saxena & Rauch, 2000). Individu dengan OCD memiliki pikiran dan perilaku yang tidak dapat mereka
kendalikan, seolah-olah struktur otak mereka yang berhubungan dengan proses ini berkerja terus-menerus,
berusaha untuk mengendalikan pikiran dan perilaku tersebut.

• Treatmen intervensi yang paling berpeluang untuk menangani individu dengan gangguan obsesif kompulsif
bersumber pada pendekatan biologis dan psikologis yang biasanya dikombinasikan dengan treatmen yang
integral (Jenike,2004). Sejauh ini, treatmen dengan klomipramina (clomipramine) atau pengobatan yang
berfungsi menghambat serotonin, seperti fluoxetine (Prozac) atau sertraline (Zoloft) telah terbukti sebagai
pengobatan biologis yang paling efektif yang tersedia bagi gangguan obsesif kompulsif (Foa,dkk, 2005).


Karakteristik gangguan obsesif kompulsif
• Karakterisik Gangguan Obsesif Kompulsif
• Obsesi dan kompulsi yang menjadi ciri khas OCD sangat berpengaruh
terhadap kehidupan dan menjabak individu dalam siklus yang
menimbulkan stress dan kecemasan yang mempengaruhi pikiran dan
perilaku. Simtom OCD sangat menghabiskan waktu, irasional dan
dapat mengalihkan perhatian serta individu merasa sangat putus asa
berhadap dapat menghentikannya.
• Kompulsi yang paling umum terjadi melibatkan pengulangan perilaku
yang spesifik, seperti mencuci dan membersihkan, menghitung,
meletakkan benda sesuai dengan aturan, memeriksa, atau
memastikan sesuatu.
Fitur-fitur gangguan obsesif kompulsif
• Obsesi : pikiran, impuls, atau bayangan berulang kali dan persisten yang dialami
sebagai sesuatu yang intrusive dan tidak pada tempatnya, dan menyebabkan
kecemasan atau distress yang kuat. Mereka lebih dari sekadar kekhawatiran
berlebihan tentang masalah-masalah nyata dalam kehidupan.
• Kompulsi : perilaku repetitive (misalnya mencuci tangan atau memeriksa keadaan
berulang-ulang) yang dilakukan karena orang itu merasa terdorong untuk
melakukannya sebagai respons terhadap obsesinya atau sesuai aturan yang harus
dilaksanakan secara kaku.
• kesadaran bahwa obsesi atau kompulsinya berlebih-lebihan atau tidak masuk
akal.
• Pikiran, impuls, atau perilaku itu menyebabkan distress, menyita waktu lebih dari
satu jam sehari, atau secara signifikan mengganggu fungsi atau hubungan normal
penderita.
Faktor-faktor OCD
• 1. Faktor Biologis
• Banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa disregulasi serotonin berpengaruh pada pembentukan gejala
gangguan obsesif-kompulsif, tetapiserotonin sebagai penyebab gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Genetik juga diduga
berpengaruh untuk terjadinya gangguan obsesif-kompulsif dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar
monozigot dan dizigot.
• 2. Faktor Tingkah Laku
• Menurut teori, obsesi adalah stimulus yang terkondisi. Sebuah stimulus yangrelatif netral diasosiasikan dengan rasa takut atau
cemas melalui proses pengkondisianresponden yaitu dengan dihubungkan dengan peristiwa – peristiwa yang menimbulkanrasa
cemas atau tidak nyaman.
• Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan
akibat obsesif, orang tersebut mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau ritualuntuk
mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, karena efikasinya dalam mengurangi kecemasan, strategi penghindaran ini
menjadi suatu pola tetap dalam kompulsi.
• 3. Faktor Psikososial
• Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif – kompulsif bisa disebabkan karenaregresi dari fase anal dalam fase perkembangannya.
Mekanisme pertahanan psikologismungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif – kompulsi.Represi
perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alas an timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.
Gejala OCD
Gejala:
· Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan.
· Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.
Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :Mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran.
· Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman
yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.
· Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia
memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul,
maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
· Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik
dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.
Gejala klinis
• Gejala pasien gangguan obsesif – kompulsif mungkin berubah sewaktu – waktutetapi gangguan ini
mempunyai empat pola gejala yang paling sering ditemui, yaitu:
• 1. Kontaminasi
• Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsimenghindar dari objek yang dirasa
terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanyasulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman.
• 2. Keraguan
• Patologis Obsesi ini biasanya diikuti oleh kompulsi pemeriksaan berulang. Pasien memiliki keraguan obsesif
dan merasa selalu merasa bersalah tentangmelupakan sesuatu atau melakukan sesuatu.
• 3. Pemikiran yang Mengganggu
• Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atauseksual yang salah oleh pasien.
• 4. Simetri
• Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi kelambanan. Pasien membutuhkan
waktu berjam-jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur.

Contoh kasus
• Contoh kasus gangguan Obsesif Kompulsif;

• Jack, seorang sarjana kimia yang sukses, didorong oleh istrinya, Mary, seorang ahli farmasi, demi
mencari pertolongan untuk “keanehan-keanehan tingkah lakunya” yang makin lama makin
menjengkelkan. Jack, adalah seorang pengecek kompulsif. Bila mereka meninggalkan apartemen
mereka, dia akan memaksa untuk kembali untuk mengecek apakah lampu-lampu sudah padam,
saluran gas sudah ditutup, atau apakah pintu lemari es sudah ditutup. Terkadang ketika sudah di
elevator ia meminta maaf untuk kembali ke apartemennhya untuk melakukan ritualnya. Kadang-
kadang kompulsinya untuk mengecek dating ketika dia sudah berada di garasi. Ia akan kembali ke
apartemennya, meninggalkan Mary yang marah besar. Jack menyadari bahwa tingkah lakunya
mengganggu hubungannya selain juga menimbulkan stress dalam dirinya sendiri. Meskipun
demikian, dia segan untuk mulai dengan pengobatan. Ia hanya berkata bahwa ia ingin
menghilangkan kebiasaan kompulsifnya, tetapi ia juga takut kalua dengan menghilangkan
kompulsinya dia akan kehilangan pertahanan terhadap kecemasan yang dimilikinya.


Terapi atau pengobatan
• 1. Farmakoterapi
• Kemanjuran farmakoterapi dalam gangguan obsesif-kompulsif telah dibuktikan dalam banyak uji coba klinis.
Manfaat tersebut ditingkatkan oleh pengamatan bahwa penelitian menemukan angka respons placebo
adalah kira-kira 5 persen. Persentase tersebut adalah rendah, dibandingkan dengan angka respons placebo
30 sampai 40 persen yang sering ditemukan pada penelitian obat antidepresan dan ansiolitik.
Data yang tersedia menyatakan bahwa obat, semuanya digunakan untuk mengobati gangguan
depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya
terlihat setelah empat sampai enam minggu pengobatanuntuk mendapatkan manfaat terapeutik yang
maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresen adalah masih kontroversial, sebagian bermakna
pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan antidepresen tampaknya
mengalami relaps jika terapi obat dihentikan.
Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin (sebagai contoh, clomipramine
(Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin-specific reuptake inhibitor), seperti
fluoxetine (Prozac) – dam selanjutnya pindah ke strategi farmakologis lain jika obat spesifik serotonin tidak
efektif. Banyak ahli terapi memperkuat obat pertama dengan menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang
dapat dicoba adalah inhibitor monoamine oksidase (MAOI; monoamine oxidase inhibitor), khususnya
phenelzine (Nardil). Obat farmakologis yang kurang diteliti adalah buspirone (BuSpar), fenfluramine
(Pondimin), tryptophan, dan clonazepam (Klonopin).
• 2. Terapi Perilaku
• Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku adalah
sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif,
dan beberapa data menyatakan bahwa efek bermanfaat adalah
berlangsung lama dengan terapi perilaku. Dengan demikian, banyak klinisi
mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih untuk gangguan
obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap
maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-
kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respons. Desentisasi,
menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan pembiasaan tegas
juga telah dilakukan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif. Dalam terapi
perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan
perbaikan
• 3. Psikoterapi
• Tanpa adanya penelitian yang adekuat tentang psikoterapi berorientasi tilikan untuk gangguan
obsesif-kompulsif, tiap generalisasi yang sah tentang manfaatnya adalah sukar untuk dibuat,
walaupun terdapat laporan anecdotal tentang keberhasilan tersebut. Ahli analisis individual telah
melihat secara jelas dan berlangsung selamanya perubahan yang lebih baik pada pasien dengan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif, khususnya jika mereka mampu untuk datang dengan
impuls agresif terletak di belakang sifat karakter pasien. Tampaknya, ahli analisis dan dokter
psikiatrik berorientasi tilikan telah mengamati gejala perbaikan yang bermakna pada pasien
dengan gangguan obsesif kompulsif di dalam perjalanan analisis atau psikoterapi tilikan yang
panjang.
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan obsesif-
kompulsif yang, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan, adalah mampu untuk
bekerja dan membuat penyesuaian sosial. Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan orang
professional yang tertarik, simpatik, dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi
berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejala mereka akan menyebabkan gangguan bagi
mereka. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan obsessional mencapai intensitas yang tidak dapat
ditoleransi, pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk menghilangkan stress lingkungan eksternal
hingga gejala sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi.
• 4. Terapi Lain
• Terapi keluarga sering kali berguna dalam mendukung keluarga, membantu menurunkan
percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun ikatan terapi
dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien.
• Terapi kelompok berguna sebagai system pendukung bagi beberapa pasien. Untuk pasien
yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedahpsiko
(psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak seefektif bedah-psiko tetapi
kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan. Prosedur bedah-psiko yang paling
sering dilakukan untuk gangguan obsesif-kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil
dalam mengobati 25 sampai 30 persem pasien yang tidak responsive terhadap
pengobatan lain. Komplikasi yang paling sering dari bedah-psiko adalah perkembangan
kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan phenytoin (Dilantin).
Beberapa pasien yang tidak berespons dengan bedah-psiko saja dan yang tidak
berespons terhadap farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum operasi menjadi
berespons terhadap farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah psiko.

Anda mungkin juga menyukai