Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS PERILAKU MEROKOK PADA


MAHASISWA D III KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA

MUHAMMAD FUADI HIDAYAT


NIM. P27820321077

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SURABAYA JURUSAN KEPERWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Merokok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dengan membakar atau menghisap sebatang rokok yang dapat
menyebabkan asapnya terhirup oleh semua orang di sekitarnya.
Merokok memiliki dampak yang berbahaya, namun menjadi aktivitas
rutin sehari-hari yang paling umum dan mudah diamati pada pria
maupun wanita, tua dan muda, kaya dan miskin. Komposisi kimiawi
yang terapat pada rokok merupakan akar penyebab perilaku merokok
yang kecanduan atau ketegantungan sehingga membuat perokok sulit
untuk berhenti (Prasetyo & Hasyim, 2022).
Salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia disebabkan oleh
rokok. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa rokok
menyebabkan masalah kesehatan yang fatal dan menjadi penyebab
kematian kurang lebih 6 juta orang pertahun. Perokok aktif lebih
berisiko terjadi kematian dari pada perokok pasif. Indonesia menduduki
peringkat 4 dengan jumlah perokok tertinggi dan konsumsi rokok yang
tinggi di seluruh dunia. (Kadar & Respati,2019). Dalam waktu 10 tahun
terakhir terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak
8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta
perokok pada tahun 2021 (Global Adult Tobacco Survey, 2022).
Kebiasaan menghisap tembakau bertahun-tahun berpengaruh
terhadap kesehatan fungsi otak dan spikis. Salah satu kandungan rokok
yaitu nikotin, memiliki efek pada otak antara lain menyebabkan
ketergantungan dan toksisitas pada fungsi kognitif yang memunculkan
gejala kesulitan konsentrasi. Efek ketergantungan nikotin inilah yang
mengakibatkan paparan terus menerus rokok pada perokok nantinya
akan mengakibatkan penurunan fungsi kognitif bagi usia
pelajar.Penurunan fungsi kognitif akan berdampak pada proses
pembelajaran dan perolehan nilai akhir (Yuliarti R,Karim dan Sabrian,
2014)
Keberhasilan berhenti merokok juga dapat didukung dengan
melakukan kegiatan lain yang bermanfaat atau sebagai pengalih
perhatian seperti olahraga, melakukan hobi, mendengarkan musik,
menonton, menulis catatan harian, membaca, berdoa, terlibat dalam
kegiatan sosial/keagamaan, atau menerima terapi akupuntur dan
meletakkan sesuatu di mulut (permen/permen karet) (Berman et al.,
2019).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut: “ Bagaimana Perilaku Merokok pada
Mahasiswa D3 Keperawatan Sutopo ? ”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti untuk mengidentifikasi Perilaku Merokok pada
Mahasiswa D3 Keperawatan Sutopo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
serta pengetahuan yang dapat menambah wawasan tentang perilaku
merokok pada mahasiswa.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi rujukan dan acuan data bagi penelitian
selanjutnya dalam permasalahan yang serupa ataupun penelitian lain
yang berhubungan dengan perlilaku merokok pada mahasiswa.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
terutama dalam bidang dokumentasi dan sebagai bahan bacaan
dalam meningkatkan wawasan tentang kualitas dokumentasi pada
Karya Tulis Ilmiah mengenai studi kasus Perilaku Merokok pada
Mahasiswa D III Keperawatan Sutopo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep teori
Definisi Perilaku
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil
akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala
seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi. Penerimaan
perilaku baru disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif
(Notoadmodjo, 2010). Manusia sebagai salah satu mahkluk yang hidup juga
banyak kegiatan atau aktifitas seperti berjalan, duduk, berdiri, makan,
minum, mekerja, sekolah, berfikir, berkhayal dan lain sebagainya. Secara
biologis perilaku terbagi menjadi dua yaitu yang dapat dilihat dan di amati
seperti berjalan, menangis, tertawa, dan lain sebagainya. Sedangkan yang
tidak dapat dilihat seperti berfikir, berhayal dan lain sebagainya
(Notoadmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010) berdasarkan respon dan stimulus bahwa
perilaku dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Perilaku terbuka (over behavior) : respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata dan dengan mudah dapat diamati atau dilihat
orang lain.
2. Perilaku tertutup (covert behavior) : respon terhadap stimulus dengan
bentuk tertutup masih terbatas perhatian, persepsi, pengetahuan kesadaran
dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Pengukuran Perilaku
Menurut (Azwar, 2008), pengukuran perilaku yang berisi pernyataan-
pernyataan terpilih dan telah diuji reliabilitas dan validitasnya maka dapat
digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok responden.
Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
a. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
> T mean
b. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
< T mean
Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan, yaitu:
selalu, sering, jarang, tidak pernah. Dengan skor jawaban :
1. Jawaban dari item pernyataan perilaku positif
a) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4.
b) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3.
c) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2.
d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.
2. Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negatif
a) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.
b) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2.
c) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3.
d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
Menurut Menak (2014), Penilaian perilaku yang didapatkan jika :
1. Nilai > 75, berarti subjek berperilaku positif.
2. Nilai < 75 berarti subjek berperilaku negative
Perilaku Merokok
Merokok Perilaku merokok terbagi dalam dua kata yaitu perilaku dan
merokok. Adapun pengertian dari perilaku menurut Sarwono (2012) adalah
sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu
bersifat nyata. Chaplin (2012) memberikan pengertian perilaku dalam dua
arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan
dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat
diamati. Perilaku merokok adalah aktivitas atau sesuatu yang dilakukan
oleh seorang individu berupa membakar, menghisap atau menghirup dan
menghembuskan kembali asap tembakau keluar dengan menggunakan pipa
atau rokok.
Definisi rokok
Rokok adalah gulungan tembakau (ukurannya kira-kira sebesar kelingking)
yang berbalut daun nipah, kertas, atau bahan lainnya. Rokok merupakan
salah satu olahan tembakau dengan menggunakan bahan tambahan ataupun
tanpa bahan tambahan. Rokok mengandung zat adiktif yang bila digunakan
dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat
(Makawekes dkk, 2016).
Menurut Permenkes RI No. 28 Tahun 2013 Rokok adalah salah satu produk
tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan atau dihirup
termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan.
Kandungan bahan kimia dalam rokok
Pada sebatang rokok mengandung berbagai macam zat-zat kimia yang
berbahaya untuk tubuh bahkan bersifat toksik. Terdapat kurang lebih 4000
jenis senyawa kimia, 400 zat berbahaya, dan 43 zat penyebab karsinogenik
seperti karbon monoksida (CO), nitrogen, oksida (NO), asam sianida
(HCN), ammonia (NH4OH), acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane,
benzene, methanol, coumarine, etilkatehol-4, dan orto kresol dengan
berbagai fungsi seperti pembersih cat kuku, zat karsinogenik, pembersih
lantai, antiseptik, bahan bakar, kapur barus, dan lain-lain (Jatmika dkk.,
2018).
Dalam asap rokok terkandung tiga zat kimia yang paling berbahaya, yaitu
tar, nikotin, dan karbon monoksida (Nururrahmah, 2014).
a. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida merupakan salah satu gas beracun yang terdapat dalam
asap rokok. CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Senyawa ini
dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat karbon
(Sukmana, 2011). Gas CO dapat menimbulkan penyakit jantung karena bisa
mengikat oksigen dalam tubuh. Pengaruh gas CO bagi tubuh manusia
adalah menghalangi transportasi dalam darah dan mengikat hemoglobin,
sehingga tubuh kekurangan oksigen (Halim, 2017).Hal ini disebabkan
karena paru-paru mempunyai afinitas dengan hemoglobin sekitar 200 kali
lebih kuat dibandingkan dengan afinitas yang terdapat pada HbO2,
sehingga setiap menghirup asap tembakau sel darah merah akan semakin
kekurangan O2 karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2
(Makawekes dkk, 2016).
b. Tar
Tar adalah cairan kental berwarna coklat tua atau hitam berbagai jenis
hidrokarbon aromatik polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine. Tar
adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada
paru-paru (Sukmana, 2011). Tar merupakan zat berbahaya yang bersifat
karsinogenik (penyebab kanker) dan berbagai penyakit lainnya yang
terkandung dalam rokok. Pengaruh bagi tubuh manusia adalah membunuh
sel dalam saluran darah, meningkatkan produksi lendir di paru-paru, dan
menyebabkan kanker paru-paru (Halim, 2017).
c. Nikotin
Komponen nikotin merupakan komponen terbanyak pada rokok berupa
cairan berminyak dan tidak berwarna. Nikotin dapat mengurangi rasa lapar
(Sukmana, 2011). Nikotin merupakan zat berbahaya penyebab kecanduan
(adiksi) yang terkandung dalam rokok. Pengaruh nikotin pada tubuh
manusia bagi tubuh manusia dapat menyebabkan kecanduan atau
ketergantungan merusak jaringan otak, menyebabkan darah cepat
membeku, dan mengeraskan dinding arteri (Halim, 2017).
Jenis rokok
Rokok memiliki beberapa jenis, menurut Rahmat Fajar (2011) pada
bukunya yang berjudul “Bahaya Merokok” rokok dibagi menjadi sebagai
berikut:
a. Rokok berdasarkan ada atau tidaknya filter
1) Rokok filter adalah rokok yang memiliki penyaring. Fungsi dari
penyaring ini untuk menyaring nikotin, salah satu zat berbahaya yang
terkandung dalam rokok. Filter itu terbuat dari busa serabut sintetis.
2) Rokok tidak berfilter adalah rokok yang pada kedua ujungnya tidak
terdapat busa serabut sintetis. Dengan demikian, semua zat berbahaya
leluasa masuk tubuh penikmatnya.
b. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
1) Rokok klobot ialah rokok yang bahan pembungkusnya daun jagung yang
dikeringkan dan diisi dengan irisan tembakau yang sudah kering serta
bahanbahan lain yang dapat menambah cita rasa rokok.
2) Rokok kawung ialah rokok yang bahan pembungkusnya daun aren yang
sudah dikeringkan terlebih dahulu, kemudian diisi dengan irisan tembakau
yang sudah kering serta bahan-bahan seperti cengkeh ataupun kemenyan.
3) Sigaret adalah rokok pada umumnya, yakni rokok yang dibungkus
dengan kertas.
4) Cerutu ialah rokok yang bahan pembungkusnya daun tembakau. Daun
tembakau itu kemudian diisi pula dengan irisan tembakau.
c. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi
1) Rokok putih adalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2) Rokok kretek ialah rokok yang bahan baku atau isinya daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.Rokok kretek ini pada umumnya tidak menggunakan filter.
3) Rokok klembak ialah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Perokok dibagi menjadi dua kategori, yaitu perokok aktif dan perokok
pasif.
a. Perokok aktif (active smoker)
Perokok aktif adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok secara rutin,
walaupun hanya satu batang sahari atau orang yang menghisap rokok walau
tidak rutin sekalipun atau hanya coba-coba dan cara menghisap rokok
dengan menghembuskan asap dan tidak masuk ke paru-paru (Kementerian
Kesehatan RI, 2019). Menurut Sodik (2018) perokok aktif adalah seseorang
yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi
bagian. hidupnya, sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak
merokok. Oleh karena itu, ia akan melakukan apapun demi mendapatkan
rokok, kemudian merokok.
Tipe perokok dibagi 3 (WHO, 2013), yaitu:
1) Perokok ringan merokok 1-10 batang per hari.
2) Perokok sedang merokok 11-20 batang per hari.
3) Perokok berat merokok lebih dari 20 batang per hari.
b. Perokok pasif (passive smoker) Perokok pasif adalah seseorang yang
tidak memiliki kebiasan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap.
rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada di dekatnya.
Dalam keseharian, ia tidak berniat dan tidak memiliki kebiasaan merokok.
Jika tidak merokok ia tidak merasakan apa-apa dan tidak terganggu
aktivitasnya (Sodik, 2018).
c. Pengaruh rokok terhadap kesehatan
Rokok mengandung banyak zat-zat berbahaya bagi tubuh yang bersifat
adiktif, toksik, karsinogenik, dan lain lain. Masalah kesehatan akibat rokok
tidak hanya berdampak pada perokok aktif tetapi juga perokok pasif.
Masalah kesehatan bagi perokok aktif adalah mengancam gangguan fungsi
organ hingga kanker seperti pada jantung dan pembuluh darah (penyakit
jantung koroner dan pembuluh darah), saluran pernafasan (PPOK, asma dan
kanker paru), saluran cerna (kanker mulut , kanker lidah dan kanker
nasofaring), dan gangguan sistem reproduksi dan kehamilan (kecacatan
janin, keguguran, infeksi panggul, dan kanker serviks) serta organ lainnya.
Bagi perokok pasif terancam mengalami gangguan fungsi hingga timbulnya
kanker pada organ-organ tubuh perokok pasif dewasa dan anak (Jatmika
dkk., 2018).
Faktor – factor yang mempengaruhi merokok
Perilaku merokok dikalangan remaja disebabkan oleh factor internal yang
dikaitkan dengan karakteristik kepribadian yang dapat menjadi sumber
munculnya perilaku menyimpang. Salah satu factor yang memperkuat
perilaku seseorang untuk merokok adalah lingkungan sosial, khususnya
teman sebaya serta orang tua. Perilaku merokok remaja laki-laki sangat
dipengaruhi oleh kebiasaan merokok keluarga, kebiasaan merokok teman,
dan media atau iklan rokok. (Maria & Filomena, 2022)
Tekanan teman sebaya dan gejala depresi pada remaja merupakan faktor
paling kuat dalam membentuk perilaku seseorang untuk merokok. Dalam
faktor psikologis, remaja lebih merasakan kebebasan serta kedewasaan
setelah menghisap rokok. Dari segi faktor biologi mengakibatkan individu
ketagihan nikotin didalam rokok. Kemudian faktor lingkungan yang
dipengaruhi oleh saudara kandung, orang tua, iklan rokok, dan teman yang
merokok (Mahabbah & Fithria, 2019).
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi penggunaan rokok. Sodik
(2018) menegaskan antara lain :
1. Faktor social
Faktor sosial adalah faktor yang dibentuk oleh lingkungan, seperti anggota
keluarga, tetangga, dan teman sebaya. Sehingga faktor sosial merupakan
factor yang secara signifikan memberikan kontribusi terhadap prevalensi
merokok. Bahkan seseorang yang bukan perokok, jika berteman atau
berhubungan dengan seseorang yang merokok, secara otomatis dapat
memengaruhi orang tersebut untuk merokok.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang memicu seseorang untuk merokok
yang disebabkan karena ketenangan yang dibawa oleh rokok dapat
mengurangi kecemasan dan ketegangan. Keterikatan psikologis perokok
didasarkan pada kebutuhan untuk berurusan dengan diri sendiri untuk
menpai kesenangan secara sederhana dan efektif.
3. Faktor genetik
Seseorang dapat menjadi kecanduan tembakau karena faktor genetik. Faktor
genetik atau yang biasa disebut dengan faktor biologis juga dapat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti : Dampak iklan yang dilihat dan
didengar di media elektronik yang menunjukkan perokok sebagai simbol
kejantanan dan daya tarik membuat seseorang cenderung mengikuti
perilaku merokok.
Tipe-Tipe Perokok
Menurut Silvan Tomkins (Bambang, 2011) terdapat empat tipe perokok
berdasarkan management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
Ada tiga subtipe:
a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan.
b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan
untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu hanya beberapa menit.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang
yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya
bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
3. Perilaku merokok yang adiktif, disebut sebagai psychological addiction.
Seseorang yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Perokok menggunakan
rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan, tetapi
karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Pada orang-orang
tipe merokok yang sudah menjadi kebiasaan, merokok merupakan suatu
perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa
disadari. Perokok menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu
telah benar-benar habis.
Tempat merokok
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, Mu’tadin (2012)
menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi:
1. Merokok di tempat-tempat umum, terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
perokok menempatkan diri di smoking area dan kelompok yang heterogen
(merokok di tengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang
jompo dan orang sakit).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi seperti kantor atau di
kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat pribadi yang sebagai
tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga
kebersihan diri, penuh rasa gelisah dan mencekam. Toilet pun tak jarang
dijadikan sebagai tempat untuk merokok. Perokok dapat digolongkan
sebagai orang yang suka berfantasi.
Pengklasifikasian perilaku merokok juga dapat dilihat dari tempat orang
merokok menurut Trim (2011):
1. Merokok di tempat umum atau ruang publik
a. Kelompok homogen, (sama-sama perokok), secara bersama-sama
menikmati rokok. Umumnya perokok yang menempatkan diri di smoking
area dapat dikatakan masih menghargai orang lain.
b. Kelompok heterogen (merokok di tengah orang lain yang tidak merokok,
anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain). Perokok tergolong
sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis, dan tidak memiliki tata
karma.
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok digolongkan sebagai
individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah
yang mencekam.
b. Di toilet, perokok dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

B. Kerangka konseptual Perilaku Merokok pada Mahasiswa D3


Keperawatan sutopo

Kandungan dari rokok : Perilaku merokok pada mahasiswa :


1. Karbon monoksida 1. Pengukuran perilaku
2. Tar 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi
3. Nikotin merokok
3. Tipe merokok
4. Tempat merokok

Jenis rokok :
1. Berdasarkan filter
2. Berdasarkan
pembungkus
3. Berdasarkan bahan
baku/isi
= Diteliti
= Tidak diteliti
Keterangan: Kandungan dari rokok sangatlah banyak diantarannya
karbonmonoksida, tar, nikotin dsb. Sedangkan perilaku merokok pada
mahasiswa dapat diukur dengan pengukuran perilaku meroko, faktor –
faktor yang mempengaruhi merokok, tipe merokok, dan bahkan tempat
merokok. Adapun jenis rokok yaitu, berdasarkan filter, berdasarkan
pembungkus, dan berdasarkan bahan baku/isi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh
jawaban untuk pertanyaan penelitiannya dan rencana itu merupakan
suatu skema menyeluruh yang mencakup program penelitian
(Heriyanto,2017). Dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan
Deskriptif. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat mengetahui perilaku
merokok terhadap prestasi belajar mahasiswa D3 Keperawatan Sutopo.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan semua elemen atau individu atau
keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti
(Heriyanto, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa yang merokok D3 Keperawatan Sutopo sebanyak 20 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti (Heriyanto,
2017). Sampel penelitian ini berjumlah 20 mahasiswa yang merokok
D3 Keperawatan Sutopo.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang akan digunakan (Sugiyono, 2017).
Penelitian ini menggunakan urposive sampling, menurut Sugiyono
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2012)
C. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh rokok terhadap
prestasi belajar.
D. Definisi Operasional

Variabe Definisi Parameter Alat Skala Skor dan


l Operasional Ukur Ukur Kriteria
Perilak Mahasiswa -Jumlah Kuesioner Skala 1. Baik =
merokok
u yang Ordinal 75-100%
-Aktivitas
meroko merokok -Waktu 2. Cukup
-Tempat
k pada = 40-75%
-Pengaruh
mahasis psikologis 3. Kurang
-Penyebab
wa = <40%
merokok

E. Prosedur pengumpulan data


Dalam melakukan penelitian ini, prosedur pengumpulan data yang di
tetapkan sebagai berikut:
a. Mengurus perijinan kepada Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi DIII
Keperawatan sutopo.
b. Meminta perijinan pada Kaprodi D III Keperawatan Sutopo Surabaya.
c. Menetapkan responden yang sesuai dengan sampel yang diinginkan,
memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian.
d. Responden harus mengisi semua kuesioner yang telah
diberikan,kemudian diserahkan kembali kepada peneliti.
F. Teknik dan alat pengumpulan data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner perilaku
merokok terhadap prestasi belajar pada mahasiswa sebagai responden,
lembar kuesioner diisi oleh responden.

G. Instrumen Pengumpulan
Data Instrumen penelitian ini menggunkan kuesioner yaitu teknik
pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pernyataan atau
pertanyaan tertulis untuk dijawab responden (Sugiyono,2013).Kuesioner
berisi pernyataan ‘’selalu, sering, kadang – kadang, dan tidak pernah’’.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah merujuk pada
kuesioner peneliti Deasy Yunika Khairun (2011).
G.Teknik pengolahan data
1) Pengkajian Data (Editing)
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner perlu disunting(edit) terlebih
dahulu. Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner dan lembar observasi.Apabila ada jawaban-jawaban
yang belum lengkap, apabila memungkinkan perlu dilakukan pengambilan
data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila
tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap
tersebut tidak diolah, kuisoner tersebut dikeluarkan.
2) Coding
Pemberian kode jawab kuisioner penelitian tentang Studi Kasus Perilaku
Merokok pada Mahasiswa D III Keperawatan Sutopo Surabaya adalah:
SL : Selalu (4)
SR : Sering (3)
KD : Kadang-Kadang (2)
TP : Tidak Pernah (1)
3) Scoring (Penilaian)
Skoring merupakan proses penentuan skor atas jawaban responden yang
dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori yang sesuai dengan
anggapan atau opini responden. Untuk menilai perilaku merokok belajar
mahasiwa dengan menggunakan skala dalam penelitian ini,akan di dapat
jawaban ‘’Selalu, sering, kadang – kadang, tidak pernah. Hasil pengukuran
pengetahuan menggunakan kuisioner dikonversikan dalam bentuk skor.
Skor penilaian diakumulasi menggunakan rumus :

N= x 100
Keterangan :

N = Nilai yang didapat

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor Maksimal
Selanjutnya hasil presentase di interpretasikan dengan menggunakan skala
kualitatif.

1. Ketegori baik jika nilai diperoleh >75


2. Kategori cukup jika nilai diperoleh 40 – 75
3. Kategori kurang jika nilai diperoleh < 40

4) Tabulating
Tabulating adalah membuat table –tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang di inginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010), Setelah
data di Scoring kemudian data dimasukkan didalam satu format tabulasi
yang sudah di rancang kemudian dibuat persentase dari hasil tersebut.

Anda mungkin juga menyukai