Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA PASIEN


DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

SAMUDRA TITTO ALIF RAMADHAN


042SYE21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun oleh:
SAMUDRA TITTO ALIF RAMADHAN
042SYE21

Laporan Pendahuluan telah dikonsultasikan dan disetujui.

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

Henny Yolanda, S.Kep., Ners., M.kep Anis Endriasari, S.Kep., Ners


( , , 20 ) ( , , 20 )
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN NUTRISI

Rumah Sakit : RSUD PROVINSI NTB Nama Mahasiswa : Samudra Titto Alif R.
Tanggal : 2 Januari 2023 NIM/Kelompok : 042SYE21/3
Inisial Pasien : An. A
Umur/No.Reg : 1,3 Bulan

I. Landasan Teori
1. Konsep Penyakit Hirschprung
a. Definisi
Penyakit Hirschprung atau megacolon kongenital adalah penyakit yang
ditandai dengan tidak adanya sel ganglion pada plexus myentericus (Aurbach) dan
plexus submucosa (Meissner) dari usus sehingga menjadi penyebab obstruksi
terbanyak pada neonates (Palissei, Wirawan, & Faruk,2021) sel ganglion berfungsi
untuk mengontrol kontraksi dan relaksasi dari otot polos dalam usus distal, tanpa
adanya sel-sel ganglion (aganglionosis) otot-otot dibagian usus besar tidak dapat
melakukan gera peristaltik (gerak mendorong keluar feses) (Radeanty, Ilawanda, &
Anjarwati, 2020). Pada periode bayi baru lahir, penyakit hirschprung sering dating
ditandai dengan gejala muntah-muntah, distensi abdomen, meconium keluar lebih dari
24 jam setelah kelahiran dan muntah kehijauan.
Komplikasi yang harus diwaspadai akibat penyakit hirschprung adalah
enterocolitis, perforasi usus dan sepsis yang merupakan penyebab kematian tersering.
Tanda dan gejala yang mucul yaitu berupa distensi abdomen dan terkait dengan
toksisitas sistemik yaitu demam, kegagalan pertumbuhan, periode konstipasi yang
diselingi dengan diare yang massif, dehidrasi, laterkgi dan syok (Maidah, Ismet, &
Santosa, 2020).
b. Etiologi
Penyebab belum diketahui tetapi diduga terjadi karena factor genetik dan
lingkungan, sering terjadi pada anak down syndrome, kegagalan sel neural pada masa
embrio pada dinding anus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada menyentrik dan
submukosa dinding plexus (Nurarif dan Kusuma, 2019).
c. Klasifikasi
Pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit hirschprung, sel ganglion
Auerbach dan Meissner tidak ditemukan serabut saraf menebal dan serabut otot
hipertofik. Aganglionis ini mulai dari anus kearah oral. Berdasarkan (Tang & Li,
2018) panjang segmen yang terkena, penyakit hirschprung dapat diklasifikasikan
dalam tiga kategori:
1. Penyakit hirschprung segmen pendek / short-segment HSCR (80%) segmen
aganglionosis dari anus sampai sigmoid. Merupakan 80% dari kasus penyakit
hirschprung dan sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
2. Penyakit hirschprung segmen panjang / long-segment HSCR (15%) daerah
aganglionosis dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon
dan sampai usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan
perempuan.
3. Total colonic aganglionosis (5%) bila segmen mengenai seluruh kolon.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit hirschsprung terbagi menjadi dua periode, yaitu
periode neonatal dan periode anak-anak.
1. Periode Neonatal.
Trias gejala klinis yang sering ditemukan pada penyakit hirschsprung
yaitu, pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau, dan distensi
abdomen. Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat dikeluarkan
segera. Pengeluaran mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam merupakan
tanda klinis yang signifikan pada HSCR. Namun, pengeluaran normal
mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan didapatkan pada sebagian besar
kasus TCA, yang mana tidak menunjukkan gejala klasik seperti seharusnya
sesuai dengan jenis HSCR lainnya (Setiadi, Haikal, & Sunanto, 2021).
2. Periode Anak-anak.
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah
konstipasi kronis dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan
peristaltik usus di dinding abdomen, jika dilakukan pemeriksaan colok dubur,
maka feses biasanya keluar menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau
busuk, penderita biasanya buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa
hari dan biasanya sulit untuk defekasi (Setiadi, Haikal, & Sunanto, 2021).
e. Patofisiologi
Megakolon aganglionik merupakan istilah yang menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatik otonom pada
pleksus submucosa (Meissner) dan myenteric (Auerbach) pada satu segmen kolon
atau lebih. Keadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
peristaltik yang menyebabkan penumpukkan isi usus dan distensi usus yang
berdekatan dengan kerusakan (megacolon). Selain itu, kegagalan sfingter anus
internal untuk berelaksasi berkontribusi terhadap gejala klinis adanya obstruksi,
karena dapat mempersulit evakuasi zat padat (feses), cairan dan gas. Kegagalan
migrasi kraniokaudal pada precursor sel ganglion sepanjang saluran gastrointestinal
antara usia kehamilan minggu ke-5 dan ke-12 merupakan penyebab penyakit
hirschsprung. Distensi dan iskemia pada usus bisa terjadi sebagai akibat distensi pada
dinding usus, yang berkontribusi menyebabkan enterokolitis (inflamasi pada usus
halus dan kolon), yang merupakan penyebab kematian pada bayi atau anak dengan
penyakit hirschsprung (Radeanty, Ilawanda, & Anjarwati, 2020).
Gambar 1.1 Anatomi Hirschrsprung
f. Komplikasi
Enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita
hisrchsprung yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat
usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya
berupa diare, distensi abdomen, feses berbau busuk, dan disertai dengan demam.
Swenson mencatat hampir 1/3 kasus hirschsprung datang dengan manifestasi klinis
enterocolitis, bahkan dapat pula terjadi meski telah dilakukan kolostomi (Setiadi,
Haikal, &Sunanto, 2021).
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penyakit hirschrsprung adalah sebagai berikut:
1) Temporasi ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasi usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama. Ada
beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley &
Soave. Prosedur Soave adalah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari
penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah
diubah. Prosedur Duhamel adalah mempertahankan kolon kearah bawah lalu rectum
dan sacrum dindingnya digabungkan menggunakan alat linear stapler, kemudian
dilakukan irisan pada bagian setengah posterior rectum tepat pada linea dentata
dengan ukuran 1,5-2,5 cm di musculocutaneus junction, kolon ditarik melalui insisi
bagian dalam anus (endoanal incision) dan ganglion sel tampak pada kolon lalu diiris
melintang dan di gabungkan ke potongan ujung dari rectum menciptakan
penyambungan kolorektal (end-to-side colorectal anastomosis) (Wibowo, 2021).
h. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien hirschrsprung yaitu: biopsi,
kolonoskopi, radiologis dengan kontras enema (Nadya, 2019).
1) Biopsi
Biopsi digunakan untuk mengidentifikasi sel-sel abnormal dan untuk
membantu mendiagnosa berbagai kondisi kesehatan yang berbeda atau untuk
mengetahui jenis penyakit tertentu atau penyebab penyakit. Dalam kasus di mana
suatu kondisi yang telah di diagnosa, biopsi dapat digunakan untuk mengukur
seberapa parah kondisi hirschrsprung.
2) Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya
gangguan atau kelainan pada usus besar (kolon) dan rektum yang sering menimbulkan
gejala berupa sakit perut, darah pada tinja, diare kronis, gangguan buang air besar atau
gambaran abnormal di usus pada pemeriksaan foto Rontgen dan CT scan.
3) Radiologis dengan kontras enema
Pemeriksaan radiologis untuk diagnosa lanjut pada penyakit hirschrsprung
yang akan muncul gambaran berupa transitional zone pada sebagian kasus
hirschrsprung dini (85-90%). namun untuk kasus pada Diagnosa terlambat gambaran
megakolon lebih sering terlihat dan biasanya diikuti dengan gejala enterocolitis.
i. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hirschsprung
Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis
berkesinambungan yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
individu atau kelompok, baik yang aktual maupun potensial kemudian merencanakan
tindakan untuk menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan
serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan. Tahap-tahap proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan pelaksanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kemudian didokumentasikan (Rohmah & Walid, 2020).
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah &
Walid, 2020). Pada tahap pengkajian terdapat beberapa metode pengumpulan data
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Menurut
Muttaqin & Sari (2013) pengkajian pada penyakit hirschprung terdiri atas
pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik dan evaluasi diagnostik.
1) Keluhan utama yang lazim ditemukan pada anak adalah nyeri abdomen. Untuk
pengkajian nyeri pada anak terdiri atas pengumpulan data subjektif dan objektif.
Keluhan orangtua pada bayinya dapat berupa muntah-muntah. Keluhan
gastrointestinal lain yang menyertai, seperti distensi abdomen, mual, muntah, dan
nyeri kolik abdomen.
2) Pengkajian riwayat kesehatan sekarang, keluhan orangtua pada bayi dengan
tidak adanya evakuasi mekonium dalam 24 - 48 jam pertama setelah lahir diikuti
obstruksi konstipasi, muntah, dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam.
Adanya feses yang menyemprot pada saat colok dubur merupakan tanda yang
khas. Pada anak, selain tanda pada bayi, anak akan rewel dan keluhan nyeri pada
abdomen. Didapatkan keluhan lainnya berupa kontipasi atau diare berulang. Pada
kondisi kronis, orangtua sering mengeluh anak mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan. Anak mungkin didapatkan mengalami kekurangan kalori –
protein. Kondisi gizi buruk ini merupakan hasil dari anak karena selalu merasa
kenyang, perut tidak nyaman, dan distensi terkait dengan konstipasi kronis.
Dengan berlanjutnya proses penyakit, maka akan terjadi enterokolitis. Kondisi
enterokolitis dapat berlanjut ke sepsis, transmural nekrosis usus, dan perforasi.
3) Pada pengkajian riwayat penyakit keluarga sering didapatkan kondisi yang sama
pada generasi terdahulu. Kondisi ini terjadi sekitar 30% dari kasus.
4) Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan.
5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada survei
umum terlihat lemah atau gelisah. Tanda-tanda vital biasa didapatkan hipertermi
dan takikardi dimana menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya
perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau
sepsis. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipat paha, dan rectum
akan didapatkan:
a) Inspeksi: tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal. Pemeriksaan
rektum dan feses akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan
berbau busuk.
b) Auskultasi: pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut
dengan hilangnya bising usus.
c) Perkusi: timpani akibat abdominal mengalami kembung.
d) Palpasi: teraba dilatasi kolon pada abdomen.
6) Pengkajian diagnostik yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi adanya Leukositosis dan gangguan elektrolit atau
metabolik; foto polos abdomen dengan dua posisi, yaitu posisi tegak dan posisi
berbaring untuk mendeteksi obstruksi intestinal pola gas usus, serta USG untuk
mendeteksi kelainan intra abdominal.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien menurut Nurarif & Kusuma (2019):
1) Inkontinensia fekal b.d penurunan tonus otot.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah (ketidakmampuan
mencerna makanan).
3) Risiko ketidakseimbangan cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas karena
mual.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisi
(prosedur invansif).
j. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu
menetapkan menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah & Walid,
2020). Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi
dan diukur meliputi kondisi, perilaku atau dari persepsi pasien, keluarga atau
komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan
menunjukkan status Diagnosa keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan
(TIM Pokja SLKI DPP PPNI, 2019). Intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan sedangkan tindakan keperawatan
adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu
menetapkan menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien. Perencanaan
keperawatan menurut Muttaqin & Sari (2019) dari Diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien adalah:
1) Inkontinensia fekal b.d penurunan tonus otot
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam kontinensia fekal
membaik SLKI Kriteria Hasil:
a) Pengontrolan pengeluaran feses.
b) Defekasi.
c) Frekuensi buang air besar.
Intervensi:
SLKI: Manajemen eliminasi fekal
a) Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar.
b) Monitor buang air besar (mis. warna, frekuensi, konsistensi dan volume).
c) Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi atau impaksi.
d) Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien.
e) Sediakan makanan tinggi serat.
f) Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keteraturan
peristaltik usus.
g) Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukkan
gas.
h) Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat.
i) Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu.
2) Defisit nutrisi b.d mual muntah (ketidakmampuan mencerna makanan)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam status nutrisi SLKI
membaik dengan kriteria hasil:
a) Porsi makanan yang di habiskan meningkat.
b) Kekuatan otot pengunyah meningkat.
c) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat.
d) Pengetahuan tentang pilihan makana yang sehat meningkat.
e) Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat.
f) Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat.
g) Sikap terhadap makanan/minumam sesuai dengan tujuan kesehatan
meningkat.
h) Berat badan membaik.
i) Indeks masa tubuh membaik.
j) Frekuensi makanan membaik.
k) Nafsu makan membaik.
3) Risiko ketidakseimbangan cairan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan
cairan meningkat. SLKI, dengan Kriteria Hasil:
a) Asupan cairan.
b) Keluaran urin.
c) Kelembaban membran mukosa.
4) Risiko infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam proses
keperawatan Tingkat infeksi menurun, SLKI dengan Kriteria Hasil:
a) Demam.
b) Kemerahan.
c) Nyeri.
k. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien sebelum dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid, 2019).
Menurut Nursalam (2018) ada 3 jenis tindakan keperawatan:
1) Independen (Mandiri) tindakan keperawatan Independen adalah suatu kegiatan
yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya.
2) Interdependen (kolaborasi) adalah suatu tindakan keperawatan menjelaskan suatu
kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3) Dependen (ketergantungan atau rujukan) adalah tindakan yang berhubungan
dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan ini menandakan suatu cara
dimana tindakan medis dilaksanakan.
l. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut Rohmah & Walid, (2020) penilaian dengan
cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan
dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan evaluasi adalah untuk
mengakhiri rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan
keperawatan, meneruskan rencana tindakan keperawatan. Menurut Rohmah & Walid
(2020) evaluasi dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1) Evaluasi proses (Formatif):
a) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan
b) Berorientasi pada etiologi
c) Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang dilakukan tercapai.
2) Evaluasi hasil (Sumatif):
a) Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
b) Berorientasi pada masalah keperawatan.
c) Menjelaskan keberhasilan/tidak keberhasilan
d) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan. Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien, dugunakan SOAP.
2. Masalah Keperawatan Nutrisi
A. Konsep Fisiologis
Sistem digesti menyiapkan makanan agar dapat dikonsumsi oleh sel. Ada 5
aktifitas dasar dalam pencernaan yaitu:
1. Ingesti
Ingesti atau makan adalah memasukkan makanan dalam tubuh.
2. Peristalsis
Peristalsis adalah perpindahan makanan disepanjang saluran pencernaan.
3. Digesti
Digesti adalah pemecahan makanan melalaui proses mekanik dan kimiawi.
4. Absorpsi
Absorpsi adalah penyerapan hasil perencanaan makanan dari saluran pencernaan
ke vaskuler (pembuluh darah) dan pembuluh limfe (getah bening)
5. Defekasi
Defekasi adalah eliminasi (pembuangan) yang tak dapat dicerna keluar tubuh.
B. Definisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Nurarif,
2015).
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan
sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat
lain yang terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan danpenyakit (Rahayu, 2015).
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk
fungsi normal dari system tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi
digunakan untuk makanan sebagai pembentuk energi, dimana setiap jaringan dalam
tubuh bekerja dengan baik (Calorin, 2013).
C. Karakteristik
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan:
1. Body mass index
2. Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan,
BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk
mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
3. Ideal body weight
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yangsehat.
Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi 10% dari
jumlah itu.
D. Tahapan- tahapan
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah system
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ aksesori.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan
organ aksesori terdiri dari hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini
membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.
(Wartonah, 2015 dan Potter, 2014).
a. Saluran Pencernaan
1) Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri
atas dua bagian luar (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi, serta
bagian dalam yang terdiri dari rongga mulut (Indriyani, 2014).
2) Faring dan esophagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang
hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian
atas yang berjalan hingga vertebrae servikal ke enam. Faring langsung
berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang
±20-25 cm yang terletak dibelakang trachea dan di depan tulang punggung,
kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung
dengan abdomen dan menyambung dengan lambung (Indriyani, 2014). Esophagus
merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju lambung,
bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2 cm (Indriyani, 2014).
3) Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas
(disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang horizontal (disebut antrum
pilorik). Lambung ini berhubungan langsung dengan esophagus melalui orifisium
kardia dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung memiliki fungsi
sebagai berikut: Fungsi motoris adalah menampung makanan, memecah
makanan menjadi partikel kecil, dan mencampurnya dengan asam lambung.
Fungsi sekreasi dan pencernaan adalah mensekresi pepsinogenrennin, dan
lipase. Pepsinogen diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin yang dapat memecah
protein menjadi proteosadan peptone (Indriyani, 2014).
4) Usus halus
Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus
halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang ±2,5m dalam keadaan
hidup. Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula
jaringan limfa yang disebut kelenjar solitar yang berfungsi sebagai pelindung
terhadap infeksi. Pada umumnya, fungsi usus halus adalah mencerna dan
meng absorpsi chime dari lambung. Zat makanan yang telah halus diabsorpsi di
dalam usus halus, yakni pada duodenum. Di sini terjadi absorpsi besi, kalsium
dengan bantuan vitamin D, serta vitamin A, D, E dan K dengan bantuan empedu dan
asam folat (Indriyani, 2014).
5) Usus Besar
Usur besar (kolon) merupakan kelanjutan dari usus halus, mulai dari katup
ileokolik atau ileosaekal sebagai tempat lewatnya makanan. Fungsi utama usus besar
adalah mengabsorsi air (± 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa (Indriyani,
2014).
b. Organ aksesori
1) Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh yang terletak dibagian
paling atas rongga abdomen, disebelah kanan di bawahdiafragma, dan
memiliki berat kurang lebih 1.500 gram (kira-kira 2,5%orang dewasa). Hati terdiri
atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiriyang dipisahkan oleh ligamen
falsiformis. Pada lobus kanan bagianbelakang kantong empedu terdapat sel yang
bersifat fagositosis terhadapbakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi
hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis b lainnya, memproduksi
sel darah merah, dan menyimpan glikogen(Indriyani, 2014).
2) Empedu
Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong
yang terletak dibawah kanan hati atau lekukan permukaanbawah hati sampai
pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm danberkapasitas 40-60 cm3.
Akteri, dan benda asing, Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan
cairan empedu, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai
dengan pH optimum enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam
empedu, mengelmusi lemak, mengekskresibeberapa zat yang tak digunakan oleh
tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau-hijauan (dihasilkan oleh
pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam empedu, lemak, kolesterol,
pigmen fosfolipid, dan sedikit protein (Indriyani, 2014).
3) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama sepertikelenjar
ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreasmemiliki dua
fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh selsekretori yang membentuk
getah pankreas berisi enzim serta elektrolitdan fungsi endokrin yang tersebar diantara
alveoli pancreas (Indriyani,2014).
E. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebebkan oleh kurangnya
informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi (Hidayat,
2014).
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, dibeberapa daerah, tempe yang
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan
makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa
mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka (Hidayat, 2014).
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat
larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makan tersebut
merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi
anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak (Hidayat, 2014).
4. Kesukaan
Saat ini, para remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki
kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti
makanan cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lain. Makanan-makanan ini tentu saja
dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering
dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik (Hidayat, 2014).
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat memenuhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh
karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya
mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat
dengan kondisi perekonomian rendah (Hidayat, 2014).
gan menyenangi makanan
tertentu secara berlebihan,
seperti
makanan cepat saji (junkfood),
bakso, dan lain-lain. Makanan-
makanan ini tentu
saja dapat berdampak
buruk bagi kesehatan
mereka jika dikonsumsi
terlalu
sering dan berlebihan karena
tidak memiliki asupan gizi
yang baik (Hidayat,
2014).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat
memenuhi perubahan status
gizi karena
penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh
karena itu, masyarakat
dengan kondisi
perekonomian yang tinggi
biasanya
mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat
dengan kondisi perekonomian
rendah (Hidayat, 2014).
gan menyenangi makanan
tertentu secara berlebihan,
seperti
makanan cepat saji (junkfood),
bakso, dan lain-lain. Makanan-
makanan ini tentu
saja dapat berdampak
buruk bagi kesehatan
mereka jika dikonsumsi
terlalu
sering dan berlebihan karena
tidak memiliki asupan gizi
yang baik (Hidayat,
2014).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat
memenuhi perubahan status
gizi karena
penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh
karena itu, masyarakat
dengan kondisi
perekonomian yang tinggi
biasanya
mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat
dengan kondisi perekonomian
rendah (Hidayat, 2014).
gan menyenangi makanan
tertentu secara berlebihan,
seperti
makanan cepat saji (junkfood),
bakso, dan lain-lain. Makanan-
makanan ini tentu
saja dapat berdampak
buruk bagi kesehatan
mereka jika dikonsumsi
terlalu
sering dan berlebihan karena
tidak memiliki asupan gizi
yang baik (Hidayat,
2014).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat
memenuhi perubahan status
gizi karena
penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh
karena itu, masyarakat
dengan kondisi
perekonomian yang tinggi
biasanya
mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat
dengan kondisi perekonomian
rendah (Hidayat, 2014).
gan menyenangi makanan
tertentu secara berlebihan,
seperti
makanan cepat saji (junkfood),
bakso, dan lain-lain. Makanan-
makanan ini tentu
saja dapat berdampak
buruk bagi kesehatan
mereka jika dikonsumsi
terlalu
sering dan berlebihan karena
tidak memiliki asupan gizi
yang baik (Hidayat,
2014).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat
memenuhi perubahan status
gizi karena
penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh
karena itu, masyarakat
dengan kondisi
perekonomian yang tinggi
biasanya
mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat
dengan kondisi perekonomian
rendah (Hidayat, 2014).
F. Masalah Yang Timbul Pada Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan
kebutuhan nutrisi terdiri
atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas,
malnutrisi, diabetes melitus,
hipertensi, jantung koroner,
kanker, dan anoreksia nervosa.
a. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan
keadaan yang dialami
seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa
(normal) risiko penurunan
berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi
untuk kebutuhan metabolisme
(Hidayat & Uliyah
2015).
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20%
dibawah normal.
2) Tinggi badan dibawah ideal.
3) Adanya kelemahan dan
nyeri tekan pada otot.
4) Adanya penurunan albumin
serum.
b. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan
suatu keadaan yang dialami
seseorang yang
mempunyai risiko
peningkatan berat badan
akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih
(Hidayat & Uliyah 2015).
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10%
berat ideal.
2) Obesitas (lebih dari 20%
berat ideal).
3) Adanya jumlah asupan yang
berlebihan.
4) Aktivitas menurun atau
monoton.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah
peningkatan berat badan yang
mencapai
lebih dari 20% berat badan
normal. Status nutrisinya
adalah melebihi kebutuhan
metabolisme karena
kalebihan asupaasupan
kalori dan penurunan
dalam
penggunaan kalori (Hidayat &
Uliyah 2015).
d. Diabetes Melitus
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan
dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung
koroner, kanker, dan anoreksia nervosa.
a. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) risiko penurunan berat badan akibat ketidak
cukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme (Hidayat & Uliyah 2015).

Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal.
2) Tinggi badan dibawah ideal.
3) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
4) Adanya penurunan albumin serum.
b. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih (Hidayat & Uliyah 2015).
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
3) Adanya jumlah asupan yang berlebihan.
4) Aktivitas menurun atau monoton.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
metabolisme karena kalebihan asupan-asupan kalori dan penurunan dalam
penggunaan kalori (Hidayat & Uliyah 2015).
d. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan (Hidayat & Uliyah 2015).
e. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya
obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan
(Hidayat & Uliyah 2015).
f. Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini,
gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidksehat,
obesitas, dan lain-lain (Hidayat & Uliyah 2015).
g. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
konsumsi lemak secara berlebihan (Hidayat & Uliyah 2015).
h. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadakdan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya kontipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi (Hidayat & Uliyah2015).

b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap
beberapa jenis bahan makanan
bergizi tinggi
dapat memengaruhi status gizi
seseorang. Misalnya,
dibeberapa daerah, tempe
yang merupakan sumber
protein yang paling murah,
tidak dijadikan bahan
makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat
menganggap bahwa
mengonsumsi makanan
tersebut dapat merendahkan
derajat mereka (Hidayat,
2014).
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang
merugikan atau pantangan
terhadap makanan
tertentu juga dapat
memengaruhi status gizi.
Misalnya, di beberapa
daerah,
terdapat larangan makan
pisang dan pepaya bagi para
gadis remaja. Padahal,
makan tersebut merupakan
sumber vitamin yang sangat
baik. Ada pula larangan
makan ikan bagi anak-anak
karena ikan dianggap dapat
mengakibatkan
cacingan, padahal ikan
merupakan sumber protein
yang sangat baik bagi anal-
anak (Hidayat, 2014).
d. Kesukaan
Saat ini, para remaja di
kota-kota besar di negara
kita memiliki
kecenderungan menyenangi
makanan tertentu secara
berlebihan, seperti
makanan cepat saji (junkfood),
bakso, dan lain-lain. Makanan-
makanan ini tentu
saja dapat berdampak
buruk bagi kesehatan
mereka jika dikonsumsi
terlalu
sering dan berlebihan karena
tidak memiliki asupan gizi
yang baik (Hidayat,
2014).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat
memenuhi perubahan status
gizi karena
penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh
karena itu, masyarakat
dengan kondisi
perekonomian yang tinggi
biasanya
mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat
dengan kondisi perekonomian
rendah (Hidayat, 2014).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan
Meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum
yang berhungan dengan kebutuhan nutrisi, diaantaranya:
a. Riwayat makanan: meliputi pola makan, tipe makanan yang dihindari, makanan
yang lebih disukai.
b. Kemampuan makan: meliputi kemampuan mengunyah, menelan, makan sendiri
atau dibantu.
c. Pengetahuan tentang nutrisi
d. Nafsu makan, jumlah asupan
e. Tingkat aktivitas
f. Konsumsi obat obat tertentu/dalam pengobatan tertentu
Pengkajian status nutrisi meliputi:
Anthropometric Measurement (A), Biochemical data (B), clinical sign (C), dan
Dietary history (D).
1. Anthropometric Measurement (A)
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan
bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometrik yang membantu dalam
mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk:
a. Tinggi badan dan berat badan
b. Pengukuran tinggi badan dan berat badan klien harus diperoleh ketika masuk
rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan. Apabila memungkinkan,
klien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala yang
sama, dan dengan pakaian atau linen yang sama
c. Lingkar pergelangan tangan
1) Digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien.
2) Ukuran kerangka adalah tinggi badan dibagi lingkar pergelangan tangan,
hasilnya dihitung nilai r
3) r = {tinggi badan (cm): lingkar pergelangan tangan (cm)}.
4) Wanita: nilai r > 11,0 (kecil); nilai r 10,1 sampai 11,0 (sedang), dan nilai r
< 10,1 (besar).
5) Laki-laki: nilai r > 10,4 (kecil), nilai r 9,6 sampai 10,4 (sedang), dan < 9,6
(besar).
d. Lingkar lengan bagian tengah atas (mid-upper arm circumference, MAC)
1) Memperkirakan massa otot skelet.
2) Lengan non dominan klien direlaksasikan, dan lingkarnya diukur pada
titik tengah, antara ujung dari prosesus akromial skapula dan prosesus
olekranon ulna.
e. Lipatan kulit tricep (triceps skinfold, TSF)
1) Digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan subkutan.
2) TSF adalah pengukuran yang paling umum
3) Dengan ibu jari dan jari tengah, lipatan panjang dari kulit dan lemak
yang dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah MAC. Jepitan dari jangka
lengkungan lipatan kulit standar ditempatkan pada sisi lain dari lipatan
lemak. Pengukuran rata-rata diambil dari ketiga catatan. Area anatomi lain
untuk pengukuran lipatan kulit termasuk bisep, skapula, dan otot abdominal.
f. Lingkar otot lengan bagian tengah atas mid-upper arm muscle circumference
MAMC adalah perkiraan dari masa otot skelet, dihitung dari
pengukuran antropometrik MAC dan TSF.
MAMC = MAC – (TSF x 3,14).
Nilai untuk MAC, TSF, dan MAMC dibandingkan dengan standar dan
dihitung sebagai suatu persentase standar.
Tabel 1. Standar ukuran Anthropometri berdasarkan kelompok umur
Rata – rata
Tempat pengukuran Umur Laki – laki Perempuan
Pengukuran lingkar lengan atas 18 – 24 th 30,9 cm 27,0 cm
25 – 34 th 32,3 cm 28,6 cm
35 – 44 th 32,7 cm 30,0 cm
45 – 54 th 32,1 cm 30,7 cm
55 – 64 th 31,5 cm 30,7 cm
65 – 74 th 30,5 cm 30,1 cm
Pengukuran lipat kulit trisep 18 – 24 th 11,2 cm 19,4 cm
25 – 34 th 12,6 cm 21,9 cm
35 – 44 th 12,4 cm 24,0 cm
45 – 54 th 12,4 cm 25,4 cm
55 – 64 th 11,6 cm 24,9 cm
65 – 74 th 11,8 cm 23,3 cm

2. Biochemical Data (B)


a. Tes laboratorium
b. Tes laboratorium biasanya digunakan untuk memelajari status nutrisi
termasuk
ukuran protein plasma, seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat
protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin. Waktu respons untuk
perubahan dalam protein ini sebagai hasil jarak pemberian makan dari jam
ke minggu. Kebanyakan protein plasma memiliki waktu paruh >7 hari dan
tidak akan merefleksikan perubahan kurang dari seminggu.
c. Tes lain
Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran
imunitas, seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme
protein, seperti studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan nitrogen.
3. Cinical Sign (C)
Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-tanda klinik
yang jelas. Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya,
tetapi juga fungsi fisiologisnya.

4. Dietary history (D)


a. Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah, dan area
yang berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh
makanan.
b. Tingkat aktivitas: untuk menentukan kebutuhan energi dan
membandingkannya dengan asupan makanan.
c. Faktor yang memengaruhi pola diet dan status nutrisi:
1) Status kesehatan: nafsu makan, anoreksia, dukungan nutrisi
2) Kultur dan agama: jenis makanan dan diet, jumlah, kebiasaan
makanan etnik
3) Status sosial ekonomi: kecukupan ekonomi untuk menunjang
harga makanan
4) Pilihan pribadi: kesukaan terhadap diet, makanan favorit atau
yang dihindari, makanan mewah (simbol status)
5) Faktor psikologis: motivasi untuk makan makanan yang seimbang,
persepsi tentang diet, makanan mempunyai nilai simbolik
(susu/kelemahan, daging/kekuatan).
6) Alkohol dan obat-obatan: alkohol dan obat berlebihan berdampak pada
defisiensi nutrisi, memengaruhi organ gastrointestinal, menekan nafsu
makan, menghabiskan zat gizi yang tersimpan, dan mengurangi
absorbsi zat gizi di dalam intestinal.
7) Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan: mitos
terhadap makanan, minat terhadap makanan, tekanan sebaya, keinginan
untuk mengontrol pilihan diet. Keyakinan terhadap makanan sering salah
(yogurt lebih bernutrisi dari susu, kerang meningkatkan potensi
seksual, madu lebih menyehatkan daripada gula).
d. Catatan makanan dalam 24 jam, frekuensi makan yang membantu
untuk menyusun pola makanan sepanjang waktu.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Berat Badan Lebih
2. Defisit Nutrisi
3. Kesiapan peningkatan nutrisi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan

DIAGNOSA
TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN
HASIL(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Berat Badan Lebih Setelah dilakukan Manajemen Berat Badan
intervensi keperawatan (1.03097)
selama…, maka Berat Observasi
Badan (L.03018) membaik 1. Identifikasi kondisi
dengan kriteria hasil : kesehatan pasien yang
1. Berat badan dapat mempengaruhi
membaik berat badan
2. Tebal lipatan kulit Terapeutik
membaik 1. Hitung berat badan ideal
3. Indeks massa tubuh pasien
2. Hitung persentase lemak
dan otot pasien
3. Fasilitasi menentukan
target berat badan yang
realistis
Edukasi
1. Jelaskan hubungan
antara asupan makanan,
aktivitas fisik,
penambahan berat badan
dan penurunan berat
badan
2. Jelaskan factor risiko
berat badan lebih dan
berat badan kurang
3. Anjurkan mencatat berat
badan setiap minggu,
jika perlu
4. Anjurkan mlakukan
pencatatan asupan
makan, aktivitas fisik
dan perubahan berat
badan
Konseling Nutrisi (1.03094)
Observasi
1. Identifikasi kebiasaan
makan dan perilaku
makan yang akan diubah
2. Identifikasi kemajuan
modifikasi diet secara
regular
3. Monitor intake dan
output cairan, nilai
hemoglobin, tekanan
darah, kenaikan berat
badan dan kebiasaan
membeli makanan
Terapeutik
1. Bina hubungan
terapeutik
2. Sepakati lama waktu
pemberian konseling
3. Tetapkan tujuan jangka
pendek dan jangka
panjang yang realistis
4. Gunakan standar nutrisi
sesuai program diet
dalam mengevaluasi
kecukupan asupan
makanan
5. Pertimbangkan factor-
faktor yang
mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan
gizi
Edukasi
1. Informasikan perlunya
modifikasi diet
2. Jelaskan program gizi
dan persepsi pasien
terhadap diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Rujuk pada ahli gizi, jika
perlu

Promosi Latihan Fisik


(1.05183)
Observasi
1. Identifikasi keyakinan
kesehatan tentang latihan
fisik
2. Identifikasi pengalaman
olahraga sebelumnya
3. Identifikasi motivasi
individu untuk memulai
atau melanjutkan
program olahraga
4. Identifikasi hambatan
untuk berolahraga
5. Monitor kepatuhan
menjalankan program
latihan
6. Monitor respons
terhadap program latihan
Terapeutik
1. Motivasi
mengungkapkan
perasaan tentang
olahraga/kebutuhan
berolahraga
2. Motivasi memulai atau
melanjutkan olahraga
3. Fasilitasi dalam
mengidentifikasi model
peran positif untuk
mempertahankan
program latihan
4. Fasilitasi dalam
mengembangkan
program latihan yang
sesuai untuk memenuhi
kebutuhan
5. Fasilitasi dalam
menetapkan tujuan
jangka pendek dan
panjang program latihan
6. Fasilitasi dalam
menjadwalkan periode
regular latihan rutin
mingguan
7. Fasilitasi dalam
mempertahankan
kemajuan program
latihan
8. Lakukan aktivitas
olahraga bersama pasien,
jika perlu
9. Libatkan keluarga dalam
merencanakan dan
memelihara program
latihan
10. Berikan umpan balik
positif terhadap setiap
upaya yang dijalankan
pasien

Edukasi
1. Jelaskan manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis olahraga
2. Jelaskan jenis latihan
yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
3. Jelaskan frekuensi,
durasi, dan intensitas
program latihan yang
diinginkan
4. Ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang tepat
5. Ajarkan teknik
menghindari cedera saat
berolahraga
6. Ajarkan teknik
pernapassan yang tepat
untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen
selama latihan fisik
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
rehabilitas medis atau
ahli fisiologi olahraga,
jika perlu
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (1.03119)
intervensi keperawatan Observasi
selama…., maka Status 1. Identifikasi status nutrisi
Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan
membaik dengan kriteria intoleransi makanan
hasil : 3. Identifikasi makanan
1. Porsi makanan yang yang di sukai
dihabiskan meningkat 4. Monitor asupan makanan
2. Kekuatan otot 5. Monitor berat badan
pengunyah meningkat 6. Monitor hasil
3. Kekuatan otot menelan pemeriksaan
meningkat laboratorium
4. Serum albumin Terapeutik
5. Verbalisasi keinginan 1. Lakukan oral hygiene
untuk meningkatkan sebelum makan, jika
nutrisi meningkat perlu
6. Pengetahuan tentang 2. Berikan makanan tinggi
pilihan makanan yang serat untuk mencegah
sehat meningkat konstipasi
7. Pengetahuan tentang 3. Berikan makanan tinggi
pilihan minuman yang kalori dan tinggi protein
sehat meningkat
8. Pengetahuan tentang Edukasi
standar asupan nutrisi 1. Anjurkan posisi duduk,
yang tepat meningkat jika mampu
9. Penyiapan dari 2. Ajarkan diet yang di
penyimpanan programkan
meningkat makanan Kolaborasi
yang aman meningkat 1. Kolaborasi pemberian
10. Sikap terhadapp medikasi sebelum makan
makanan/minuman (mis. Pereda nyeri,
sesuai dengan tujuan antiemetic)
kesehatan meningkat 2. Kolaborasi dengan ahli
11. Perasaan cepat gizi untuk menentukan
kenyang menurun jumlah kalori dan jenis
12. Nyeri abdomen nutrient yang di
menurun butuhkan, jika perlu
13. Sariawan menurun
14. Rambut rontok Promosi Berat Badan
menurun (1.03136)
15. Diare menurun Observasi
16. Berat badan membaik 1. Identifikasi kemungkinan
17. Indeks massa tubuh penyebab BB kurang
membaik 2. Monitor adanya mual dan
18. Frekuensi makan muntah
membaik 3. Monitor jumlah kalori
19. Nafsu makan membaik yang dikonsumsi sehari-
20. Bising ususng hari
membaik 4. Minitor berat badan
21. Tebal tipatan kulit 5. Monitor albumin, limfosit,
trisep membaik dan elektrolit serum
22. Membrane mukosa
membaik Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian
makan, jika perlu
2. Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
(mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan
yang diblender, makanan
cair yang diberikan
melalui NGT atau
gastrostoml, total parental
nutrition sesuai indikasi)
3. Hidangkan secara menarik
4. Berikan suplemen, jika
perlu
5. Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan Edukasi Nutrisi (1.12395)
Nutrisi intervensi keperawatan Observasi
selama…., maka Status 1. Periksa status gizi, status
Nutrisi (L.03030) alergi, program diet,
membaik dengan kriteria kebutuhan dan
hasil : kemmapuan pemenuhan
1. Porsi makanan kebutuhan gizi
yang dihabiskan 2. Identifikasi kemampuan
meningkat dan waktu yang tepat
2. Kekuatan otot menerima informasi
pengunyah Terapeutik
meningkat 1. Persiapkan materi dan
3. Kekuatan otot media seperti jenis jenis
menelan meningkat nurtrisi, table makanan
4. Serum albumin penukar, cara mengelola
5. Verbalisasi dan cara menakar
keinginan untuk makanan
meningkatkan 2. Jadwalkan pendidikan
nutrisi meningkat kesehatan sesuai
6. Pengetahuan kesepakatan
tentang pilihan 3. Berikan kesempatan
makanan yang untuk bertanya
sehat meningkat Edukasi
7. Pengetahuan 1. Jelaskan pada pasien
tentang pilihan dan keluarga alergi
minuman yang makanan, makanan yang
sehat meningkat harus dihindari,
8. Pengetahuan kebutuhan jumlah kalori,
tentang standar jenis makanan yang
asupan nutrisi yang dibutuhkan pasien
tepat meningkat 2. Ajarkan cara
9. Penyiapan dari melaksanakan diet sesuai
penyimpanan program (mis. Makanan
meningkat tinggi protein, rendah
makanan yang garam, rendah kalori)
aman meningkat 3. Jelaskan hal hal yang
10. Sikap terhadapp dilakukan sebelum
makanan/minuman memberikan makan
sesuai dengan (mis. Perawatan mulut,
tujuan kesehatan penggunaan gigi palsu,
meningkat obat obatan yang harus
11. Perasaan cepat diberikan sebelum
kenyang menurun makan)
12. Nyeri abdomen 4. Demostrasikan cara
menurun membersihkan mulut
13. Sariawan menurun 5. Demostrasikan cara
14. Rambut rontok mengatur posisi saat
menurun makan
15. Diare menurun 6. Ajarkan pasien/keluarga
16. Berat badan memonitor asupan kalori
membaik danmakanan
17. Indeks massa tubuh (mis.menggunakan buku
membaik harian)
18. Frekuensi makan 7. Ajarkan pasien dan
membaik keluarga memantau
19. Nafsu makan kondisi kekurangan
membaik nutrisi
20. Bising ususng 8. Anjurkan
membaik mendemostrasikan cara
21. Tebal tipatan kulit memberi makan,
trisep membaik menghitung kalori,
22. Membrane mukosa menyiapkan makanan
membaik sesuai program diet

Konseling Nutrisi (1.03094)


Observasi
1. Identifikasi kebiasaan
makan dan perilaku
makan yang akan diubah
2. Identifikasi kemajuan
modifikasi diet secara
regular
3. Monitor intake dan
output cairan, nilai
hemoglobin, tekanan
darah, kenaikan berat
badan dan kebiasaan
membeli makanan

Terapeutik
1. Bina hubungan
terapeutik
2. Sepakati lama waktu
pemberian konseling
3. Tetapkan tujuan jangka
pendek dan jangka
panjang yang realistis
4. Gunakan standar nutrisi
sesuai program diet
dalam mengevaluasi
kecukupan asupan
makanan
5. Pertimbangkan factor-
faktor yang
mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan
gizi
Edukasi
1. Informasikan perlunya
modifikasi diet
2. Jelaskan program gizi
dan persepsi pasien
terhadap diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Rujuk pada ahli gizi, jika
perlu

4. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang indakan pasien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga indakan lainnya. Penilaian dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana indakan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan indakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dari
satu permasalahan yang ditemui oleh penulis saat pengkajian, kemudian disusun perencanaan
indakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, selanjutnya diimplementasikan secara
langsung kepada pasien. Pada tahap ini penulis akan membahas tentang apakah tujuan dan
criteria hasil asuahan keperawatan yang telah dicapai, dan bila ternyata pencapaian tidak
sesuai dengan yang diharapkan maka kemungkinannya adalah mengakaji ulang rencana
asuhan keperawtan dan memodifikasi asuhan keperawatan tersebut dengan melihat situasi
dan kondisi psaien.

DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, A. M. dan S. Rahayu. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Kebutuhan Dasar
Manusia II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan http://bppsdmk.kemkes.go.id/

Hidayat, A Alimul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, Uliyah. (2015). Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Indriyani, Diyan. Keperawatan Maternitas:
Pada Area Perawatan Antenatal, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Nanda (2015).
Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasu edisi 10. Jakarta:EGC Nanda
International-2017. Diagnosis Keperawatan Edisi 10 .Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia. B

Nurarif.A dan Kususma.(2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan
Nanda Nic-Noc. Yogya: medication

Rahayu, S.,Harnanto,A.(2016). Kebutuhan dasar manusia II. Kementrian Kesehatan repbublik


Indonesia.

Tim Penyusun. 2017. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Surabaya

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

google.co/amp/s/nerstriwinugroho77.wordpress.com/2016/02/25/laporan- pendahuluan-
pada-klien-dengan-gangguan-nutrisi/amp/
chrisinabally.blogspot/2017/06/makalah-kebutuhan-nutrisi.html?m=

Anda mungkin juga menyukai