Anda di halaman 1dari 70

MODUL 4

TRAUMA SISTEM UROGENITAL

Kelompok 5
Tutor : dr. Noviana Zara, MKM
Anggota : Elsa Nur Salsabila
TGK. Fikri Ardiansyah
Fadhilah Amirah Nst
Siti Sapura
Hayatul Farziani
Muhammad Naufal Arif
Rosdina Permata Kasih
Nabila Az-zahra
Annisah Istiqamah
Nadia Karimah
Rizky Adinda Nurhidayah
MODUL 4
TRAUMA SISTEM UROGENITAL

Skenario 4:
Lebam di pinggang
Turi, 20 tahun, dibawa ke IGD RS setelah ditabrak oleh sepeda motor dan terkena stang sepeda motor di bagian
pinggang, kemudian ia jatuh dan kesakitan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya lebam di bagian pinggang kanan, nyeri
pinggang perut kanan bawah, serta adanya darah di urine. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan adanya trauma pada kandung
kemih dan urethra. Turi dirawat kemudian untuk diobservasi dengan terlebih dahulu dipasang indwelling cathether melalui
urethtranya.
Di ruang yang sama ada laki-laki muda datang tidak sadarkan diri dengan syok hipovolemic TD 80/60, HR 120x/i,
dengan lebam dan bengkak di pinggang kanan. Dokter kemudian memutuskan untuk melakukan explorasi laparatomy oleh
karenan curiga ada perdarahan yang berasal dari ginjal.
Di ruang obstetri ada seorang dokter yang sedang menangani pasien kasus pemerkosaan.

Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada kasus-kasus diatas?


JUMP 1 TERMINOLOGI
1. indwelling cathether : kateter menetap tidak iritatif, tersedia dalam
berbagai ukuran. Kateter ini dipasang di kandung kemih melalui urethra,
hanya direkomendasikan kurang 14 hari.
2. syok hypovolemic : kondisi dimana jantung tidak mampu memasok
darah yang cukup ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah,
sehingga pasokan darah berkurang drastic
3. explorasi laparotomy: bedah terbuka yang dilakukan agar dapat
menjangkau organ dan jaringan internal tubuh untuk keperluan
diagnostic.
Jump 2 dan 3
Rumusan Masalah dan Hipotesa
1. Apa yang membuat adanya lebam dibagian pinggang kanan, nyeri
pinggang perut kana bawah, adanya darah di urine?
Jawab :
- Lebam Pinggang :
Karena adanya kecelakaan kemudia terjadi benturan kemudian
menyebabkan ruptur pembuluh darah dan terjadi penumpukan
darah diluar pembuluh darah dan terjadilah lebam
- Nyeri Pinggang perut kanan bawah :
karena adanya peradangan setelah berbentur sehingga
menyebabkan nyeri.
2.Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menunjukkan adanya
trauma dikandung kemih dan urethra?
Jawab :
- Foto Polos Abdomen
- CT Scan Urologi
- USG
- Aneografi
- IVP
3.Mengapa dipasang indweling Catheter melalui urethra pada tuti?
Jawab :
untuk mengosongkan kandung kemih secara terus menerus, untuk
membatasi pergerakan pasien.
- Indikasi :
Retensi urin, adanya luka
4. Apa Diagnosis dan Diagnosis banding pada tuti?
Jawab :
- Diagnosis :
Trauma tumpul abdomen e.c suspect ruptur buli- buli dan
urethra
- Diagnosis Banding :
Trauma Ureter
5. Bagaimana tatalaksana untuk turi ?
Jawab :
• Syok : pemberian cairan IV
• Sirkulasi stabil : respirasi vesica urinaria
• Pasang kateter

6. Bagaimana interpretasi hasil untuk laki-laki itu ?


Jawab :
Syok hipovolemik : penurunan curah jantung
TD 80/60 mmHg : hipotensi
HR 120x/i : takikardi
7. Mengapa dokter melakukan explorasi laparotomy ?
Jawab:
• Explorasi laparotomy ini dilakaukan apabila :
• Indikasi hematoma, perdarahan terus menerus
• Gradasi ginjal tidak dapat ditentukan

8. Bagaimana tatalaksana pada laki-laki tersebut ?


Jawab :
Tergantung grade
Grade I, II  konservatif
Grade III, IV, V  operatif, laparotomi
9. Bagaimana cara memberi dukungan pada kasus pasien pemerkosaan ?
Jawab :
Percaya pada korban
Bersikap tenang
Meyakinkan pasien
Melaporkan ke pihak berwajib
Untuk mengatasi trauma mentalnya dapat meminta bantuan psikolog

10. Bagaimana tatalaksana dan pemeriksaan untuk korban pemerkosaan?


Jawab:
Pemeriksaan :
• Rambut, wajah, emosi
• Alat bukti
• Lihat tanda kekerasan
• Pemeriksaan antropometri
JUMP 4 SKEMA
Trauma Sistem Urogenital

urinarius Genital

Masculina Feminina

Etiologi ,epidemiologi,faktor risiko.patofisiologi,patogenesis ,manifestasi klinis


Anamnesis
Pem .Fisik Pemeriksaan
Pem.penunjang
DX dan DD
Tatalaksana
Rujukan
prognosis dan
komplikasi
JUMP 5: LO
1. Trauma system urinarius
(trauma ginjal, trauma ureter, trauma buli- buli, trauma urethra)
2. Trauma sistem genital (Masculina, Feminina)
LO. 1 Trauma Sistem Urinarius
Trauma Ginjal
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam trauma baik tumpul
maupun tajam. Trauma ginjal merupakan trauma yang terbanyak pada sistem urogenitalia. Kurang
lebih 10% dari trauma pada abdomen mencederai ginjal
Etiologi
Cedera ginjal dapat terjadi secara:
a) Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang.
b) Tidak langsung, yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba - tiba di dalam rongga
retroperitoneum.
Terdapat 3 penyebab utama dari trauma ginjal :
a) Trauma tumpul
Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakaan kenderaan bermotor, dan jatuh. Trauma tumpul dari tabrakan
kendaraan bermotor, jatuh dan tabrakan pribadi adalah penyebab utama trauma ginjal
b) Trauma iatrogenik
Trauma iatrogenik dapat hasil dari operasi, retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy, percutaneous
lithotripsy. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal
c) Trauma tajam
Trauma tajam adalah seperti tikaman atau luka tembak pada daerah abdomen bagian atas ataupun pinggang
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala trauma ginjal adalah :
a) Hematuria : Hematuria merupakan manifestasi yang umum terjadi. Oleh karena itu,
adanya darah dalam urin setelah suatu cedera menunjukkan kemungkinan cedera ginjal.
Namun demikian, hematuria mungkin tidak akan muncul atau terdeteksi hanya melalui
pemeriksaan mikroskopik.
b) Nyeri mungkin terlokalisasi pada satu daerah panggul atau di atas perut.
c) Syok atau tanda-tanda kehilangan darah.
d) Ekimosis pada daerah panggul atau kuadran atas perut.
e) Sebuah massa teraba mungkin merupakan retroperitoneal besar hematoma atau
kemungkinan ekstravasasi kemih.
f) Laserasi (luka) di abdomen lateral dan rongga panggul
Komplikasi
Jika tidak mendapatkan perawatan cepat dan tepat, maka trauma mayor dan trauma
pedikel sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan kematian.
Terdapat beberapa komplikasi awal setelah cedera yaitu :
a) Delayed bleeding.
b) Urinary leakage.
c) Abses perirenal.
Dikemudian hari pasca cedera ginjal dapat menimbulkan komplikasi lanjutan yaitu :
a) Hidronefrosis.
b) Pielonefritis kronis.
c) Hipertensi.
d) Fistula arteriovenosa.
e) Urolithiasis
TRAUMA URETER
Epidemiologi
• Trauma ureter jarang terjadi
• 1% dari seluruh cedera traktus urogenitalia

Etiologi
Cedera ini dapat terjadi karena trauma dari luar :
• Trauma tumpul
• Trauma tajam
• Trauma iatrogenik : operasi endoneurologi transureter dan operasi didaerah pelvis.
• Akibat operasi terbuka : ureter terikat, crushing karena terjepit oleh klem, putus
(robek), atau devaskularisasi karena terlalu banyak jaringan vaskuler dibersihkan.
Manifestasi klinis
• Umumnya tanda dan gejala klinis tidak spesifik.
• Hematuria, yang menunjukkan cedera pada saluran kemih.
• Bila terjadi ekstravasasi urin, dapat terjadi urinoma.
• Pada trauma tumpul gejalanya sering kurang jelas.
• Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria.
• Pada trauma yang disebabkan oleh akibat iatrogenic, seperti
pada pembedahan, bila terjadi ureter terikat total atau
sebagian, maka pasca bedah bisa ditenukan gejala-gajala
febris, nyeri pinggang yang sering bersama-sama gejala ileus
paralitik seperti mual, muntah.
diagnosis
• Pada cedera ureter akibat trauma tajam biasanya ditemukan
hematuria mikroskopik.
• Pada cedera ureter bilateral terdapat peningkatan kadar ureum dan
kreatinin darah.
• Lokasi cedera ureter dapat diketahui dari pemeriksaan pielografi
intravena.
terapi
1. Ureter saling disambung (anastomosis end to end) : jika
kedua ujung distal dan proksimal dapat didekatkan tanpa
tegangan.
terapi
2. Inplantasi ureter ke buli-buli. Cedera ureter distal yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan anastomosis end to end atau
implantasi ureter ke buli-buli disebabkan tidak cukup bagian ureter
distal
terapi
3. uretero-kutaneostomi : menghubungkan ujung akhir ureter dengan
dunia luar, melalui lubang di kulit (stoma)
4. transuretero-ureterotomi : menyambung ureter dengan ureter pada
sisi kontralateral.
terapi
5. Nefrostomi sebagai tindakan diversi

6. Nefroktomi : pengangkatan ginjal


TRAUMA BULI –BULI
Trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera.
Bila tidak ditanggulangi dengan segera, dapat menimbulkan komplikasi, seperti peritonitis dan sepsis.
Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin bertambah
usia, tempatnya turun dan terlindung di dalam kavum pelvis; sehingga kemungkinan mendapatkan
trauma dari luar jarang terjadi. Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau
kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen tulang pelvis mencederai buli-buli. Kurang lebih 90%
trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis.
Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih. Pada kontusio
buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin. Ruptur
kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal (membutuhkan eksplorasi dan perbaikan buli) atau
ekstraperitoneal (biasanya hanya ditangani dengan memasang drainase buli). Ruptur kandung kemih
ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung
kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin di rongga perivesikal.
Trauma tumpul dapat menyebabkan ruptur buli-buli, terutama bila kandung
kemih penuh atau terdapat kelainan patologik, seperti tuberkulosis, tumor, atau
obstruksi sehingga trauma kecil sudah menyebabkan ruptur. Trauma tajam akibat
luka tusuk atau tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah
suprapubik ataupun transperineal. Penyebab lain adalah instrumentasi urologik.
Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenik
antara lain pada reseksi buli-buli transurethral atau pada litotripsi. Demikian pula
partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelvis dapat menyebabkan trauma
iatrogenik pada buli-buli. Rupture buli-buli dapat pula terjadi secara spontan, hal ini
biasanya terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli. Infeksi
tuberkulosis, tumor buli-buli, atau obstruksi infravesikal kronis menyebabkan
perubahan struktur otot buli-buli yang melemahkan dinding buli-buli. Pada
keadaan itu bisa terjadi rupture buli-buli spontanea.
Tabel 4. Klasifikasi cedera buli-buli
Diagnosis
• Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien mengeluh nyeri
di daerah suprasimfisis, miksi bercampur, darah atau mungkin pasien tidak dapat
miksi. Gambaran klinis yang lain tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli
yang mengalami cedera yaitu intra/ekstraperitoneal, adanya rgan lain yang
mengalami cedera, serta penyulit yang terjadi akibat trauma.2 Umumnya fraktur
tulang pelvis disertai perdarahan hebat sehingga tidak jarang penderita datang
dalam keadaan anemia bahkan syok.
• Pada abdomen bagian bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat nyeri tekan
didaerah suprapubik di tempat hematom. Pada ruptur buli-buli intraperitoneal, urin
masuk ke rongga peritoneum sehingga memberi tanda cairan intraabdomen dan
rangsang peritoneum. Lesi ekstraperitoneal memberikan gejala dan tanda infiltrate
urin di rongga peritoneal yang sering menyebabkan septisemia. Penderita
mengeluh tidak bisa buang air kecil. Kadang keluar darah dari uretra.
Terapi
• Bilapenderitadatangdalamkeadaansyok,
harusdiatasidenganpemberiancairanintravenaataudarah. Bilasirkulasitelahstabil,
barudilakukanreparasibuli-buli.
Prinsippemulihanrupturkandungkemihialahpenyaliranruangperivesikal,
pemulihandinding, penyalirankandungkemih dan perivesikal, dan
jaminanarusurinmelaluikateter. Terapicederabuli-bulitergantung pada jeniscedera,
diantaranyaadalah:
• Pada kontusiobuli-buli :
cukupdilakukanpemasangankateterdengantujuanuntukmemberikanistirahat pada buli-buli.
Dengancarainidiharapkanbuli-bulisembuhsetelah 7-10 hari.
• Pada cederarobekan intraperitoneal
harusdilakukaneksplorasilaparatomiuntukmencarirobekan pada buli-
bulisertakemungkinancedera pada organ lain. Jikatidaksegeradioperasiekstravasasi urine
keronggaintraperitoneumdapatmenyebabkan peritonitis. Rongga intra peritoneum dicuci,
robekan pada buli-bulidijahit 2 lapis, kemudiandipasangkatetersistostomi yang dilewatkan
di luarsayatanlaparatomi.
• Pada cederaekstraperitoneal, robekan yang sederhana (ekstravasasi minimal)
dianjurkanuntukmemasangkateterselama 7-10 hari, tetapisebagianahli lain
menganjurkanuntukmelakukanpenjahitanbuli-bulidenganpemasangankatetersistostomi.
Tanpadilakukanpembedahan, kejadiankegagalanpenyembuhanluka ± 15%, dan
kemungkinanuntukterjadinyainfeksi pada ronggaperivesikasebesar 12%. Oleh
karenaitujikabersamaandenganrupturbuli-buliterdapatcedera organ lain yang
membutuhkanoperasi, sebaiknyadilakukanpenjahitanbuli-buli dan
pemasangankatetersistostomi.
• Komplikasi
Pada cedera buli-buli ekstraperitoneal, ekstravasasi urine ke rongga
pelvis yang dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan infeksi dan
abses pelvis. Yang lebih berat lagi adalah robekan buli-buli
intraperitoneal, jika tidak segera dilakukan operasi, dapat menimbulkan
peritonitis akibat dari ekstravasasi urine pada rongga intraperitoneum.
Kedua keadaan itu dapat menyebabkan sepsis yang dapat mengancam
jiwa. Kadang-kadang dapat pula terjadi penyulit berupa keluhan miksi,
yaitu frekuensi dan urgensi yang biasanya akan sembuh sebelum 2
bulan.
TRAUMA URETHRA
• Trauma atau
ruptur pada
uretra akibat
cedera internal
maupun
eksternal.
ETIOLOGI
• Blunt injuries
• Terpukul, tendangan,
• Penetrating injuries
• Luka tembak, luka tusuk
• Cedera iatrogenik
• Pemasangan kateter
• Tindakan operasi transuretra

KLASIFIKASI :
Ruptur uretra posterior
Ruptur uretra anterior
RUPTUR URETRA POSTERIOR

• Trauma pada
uretra yang
terletak di uretra
pars
membranosa
dan uretra pars
prostatika.
ETIOLOGI
• Blunt injuries (Trauma tumpul)
• E.g tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh
• Fraktur pelvis (10%)
• Fraktur ramus/simfisis pubis  kerusakan pada cincin pelvis  robekan uretra pars
prostato-membranasea

EPIDEMIOLOGI
• Cedera uretra posterior yang paling sering dikaitkan dengan fraktur
pelvis  5% -10%
• Tingkat tahunan sebesar 20 fraktur pelvis per 100.000 penduduk
• Laki-laki > wanita
• (uretra wanita >> pendek, lebih mobile & lig. pubis yg tdk kaku)
klasifikasi
Melalui gambaran uretrogram
Colapinto dan McCollum (1976)
TIPE 1
• Uretra posterior masih
intak dan hanya
mengalami stretching
(perengangan)
• Foto uretrogram tidak
menunjukkan adanya
ekstravasasi
• Uretra hanya tampak
memanjang
TIPE 2
• Uretra posterior
terputus pada
perbatasan prostate-
membranasea (parsial)
• Diafragma urogenitalia
masih utuh
• Foto uretrogram :
ekstravasasi kontras
yang masih terbatas di
atas diafragma
• Kontras mengisi uretra
proksimal s/d vu
TIPE 3
• Uretra posterior,
diafragma
urogenitalis, dan
uretra pars
bulbosa sebelah
proksimal ikut
rusak.
• Foto uretrogram :
ekstravasasi kontras
meluas hingga di bawah
diafragma sampai ke
perineum
GEJALA KLINIS
• Nyeri abdomen bawah
• Kesulitan BAK/retensi urin
• Shock karena perdarahan
ETIOPATOGENESIS
• Akibat dari adanya gaya geser pada prostatomembranosa junction 
prostat terlepas dari fiksasi pada diafragma urogenitalia
• CATATAN :
• uretra posterior difiksasi pada dua tempat yaitu :
1. Uretra pars membranasea ke ramus ischiopubis oleh diafragma urogenitalia
2. Uretra pars prostatika ke simphisis oleh ligamentum puboprostatikum
PEMERIKSAAN FISIK
• Perdarahan di meatus uretra externa
• Teraba fraktur pelvis
• Suprapubic contusion
• Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah  jejas
hematom & nyeri tekan
• Trias diagnostik dari gangguan uretra
prostatomembranosa :
• fraktur pelvis
• darah pada meatus
• urin tidak bisa keluar dari kandung kemih
• DRE :
• floating
prostate/high riding
(o/ krn rupture of
puboprostatic
ligaments)
• massa lunak yang
menonjol ke dalam
rektum (akibat
hematoma rongga
panggul)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Uretrografi retrograd
• Injeksi 20-30 ml kontras radioopak ke dlm uretra
• Ekstravasasi cairan kontras di uretra pars prostaticomembranosa 
menunjukan lokasi kerusakan
KOMPLIKASI
• Striktur berulang (1% -2% pasien)
• Kehilangan kemampuan ereksi

PROGNOSIS
Sangat baik  bila dikelola dengan benar
RUPTUR URETRA ANTERIOR
• Trauma pada uretra yang terletak di bagian distal uretra pars
membranosa
ETIOLOGI
• Straddle injury
• e.g tendangan atau pukulan pada daerah perineum
• uretra pars bulbosa terjepit diantara tulang pubis dan benda tumpul.
• Penetrating injury (luka tembak atau luka tusuk)
• Trauma iatrogenic dari kateterisasi, atau masuk benda asing
KLASIFIKASI
1.KONTUSIO
• Gambaran klinis memberi kesan cedera uretra, tetapi uretrografi retrograde
normal
2. PARTIAL DISRUPTION
• Uretrografi menunjukkan ekstravasasi, tetapi masih ada kontinuitas uretra
sebagian.
• Kontras terlihat mengisi uretra proksimal atau vesika urinaria
3. COMPLETE DISRUPTION
• Uretrografi menunjukkan ekstravasasi dengan tidak ada kontras mengisi
uretra proksimal atau vesika urinaria.
• Kontinuitas uretra seluruhnya terganggu
GEJALA KLINIS
• Hematoma pada penis dan skrotum.
• Perdarahan di meatus uretra merupakan tanda klasik cedera uretra.
• Bila terjadi rupture uretra total  tidak bisa BAK sejak terjadi trauma
& nyeri perut bagian bawah / daerah suprapubik.
• Pada perabaan  kandung kemih penuh.
DIAGNOSIS
• Uretrografi retrograde :
• Gambaran ekstravasasi bila terdapat laserasi uretra (nb : pada kontusio, tdk
terdapat ekstravasasi)
• Bila tidak tampak adanya ekstravasasi  kateter uretra boleh dipasang
KOMPLIKASI
• Komplikasi dini setelah rekontruksi uretra adalah :
• infeksi, hematoma, abses periuretral, fistel uretrokutan,
dan epididimitis.
• Komplikasi lanjut yang paling sering terjadi adalah
striktur uretra.

PROGNOSIS
Kurang baik jika ada striktur  laju aliran urin kurang baik dan
infeksi urinaria
Lo .2 Trauma sistem genital
GENITALIA MASCULINA

1. Fraktur Penis
Definisi
Fraktur penis adalah kondisi umum yang dihasilkan dari bengkoknya penis saat ereksi
secara tiba-tiba. Paksaan tersebut mengakibatkan robekan pada tunika albuginea. Hal ini
menyebabkan hilangnya ereksi seketika. Dalam kasus yang ekstrem, robeknya uretra bahkan bisa
terjadi. Fraktur penis ini dianggap sebagai kedaruratan urologi. Kegagalan untuk memperbaiki
cedera tunika albuginea dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

Patofisiologi
Hal ini dapat terjadi di setiap situasi selama berhubungan seksual ketika penis
mendorong tidak pada tempat yang seharusnya, sehingga ia menabrak sesuatu yang solid (seperti
perineum). Tapi, hal ini bisa juga terjadi hubungan penetratif anal, mastrubasi agresif, dan secara
tidak sengaja berguling ke penis yang sedang ereksi saat tidur.
Fraktur penis terjadi akibat robeknya tunika albuginea. Tunika tersebut mengelilingi
corpora cavernosa, jaringan spons khusus dalam inti penis yang diisi dengan darah selama ereksi.
Ketika lapisan ini robek, darah yang biasanya berada pada ruang ini bocor keluar ke jaringan
lain. Oleh karena itu, pasien akan mendapatkan memar dan bengkak. Biasanya akan terdengar
suara patahan. Jika disertai dengan sakit parah pada penis, terutama berkaitan dengan memar,
bengkak, dan hilangnya ereksi, maka harus segera dilakukan perawatan darurat.
Tatalaksana
Terapi bedah dan konservatif ini menunjukkan pilihan terapi bedah segera dengan
eksplorasi dan rekonstruksi. Terapi konservatif meliputi balut tekan, kompreses, fibrinolitik,
antiinflamasi, sedative, dan anti androgen. Intervensi segera berhubungan dengan lama rawatan
yang pendek, angka tingkat kepuasan yang lebih tinggi dan menigkatkan keberhasilan termasuk
juga dapat mengurangi insiden dis-fungsi ereksi.
2. Torsio Testis
Definisi
Torsio testis adalah kejadian di mana testis terpelintir sehingga menyebabkan suplai
darah menuju skrotum terhambat. Terhambatnya aliran darah membuat pasien merasakan nyeri.
Jaringan testis tidak dapat bertahan tanpa adanya aliran darah. Torsio atau putaran testis
merupakan penyebab tersering seseorang kehilangan testis ketika dewasa.

Etiologi
Sebagian besar kasus torsio testis terjadi karena kelainan bentuk bell clapper, kelainan
anatomi yang bisa dialami beberapa laki-laki. Kondisi anatomi ini memungkinkan korda
spermatika untuk memutar lebih mudah, yang berefek pada suplai darah ke testis. Hal ini dapat
terjadi secara spontan atau mungkin terkait dengan trauma. Tidak ada cara untuk mendeteksi
kelainan ini. Sejumlah besar laki-laki yang memiliki kelainan anatomi ini akan memilikinya di
kedua testis.
Manifestasi Klinis
Torsio testis ditandai dengan sakit luar biasa testis satu sisi disertai dengan pembengkakan
tiba-tiba. Karena struktur korda spermatika terpelintir, testis ikut terangkat sehingga menyebabkan
rasa sakit seperti tertarik. Pasien dapat mengalami mual dan muntah. Selain itu, jika pasien memiliki
riwayat penyakit testis sebelumnya, pasien mungkin mengalami sakit perut.
Torsio testis terlihat paling sering terjadi pada kelompok usia 12-18 tahun, dan sebagian
besar kasus terjadi pada pria di bawah usia 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan torsio testis
dapat terjadi pada semua usia termasuk bayi yang baru lahir.

Tatalaksana
Pembengkakan testis dan nyeri testis secara mendadak harus dievaluasi. Evaluasi
sebaiknya dilakukan di ruang gawat darurat, di mana pencitraan yang cepat tersedia dan ada
akses cepat ke intervensi bedah. Ada waktu sekitar enam jam (window period) untuk
penyelamatan testis. Perawatan bedah dalam jangka waktu ini dikaitkan dengan tingkat
penyelamatan 100% testis. Setelah enam jam, tingkat keselamatan testis akan menurun dan jika
operasi perbaikan dilakukan setelah 24 jam, testis tidak lagi diselamatkan.
Langkah lanjutan yang bisa dilakukan adalah merujuk pasien ke ahli urologi.
Tatalaksana
 Obat
Di ruang gawat darurat, pasien dengan torsi testis mungkin akan menerima obat
penghilang rasa sakit kelas narkotika seperti morfin mengingat nyeri yang dirasakan sangat berat.

 Operasi
Tujuan dari operasi adalah untuk menyelamatkan testis. Jika testis tidak dapat
diselamatkan, testis akan diambil (prosedur yang dikenal sebagai orchiectomi). Jika putaran testis
berhasil dikembalikan ke semula, testis akan dijahit dalam skrotum sehingga testis tidak bisa lagi
memutar (disebut orchiopeksi). Testis lainnya juga akan menjalani fiksasi terhadap skrotum
untuk menghilangkan risiko torsio testis di kemudian hari.

 Terapi
Pasien yang memiliki testis yang tidak berfungsi dapat kembali untuk dilakukan
penyisipan testis prostetik (testis buatan). Ini akan dilakukan hanya setelah urolog merasa bahwa
penyembuhan dari operasi selesai.
3.Avulsi Skrotum & Penis
Definisi
Avulsi adalah kehilangan sebagian atau seluruh dinding skrotum. Biasanya terjadi pada
pekerja pabrik atau petani yang mempergunakan mesin pengolah lading. Celana dan kulit skrotum
atau kulit penis terjerat pada mesin yang sedang berputar.
Gambaran klinis yang didapatkan ialah, kulit yang mengalami avulsi dapat terlepas total atau masih
melekat sebagian melalui tangkai.
Tatalaksana
1. Tindakan pertolongan pertama adalah memberikan analgetik, sedatif, serta traquilizer
untuk menenangkan pasien.
2. Kemudian dilakukan pencucian luka dari debris dan rambut yang menempel dengan
melakukan irigasi memakai air bersih dan kalau tersedia dengan garam fisiologis. Tidak
diperkenankan menyikat jaringan dan melakukan irigasi dengan antiseptik.
3. Dilakukan debridement jaringan yang mengalami nekrosis, tetapi diusahakan sedapat
mungkin jangan terlalu banyak membuang kulit skrotum yang masih hidup, karena
skrotum penting untuk membungkus testis.
4. Bila kulit yang avulsi atau terkelupas masih dihubungankan dengan pedikel, setelah
pencucian luka dan debridement, kulit tadi masih bisa digunakan untuk menutup defek.
5. Bila kulit yang avulsi terlepas total, dilakukan debridement, eksisi, dan tandur alih kulit.
4. Strangulasi Penis
Definisi
Strangulasi penis adalah jeratan pada pangkal penis yang menyebabkan gangguan
aliran darah pada penis. Gangguan aliran darah ini mengakibatkan penis menjadi
iskemia dan edema yang jika dibiarkan akan menjadi nekrosis.
Jeratan ini dapat terjadi pada orang dewasa maupun pada anak-anak. Pada orang
dewasa penjeratnya berupa logam, tutup botol, atau karet yang biasanya dipasang pada
batang penis untuk memperlama ereksi.
Pada anak kecil biasanya jeratan pada penis dipasang oleh ibunya untuk mencegah
ngompol (enuresis) atau bahkan secara tidak sengaja terjadi pada bayi yang terjerat tali
popok atau rambut ibunya. Jeratan pada penis harus segera ditanggulangi dengan
melepaskan cincin atau penjerat yang melingkar pada penis. Karena edema yang begitu
hebat, jeratan oleh cincin logam sulit untuk dilepaskan.
Tatalaksana
Beberapa cara untuk melepaskan cincin yang menjerat batang penis adalah:

(1) memotong logam itu dengan gerinda atau gergaji listrik, tetapi dalam hal ini energi
panas yang ditimbulkan dapat merusak jaringan penis

(2) melingkarkan tali pada penis pada sebelah distal logam dan kemudian
melepaskannya perlahan-lahan seperti pada Gambar 6-7

(3) melakukan insisi pada penis yang telah mengalami edema dengan tujuan membuang
cairan (edema) sehingga logam dapat dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai