Anda di halaman 1dari 64

KEPERAWATAN

ANAK II

Kelompok 2 :
rini komalasari 302018057
Shelly latifah 302018058
Sopian 302018059
Risma meliana f 302018060
sabrina mulyawati 302018061
Firda Alya 302018108
PEMBAHASAN

01 HIRSCHPRUNG
02 PROLAPS RECTI

03 TBC
04 MALNUTRISI
DEFINISI HIRSCHPRUNG
Penyakit Hirschsprung juga disebut dengan aganglionik megakolon kongenital adalah salah
satu penyebab paling umum dari obstruksi usus neonatal (bayi berumur 0-28 hari).15 Penyakit
Hirschsprung merupakan penyakit dari usus besar (kolon) berupa gangguan perkembangan dari
sistem saraf enterik. Pergerakan dalam usus besar didorong oleh otot. Otot ini dikendalikan oleh sel-
sel saraf khusus yang disebut sel ganglion. Pada bayi yang lahir dengan penyakit Hirschsprung tidak
ditemui adanya sel ganglion yang berfungsi mengontrol kontraksi dan relaksasi dari otot polos dalam
usus distal. Tanpa adanya sel-sel ganglion (aganglionosis) otot-otot di bagian usus besar tidak dapat
melakukan gerak peristaltik (gerak mendorong keluar feses)

Menurut Dede Nurhayati (2018), penyakit Hirschprung adalah suatu kelainan bawaan berupa
aganglionosis usus, mulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi.
Disebut juga megacolon kongenital, merupakan kelainan tersering yang dijumpai sebagai penyebab
obstruksi usus pada neonatus. Pada penyakit ini tidak dijumpai pleksus myenterikus sehingga bagian usus
tersebut tidak dapat mengembang.
ETIOLOGI
HIRSCHPRUNG
Tabung neural terbentuk dan bermigrasi ke arah craniocaudal mencapai rectum pada minggu ke – 12. Plexsus
mientericus aurbach terbentuk lebih dahulu diikuti dengan terbentuknya plexsus submucosa meissner’s. beberapa
kondisi abnormal pada proses penurunan neutral tube menuju distal rectum diantaranya terjadi perubahan matrix
protein ekstraseluler, interaksi intra sel yang abnormal (tidak adanya molekul adhesi sel neural) dan tidak adanya
factor neurotropik menyebabkan terjadinya kondisi aganglionik kolon. (Kemenkes, 2017)
1. Sering terjadi pada anak dengan "Down Syndrome".
2. Kegagalan sel saraf pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan
submukosa dinding pleksus. (Suriadi, 2001: 242).
 
Sel neuroblas bermigrasi dari krista neuralis saluran gastrointestinal bagian atas dan selanjutnya mengikuti serabut-serabut
vagal yang telah ada ke kaudal. Penyakit Hirschsprung terjadi bila migrasi sel neuroblas terhenti di suatu tempat dan tidak
mencapai rektum. Sel-sel neuroblas tersebut gagal bermigrasi ke dalam dinding usus dan berkembang ke arah kraniokaudal
di dalam dinding usus.Mutasi gen banyak dikaitkan sebagai penyebab terjadinya penyakit Hirschsprung. Mutasi pada Ret
proto-onkogen telah dikaitkan dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B pada penyakit Hirschsprung. Gen lain yang
berhubungan dengan penyakit Hirschsprung termasuk sel neurotrofik glial yang diturunkan dari faktor gen yaitu gen
endhotelin-B dan gen endothelin
FAKTOR RESIKO
Factor terjadinya hirschsprung, antara lain:

1.Riwayat keluarga dengan hirschsprung

2. Kelainan kongenital, seperti trisomy 21, trisomy 18 mosaik, delesi distal 13q, dan delesi parsial 2p. Penderita
sindrom down memiliki resiko 40 kali lebih besar menderita penyakit ini dibandingkan dengan populasi normal.

3. Sindroma kongenital, seperti neuroblastoma, syndrome Waardenburg, dan syndrome Bardet – Brield.

4. Obesitas maternal saat kehamilan.

5. Kondisi hipotiroid ibu saat hamil.

6. Paritas ≥ 3
PATOFISIOLOGI
HIRSCHPRUNG
KOMPLIKASI
HIRSCHPRUNG
Komplikasi penyakit hirschsprung dibedakan atas
Penelitian menunjukkan bahwa diagnosis dan
komplikasi praoperatif dan pasca operatif. Pada
pengobatan dini dapat memperkecil komplikasi
praoperatif sering terjadi perburukan karena HAEC
yang timbul dan mempersingkat lama pasien
(Hirshsprung Associated Entero Colitis). HAEC
dirawat dirumah sakit. Studi kasus lain
merupakan kondisi dimana terjadi inflamasi pada
menunjukan adanya komplikasi berupa perforasi
usus yang ditandai secara klinis dengan adanya
usus yang disebakan oleh HD meskipun angka
demam, distensi abdomen, diare dan sepsis. Saat ini
kejadiannya cukup jarang dan khususnya pada HD
HAEC merupakan penyebab morbiditas tertinggi dan
long segment. Mekanisme perforasi sampai saat
bertanggung jawab atas 50%mortalitas terkait HD.
ini masih belum bisa dijelaskan (Kemenkes, 2017)
Secara garis besar, komplikasi yang timbul akibat
tindakan bedah yang dilakukan dapat digolongkan
atas: kebocoran anastomose, stenosis, enterokalitis,
dan gangguan fungsi spingter.
Preoprtatif
• Diet
pada periode preoperative, nonatus dengan HD Untuk mempersiapkan usus adalah sengan dekompresi rectum
terutama menderita gizi buruk disebabkan dan kolon melalui serangkaian pemeriksaan dan pemasangan
buruknya pemberian makanan dan keadaan iritasi tuba rectal dalam dalam 24- 48 am sebelum
kesehatan yang disebabkan oleh obtruksi pembedahan. Antibiotik oral dan intravena diberikan dalam
gastrointestinal sebagaian besar memerlukan beberapa jam sebelum pembedahan.
resusitasi cairan dan nutrisi parenteral.
• Terapi farmakologi Operatif
Terapi farma kologi pada bayi dan anak- anak  Tindakan pembedahan sementara
dengan HD dimasukan untuk mempersiapkan Tindakan pembedahan sementara pada penderita penyakit
usu atau untuk terapi komplikasinya. hirschprung adalah berupa kolostomi pada usus yang
memiliki ganglion normal paling distal. Tindakan ini
dimasukan guna mengilangkan obtruksi usus dan mencegah
enterocolitis sebagai salah satu komplikasi yang berbahaya.
Manfaat lain dari kolostomi adalah : menurunkan angka
kematian pada saat dilakukan tindakan bedah definitive dan
mengecilkan caliber usus pada penderita Hirschsprung yang
PENATALAKSANA telah besar sehingga memungkinkan dilakukan anastomose.

AN HIRSCHPRUNG
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
HIRSCHPRUNG
Pemeriksaan fisik
Anamesis Pada infeksi, perut kembung atau membuncit di seluruh
Pada heteroanamnesis, sering didapatkan adanya lapang pandang. Apabila keadaan sudah parah, akan
keterlambatan pengeluaran mekonium yang pertama, terlihat pergerakan usus pada dinding abdomen. Saat
mekonium keluar >24 jam; adanya muntah bilious dilakukan pemeriksaan auskultasi, terdengar bising usus
(berwarna hijau); perut kembung; gangguan defekasi/ melemah atau jarang. Untuk menentukan diagnosis
konstipasi kronis; konsistensi feses yg encer; gagal penyakit Hirschsprung dapat pula dilakukan
tumbuh (pada anak-anak); berat badan tidak berubah; pemeriksaan rectal touche dapat dirasakan sfingter anal
bahkan cenderung menurun; nafsu makan menurun; ibu yang kaku dan sempit, saat jari ditarik terdapat explosive
mengalami polyhidramnion; adanya riwayat keluarga. stool (Izadi,2007)

Gambar 1. Pasien penyakit


Hirschsprung dengan distensi
abdomen.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap dan mencari
sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, pengambilan pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan narkos.
Pemeriksaan bersifat traumatis.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsi secepatnya. Pada penyakit ini klhas
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus. (Ngatsiyah, 1997: 139)
 
1. Foto perut; untuk melihat apa adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium; untuk melihat apa adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rektal; untuk tidak ada penanganannya sel ganglion.
4. Manometri anorektal; untuk mencatat respons refleks sfingter intema dan eksterna. (Betz,
2002: 197).
DEFINISI PROLAPS
Prolaps rektum merupakan suatu keadaan turunnya retum melalui anus. Dalam hal ini
terjadi penonjolan mukosa rectum atau seluruh dinding rectum. Prolaps rectum yang
bersifat sementara dan hanya mengenai lapisan rectum (mukosa), sering terjadi pada bayi
normal, mungkin karena bayi mengedan selama defekasinya dan jarang berakibat serius.
Prolaps rectum yang bersifat sementara hanya meliputi mukosa dan biasanya hanya
terlihat penonjolan beberapacentimeter.
ETIOLOGI DAN
FAKTOR
RESIKO
PROLAPS RECTI
Prolaps rektum pada anak bisa disebabkan kelainan bawaan meliputi:

1. gangguan faal sfingter seperti pareses sfingter ani pada meningokel, atau agenesis sakrum,

2. malformasi anorektal setelah anoplastik/ rektoplasti vesika ektopik.

Kondisi lain yang menyebabkan prolaps rektum yaitu kondisi otot dasar panggul hipotonik akibat kurang gizi
atau obstipasi. Pencetus timbulnya prolaps adalah mengedan saat defekasi pada anak obstipasi kronik atau diare
kronik pada anak dengan sindrom malabsorbsi.
PENATALAKSANAAN POLAPS
RECTI
• Medikamentosa
Meskipun tidak ada pengobatan medikamentosa • Pembedahan
untuk prolaps recti/rektum, prolaps internal dapat bila prolaps semakin besar dan semakin sukar u/ melakukan
diterapi terlebih dahulu dengan agen bulking. reposisi. Akibat adanya udem. Sehingga makin besar dan
Pelunak tinja. Dan supositoria atau enema sama seklai tidak dapat dimasukan lagi karena rangsangan
• Non-medikametason dan bendungan mucus serta keluarnya darah. Dimana
Pada permulaan saat prolaps masih kecil, penderita sfingter ani menjadi longgar dan hipotonik sehingga terjadi
diberi diet berserat untuk mempelacar defeksi. inkontinensia alvi, penanganan prolaps rectum dilakuakn
Kadang dianjurkan latihan otot dasar panggul. Pasien melalui pembedahan.
diintruksikan untuk merangsang buang air besar
dipagi hari dan menghindari dorongan untuk buang
air saat sisa hari karena rasa penuh yang mereka
rasakan sebelumnya adalah intususepsi rectum
proksimal kearah distal rectum. Dengan waktu
dorongan untuk buang air besar akan berkurang
begitu uga dengan intususepsi.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS
• Laboratorium • Tes lainya
Pemeriksaan laboratorium pada pasien prolaps rectum bersifat tidak Anal- rektal manometri kadang-
spesifik dan bermanfaat ika pasien memiliki prefensi usia dan kadang digunakan untuk
komorbiditas. Tidak hanya pemeriksaan lab khusus yang membantu dalam mengevaluasi otot sfigter anal.
evaluasi prolapse rectum itu sendiri. Pertimbangan pemeriksaan feses dan Hasil me unukan penurunan
kultur agen infeksius, khususnya pada pasien anak. tekanan beristirahat di sfingter
• Pemeriksaan imaging internal dan tidak adanya reflex
a. Barium Enema dan Kolonoskopi oenghambatan anorectal.
Sebelum memulai pengobatan bedah rectum, penting u/ mengevaluasi
seluruh usus besar u/ mengecualikan setiap lesi kolon lainnya yang harus
ditangani secara simultan.
b. Video defekografi
Digunakan u/ membantu prolaps dokumen internal atau u/ membedakan
prolapse recti dari prolapse mukosa jika tidak jelas secara klinis.
c. Rigid Proctosigmoidosopy
Dilakukan u/ menilai rectum untuk lesi tambahan, terutama ulkus rektal
soliter.
DEFINISI TBC
Tuberkulosis adalah penyakit yang menyerang paru karena kuman
Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui droplet kepada individu
yang rentan dari penderita Tuberkulosis yang dapat menyerang organ lain seperti
pleura, kulit, tulang, sendi dan lain-lain (Kemenkes RI, 2013).
ETIOLOGI TBC
Faktor resiko TBC
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman
Pada anak diantaranya adalah status gizi, riwayat kontak TBC,
berbentuk batang berukuran panjang 1 sampai 4 mm
usia imunisasi BCG, ASI eksklusif, keberadaan perokok dan
dengan tebal 0,3 sampai 0,6 mm. sebagian besar sanitasi lingkungan. TBC pada anak dapat dicegah dengan
penanganan lebih lanjut kesehatan pada anak, perilaku keluarga
komponen mycobacterium tuberculosis adalah
dan lingkungan.
berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan
Factor resiko penularan TB pada anak sama halnya dengan TB
terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia umumnya, tergantung dari tingkat penularan, lama pajanan, dan
daya tahan tubuh. Pasien TB dengan BTA positif memberikan
dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat
kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pada pasien TB
aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. dengan BTA negative. Pasien TB dengan BTA negatif masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Tingkat
Oleh kaena itu, mycobacterium tuberculosis senang
penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB TBA
tinggal di daerah apeks paru – paru yang kandungan negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien
TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif adalah
oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat
17%.
yang kondusif untuk penyakit tuberculosis
(Somantri, 2007).
PATWAY TBC
Komplikasi dari TB paru adalah :

a. Pleuritis tuberkulosa

b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga


pleura)

c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis tuberkulosa

KOMPLIKASI TBC
PENATALAKSANAAN TBC Beberapa hal penting dalam penatalaksanaan TB anak adalah :
 Obat TB diberikan dalam panduan obat, tidak boleh diberikan
sebagai monoterapi
Pengobatan TB diberikan pada anak yang sakit  Pengobatan diberikan setiap hari
TB, sedangkan pengobatan pencegahan TB  Pemberian gizi yang adekuat
diberikan pada abak sehat yang berkontak  Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana secara
dengan pasien TB ( profilaksis primer ) / anak Bersama.
yang terinfeksi TB tanpa sakit TB ( profilaksis
Obat yang digunakan pada TB anak
sekunder )
Prinsip pengobatan TB pada anak sama dengan 1. Obat anti tuberculosis (OAT)
TB dewasa, dengan tuuan utama pemberian Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit
obat anti TB sebagai berikut : (pausibaler) sehingga rekomendasi pemberian 4 macam OAT
o Menyembuhkan pasien Tb pada fase intesif hanya diberikan kepada anak dengan BTA
o Mencegah kematian akibat TB atau efek positif.
jangka panjangnya Terapi TB pada anak dengan BTA negative mengguankan
o Mencegah TB lelaps panduan INH, Rifampisin, dan Pirazinamid pada fase inisial ( 2
o Mencegah teradinya dan transmisu retensi
bulan pertama) diikuti rifampisi dan INH pada 4 bulan fase
obat
o Menurunkan transmisi TB selanjutnya
o Mencapai seluruh tujuan pengobatan Kombinasi dosis tetap(KDT)/ Fixed Dose Combination
dengan toksisitas seminimal mungkin (FDC)
o Mencegah reservasi sumber infeksi dimasa u/ mempermudah pemberian OAT dan meningkatkan keteraturan
yang akan datang minum obat, panduan obat disediakan dalam bentuk KDT/FCD.
Satu paket dibuat u/ satu pasien u/ satu masa pengobatan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Tes Tuberculin
Tuberculin test positif (indurasi lebih dari 10 • Pemeriksaan patologi anatomi
mm), meragukan bila indurasi 5-9 mm, Pada pemeriksaan ini dilakukan biopsi
negative bila kurang dari 5 mm. Uji tuberculin kelenjar, kulit, jaringan lain yang
positif menunjukkan adanya infeksi dicurigai terkena infeksi tuberkulosis,
tuberkulosis dan mungkin tuberkulosis aktif biasannya ditemukan tuberkel dan basil
pada anak tahan asam
• Reaksi cepat BCG • Pemeriksaan mikrobiologi
Setelah mendapatkan penyuntikan BCG ada Pemeriksaan langsung BTA secara
reaksi cepat (indurasi lebih dari 5 mm) dalam mikroskopis dari dahak
3-7 hari curigai terkena infeksi tuberkulosis.
• Foto rontgen paru
Sebagian foto tidak menunjukkan gambaran
yang khas untuk tuberkulosis
DEFINISI MALNUTRISI
Malnutrisi adalah keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan
dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Keadaan ini bisa terjadi karena asupan makan
terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Malnutrisi secara bahasa berarti gizi
salah, yang mencakup gizi kurang atau lebih. Namun pengertian umum yang digunakan oleh WHO adalah
malnutrisi yang berarti kekurangan gizi (Anggraenyet al., 2016).
Gizi kurang merupakan bentuk dari malnutrisi sebagai akibat kekurangan ketersediaan zat gizi yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Tanda-tanda kurang gizi diantaranya adalah lambatnya pertumbuhan yang dicirikan
dengan kehilangan lemak tubuh dalam jumlah berlebihan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia, kejadian anak gizi buruk mencapai 4,9% pada tahun 2010 dan
meningkat sebanyak 5,7% pada tahun 2013. Peningkatan kejadian anak gizi buruk di Indonesia terus
berkembang pesat sampai tahun 2018 dengan prevalensi 17,7% (Kemenkes RI, 2015).
Anak – anak yang malnutrisi tidak mempunyai cadangan lemak dan sangat sedikit otot. Perkembangan otak
menjadi lambat oleh karena anak – anak mengalami insiden penyakit yang tinggi karena tubuh tidak mampu
melawan infeksi (Torpy, 2004).
Tanda dan gejala Malnutrisi
Etiologi Malnutrisi

Etiologi malnutrisi disebabkan oleh banyak 1. Hilangnya masa otot (sarkopenia)

factor, antara lain: kurangnya asupan nutrisi, 2. Berkurangnya lemak dibawah kulit
meningkatnya kebutuhan energy,
3. Penurunan berat badan (5% berat awal tubuh)
meningkatnya kehilangan, malaborsi, infeksi,
inflamasi dan penyakit kronis. 4. Tulang yang terlihat menonjol

5. Bibir pecah – pecah, cekungan dibawah mata


Faktor Resiko Malnutrisi
6. Rambut kusam mudah rontok
faktor risiko malnutrisi, yang meliputi pendidikan
7. Memar dikulit
ibu, pendidikan ayah, pendapatan keluarga,
jumlah anak, jarak usia dengan saudara, berat 8. Kulit kering bersisik

badan lahir, ASI eksklusif, imunisasi campak, dan 9. Ada penumpukan cairan dibawah kulit
penyakit kronis (seperti TBC dan diare kronis).
KLASIFIKASI
MALNUTRISI
Menurut DEPKES RI, (2009) terdapat 3 tipe gizi
buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmiks
– kwashiorkor.
a. Marasmus b. Kwashiorkor
Marasmus adalah gangguan gizikarena kekurangan Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk
karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energy
seperti orang tua (berkerut), tidak terlihat lemak dan disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh
otot dibawah kulit (kelihatan tulang dibawah kulit), lainnya terutama pantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
gangguan pencernaan, (sering diare), pembesaran sampai seluruh tubuh.
hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan c. Marasmiks – Kwashiorkor
banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar Tipe marasmiks – kwashiorkor merupakan gabungan
beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus dengan
Berat Badan (BB) menurut umur (U) < 60% baku median
WHO NCHS yang disertai oedema yang tidak mencolok.
KOMPLIKASI MALNUTRISI
Malnutrisi sering dihubungkan dengan komplikasi yang terjadi pada tindakan
pembedahan. Meskipun masih sulit menyatakan hubungan penyebabnya, telah
diketahui bahwa malnutrisi dapat menghambat penyembuhan luka operasi, daya
tahan tubuh (imunokompetens), penurunan fungsi otot jantung, dan respiratori. Lebih
jauh lagi pasien malnutrisi akan mempunyai risiko morbiditas lebih tinggi sebanding
dengan lama rawat yang lebih panjang, apabila dibandingkan dengan pasien bergizi
baik.
PENATALAKSANAAN
MALNUTRISI
Penatalaksanaan balita dengan malnutrisi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ini:
1. Mencegah dan mengatasi Hipoglikemi
2. Mencegah dan mengatasi hipotermi
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4. Koreksi gangguan elektrolit
5. Mencegah dan mengatasi infeksi
6. Mulai pemberian makan
7. Koreksi kekurangan zat mikro
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kembang
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut dirumah
PATWAY MALNUTRISI
KOLOSTOMI
Definisi
Kolostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat
oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses (Bouwhuizen, 1999 dalam
Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul
dipermukaan abdomen yang berupa mukosa
kemerahan disebut dengan stoma. Kolostomi dapat
dibuat secara permanen ataupun temporer
(sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien (Murwani, 2009). Pada bayi, kolostomi
dipertahankan sampai anak cukup umur untuk
dilakukan tindakan koreksi. Sebagian besar bayi
dengan penyakit hirschsprung mengalami
pembedahan koreksi dan penutupuan kolostomi
pada usia antara 10 dan 20 bulan (Sodikin, 2011).
Pembedahan repair ditunda sampai berat anak 8
sampai 10 kg (James & Ashwill, 2007;
Hockenberry & Wilson, 2007).
JENIS- JENIS KOLOSTOMI
●End stoma
End stoma dibuat memotong usus dan
membawa ujung bagian proksimal yang masih • Loop stoma
Pada kasus- kasus trauma penyakit atau obtruksi
berfungsi keluar dari kulit sebagai single
pada usus sering dibuat stoma jenis ini. Loop dar
stoma. Sedangkan bagian distalnya/ berada di usus halus dibawa keluar melalui pembedahan pada
abdomen. dinding abdomen. Usu tidak dipotong tetapi dibuka
●Duble- barreled Stoma pada sepanjang permukaan usus yang keluar. Bagian
Dibuat ketika bagian proksimal dan distal dari tepi yang terbuka kemudian dibiarkan everted dan
usus yang telah dipotong dikelaurkan ke sutured pada kulit.
permukaan kulit sebagai dua stoma yang
terpisah. Ujung proksimal merupakan bagian
yang berfungsi sebagai usus dan bagian distal
sebagai fistida mucous.
JELASKAN TINDAKAN
OPERASI TAHAP II PULL-
THROUGH
Tahap pre operasi yang harus dilakukan pada bayi adalah 1) berhentimenyusu dan menggantikan nutrisi
dengan cairan langsung melalui pemasanganinfus, 2) pemasangan pipa berupa tabung elastis melalui
hidung dengan tujuan untukmenguras cairan dan udara yang ada di lambung, 3) pembersihan feses secara
teraturmelalui tabung tipis yang dimasukkan ke anus menggunakan air garam hangat untukmelunakkan
dan membersihkan feses, 4) pemberian antibiotik apabila terjadienterokolitis. Teknik operasi “pull-
through” dimana bagian usus yang terkenadibuang dan bagian usus yang sehat disambungkan merupakan
teknik operasi yangpaling sering dilakukan pada bayi. Operasi pada bayi biasanya dilakukan pada saatbayi
berusia sekitar tiga bulan. Apabila kondisi bayi tidak memungkinkan, makaoperasi dilakukan dalam du
tahap. Tahap pertama dengan melakukan kolostomi,dilakukan beberapa hari setelah lahir dengan
pembuatan lubang sementara (stoma)buatan di perut oleh dokter bedah sehingga kotoran akan melewati
lubang tersebutsampai kondisi bayi cukup baik untuk menjalani operasi tahap kedua yang
biasanyadilakukan di sekitar usia tiga bulan, yaitu untuk mengambil bagian usus yang terkena,menutup
lubang dan menggabungkan usus yang sehat bersama-sama. (Muhlisin,2016).
JELASKAN TINDAKAN OPERASI
TAHAP III TUTUP COLOSTOMY
●Transanal endorectal pull-through
Transanal endorectal pull-through
• Laparoscopic assisted pull through
Prosedur ini mulai diperkenalkan pada tahun 1998 oleh
Pertama kali dilaporkan oleh Georgeson pada tahun
DeLa Torre-Mondragon, Ortega-Salgado, dan Langer.
1995. Prosedur dilakukan dengan memasukkan kamera
Prosedur ini yang saat ini banyak disenangi karena 4-5 mm sudut 300 pada kuadran kanan atas abdomen
menurunkan morbiditas, tanpa kolostomi, tanpa tepat dibawah batas hepar. Setelah dilakukan
membuka perut, dan invasif minimal. Pada teknik ini pengangkatan segmen aganglionik kolon dan rektum
pasien dalam posisi litotomi kemudian dilakukan prosedur dilanjutkan dengan diseksi transanal mukosa
mukosektomi distal rektum melalui anus sampai pada rektum dengan cara yang sama seperti metode Transanal
segmen yang normal kemudian dianastomisis ke anus. Endo Rectal Pull Through(TERPT). Keuntungan utama
dari pendekatan laparoscopic adalah memungkinkan
Kekurangan prosedur ini tidak bisa dilakukan pada
untuk melakukan biopsi
kasus yang enterocolitis berulang dan segmen panjang. seromuskular sebagai penanda kolon dengan ganglion
Pada pasien-pasien segmen panjang yang normal. Teknik ini juga memudahkan diseksi distal
hisrchsprung, tindakan ini dilakukan dengan bantuan aganglionik kolon dan rektum dengan visualisasi secara
laparoskopi. langsung.
JELASKAN TINDAKAN OPERASI
TAHAP III TUTUP COLOSTOMY

Perjalanan dan riwayat tindakan


Klien mengalami kelainan pada usus seperti : kanker kolitis, ulcerratif, penyakit
devertikuler akan dilakukan pembedahan dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari
permanen. Kolostomi asenden dan transvenden bersifat sementara, sedangkan
kolostomi sigmoid bersifat permanenn
IMPLIKASI DARI PENGOBATAN
DAN TINDAKAN MEDIS
Implementasi meliputi tindakan yang perlu untuk Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluhan dan pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat apa
pengajaran pada fase ini merupakan tanggung jawab yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada
perawat. Dalam beberapa ruang lingkup praktek,pemberian dokter, efek samping yang klien alami sebagai respons
obat dan pengkajian efek obat juga merupakan tanggung terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang dilakukan
jawab keperawatan yang penting. Selain itu perawat harus untuk menetralkan obat.
mampu mencegah resiko kesalahan dalam pemberian obat.
Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan
dapat membuat klien menerima obat yang salah atau tidak pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk
mendapat terapi obat yang tepat. Kesalahan pengobatan memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan
dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis
pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan
pemberian obat. penatalaksanaan resiko institusi untuk mamantau kejadian
semacam ini. Laporan kejadian membantu komite
interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan
masalah sistem dirumah sakit yang mengakibatkan
terjadinya kesalahan. (KEMENKES, 2016 )
PERAN KELUARGA DALAM UPAYA TUMBUH KEMBANG
ANAK
Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana untuk
mengembangkan kemampuan sebagai bekal di kehidupan sosial, serta sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini
mungkin. Orangtua memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan arahan kepada anaknya

Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu
juga dapat membantu perkembangan sosial, emosional, dan kognitif pada anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua
dan anak yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar usia; menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak
boleh dilakukan anak, akan meningkatkan rasa percaya diri dan juga performa di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Selain itu anak
akan lebih terhindar dari hal-hal negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.

Pada masa remaja-dewasa muda, orangtua memiliki tugas dan peran baru seiring dengan berubahnya kebutuhan anak pada masa
ini. Perubahan yang terjadi pada masa ini adalah perubahan secara fisik, kognitif, dan juga sosial. Anak akan mulai melepaskan diri dari
ketergantungan pada keluarga dan mulai fokus pada kehidupan sosial di luar rumah. Tantangan bagi orangtua adalah bagaimana harus
menyeimbangkan antara mempertahankan ikatan dalam keluarga dan meningkatkan otonomi anak seiring dengan bertambahnya usia dan
pendewasaan pada anak.
Gangguan tumbuh kembang adalah kegagalan untuk tumbuh dan berkembang dimana
sebenarnya anak tersebut lahir dengan cukup bulan, akan tetapi dalam pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya mengalami kegagalam dalam pertumbuhan fisik dengan
malnutrisi dan retardasi perkembangan social atau motorik. (Hidayat, 2012).

DAMPAK
PERTUMBUHAN
DAN
PERKEMBANGAN
PADA ANAK
DAMPAK
HOSPITALISA
SIDampak dari hospitalisasi khususnya bagi pasien anak-anak diantaranya kecemasan, merasa
asing akan lingkungan yang baru, berhadapan dengan sejumlah individu yang belum dikenal,
perubahan gaya hidup dari yang biasa, serta harus menerima tindakan medik atau perawatan yang
menyakitkan.

Pentingnya peran keluarga dalam hal ini orang tua untuk mendampingi anak usia 3-6 tahun
saat hospitalisasi diharapkan bisa memberikan rasa aman, nyaman dan kasih sayang serta motivasi
yang kuat kepada anak sehingga anak akan merasa lebih siap menerima semua tindakan medis
maupun tindakan keperawatan lainya, kesiapan anak dalam menerima tindakan medis ini akan sangat
membentu dalam proses penyembuhan.
INDETIFIKASI THERAPI BERMAIN YANG DAPAT
DITERAPKAN
1. Puzzle
Puzzle merupakan media yang berbentuk potongan-potongan gambar yang digunakan untuk menyalurkan pesan
pembelajaran, sehingga dapat menstimulus perhatian, minat, pikiran dan perasaan anak selama proses pembelajaran,
selain bermain puzzle juga dapat menjadi sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman (Soetjiningsih
2007).
2. Menggambar dan mewarnai
Pada saat anak mengikuti aktifitas bermain menggambar dan mewarnai, melalui media kertas, pensil, pensil warna dan
krayon, anak berusaha untuk menuangkan semua perasaan yang ada dipikirannya, sehingga anak dapat mengalihkan
perhatiannya dari faktor yang menyebabkan timbulnya stres pada dirinya.
3. Bercerita
Pengkajian meliputi: apa yang dapat disusun anak tentang sebuah gambar; menganalisis isi dan petunjuk emosi yang
ada dalam cerita; apa yang dapat diceritakan anak tentang pengalaman penting di dalam kelompok anak-anak lain.
Intervensi meliputi: membaca atau menyusun cerita untuk menjelaskan penyakit, hospitalisasi, atau aspek spesifik lain
tentang perawatan kesehatan, termasuk di dalamnya emosi seperti ketakutan.
4. Musik
Pada pemberian terapi musik, tubuh akan menerima melalui sistem pendengaran, sehingga tubuh akan membuat
suasana hati menjadi positif dan membuat koping dan emosi anak menjadi lebih baik sehingga stres dapat menurun.
PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Beritahu orang tua tentang penyakit hirsprung, prolapse recti, TBC malnutrisi.
2. Ajarkan tentang perawatan stoma
3. Ajarkan orang tua memilih pakaian yang tepat u/, bahan yang menyerap keringat u/ menutupi kantong,
mencegah bergesernya kantong, memberikan kenyamanan, dan meminimalisir nyeri selama perawatan.
4. Ajak berpatisipasi perawatan stoma di rumah sakit
5. Mempersiapkan u/ perawatan stoma di rumah
KASUS HIRSCHPRUNG
An. R, laki-laki, usia 6 tahun, tiba-tiba setelah bermain mengeluh nyeri di daerah abdomen kuadran kiri atas, perut
kembung serta nyeri didaerah abdomen, mual (+), muntah sehari 2 kali cair, warna kehijauan + 300 cc. Dalam seminggu
ini klien sering mengalami kesulitan BAB,ibu klien selalu memberi pepaya supaya klien bisa buang air besar tetapi klien
tetap saja tidak bisa buang air besar , di anus klien terdapat jaringan yang keluar. Klien dibawa ke puskesmas dan
disarankan untuk ke RSHS. Tanggal 23 April 2009 klien dibawa ke RSHS dan hasil pemeriksaan Dokter bahwa klien
harus dioperasi lagi karena pada anus terjadi prolaps recti dan harus di colostomy lagi.
Hasil pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum: Klien lemah dan rewel ; Kesadaran: Compos mentis
Tanda- tanda vital: TD : 100/70 mmHg, R : 26x/ menit, N: 92x/ menit, S: 37,0 C
BB : 13 kg, TB : 117 cm. Kulit kotor dan berkeringat, konjungtiva anemis, telinga kotor, hidung kotor, mulut kotor, gigi
kuning dan kotor, batuk (+) terus menerus, di perut terdapat luka bekas jahitan sepanjang + 10 Cm, distensi abdomen (+),
bising usus 5 X/menit, klien sering menangis sambil memegang perut, mual (+), muntah (+) cair, warna kehijauan + 300
cc, nafsu makan ( - ), di anus terdapat prolaps recti yang masih dijahit, kuku tangan dan kaki panjang. Tanggal 12 Mei
2009 klien dilakukan operasi colostomy ke II.
Riwayat penyakit lalu
Pada usia 3 hari setelah lahir klien tidak BAB, perut kembung, muntah warna kehitaman seperti mekonium, klien dirawat
satu hari di RS dan dilakukan washout. Sampai usia 2,5 bulan BAB klien sedikit- sedikit dan kadang tidak BAB, perut
klien kembung lagi, sehingga oleh ibu klien dibawa ke RSHS dan hanya dilakukan washout saja dan tidak perlu dirawat
sampai usia 9 bulan. Klien operasi colostomy pada usia 9 bulan, usia 2 tahun klien dilakukan operasi pullthrough dan
usia 4 tahun operasi tutup colostomy.
Riwayat penyakit lalu
Pada usia 3 hari setelah lahir klien tidak BAB, perut kembung, muntah warna kehitaman seperti mekonium,
klien dirawat satu hari di RS dan dilakukan washout. Sampai usia 2,5 bulan BAB klien sedikit- sedikit dan
kadang tidak BAB, perut klien kembung lagi, sehingga oleh ibu klien dibawa ke RSHS dan hanya dilakukan
washout saja dan tidak perlu dirawat sampai usia 9 bulan. Klien operasi colostomy pada usia 9 bulan, usia 2
tahun klien dilakukan operasi pullthrough dan usia 4 tahun operasi tutup colostomy.
Riwayat Neonatal :
Bayi lahir matur, spontan, ditolong oleh paraji, BBL 2000 gram, PBL 52 Cm.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
16 Mei 2009 Kimia Klinik    
  Natrium ( Na ) 130 mEq/ L 135- 145 mEq/ L
  Kalium ( k ) 2,9 mEq/ L 3,6- 5,5 mEq/ L

Hasil Pemeriksaan foto thorax :


Kesan: Terapi :
- Curiga Tb paru aktif Ranitidine 2 x ½ ampul ( jam 16.00 dan 04.00 WIB
- Tidak tampak kardiomegali /IV ).
- Elevasi kedua diafragma terutama kiri Direncanakan pemberian therapi OAT
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Aganglionik megakolon Defisit nutrisi
- Perut klien kembung ↓
serta nyeri pada Tidak adanya sel ganglion parasimpatik (otot dinding distal kolon dan rektum)
abdomen ↓
- Klien muntah sehari 2x Usus besar bagian bawah
warna kehijauan ± 300 ↓
cc Tidak adanya pergerakan peristaltik usus
  ↓
Do : Penyempitan sampai proksimal (feses dan gas)
- Mual (+) ↓
- Klien tidak nafsu makan Obstruksi fungsional dengan kelainan patologi utama tidak adanya sel-sel ganglion,
- BB : 13 kg saraf parasimpatis pada reflek fleksus mesentrikus dari kolon bagian distal
Analisa data

- Klien tampak lemah ↓


- Konjungtiva anemis Persyarafan tidak sempurna pada bagian usus aganglionik
- Kalium 2,9 mEq/L ↓
-   Obstruksi fungsional

konstipasi

Hypertrofi & dilatasi dinding usus dengan penimbunan gas dan feses yang banyak

Distensi abdomen & obstruksi rektum

Anoreksia dan muntah

Defisit nutrisi
 
2
No Aanalisa Data Etiologi Masalah Keperawtan

Ds : Adanya pembedahan Konstipasi


2 - Klien mengeluh perut kembung serta nyeri di daerah  
abdomen Trauma jaringan
- Klien mengeluh minggu ini klien mengalami kesulitan BAB  
- Di anus klien terdapat jaringan yang keluar Obstruksi pada kolon distal
   
   
Do : Tidak dapat mendorong bahan
- Klien lemah dan rewel yang akan di cerna
- Distensi abdomen (+)  
- Klien tampak menangis dan memegang perut Saluran cerna tersumbat
- Di anus terdapat prolaps recti yang masih di jahit  
-    
Fases menumpuk
 
Konstipasi
No Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan

Ds : Ketidakmampuan Nye
3 - Klien tiba – tiba mengeluh nyeri di pengembangan dan ri akut
daerah abdomen pengempisan pada area
  aganglionik
  ↓
Do : Penyakit hirschprung
- Klien sering menangis dan ↓
memegang perut Obstruksi kolon distal
- Klien rewel ↓
Konstipasi

Obstruksi kolon proksimal

Distensi abdomen

Nyeri
 
No Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan

Ds : Infeksi Disfungsi motilitas gastrointestinal


3 - Klien tiba mengeluh nyeri di abdomen ↓
kuadran kiri atas Masuk ke saluran pencernaan
- Dalam seminggu klien sering mengalami ↓
kesulitan BAB Rusak hambatan mukosa lambung
  ↓
Do : Asam lambung & pepsin ↑
- Klien mual dan muntah ↓
- Muntah sehari 2x cair , warna kehijjauan ± Kuman masuk & berkembang dalam
300 cc usus

- Adanya distensi abdomen (+) Peradangan pada area gastro

Disfungsi motilitas gastrointestinal
 
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi
2. Konstipasi
3. Nyeri akut
4. Disfungsi motilitas GI
5. Defisit perawatan diri
N Dx Tujuan Intervensi Rasional
o
Setelah dilakukan
1 tindakan 2x 24 jam Manajemen nutrisi   untuk mengetahui adanya
klien mampu Obsevasi ; alergi/ intoleransi pada
mengatur status - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan anak
nutris dengan kriteria -Identifikasi makanan yang disukai -untuk mengetahui jumlah
hasil :
1. Porsi makan -Identifikais ebutuhan kalori dan jenis nutrient kalori dan jenis nutrient
yang -Monitor asupan makanan  
dihabiskan -Monitor berat badan -supaya semangat anak
meningkat Terapeutik :  mau mencoba makan
2. kekuatan otot
mengunyah -Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai -supaya tidak terjadi
meningkat -Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi konsti pada anak
3. frekuensi -Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
makan Edukasi : -supaya anak terpenuhi
meningkat
  -Ajarkan diet yang di programkan nutisinya
Kolaborasi :  
-Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis; pereda -supaya nyeir berkurang
nyeri , anti emetic) ,jika perlu pada saat mau makan
-Kolaborasi dnegan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori  
dan jenis nutrient yang di butuhkan , jika perlu -supaya asupan nutrisi
klien terpenuhi
 
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
2 Konsti Setalah dilakukan Managemen Eliminasi Fekal  
pasi tindakan 2x 24 jam klien Observasi : -untuk menegtahui
mampu mengatur Monitor buang air besar (mis: warna frekuensi bab klien
eliminasi fekal dengan frekuensi , konsistensi,bulume )  
kriteria hasil : Terapeutik : -supaya tidak terjadi
perut tidak kembung Berikan air hangat setelah makan konstipasi
dan nyeri berkurang Jadwalkan defekasi bersama pasien -agar mengetahui
BAB berkurang menjadi Sediakan makanan tinggi serat frekuensi
1x sehari Edukais :  
Distensi abdomen (-) Jelaskan jenis makanan yang membantu - untuk membantu
meningkatkan keteraturan peristaltic usus memperlancar bab
Anjurkan mencatat warna , frekuensi , -untuk mengetahui
konsistensi , volume feses frekuesi bab
Anjurkan mengkomsumsi makanan yang -supaya tidak terjadi
mengandung tinggi serat defekasi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan , jika  
tidak ada kontraindikasi  
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, -supaya bab lancar
jika perlu
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
3 Nyeri Setelah dilakukan Managemen nyeri   
akut tindkaan 2x 24 jam Observasi : -untuk mengetahui
klien dapat mengatur Identifikais skala nyeri nyeri yang dirasakan
managemen nyeri Identifikasi faktor yang mempererat dan memperingan klien
dengan kriteria hasil : nyeri -untuk mengetahui
1.Keluhan nyeri pada Terapeutik : faktor yang
abdomen berkurang Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi memperberat dan
2.Klien tidak Meringis rasa nyeri (mis : TENS,hypnosis,akupresur,terapi memperingan nyeri
3.Tidak menangis dan music,biofeedback,terapi pijat,aromaterapi,teknik  
memegang perut terus imajnasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi -untuk membeuat klien
menerus bermain) terasa nyaman
Control lingkungan yang memperberat dan  
memperingan nyeri -untuk mengetahui
Pertimbangankan jenis dan sumber nyeri dalam sumber nyeri agar
pemilihan strategi meredakan nyeri terjaga
Edukasi :
Jelaskan penyebab,pemicu nyeri, -supaya klien dan
Jelaskan strategi meredakan nyeri keluarga mengetahui
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi pemicu nyeri
rasa nyeri -untuk mengurangi
Kolaborasi : nyeri
Pemberian analgetik , jika perlu
 
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
4 Disfun Setelah dilakuka Manajemen nutrisi -untuk mengetahui
gsi tindakan 2x 24 jam Obsevasi ; adanya alergi/
motalit disfungsi motilitas GI - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan intoleransi pada anak
as Gi membaik dengan -Identifikasi makanan yang disukai -untuk mengetahui
kriteria hasil : -Identifikais ebutuhan kalori dan jenis nutrient jumlah kalori dan
1. Nyeri yang -Monitor asupan makanan jenis nutrient
dirasakan klien -Monitor berat badan -supaya semangat
berkurang  Terapeutik : anak mau mencoba
2. Mual berkurang -Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang makan
3. Tidak muntah sesuai -supaya tidak terjadi
4. Distensi -Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konsti pada anak
abdomen(-) konstipasi -supaya anak
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein terpenuhi nutisinya
Edukasi : -supaya nyeir
-Ajarkan diet yang di programkan berkurang pada saat
Kolaborasi : mau makan
-Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan -supaya asupan
(mis; pereda nyeri , anti emetic) ,jika perlu nutrisi klien terpenuhi
-Kolaborasi dnegan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang di butuhkan ,
jika perlu
TERIMAKASIH!!!
DAFTAR PUSTAKA
ianthi, Y. (2017). Prolaps Recti. Bedah FK UNS.
Cahyaningsih, D. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada
Anak Dengan Post Kolostomi Hari Ke -2 Karena Hirschprung Di Ruang Teratai Lantai 3 Utara
RSUP Fatmawati.
Indonesia, M. K. (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit HIrschprung.
Kemenkes.
Indonesia, M. K. (2019). Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit. Kemenkes.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB
Anak. Kementrian Kesehatan RI.
Lestari, S. (2016). Farmakologi dalam Keperawatan. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Liansyah, T. M. (2015). Malnutrisi pada anak. STKIP BBG.
Setiawan, M. R. (2015). Buku Ajar Ilmu Bedah. semarang.
Amalia, A., Oktaria D., & Oktafani. (2018). Pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak usia
prasekolah selama masa hospitalisasi. Majority Volume 7 Nomor 2.
 
Nurfatimah. (2019). Peran serta orang tua dan dampak hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di ruang anak
RSUD Poso. Jurnal Bidan Cerdas, Vol 2 No. 2.
 
PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostic, edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
 
PPNI. (2018). Standart intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan, edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
 
PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil keperawatan, edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
 
Sufyanti A, Y., dkk. (2010). Efektivitas penurunan stress hospitalisasi anak dengan terapi bermain dan terapi
music. Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga.
 
 
Nurhayati D, Mardhiyah A, Adistie F. (2017). kualitas hidup anak usia toddler paska kolostomi di
bandung (the quality of life of toddler post colostomy in bandung). Vol 2 No 2
Izaldi, M et all 2007. clinical manifestasion of hirsprung disease : A-6 year course review on
adminitation patients in guilan, North Province of iran. Iranian cardiovascular Reseach journal : 1:25-
31

Anda mungkin juga menyukai