Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN HISCHPRUNG

Disusun Oleh :
ALYA DEVI RAHMADHANI (P27820321051)
BINTANG NUR SYA’BANI PUTRA (P27820321061)

OKTAVIA DWI ARTHA KUSUMA (P27820321083)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SUTOPO
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena
atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas ini di buat untuk memenuhi tugas
akademik Keperawatan Anak dan untuk memudahkan mahasiswa dalam
memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hirschsprung atau mega kolon kongenital merupakan penyakit yang menyebabkan
gangguan pada saluran pencernaan, tepatnya pada usus besar. Hirschsprung atau
mega kolon congenital juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana
tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon,
keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik
dan evakuasi usus secara spontan, spinkter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan
isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses
dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus
proksimal. Penyakit hirschprung atau mega kolon congenital dapat terjadi pada
semua usia, namun yang paling sering pada neonatus.
Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan serta mendeskripsikan
mega colon congenital pada tahun 1863 adalah Harald Hirschsprung. Namun, pada
saat itu patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga
tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang
dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal
usus defisiensi ganglion. Penyakit hirschprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup.
Insidensi hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1
diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan
tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi
dengan penyakit hirschsprung. Insidens keseluruhan dari penyakit Hirschsprung 1:
5000 kelahiran hidup. laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan
dengan perbandingan 4:1. Biasanya, penyakit Hirschsprung terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir 3kg dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin
disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg
serta kelainan kardiovaskuler.
Penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi. faktor penyebab penyakit Hirschsprung diduga dapat terjadi karena
faktor genetik dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan
yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi,
rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu
dengan pembedahan dan colostomi.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
ppencernaan dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
hirschprung dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hirschprung.
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dari hirschprung.
b. Untuk mengetahui klasifikasi hirschprung.
c. Untuk mengetahui etiologi hirschprung.
d. Untuk mengetahui patofisiologi hirschprung.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis hirschprung.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis hirschprung.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan hirschprung.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hirschprung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi hirschprung
Hirschsprung (megakolon/aganglionic congenital) adalah anomali kongenital yang
mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian usus
(Wong, 1996).
Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).
Hirschprung adalah kelainan bawaan berupa obstruksi usus akibat dari tidak
adanya sel-sel ganglion parasimpatik pada dinding saluran intestinal lapisan
submukosa, dan biasa terjadi pada calon bagian distal (Fitri Purwanto, 2001).
Hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus yang
dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai kelainan kongenital dimana
tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbact di kolon (A. Aziz
Alimul Hidayat,2006).
B. Klasifikasi glaukoma
Menurut staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1996). Hirschsprung
dibedakan sesuai dengan panjang segmen yang terkena, hirschsprung dibedakan
menjadi dua tipe berikut :
1. Segmen Pendek
Segmen pendek aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid,terjadi pada sekitar
70% kasus penyakit Hirschsprung dan tipe ini lebih sering ditemukan pada laki-
laki dibandingkan anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum,
insidennya 5 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan wanita dan kesempatan
saudara laki-laki dari penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dari
20 (Sacharin, 1986)
2. Segmen Panjang
Daerah aganglionisis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat mengenai
seluruh kolon atau sampai usus halus. Laki-laki dan perempuan memiliki peluang
yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis kelamin (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1996: Sacharin, 1986).
C. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan
dinding usus, mulai dari spingter ani internus kearah proksimal, 70 % terbatas
didaerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat
mengenai seluruh usus dan pilorus.
Adapun yang menjadi penyebab hirschsprung atau mega kolon kongenital adalah
diduga karena terjadi faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak
dengan Down syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding
usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan submukosa pada dinding
plexus.
Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang
usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi
ritmis ini disebut gerakan peristaltiik). Kontraksi dirangsang oleh sekumpulan saraf
yang disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.
Sedangkan menurut (Amiel, 2001) penyebab hisprung tidak diketahui, tetapi ada
hubungan dengan kondisi genetic Mutasi pada Ret proto-onkogen telah dikaitkan
dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B pada penyakit Hirschsprung familiar
(Edery, 1994). Gen lain yang berhubungan dengan penyakit Hirschsprung
termasuk sel neurotrofik glial yang diturunkan dari factor gen, dari factor gen
endhotelin-B, dan gen endothelin -3 (Marches, 2008).Penyakit Hirschprung juga
terkait dengan Down syndrome, sekitar 5-15% dari pasien dengan penyakit
Hirschprung juga memiliki trisomi 21 (Rogers, 2001).
D. Patofisiologi
Istilah congenital agang lionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal.
Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada
usus besar. Ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan
serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses
secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon.
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar.
PATWHAY
E. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda dapat bermacam-macam berdasarkan keparahan dari kondisi
kadang-kadang mereka muncul segera setelah bayi lahir. Pada saat yang lain
mereka mungkin saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi remaja ataupun
dewasa.
1. Pada kelahiran baru tanda dapat mencakup :
• Kegagalan dalam dalam mengeluarkan feses dalam hari pertama atau kedua
kelahiran.
• Muntah : mencakup muntahan cairan hijau disebut bile-cairan pencernaan
yang diproduksi di hati.
• Konstipasi atau gas.
• Diare
2. Pada anak-anak yang lebih tua, tanda dapat mencakup :
• Perut yang buncit
• Peningkatan berat badan yang sedikit
• Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang mengarah penurunan berat badan,
diare atau keduanyadan penundaan atau pertumbuhan yang lambat
• Infeksi kolon, khususnya anak yang baru lahir atau yang masih muda, yang
dapat mencakup enterocolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan
kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya. Pada anak-anak yang lebih tua atau
dewasa, gejala dapat mencakup konstipasi dan nilai rendah dari sel darah merah
(anemia) karena darah hilang dalam feses.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kimia darah : Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai
dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada
penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
b) Darah rutin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan
platelet preoperatiof.
c) Profil koagulasi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2. Pemeriksaan Radiologi
a) Foto polos abdomen dapat menunjukan adanya loop usus yang distensi
dengan adanya udara dalam rectum.
b) Barium enema
- Jangan membersihkan kolon bagian distal dengan enema sebelum
memasukkan kontras enema karena hal ini akan mengaburkan gambar pada daerah
zona transisi.
- Kateter diletakkan didalam anus, tanpa mengembangkan balon, untuk
menghindari kaburnya zona transisi dan beresiko terjadinya peforasi. foto segera
diambil setelah injeksi kontras, dan diambil lagi 24 jam kemudian.
- Colon bagian distal yang menyempit dengan bagian proksimal yang
mengalami dilatasi merupakan gambaran klasik penyakit Hirschsprung. Akan
tetapi temuan radiologis pada neonatus lebih sulit diinterpetasi dan sering kali
gagal memperlihatkan zona transisi.
- Gambaran radiologis lainnya yang mengarah pada penyakit Hirschsprung
adalah adanya retensi kontras lebih dari 24 jam setelah barium enema dilakukan.
3. Biopsi
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah
terdapat ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak
ditemukan.
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula
dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai
4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10
Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus
aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan
jarak 1 cm dari anus. Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang
berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke
arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik,
menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian kolon
yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada
kolon bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada
bagian posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan
merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit
hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
2. Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan
udara.
3. Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang
terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum
memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
4. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara
lain :
- Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini.
- Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak.
- Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis (pembedahan).
- Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak
dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta
situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total.
BAB III
Tanggal MRS : 6 Februari 2019 jam: 15.00
Tanggal Pengkajian: 8 Februari 2019 jam: 08.00
I. PENGKAJIAN
Nama : By.H

No. Reg : 1177xx


Umur :6 hari
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Ds. Serang Rt 2 Rw 3 kec Panggungrejo Blitar
Tanggal Lahir : 3 Februari 2019
Diagnosa medis: Hischsprung

IDENTITAS AYAH

Nama : Tn.Y
Umur: 40 tahun
Alamat : Ds. Serang Rt 2 Rw 3 kec Panggungrejo Blitar
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : kuli bangunan

IDENTITAS IBU

Nama : Ny. M
Umur : 35 tahun
Alamat :Ds. Serang Rt 2 Rw 3 kec Panggungrejo Blitar
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : ibu rumah tangga

II. KELUHAN UTAMA

- Saat MRS
-bayi H tidak dapat buang air besar sejak lahir, kentut
-sekali dan perut membesar
- Saat pengkajian: bayi H belum bisa buang air besar, muntah saat minum dan
perut membesar

III. RIWAYAT KESEHATAN

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Bayi tidak dapat buang air besar sejak
lahir, kentut hanya sekali, dan perut semakin lama semakin membesar. Kemudian
bayi H dibawa ke RSK BR dirawat di Ruang Perinatologi dengan diagnosa medis
Hirschsprung
- RIWAYAT KEHAMILAN
- Pemeriksaan rutin: ANC rutin ke bidan puskesmas setiap bulan
- Penyakit yang diderita selama hamil: tidak ada
- Keluhan saat hamil: hanya pada semester I pusing dan mual
-Imunisasi: tidak ada
-Obat vitamin yang dikonsumsi : kalk dan tablet Fe
-Riwayat minum jamu: tidak pernah
-Riwayat dipijat: tidak pernah
-Masalah; tidak ada

RIWAYAT PERSALINAN
- Cara persalinan: normal
-Tempat: bidan praktek
-Penolong : bidan
-Usia kehamilan 37-38 minggu
- BB/PB/LK/LD: 3200 gram/ 55cm/39 cm/32 cm
RIWAYAT POST NATAL
-Pernafasan: bayi langsung menangis spontan tanpa alat bantu nafas
-Apgar SKOR: 7-9
IV. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a. Keadaan umum
- Postur: normal
-Kesadaran : compos mentis
-BB/PB/LK/saat ini : 300 gram/ 55 cm/37 cm/ 30 cm
-Nadi: 140x/menit Suhu: 38,5°C
- RR: 40 x/menit
b. Kepala dan rambut
-Kebersihan: cukup bersih
-Bentuk kepala : normal, simetris
-Fontanela Anterior: lunak
-Sutura sagitalis: tepat
-Distribusi rambut merata
c. Mata
-Kebersihan: bersih Sklera: tidak icterus
-Konjungtiva: tidak anemis
- Pupil : normal, reflek cahaya baik, bereaksi bila ada cahaya
-Gerakan bola mata: normal, memutar dengan baik

d. Hidung
-Pernafasan cuping hidung: tidak ada
-Struktur : normal
-Sekresi : tidak ada
-Kelainan lain: tidak ada
e. Telinga
-Kebersihan: bersih
Trauma lahir tidak ada
IV. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a. Keadaan umum
-Postur: normal
-Kesadaran: compos mentis
-BB/PB/LK/saat ini 300 gram/ 55 cm/37 cm/ 30 cm
-Nadi: 140x/menit
-Suhu: 38,5"C
-RR: 40 x/menit
b. Kepala dan rambut
-Kebersihan: cukup bersih
-Bentuk kepala normal, simetris
-Fontanela Anterior: lunak
-Sutura sagitalis: tepat
-Distribusi rambut: merata
c. Mata
-Kebersihan: bersih
-Sklera: tidak icterus
-Konjungtiva: tidak anemis
-Pupil: normal, reflek cahaya baik, bereaksi bila ada cahaya
-Gerakan bola mata: normal, memutar dengan baik
d. Hidung
-Pernafasan cuping hidung: tidak ada
-Struktur: normal
-Sekresi: tidak ada
-Kelainan lain: tidak ada
e. Telinga
-Kebersihan: bersih
Sekresi: tidak da
-Struktur: normal, simetris
f. Mulut dan tenggorokan
-Mukosa bibir : kering
-Kandidiasis: tidak ada
-Kelainan bibir dan rongga mulut: tidak ada
g. Leher Arteri karotis: teraba berdenyut teratur dan kuat
-Trachea : berada di garis tengah
h. Dada atau Thorax (jantung dan Paru)
- Bentuk dada: simetris, barrel chest
-Pergerakan dinding dada: simetris, tidak terdapat tarikan intercosta
-Tarikan dinding dada: normal, retraksi dada ringan
-Suara pernafasan: sonor, tidak ada wheezing dan ronchi
-Perkusi: pekak
-Palpasi: ictus cordis palpable midclavicula line sinistra
-Auskultasi: suara jantung I dan II terdengar tunggal, regular Kelainan jantung
bawaan tidak ada
i. Ekstremitas atas dan bawah
-Tonus otot: cukup
-Warna: merah muda
-Trauma: tidak ada
j. Abdomen
-Bentuk: distended abdomen
-Busus: 5x/menit
-Benjolan : tidak ada
-Turgor: 2 detik
-Hepar, lien tidak teraba
-Distensi : ya
k. Kelainan dan anus
- Kebersihan: bersih
-Keadaan kelamin luar : normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan abnormal
-Anus: normal
1. Integumen
-Warna kulit: merah muda
-Kelembaban : kering
-Lesi: tidak ada
V. REFLEK PRIMITIF
-Rooting refleks (refleks mencari ): baik
- Sucking Refleks (reflek menghisap): baik
-Palmar grasp ( reflek menggenggam ): baik
-Tonic neck (refleks leher): baik
- Refleks Moro (reflek kejut ): baik
-Refleks Babinski: baik
VI. RIWAYAT IMUNISASI
Bayi belum mendapatka imunisasi
VII. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
- Nutrisi :
Di rumah: bayi minum asi
Di RS: bayi sementara dipuasakan dan terpasang OGT terbuka
- Eliminasi urine
Di rumah: bayi bak spontan dipempers warna kuning jernih
Di RS : bayi bak spontan pakai pempers wama kuning jernih
- Eliminasi alvi
Di rumah :bayi tidak bab
Di RS: bayi belum bab
- Pola istirahat tidur
Di rumah: bayi sering tidur kurang lebih 16-18 jam dalam24 jam dan sering
bangun dan rewel
Di RS : bayi sering tidur kurang lebih 16-18 jam dalam24 jam dan sering
bangun dan rewel DATA PENUNJANG
VIII.
Hasil laboratorium tanggal 7 Februari 2019
Hb: 15,6 g/dl
Eritrosit :4,33
Hematokrit: 17,7
Trombosit : 250,000
Albumin : 3,57 gr/dl
Natrium: 144 Mmol/L
Kalium: 3,65 Mmol/L.
Klorida : 110 Mmol/L
Hasil pemeriksaan radiologi 7 Februari 2019
Jenis pemeriksaan: colon inloop hirschsprung
BNO
-Preperitoneal fat line D/S : tertutup udara usus
-Kontur hepar normal, kontur lien normal
-Kontur renal D/S tertutup udara usus
-Distribusi udara usus meningkat
-Psoas line D/S tertutup udara usus
-Tulang-tulang normal
Colon inloop Hirschsprung
Kontras yang diencerkan dimasukkan per rectal melalui kateter dengan balon yang
dikembangkan. Tampak kontras mengisi rectum, sigmoid,colon desenden. colon
transversum. Kaliber melebar dengan mukosa reguler aganglionik segmen panjang
6 cm. rectosigmoid index < 1
Kesimpulan :
Sesuai gambaran hirschsprung disease dengan segmen aganglionik
sepanjang rectosigmoid
IX. TERAPI/PENATALAKSANAAN
- IVFD D 10% 180 cc/hari
- Injeksi Ampicillin 3 x 180 mg (IV)
- Injeksi Gentamicyn 1x 16 mg (IV)
-Metronidazole drip 3 x 50 mg (IV)
- Sanmol drip 3x 50 mg (IV)

Anda mungkin juga menyukai