Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Abnormal
Yang dibina oleh : Taufiqurrahman,MA
Disusun oleh
Sufyan Abdillah
16410014
D
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan anugerah-nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Obsessive Compulsive Disorder” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikilogi
Abnormal. Isi dari makalah ini adalah paparan pengetahuan tentang gangguan
Obsessive Compulsive Disorder.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang berperan dalam penyusunan makalah ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar Obessive Compulsive Disorder.
2. Untuk memahami epidemiologi Obsessive Compulsive Disorder.
3. Unuk memahami etiologi Obsessive Compulsive Disorder.
4. Untuk mengetahui diagnosis dan penanganan terapi Obsessive Compulsive
Disorder.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Obsessive Compulsive Disorder ( OCD)
Suatu obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang inrusif dan berulang dan
berada di luar kemampuan sesorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat
menjadi sangat kuat dan persisten sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari –
hari dan menimbulkan distress serta kecemasan signifikan (Nevi dkk.., 2003;
Hoeksema, 2001). Suatu kompulsi adalah perilaku yang berulang (seperti mencuci
tangan atau memeriksa kunci pintu) atau tindakan mental repetitif (seperti
mengulang – ulang kata – kata tertentu, atau menghitung) yang dirasakan seseorang
sebagai keharusan atau doronga yang harus dilakukan (APA, 2000).
Kompulsi seringkali sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul
dengan cukup sering serta kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari – hari atau
menyebabkan disterss yang signifikan. Kebanyakan kompulsi berupa dua kategori
yaitu ritual pengecekan (checking) dan ritual bersih – bersih (celaning). Ritual
pengecekan, seperti memaksa secara berulang apakah pintu – pintu sudah terkunci
sebelum meninggalkan rumah akan menyebabkan keterlambatan dan mengganggu
orang lain. Demikian pula bila memiliki kompulsi bersih – bersih, akan memakan
waktu beberapa jam dalam sehari.
Kompulsi sering menyertai obsesi dan akan menimbulkan perasaan lega karena
kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran – pikiran obsesif. Dengan mencuci
tangan 40 hingga 50 kali berturut-turut setiap kali menyentuh gagang pintu di depan
umum, pencuci tangan yang kompulsif akan merasakan kelegaan dari kecemasan
yang dimunculkan oleh pikiran obsesifnya bahwa kotoran atau kuman – kuman
masih menempel di kulit. Penderita gangguan obsesif kompulsif percaya bahwa
tindakan kompulsifnya akan mencegah terjadinya suatu peristiwa yang
menakutkan, meskipun tidak ada dasar realistik untuk keyakinan ini dan juga
tingkah lakunya jauh dari masuk akal untuk situasi seperti itu. Ritual kompulsif
sepertinya juga mengurangi kecemasan yang akan terjadi seandainya tingkah laku
tersebut dicegah untuk dilakukan (Foa, dalam Nevid dkk.., 2003).
Individu yang mempunyai gangguan obsesif kompulsif menngalami kesulitan
dalam mengehentikan pikiran-pikiran tersebut disebabkan karena (a) mengalami
depresi atau selalu cemas dalam kesehariannya sehingga mudah memunculkan
pikiran-pikiran negatif meski hanya berupa kejadian kecil, (b) memiliki tendensi
berpikir moralitas dan kaku, berpandangan bahwa pikiran-pikiran negatif adalah
sesuatu yang tidak dapat diterima dan membuat mereka akan merasa cemas dan
bersalah bila memiliki pemikiran negatif seperti itu, (c) meyakini bahwa harus
mampu mengontrol semua pikiran-pikiran dan memiliki kesulitan untuk menerima
bahwa setiap orang mempunyai pemikiran yang kadang-kadang memang
menimbulkan perasaan takut atau cemas.
2.5 Terapi
Farmakoterapi
Kemajuan farmakoterapi dalam gangguan obsesif-kompulsif telah dibuktikan
dalam banyak uji coba klinis. Manfaat tersebut ditingkatkan oleh pengamatan
bahwa penelitian menemukan angka respons plasebo adalah kira-kira 5%.
Persentasi tersebut adalah rendah, dibandiakan dengan angka respons plasebo
30-40 persen yang sering ditemukan pada penelitan obat antidepresan dan
ansiolik.
Kebanyakan obat yang dalam gangguan obsesif-kompulsif adalah yang
mempengaruhi sistem serotonergik. Mekanisme kerjanya sebagai serotonin
reuptake blockers atau menghambat reuptake neurotransmitter serotonin,
sehingga hipersensivitas serotonergic receptors tersebut dapat berkurang.
Clomipramine
Clomipramine merupakan obat yang paling efektif dari golongan trisiklik oleh
karena paling bersufat serotonin selective dan masih dianggap sebagai first-line
drug dalam pengobatan gangguan obsesif-kompulsif. Dengan demikian juga
menjadi pilihan utama pada terapi gangguan depresi yang menunjukkan aspek-
aspek obsesif. Mulai dengn dosis rendah untuk penyesuaian efek samping.
Meskipun respons terhadap pengobatan sudah dapat terlihat dalam 1-2 minggu,
untuk dapat hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2-3 bulan dengan
dosis pemeliharaan/maintenance.
SSRI: Setralie, Paroxetine, Flouvoxamine, Fluoxetine, dan Citalopram
Bagi pasien yang sensitif terhadap golonga trisiklik dapat berlaih ke golongan
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors), dimana efek sampingya relatif
lebih ringan. Efek sampingnya seperti nausea atau sakit kepala. Dosis
Sertraline umumya efektif pada 2000 mg/hari, Flouvoxamine pada 100-250
mg/hari, fluexetine pada 20-80 mg.hari, paroxetine pada 40-60 mg/hari dana
citalopram pada 40-60 mg/hari.
Psikoterapi
Pasien gangguan obsesif-kompulsif yang resisten terhadap usha pengobatan
yang diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku. Walaupun gangguan
obsesif-kompulsif dasarnya adalah biologis, namun gejala obsesfi-kompulsif
mungkin mempunyai makna psikologis penting yang membuat pasien menolak
pengobatan. Jenis psikoterapi yanh diberika dapat berupa psikoterapi suportif,
terapi perilaku, dan terapi kognitif perilaku.
Terapi Perilaku
Terapi perilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif
kompulsif, dan beberapa data menyatakan bahwa efek bermanfaat adalah
berlangsung lama dengan terapi perilaku. Terapi perilaku dapat dilakukan pada
situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada
gangguan obsesif kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respons.
Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan
pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif
kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya
untuk mendapatkan perbaikan.
Terapi Lain
Terapi keluarga sering kali berguna dalam mendukung keluarga, membantu
menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan
membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien.
Terapi kelompok adalah berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa
pasien.
Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif
(ECT) dan bedah psiko (psychosugery) harus dipertimbangkan. ECT adalah
tidak seefektif bedah-psiko tetapi kemungkinan harus dicoba sebelum
pembedahan. Prosedur bedah-psiko yang paling sering dilakuakan untuk
gangguan obsesif-kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil dalam
mengobati 25-30 persen yang tidak responsif terhadap pengobatan lain.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu kondisi yang tandai adanya
pengulangan dan obsesi, dimana individu tidak mampu mengontrol pikirannya
yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkan dan mengulangi beberapa
kegiatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan
tingkat kecemasannya dimana membutuhkan waktu yang banyak dan menyebabkan
dsitres. Faktor yang berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif kompulsif
yaitu faktor biologis yang diantaranya adalah neurotransmitter pencitraan otak,
genetika, faktor kepribadian dan faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang
dapat digunakan untuk untuk intervensi gangguan obsesif kompulisif yaitu
farmakoterapi, psikoterapi, dan terapi perilaku.
3.2 Saran
Sebagai penyusun pertama-tama mohon maaf apabila dalam pembuatan
makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan. Meskipun demikian, mudah-
mudahan makalah ini dapat memberikan gambaran atau tambahan ilmu bagi para
pembaca. Oleh karena itu, untuk penyempurnaan makalah ini penulis
mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5: Bagian IKJ FK Unika Atmajaya; 2013.
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry ed: Dr. I Made Wiguna S.2010.