GAGAL GINJAL
Skenario 6:
akut kronik
Anak dan dewasa
Anamnesis
Pem .Fisik Pemeriksaan
Pem.penunjang DX dan DD
Tatalaksana
Rujukan
prognosis dan
komplikasi
LEARNING OBJECTIVE
1. Gagal ginjal akut
a. Anak
b. Dewasa
PREVALENSI
Kejadian gagal ginjal pada usia 0-19 tahun di dunia (2004)
Belum ada data nasional tentang kejadian gangguan ginjal pada anak
• Data dari 14 RS Pendidikan dengan
Konsultan Nefrologi Anak (tahun 2017)
• Angka kematian: 23,6%
• 212 anak mengalami gagal ginjal dan
menjalani terapi pengganti ginjal
• Dalam sebuah studi tentang neonatus,
kejadian AKI berkisar antara 8% hingga
24% pada bayi baru lahir
• Penelitian lain, BBLR (<1500gr), nilai
APGAR rendah, kelainan PDA dan ibu
yang mengkonsumsi NSAID selama
kehamilan ada berhubungan dengan
perkembangan AKI
• Insiden AKI pada bayi baru lahir di
negara berkembang adalah 3,9 : 1000
kelahiran hidup dan 34,5 :1000 bayi baru
lahir dirawat di unit neonatal
3. Etiologi • Data dari 14 RS Pendidikan dengan
Konsultan Nefrologi Anak (tahun 2017)
Penyebab terbanyak:
• Sindrom nefrotik resisten steroid
(16%)
• Glomerulonefritis (14,6%)
• Gangguan ginjal kronik, sebab tidak
jelas (13,2%)
• Hipoplasia/displasia kongenital
(12,3%)
• Jumlah transplanstasi ginjal : 12 (11 di
RSCM dan 1 di RS Saiful Anwar Malang)
• Penyebab penting AKI pada anak tidak
diketahui, penelitian terbaru
menunjukkan bahwa kejadian AKI pada
anak-anak yang dirawt di RS meningkat
pasca operasi jantung dab pada anak-
anak yang mengalami transplantasi sel
punca
4. Manifestasi Klinis
EDEMA
HEMATURIA LEUKOSITURIA
(BENGKAK)
Adanya darah dalam urin,
Simetris di Peningkatan jumlah
baik makroskopik (kasat
kiri dan leukosit (sel darah putih)
mata) atau mikroskopik
kanan pada urin (>5 sel/LPB).
(tidak kasat mata).
HIPERTENSI
PROTEINURIA OLIGURIA TD sistolik dan/atau
diastolik ≥persentil 95 TD sesuai
usia anak, atau >130/80
(gunakan nilai yang lebih
rendah)
GGN
KELAINAN
PERTUMBUHA ANEMIA
TULANG
N
DEMAM
SESAK
BERULANG
5.
Diagnosis
PEDIATRIC RIFLE
6. Skrining • Kenali faktor risiko dan gejala gangguan
ginjal pada anak
• Skrining berkala pada kelompok
berisiko:
• Bayi dengan berat lahir rendah
• Riwayat gangguan ginjal akut
• Hipertensi, obesitas, diabetes pada
anak,
• Riwayat gangguan saluran kemih
• Adanya kelainan ginjal yang telah
diketahui
• Adanya riwayat penyakit ginjal pada
keluarga.
6. Upaya • Cegah paparan pada faktor penyebab
gangguan ginjal, seperti:
Preventif • Cegah dehidrasi pada anak,
terutama saat diare atau muntah- muntah
• Kurangi paparan terhadap infeksi,
termasuk saat kehamilan
• Konseling genetik untuk cegah
penyakit ginjal yang diturunkan
• Deteksi dini hipertensi dan diabetes
pada anak
Gagal ginjal akut dewasa
Gangguan ginjal akut merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar kreatinin dan produk hasil nitrogen dalam darah yang bersifat reversibel dan juga
ketidakmampuan ginjal untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Gangguan ginjal
akut didapati sebagai penyebab terjadinya peningkatan angka kematian pada penderita kritis
baik anak maupun dewasa, dan mempengaruhi angka keselamatan pasien. Gangguan ginjal
akut saat ini diketahui sebagai faktor risiko independen terhadap kematian, dan penelitian-
penelitian terus dilakukan untuk mendapatkan diagnosis, penanganan dan hasil akhir yang
optimal.
Etiologi
Gangguan ginjal akut dulunya dibagi berdasarkan lokasi cedera yang berhubungan dengan
ginjal. Penyakit yang berkaitan dengan gangguan perfusi, pengiriman oksigen ke ginjal
termasuk dalam praranal dan intrinsik renal, sedangkan pasca renal ditujukan pada gangguan
aliran urin dari ginjal.
Cedera prarenal terjadi ketika aliran darah ke ginjal menurun akibat kontraksi volume
intravaskular atau menurunnya volume darah efektif. Cedera prarenal yang berkelanjutan
dapat menyebabkan GnGA intrinsik akibat nekrosis tubular akut hipoksik-iskemik.
Hipoperfusi akibat kontraksi volume terjadi akibat perdarahan, dehidrasi karena kehilangan
melalui gastrointestinal, saltwasting renal atau penyakit adrenal, diabetes insipidus sentral
atau nefrogenik, meningkatnya insensible losses, seperti pada luka bakar, dan pada penyakit
seperti sepsis, sindroma nefrotik, trauma jaringan, capilary leak syndrome
Patofisiologi
Ganguan perfusi ginjal.
Ginjal menerima persentase yang tinggi dari curah jantung setiap saat (20 – 25%). Gangguan
yang terjadi pada mekanisme ini dalam rangka untuk mempertahankan tekanan perfusi ginjal
menyebabkan cedera seperti nekrosis tubular akut. Penerima transplantasi ginjal anak yang
mengalami peningkatan pada iskemia selama transplantasi mempunyai angka kejadian
nekrosis tubular akut yang meningkat, begitu juga pada pasien yang menjalani
cardiopulmonary bypass. Efek langsung terhadap aliran darah renal di mikrovaskulatur terjadi
pada penyakit sickle cell, rhabdomyolisis, sindroma hemolitik uremik, dan sindroma tumor lisis.
Nefropati vasomotor.
Gangguan ginjal akut terjadi akibat pelepasan substansi vasoaktif, protease, spesies oksigen
reaktif dan nitric oxide oleh stress-mediated glomerular endothelial.
Gangguan homeostasis oksigen
Penurunan tekanan oksigen terjadi dari tingkat arteri renalis hingga ke mekanisme di vasa
rekta, menyebabkan ginjal menjadi sangat rentan terhadap cedera hipoksik dan oksidatif
selama reperfusi-iskemia.
DIAGNOSIS
Penanda GnGA mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik, tetapi tidak rutin digunakan
karena ketersediaan yang jarang dan biaya yang tinggi. Pada tahun 2002, ADQI pada 2nd
International Consensus Conference menetapkan kriteria RIFLE untuk kriteria diagnosis GnGA
pada dewasa. Kriteria RIFLE menentukan tiga derajat beratnya cedera ginjal akut (R, risiko
terhadap disfungsi ginjal; I, cedera ginjal; F, kegagalan fungsi ginjal) dan dua variabel hasil
akhir (L, kehilangan fungsi ginjal; E, end stage kidney disease).
Untuk tiga kategori pertama, kriteria RIFLE berguna untuk penyamarataan definisi dari GnGA
berdasarkan stratifikasi pasien menurut perubahan kreatinin serum dan volume urin dari nilai
dasar. Kehilangan fungsi ginjal dan end stage kidney disease menentukan dua kategori
berdasarkan waktu membutuhkan terapi pengganti ginjal setelah cedera dimulai.
Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan GnGA pertama harus disingkirkan kemungkinan prerenal dan pasca
renal. Pada pre-renal, dicari dengan anamnesis yang sistematik mengenai kemungkinan
etiologi (gastroenteritis, dehidrasi, syok, luka bakar, kelainan jantung) dan pemeriksaan fisik
terhadap adanya dehidrasi dan syok. Bila ditemukan pre-renal terapi disesuaikan dengan
etiologinya. Pada gastroenteritis dehidrasi diberikan cairan ringer laktat. Pada syok hemoragik
diberikan transfusi darah. Syok yang terjadi pada sindrom nefrotik akibat hipovolemia diberi
infus albumin atau plasma.
Tujuan pengobatan pada GnGA tipe renal adalah mempertahankan homeostasis tubuh sambil
menunggu ginjal berfungsi kembali Pemantauan yang perlu dilakukan adalah
1. Tanda-tanda vital: tensi, nadi, pernafasan, ritme jantung
2. pemeriksaan darah; Hb, Ht, trombosit
3. darah ureum dan kreatinin
4. elektrolit : K, Na, Cl, Ca, P dan asam urat
5. analisis gas darah
6. pengukuran diuresis
Terapi GnGA dapat dibagi dua yaitu:6-10
1. Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mencegah progresivitas overload cairan, kelainan elektrolit
dan asam basa, uremia, hipertensi, dan sepsis. - Terapi cairan dan kalori Pemberian cairan
diperhitungkan berdasarkan insensible water loss (IWL)+ jumlah urin 1 hari sebelumnya
ditambah dengan cairan yang keluar bersama muntah, feses, selang nasogastrik, dll. dan
dikoreksi dengan kenaikan suhu tubuh setiap 10° C sebanyak 12% berat badan.
2. Terapi dialysis
Indikasi dialisis dengan GnGA6,7 : 1. Kadar ureum darah > 200 mg% 2. Hiperkalemia > 7.4
mEq/l 3. Bikarbonas serum < 12 mEq/l 4. Adanya gejala-gejala overhidrasi : edema paru,
dekompensasi jantung dan hipertensi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan 5.
Perburukan keadaan umum dengan gejala uremia berat: perdarahan, kesadaran menurun
sampai koma.
PENGERT Menurut Stein (2001) gagal ginjal kronis
didefinisikan sebagai kemunduran fungsi
IAN GGK ginjal yang progresif dan tidak reversible
yang disebabkan oleh berbagai jenis
PADA penyakit. Penyakit yang mendasari sering
sulit dikenali bila gagal ginjal telah parah,
ANAK gagal ginjal ronik yaitu penurunan fungsi
ginjal sehingga kadar kreatinin serum lebih
dari 2 atau 3 kali nilai normal untuk anak
dengan jenis kelamin dan usia yang sama,
atau bila laju filtrasi glomerulus, 30
ml/menit/1,73 m2 sekurang-kurangnya
selam 3 bulan (Hanif, 2007).
ETIOLOGI
GGK PADA
Menurut SteinANAK
(2001), penyebab gagal ginjal yang sering temui pada anak-anak
antara lain:
• Penyakit glomerulonefritis,
• Penyakit glomerulus yang disertai dengan penyakit sistemik,
• Penyakit tubulointerstisial,
• Penyakit renovaskuler,
• Penyakit tromboembolik,
• Sumbatan saluran kemih,
• Nefrosklerosis hipertensif,
• Nefropati dibetes,
• Penyakit polikistik dan penyakit bawaan lain
PATOFISI
OLOGI
GGK
Tanpa memandang kerusakan ginjal, bila tingkat kemunduran fungsi ginjal mencapai kritis,
PADA
penjelasan sampai gagal ginjal stadium akhir mencapai kritis, penjelekan sampai gagal ginjal
stadium akhir tidak dapat dihindari. Mekanisme yang tepat mengakibatkan kemunduran fungsi
secara progresif belum jelas, tetapi faktor yang dapat memainkan peran penting mencakup
ANAK
cedera imunologi yang terus-menerus; hiperfiltrasi yang ditangani secara hemodinamik di
dalam mempertahankan kehidupan glomerulus; masukan diet protein dan fosfor; proteinuria
yang terus menurus; hipertensi sitemik.
Endapan kompleks imun atau antibodi anti-membran basalis glomerulus akhir, tidak
tergantung mekanisme yang memulai cedera pada ginjal. Bila nefron hilang karena alasan
apaun, nefron sisanya mengalami hipertrofi struktural dan fungsional yang ditengahi, setidak-
tidaknya sebagian, oleh peningkatan aliran darah glomerulus. Mekanisme yang berpotensi
menimbulkan kerusakan adalah pengaruh langsung peningkatan tekanan hidrostatik pada
intefritas dinding kapiler, hasilnya mengakibatkan keluarnya protein melewati dinding kapiler
atau keduanya.
KOMPLIK
• Retensi produk sisa, khususnya nitrogen urea dah dan
kreatinin
• Retensi air dan natrium yang berperan pda edema
ASI GGK dan kongesti vaskuler
• Hiperkalemia dari kadar bahaya
PADA • Asidosis metabolik bersifat terus menerus karena
retensi ion hidrogen dan kehilangan bikarbonat
ANAK terjadi terus menerus
• Gangguan kalium dan fosfor yang mengakibatkan
perubahan metabolism tulang, yang pada gilirannya
menyebabkan berhentinya pertumbuhan atau
retadasi, nyri tulang dan deformitas yang diketahui
sebagai osteodistrofi renal
• Anemia yang disebabkan oleh disfungsi hematologis,
kerusakan produksi sel darah merah, pemendekan
umur sel darah merah yang berhubungan dengan
penurunan produksi eritropeitin, pemanjangan masa
pendarahan dan anemia nutrisional
• Gangguan pertumbuhan, kemungkinan disebabkan
oleh suatu faktor seperti nutrisi buruk, anoreksia,
osteodostrofi renal dan abnormalitas biokimia
Manifesta • Edema, oliguria, hipertensi, gagal
jantung kongesti
si Klinis • Poliuria, dehidrasi
• Hiperkalemia
Gagal • Hipernatremia
Ginjal • Anemia
sanaan
harian yang sesuai umur penderita. Pemberian vitamin, serta
pemberian zat besi bila ada anemia.
• Manajemen air dan elektrolit pada gagal ginjal kronis. Sampai
Ginjal di otak.
• Asidosis pada gagal ginjal kronis. Asidosis berkembang pada
Kronis
hamper semua anak yang mengalami insufisiensi ginjal dan
tidak perlu diobati kalau bikarbonat serum turun dibawah 20
mEq/L. Bicitra atau tablet natrium bikarbonat dapat
pada
digunakan untuk menaikkan bikarbonat serum didalam darah.
• Hipertensi pada gagal ginjal kronis. Keadaan gawat darurat
pada hipertensi harus diobati dengan nifedipene oral atau
dewasa
• Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan
fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana keseimbangan
tubuh gagal mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit menyebabkan uremia.
ETIOLOGI • Glomerulonefritis
• Pielonefritis
• Penyakit ginjal polikistik
• diabetes militus, hipertensi
• sistemik lupus
• sindrom Alport’s
• amiloidosis
TANDA • Kardiovaskular: hipertensi, gagal
jantung kongestif, edema pulmonary,
DAN perikarditis.
• 75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute
bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerolus,
tubulus tidak lagi di pertahankan. Dan terjadi hilang kemampuan
memekatkan / mengencerkan kemih menyebabkan berat jenis urine 1,010
atau 285 m Os mol sehingga menybabkan poliuria dan nokturia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kreatinin plasma : meningkat, karena penurunan laju filtrasi glomerulus.
• Natrium serum: rendah / normal.
• Kalium dan fosfat : meningkat.
• Hematokrit menurun pada anemia Hb : biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
• GDA : PH : penurunan asidosis matabolik (kurang dari 7,2).
• USG ginjal.
• EKG.
• Foto rontgen
• Pemeriksaan Urine
Tata • Konservatif
Pengaturan diet
laksana protein,kalium,natrium dan cairan
Hipertensi : ACE Inhibitor,diuretik
Hiperkalemia : glukosa dan insulin
IV, kalsium glukonat 10 % IV
Anemia : vitamin, transfusi darah
Asidosis : natrium bicarbonat
Hiperurisemia : alopurinol
clearance rate
glomerulus mg/dl ml/menit
(ml/menit/1,73m²)
Wanita: 1 - 1,9
Keterangan :
sCr : Kadar kreatinin serum (mg/dl).
Pd wanita LFG x 0.85
TERIMA KASIH