Anda di halaman 1dari 66

MODUL 5

Penyakit degeneratif dan neoplasma sistem urogenital

kelompok 4
MODUL 5
PENYAKIT DEGENERATIF DAN NEOPLASMA SISTEM UROGENITAL

Skenario 5:
Kencing tidak puas

Tn.Beni 75 tahun, datang ke dokter puskesmas dengan keluhan kencing tidak


keluar sejak dua hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan bahwa sejak tiga bulan
yang lalu, Tn.Beni sudah mengalami masalah dengan kencingnya, antara lain rasa
tidak puas setelah kencing, pancaran kencing yang sudah melemah dan akhir-akhir
ini kencingnya sering menetes saja.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, gizi sedang, tampak
kesakitan. Vital sign dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen, teraba masa di
supra simfisis, lebih kurang sebesar kepalan tangan, lunak. Pada pemeriksaan
rectal toucher teraba anus tenang, mukosa licin, prostrat membesar, kenyal,
permukaan rata dan tidak nyeri tekan. Dokter menerangkan pada Tn.Beni tentang
penyakitnya dan minta persetujuan untuk dipasang kateter. Setelah kateter
terpasang, keluar urin ± 1500 cc.
Dokter menganjurkan pada Tn.Beni untuk dikonsultasikan ke dokter spesialis
urologi dan kemungkinan operasi TURP.
Apa yang yang terjadi pada Tn.Beni ?
JUMP 1 : TERMINOLOGI
1. TURP Transurethral resection of Prostat
TURP merupakan tindakan operasi endoskopi standar
baku untuk penatalaksanaan BPH yang memerlukan
tindakan bedah
JUMP 2&3
1. Apa hub jk dan usia dgn keluan tn. Beni ?
Jwb: jk hanya menimpa pria, 20% pd 40 thn, 60% pd 60 dan
meningkat 90% pd
thn
-usia:
2. Kenapa kencing tn. Beni tdk keluar sejak 2 hri yg lalu ?
Jwb: -pemb. Prostat
-striktur uretra
-ompresi ureter oleh nodul metastasis
-neatas stenosis
3.Mgp sejak 3 bln yg lalu tn.beni mengalami keluhan seperti di
skenario ?
Jwb : -px bph:menurun kekuatan pancaran urin distensi uretra
gambaran awal px bph
-kassa tidak puas :prostat membesar distensi uretra
banyak residle urin sulit keluar
-kencing putus: N.detrucsor tidak dapat mengatasi disfensi
uletra
4. Bagaimana interpretasi px fisik TN.benni?
- kondisi umum lemah :akibat usia tua
- gizi sedang: xmalnutrisi
- tampak kesakitan : tingginya tek.v.urinaria akibat urine
tertahan
5. Bagaimana interpretasi px abdomendan rt tuan beni?
- px abdomen: masa sebesar kempalan tangan dan lunak ->
kemungkinan besar masa benikna bukan keganasan
-px trt: anus tenang -> menyingkirkan dd keganasan pada
rectum
mukosa licin
6. Mengapa pasien di pasang kateter
- untuk mengatasi retensi urine yang di alamai dan
menghilangkan ketidak nyamanan karena ritensi buli-buli, mengatasi
resiko obstruksi aliran urine
7. Mengapa setelah di pasang kateter urine keluar lebih kurang
1500cc ?
- karena retensi urine akibat pembesaran prostat maka urine
tertahan tersebutkeluar setelah pasang kateter
8. Apa indikasi dan kontra indikasi turp?
- indikasi: pasien dengan ganjalan jumbatan kencing
menetap dan progersif akibat pembesaran prostat dan tidak
pengaruh dengan obat obatan
- kontra indikasi: status kardioopulmoner x stabil
- riwayat pendarahan tidak bisa di sembuhkan
9. Apa px penunjang yang dapat dilakukan pada Tn beni?
- px lab->darah N urine, PSA serum
- ct scan dan MRI
- foto polos abdumen
- IVP
10. Apa dx dan dd Tn.beni?
-dx: BPH
-dd:- ISK batu sal. Kemih
-carcinong prostat
-obsubsi sal. Kemih bagian. Bawah
11. Apa tatalaksan Tn beni?
- watchful waiting
- penghambat adrenergik beta 1
- penghambat enzim 5 beta reduktase
- prostatektomi
- TVRP & TUIP
12. Bagaimana komplikasi dan proknosis Tn beni?
- klonosis tidak dapat di predaksi dan berakhir buruk jika
tidak ditindaklanjuti
komplikasi:
-inkontinensia paradox
-batu kandung kemih
13. Bagaiman cara dokter mengedukasi Tn beni?
-mengedukasi dengan menjelaskan kalau ini bukan
keganasan dan harus berubah pola hidup
JUMP 4: SKEMA
Penyakit
Degeneratif
Sistem Urogenital
Penyakit
Neoplasma
Degeneratif

Urinarius Genitalia

Epidemiolog Manifestasi
Etiologi Klasifikasi Patofisiologi
i Klinis

Px. Fisik &


Penunjang

DX & DD

Tatalaksana Rujukan

Prognosis &
Komplikasi
JUMP 5: LO
1. Penyakit Degeneratif Sistem Urogenital
2. Neoplasma Sistem Urogenital
DEGENERATIF SISTEM
URINARIUS
Benign Prostate Hyperlasia
(BPH)
Benign Prostate Hyperplasia adalah nama yang
biasa digunakan untuk kelainan jinak umum dari
prostat, ketika meluas, mengakibatkan berbagai
tingkat obstruksi saluran kemih, kadang-kadang
membutuhkan intervensi bedah.
epidemiologi
● Di Amerika Serikat hampir 1/3 laki-laki berumur 40−79
tahun mempunyai gejala traktus urinarius bagian bawah
sedang sampai berat dengan penyebab utama adalah BPH.

● Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah


diteliti, tetapi sebagai gambaran kejadian dua rumah sakit
besar di Jakarta yaitu Cipto Mangunkusumo dan
Sumberwaras selama tiga tahun (1994−1997) terdapat 1040
kasus
patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra
pars prostatika dan menghambat aliran urine sehingga menyebabkan
tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli
harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tekanan, menyebabkan
terjadinya perubahan anatomi buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli- buli.
Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan
pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS)

Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli


tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara
ureter ini menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya
refluks vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal
Manifestasi klinis
1. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri
pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam
(infeksi, urosepsis)

2. Gejala diluar saluran kemih


Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh
adanya hernia inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena
sering mengejan pada saat berkemih sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
3. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang
pada akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urine
secara bertahap. Meskipun manifestasi dan beratnya penyakit
bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan
penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.

→ Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah


International Prostatic Symptom Score (IPSS).

Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3


derajat, yaitu:
Ringan : skor 0-7 Sedang : skor 8-19 Berat : skor 20-35
diagnosis
a. pemeriksaan fisik

Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination


(DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH,
karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau
ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti
nodul atau perabaan yang keras.

Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat


kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri
simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada
karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul,
dan mungkin antara lobus prostat tidak simetris
b. pemeriksaan laboratorium

● Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya


proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih.

● Pemeriksaan kultur urine berguna untuk mencari jenis kuman


yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan
sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.

● pemeriksaan sitologi urine digunakan untuk pemeriksaan


sitopatologi sel-sel urotelium yang terlepas dan terbawa oleh
urine.
c. pecitraan

● Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di


saluran kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan
bayangan buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan
tanda retensio urine.

● Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :


→ kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
→ memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan
dengan indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar
prostat) atau ureter bagian distal yang berbentuk seperti mata
kail (hooked fish)
→ penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi,
divertikel, atau sakulasi buli-buli
komplikasi
1. Retensio urine akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urine terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urine yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat
terbentuk batu saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis
penatalaksanaan
a. tanpa terapi ( watchful waiting )

Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan


skor IPSS <8 dan ≥8, tetapi gejala LUTS tidak mengganggu
aktivitas sehari- hari. Pasien tidak mendapatkan terapi
apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuau hal
yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya
tidak boleh mengkonsumsi kopi atau alkohol sebelum tidur
malam, kurangi konsumsi makanan atau minuman yang
mengiritasi buli-buli (kopi atau cokelat), dan hindari
penggunaan obat dekongestan atau antihistamin.
b. medikamentosa

1. Penghambat reseptor α-adrenergik


→ Fenoksibenzamin, yaitu penghambat alfa yang tidak selektif
yang ternyata mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan
mengurangi keluhan miksi.

→ Prasozin, merupakan suatu piperazinyl quinazoline yang


efektif pada penanganan hipertensi.

→ Tamsulosin, memiliki potensi yang lebih besar dalam


menghambat kontraksi otot polos prostat versus otot polos
vaskular dibandingkan dengan antagonis selektif α1 lain.
2. Penghambat 5α-reduktase (5-ARI)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan
dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron yang dikatalis oleh
enzim 5α-reduktase di dalam sel prostat.

3. Invasif Minimal
→ Transurethal resection of the prostate (TURP)
TURP merupakan tindakan baku emas pembedahan dengan
volume prostat 30-80 ml.

→ laser prostaktektomi

→ transurethal incision of the prostate (TUIP)


Insisi leher bladder direkomedasikan pada prostat yang
ukurannya kecil (<30ml) dan tidak ada pembesaran lobus
medius prostat.
DEGENERATIF SISTEM
GENITALIA
Erectile Dysfunction
Dorland’a Illustrated Medical Dictionary 32nd Edition
Smith and Tanagho’s General Urology 18th Edition

Definisi

Kurangnya kekuatan kopulatif pria karena ketidakmampuan


untuk memulai ereksi atau mempertahankan ereksi sampai ejakulasi.
Epidemiology

• Di USA (Sebuah study penyelidikan tentang ED di pria usia 40 tahun-70


tahun) ada 52% yang melaporkan ED dengan kategori :
• 17% ringan
• 25% menengah
• 10% total (Standar tingkatan keberatan penyakit tidak diketahui)

• Faktor resiko ED antara lain :


• DM
• Hipertensi
• Hiperlipidemia
• Penyakit Kardiovaskular
• Rokok
• Riwayat pembedahan atau radiasi di area pelvis
Classification
• Kelainan Psikologis : • Kelainan Organis :

• Generalized type : • Neurogenic disorder


• Generalized unresponsiveness • Hormonal Disorder
• Generalized inhibitory • Arterial Disorder
• Cavernosal Disorder
• Situational type : • Medication Induced
• Partner related
• Performance related
• Adjustment related

Mayoritas kasus ED disebabkan oleh gabungan antara kelainan organis dan


kelainan psikologis
Examination

• Anamnesis (Riwayat penyakit, obat obatan, kehidupan sexual, kehidupan


psikososial) (Digunakan untuk mendeteksi kelainan Psikologis)

• Pemeriksaan fisik (Cari sign and symptomp yang mengindikasikan kelainan


organis)

• Pemeriksaan penunjang :
• Lab examination.
• Penile Vasularization tests.
• Neurologic tests
Treatment
• Non pembedahan : • Pemedahan :

• Lifestyle Changing • Penile reconstrutive arterial


• Mengganti obat obatan yang surgery
menimbulkan drug induced ED • Penile prosthetic implantation
• Terapi hormonal
• Obat oral (fosodiesterase
inhibitor, Central proerectile
agents)
• Obat vasodilator intra cavernosa
(papaverine, alprostadil,
phentolamine)
• Vacuum Constriction device
NEOPLASMA SISTEM
URINARIUS
A.GINJAL

Epidemiologi
• Penyakit ginjal sering ditemui.
• Morbiditas dan mortalitas tinggi.
• Termasuk 10 organ yang tersering terkena keganasan.
• Berdasarkan strukturnya penyakit ginjal dapat menyerang glomerulus,
tubulus, jaringan intertisial, tubulus, vaskuler, dan epitel pelvis ginjal.

• Neoplasma ganas ginjal pada anak yang biasa terjadi adalah nefroblastoma
/ tumor Wilms.

• Neoplasma ganas ginjal pada orang dewasa yang biasa terjadi adalah
karsinoma sel renalis dan karsinoma transisional/urothelial
Etiologi

❖ Faktor yang berperan dalam progresi penyakit ginjal selalu multifaktor


yang paling utama adalah faktor host (genetik, perilaku) dan lingkungan

❖ Faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan neoplasma ganas pada


ginjal meliputi:

1. paparan rokok

2. obesitas

3. hipertensi

4. paparan uap petroleum

5. yang mungkin berhubungan diet tinggi protein


Manifestasi klinis
❖ Manifestasi klinis penyakit ginjal secara umum: gejala (fatigue,
mual, nafsu makan turun, proteiuria, meningkat, BUN meningkat,
hipoalbuninemia, asites, efusi pleura dll)

❖ Secara umum manifestasi dapat terjadi karena:

1. penurunan massa ginjal yang fungsional yang dapat menyebabkan


cedera hiperfiltrasi glomerulus.

2. kerusakan tubuloinsterstisial yang dapat disebabkan proteinuria


dan iskemia lokal.
3. gagal ginjal akut.
4. gagal ginjal kronis karena penurunan laju filtrasi glomerulus secara
bertahap.
5. Obstruksi traktus urinarius karena massa pada pelvis renalis dan
pembesaran limfonodi
1. NEOPLASMA GANAS
GINJAL
NEFROBLASTOMA
• keganasan ginjal tersering
• insidensi mencapai 6% dari seluruh kasus keganasan.

Epidemiologi
• 1/10.000 anak di semua negara hampir seragam, predileksi umur 2-5 th.
• Sebagian besar soliter dan sporadik, 10% bilateral.
• dapat familial dan multisistem terkait sindrom (sindrom Denys-Drash,
WAGR (tumor Wilm, aniridia, abnormalitas genetalia, gonadoblastoma,
retardasi mental), sindom Beckwith- Wiedeman)
• Mutasi gen supresor tumor pada kromosom 11p13 atau yg dikenal WT1
KARSINOMA RENALIS
• 95% neoplasma ganas ginjal pada orang dewasa 55-60 th
• Peningkatan kasus hingga 40% pada dekade akhir
• Sporadik, jarang familial (sindrom Von Hippel Lindau)
• Laki-laki lebih sering
• Mutasi gen VHL adalah kunci keganasan baik pada yang sporadik maupun familial, mutasi
germline pada gen suksinat dehidrogenase dan fumarat hidrase yang menyandi enzim pada
mitokondria yg diperlukan dalam siklus trikarboksilat

• Faktor risiko : rokok, hipertensi, obesitas abdomen.

• Gejala trias :hematuri tanpa nyeri, nyeri pinggang, massa abdomen


Karsinoma Transisional

• Keganasan ke-3 terbanyak pada ginjal dan sistem urinarius, 90%


dari neoplasma di pelvis ginjal, ureter dan vesika urinaria
• Relatif berperilaku jinak, sering multifokal

• Risiko meningkat krn rokok,penggunaan analgesik , siklofosfamid

• Papilifer atau datar bisa invasif maupun non invasif, lapisan


berlapis-lapis, sel-sel pleimorfik, ovoid, mitosis bervariasi.
2. NEOPLASMA JINAK
GINJAL
A. Angiomyolipoma ginjal
(HAMARTOMA)

Tumor jinak ginjal yang tersusun atas jaringan lemak, otot polos
dan pembuluh darah berdinding tebal yang berasal dari sel-sel
epiteloid perivaskular yang abnormal.
B. FIBROMA RENALIS

• Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan


• Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal-
keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak
dalam medula atau papilla.
• Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan
mengelilingi tubulus di dekatnya.
C. ONCOCYTOMA RENAL
• Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang
sitoplasma granulernya (tanda terhadap adanya
mitokondria yang cukup besar dan mengalami distorsi)
banyak ditemukan.

• Onkositoma kadang-kadang dapat begitu besar sehingga


mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
B. VESIKA URINARIA DAN
URETER
Karsinoma buli merupakan 2% dari seluruh keganasan,
dan merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem
urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali
lebih sering menyerang pria daripada wanita. Di daerah
industri kejadian tumor ini meningkat tajam.
Etiologi dan faktor resiko

• Penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan


beberapa substansi-substansi dalam industri kimia diyakini
bersifat karsinogenik.
• Salah satunya adalah sifat karsinogenisitas dari β-
naphthylamine yang telah ditemukan.
Etiologi dan faktor resiko

faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma


buli-buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur
rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa
amin aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6
kali lebih besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok
mengandung bahan karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.
Etiologi dan faktor resiko

3. Infeksi saluran kemih


Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli
dan Proteus spp menghasilkan nitrosamin yang
merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang
mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan
siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenasetin, opium, dan
obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat
meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli-buli.
• Bentuk tumor
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif
(in situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler
dan infiltratif.
• Jenis histopatologi
1. Karsinoma sel transisional
biasanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau
ulcerasi. Carsinoma in situ berbentuk datar (non papiler
anaplastik), sel-sel membesar dan nukleus tampak jelas.
Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi oksofitik, dapat juga
fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar adalah tumor
yang sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari tumor
papilari.
2. Karsinoma non sel transisional
• Adenokarsinoma Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-
buli, di antaranya adalah:
1) Primer terdapat di buli-buli
2) Urakhus persisten
3) Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain,
diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan
endometrium.

• Karsinoma sel skuamosa


• Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
• Karsinoma campuran
3. Karsinoma epitelian dan non epitelial
Karsinoma epiteliai di buli ditemukan dengan adenoma villi,
tumorkarsinoid, karsinosarkoma, dan melanoma. Karsinoma
non epitelial ditemukan bersama dengan feokromositoma,
limfoma, koriokarsinoma, dan tumor mesenkim
Stadium / Derajat
invasi tumor
Penentuan derajat
invasi tumor
berdasarkan sistem
TNM dan stadium
menurut Marshall.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :
• Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum menginvasi
lamina propria
• Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun
belum menembus otot dinding vesika.
• Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai
setengah dari otot detrusor.
• Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.
• Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal
atau ke peritoneum.
• Stage D : tumor sudah bermetastasis.
TATALAKSANA
Tindakan yang pertama kali dilakukanadalahreseksi buli-buli
transuretra atau TUR buli-buli. Terapi selanjutnya tergantung
pada stadiumnya:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat
pengawasan yang ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-
Fluoro Uracil, Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan
Interferon
3. Sistektomi parsial, radikal atau total
4. Radiasi eksterna
TATALAKSANA
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain
regimen sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin
Kontrol berkala
Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan
secara berkala, dan secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis,
sitologi urin serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala itu
pada:
1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.
2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.
NEOPLASMA SISTEM
GENITALIA
CA PAYUDARA

Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di


jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang
menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa
air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk
di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.
Kanker payudara yang paling umum terjadi, terbagi dalam beberapa jenis.
• Ductal carcinoma in situ. Kanker ini tumbuh di duktus, dan tidak menyebar
ke jaringan sekitarnya. Jenis kanker ini termasuk kanker stadium awal dan
mudah diobati. Namun demikian, kanker ini bisa menyebar ke jaringan
sekitarnya jika tidak segera ditangani.
• Lobular carcinoma in situ. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus. Sama
seperti ductal carcinoma in situ, kanker ini tidak menyebar ke jaringan
sekitarnya.
• Invasive ductal carcinoma. Kanker ini tumbuh di duktus dan bisa
menyebar ke jaringan sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh
yang lain. Jenis kanker ini terjadi pada 70-80% kasus kanker payudara.
• Invasive lobular carcinoma. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus dan
bisa menyebar ke jaringan sekitarnya. Kanker ini terjadi pada 10% kasus
kanker payudara.
Gejala dan Penyebab Kanker Payudara

• Kanker payudara seringkali sulit terdeteksi di tahap awal


karena ukurannya yang kecil. Benjolan baru dapat teraba jika
ukurannya cukup besar. Meski demikian, tidak semua
benjolan di payudara berarti kanker. Oleh karena itu,
pemeriksaan penting dilakukan guna memastikan apakah
benjolan tersebut kanker atau bukan.
• Belum diketahui apa yang menyebabkan sel kanker tumbuh
di payudara. Tetapi ada sejumlah faktor yang bisa membuat
seseorang berisiko terkena penyakit ini. Misalnya mengalami
menstruasi pada usia yang terlalu muda atau terlalu tua, dan
memiliki anggota keluarga yang juga menderita kanker
payudara.
Cara Mengobati dan Mencegah Kanker Payudara

• Kanker payudara bisa diobati dengan beberapa cara,


tergantung kepada kondisi penderita dan jenis kanker payudara
itu sendiri. Upaya pengobatan itu meliputi:
• Terapi radiasi
• Terapi hormon
• Kemoterapi
• Prosedur bedah
• Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan dengan
pemeriksaan payudara secara mandiri atau pemeriksaan oleh
petugas medis. Pemeriksaan harus dilakukan secara rutin bila
Anda berisiko terserang kanker payudara. Selain itu, disarankan
untuk berolahraga secara rutin dan tidak mengonsumsi
minuman beralkohol.
CA PROSTAT

Kanker prostat adalah kanker pada pria yang berkembang di


dalam kelenjar prostat, dan umumnya ditandai dengan gangguan
buang air kecil. Sebagian besar penderita kanker prostat berusia di
atas 65 tahun. Kanker ini tidak bersifat agresif dan berkembang
secara perlahan.Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bagian
dasar kandung kemih. Kelenjar ini merupakan bagian dari sistem
reproduksi dan posisinya mengelilingi saluran yang membawa urine dari
kandung kemih ke penis. Prostat juga berfungsi sebagai penghasil
semen, yaitu cairan yang dikeluarkan bersama sperma saat ejakulasi.
Penyebab Kanker Prostat

Penyebab kanker prostat adalah mutasi atau perubahan genetik


pada sel-sel di kelenjar prostat.
Namun, penyebab mutasi itu sendiri belum diketahui secara
pasti. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker prostat, antara lain:
• Pertambahan usia
• Menderita obesitas
• Pola makan kurang serat
• Paparan bahan kimia
• Menderita penyakit menular seksual
• Memiliki keluarga yang menderita kanker prostat
Pengobatan Kanker Prostat
Dokter akan menentukan jenis pengobatan berdasarkan tingkat
keparahan kanker dan kondisi pasien secara keseluruhan. Metode
pengobatan yang dapat dilakukan adalah operasi, radioterapi, terapi
hormon, kemoterapi, dan krioterapi.
Gejala Kanker Prostat

Kanker prostat tidak menimbulkan gejala apa pun pada tahap


awal.
Namun ketika kanker makin membesar atau kelenjar prostat
mengalami peradangan, penderita akan merasakan gejala berupa
gangguan buang air kecil.
Skrining dan Diagnosis Kanker Prostat
Skrining kanker prostat dalam bentuk tes PSA dan colok dubur
masih menjadi hal yang kontroversial, karena tes ini tidak dapat
memberikan hasil yang spesifik. Hasil tes yang tidak akurat
dapat membuat pasien menjalani pemeriksaan dan penanganan
yang sebenarnya tidak perlu dan justru membahayakan.

Untuk mendeteksi dan mengetahui stadium kanker prostat, dokter


akan melakukan pemeriksaan USG prostat, MRI, dan biopsi prostat
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai