Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS MEI 2017

DERMATITIS VENENATA

Disusun Oleh:

Nirwana Amir
N 111 18 083

PEMBIMBING KLINIK
dr. Diary Nurdin, Sp.KK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Ny. D
b. Umur : 31 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Jl. Tombolotutu
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : IRT
g. Tanggal Pemeriksaan : 7 Mei 2019

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Kulit kemerahan dan melepu dibagian perut sisi kiri
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien perempuan berumur 31 tahun datang ke Poliklinik
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata Palu, dengan keluhan
kondisi kulit kemerahan dan melepu dibagian perut sisi kiri sejak 2
minggu yang lalu. Pasin mengatakan bagian perut pasien menjadi
kemerahan dan muncul benjolan yang berisi cairan.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya, riwayat
alergi makanan dan obat-obatan belum diketahui
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Kompos mentis

Status Dermatologis

Ujud Kelainan Kulit :

1. Kepala : Tidak terdapat UKK


2. Leher : Tidak terdapat UKK
3. Dada : Tidak terdapat UKK
4. Punggung : Tidak terdapat UKK
5. Bokong : Tidak terdapat UKK
6. Perut : Tampak Vesikel berukuran lentikular
dengan eritema yang tersusun linier
7. Ekstremitas Atas : Tidak terdapat UKK
8. Ekstremitas Bawah : Tidak terdapat UKK

IV. GAMBAR

.
Tampak vesikel-vesikel berukuran lentikular dengan dasar eritema yang
tersusun linier, dengan bentuk tidak teratur pada bagian perut

V. RESUME
Seorang pasien perempuan berumur 31 tahun datang ke Poliklinik
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata Palu, dengan keluhan kondisi
kulit kemerahan dan melepu dibagian perut sisi kiri sejak 2 minggu yang
lalu. Pasin mengatakan bagian perut pasien menjadi kemerahan dan muncul
benjolan yang berisi cairan.
Pemeriksaan fisik didapatkan ujud kelainan kulit tampak vesikel-vesikel
berukuran lentikular dengan dasar eritema yang tersusun linier, dengan
bentuk tidak teratur pada bagian perut

VI. DIAGNOSIS KERJA


Dermatitis venenata

VII. DIAGNOSIS BANDING


Dermatitis kontak alergik
Herpes zoster

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


- Pacth test

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan

X. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
- Menggunakan kain saat menyentuh dan membersihkan daerah
perlukaan
- Mencegah garukan
- Menjaga kebersihan tubuh

Medikamentosa:

a. Topikal :
1) Asam Fusidat 2% 3 x sehari selama 1 – 2 minggu
b. Sistemik :
1) Cetirizin tab 10 mg 1 X Sehari

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungtionam : ad bonam

Qua ed cosmetican : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam


PEMBAHASAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai


respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda
polimorfik biasanya muncul ersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa(oligomorfik). Dermatitis cnderung residif dan bersifat kronis.
Penyebab dermatitis bisa berasal dari luar (eksogen) misalnya bahan kimia
(detergen, asam, basa, oli, semen) fisik (sinar, Suhu) mikroorganisme
(bakteri dan jamur), dapat pula dari dalam (endogen) misalnya dermatitis
atopik.1
Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang
disertai adanya edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi
dengan bahan-bahan kimiayang berkontak atau terpajan pada kulit. Bahan-
bahan tersebut dapat bersifat toksik (iritan) maupun alergik.2
Dermatitis kontak memperlihatkan bahwa 80% adalah dermatitis
kontak iritan dan 20% dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan
(DKI) biasanya disebabkan oleh paparan bahan yang dapat mengiritasi.
Bahan iritan kimia maupun fisik ketika berkontak dengan kulit dapat
menyebabkan kerusakan sel epidermis termasuk menghilangkan lipid
epidermis dan mengubah daya ikat air kulit.3
Insiden DKI sulit untuk ditentukan karena keakuratan data
epidemiologi terbatas. Studi cross-sectional Eropa untuk eczema karena
semua penyebab pada populasi umum telah menunjukkan tingkat prevalensi
dari 0,7 % menjadi 40 % , data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS tahun
2004 menunjukkan bahwa penyakit akibat kerja dari 249,000 kasus dan
15,6% (38,900 kasus) adalah penyakit kulit. Berdasarkan statistik Biro
Tenaga Kerja penduduk Amerika, dermatitis kontak meningkat dari 90 %
menjadi 95 % dari semua penyakit kulit akibat kerja dan DKI merupakan
80 % dari angka kejadian dermatitis kontak kerja.4
Kebanyakan bahan iritan merusak membrane lemak (lipid membrane)
keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membrane sel dan merusak
lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membrane dapat
dapat memicu serangkaian pelepasan beberapa mediator inflamasi. Sehinga
terjadi peradangan klasis ditempat terjadinya kontak kulit berupa eritema,
edema, panas, nyeri.2
Ada yang mengklasifikasikan DKI menjadi 3 macam yaitu DKI akut,
DKI akut lambat, kumulatif. DKI akut biasanya disebabkan oleh bahan
irutan kuat. DKI kumulatif biasanya disebut DKI kronis yang disebabkan
paparan berulang oleh iritan lemah. Semntara DKI akut lambat sama dengan
DKI akut, Tetapi baru muncul 8 sampai 24 jam atau lebih setelah kontak.
Bahan iritan yang dapat menyebabkan DKI akut lambat misalnya podofilin,
antralin, teratinoin, etilen oksida, benzalkonium klorida asam hidrofluroat.
Sebagai contoh ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga
(dermatitis venenata): Keluhan dirasakan pedih keesokan harinya, sebagai
gejala awal terlihat eritema kemudian terjadi vesikel atau bahkan nekrosis.1
Dermatitis Venenata adalah dermatitis yang timbul setelah kontak
dengan kontakan eksternal melalui proses toksis. Penyebabnya berupa
teriritasi oleh serangga yang mengandung pederin. Serangga ini tidak
menggigit/menyengat, namun tepukan atau gencetan pada kumbang ini
diatas kulit akan memicu pengeluaran bahan aktifnya pederin. Paparan
secara langsung maupun tidak langsung (penyebaran toksin melalui tangan
atau melalui handuk, baju, atau alat lain yang tercemar oleh racun serangga
tersebut.5
Serangga yang menyebabkan dermatitis venenata akibat paederus
berasal dari kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Staphylinidae, Genus
Paederus, dan Spesies Paederus fuscipes. Paederus memiliki cairan
hemolimpfe yang mengandung senyawa beracun yang disebut pederin.
Umumnya pederin diproduksi dalam tubuh serangga betina. Rumus kimia
pederin adalah C24H45O9N. Produksi pederin bergantung pada aktivitas
bakteri Pseudomonas sp. yang hidup bersimbiosis dalam tubuh serangga.
Senyawa tersebut juga dapat menjadi racun bagi predator potensial lainnya.5
Diagnosis DKI didasarkan atas anamnesis yang cermat dan pengamatan
gambaran klinis. DKI akut lebih mudah diketahui karena terjadi lebih cepat
sehingga pasien pada umumnya masih ingat apa yang menjadi
penyebabnya. Sebaliknya, DKI kronis terjadi lebih lambat serta mempunyai
variasi gambaran klinis yang luas, sehingga adakalanya sulit dibedakan
dengan dermatitis kontak alergik. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan
bahan yang dicurigai.1
Upaya pengobatan yang terpenting pada DKI adalah menghindari
pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanik,
fisis maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila
hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi,
maka DKI tersebut akan sembuh tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup
dengan pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit. Apabila
diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid
topikal, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis dapat
diawali dengan kortikosteroid dengan potensi kuat. Pemakaian alat
pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi yang bekeria dengan bahan
iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan.1
Kortikosteroid topikal dan imunomodulator adalah penggunaan
terbukti dalam mengobati dermatitis kontak iritan. Kortikosteroid
ditemukan efektif dalam mengobati surfaktan diinduksi dermatitis iritan bila
dibandingkan dengan vehicle dan dengan kontrol yang tidak diobati.
Namun, steroid topikal dapat membantu untuk menekan gejala
eczematous.[6]
Prognosis yang baik bagi individu non-atopik di antaranya dermatitis
kontak iritan didiagnosis dan dikelola dengan segera. Individu dengan
dermatitis atopik tetap sangat rentan terhadap dermatitis kontak iritan dan
mungkin menemukan bahwa banyak pekerjaan umum (misalnya,
keperawatan,) menghasilkan banyak peradangan kulit
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, SA., Soebaryo, RW., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Dermatitis
(Dermatitis Kontak Iritan – Dermatitis Venenata). Ed.7 Page 159. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2015.
2. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. EGC:Jakarta; 2000
3. Cheryl, LE., Irritant Contact Dermatitis : Mechanisms to Repair. Journal of
Clinical and Experimental Dermatology Research. ISSN : 2155-9554.
[Accessed 2 September 2016]. From <http://www.omicsonline.org/open-
access/irritant-contact-dermatitis-mechanisms-to-repair-2155-
9554.1000246.php?aid=36708>. 2014.
4. Fitzpatrick, TB,. Johnson, RA,. Wolff, K,. Polano, MK,. Suumons, D,.
Dermatology : Irritant Contact Dermatitis. Ed. 7 page 365 – 369. Mc Graw –
Hill : New York. 2008.
5. Saraswati, A., Hubungan Antara Musim dengan Kejadian Dermatitis Venenata
di RSUD dr. Moewardi Surakarta Periode 2010-2012. Vol. 2 page 1-9.
[Accessed 2 September 2016]. From <http://eprints.ums. ac.id/25594/>. 2012
6. Daniel, JH,. William, DJ,. Irritant Contact Dermatitis. Medscape Journal. Vol.
4 page 4-12. [Accessed 2 September 2016]. From <http://emedicine.
medscape.com/article/1049353-overview>. 2014.

Anda mungkin juga menyukai