Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Pada pasien Hisprung". Atas dukungan
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1.

Bapak Ns. Argitya Righo, S.Kep, selaku dosen, yang memberikan bimbingan,

saran, ide kepada kami.


2. Bapak Ns. Suhaimi Fauzan, M.Kep, selaku dosen yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang membacanya,
dan bermanfaat bagi kami yang telah menyusun makalah ini yang pada dasarnya
menambah wawasan dan dapat mengkoreksi kesalahan kami. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Pontianak, 6 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan 4

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................


A. Pengertian

B. Klasifikasi

C. Etiologi6
D. Manifestasi klinis
E. Patofisiologi
F.

Pathway Hirsprung

G. Penatalaksanaan

9
10

BAB III ASUHAN


KEPERAWATAN HISPRUNG..........................................................................................
A. Pengkajian

11

B. Diagnosa keperawatan dan


intervensi

13

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan
B

19

Saran....................................................................................................................

Daftar Pustaka....................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2004)
Nama lain dari hirschsprung adalah megakolon dan sering dijumpai sebagai
penyebab obstruksi usus pada neonatus. Kebanyakan kasus penyakit Hirschsprung
sekarang didiagnosis pada masa neonatus. Penyakit Hirschsprung sebaiknya
dicurigai jika seorang neonatus tidak mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam
pertama setelah kelahiran. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Walaupun barium enema berguna untuk menegakkan diagnosis, biopsi
rektum tetap menjadi gold standard penegakkan diagnosis. Setelah diagnosis
dikonfirmasi, penatalaksanaan mendasar adalah untuk membuang jaringan usus
yang aganglionik dan untuk membuat anastomosis dengan menyambung rektum
bagian distal dengan bagian proksimal usus yang memiliki innervasi yang sehat.
Mortalitas dari kondisi ini dalam beberapa dekade ini dapat dikurangi dengan
peningkatan dalam diagnosis, perawatan intensif neonatus, tekhnik pembedahan dan
diagnosis dan penatalaksanaan HD dengan enterokolitis.(Sjamsuhidajat & Jong,
2004)
Insiden penyakit Hirschsprung di dunia adalah sekitar 1 : 5.000 kelahiran
hidup. Insiden bervariasi antara kelompok-kelompok etnis yang berbeda. Di
Amerika dan Afrika dilaporkan penyakit Hirschsprung terjadi pada 2.1 di 10.000
kelahiran hidup. Di Eropa Utara, insiden penyakit ini adalah 1,5 dari 10.000
kelahiran hidup sedangkan di Asia tercatat sebesar 2,8 dari 10.000 kelahiran hidup.
(Parisi, 2010)

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bagaimana pengertian dari Hirscprung ?


Apa saja klasifikasi dari Hirscprung ?
bagaimana etiologi dari Hirscprung ?
Bagaimana manifestasi klinis dari Hirscprung ?
Bagaimana patofisiologi dari Hirscprung ?
Bagaimana penatalaksaan dari Hirscprung ?
Bagaimana asuhan keperawatan dari Hirscprung ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pengertian dari Hirscprung ?
2. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja klasifikasi dari Hirscprung ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana etiologi dari Hirscprung ?
4. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Hirscprung?
5. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana patofisiologi dari Hirscprung ?
6. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penatalaksaan dari Hirscprung ?
7. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari
Hirscprung ?

BAB II
TINJAUAN TEORI
A Pengertian
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Nama lain dari
hirschsprung adalah megakolon dan sering dijumpai sebagai penyebab obstruksi
usus pada neonatus. (Sjamsuhidajat & Jong, 2004)
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus yang paling sering
dialami oleh neonatus. Demikian pula, kebanyakan kasus Hirschsprung
terdiagnosis pada bayi, walaupun beberapa kasus baru dapat terdiagnosis
(Maulany, 1997)
Megakolon toksik adalah dilatasi dari semua bagian kolon sampai
mencapai diameter transversal lebih dari 6 cm (yang di ukur pada pertengahan
kolon transversum) disertai dengan timbul nya toksisitas sistemik. Di latasi akut
ini adalah suatu komplikasi dari proses inflamasi di kolon dan merupakan keadaan
yang membahayakan untuk penderita (Hadi, 2002)
Tanda-tanda dari magakolon toksik :
1. Dilatasi kolon mencapai 20 cm bahkan lebih pada daerah yang terlebar.
2. Pada bagian dilatasi tidak ada konstriksi organic disebelah distal yang dapat
menerangkan pelebaran lumen usus tersebut
3. Terdapat pendarahan yang lebih intensif pada bagian dengan dilatasi yang
maksimum
4. Panjang daerah yang dilatasi bervariasi, tetapi jarang menyerang seluruh
bagian kolon dari soekum sampai recto sigmoid junction (Hadi, 2002)

D. Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak lakilaki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun
prempuan (Ngastiyah, 1997 : 138)

E. Etiologi
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya belum diketahui, tetapi
Hirschsprung atau Mega Colon diduga terjadi karena :
1. Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down syndrom
atau penyakit jantung kongenital.
2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
3. Aganglionosis pleksus mienterikus (Nurarif & Kusuma, 2015)

F. Manifestasi klinis
Pada anak yang menderita penyakit hirscprung sering kali mengalami
keterlambatan pasase mekonium. Pada bayi normal, 94% akan mengeluarkan
mekonium dalam 24-48 jam pertama kehidupannya, dibandingkan dengan hanya
6% bayi yang menderita hirscprung (Corwin, 2000).
Penyakit hirscprung merupakan penyebab tersering obstruksi kolon
pada neonatus atau bayi baru lahir, hirscprung dapat muncul pada periode
neonatus dengan muntah, anoreksia, dan kegagalan untuk mengeluarkan feses
atau tinja. Sebagian besar kasus hirscprung tidak di kenali hingga akhir tahun

pertama saat anak tersebut mengalami konstipasi kroni. Anak-anak seperti ini
sering memiliki riwayat kegagalan pertumbuhan (Amin Huda Nurarif, 2015)
Gambaran klinis dari penyakit hirschsprung (Rudolph, 2007):
1. Obstruksi usus total, disertai muntah kehijauan, obstipasi, dan distensi abdomen
massif
2. Tertundanya pengeluaran mekonium
3. Enterokolitis
Gejala dari penyakit hirscprung sendiri adalah obstruksi usus letak
rendah dan penyakit dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan tidak adanya
evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium di ikutu dengan
obsruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
2. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau beberapa bulan
yang juga di ikuti dengan obstruksi usus akutkonstipasi ringan enktrokolitis
dengan diare, distensi abdomen dan demam.
3. Pada anak-anak akan terjadi
a) Konstipasi
b) Tinja berbentuk seperti pita dan berbau busuk
c) Adanya masa difecal atau dipalpasi
d) Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
4. Pada masa neonatal akan terjadi
a) Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b) Muntah
c) Enggan untuk minum
d) Distensi abdomen
5. Komplikasi yang akan terjadi seperti
a) Obstruksi usus
b) Konstipasi
c) Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d) Entrokolitis

G. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna dapat berjalan di
sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus
(kontraksi ritmis ini di sebut gerakan peristatik). Kontraksi otot-otot tersebut di
rangsang oleh sekumpulan syaraf yang disebut ganglion, ganglion ini terletak

terletak di bawah lapisan otot. Pada penyakit hirscprung, ganglion yang


memerintahkan gerakan peristaltik tidak ada dan biasanya hanya sepanjang
beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak
dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna sehingga terjadi penyumbatan.
Dengan kondisi tidak adanya ganglion, maka akan memberikan manifestasi
gangguan atau tidak adanya peristaltik sehingga akan terjadi tidak adanya evakuasi
usus spontan. Selain itu, sfingter rektum tidak dapat berelaksasi secara optimal,
kondisi ini dapat mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus kemudian
terdorong ke segmen aganglionik dan terjadi akumulasi feses di daerah tersebut
sehingga memberikan manifestasi dilatasi usus pada bagian proksimal (Muttaqin
& Sari, 2013)

H. Pathway Hirsprung
(Nurarif & Kusuma, 2015)

Kegagalan sel neural


pada masa embrio
dalam dinding usus,
gagal eksistensi

Sel ganglion pada kolon


tidak ada/sangat sedikit

Kontrol kontraksi dan


relaksasi peristaltik
abnormal

8
Peristaltik tidak sempurna

Springer
rectum
tidak
dapat
Feses
tidak
mampu
melewati
relaksasi
spinkter ani

Obstruksi parsial
Akumulasi benda
padat, cair dan gas
Refluk peristaltik
Obstruksi di kolon

Mual dan muntah

Resiko kekurangan
volume cairan

Pelebaran kolon (mega


kolon)

Perasaan penuh

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gangguan rasa nyeri


Intervensi pembedahan

Ansietas

Kurangnya informasi

Gangguan defekasi

Konstipasi

I. Penatalaksanaan
Untuk menangani penyakit hirscprung dengan mengatasi obstruksi,
mencegah

terjadinya

enterokolitis,

membuang

segmen

aganglionik

dan

mengembalikan kontinuitas usus. Untuk mengobati gejala obstipasi dan mencegah


enterokolitisdapat dilakukan dengan cara membilas kolon dengan cairan garam
faali. Cara ini sangat efektif pada segmen aganglionik yang pendek . Tujuan yang
sama juga dapat dicapai dengan tindakan kolostomi di daerah yang ganglioner.
Membuang segmen aganglionik dan mengembalikan kontinuitas usus
dapat dikerjakan satu tahap atau dua tahap. Langkah ini disebut operasi
definitive yang dikerjakan bila berat badan bayi sudah cukup (>9kg). pada waktu
itu megakolon dapat surut hingga kolon bisa mencapai ukuran normal.
Pada operasi defenitif , dapat dipakai juga cara Swenson,Duhamel dan
soave, atau medifikasi dari teknik ini. Tindak bedah menurt Swenson terdiri dari
rektosigmoidektomi seluas bagian rektosigmoid aganglionik dengan anastomosis
koloanal. Pada cara Duhamel dan soave bagian distal rectum tidak dikeluarkan
sebab merupakan fase operasi yang sukar di kerjakan : anastomosis koloanal
dibuat secara tarik terobos ( pull through ).

Prinsip dasar prosedur ini adalah

menarik kolon proksimal yang ganglionik ke arah analmelalui bagian posterior


rektum

yang

aganglionik,

menyatukan

dinding

posterior

rektumyang

aganglionik dengan dinding anterior kolon proksimal yang ganglionik


sehinggamembentuk rongga baru dengan anastomose end to side (Sjamsuhidajat
& Jong, 2004)

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG
A

Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan berupa


Informasi identitas klien (Amin Huda Nurarif, 2015) :
a. Umur
24-28 jam pertama setelah lahir. Umur memberikan petunjuk mengenai dosis
obat yang diberikan, anak-anak dan dewasa pemberian dosis obatnya
berbeda.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki memiliki lebih banyak resiko daripada perempuan.
c. Berat badan
Seringkali terjadi pada bayi aterm dengan berat badan 3 kg.
d. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan orang tua pada bayi dengan tidak adanya evakuasi mekonium dalam
24- 48 jam pertama setelah kelahiran dan di ikutu dengan obstruksi
konstipasi, muntah dan dehidrasi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Sekitar 30% dari total kasus hirscprung di ketahui bahwa penyakit hirscprung
yang di derita seseorang saat ini juga pernah diderita oleh keluarga nya
terdahulu.
f. Pengkajian psikososial
Pasien akan mengalami kecemasan karena ia sulit untuk BAB serta pasien
juga perlu mengetahui informasi mengenai pengobatan dan tindakan
keperawatan yang akan di lakukan.
g. Pengkajian riwayat nutrisi
Tanyakan pada orang tua atau keluarga pasien mengenai masukan diet pada
anak dan pola makan anak.
h. Pemeriksaan fisik,

11

Data subjektif
Orangtua pasien mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan untuk BAB,
nyeri di bagian perut dan pada anak kecil maka ia akan rewel serta orang
tua anak juga akan mengatakan bahwa anak mengalami gangguan muntah-

muntah.
Data objektif
Hasil yang di dapatkan setelah melakukan pemeriksaan secara umum
adalah pasien terlihat gelisah atau lemah. Tanda dehidrasi dan demam
biasa ditemukan pada kondisi syok (Tucker, Canabbio, Paquelte, & Wells,
1999)
Kemudian pada pemeriksaan fisik yang berfokus pada area

abdomen, lipat paha, dan rectum,didapatkan informasi :


1. Ketika di inspeksi, di dapatkan adanya distensi abdominal yang disebabkan
oleh obstruksi usus besar. Kemudian pada ada pemeriksaan rectum di
temukan adanya perubahan feses yang berbentuk seperti pita dan berbau.
2. Ketika di auskultasi, pada fase awal di dapatkan adanya bising usus, dan
berlanjut ditemukan adanya dengan hilangnya bising usus.
3. Ketika dilakukan tindakan perkusi, di temukan adanya suara timpani akibat
dari kembung yang di alami pasien
4. Pada saat dilakukan palpasi, teraba adanya dilatasi kolon pada abdominal
(Nurarif & Kusuma, 2015)
i. Pengkajian diagnostik,
Pengkajian yang dapat dilakukan adalah meliputi pemeriksaan laboratorium
dan USG di daerah abdomen untuk mendeteksi kelainan intraabdominal.
j. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena klien kesulitan untuk berkaktivitas
dengan kondisinya yang tidak memungkinkan.

Diagnosa keperawatan dan intervensi

a. Diagnosa keperawatan

12

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berkaitan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
2. Konstipasi berkaitan dengan obstruksi ketidakmampuan kolon
mengevakuasi feses
3. Resiko kekurangan volume cairan berkaitan dengan muntah,
ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal
4. Gangguan rasa nyaman berkaitan dengan distensi abdomen
(refluk peristaltik)
5. Nyeri akut berkaitan dengan agens cedera biologis (obstruksi
parsial pada dinding usus)
6. Ansietas berkaitan dengan penyakit, kurangnya informasi,
rencana pembedahan (Nurarif & Kusuma, 2015)

b. Intervensi Keperawatan (Nurarif & Kusuma, 2015)


No

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

13

1.

Ketidakseimbang

Setelah dilakukan

Kaji nafsu makan

an nutrisi kurang

perawatan selama

klien dan lakukan

dari kebutuhan

beberapa waktu, maka

pemeriksaan abdomen

tubuh berkaitan
dengan

di harapkan klien akan Kolaborasi dengan


mengalami
ahli gizi untuk

saluran

peningkatan asupan

menentukan jumlah

pencernaan mual

nutrisi dengan kriteria

kalori dan nutrisi yang

dan muntah

hasil:

di butuhkan

u
k

Adanya peningkatan
berat badan sesuai

Berikan makanan

dengantujuan awal

dalam porsi sedikit

tapi sering

Monitor berat badan

tidak ada terjadi

penurunan berat badan klien setiap dalam


skala yang sama
yang berarti

u
i
b
a
g
a
i
m
a
n
a
n
a
f
s

14

u
m
a
k
a
n
d
a
n
u
n
t
u
k
m
e
m
e
r
i
k
s
a
a
d
a

15

t
i
d
a
k
n
y
a
n
y
e
r
i
y
a
g
d
i
a
l
a
m
i
p
a

16

s
i
e
n

u
n
t
u
k
m
e
n
g
e
t
a
h
u
i
t
i
n
g
k
a
t
k

17

e
b
u
t
u
h
a
n
n
u
t
r
i
s
i
y
a
n
g
t
e
p
a
t
u
n
t

18

u
k
k
l
i
e
n

untuk menghindari resiko


klien memuntahkan
makanan yang baru di
berikan
u
n
t
u
k
m
e
n
g
e
t
a
h
u
i

19

a
p
a
k
a
h
a
d
a
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
b
e
r
a
t
b
a

20

d
a
n
a
t
a
u
t
i
d
a
2.

Konstipasi

Monitor tanda dan

k
u

gejala kostipasi

berkaitan dengan

obstruksi

ketidakmampuan

Monitor feses yang

kolon

meliputi frekwensi,

mengevakuasi

konsistensi dan

feses

volume feses

Kolaborasi dengan

dokter tentang

penurunan dan

peningkatan bising

usus

d
i
l

a
k
u
k
a

Anjurkan pada

keluarga untuk

menggunakan obat

pencahar secara tepat

21

p
a

a
w

a
m
b

22

t
i

r
a

n
m
B

w
a

j
a

23

u
l

a
n

g
e

dengan kriteria hasil:

a
h

k
e

d
a

24

d
a

k
o

p
a

n
g

m
p

25

n
k
f

s
u

e
t

i
d

26

s
a

p
i

n
d

t
o

a
l

u
t

e
m

c
e

u
k

k
d

27

n
s

a
n
k
e
k
l
i
e
n

a
g
a
r
d
a
p
a
t

28

m
e
m
b
a
n
t
u
p
r
o
s
e
s
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
f
e
s

29

e
s

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

R Setelah diberikan

Monitor status hidrasi

Untuk mengontrol

e perawatan selama

klien

kebutuhan hidrasi klien

Keperawatan
3.

s selang waktu tertentu


i diharapkan volume

Monitor

k cairan tubuh klien

tanda-tanda

o menjadi stabil kembali

vital

Untuk mengtahui apakah


tekanan darah atau denyut
nadi klien normal atau
tidak

dengan kriteria hasil:


k

Monitor

status nutrisi

klien

Kolaborasika

n pemberian

cairan IV

g
a

u
k
m
e

30

t
s

31

r
u

e
n

e
k
l
i
e

p
u

u
n

32

e
d

e
s
t
i
n
a
l

n
E

s
i

r
a

u
r

33

b
u

a
i

i
e

e
m
b
r
a
n
m
u
k
o
s
a
l
e
m
b
a
b

34

No

Diagnosa

Tujuan

Intervesi

Rasional

Nyeri akut

Setelah dilakukan

Lakukan pengkajian

berkaitan dengan

perawatan selama

nyeri pada pasien

agens cedera

beberapa waktu maka

Gunakan teknik

biologis

di harapkan akan

komunikasi terapeutik

(obstruksi parsial

trjadi penurunan rasa

untuk mengetahui

pada dinding

nyeri dengan kriteria

pengalaman nyeri

usus)

hasil :

klien

Keperawatan
5

Pasien mampu
mengontrol rasa nyeri

Kontrol lingkungan

yang dapat

Pasien dapat

mempengaruhi rasa

mengukur skala nyeri

nyeri

yang di rasakannya

g
e
t

Pilih dan lakukan

Pasien dapat

penanganan nyeri

melaporkan adanya

(farmakologis,

penurunan rasa nyeri

nonfarmakologis dan

Pasien merasa nyaman

interpersonal )
s

setelah nyeri

Kolaborasikan dengan

berkurang

dokter jika ada

e
b

keluhan dan tindakan

nyeri yang tidak

berhasil

a
p
a
p

35

a
r
a
h
n
y
e
r
i
y
a
n
g
d
i
r
a
s
a
k
a
n
k
l
i
e
n

36

agar klien lebih nyaman


untuk berkomunikasi
m
e
n
g
o
n
t
r
o
l
l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
t
e
r
d
e

37

k
a
t
k
l
i
e
n
y
a
n
g
b
e
r
g
u
n
a
u
n
t
u
k
m
e

38

m
i
n
i
m
a
l
i
s
i
r
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
r
a
s
a
n
y

39

e
r
i

berguna agar rasa


nyeri yang di alami
klien dapat berkurang

Ansietas

Setelah di lakukan

Identifikasi tingkat

untuk mengetahui

berkaitan dengan

tindakan keperawatan

kecemasan

seberapa besar kecemasan

penyakit,

selama beberapa

kurangnya

waktu, maka

informasi,

diharapkan akan

rencana

terjadi penurunan

pembedahan

tingkat dengan kriteria prosedur yang akan


dilakukan dan apa
hasil :
Mampu menjelaskan
penyakit yang di
derita
Megungkapkan dan

Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Jelaskan semua

klien terhadap penyakit ini


agar klien dapat merasa
lebih tenang dalam
berkomunikasi dengan
siapapun

yang akan dirasakan


selama prosedur
Temani klien untuk
mengurangi rasa takut

menunjukkan tehnik

Instruksikan klien

untuk menguangi rasa

untuk melakukan

kecemasan

teknik relaksasi

agar pasien tidak merasa


khawatir dengan tindakan
yang akan dilakukan

untuk mengurangi rasa


takut pasien pada tindakan
perawatan yang di lakukan

40

Ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan

agar klien dapat merasa

tingkat aktivitas

lebih tenang dan dapat

menunjukkan

mengontrol rasa cemas

berkurangnya

nya.

kecemasan

41

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hirschsprung atau megakolon merupakan penyakit yangg sering
dijumpai sebagai penyebab obstruksi usus pada neonatus atau bayi baru lahir.
Seorang bayi yang tidak mengeluarkan mekonium setelah selang waktu 24-48 jam
pasca kelahiran perlu di selidiki akan adanya penyakit hirschprung ini. Penyakit
hirschprung ini disebabkan oleh tidak adanya ganglion di dalam usus dan akan
menyebabkan gangguan dan tidak adanya peristaltik di dalam usus sehingga akan
terjadi tidak adanya evakuasi usus secara spontan.

Saran

42

Daftar Pustaka
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Corwin, E. J. (2000). Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC.
Hadi, S. (2002). Gastroenterologi. Bandung: P.T Alumni.
Izadi, M. (2007). Clinical manifestations of Hirschsprungs disease: A 6-year
course review on admitted patients in Guilan, north Province of Iran.
Iranian Cardiovascular Research Journal , 1.
Maulany, R. (1997). Catatan Kuliah Patologi. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). GANGGUAN GASTROINTESTINAL,Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC-NOC
jilid 2. Yogyakarta: MediAction.
Rudolph, A. M. (2007). Buku ajar pediatri Rudolph Edisi 20 Volume 2. Jakarta:
EGC.
Schwartz, M. W. (2005). Pedoman Klinis PEDIATRI. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. d. (2004). Buku Ajar ILMU BEDAH. Jakarta: EGC.
Suddarth, B. &. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Tucker, S. M., Canabbio, M. M., Paquelte, E. V., & Wells, M. F. (1999). STANDAR
KEPERAWATAN PASIEN Volume 4. Jakarta: EGC.

Parisi, M. A. 2010. Hirschsprung Disease Overview. National Institutes of Health.


Maryland. http:// www. ncbi . nlm. nih. gov/ books/NBK1439/# hirschsprungov.REF.parisi.2000.610. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2016

43

Anda mungkin juga menyukai