PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saluran pencernaan adalah sekumpulan alat-alat tubuh yang berfungsi menerima
makanan dan minuman, mencernanya menjadi nutrien, menyerap serta mengeluarkan
sisa-sisa proses tersebut. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai dubur yang
panjangnya mencapai kurang lebih 10 meter. Saluran pencernaan mulai dari mulut,
gigi, lidah, lambung, usus dampai ke dubur. Sistem pencernaan adalah organ yang
seringkali mudah terkena gangguan sehingga timbul berbagai masalah penyakit
pencernaan.
Penting bagi bidan untuk mampu menerapkan asuhan kebidanan yang telah di
pelajari. Setelah mempelajari bab bab sebelumnya. Maka pembahasan kita kali ini
mengenai asuhan keperawatan hirscchprung yang terjadi pada anak. Dari pembahasan
ini mahasiswa atau pembaca pada umumnya mendapat gambaran tentang pokok
pokok tindakan keperawatan yang diberikan pada penderita hirschprng.
Pada tahun 1888 (herald hirschprung hidup pada tahun 1830-1916), ahli penyakit
anak asal Denmark melaporkan dua kasus bayi meninggal dengan perut kembung
oleh kolon yang sangat melebar dan penuh massa feses, penyakit ini kemudian
dinamakan dengan Hirschsprung. Penyakit ini disebut juga dengan megakolon
kongenitum dan merupakan kelainan yang sering ditemukan sebagai salah satu
penyebab obstruksi usus pada neonates. pada penyakit Hirschsprung tidak ditemukan
pleksus mienterik atau pleksus di lapisan otot dinding usus (plexus myentericus =
Auerbach), akibatnya bagian usus yang terkena tidak dapat mengembang.
Setiap anak yang mengalami konstipasi sejak lahir, tanpa mempertimbangkan
usia, dapat menderita penyakit Hirschprung. Penyakit ini timbul pada neonates baik
sebagai obstruksi usus besar atau timbul kemudian sebagai konstipasi kronik.
Penyakit ini sebagaian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan
kelainan bawaan tunggal.Kelainan ini jarang sekali ditemukan pada anak premature
atau disertai dengan kelainan bawaan lain (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,
1996). Behrman (1996) menyebutkan bahwa penyakit Hirschsprung
mungkindibarengi dengan cacat bawaan lain, termasuk Sindrom Down, Sindrom
Laurence-Moon-barbe-Bieldi, sindrom Wardenbrug, dan kelainan kardiovaskuler.
Prognosis penyakit Hirschsprung yang diterapi dengan bedah umumnya
memuaskan, sebagian besar penderita berhasil mengeluarkan feses
(kontinensia).Masalah setelah pembedahan yang dapat ditemukan adalah enterokolitis
berulang, striktur, prolapse, abses perianal, dan pengotoran feses.
Pembahasan ini mengajak anda untuk memahami asuhan keperawatan anak
dengan Hirschprung. Kegiatan belajar ini dirancang agar anda lebih muda memahami
asuhan keperawatan anak dengan Hischprung, sehingga dapat bermanfaat dalam
situasi nyata.Paparan berikut ini menyuguhkan beberapa implikasi teoretis yang
disertai hal-hal lain yang tetap terkait dengan Hischprung, sehingga anda dapat
mempelajarinya secara mandiri. Setelah menyelesaikan ini, anda diharapkan
mempunyai wawasan yang mantap mengenai apa yang dimaksud dengan asuhan
keperawatan Hirschprung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan bagi mahasiswa mempunyai pengetahuan mengenai penyakit hisprung
padaBayi Baru Lahir.
2. Tujuan Khusus
a. menjelaskan mengenai penyakit Hisprung
b. untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Hisprung
c. untuk mengetahui komplikasi penyakit Hisprung
d. untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan nutrisi yang diperlukan bagi penderita
hisprung
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Laporan Pengelolaan Kasus ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kebidanan tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir patologis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
Hasil pengelolaan kasus menambah pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan hisprung serta sebagai referensi
dalam menambah ilmu pengetahuan.
a. Bagi penulis
Hasil pengelolaan kasus ini diharapkan agar mahasiswa mengetahui
apa yang dimaksud dengan Bayi Baru Lahir dengan hisprung,
Asuhan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir dengan hisprung,
mengetahui ciri-ciri Bayi Baru Lahir dengan hisprung dan
penangananya.
b. Bagi bidan praktik mandiri
Hasil pengelolaan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang berguna tentang Asuhan Kebidanan bayi baru lahir
padaBy.Ny.m usia 2 hari dengan suspect Hisprung.menerapkan
manajemen kebidanan 7 Langkah Varney di bidan praktik mandiri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi hisprung
Hirschprung (megakolon/aganglionic congenital) adalah anomali kongenital yang
mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian usus.
Hisprung merupakan keadaan tidak ada atau kecilnya sel saraf ganglion parasimpatik
pada pleksus meinterikus dari kolon distalis. Daerah yang terkena dikenal sebagai
segmen aganglionik (Sodikin, 2011)
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan kongenital yang disebabkan oleh
obstruksi mekanis dari motilitas atau pergerakan bagian usus yang tidak adekuat.
Penyakit hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak
mampunyai spinkter rektum berelaksasi.
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketiadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan.
(Cecily Lynn Betz, 2009)
Penyakit hisprung atau mega kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus dan kebanyakan terjadi pada bayi term dengan
berat lahir ± 3kg, lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.
Hirschsprung (megakolon atau aganglionik kongenital) adalah anomali kongenital
yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian
usus. Penyakit Hirschprung merupakan ketiadaan (atau, jika ada, kecil) saraf ganglion
parasimpatik pada pleksus meinterikus kolon distal. Daerah yang terkena dikenal
sebagai segmen aganglionik (Sodikin, 2011).
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus
yang dimulai dari sfingter ani internal kearah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai suatu kelainan
kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach
di kolon. Keadaan upnormal tersebut yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, sfingter rektum tidak dapat berileksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat
menyebabkan isi usus terdorong kebagian sekmen yang tidak ada ganglion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal (A.Aziz Alimul Hidayat, 2006).
B. Etiologi
1. Penyebab penyakit hisprung belum diketahui. Namun, kemungkinan ada
keterlibatan faktor genetik. Anak laki-laki lebih banyak terkena penyakit hisprung
dibandingkan anak perempuan (4:1). (Sodikin, 2011)
2. Mungkin karena kegagalan sel-sel krista naturalis untuk bermigrasi ke dalam
dinding usus suatu bagian saluran cerna bagian bawah termasuk kolon dan rektum.
Akibatnya tidak ada ganglion parasimpatis (aganglion) di daerah tersebut, sehingga
menyebabkan peristaltik usus menghilang sehingga profulsi feses dalam lumen
terlambat serta dapat menimbulkan terjadinya distensi dan penebalan dinding kolon
di bagian proksimal sehingga timbul gejala obstruktif usus akut, atau kronis
tergantung panjang usus yang mengalami aganglion.
C. Klasifikasi
Hirschpung dibedakan berdasarkan panjang segmen yang terkena, hirschprung
dibedakan menjadi dua tipe berikut :
1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan
70% kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum, insidenya 5 kali
lebih besar pada laki-laki dibanding wanita dan kesempatan bagi saudara laki-laki
dari penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dalam 20.
2. Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat
menyerang seluruh kolon atau sampai usus halus. Anak laki-laki dan perempuan
memiliki peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis
kelamin (Sodikin, 2011)
E. Patofisiologi
Istilah kongenital aganglion megakolon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding submukosa colon distal.
Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan ke abnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus konstan serta spinkter
rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada megakolon. (Cecily Lynn
Betz, 2009)
Semua ganglion pada intramural pleksus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
kolon tersebut melebar.
ASKEB TEORI
Pengkajian Data
a. Data Subjektif
1) Identitas
Menurut Nursalam (2009), data subjektif meliputi :
a) Nama :
Untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar bayi yang
dimaksud
b) Umur :
Untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis bayi
tersebut normal sesuai dengan umur
c) Jenis kelamin :
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai
buku, penyakit-penyakit seks(seks linkes)
d) Alamat :
Untuk memudahkan komunikasi jika terjadi hal-hal yang gawat,
atau hal lain yang dibutuhkan, serta untuk kepentingan
kunjungan rumah jika diperlukan
e) Nama orang tua :
Agar tidak terjadi kekeliruan dengan orang lain
f) Umur orang tua :
Untuk menambah kekuatan data yang diperoleh serta dapat
ditemukan pola pendekatan dalam anamnesis
g) Agama :
Untuk mendapatkan identitas serta untuk mengetahui perilaku
seseorang tentang kesehatan dan penyalit yang sering
berhubungan dengan agama dan suku bangsa
h) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuan
i) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat social ekonomi orang tua
berhubungan dengan kemampuan dalam mencakup kebutuhan
nutrisi
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa sudah 2 hari bayinya belum BAB, , dan
perut membuncit serta.Ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya
3) Riwayat Kehamilan
Berisi riwayat kehamilan ibu yang dimulai sejak trimester 1 hingga
sebelum ibu datang inpartu, yang meliputi : hamil keberapa, umur
kehamilan, ANC, HPHT dan HPL (Prawirohardjo, 2010)
4) Riwayat Persalinan
Berisi riwayat proses persalinan ibu yang meliputi keadaan bayi saat
lahir (jam dan tanggal), penolong, tempat, cara spontan atau tidak
serta keadaan bayi saat lahir (Prawirohardjo, 2010).
5) Riwayat kesehatan ini
Menurut Nursalam (2009), mengkaji kondisi bayi untuk
menenetukan pemeriksaan disamping alasan datang. Pada bayi
dengan hisprung bayi terlihat perut kembung bahwa sudah 2 hari
bayinya belum BAB.
Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2009).
I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Identitas bayi
Nama : By.Ny C
Usia : 2 Hari
Tanggal/pukul lahir : 09 des 2018
Jenis kelamin : laki-laki
BB/PB lahir : 2900 gr / 49 cm
Anak ke- :1
Identitas orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. C Nama : Tn. k
Usia : 23 tahun Usia : 25 tahun
Agama : islam Agama : islam
Suku : banjar Suku : banjar
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Jln. pemuda Alamat :jl pemuda
No.Hp : 08080 No.Hp :080902
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan usia bayinya 2 hari, dan ibu merasa cemas karena bayinya
Rewel belum BAB dan perutnya membuncit
3. Riwayat kehamilan
G1P0A0
UK : 39 minggu
Kunjungan ANC : teratur/tidak, frekuensi 7 kali
Obat yang dikonsumsi selama hamil : folamil
Kebiasaan ibu selama hamil : senam hamil
Riwayat komplikasi kehamilan : tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum :
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 130 x/menit
Suhu : 36,3oC
Respirasi : 45 x/menit
2. Pemeriksaan antropometri
a. Panjang badan : 49 cm
b. Berat badan : 2900 g
c. Lingkar kepala : 32 cm
d. Lingkar dada : 30 cm
e. Lingkar perut : 34 cm
f. LILA : 11 cm
3. APGAR SCORE : 8/9
4. Resusitasi
a. Penghisapan lendir : Tidak Rangsangan : Tidak
b. Ambu : Tidak Lamanya : menit
c. Massage jantung : Tidak Lamanya : menit
d. Intubasi endotracheal : Tidak Nomor :
e. Oksigen : Tidak Lamanya : menit
f. Terapi : Tidak
g. Keterangan : Tidak
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : simetris tumbuh rambut berwarna hitam, tidak ada
kelainan
b. Wajah : simetris, tampak pucat
c. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
d. Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
e. Mulut : simetris, bibir tampak lembab
f. Telinga : simetris, tidak terdapat serumen
g. Leher : simetris, pergerakan tonic nek
h. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
i. Abdomen : simetris, teraba keras dan kembung
j. Genetalia : jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi labia
minora
k. Punggung : simetris, tidak ada kelainan tulang punggung
l. Anus : terdapat lubang anus
m. Ektremitas : atas dan bawah : tidak terdapat polidaktili dan sindaktili
dan pergerakan bebas
n. Reflek
Morro :+
Rooting :+
Sucking :+
Swallowing :+
Grasping :+
Tonic neck :+
Babinski :+
Blinking :+
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini
R/ agar ibu mengetahui kondisi bayinya saat ini
2. Beritahu ibu untuk tetap menyusui banyi nya dengan cara setelah
menyusui bayinya tidak boleh langsung dibaringkan
R/ ibu bersedia dan akan melakukannya
3. Lakukan Pemantauan tanda-tanda vital bayi memantau setiap 2 jam untuk
mengetahui keadaan bayi
R/ Bidan telah melakukan observasi tiap 2 jam sekali
4. Berikan infuse RL 18 Tpm
R/ infuse sudah terpasang
5. Beri inform consent kepada orang tua bayi untuk dilakukan rujukan
R/ ibu telah menandatangani inform consent
6. Lakukan rujukan ke rumah sakit yang fasilitasnya lengkap dan memadai
R/ bayi telah di rujuk
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal/pukul :
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini berdasarkan hasil
pemeriksaan bahwa kondisi bayi baik.
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 130 x/menit
Suhu : 36,3oC
Respirasi : 45 x/menit
Abdomen : Simetris , teraba keras , dan kembung
2. Memberitahu ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan cara setelah menyusui
bayinya tidak boleh langsung dibaringkan yaitu dengan cara letakkan bayinya
di pundak ibu dan di tepuk-tepuk perlahan agar bersendawa.
3. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital bayi memantau setiap 2 jam untuk
mengetahui keadaan bayi
4. Memberikan infuse RL 18 Tpm ditangan sebelah kiri
5. Memberikan inform consent kepada orangtua bayi untuk dilakukan rujukan
6. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit yang fasilitasnya lengkap dan memadai
VII. EVALUASI
Tanggal/pukul :
1. Ibu paham dengan hasil yang dengan hasil yang disampaikan oleh bidan
2. Ibu paham setelah diberikan pengetahuan bahwa setelah menyusui bayinya
tidak boleh dibaringkan
3. Telah dilakukan pemantauan tanda-tanda vital pada bayi
4. Telah diberikan infuse RL 18 Tpm ditangan sebelah kiri
5. Ibu telah bersedia menandatangani imform consent untuk dilakukan rujukan
6. Telah dilakukan rujukan ke Rumah Sakit
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Melakukan pengkajian
1. Mengkaji Tanda – Tanda Vital
2. Kaji keluhan pasien
B. Memberitahu kepada ibu tentang keadaan anaknya
C. Melakukan inform consent pada orang tua bayi
D. Menyiapkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas
E. Memilih tempat rujukan yamg sesuai dengan keluhan bayi
F. Memberikan informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
G. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas
usus besar sehingga normal danjuga fungsi spinghter ani interna :
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
1) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat
anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah
operasi pertama, dan usia 6 -12 bulan setelah operasi bayi akan normal
kembali
H. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
1) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
2) Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
3) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
4) Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak
dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta
situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus (Ariff Masnjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh hriscprung
tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948 mengemukakan bahwa pada dinding
usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit hisprung disebut juga congenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi karena ada bagian dari usus besar (mulai dari
anus kea rah atas) yang tidak mempunyai persarafan, maka terjadi kelumpuhan
usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar
(megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda – beda untuk setiap
individu.
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh
kelainan inervasi usus, mulai dari sfinghter ani interna dan meluas ke proximal,
melibatkan panjang usus yang bervariasi. Hisprung adalah penyebab obstruksi
usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonates.
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan
masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak
pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya
bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru
bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus
difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga.
Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama
yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis
lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
Maka dari itu perlu diadakan penyuluhan mengenai tanda bahaya
penyakit hisprung pada bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan guna untuk
mengurangi resiko penyakit hisprung pada bayi baru lahir.
B. SARAN
1. Bagi Bidan
Bidan dapat lebih mengidentifikasi tanda-tanda atau ciri-ciri bayi baru
lahir dengan hisprung ,sehingga dapat melakukan antisipasi atau tindakan
segera, dan merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
Hisprung.
2. Bagi Klinik
Tetap meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
3. Pendidikan
Menambah referensi buku tentang bayi baru lahir dengan Hisprung
supaya menambah atau meningkatkan kualitas pengetahuan mahasiswa.
4. Bagi Pasien
Pasien diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang
perawatanbayi baru lahir khususnya bayi baru lahir dengan hisprung
dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan
dan mencari informasi yang terkait dengan perawatan bayi baru lahir
dengan hisprung dimedia masa atau internet.
DAFTAR PUSTAKA
DR. Hasan Ruseno, DR. Alatas Husein, 1985, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak,
Jakarta: INFOMEDIKA JAKARTA
Yongky, mohamad judha, rodiyah, sudarti. 2012. Asuhan pertumbuhan kehamilan
persalinan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta : nuha medika