notAni,tomorrow.
Hirschsprung, Atresia Atresia Ductus Hepaticus
Pada anak:
➢Konstipasi
➢Distensi abdomen tipis vena-vena terlihat
➢Aktivitas peristaltik menurun
➢Kegagalan untuk tumbuh
➢Malnutrisi
Penatalaksanaan
❑Pembedahan merupakan terapi definitif utama
❑Tujuan dilakukannya pembedahan → mereseksi bagian abnormal usus (aganglionic) dan
menganastomis bagian usus yang normal dengan rectum tanpa mempengaruhi kontinensia
❑Sebelum dilakukan pembedahan, penderita harus mendapatkan beberapa tindakan, antara lain
pemberian cairan dan elektrolit, antibiotik serta irigasi menggunakan salin hangat melalui rektal
secara berkala untuk mengurangi tekanan intraabdomen (dekompresi usus) dan mencegah
enterocolitis
Penatalaksanaan
Pengangkatan segmen aganglionik dengan anastomose dan
memperbaiki fungsi rectal bagian dalam.
Pull-through Endotrakeal Soave merupakan salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan. Tahapan:
◦ Decompression
◦ Colostomy
◦ Definitive procedures = Trans anal Endorectal Pull-trough
◦ Closing the stoma
Setelah berat badan, usia, dan kondisi bayi sudah cukup, dapat dilakukan
penutupan kolostomi tersebut serta menyambungkan kembali usus besar ke
tempatnya semula, yaitu di anus
Asuhan Keperawatan pd anak dg
Hirschsprung
◦ Membantu orang tua menyesuaikan dirinya dengan defek kongenital yang diderita oleh anak
mereka
◦ Memelihara ikatan antara orang tua denan anak
◦ Menyiapkan mereka dalam menghadapi intervensi medis/pembedahan
◦ Membantu mereka dlam melakukan perawatan ostomi setelah pulang dari rumah sakit
Cont..
Perawatan pra bedah
➢Persiapan sebelum operasi: status gizi, pemberian enema, irigasi
kolon, antibiotik.
➢Pemantauan tanda infeksi: enterokolitis
➢Pengukuran lingkar perut
➢Edukasi tentang prosedur tindakan
Cont..
Perawatan pasca bedah
➢Perawatan stoma
➢Penatalaksanaan ansietas
dan nyeri
➢Hidrasi adekuat
➢Pencegahan infeksi
Cont..
Perawatan saat pulang
◦Ajari orang tua perawatan kolostomi
◦Rujuk pada pekerja sosial, lembaga perawatan kesehatan
di rumah atau perawat kunjungan rumah, jika perlu.
SDKI
Pre operasi
◦ Konstipasi
◦ Risiko kekurangan volume cairan
Post operasi
◦ Perubahan nutrusi: kurang dari kebutuhan tubuh
◦ Nyeri
◦ Risiko infeksi
◦ Kurang pengetahuan
PROGNOSIS
90% pasien yang mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan.
10% pasien yang masih mempunyai masalah dengan saluran pencernaannya sehingga harus
dilakukan kolostomi permanen.
Kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%.
DISKUSI ……!
❑ Bagi 2 kelompok Besar dengan topik diskusi kasus Atresia Ani dan Atresia
Ductus Hepaticus
❑ Masing2 Kelompok besar, di bagi lagi menjadi 5 kelompok kecil
❑Kelompok membahas tentang kasus yg sdh di bagi, membahas tentang
definisi, etiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, pathofisiologi, PEMfis dan pem
penunjang, Penatalaksaaan +ASKEP dan EBN
❑Masing2 kel besar membuat 3 Soal MCQ
❑Diskusikan dlm waktu 20 menit
❑Hasil diskusi di presentasikan di akhir sesi
ATRESIA ANI
Incidence
1 :100 kelahiran
Risiko atresia ani meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan kelainan
atresia ani
Etiology
◦ Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
◦ Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur
◦ Gangguan organ ogenesis dalam kandungan pada usia 7 minggu
◦ Sindrom down
◦ Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinary.
Klasifikasi
1. Secara fungsional
Tanpa anus tetapi mempunyai fistula eksterna
Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan
keluar tinja
Klasifikasi, cont..
2. Klasifikasi berdasarkan letaknya:
a. Letak rendah
Rektum turun sampai ke otot puborektal,
Spingter ani eksternal dan internal berkembang sempurna dengan fungsi
yang normal
Rektum menembus muskulus levator ani sehingga jarak kulit dan rektum
paling jauh 2 cm
Tipe dari kelainan rendah antara lain adalah anal stenosis, imperforata
membrane anal, dan fistula (laki-laki fistula ke perineum, skrotum atau
permukaan penis, perempuan fistula anterior ektopik anus atau anocutaneus
fistula merupakan fistula ke perineal, vestibular atau vagina)
Klasifikasi, cont..
b. Kelainan Intermediet / Menengah (Intermediate Anomaly)
Ujung rektum mencapai tingkat muskulus Levator ani tetapi tidak
menembusnya
Rektum turun melewati otot puborektal sampai 1 cm atau tepat di
otot puborektal
Ada lesung anal dan sfingter eksternal
Klasifikasi, cont..
c. Kelainan Tinggi (High Anomaly / Kelainan Supralevator).
Rektum berakhir diatas muskulus puborektal dan muskulus levator ani
Tidak ada sfingter internal.
Malformasi dari anak laki-laki
mual, muntah,
kembung, anoreksia,
Distensi abdomen
intake nutrisi tidak
adekuat
Manifestasi klinis
• Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
• Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus
• Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
• Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
• Pada pemeriksaan rectal terdapat adanya membran anal.
• Perut kembung
Pemeriksaan
Pemeriksaan radiologis
Sinar X terhadap abdomen
Ultrasound terhadap abdomen
CT Scan
Pyelografi intra vena
Pemeriksaan fisik rektum
Penatalaksanaan
Tindakan pembedahan → Dilakukan pembedahan sigmoid kolostomi dahulu
setelah 6-12 bln, kemudian 3 bulan setelah itu tindakan definitive (PSARP)
setelah 3 bulan dilakukan tutup colostomi → Trauma jaringan → Nyeri
Trauma jaringan → Perawatan tidak adekuat → Resiko Infeksi
Atresia ani letak tinggi dan intermediet : kolostomi, setelah 6 –12 bulan baru
dikerjakan tindakan definitif (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) (atau berat
BB > 10 kg)
Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya
dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot
sfingter ani ekternus.
Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion.
Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin.
Atresia Ductus
Hepaticus
Atresia Ductus Hepaticus
▪Suatu kaeadaan dimana terjadi gangguan dari sistim bilier ekstra
hepatik
▪Tidak terdapatnya sebagian sistim bilier antara duodenum dan hati
→ hambatan aliran empedu dan gangguan fungsi hati
▪Angka kejadian kurang lebih 1:10000-15000 kelahiran hidup
▪Jumlah bayi di Indonesia yang lahir dengan kondisi Atresia Bilier
setiap tahunnya mencapai 300 – 450 jiwa.
Etiology
• Herediter
• Infeksi virus
Atresia bilier → cairan asam empedu balik ke hati → peradangan sel hati
→ gang. suplay darah pada sel hepar → kerusakan sel parenkim dan
duktus empedu ekstra hepatika
Patofisiologis, cont
Kerusakan sel parenkim dan duktus empedu ekstra hepatika → Gangguan metabolisme
lemak, karbohidrat dan protein → glikoginesis dan glukonegonesis menurun
Obstruksi aliran dari hati ke usus → lemak dan vitamin larut tidak dapat diabsorbsi →
kekurangan vitamin A,D, E & K → kelemahan → asupan makan berkurang → BB menurun
Kerusakan sel pharenkim, sel hati, dan duktus empedu ekstra hepatik → Retensi bilirubin →
Bilirubin yang bertahan dalam hati → Di keluarkan ke dalam aliran darah → Mewarnai kulit
dan bagian putih mata (sklera) sehingga berwarna kuning → ikterik
Manifestasi Klinis
Ikterus timbul sejak lahir atau
dua minggu setelah lahir.
Hepatomegali dan spenomegali
Adanya murmur jantung
Urin gelap
Tinja berwarna pucat
Gangguan pertumbuhan
Pemeriksaan
2 • Biopsi liver
WWW.THEMEGALLERY.COM