Kelompok 7
Dian Agus Wijaya Kusuma
Cholifatul Badriyah
Gretta Valentina
Heru Eko Susanto
Joko Susanto
Saiful Huda
Nurinda Diani
Sample Footer Text
Latar belakang 3
• Penyakit Hirschsprung atau yang disebut juga dengan kongenital aganglionik megakolon
merupakan kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion dalam rectum
atau bagian rektosigmoid kolon sehingga menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Nurarif dan Kusuma, 2015)
• Penyakit hirschsprung merupakan suatu penyakit yang menyerang sistem percernaan
manusia, terutama menyerang usus besar (kolon). Pada penyakit ini dijumpai
pembesaran usus besar (megacolon), akibat tidak adanya sel ganglion pada bagian distal
usus. (Putu dan I Made, 2016)
• hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan yang menyerang sistem pencernaan
dimana tidak terdapatnya sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid
sehinggan tidak adanya peristaltic pada usus dan menyebabkan pembesaran kolon
(megacolon).
Sample Footer Text
E t iologi Hirscprung Disease
2 /1/20 XX
5
• Penyebab hirschsprung belum diketahui secara pasti tetapi ada
beberapa faktor kondisi yang diduga dapat meningkatkan resiko
ketidaksempurnaan pembentukan saraf usus besar antara lain karena
faktor genetik dan lingkungan, menderita penyakit bawaan lainnya
yang diturunkan seperti anak down syndrome dan penyakit jantung
bawaan, mutasi gen, kegagalan sel neurat pada masa embrio dalam
dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pasda myentrik dan
sub mukosa dinding plexus (Wyllie, 2012)
• Tiffin, Chandler, dan Faber pada tahun 1940 mengemukakan bahwa
megakolon pada penyakit Hirschsprung Disease disebabkan oleh
gangguan peristalsis usus dengan defisiensi ganglion di usus bagian
distal.
• Aganglionosis pada penyakit Hirschsprung Disease bukan
disebabkan oleh kegagalan perkembangan inervasi parasimpatik
ekstrinsik, melainkan oleh lesi primer, sehingga terdapat
ketidakseimbangan autonomik yang tidak dapat dikoreksi dengan Sample Footer Text
simpatektomi
2
T/
nda dan Gejala 6
Berdasarkan usia penderitaan tanda dan gejala
penyakit Hirschsprung dapat dibedakan menjadi
aX :
2,1/20yaitu
X
• 1. Periode Neonatus
a. Gagal mengeluarkan meconium dalam 48 jam
setelah lahir.
b. Muntah berisi empedu.
c. Enggan minum.
d. Distensi abdomen.
e. Obstruksi usus.
Walaupun kebanyakan gejala akan muncul pada bayi, namun ada beberapa
kasus dimana gejala-gejala tersebut tidak muncul hingga usia
(Lakhsmi,
kanak-kanak
2008). Gejala yang biasanya timbul pada anak-anak yaitu :
a. Konstipasi kronis.
Tanda b. Malnutrisi.
c. Anemia.
dan d. Perut membuncit (abdomen distention).
Gejala e.Pemeriksaan rectal touche (colok dubur) menunjukkan sfingter
anal yang padat/ketat, dan biasanya feses akan langsung menyemprot keluar
dengan bau feses dan gas yang busuk.
f.Terdapat tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di
sekitar umbilicus, punggung dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah terdapat
komplikasi peritonitis.
Sample Footer Text
g.Infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan kadang-kadang dilatasi
kolon yang berbahaya.
tofisiologi 8
P
2 /
♣ Adanya
♣ Kegagalan kerusakan pada
migrasi dinding sub
a
1/20X
kraniokaudal pada mukosa kolon ♣ Tidak adanya sel
precursor sel distal dengan ganglion tidak adanya
X
ganglion tidak adanya sel merupakan suatu peristaltic atau
sepanjang saluran ganglion keabnormalan gerakan
gastrointestinal digambarkan yang pendorong
antara usia dengan istilah menyebabkan:
kehamilan minggu kongenital
ke-5 dan ke-12. aganglionik mega
colon.
akumulasi pada
mencegah feses tidak dapat tidak adanya
usus dan
keluar secara berelaksasinya evakuasi usus
distensi pada
normal spinkter rectum Ssampploe Fnoottear
saluran cerna.
Tnext
2/1/20XX
konstipasi,
Terkumpulnya menyebabkan distensi
feses ke segmen perubahan abdomen,
aganglionik status mual
karena kesehatan muntah
terdorong oleh pada anak
isi usus seperti
Menyebabka
n Keabnormalan
terdilatasiny
a bagian usus
peristaltic
dan
Patofisiologi
usus yang pelebaran
proksimal dibagian kolon
Sample Footer Text
2
P tofisiologi
/
konstipasi,
distensi
abdomen, mual
muntah
a
1/20X
enterocolitis
Tindakan bedah sementara dimaksudkan sebagai tindakan darurat untuk mencegah komplikasi dan kematian.
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa kolostomi loop atau double-barrel pada usus yang memiliki
ganglion normal paling distal guna menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterocolitis.
Tindakan bedah definitif
Tindakan bedah definitive dengan pullthrough yaitu dimana bagian usus yang terkena aganglionik akan
dibuang dan bagian usus yang sehat akan disambungkan ke anus. Teknik ini terdiri dari tiga prosedur,
diantaranya prosedur duhamel: prosedur ini dilakukan pada bayi kurang dari 1 tahun dengan penarikan
kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, menciptakan dinding
ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut,
prosedur swenson: bagian kolon aganglionik dibuang kemudian dilakukan anastomosis end to end pada
kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior,
prosedur soave: biasanya dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara dinding otot dari
segmen rektum dibiarkan tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke dubur tempat
menunggu anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa (Coputty Sample
et al, 2015).
Footer Text
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Komplikasi yang muncul pasca bedah menurut Suriadi (2011: 241) yaitu:
b.Stenosis striktura ani, disebabkan karena gerakan muskulus sfingter ani tak pernah
mengadakan gerakan kontraksi dan relaksasi karena ada kolostomi sehingga terjadi kekakuan
ataupun penyempitan
c.Obstruksi usus, dapat disebabkan karena penumpukan feses pada daerah spur (duhamel),
striktur (soave dan swenson), dan terpuntir pada daerah pullthrough atau penyempitan pada muscular
cuff (soave)
d.Inkontinensia (jangka panjang), sfingter yang abnormal bias diakibatkan karena injuri saat
dilakukan pullthrough atau myectomy atau sphincterotomy sebelumnya
Sample Footer Text
Asuhan keperawatan pada Pasien Anak dengan
Hirscprung Disease
• Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Keluhan utama Klien
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat Nutrisi meliputi
Riwayat psikologis
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat social
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat kebiasaan sehari-hari: Sample Footer Text
Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat
dan aktifitas.
Asuhan keperawatan pada Pasien Anak18
2/1/20XX
Pada pemeriksaan fisik focus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan didapatkan:
Inspeksi: tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan rectum dan feces akan
didapatkan adanya perubahan feces seperti pita dan berbau busuk.
Auskultasi: pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising usus.
Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi (SDKI, 2017) :
a. Konstipasi b.d colonic aganglionosis (TCA)
b.Resiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna dan
mengabsorbsi nutrien
c. Risiko hipovolemia d.d gangguan absorbsi cairan
tervensi
20XX
rvensi
te
20 XX
tervensi
20XX
Kesimpulan dan Saran
• Hirschsprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyerang sistem pencernaan dimana tidak
terdapatnya sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid sehinggan tidak adanya
peristaltic pada usus dan menyebabkan pembesaran kolon (megacolon). Penatalaksanaan penyakit
hirschsprung hanya dapat dilakukan dengan pembedahan sementara dan pembedahan definitif.
• Diharapkan makalah ini dapat digunakan tenaga kesehatan dalam meningkatkan keilmuan dan
kompetensi perawat, terutama perawat di ruang/bangsal bedah. Dengan dibentuknya makalah
ini dapat digunakan sebagai pertimbangan atau referensi dalam memberikan tindakan/edukasi
bagi masyarakat atau pasien.
Thank
you