Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saluran pencernaan adalah sekumpulan alat-alat tubuh yang berfungsi menerima
makanan dan minuman, mencernanya menjadi nutrien, menyerap serta mengeluarkan
sisa-sisa proses tersebut. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai dubur yang
panjangnya mencapai kurang lebih 10 meter. Saluran pencernaan mulai dari mulut,
gigi, lidah, lambung, usus dampai ke dubur. Sistem pencernaan adalah organ yang
seringkali mudah terkena gangguan sehingga timbul berbagai masalah penyakit
pencernaan.
Penting bagi bidan untuk mampu menerapkan asuhan kebidanan yang telah di
pelajari. Setelah mempelajari bab bab sebelumnya. Maka pembahasan kita kali ini
mengenai asuhan keperawatan hirscchprung yang terjadi pada anak. Dari pembahasan
ini mahasiswa atau pembaca pada umumnya mendapat gambaran tentang pokok
pokok tindakan keperawatan yang diberikan pada penderita hirschprng.
Pada tahun 1888 (herald hirschprung hidup pada tahun 1830-1916), ahli penyakit
anak asal Denmark melaporkan dua kasus bayi meninggal dengan perut kembung
oleh kolon yang sangat melebar dan penuh massa feses, penyakit ini kemudian
dinamakan dengan Hirschsprung. Penyakit ini disebut juga dengan megakolon
kongenitum dan merupakan kelainan yang sering ditemukan sebagai salah satu
penyebab obstruksi usus pada neonates. pada penyakit Hirschsprung tidak ditemukan
pleksus mienterik atau pleksus di lapisan otot dinding usus (plexus myentericus =
Auerbach), akibatnya bagian usus yang terkena tidak dapat mengembang.
Setiap anak yang mengalami konstipasi sejak lahir, tanpa mempertimbangkan
usia, dapat menderita penyakit Hirschprung. Penyakit ini timbul pada neonates baik
sebagai obstruksi usus besar atau timbul kemudian sebagai konstipasi kronik.
Penyakit ini sebagaian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan
kelainan bawaan tunggal.Kelainan ini jarang sekali ditemukan pada anak premature
atau disertai dengan kelainan bawaan lain (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,
1996). Behrman (1996) menyebutkan bahwa penyakit Hirschsprung
mungkindibarengi dengan cacat bawaan lain, termasuk Sindrom Down, Sindrom
Laurence-Moon-barbe-Bieldi, sindrom Wardenbrug, dan kelainan kardiovaskuler.
Prognosis penyakit Hirschsprung yang diterapi dengan bedah umumnya
memuaskan, sebagian besar penderita berhasil mengeluarkan feses
(kontinensia).Masalah setelah pembedahan yang dapat ditemukan adalah enterokolitis
berulang, striktur, prolapse, abses perianal, dan pengotoran feses.
Pembahasan ini mengajak anda untuk memahami asuhan keperawatan anak
dengan Hirschprung. Kegiatan belajar ini dirancang agar anda lebih muda memahami
asuhan keperawatan anak dengan Hischprung, sehingga dapat bermanfaat dalam
situasi nyata.Paparan berikut ini menyuguhkan beberapa implikasi teoretis yang
disertai hal-hal lain yang tetap terkait dengan Hischprung, sehingga anda dapat
mempelajarinya secara mandiri. Setelah menyelesaikan ini, anda diharapkan
mempunyai wawasan yang mantap mengenai apa yang dimaksud dengan asuhan
keperawatan Hirschprung.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan bagi mahasiswa mempunyai pengetahuan mengenai penyakit hisprung
padaBayi Baru Lahir.
2. Tujuan Khusus
a. menjelaskan mengenai penyakit Hisprung
b. untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Hisprung
c. untuk mengetahui komplikasi penyakit Hisprung
d. untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan nutrisi yang diperlukan bagi penderita
hisprung
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Laporan Pengelolaan Kasus ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kebidanan tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir patologis

2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
Hasil pengelolaan kasus menambah pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan hisprung serta sebagai referensi
dalam menambah ilmu pengetahuan.
a. Bagi penulis
Hasil pengelolaan kasus ini diharapkan agar mahasiswa mengetahui
apa yang dimaksud dengan Bayi Baru Lahir dengan hisprung,
Asuhan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir dengan hisprung,
mengetahui ciri-ciri Bayi Baru Lahir dengan hisprung dan
penangananya.
b. Bagi bidan praktik mandiri
Hasil pengelolaan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang berguna tentang Asuhan Kebidanan bayi baru lahir
padaBy.Ny.m usia 2 hari dengan suspect Hisprung.menerapkan
manajemen kebidanan 7 Langkah Varney di bidan praktik mandiri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi hisprung
Hirschprung (megakolon/aganglionic congenital) adalah anomali kongenital yang
mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian usus.
Hisprung merupakan keadaan tidak ada atau kecilnya sel saraf ganglion parasimpatik
pada pleksus meinterikus dari kolon distalis. Daerah yang terkena dikenal sebagai
segmen aganglionik (Sodikin, 2011)
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan kongenital yang disebabkan oleh
obstruksi mekanis dari motilitas atau pergerakan bagian usus yang tidak adekuat.
Penyakit hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak
mampunyai spinkter rektum berelaksasi.
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketiadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan.
(Cecily Lynn Betz, 2009)
Penyakit hisprung atau mega kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus dan kebanyakan terjadi pada bayi term dengan
berat lahir ± 3kg, lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.
Hirschsprung (megakolon atau aganglionik kongenital) adalah anomali kongenital
yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian
usus. Penyakit Hirschprung merupakan ketiadaan (atau, jika ada, kecil) saraf ganglion
parasimpatik pada pleksus meinterikus kolon distal. Daerah yang terkena dikenal
sebagai segmen aganglionik (Sodikin, 2011).
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus
yang dimulai dari sfingter ani internal kearah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai suatu kelainan
kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach
di kolon. Keadaan upnormal tersebut yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, sfingter rektum tidak dapat berileksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat
menyebabkan isi usus terdorong kebagian sekmen yang tidak ada ganglion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal (A.Aziz Alimul Hidayat, 2006).

B. Etiologi
1. Penyebab penyakit hisprung belum diketahui. Namun, kemungkinan ada
keterlibatan faktor genetik. Anak laki-laki lebih banyak terkena penyakit hisprung
dibandingkan anak perempuan (4:1). (Sodikin, 2011)
2. Mungkin karena kegagalan sel-sel krista naturalis untuk bermigrasi ke dalam
dinding usus suatu bagian saluran cerna bagian bawah termasuk kolon dan rektum.
Akibatnya tidak ada ganglion parasimpatis (aganglion) di daerah tersebut, sehingga
menyebabkan peristaltik usus menghilang sehingga profulsi feses dalam lumen
terlambat serta dapat menimbulkan terjadinya distensi dan penebalan dinding kolon
di bagian proksimal sehingga timbul gejala obstruktif usus akut, atau kronis
tergantung panjang usus yang mengalami aganglion.
C. Klasifikasi
Hirschpung dibedakan berdasarkan panjang segmen yang terkena, hirschprung
dibedakan menjadi dua tipe berikut :

1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan
70% kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum, insidenya 5 kali
lebih besar pada laki-laki dibanding wanita dan kesempatan bagi saudara laki-laki
dari penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dalam 20.
2. Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat
menyerang seluruh kolon atau sampai usus halus. Anak laki-laki dan perempuan
memiliki peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis
kelamin (Sodikin, 2011)

D. Tanda dan Gejala


Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama pada hirshprung, dan bayi baru lahir
dapat merupakan gejala obstruksi akut. Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan
Mekonium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi
cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen.
Tiga tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat
keluar (>24jam), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Pada neonatus,
kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau
bahkan lebih mungkin menandkan terdapat obstruksi rektum dengan distensi
abdomen progresif dan muntah; sedangkan pada anak lebih besar kadang-kadang
ditemukan keluhan adanya diare atau anterokolitis kronik yang lebih menonjol
daripada tanda-tanda obstipasi.
Terjadinya diare yang berganti ganti dengan konstipasi merupakan hal yang tidak
laim. Apabila disertai dengan komplikasi enterokolitis, anak akan mengeluarkan feses
yang bear dan mengandung darah serta sangat bau, dan terdapat peristaltic dan
bisingusus yang nyata.
Sebagaian besar dapat ditemukan pada minggu pertama kehidupan, sedangkan
yang lain ditemukan sebagai kasus konstipasi kronik dengan tingkat keparahan yang
meningkat sesuai dengan pertumbuhan umur anak. pada anak yang lebih tua
biasanyaterdapat konstipasi kronik disertai anoreksia dan kegagalan
pertumbuhan. (Sodikin, 2011)
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah
dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan
yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare,
distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pada colok dubur
merupakan tanda yang khas.
Gejala Penyakit Hirshprung menurut Cecily Lynn Betz, 2009 :
1. Masa neonatal (baru lahir-11bulan)
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 - 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum (Menyusu)
d. Distensi abdomen
2. Masa Bayi dan anak - anak (1-3 tahun)
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Adanya masa difecal dapat dipalpasi.
f. Gagal tumbuh.
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.

E. Patofisiologi
Istilah kongenital aganglion megakolon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding submukosa colon distal.
Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan ke abnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus konstan serta spinkter
rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada megakolon. (Cecily Lynn
Betz, 2009)
Semua ganglion pada intramural pleksus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
kolon tersebut melebar.
ASKEB TEORI

Pengkajian Data

a. Data Subjektif
1) Identitas
Menurut Nursalam (2009), data subjektif meliputi :
a) Nama :
Untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar bayi yang
dimaksud
b) Umur :
Untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis bayi
tersebut normal sesuai dengan umur
c) Jenis kelamin :
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai
buku, penyakit-penyakit seks(seks linkes)
d) Alamat :
Untuk memudahkan komunikasi jika terjadi hal-hal yang gawat,
atau hal lain yang dibutuhkan, serta untuk kepentingan
kunjungan rumah jika diperlukan
e) Nama orang tua :
Agar tidak terjadi kekeliruan dengan orang lain
f) Umur orang tua :
Untuk menambah kekuatan data yang diperoleh serta dapat
ditemukan pola pendekatan dalam anamnesis
g) Agama :
Untuk mendapatkan identitas serta untuk mengetahui perilaku
seseorang tentang kesehatan dan penyalit yang sering
berhubungan dengan agama dan suku bangsa
h) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuan
i) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat social ekonomi orang tua
berhubungan dengan kemampuan dalam mencakup kebutuhan
nutrisi
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa sudah 2 hari bayinya belum BAB, , dan
perut membuncit serta.Ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya
3) Riwayat Kehamilan
Berisi riwayat kehamilan ibu yang dimulai sejak trimester 1 hingga
sebelum ibu datang inpartu, yang meliputi : hamil keberapa, umur
kehamilan, ANC, HPHT dan HPL (Prawirohardjo, 2010)
4) Riwayat Persalinan
Berisi riwayat proses persalinan ibu yang meliputi keadaan bayi saat
lahir (jam dan tanggal), penolong, tempat, cara spontan atau tidak
serta keadaan bayi saat lahir (Prawirohardjo, 2010).
5) Riwayat kesehatan ini
Menurut Nursalam (2009), mengkaji kondisi bayi untuk
menenetukan pemeriksaan disamping alasan datang. Pada bayi
dengan hisprung bayi terlihat perut kembung bahwa sudah 2 hari
bayinya belum BAB.
Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2009).

Data objektif terdiri dari


1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Menurut Hidayat dan Uliyah (2010), pemeriksaan keadaan
umum dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan bayi.
Menurut Sihombing (2013), keadaan umum pada bayi dengan
hisprung umumnya lemah.
b) Tingkat Kesadaran
Menurut Hidayah dan Uliyah (2010), pemeriksaan ini bertujuan
untuk menilai status kesadaran anak meliputi tingkat kesadaran
menangis.
c) Denyut jantung
Menurut Hidayah dan Uliyah (2010), pemeriksaan denyut
jantung dilakukan untuk menilai apakah bayi mengalami
gangguan sehingga jantung dalam keadaan tidak normal.Denyut
jantung dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160
kali per menit.
d) Suhu
Menurut Hidayat dan Uliyah (2010), pemeriksaan suhu aksila
untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan hipotermi atau
hipertermia. Dalam kondisi normal suhu bayi berkisar antara
36,5-37,5 °c. menurut Rati (2008).
e) Respirasi
Menurut Hidayat dan Uliyah (2010), pemeriksaan frekuensi
napas dilakukan dengan menghitung napas rata-rata pernapasan
dalam satu menit.Napas bayi baru lahir dikatakan normal
apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit.
2) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan antropometri menurut Hidayat dan Uliyah (2010)
a) Lingkar kepala : batas normal 33-35 cm
b) Lingkar dada : batas normal 30-33 cm
c) Berat badan : batas normal 2500-3500 gram
d) Panjang badan : batas normal 45-50 cm
3) Apgar Score
Menurut Hidayat dan Uliyah (2010), riwayat khusu apgar score
yang dinilai antara lain :
a) Denyut jantung dengan batas normal 100-160 kali per menit
b) Pernafasan dengan batas normal 30-60 kali per menit
c) Tonus otot dengan batas normal bayi dapat bergerak normal dan
aktif
d) Reaksi pengisapan dengan batas normal adalah dapat
menghisap dengan baik pada saat menetek atau pada saat
pemeriksaan fisik
e) Warna kulit dengan batas normal adalah kemerahan dan tidak
kebiru-biruan atau pucat.
4) Pemeriksaan fisik
Menurut Hidayat dan Uliyah (2010), pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistemis yang dimulai dari kepala sampai kaki (head to toe).
a) Mulut
Pemeriksaan mulut untuk mengetahui ada atau tidak ada
labiopalatokizis (Hidayat dan Ulayah, 2010).
b) Hidung
Pemeriksaan hidung untuk mengetahui ada atau tidak adanya
benjolan, bersih atau tidak (Hidayat dan Uliyah, 2010).
c) Abdomen
Untuk mengetahui tali pusat terbungkus kasa steril atau tidak,
kering atau basah, ada kemerahan atau tidak , bengkak atau
tidak (Hidayat dan Uliyah, 2010), pada kasus hisprung
Membuncit,perut teraba keras,kembung.
d) Punggung
Pemeriksaan punggung untuk mengetahui ada atau tidaknya
spina bifida (Hidayat dan Uliyah, 2010).
e) Ekstermitas
Untuk mengetahui kelengkapan ekstermitas kanan dan kiri,
bawah kanan dan kiri serta kelengkapan jari-jari tengan dan
kaki (Hidayat dan Uliyah, 2010).
f) Genetalia
Laki-laki : testis sudah turun atau belum
Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora
atau belum (Hidayat dan Uliyah, 2010)
g) Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresiaani
(Hidayat dan Uliyah, 2010), pada kasus ini terdapat lubang
anus, tetapi meconium belum keluar
5) Pemeriksaan reflek
a) Reflek morro
Reflek morro pada bayi dengan hisprungbaik
b) Reflek grasping
Reflek grasping pada bayi dengan hisprung baik
c) Reflek rooting
Reflek rootig pada bayi dengan hisprung baik
d) Reflek sucking
Reflek sucking pada bayi dengan hisprung biasanya lemah,
karena bayi mengalami kesulitan untuk minum ASI
e) Reflek tonik neck
Reflek rootig pada bayi dengan hisprung baik
6) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk kasus bayi dengan hisprung ini belum
dilakukan
1. Interpretasi Data
Pada langkah ini melaksanakan identifikasi yang benar terhadap
masalah atau diagnose dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik (Varney, 2007).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi stndar nomenklatur diagnose
kebidanan (Varney, 2007).
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil atau menyertai diagnose bidan membutuhkan
penanganan (Varney, 2007). Masalah-masalah yang sering dijumpai pada
bayi dengan hisprung adalah gangguan sistem pencernaan karena bayi
belum BAB.
c. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnose dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data
(Varney,2007). Kebutuhan-kebutuhan yang harus diberikan pada bayi
baru lahir dengan hisprung adalah pemberian cairan nutrisi elektrolit.
2. Diagnosa potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan
diagnose atau masalah yang sudah teridentifikasi (Vaney, 2007). Pada kasus
bayi baru lahir dengan hisprung diagnose potensialnya adalah terjadinya
hipotermia, Striktura ani (pasca bedah), inkontinensia (jangka panjang). (Rati,
2008).
3. Kebutuhan/Tindakan segera
Antisipasi untuk kasus hisprung menurut Rati (2008) antara lain :
a. Melakukan rujuk ke RS
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPA
4. Intervensi (perencanaan asuhan kebidanan)
Menurut iswanto (2012), perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan hisprung antara lain :
a. Beritahu kepada ibu kondisi bayinya sesuai hasil pemeriksaan
b. Lakukan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c. Beritahu ibu bahwa bayinya akan dipasang infus
d. Beritahu ibu bahwa bayinya akan dirujuk
e. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
c. Implementasi (pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan)
Langkah ini adalah pelaksanaan dari asuhan menyeluruh.
Penatalaksanaan manajemen yang efesien akan meningkatkan waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2007). Pelaksanaan
disesesuaikan dengan rencana yang sudah disusun.
d. Evaluasi
Dari hasil asuhan yang diberikan, diharapkan keadaan bayinya
baik,dalam kasus By.Ny.m usia 1 hari dengan suspect Hisprungdapat
diberikan atau dilaksanakan sehingga hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai semua tindakan yang kita berikan
apakah sudah sesuai dengan yang dibutuhkan ibu dan juga menilai keadaan
ibu.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI


BY.NY. C USIA 2 HARI DENGAN HISPRUNG
DI KLINIK MUTIARA MAHAKAM
SAMARINDA

No.RM : 01020304 Tempat Pengkajian : klinik


Nama Pengkaji : Septy Tanggal/Pukul pengkajian :

I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
 Identitas bayi
Nama : By.Ny C
Usia : 2 Hari
Tanggal/pukul lahir : 09 des 2018
Jenis kelamin : laki-laki
BB/PB lahir : 2900 gr / 49 cm
Anak ke- :1
 Identitas orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. C Nama : Tn. k
Usia : 23 tahun Usia : 25 tahun
Agama : islam Agama : islam
Suku : banjar Suku : banjar
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Jln. pemuda Alamat :jl pemuda
No.Hp : 08080 No.Hp :080902

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan usia bayinya 2 hari, dan ibu merasa cemas karena bayinya
Rewel belum BAB dan perutnya membuncit

3. Riwayat kehamilan
 G1P0A0
 UK : 39 minggu
 Kunjungan ANC : teratur/tidak, frekuensi 7 kali
 Obat yang dikonsumsi selama hamil : folamil
 Kebiasaan ibu selama hamil : senam hamil
 Riwayat komplikasi kehamilan : tidak ada

4. Riwayat proses persalinan


 Usia kehamilan : 39 minggu
 Kehamilan tunggal/kembar : tunggal
 Lama persalinan kala I : 8 jam , kelainan :
 Lama persalinan kala II : 5 menit, kelainan :
 Air ketuban
Ketuban pecah : 1 jam sebelum lahir
Jumlah : 500 cc
Warna : jernih
Bau : khas
 Letak bayi : Letkep
 Jenis persalinan : spontan
Indikasi
 Obat yang diberikan selama : oksitosin
Persalinan
 Tanda gawat janin sebelum lahir : tidak ada
 BB lahir : 2900 gr
 PB lahir : 49 cm
 Lingkar dada : 30 cm
 Lingkar kepala : 32 cm
 APGAR SCORE : 8/9
 Menyusui pertama kali : segera setelah lahir
 Resusitasi : tidak dilakukan
 Obat-obatan yang diberikan : vit k , salep mata
 Imunisasi : hb 0
5. Riwayat kesehatan ini
 Keadaan umum : baik
 Diagnosa medis :hisprung

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum :
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital
 Denyut jantung : 130 x/menit
 Suhu : 36,3oC
 Respirasi : 45 x/menit
2. Pemeriksaan antropometri
a. Panjang badan : 49 cm
b. Berat badan : 2900 g
c. Lingkar kepala : 32 cm
d. Lingkar dada : 30 cm
e. Lingkar perut : 34 cm
f. LILA : 11 cm
3. APGAR SCORE : 8/9
4. Resusitasi
a. Penghisapan lendir : Tidak Rangsangan : Tidak
b. Ambu : Tidak Lamanya : menit
c. Massage jantung : Tidak Lamanya : menit
d. Intubasi endotracheal : Tidak Nomor :
e. Oksigen : Tidak Lamanya : menit
f. Terapi : Tidak
g. Keterangan : Tidak
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : simetris tumbuh rambut berwarna hitam, tidak ada
kelainan
b. Wajah : simetris, tampak pucat
c. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
d. Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
e. Mulut : simetris, bibir tampak lembab
f. Telinga : simetris, tidak terdapat serumen
g. Leher : simetris, pergerakan tonic nek
h. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
i. Abdomen : simetris, teraba keras dan kembung
j. Genetalia : jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi labia
minora
k. Punggung : simetris, tidak ada kelainan tulang punggung
l. Anus : terdapat lubang anus
m. Ektremitas : atas dan bawah : tidak terdapat polidaktili dan sindaktili
dan pergerakan bebas
n. Reflek
 Morro :+
 Rooting :+
 Sucking :+
 Swallowing :+
 Grasping :+
 Tonic neck :+
 Babinski :+
 Blinking :+
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


a. Diagnosa kebidanan
By.Ny C usia 2 hari dengan Hisprung
b. Masalah
Bayi rewel, perut membuncit, belum BAB
c. Kebutuhan
Memberikan nutrisi

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL & ANTISIPASI


bayi baru lahir berpotensi terjadinya Hipotermi, striktura ani (pasca bedah),
inkontinensia(jangka panjang)
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN/TINDAKAN SEGERA
Rujuk ke Rumah Sakit, dan kolaborasi dengan Dokter spesialis Anak
V. INTERVENSI
 Tanggal/pukul :
 Diagnosa : hisprung
 Kriteria hasil : Bayi : ibu berharap bayinya sehat

 Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini
R/ agar ibu mengetahui kondisi bayinya saat ini
2. Beritahu ibu untuk tetap menyusui banyi nya dengan cara setelah
menyusui bayinya tidak boleh langsung dibaringkan
R/ ibu bersedia dan akan melakukannya
3. Lakukan Pemantauan tanda-tanda vital bayi memantau setiap 2 jam untuk
mengetahui keadaan bayi
R/ Bidan telah melakukan observasi tiap 2 jam sekali
4. Berikan infuse RL 18 Tpm
R/ infuse sudah terpasang
5. Beri inform consent kepada orang tua bayi untuk dilakukan rujukan
R/ ibu telah menandatangani inform consent
6. Lakukan rujukan ke rumah sakit yang fasilitasnya lengkap dan memadai
R/ bayi telah di rujuk

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal/pukul :
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini berdasarkan hasil
pemeriksaan bahwa kondisi bayi baik.
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 130 x/menit
Suhu : 36,3oC
Respirasi : 45 x/menit
Abdomen : Simetris , teraba keras , dan kembung
2. Memberitahu ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan cara setelah menyusui
bayinya tidak boleh langsung dibaringkan yaitu dengan cara letakkan bayinya
di pundak ibu dan di tepuk-tepuk perlahan agar bersendawa.
3. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital bayi memantau setiap 2 jam untuk
mengetahui keadaan bayi
4. Memberikan infuse RL 18 Tpm ditangan sebelah kiri
5. Memberikan inform consent kepada orangtua bayi untuk dilakukan rujukan
6. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit yang fasilitasnya lengkap dan memadai

VII. EVALUASI
Tanggal/pukul :
1. Ibu paham dengan hasil yang dengan hasil yang disampaikan oleh bidan
2. Ibu paham setelah diberikan pengetahuan bahwa setelah menyusui bayinya
tidak boleh dibaringkan
3. Telah dilakukan pemantauan tanda-tanda vital pada bayi
4. Telah diberikan infuse RL 18 Tpm ditangan sebelah kiri
5. Ibu telah bersedia menandatangani imform consent untuk dilakukan rujukan
6. Telah dilakukan rujukan ke Rumah Sakit
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari kasus diatas penatalaksanaan yang dilakukan


oleh bidan, sebagai berikut :

A. Melakukan pengkajian
1. Mengkaji Tanda – Tanda Vital
2. Kaji keluhan pasien
B. Memberitahu kepada ibu tentang keadaan anaknya
C. Melakukan inform consent pada orang tua bayi
D. Menyiapkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas
E. Memilih tempat rujukan yamg sesuai dengan keluhan bayi
F. Memberikan informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
G. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas
usus besar sehingga normal danjuga fungsi spinghter ani interna :
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
1) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat
anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah
operasi pertama, dan usia 6 -12 bulan setelah operasi bayi akan normal
kembali
H. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
1) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
2) Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
3) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
4) Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak
dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta
situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus (Ariff Masnjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh hriscprung
tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948 mengemukakan bahwa pada dinding
usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit hisprung disebut juga congenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi karena ada bagian dari usus besar (mulai dari
anus kea rah atas) yang tidak mempunyai persarafan, maka terjadi kelumpuhan
usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar
(megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda – beda untuk setiap
individu.
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh
kelainan inervasi usus, mulai dari sfinghter ani interna dan meluas ke proximal,
melibatkan panjang usus yang bervariasi. Hisprung adalah penyebab obstruksi
usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonates.
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan
masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak
pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya
bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru
bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus
difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga.
Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama
yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis
lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
Maka dari itu perlu diadakan penyuluhan mengenai tanda bahaya
penyakit hisprung pada bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan guna untuk
mengurangi resiko penyakit hisprung pada bayi baru lahir.

B. SARAN
1. Bagi Bidan
Bidan dapat lebih mengidentifikasi tanda-tanda atau ciri-ciri bayi baru
lahir dengan hisprung ,sehingga dapat melakukan antisipasi atau tindakan
segera, dan merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
Hisprung.
2. Bagi Klinik
Tetap meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
3. Pendidikan
Menambah referensi buku tentang bayi baru lahir dengan Hisprung
supaya menambah atau meningkatkan kualitas pengetahuan mahasiswa.
4. Bagi Pasien
Pasien diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang
perawatanbayi baru lahir khususnya bayi baru lahir dengan hisprung
dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan
dan mencari informasi yang terkait dengan perawatan bayi baru lahir
dengan hisprung dimedia masa atau internet.
DAFTAR PUSTAKA

DR. Hasan Ruseno, DR. Alatas Husein, 1985, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak,
Jakarta: INFOMEDIKA JAKARTA
Yongky, mohamad judha, rodiyah, sudarti. 2012. Asuhan pertumbuhan kehamilan
persalinan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta : nuha medika

Anda mungkin juga menyukai