Anda di halaman 1dari 16

MODUL 1

NYERI SENDI

PENDAHULUAN
Penyakit-penyakit muskuloskletal perlu dicermati dalam penegakan diagnosis,
karena umumnya gejala-gejala yang diperlihatkan hampir sama. Ketelitian dalam
mengumpulkan informasi gejala dan tanda, serta pemeriksaan pendukung sangat
diperlukan. Untuk dignosis penyakit-penyakit dalam bidang Reumatologi, umumnya
digunakan kriteria dari American College of Rheumatology (ACR). Bila gejala dan
pemeriksaan sudah memenuhi, maka dignosis dan terapi sudah dapat dilakukan.
Melalui modul ini, beberapa keluhan penderita berupa nyeri sendi akan
disajikan dalam bentuk skenario. Mahasiswa diharapkan untuk mencermati gejala-
gejala yang ada, kemudian dari keluhan satu dengan lainnya dapat dihubungkan dan
pemeriksaan pendukung yang diperlukan dapat difikirkan.
Sebelum menggunakan buku ini, tutor dan mahasiswa harus membaca TIU
dan TIK sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan, dan dapat
dicapai kompetensi minimal yang diharapkan. Peran tutor dalam mengarahkan
tutorial sangat penting. Bahan untuk diskusi bisa diperoleh dari bahan bacaan yang
tercantum pada daftar pustaka pendukung. Kemungkinan seorang ahli dapat
memberikan kuliah dalam pertemuan konsultasi antara kelompok mahasiswa
peserta diskusi dengan ahli yang bersangkutan yang bisa diatur dengan dosen yang
bersangkutan.
Penyusun mengharapkan buku modul ini dapat membantu mahasiswa dalam
memecahkan masalah penyakit muskulo-skeletal yang akan disajikan pada sistim
selanjutnya.

Makassar, 05 Juli 2008

Penyusun
Editing tgl. 05 Juli 2008

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan


tentang diagnosis, penyebab-penyebab, dan patofisiologi terjadinya nyeri sendi, serta
dapat membedakan nyeri sendi akibat inflamasi dan nyeri sendi akibat penyebab
mekanik.

SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :


1. Menjelaskan tentang anatomi sendi lutut, tangan, dan kaki.
2. Menjelaskan tentang lingkup gerak sendi masing-masing sendi tsb diatas.
3. Menjelaskan mekanisme nyeri akibat inflmasi (peradangan).
4. Menjelaskan mekanisme nyeri akibat gangguan mekanik.
5. Mengetahui sendi-sendi yang sering menderita artritis gout, osteoartritis, dan
artritis reumatoid.
6. Menggambarkan kelainan-kelainan sendi akibat inflamasi dan gangguan
mekanik.
7. Menyebutkan jenis-jenis pemeriksaan yang diperlukan untuk mengarahkan
diagnosis penyakit ini
8. Memberikan penanganan yang sesuai dengan penyakitnya
9. Menyebutkan komplikasi penyakit
10. Menyebutkan diagnosis banding dari artritis gout, osteoartritis, dan artritis
reumatoid.
11. Menyebutkan cara-cara pencegahan nyeri sendi.

STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok yang diarahkan tutor
2. Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor
3. Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan
dimaksud untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam
Editing tgl. 05 Juli 2008

4. Kuliah khusus dalam kelas


5. Aktifitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan
menggunakan buku ajar, majallah, slide, tape atau video, dan internet
6. Latihan keterampilan klinik pemeriksaan sendi dan analisa gambaran
radiologi sendi
7. Praktikum di laboratorium anatomi dan histologi

PROBLEM TREE
Radiologi
Riwayat penyakit, Symptoms Patologi Klinik
kebiasaan penderita

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis fisis penunjang

KLINIS

MEKANISME
DASAR:
NYERI SENDI
Anatomi
Fisiologi
Biokimia
PA DIAGNOSIS

PREVENTION REHABILITATION PENATALAKSANAAN


PROMOTION

BEDAH NON BEDAH


Editing tgl. 05 Juli 2008

KASUS

SKENARIO - 1 :
Seorang wanita umur 58 tahun, Ibu Rumah Tangga, mengeluh nyeri
kedua lutut dialami penderita sejak 3 bulan terakhir ini, terutama saat berjalan,
sulit beridiri dari posisi jongkok. Kaku pagi hari (+), berlangsung sekitar 10-15
menit. Bengkak kedua lutut, namun tidak ada tanda-tanda kemerahan. Nyeri
pada jari-jari tangan (+), tidak bersifat simetris. Penderita juga menderita
kencing manis dan berobat teratur di Poliklinik Endokrin, berat badan 65 kg,
dengan tinggi badan 162 Cm.

SKENARIO 2 :
Seorang laki-laki 45 tahun, datang di poliklinik Reumato dengan jalan
pincang, karena nyeri yang hebat pada sendi ibu jari kaki kanan. Dialami
penderita saat bangun pagi tadi, menurut penderita, semalam ia masih sempat
belanja di mall bersama keluarga. Riwayat keluhan seperti sudah sering dialami
penderita.

SKENARIO - 3 :
Seorang wanita umur 35 tahun, Ibu Rumah Tangga, mengeluh nyeri
pada jari jari tangan kiri dan kanan, keluhan dialamai sejak 3 bulan terakhir
ini. Kaku pagi hari (+), berlangsung sekitar 30-1 jam. Keluhan demam tidak
menggigil sering dialami. Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya tanda-tanda
radang pada sendi pergelangan tangan, Matacarpophalangeal (MTP), Proximal
Interphalangeal (PIP).
Editing tgl. 05 Juli 2008

TUGAS MAHASISWA

1. Setelah membaca dengan teliti scenario di atas, mahasiswa mendiskusikannya


dalam satu kelompok diskusi yang terdiri dari 12-15 orang, dipimpin oleh seorang
Ketua dan sekretaris yang dipilih oleh mahasiswa sendiri. Ketua dan sekretaris ini
sebaiknya berganti-ganti pada setiap kali diskusi. Diskusi kelompok ini bisa
dipimpin oleh tutor atau secara mandiri
2. Melakukan aktivitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan
menggunakan buku ajar, majallah, slide, tape atau video, dan internet, untuk
mencari informasi tambahan.
3. Melakukan diskusi kelompok mandiri (tanpa tutor), melakukan curah pendapat
bebas antar anggota kelompok untuk menganalisa dan atau mensintese informasi
dalam menyelesaikan masalah.
4. Melakukan penilaian atas pelaksanaan tutorial pada umunya dan kinerja tutor
5. Melakukan penilaian atas kinerja mahasiswa lain dalam kelompoknya.
6. Berkonsultasi pada nara sumber yang ahli pada permasalahan dimaksud untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam (tanya pakar).
7. Mengikuti kuliah khusus (kuliah pakar) dalam kelas untuk masalah yang belum
jelas atau tidak ditemukan jawabannya..
8. Melakukan praktikum di laboratorium Anatomi, Histologi, dan Patologi Klinik.
9. Melakukan latihan di Laboratorium Keterampilan Klinik Pemeriksaan sendi

PROSES EMECAHAN MASALAH

Dalam diskusi kelompok dengan menggunakan metode curah pendapat, mahasiswa


diharapkan memecahkan problem yang terdapat dalam skenario ini, yaitu dengan
mengikuti 7 langkah penyelesaian masalah di bawah ini :
1. Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario di atas, dan tentukan kata/
kalimat kunci skenario diatas.
Editing tgl. 05 Juli 2008

2. Identifikasi problem dasar skenario di atas dengan membuat beberapa pertanyaan


penting.
3. Analisa problem-problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
diatas.
4. Klasifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas kasus
tersebut diatas.
6. Cari informasi tambahan tentang kasus diatas dari luar kelompok tatap muka.
Langkah 6 dilakukan dengan belajar mandiri.
7. Laporkan hasil diskusi dan sistesis informasi-informasi yang baru ditemukan.
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok diskusi dengan tutor.
Penjelasan :
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang
diperlukan untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses 6 bisa diulangi, dan
selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah diatas bisa diulang-ulang di luar tutorial, dan setelah informasi
dirasa cukup maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang biasanya dilakukan
dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk bersama untuk memberikan
penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.

JADWAL KEGIATAN
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dan tutor,
mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 15-17 orang
tiap kelompok.
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk
penjelasan dan tanya jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara
menyelesaikan modul, dan membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama
buku modul dibagikan.
2. Pertemuan kedua : diskusi tutorial 1 dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih
menjadi ketua dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh tutor . Tujuan :
Editing tgl. 05 Juli 2008

- Memilih ketua dan sekretaris kelompok


- Brain-storming untuk proses 1 5
- Pembagian tugas
3. Pertemuan ketiga : diskusi tutorial 2 seperti pada tutorial 1. Tujuan: untuk
melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan
melakukan klasifikasi, analisa dan sintese dari semua informasi.
4. Anda belajar mandiri baik sendiri-sendiri. Tujuan: untuk mencari informasi baru
yang diperlukan,
5. Diskusi mandiri ; dengan proses sama dengan diskusi tutorial. Bila informasi
telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan penyajian dan
laporan tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakukan berulang-ulang diluar jadwal.
6. Pertemuan keempat : diskusi panel dan tanya pakar. Tujuan: untuk melaporkan
hasil analisa dan sintese informasi yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah
pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau kesalahan persepsi, bisa
diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada pertemuan ini. Laporan penyajian
dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang tercantum pada buku kerja.
7. Masing-masing mahasiwa kemudian diberi tugas untuk menuliskan laporan tentang
salah satu penyakit yang memberikan gambaran seperti pada skenario yang
didiskusikan pada kelompoknya. Laporan ditulis dalam bentuk laporan
penyajian dan laporan lengkap.
8. Pertemuan terakhir : laporan kasus dilakukan dalam kelas besar oleh masing-
masing mahasiswa.
Catatan :
Laporan penyajian kelompok dan perorangan masing-masing diserahkan
satu rangkap ke sistem melalui ketua kelompok.
Semua laporan akan diperiksa dan dinilai oleh pakarnya masing-masing.
Semua mahasiswa wajib menyalin laporan dari kelompok dan mahasiswa
lain untuk dipakai sebagai salah satu bahan ujian.
Editing tgl. 05 Juli 2008

TIME TABLE
I II III IV V VI
Pertemuan I Tutorial I Mandiri Kuliah Tutorial II Pertemuan
(Penjelasan) Pengumpulan kosultasi (Laporan Terakhir
informasi Praktikum & Diskusi) (Laporan)
Analisa &
sintese

BAHAN BACAAN & SUMBER INFORMASI


LAIN
A. Buku Ajar dan Jurnal
Anatomi

Histologi

Fisiologi

Biokimia

Farmakologi

Internal medicine

1. .Harrisons Principle of Internal Medicine, edit by Faucy AS, Braunwald E


et al, 15th edition, McGraw Hill Inc, New York, 2001
2. Riardi Pramudyo, Patogenesis Gastropati OAINS, Naskah Lengkap Temu
Ilmiah Reumatologi di Jakarta, 2003
3. John H Klippel, Primer on The Rheumatic Disesases, Edition 12, 2003
4. Muoskowitz, Howell, Altman et all, Osteoarthritis, Diagnosis and Medical/
Surgical Management, 3rd edition, 2001
5. Shaun Ruddy, Edward D.Harris, Clement B.Sledge : Textbook of
Rheumatology, 6th edition, 2001
6. Sjaifullah Noer, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ketiga, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 1996

Orthopedi

B. Diktat dan hand-out

1. Anatomi sistim urogenital


2. Fisiologi sistim urogenital
Editing tgl. 05 Juli 2008

3. Histologi sistim urogenital


C. Sumber lain : VCD, Film, Internet, Slide, Tape

D. Nara sumber (Dosen Pengampu)

DAFTAR NARA SUMBER SISTEM MUSKULOSKELETAL

No. NAMA DOSEN BAGIAN HP / FLEXI


dr. J.I. Lisal Anatomi 081524013669
Sr. Arthur T. Koswandy Histologi 0411 5070895
UMJ Biokimia
UMJ Fisiologi
dr. Djumadi Achmad, Sp.PA PA 0811444566
dr. Adriani Baji, Sp.PK Patologi Klinik
UMJ Farmakologi
Prof.Dr.dr. Suryani Asad, Sp.GK Gizi
dr. Ruksal Saleh, Sp.BO orthopedi 08124219332
dr. Yudi Goysal, Sp.S Neurologi 08124100197
Prof. Edu Tehupeury, Sp.PD-KR Penyakit Dalam
dr. Faridin, Sp.PD-KR Penyakit Dalam 081342555275
UMJ IKM-IKP
UMJ Rehaab-medis

PEGANGAN TUTOR

TUGAS TUTOR
Editing tgl. 05 Juli 2008

Pra tutorial
1. Mempelajari dengan seksama modul ini termasuk Tujuan pembelajaran dan
Sasaran Pembelajaran
2. Jika ada materi yang tidak jelas mohon ditanyakan pada dosen pengampu
(nama, no telpon setiap dosen pengampu terlampir)
3. Membuat rencana pembelajaran untuk tutorial,
4. Membuat tabulasi penyebab diare dan cara patomekanisme infeksi masing-
masing yang dihubungkannya dengan kata kunci,
5. Mengecek kelengkapan ruang tutorial.

Tutorial tahap 1
1. Membantu mahasiswa menunjuk ketua dan sekertaris kelompok,
2. Mengingatkan pelaksanaan tata-tertib peserta diskusi,
3. Memfasilitasi diskusi agar berjalan sesuai urutannya yaitu :
Menyusun kata kunci
Membahas Tujuan Pembelajaran dan Sasaran Pembelajaran
Membuat daftar pertanyaan sebanyak banyaknya yang diarahkan ke
Sasaran Pembelajaran
Menjawab pertanyaan-pertanyaan
Membuat tabulasi penyebab diare dan cara patomekanisme infeksi
masing-masing yang dihubungkannya dengan kata kunci
Membuat tujuan pembelajaran selanjutnya
Membagi tugas pencarian informasi berdasarkan penyebab penyakit
yang menimbulkan diarea.
4. Melakukan penilaian untuk mahasiswa dan menanda-tanganinya
5. Mengecek kehadiran mahasiswa dan menandatangani daftar hadirnya
6. Mengingatkan mahasiswa agar pertemuan selanjutnya masing masing sudah
mengisi lembaran kerja

Tutorial tahap 2
1. Mengecek apakah mahasiswa datang dengan membawa lembaran kerjanya,
2. Mengingatkan pelaksanaan tata-tertib peserta diskusi,
3. Memfasilitasi diskusi agar berjalan sesuai urutannya yaitu :
Melaporkan informasi tambahan yang baru diperolehnya
Mahasiswa mendiskusikan satu persatu penyebab penyakit dan
patomekanisme infeksi masing-masing penyebab.
Mahasiswa menganalisa kembali tabulasi yang dibuat berdasarkan
setiap penyakit dan kata kunci.
Mengurutkan penyebab penyakit mulai dari yang paling mungkin
sehubungan dengan kata kunci.
Mahasiswa membuat membuat kesimpulan hasil analisa dan sintese.
4. Tutor menanyakan beberapa pertannyaan mendasar yang perlu diketahui
mahasiswa dan mendiskusikannya
5. Membuat penilaian terutama saat mahasiswa melaporkan informasi yang
diperoleh.
Editing tgl. 05 Juli 2008

6. Mengecek kehadiran mahasiswa dan menandatangani daftar hadirnya

Saat Panel Diskusi


1. Wajib mengikuti diskus panel,
2. Mengingatkan pelaksanaan tata-tertib peserta diskusi,
3. Membantu mahasiswa dalam membuat catatan pertanyaan-pertanyaan yang
belum terjawab dan hal-hal lain yang belum jelas untuk ditanyakan pada
pakar yang ada.
4. Membuat penilaian pada penampilan, cara menjawab, isi jawaban dan lain-
lain pada mahasiswa yang melapor atau menjawab pertanyaan.

Setelah Satu Seri Tutorial Selesai


1. Mengumpulkan semua absensi kelompok di Koordinator PBL
2. Membuat penilaian ahir: dari semua nilai
3. Mengumpulkan, memeriksa laporan mahasiswa bersama nara sumber, dan
mengembalikan laporan segera (minimal 2 hari sebelum ujian).

KATA/KALIMAT KUNCI

SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3


1. Wanita 58 tahun 1. Laki-laki 45 - Wanita umur 35 tahun
2. Nyeri lutut, terutama tahun - Nyeri jari-jari tangan
saat berjalan 2. Jalan pincang - Kaku pagi hari > 30 menit
3. Sulit berdiri dari posisi 3. Nyeri pada - Bersifat simetris
jongkok ibu jari kaki kanan
4. Kaku pagi hari 4. Nyeri tiba-
5. Bengkak pada lutut tiba saat bangun
6. Tidak ada tanda-tanda pagi
peradangan 5. Penyakit
7. Kencing manis sering berulang

BEBERAPA PERTANYAAN DAN JAWABAN ALTERNATIFNYA

PERTANYAAN/ DAN JAWABAN UNTUK SKENARIO 1 :


1. Apa diagnosis penderita ini ?
Editing tgl. 05 Juli 2008

Osteoartritis genu bilateral. Berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR), OA


didiagnosis berdasarkan adanya nyeri lutut, umur lebih dari 50 tahun, adanya kaku pagi hari kurang
dari 30 menit, dan adanya krepitasi pada pemeriksaan fisis lutut.

2. Sebutkan differensial diagnosis yang paling mungkin pada penderita ini.


Artritis gout :
Merupakan penyakit inflamasi sendi akibat deposisi kristal asam urat (MSU). Nyeri sendi biasanya
bersifat akut, berbeda dengan nyeri sendi lainnya biasanya perlahan-lahan. Tanda-tanda inflamasi
umumnya ditemukan, seperti udem, color, dolor, tumor dan functional laesa. Pengobatan saat
serangan akut, ditujukan untuk menghentikan peradangan akut sehingga nyeri berkurang dan fungsi
aktifitas sehari-hari penderita kembali membaik. Obat yang digunakan adalah NSAID dan kolkisin
dosis tinggi. Setelah serangan akut menghilang barulah diberikan obat penurun asam urat dengan
kolkisin dosis kecil. Keterlibatan sendi lutut umumnya setelah perlangsungan artritis gout yang
sudah lama (berulang).
Artritis reumatoid :
Merupakan penyakit inflamasi kronik pada jaringan sinovium, terbentuknya jaringan pannus
disekitar sendi, hingga rusaknya struktur sendi. Gejalanya berupa, artritis yang dimulai pada sendi-
sendi kecil dan bersifat simetris, kaku sendi pada pagi hari. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah pemeriksaan faktor reumatoid serum (FR), pemeriksaan foto jari-jari tangan yang biasanya
ditemukan tanda-tanda osteoporosis periartikuler. Untuk menegakkan diagnosis digunakan kriteria
American College Rheumatology (ACR). Pengobatan harus dimulai dengan Disease Modifying
Arthritis Rheumatoid Drugs (DMARDs), seperti Chloroquin, Sulfasalasine, Metotrexate, dsb.
Menurut hasil penelitian dengan EBM yang dapat diterima, penggunaan DMARDs secara dini
dapat mengurangi kecacatan/ kerusakan sendi.
Artritis septik :
Umumnya mengenai satu sendi, disertai bengkak, ada tanda tanda efusi sendi, sering disertai
gejala sistemik berupa demam, malaise. Artritis septik diesebabkan oleh staphylokokkus aureus.
Jenis artritis ini merupakan gawat darurat di bidang reumatologi. Bila menemukan kasus seperti ini
harus segera di rujuk untuk dilakukan drainase sendi. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan
labotarium, dimana leukosit dari cairan sendi > 50.000 / mm3, dan bila fasilitas pemeriksaan
laboratorium memungkinkan dilakukan pemeriksaan kultur kuman. Terapi disesuaikan dengan jenis
kuman, umumnya diberikan antibiotik dosis tinggi secara sistemik selama 5 hari, kemudian
dilanjutkan dengan antibiotik oral selama 1 minggu.

3. Apa yang dimaksud dengan OA ?


Editing tgl. 05 Juli 2008

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karateristik dengan menipisnya rawan sendi
secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan
terbentuknya rawan sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit). Secara histopatologik proses
OA ditandai dengan menipisnya rawan sendi disertai pertumbuhan dan remodelling tulang
disekitarnya (bony overgrowth) diikuti dengan atrofi dan destruksi tulang disekitarnya.

4. Bagaimana patofisiologi kejadian OA secara singkat ?


Walaupun insidens OA meningkat dengan bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan sekedar
suatu proses "wear and tear" yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan demikian
karena beberapa hal :
1. Perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi akibat proses menua
berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.
2. Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada sendi hewan percobaan berusia muda yang
dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan mekanik dan zat kimia.
Penyebab OA bukan suatu penyebab tunggal, OA merupakan gangguan yang disebabkan oleh
multifaktor, antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan.
Menipisnya rawan sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi pada beberapa
tempat yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi.
Dilain pihak pada tulang akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi dari tubuh untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi, perubahan yang terjadi adalah penebalan tulang
subkondral dan pembentukan osteofit marginal, disusul kemudian dengan perubahan komposisi
molekular dan struktur tulang.

5. Sebutkan faktor risiko yang terdapat pada penderita di skenario ini, dan
sebutkan faktor risiko lainnya.
Faktor risiko pada penderita ini : Diabetes mellitus dan kegemukan, usia tua, pekerjaan
yang weight beiring excercise.
Faktor risiko lain : etnik, gender, faktor genetik, nutrisi, terapi sulih hormon, trauma, olah
raga.

6. Sebutkan sendi-sendi apa saja yang cenderung terkena OA ?


Sendi predisposisi terkena OA disebut sebagai weight beiring joint, merupakan sendi yang sering
menerima beban. Seperti : sendi lutut, vertebra, tangan.

7. Bagaimana strategi pengobatan untuk OA saat ini ?


Editing tgl. 05 Juli 2008

Pengobatan diarahkan pada bagaimana mengurangi nyeri sehingga aktifitas penderita tidak
terganggu. Umumnya digunakan obat-obat analgetik sederhana hingga golongan Obat anti-
inflamasi non-steroid (NSAID) yang aman terhadap penderita, memperbaiki kerusakan tulang
rawan sendi, dan meminimalisir faktor risiko yang ada. Terdapat obat-obat yang berfungsi untuk
memperbaiki (repair) dari tulang rawan sendi, antara lain : asam hyaluronat yang diberikan secara
intra artikuler, dan kondroitin sulfat.

8. Pemeriksaan apa yang diperlukan sebagai pendukung? Dan apa yang


diharapkan dari pemeriksaan itu ?.
Pemeriksaan radiologi sendi lutut dengan posisi weight bearing (berdiri pada posisi menopang
berat badan), dan posisi lateral dengan fleksi 45 derajat.
Derajat OA lutut dinyatakan menurut skala derajat radiologi menurut Kellgreen Lawrence :
Derajat O - Normal
Derajat 1 - Kemungkinan osteofit
Derajat 2 - Osteofit nyata dan kemungkinan penyempitan celah sendi (JSN)
Derajat 3 - Osteofit sedang dan multiple, JSN nyata, sedikit sklerosis dan
kemungkinan deformitas
Derajat 4 - Osteofit besar, JSN berat, sklerosis berat dan deformitas nyata.
Pemeriksaan darah perifer lengkap, biasa LED tidak meningkat, namun pada beberapa kondisi OA
yang disertai inflamasi LED akan meningkat.

9. Bagaimana peranan rehabilitasi medik dalam pengelolaan management OA?


Terbaik adalah dengan memberikan latihan otot-otot penopang tungkai untuk mengalihkan beban
dari artikulasio genu ke otot-otot hamstring.

PERTANYAAN/ JAWABAN UNTUK SKENARIO 2 :


1. Apa diagnosis penderita ini ?
Diagnosis adalah Artritis gout akut, didasarkan pada : nyeri yang bersifat akut, sendi yang terkena
MTP-I (sendi predileksi), adanya riwayat kadar asam urat darah tinggi, keluhan nyeri sendi yang
sering berulang.
Editing tgl. 05 Juli 2008

2. Apa differensial diagnosis ? Artritis reumatoid, OA genu, artritis pseudogout,


artritis septik.
Untuk membedakan dengan artritis pseudogout, dengan mendapatkan kristal CPPD (Crystal
Phyrophosphat Dehydrogenase), berbentuk kuboid pada pemeriksaan mikroskop. Gejala
gejalanya mirip dengan artritis gout, pseudogout umumnya pada wanita setelah menopause.

3. Untuk diagnosis pasti dari artritis gout, pemeriksaan apa yang diperlukan?
Aspirasi cairan sendi untuk pemeriksaan kristal Monosodium Urate (MSU), berupa jarum dengan
warna kuning dan biru, dikenal sebagai kristal bifringent

4. Bagaimana patofisiologi artritis gout?

5. Bagaimana strategi pengobatan artritis gout?


Pertama tama atasi inflamasi dan nyeri yang terjadi dengan memberikan OAINS yang sesuai
dengan penderita, bila ada gangguan saluran cerna berupa gastritis erosifa atau ulkus peptikum,
maka diberikan OAIS golongan COX-2 inhibitor. Golongan COX-2 ini hanya menghambat
prostaglandin yang menyebabkan inflamasi dan nyeri, tidak menghambat COX-1 yang sangat
diperlukan untuk menjaga integritas pembuluh darah, mukosa lambung, dsb. Diberikan pula
kolkisin dosis tinggi (diberikan setiap 6 jam). Pemberian kolkisin ini harus dipantau karena dapat
memberikan efek samping berupa diare, bila hal ini terjadi maka pemberian kolkisin harus
dihentikan atau dosis diturunkan.
INGAT : obat penurun asam urat (Allupurinol) tidak diberikan, karena akan menyebabkan
inflamasi yang berkepanjangan. Allupurinol diberikan setelah inflamasi mereda, dan dosis kolkisin
diturunkan.

6. Apa komplikasi yang dapat terjadi bila management tidak adekwat?


Gout kronik bertofus, timbul tofus pada sendi-sendi kecil dan besar. Gout nefropati, gangguan pada
fungsi ginjal.

PERTANYAAN/ JAWABAN UNTUK SKENARIO 3 :


1. Apa diagnosis penderita ini ?
Artritis reumatoid. Berdasarkan kriteria ACR, gejala gejala yang mendukung diagnosis : sendi
sendi kecil, bersifat simetris, sudah berlangsung > 6 minggu, kaku pagi hari > 30 menit, faktor
reumatoid yang positif, dan pemeriksaan radiologi tangan ditemukan osteoporosis periartikuler, laju
Editing tgl. 05 Juli 2008

endap darah wanita > 20 mm/jam, laki-laki > 30 mm/jam. Bila 4 dari 6 kriteria ditemukan, maka
diagnosis dapat ditegakkan.

2. Apa diagnosis banding penyakit ini ?


Osteoartritis tangan, artritis gout.

3. Apa penyebab artritis reuamtoid ?


Menurut penelitian penyebab dari AR, ditemukan ada keterlibatan sitokin sitokin pro-inflamasi, seperti
Interleukin 1, dan TNF alfa yang ditemukan pada sinovium penderita AR.

4. Bagaimana pengobatan AR ?
Diberikan OAINS untuk mengatasi inflamasi. Pemberian obat golongan DMARDs (Disease
Modifying Arthritis Rheumatoid Drugs) sedini mungkin sangat dianjurkan. Bertujuan untuk
mengubah arah perjalanan penyakit AR ini. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara
meluas, telah ditemukan hasil yang sangat baik bila DMARDs diberikan sedini mungkin.
Kerusakan sendi akibat aktifitas penyakit ini dapat dicegah. Contoh obat obat golongan DMARDs
adalah methotrexate (MTX), sulfazalasine, Chloroquin, garam emas, dsb. Harus diingat obat obat
ini umumnya sangat toksik, sehingga pemantauan efek samping sangat diperlukan.

5. Bagaimana kriteria remisi AR?


Nyeri sudah berkurang, kaku pagi hari < 15 menit, laju endap darah pada wanita < 20 mm/jam, laki-
laki < 30 mm/jam. FR tidak dijadikan sebagai kriteria remisi, ini digunakan untuk menilai
prognostik kelangsungan AR.

Anda mungkin juga menyukai