Anda di halaman 1dari 47

KELOMPOK 5

KELAINAN ANATOMI SISTEM DIGESTIVUS


MODUL 1
KELAINAN KONGENITAL DAN KELAINAN ANATOMI YANG
DIDAPAT
PADA SISTEM DIGESTIVUS
SKENARIO 1 : Bayi Arta Yang Malang
Bayi Arta usia 3 hari, dibawa ke IGD RS Cut Meutia dengan keluhan muntah muntah berwarna
kuning. Keluhan ini disertai dengan perut tegang dan belum keluar BAB sejak lahir.
Berdasarkan anamnesis diketahui berat bayi 2000 gram dengan usia kehamilan 30 minggu.
Bayi Arta tampak lemas, mengantuk, dan demam ringan. Hasil pemeriksaan fisik dijumpai
takikardi, oliguria, tanda dehidrasi berat, dan somnolen serta ikterik. Pada awal kelahirannya,
bayi Arta menghisap ASI dengan jumlah yang banyak walaupun selanjutnya pasien tidak
mampu toleransi dan muntah terus-menerus.
Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan hemokonsentrasi, hiperbilirubinemia, hipokalemia,
hiponatremia dan asidosis metabolik. Hasil pemeriksaan BNO didapatkan double-bubble sign.
Dokter menjelaskan kepada ibunya bahwa bayi Arta mengalami kelainan bawaan pada
saluran cerna. Dokter selanjutnya melakukan pemasangan NGT dekompresi untuk
mengurangi distensi abdomen, kemudian pasien dikonsulkan ke dokter ahli.
Ibu Arta sangat sedih mendengarkan penjelasan dokter, karena suaminya juga akan
menjalanai operasi. Menurut dokter, suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan
mengalami hernia inguinalis. Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada bayi Arta
dan ayahnya?
JUMP 1 : TERMINOLOGI

1. Hernia inguinalis  suatu penonjolan akibat masuknya visceral atau organ


abdomen melalui kanalis inguinalis lateralis.
2. BNO (Blass Nier Overzicht)  suatu pemeriksaan di daerah abdomen /
pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut.
3. Double Bubble Sign  tanda dilatasi duodenum ditandai dengan adanya 2
struktur ada atau tanpa adanya udara.
JUMP 2 : RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA
1. Mengapa bayi Arta (3 hari) mengalami muntah-muntah berwarna
kuning yang disertai dengan perut tegang dan belum keluar BAB?
Jawab:
- Muntah-muntah berwarna kuning: adanya obstruksi  peningkatan
cairan dan elektrolit ke ekstraseluler  suasana asam (asidosis
metabolik)  muntah. Obstruksi pada bagian usus yang tinggi (COD) 
muntah  akan  berwarna  kuning  atau  seperti  susu  yang mengental.
- Perut tegang: adanya akumulasi ..
- Belum keluar BAB: tidak ada jalur untuk dapat dilaluinya makanan
(atresia duodenal).

2. Apakah keluhan yang dialami bayi Arta ada hubungannya dengan


usia dan jenis kelamin?
Jawab:
- Jenis kelamin: laki-laki > perempuan  untuk semua anomali
kongenital pada gastrointestinal.
- Usia: tidak ada pengaruh terhadap usia.
3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada bayi Arta?
Jawab:
– Takikardi: kompensasi tubuh oleh karena gangguan elektrolit
– Oliguria: plasma sedikit ke ginjal
– Dehidrasi berat: muntah yang progresif  gangguan elektrolit
– Somnolen: intake menurun  ke otak menurun
– Ikterik: pengeluaran bilirubin menurun  peningkatan bilirubin dalam
darah
– Demam: dikarenakan dehidrasi yang berat

4. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan Lab dan BNO pada bayi Arta?
Jawab:
– Hiperbilirubinemia: bilirubin yang tidak dikeluarkan  peningkatan
bilirubin dalam darah
– Hipokalemia dan Hiponatremia: pengeluaran karena muntah yang
terus menerus karena berpindah ke ekstraseluler  suasana menjadi
asam (as.metabolik intraseluler)
– Haemokonsentrasi: tidak seimbangnya antara CES dan CIS 
penurunan cairan elektrolit karena banyak dikeluarkan pd saat muntah.
BNO  Double-Bubble Sign (gelembung ganda)
• gelembung pertama: mengacu pada lambung
• gelembung kedua: mengacu pada loop duodenal post pilorik yang
terdilatasi

5. Apa diagnosa dan diagnosa banding bayi Arta?


Jawab:
• Dx: Atresia intestinal (atresia duodenal)
• DD: atresia esofagus, malrotasi dengan volvulus midgut, stenosis pilorus,
pankreas anular, penyakit hirschsprung.

6. Bagaimana tatalaksana pada bayi Arta?


Jawab:
• Lambung dikosongkan terlebih dahulu
• Beri cairan intravena untuk memperbaiki keseimbangan air dan
elektrolit
• Operasi yaitu duodenoduodenostomia
7. Bagaimana prognosis dan komplikasi bayi Arta?
Jawab:
Prognosis: 90-95% harapan hidup baik
Komplikasi:
• dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya
• apabila tidak terpasang IV line  mudah terjadi dehidrasi
• setelah pemedahan  pembengkakan duodenum (megaduodenum),
gangguan motilitas usus, refluks gastrointestinal

8. Mengapa ayah bayi Arta mengalami hernia inguinal apakah ada hubungan
dengan pekerjaannya sebagai kuli?
Jawab:
Bekerja sebagai kuli: kebiasaan angkat beban berat. Peningkatan tekanan
intraabdominal menekan daerah lokus minoris di daerah inguinalis  lokus minoris
semakin lebar  bagian abdomen memasuki lokus minoris mulai membentuk kantong
kantong membesar  timbul benjolan di lipat paha (inguinal).

9. Apa tatalaksana yang diberikan kepada ayah bayi Arta?


Jawab:
• asimptomati  tidak dilakukan pembedahan lebih mengarah ke monitoring
• simptomatik  operatif (hernia plasti)
JUMP 4 : SKEMA

Kelainan Anatomi Sistem Digestivus

kongenital didapat

CDO Hernia iguinalis

Epidemiologi, etiologi, faktor resiko

Px fisik, Px penunjang

DX, DD

Tatalaksana

Prognosis dan Komplikasi


JUMP 5 : LO (Learning Objective)

1. Kelainan anatomi sistem digestivus kongenital


- CDO (atresia duodenal)
- lainnya
2. Kelainan anatomi sistem digestivus yang didapat
- Hernia Inguinalis
- lainnya
KELAINAN ANATOMI SISTEM
DIGESTIVUS KONGENITAL
Hirschsprung’s disease

Hirschsprung’s disease atau penyakit megacolon kongenital merupakan suatu kondisi tidak
adanya segmen ganglion intrinsik parasimpatis pada submukosa dan myenteric plexuses yang
secara anatomi terletak pada bagian anus dan membentang secara proksimal
Epidemiologi

Insiden penyakit ini sebesar 1: 5000 kelahiran hidup. Secara epidemiologi,


Hirschsprung’s disease ditemukan empat kali lebih banyak terjadi pada laki-laki
daripada perempuan.
Etiopatogenesis

Tidak adanya pleksus myenteric (Aurbach) dan pleksus submukosa (Meissner).


Ada 2 teori penyebab dari Hirschsprung’s Disease :
- Gagal bermigrasi yg disebabkan oleh Mutasi gen RET (terletak di kromosom 10q11) sebagai
penyandi reseptor tirosin kinase pada membran sel, Glial Cell-Derived Neurotrophic Growth Factor
(GDNF) → sebagai ligand yang diproduksi sel mesenkim. Reseptor + ligand berperan dalam migrasi
sel
- Gagal bertahan dan berproliferasi
Manifestasi Klinis Pemeriksaan penunjang
- Darah lengkap
- Radiologi :
- BOF
- Barium enema
- Anorektal manometri
- Biopsi
DD Tatalaksana
a. Preoperative
- Intestinal neuronal dysplasia - Dekompresi : rectal tube, NGT
- Meconium Plug Syndrome - Resusitasi cairan
- Small Left Colon Syndrome
- Antibiotik profilaksis
- Distal ileal atresia
- Rectal washout
- Nenonatal Sepsis
- Hypothyroid - Deteksi kelainan VACTERL lainnya
- Prematurity b. Operative
- Colostomy sementara sampai usia 6-
12 bulan (dekompresi kolon)
- Operasi
- Duhamel (definitive)
- Soave
- Swenson
Atresia Ani
Atresia Ani :
Kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata
meliputi anus, rectum atau keduanya.

 Paling sering terjadi pada bayi baru lahir (1 dari tiap 5000 –
10000 kelahiran)

 Laki--laki(55--65%) sering disertai fistula anouretra/vesica,


sedangkan wanita rektovestibuler/vaginal.
Definisi

Atresia ani atau anus


imperforata atau malformasi
anorektal adalah
suatu kelainan kongenital
tanpa anus atau anus tidak
sempurna,
termasuk didalamnya agenesis
ani, agenesis rekti dan atresia
rekti.
Etiologi
Kegagalan pembentukan septum urorektal secara
komplit

Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan


daerah anus

kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan


berusia 12 minggu atau tiga bulan

Ketidaksempurnaannya migrasi dan perkembangan


struktur kolon antara 7- 10 minggu selama
perkembangan janin.

Atresia ani yang berkaitan dengan kelainan


kongenital saat lahir
Patofisiologi
Faktor kongenital
Masa embrio

Tidak sempurnanya
perkembangan kolon

Obstruksi Anus imperforata Fistel

Feses tidak
keluar
Distensi abdomen
Sekuesterarsi cairan Rektouretralis
muntah rektovesika Rektovestibula
r
rektovaginal
Klasifikasi

• Klasifikasi menurut
Alberto Pena

• Berdasarkan terapi
yang dilakukan, perlu
tidaknya tindakan
kolostomi
Manifestasi klinis

Gejala yang menunjukan terjadinya malformasi


anorektal terjadi dalam waktu 24-48 jam.

Berupa:
1. Perut kembung
2. Muntah
3. Tidak bisa buang air besar
4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak
serta terbalik dapat dilihat sampai dimana
terdapat penyumbatan.
Malformasi anorektal sangat bervariasi, mulai
dari anus imperforata letak rendah

dimanarectum berada pada lokasi yang normal


tapi terlalu sempit sehingga feses bayi tidak
dapat melaluinya

malformasi anorektal intermedia dimana ujung


dari rektum dekat ke uretra

Dan malformasi anorektal letak tinggi dimana


anus sama sekali tidak ada.
Diagnosis
- Anamnesis
- pemeriksaan perineum yang teliti .
  - Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
Bila ada fistula pada perineum (mekoneum +)
kemungkinan letak rendah
Pemeriksaan Penunjang

 Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-
sel epitel mekonium.

 Pemeriksaan sinyal X lateral (teknik Wangensteen-Rice): adanya


kumpulan udara dalam ujung rektum yang buntu pada mekonium
yang mencegah udara sampai keujung kantong rektal.

 Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rektal dengan


menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika
mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm
defek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
Radilogi
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan malformasi anorektal tergantung


klasifikasinya.

Pada malformasi anorektal letak tinggi harus dilakukan


kolostomi terlebih dahulu.

Pada beberapa waktu lalu penanganan malformasi


anorektal menggunakan prosedur abdominoperineal
pullthrough,

tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan


prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.
Diagnosis Banding

Penyakit Hirschprung, yang disebabkan


oleh tidak terdapatnya sel ganglion
parasimpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Sebagian besar segmen yang a
ganglionik mengenai rectum dan bagian
bawah kolon sigmoid dan terjadi
hipertrofi serta distensi yang berlebihan
pada kolon yang lebih proksimal.
Gejala utama pada bayi baru lahir berupa muntah hijau,
pengeluaran mekoniium yang terlambat, serta distensi
abdomen.

Gejala timbul pada umur 2-3 hari. Bila dilakukan colok


dubur, tinja akan keluar menyemprot. Diagnosis dapat
ditegakkan setelah dilakukan pemerikasaan barium
enema dan biopsy rectum (biopsy hijau)
KELAINAN ANATOMI SISTEM
DIGESTIVUS Yang DIDAPAT
Hernia Inguinalis
Pengertian
• Hernia inguinais adalah suatu penonjolan yg terjadipada
kanalis ingunalis akibat masuknya viscera (organ dalam )
abdomen melalui kanalis inguinalis
Etilogi

– Kerja otot yg terlalu kuat, seperi mengangkat barang berat


– Batuk kronik
– Mengedan saat miksi dan defekasi
– Peregangan otot abdomen krn ↑ tekanan intra abdomen, spt
kehamilan dan obesitas
– Kelemahan otot abdomen akibat penuaan
Klasifikasi Hernia
• Menurut terlihat atau tidak
– Internal kantong hernia nrada di dlm rongga abdomen
– External kantong hernia keluar dari dlm rongga perut
• Menurut penyebab
– Kongenital
– Traumatic atau didapat
– Insisionalis krn dinding abdomen lemah krn sayatan atau
pembedahan sebelumnya
• Menurut sifatnya
– Responibilis isi hernia dpt keluar masuk
– Irreponibilis isi hernia terjepit cincin hernia, sehingga tidak
dapat masuk lagi
– Incarserata atau strangula  isi hernia yg tidak dapat masuk
lagi + gangren akibat pendarahan yg terganggu
Patofisiologi

Hernia berkembang ketika abdomen mengalami peningkatan


tekanan intra abdomen. Awalnya akan terjadi kerusakan yg sangat
kecil pada dinding abdomen, kemudian terjadi hernia. Krn organ-
organ selalu melakukan pekerjaan berat dan berlangsung lama,
shg terjadi penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yg parah,
shg akhirnya menyebabkan kantung di dlm perut, yg nantinya akan
mengalami kelemahan. Jika suplai darah terganggu, akan
menyebabkan gangren
Tanda dan gejala
• Penonjolan di daerah ingunal
• Nyeri pada benjolan, bila terjadi strangulasi (gangren)
• Obstruksi usus yg di tandai dgn muntah, nyeri abdomen spt kram, dan
distensi abdomen
• Terdengar bising usus pada benjolan
• Kembung
• Perubahan pola eliminasi BAB
• Gelisah
• Dehidrasi
• Hernia biasanya tampak di atas area yg terkena pada saat pasien atau
mendorong
Pemeriksaan penunjang
• Sinar X abdomen  abnormal kadar gas dlm usus/
obstruksi usus
• Hitung darah lengkap dan serum elektrolit 
hemokonsentrasi (↑ hemotokrit), leukositosis, dan
ketidakseimbangan elektrolit
Tatalaksana
• Herniaplasty  memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang
• Herniatomy  pembebasan kantung hernia sampai ke
lehernya, kantung di buka dan isis hernia di bebaskan
kalau ada perlekatan, kemudian di reposisi, kantung
hernia di jahit lalu di potong
• Herniorrophy  mengembalikan isi kantung hernia ke dlm
abdomen dan menutup celah yg terbuka
Post operatif
• Bed rest dengan menaikkan bagian kaki
• Menggunakan celana penyangga
• Diberikan anti nyeri, antibiotik bila ada infeksi, obat
pelunak feses bila terjadi sembelit
• Diet cairan samapat saluran gastrointetinal berfungsi lagi
HEMORRHOID
Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti pelebaran pembuluh
darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di
daerah anus

• Hemorrhoid interna adalah pleksus vena hemorrhoidalis superior


di atas mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna
ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa
pada rectum sebelah bawah.
• Hemorrhoid interna sering terletak di kanan depan, kanan
belakang dan kiri lateral. Hemorrhoid eksterna merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus hemorrhoidalis inferior,
terdapat di sebelah distal pada mukokutan di dalam jaringan di
Hemorrhoid interna dapat dikelompokkan menjadi :
• Grade I: wasir tidak keluar dari rektum
• Grade II: wasir prolaps (keluar dari rektum) pada saat mengedan, namun
dapat masuk kembali secara spontan
• Grade III: wasir prolaps saat mengedan, namun tidak dapat masuk kembali
secara spontan, harus secara manual (didorong kembali dengan tangan) 
• Grade IV: wasir mengalami prolaps namun tidak dapat dimasukkan kembali
Hemorrhoid interna derajat I dan II masih dapat ditangani dengan terapi
obat oral. Namun hemorrhoid interna derajat III dan IV serta hemorrhoid
eksterna memerlukan tindakan bedah untuk penangannya. 
Faktor Risiko
1. Keturunan: dinding pembuluh darah yang tipis dan lemah.
2. Anatomi: vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemorrhoidalis
kurang mendapat sokongan otot atau fasi sekitarnya.
3. Pekerjaan: orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus mengangkat barang
berat, mempunyai predisposisi untuk hemorrhoid.
4. Umur: pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, otot sfingter menjadi
tipis dan atonis.
5. Endokrin: misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas anus (sekresi
hormone relaksin).
6. Mekanis: semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan meninggi dalam
rongga perut, misalnya pada penderita hipertrofi prostate.
7. Fisiologis: bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada derita
dekompensasio kordis atau sirosis hepatic. 8. Radang adalah factor penting, yang
menyebabkan vitalitas jaringan di daerah berkurang
GEJALA :
• Terjadi pendarahan saat buang air besar/kecil
• Darah berwarna merah muda menetes dari lubang anus
• Ada benjolan di anus saat BAB
• Rasa gatal di sekeliling anus
• nyeri, pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur,
• sekret atau keluar cairan melalui dubur,
• rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak
nyaman di daerah pantat
Klasifikasi Derajat Hemoroid
• Derajat I : Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-).
• Derajat II : Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi
secara spontan.
• Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara
manual.
• Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali
Tatalaksana
Perlu diketahui bahwa haemorrhoid tidak dapat sembuh secara total. Tindakan
yang dapat dilakukan adalah mencegah timbulnya keluhan dan mengatasi
gejala yang timbul dengan obat-obatan. Berikut adalah beberapa modifikasi
gaya hidup yang dapat Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari:
• Minum banyak air, makan makanan yang mengandung banyak serat (buah,
sayuran, sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-25 gram sehari
• Olahraga
• Mengurangi mengedan
• Menghindari penggunaan laksatif (perangsang buang air besar)
• Membatasi mengedan sewaktu buang air besar.
• Penggunaan celana dalam yang ketat dapat mencetuskan terjadinya wasir
dan dapat mengiritasi wasir yang sudah ada.
• Penggunaan jamban jongkok juga sebaiknya dihindari
THANK YOU ;)

Anda mungkin juga menyukai