PENYAKIT HIRSPRUNG
DISUSUN OLEH :
KEBIDANAN TINGKAT II
mana dengan karunianya kami insaallah dapat membuat makala ini yang berjudul
serta bermanfaat bagi kita semua. Serta kami tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami sehingga makalah inni
dapat terselesaikan. Dan juga kami berterimakasih kepada teman-teman karena telah
Saran dan kritik selalu kami harapkan dari anda semua, untuk menambah
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
A. Tinjauan Teori
2.1 Pengertian...............................................................................................
2.2 Etiologi...................................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala...................................................................................
2.4 Patifisiologi............................................................................................
2.5 komplikasi..............................................................................................
2.6 penatalaksanaan.....................................................................................
2.7 Tehnik Operasi.......................................................................................
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pasien...........................................
BAB IV PEMBAHASAN
Kesenjangan Teori dengan ..............................................................................
BAB V PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1888 Hirschsprung melaporkan dua kasus bayi meninggal dengan
perut gembung oleh kolon yang sangat melebar dan penuh massa feses. Penyakit ini
sebagai penyebab obstruksi usus pada neonatus. Pada penyakit ini pleksus
mienterikus tidak ada, sehingga bagian usus yang bersangkutan tidak dapat
mengembang.
enterik dan ditandai oleh tidak adanya sel ganglion pada kolon distal sehingga
gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah dilahirkan. Meskipun enema
buruk dan membuat anastomosis ke rektum distal dengan usus yang memiliki inervasi
Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari setiap 5.000 bayi yang lahir dan ini
berhubungan pada 1 sampai dengan 4 dari obstruksi usus pada bayi baru lahir.
Referensi lain mengatakan bahwa penyakit ini terjadi pada 1 dari 1500 hingga 7000
bayi baru lahir. Di Amerika Serikat penyakit ini terjadi kurang lebih pada 1 kasus
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil,
maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung.
Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit Hirschprung yang dirujuk setiap tahunnya
880 kasus yang diteliti adalah laki-laki, dengan perbandingan 3:1 sampai 5:1.
yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan
kelainan urologi.
I.3 Tujuan
ISI
A. Tinjauan Teori
2.1 Pengertian
Suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus yang dimulai dari sfingter ani
internal kearah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai
rectum. Juga dikatakan sebagai suatu kelainan congenital di mana tidak terdapatnya
sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon. Keadaan abnormal tersebut
yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltic dan evakuasi usus secara spontan,
sfingter rectum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses
secara spontan, kemudian dapat menyebabakan isi usus terdorong ke bagian segmen
yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut
2.2 Etiologi
terbentuknya panjang terminal aganglionik usus besar yang bervariasi. Pada semua
kasus, sel-sel ganglion hilang pada hubungan anorectal, pada hampir semua kasus,
rectum dan kadang-kadang sebagian sigmoid juga tetap tidak dipersarafi. Penyakit
sejak lahir.
a) setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada
b) tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
c) perut menggembung
d) muntah
g) malabsorbsi.
Gambar 1. Foto pasien penderita Hirschsprung berusia 3 hari. Terlihat abdomen sangat
distensi dan pasien kelihatan menderita sekali.
Pada anak :
e) Hipoalbuminemia
Kasus yang lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian hari. Pada anak
yang lebih besar, gejalanya adalah sembelit menahun, perut menggembung dan
gangguan pertumbuhan.
2.4 Patofisiologis
parasimpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik mengakibatkan
peristaltic abnormal sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi Tidak adanya ganglion
Karena sel ganglion tersebut bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestinal
(rectum) kondisi ini akan memperluas hingga proksimal dari anus. Semua ganglion
pada intramural plexus dalam usus berguna untuk control kontraksi dan relaksasi
peristaltic secara normal.Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul
dibagian proksimal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut
melebar ( megacolon).
2.5 Komplikasi
Beberapa dapat mengalami diare, tetapi setelah beberapa waktu feses akan menjadi
lebih padat. “toilet training” dapat mengambil waktu lama karena beberapa anak-
membantu. Makan makanan tinggi serat juga dapat membantu pada diare dan
konstipasi.
Anak juga berada pada resiko peningkatan enterokolitis dalam kolon atau
usus halus setelah operasi. Waspadalah pada gejala dan tanda dari enterocolitis, dan
a) Demam
b) Perut kembung
c) Muntah
d) Diare
e) Perdarahan dari rectum
a) Obstruksi usus
b) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c) Konstipasi
d) Gawat pernafasan ( akut )
e) Enterokolitis atau radang usus halus dan usus besar (akut)
f) Striktura ani atau penyempitan usus (pasca bedah)
g) Inkontinensia atau ketidakmampuan untuk menahan buang air besar
( jangka panjang)
2.6 Penatalaksanaan
a) Medis
b) Keperawatan
Hirschsprung ini telah pula diperkenalkan, mula-mula oleh Swenson dan Bill (1946)
abses pelvik dan kebocoran anastomose, maupun komplikasi lanjut berupa obstipasi,
operasi tarik terobos (pull-through) sebagai tindakan bedah definitif pada penyakit
dengan preservasi spinkter ani. Dengan meninggalkan 2-3 cm rektum distal dari linea
pengamatan pasca operasi masih sering dijumpai spasme rektum yang ditinggalkan.
Oleh sebab itu Swenson memperbaiki metode operasinya (tahun 1964) dengan
untuk tindakan bedah pada malformasi anorektal letak tinggi. Namun oleh Soave
tahun 1966 diperkenalkan untuk tindakan bedah definitif Hirschsprung. Tujuan utama
dari prosedur Soave ini adalah membuang mukosa rektum yang aganglionik,
kemudian menarik terobos kolon proksimal yang ganglionik masuk kedalam lumen
Prinsip dasar prosedur ini adalah menarik kolon proksimal yang ganglionik ke
arah anal melalui bagian posterior rektum yang aganglionik, menyatukan dinding
posterior rektum yang aganglionik dengan dinding anterior kolon proksimal yang
Prosedur ini tidak lain berupa deep anterior resection, dimana dilakukan
anastomose end to end antara usus aganglionik dengan rektum pada level otot levator
ani (2-3 cm diatas anal verge), menggunakan jahitan 1 lapis yang dikerjakan
secara rutin guna mencegah stenosis Namun hingga saat ini, belum ada satupun
parameter atau sistem penilaian fungsi anorektal yang diterima secara universal guna
adalah kemampuan untuk menahan defekasi sehingga diperoleh tempat dan waktu
yang tepat untuk defekasi (Heij dkk,1995). Kartono mengusulkan empat katagori
berulang) tanpa membuat skala sehingga tidak dapat dipakai untuk menilai derajat
1. Pengkajian Kebidanan
Pada pengkajian anak dengan penyakit hirschrung dapat ditemukan tanda dan
dalam waktu 24-28 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau, dan konstipasi. Pada
karena faktor genetis dan faktor lingkungan. Penyakit ini dapat muncul pada semua
usia akan tetapi paling sering ditemukan pada neonates. Pada perkusi adanya
kembung, apabila dilakukan colok anus, feses akan menyemprot. Pada pemeriksaan
aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, maka termasuk tipe hischprung
segmen pendek dan apabila segmen aganglionosis melebihi sigmoid sampai seluruh
kolon maka termasuk tipe hischprung segmen panjang. Pemeriksaan biopsy rectal
anorektal digunakan untuk mencatat respons refluks sfingter internal dan eksternal.
Diagnosis atau masalah kebidanan yang terjadi pada anak dengan penyakit
Prapembedahan
1. Konstipasi
Pascapembedahan
1. Nyeri
2. Resiko infeksi
Prapembedahan
Konstipasi
Terjadinya masalah konstipasi ini dapat di sebabkan oleh obstuksi, tidak adanya
ganglion pada usus. Rencana tindakan kebidanan yang dapat dilakukan adalah
dengan harapan feses yang keluar menjadi lembek dan tanpa adanya retensi.
Tindakan:
2. Berikan spoling dengan air garam fisiologis bila tidak ada kontra-indikasi
Tindakan:
Dapat timbul dengan adanya perubahan statusa nutrisi seperti penurunan berat
badan, turgor kulit menurun, serta asupan yang kurang, maka untuk mengatasi
Tindakan:
4. Lakukan pemberian nutrisi dengan tinggi kalori, tinggi protein, dan tinggi sisa.
seperti gawat pernapasan akut dan enteroklotis. Untuk mengatasi cedera atau injuri
Tindakan:
1. Pantau tanda vital setiap 2 jam (kalau perlu).
enteroklotis.
distensi abdomen.
Pascapembedahan
Nyeri
Masalah nyeri yang di jumpai pada pascapembedahan ini dapat disebabkan karena
efek dari insisi, hal ini dapat ditujukan dengan adanya tanda nyeri seperti ekspresi
Tindakan:
2. Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung (back rup),
sentuhan
Risiko Infeksi
Dapat disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk melalui insisi daerah
pembedahan.
Tindakan:
1. Monitor tempat insisi
mikroorganisme.
risiko komplikasi pascapembedahan pada penyakit ini seperti adanya striktur ani,
adanya perforasi, obstruksi usus, kebocoran dan lai-lain. Rencana yang dapat
Tindakan:
KASUS
1. Pengkajian
2. Data Fokus
HIRSCHPRUNG
No register :
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien :
Umur : 2 hari
PB : 50 cm
Anak ke :2
Identitas ibu : Identitas Ayah :
2. Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa bayinya belum pernah BAB, dan
- Makanan : 3X sehari
- Jamu : Tidak komsumsi
- Anak:
Lama Persalinan :
Kala I : 12 jam Kala II : 1 jam Kala III: 30 menit Kala IV: 2jam
DATA OBJEKTIF
Kebutuhan
1.Intake
Jenis : ASI
2.Eliminasi
Miksi :
Mekonium : Belum
Antropometri :
BB : 2700 gram
PB : 50 cm
LK : 34cm
LD : 33cm
Pemeriksaan Umum
3. Suhu : 36,6 0C
4.Bunyi jantung
Respirasi : 40 x/m
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
2. Mata
Bentuk : simetris
3. Hidung
Bentuk : simetris
4. Mulut
Bibir : Lembab
Palatum : ada
5. Telinga
Bentuk : simetris
6. Leher
Pergerakkan : ada
7. Dada
Letak : simetris
8. Abdomen
Kembung : ada
9. Genetalia
Anus : ada
Gerakan : aktif
Bentuk : simetris
Jumlah : lengkap
Warna : kemerahan
Reflek
Moro :+
Rooting :+
Walking :+
Babinski :+
Graphing :+
Suching :+
Tonick neck :+
ASSESMENT / DIAGNOSA
PLANNING
2. Jelaskan tentang pengobatan yang harus segera dilakukan pada bayi yaitu
kolostomi.
kolostomi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus ditemukan bahwa bayi Ny. Leni menderita penyakit hirsprung,
tanpa ada faktor genetik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan bayi Ny.
Leni untuk dapat menderita penyakit tersebut. Padahal menurut teori yang telah
diteliti para ilmuan penyebab penyakit hirsprung adalah faktor genetik.
4.2 Pembahasan
usus yang dimulai dari sfingter ani internal kearah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rectum. Penyakit hisprung merupakan keturunan
karena penyakit ini merupakan penyakit bawaan sejak lahir. Hal ini diakibatkan oleh
karena terhentinya migrasi kraniokaudal dari sel krista neuralis di daerah kolon distal
pada minggu ke lima sampai minggu ke dua belas kehamilan untuk membentuk
sistem saraf usus. Aganglionik usus ini mulai dari spinkter ani interna kearah
proksimal dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-
tidaknya sebagian rektum dengan gejala klinis berupa gangguan pasase usus
Sel-sel krista neuralis berasal dari bagian dorsal neural tube yang kemudian
struktur termasuk sistim saraf perifer, sel-sel pigmen, tulang kepala dan wajah serta
saluran saluran pembuluh darah jantung. Sel-sel yang membentuk sistim saraf
intestinal berasal dari bagian vagal krista neuralis yang kemudian melakukan migrasi
ke saluran pencernaan. Sebagian kecil sel-sel ini berasal dari sakral krista neuralis
untuk ikut membentuk sel-sel saraf dan sel-sel glial pada kolon. Selama waktu
migrasi disepanjang usus, sel-sel krista neuralis akan melakukan proliferasi untuk
disebut ganglia yang tersusun atas sel-sel ganglion yang berhubungan dengan sel bodi
saraf dan sel-sel glial. Ganglia ini kemudian membentuk dua lingkaran cincin pada
stratum sirkularis otot polos dinding usus, yang bagian dalam disebut pleksus
(Fonkalsrud,1997).
menuju saluran gastrointestinal bagian atas dan selanjutnya meneruskan kearah distal.
Pada minggu ke lima kehamilan sel-sel saraf tersebut akan mencapai esofagus, pada
minggu ke tujuh mencapai mid-gut dan akhirnya mencapai kolon pada minggu ke dua
belas. Proses migrasi mula pertama menuju ke dalam pleksus Auerbachi dan
pada proses migrasi sel-sel kristaneuralis ini maka akan menyebabkan terjadinya
(Fonkalsrud,1997).
Berdasar pada segmen kolon yang aganglionik, penyakit Hirschsprung dibagi
menjadi Hirschsprung short segmen bila segmen aganglionik tidak melebihi batas
atas sigmoid (S-HSCR, 80% kasus) dan Hirschsprung long segmen bila segmen
aganglionik melebihi sigmoid (L-HSCR, 20% kasus), (Holschneider dan Ure, 2005;
Pada tahun 1994 ditemukan dua gen (turunan) yang berhubungan dengan
kejadian penyakit Hirschsprung yaitu RET (receptor tyrosin kinase) dan EDNRB
(endothelin receptor B). Interaksi antara EDN-3 dan EDNRB sangat penting untuk
perkembangan normal sel ganglion usus. Pentingnya interaksi EDN-3 dan EDNRB
dengan jelas. Baik EDN-3 maupun EDNRB keduanya ditemukan pada sel mesenkim
usus dan sel neuron usus, dan ini memperkuat dugaan bahwa EDN-3 dan EDNRB
dapat mengatur regulasi antara krista neuralis dan sel mesenkim usus yang diperlukan
Hirschsprung adalah Glial cell line Derived Neurothrophic Factor (GDNF), Neurturin
(NTN), Endotelin Converting Enzym 1, SOX 10 dan SIP 1 (Amiel dan Lyonnet,
2001). Sehingga dengan adanya kelain pada kedua gen tersebut dapat menjadi
Kembali lagi pada latar belakang penyakit, angka kejadian yang paling
banyak terjadi pada penderita penyakit hirsprung adalah laki-laki, dan bayi Ny.Leni
berjenis kelamin laki-laki. Karena wanita lebih cenderung memiliki segmen
pada bayi Ny. Leni adalah hal tersebut. Selain itu dapat dikaji lebih dini keadaan bayi
Ny. Leni, apakah menderita sindrom down atau tidak. Karena Sindrom Down
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
yang dimulai dari sfingter ani internal kearah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rectum. Disebabkan oleh tidak terdapatnya sel
Keturunan karena penyakit ini merupakan penyakit bawaan sejak lahir. Pada bayi
a) setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada
b) tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
c) perut menggembung
d) muntah
g) malabsorbsi.
1. Prosedur Swenson
2. Prosedur Soave
3. Prosedur Duhamel
4. Prosedur Rehbein
a) Obstruksi usus
b) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c) Konstipasi
d) Gawat pernafasan ( akut )
e) Enterokolitis atau radang usus halus dan usus besar (akut)
f) Striktura ani atau penyempitan usus (pasca bedah)
g) Inkontinensia atau ketidakmampuan untuk menahan buang air besar
( jangka panjang)