Anda di halaman 1dari 17

EFEKTIVITAS 

PENGGUNAAN PERMEN BERASA

UNTUK PENGGANTI ROKOK PADA REMAJA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Pelajaran Bahasa


Indonesia Sebagai Syarat Kelulusan SMA Santa Maria 1 Kota Cirebon

Disusun oleh :
Nama     : Neysa Natalie Pangaribuan
           Kelas       : XII IPA 2
Nomor Induk   : 202110045 / 0044

SMA SANTA MARIA 1 KOTA CIREBON


Jl. Sisingamangaraja No. 22 Kelurahan Panjunan,
Kecamatan Lemahwungkuk,
Kota Cirebon
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh semua makhluk hidup
agar bisa melakukan segala aktifitas secara produktif, karena jika manusia dalam
kondisi tidak sehat maka akan menghambat segala aktivitas dan bisa mendapatkan
risiko kematian. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 kesehatan
didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut artikel Kementerian Kesehatan RI sehat dibagi menjadi 3, yakni pertama
sehat fisik, sehat fisik artinya bahwa seseorang memiliki kondisi tubuh yang sehat
dan bugar. Kedua sehat sosial, sehat sosial adalah ketika seseorang dapat
berinteraksi dengan baik dengan orang-orang sekitar. ketiga sehat jiwa, sehat jiwa
adalah kondisi dalam diri seseorang mengenai perasaan senang, bahagia, mampu
menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang-orang sekitar.
Makna kesehatan telah berkembang seiring dengan waktu. Dalam perspektif
model biomedis. Definisi awal kesehatan difokuskan pada kemampuan tubuh
untuk berfungsi. Kesehatan dipandang sebagai kondisi tubuh yang berfungsi
normal yang dapat terganggu oleh penyakit dari waktu ke waktu. Pada awal 1980-
an, WHO mendorong perkembangan gerakan promosi kesehatan. Gerakan ini
memungkinkan orang-orang meningkatkan kendali atas kesehatan mereka dan
memperbaiki status kesehatan mereka masing-masing. Untuk mewujudkan
kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap, Kesehatan dipandang
sebagai sumber daya untuk kehidupan sehari-hari bukan tujuan hidup. Untuk
mewujudkannya, ada beberapa prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu perdamaian,
tempat tinggal, pendidikan, makanan, pendapat, ekosistem yang stabil, sumber
daya berkelanjutan, serta keadilan sosial dan kesetaraan.
Akan tetapi tidak semua manusia akan terus mengalami kesehatan yang baik,
timbul masalah-masalah kesehatan yang ada pada diri manusia. Masalah
kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks. Masalah kesehatan menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2003) datang dari berbagai faktor diantaranya
pengetahuan dan sikap masyarakat dalam merespon suatu penyakit. Masalah
kesehatan juga dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
ialah faktor biologis, seperti genetika. Sedangkan faktor eksternal bisa bersumber
dari kebiasaan hidup sehari-hari misal dalam mengkonsumsi makanan, kemudian
faktor lingkungan yang sehat atau tidak, dan lain sebagainya.
Kesehatan merupakan dasar penting dalam pengembangan ketahan nasional.
Skor rata-rata indeks ketahanan kesehatan dalam global sebesar 38,9 poin dari
skor 100 poin. Indeks ketahanan kesehatan global Indonesia menempati peringkat
ke-13 di antara negara G20 pada 2021 dengan skor 50,4 poin. Diseluruh dunia dan
diantara G20, indeks ketahanan Kesehatan global Amerika Serikat merupakan
yang tertinggi dengan skor sebesar 75,9 poin. Sementara India tercatat memiliki
skor indeks terendah di antara negara G20, dengan skor sebesar 42,8 poin.
Dante mengatakan (2020), kondisi global menunjukan bahwa sekitar 7,1%
penyebab kematian adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta orang
per tahun berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2018. Di
Indonesia berdasarkan faktor risiko kematian antara lain tekanan darah tinggi atau
hipertensi 28%, merokok 17,3% diet tidak sehat 16,4%, diet tidak sehat 16,4%,
gula darah tinggi 15,2%, obesitas 10,9%.
Pada tahun 2020 World Health Organization (WHO) mencatat, jumlah
perokok berusia 15 tahun keatas di dunia sebanyak 991 juta orang. Ditinjau
menurut wilayah, pada tahun 2020 Pasifik Barat merupakan wilayah yang
memiliki jumlah perokok berusia 15 tahun keatas terbesar mencapai 337 juta
orang. Disusul Wilayah Asia Selatan dan Eropa masing-masing sebanyak 198 juta
orang dan 176 juta orang. Menurut data yang dikeluarkan oleh The ASEAN
Tobacco control Atlas (SEACTA, 2015) menyebutkan bahwa Indonesia sebagai
negara yang menduduki peringkat pertama sebagai negara prevalensi perokok
terbanyak di ASEAN (Association of Southeast Asian Nation), yakni sebesar
50,68%. Dalam jangka waktu satu dekade prevalensi merokok naik 7%. Survei
terakhir dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) menunjukkan prevalensi
perokok di Indonesia adalah 67% laki-laki, 4,5% perempuan dan total penduduk
36,1%.
Perilaku merokok merupakan masalah kesehatan yang serius di setiap belahan
dunia. Prevalensi perokok di Indonesia juga tidak pernah turun, dari tahun ke
tahun angka itu terus meningkat, baik dari jumlah perokok maupun rokok yang
dikonsumsi. menurut data WHO Indonesia merupakan negara dengan perokok
terbanyak ketiga di dunia setelah Cina dan India dan posisi ini telah bertahan
beberapa tahun. Kondisi ini diperkirakan akan berakibat buruk dimana lebih dari 7
juta kematian akibat rokok akan terjadi pada tahun 2030. Penelitian dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukan bahwa sekitar 25.000
perokok pasif meninggal akibat menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh
perokok aktif. Angka ini pun hampir dapat dipastikan akan terus seiring
meningkatnya jumlah perokok.
Seiring dengan prevalensi yang bertambah, penyakit yang terkait dengan
penggunaan tembakau dan perilaku merokok juga meningkat. Kebiasaan merokok
sebagai salah satu faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) telah berkontribusi
terhadap kematian. Kebiasaan-kebiasaan negatif saat ini sudah sangat luas, dari
orang tua bahkan sudah menambah pada kalangan anak muda. Bagi remaja
modern, merokok merupakan satu jenis pilihan aktivitas popular dilakukan untuk
memanfaatkan waktu senggang. Rokok seakan-akan sudah menjadi salah satu
kebutuhan yang hampir menyamai kebutuhan pokok. Perokok merasa butuh rokok
untuk berkonsentrasi, merasa tenang atau melepas stress.
Masa remaja merupakan masa yang rentan bagi seseorang untuk terlibat dalam
perilaku menyimpang seperti merokok. Seseorang remaja memilih untuk merokok
erat kaitannya dengan belum matangnya mental seorang remaja. Seorang remaja
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, tetapi masih belum cukup
matang untuk dikatakan dewasa sehingga masih sering gagal untuk
mempertimbangkan dampak dari perilakunya sendiri. Dilakukan dengan metode
coba-coba, yang kadangkala berdampak negatif namun kerap mengabaikan
dampaknya.

Hampir sebagian remaja sudah tau dan memahami akibat-akibat yang


berbahaya dari asap rokok, tetapi mengapa mereka tidak mencoba atau
menghindar perilaku tersebut? Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku
merokok pada remaja. Menurut Kurt Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000),
bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya,
perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
faktor lingkungan. Ada juga faktor lainnya Secara umum penyebab remaja
merokok yaitu faktor farmakologis, salah satu zat didalam rokok yang dapat
memengaruhi perasaan atau kebiasaan. Faktor yang kedua adalah faktor
psikologis.
Rokok dianggap dapat meningkatkan konsentrasi dan anggapan hebat bagi
remaja laki-laki yang berani merokok. Ketika orang-orang terdekatnya merupakan
perokok aktif, maka remaja akan lebih mudah untuk memulai merokok karena
orang tua atau teman sudah menjadi modeling bagi remaja tersebut. Dalam
beberapa tahun terakhir rokok sudah menjadi lifestyle pada siswa SMA atau
remaja. Penting sekali bagi bagi perokok untuk mengetahui cara menghilangkan
kebiasaan buruk ini dan mengganti dengan hal yang lebih bermanfaat.
Walaupun sudah banyak negara yang menetapkan peraturan mengenai
merokok dan banyaknya informasi terkait bahaya merokok, rokok tetap saja
memiliki banyak penggemar. Apa saja sebenarnya bahaya merokok untuk
kesehatan Rokok memiliki berbagai kandungan zat berbahaya 4.000 zat kimia
antara lain nikotin bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Bahan-
bahan kimia tersebut pemicu tekanan darah menjadi meningkat dan detak jantung
semakin cepat dan menstimulasi kanker. Namun perokok pasif atau orang yang
menghirup asap rokok bisa terkena penyakit, karena perokok pasif menghirup
racun yang disebabkan oleh asap dari perokok aktif. Perokok pasif menghirup
udara yang bercampur asap rokok, dapat menyebabkan sesak napas, iritasi hingga
sakit jantung dan paru- paru. Asap rokok yang terlepas mengandung nikotin,
karbon monoksida, hidrogen sianida, dan amonia. Zat tersebut adalah racun
mematikan akan memperlambat dan bisa menggerogoti kesehatan perokok pasif
(Depkes, 2014).

Asap rokok banyak sekali menyebabkan masalah atau penyakit, antara lain
seperti pneumonia, TB paru, Basil Tahan Asam Positif (BTA+), hasil riset yang
dilakukan Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2010) ditemukan kasus Basil Tahan
Asam Positif (BTA+) sebesar 183.366 kasus dan kasusini mengalami peningkatan
pada tahun 2011 ditemukan jumlah kasus sebesar 197.797 kasus, jumlah kasus
tertinggi yang dilaporkan terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Tahun 2010 didapatkan prevalensi tuberkulosis (TB) paru berdasarkan diagnosis
sebesar 725 per 100.000 penduduk di Indonesia. Asap rokok diduga menjadi
bagian paling berbahaya dari rokok karena mengandung zat yang lebih berbahaya
ketimbang asap yang dihirup oleh perokok. Zat berbahaya dalam asap rokok
mampu bertahan di udara selama kurang lebih dari 4 jam. Alhasil, menghirup
partikel-partikel ini hanya dalam hitungan menit dapat membahayakan Kesehatan.
Zat berbahaya dalam asap rokok mampu bertahan di udara selama kurang lebih
dari 4 jam. Alhasil, menghirup partikel-partikel ini hanya dalam hitungan menit
dapat membahayakan Kesehatan. Setelah 5 menit, asap rokok yang masuk akan
membekukan aorta. Asap rokok dapat membuat darah menjadi lebih lengket dan
meningkatkan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) yang dapat merusak
lapisan pembuluh darah. Ketika seseorang menghisap sebatang rokok, maka
sebagian asap tidak akan masuk ke paru-paru. Asap rokok ini akan menyebar ke
udara dan tanpa sengaja terhirup oleh orang-orang disekitarnya. Ini sebabnya
paparan asap rokok yang mengenai orang-orang yang tidak merokok lainnya akan
berbahaya untuk kesehatan.
Dampak negatif dari merokok bukan hanya pada kesehatan, tetapi merokok
sebabkan kerugian finansial dan sosial. Riset yang diterbitkan oleh Kementrian
Kesehatan 2017 berjudul Nilai Ekonomi dan Kesehatan Tembakau di Indonesia
menunjukan, merokok menyebabkan kerugian secara finansial dan sosial dalam
keluarga. Termasuk hilangnya produktivitas, beban ekonomi yang lebih berat,
dan biaya layanan kesehatan yang lebih tinggi. Menurut data Survei Ekonomi
Nasional (2012) konsumsi rokok mencapai 12,56% dari total pengeluaran rumah
tangga miskin. Konsumsi rokok dapat mengalahkan pengeluaran untuk kebutuhan
pangan lainnya. Dari tahun 2013 ke tahun 2014 konsumsi rokok mengalami
peningkatan yakni dari 15,51% menjadi 20,57%. Peningkatan konsumsi rokok
maka akan menggeser konsumsi pangan lainnya yang lebih penting untuk
meningkatkan kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.
Semakin meningkatnya perilaku merokok pada remaja, akan menimbulkan
kekhawatiran bagi orang tua khususnya. Faktanya terdapat produk alternatif
nikotin lain yang dapat digunakan untuk remaja yang sulit melepas rokok dan
dapat mengurangi dampak dari bahaya merokok. Adapun produk alternatif lain
yang dapat digunakan remaja untuk menggantikan rokok, diantaranya permen
karet, tablet isap, hingga koyo. Akan tetapi mengapa remaja lebih memilih
nikotin, alasan pada umumnya ialah mengenai kepuasan, karena nikotin
menimbulkan efek sementara di otak, yang membuat seseorang menjadi
ketergantungan terhadap zat ini. Setelah berada di otak, nikotin akan
meningkatkan pelepasan dopamin, zat kimia yang berfungsi membantu
memperbaiki suasana hati dan menimbulkan rasa puas.
Zat-zat kimia yang terkandung di dalam rokok dan asapnya ketika dibakar
antara lain karbon monoksida, tar, dan nikotin. Saat dibakar, nikotin masuk ke
dalam sel di mulut dan hidung, serta sepanjang saluran pernafasan. Paru-paru
dengan cepat menyerap nikotin dan mengedarkannya ke seluruh tubuh melalui
darah. Nikotin di dalam darah juga turut terbawa ke otak yang memicu pelepasan
beberapa zat (dopamin) serta mengaktifkan system syaraf pusat dan simpatik.
Menyadari pengaruh buruk nikotin bagi kesehatan, maka pemerintah telah
mengatur peredaran tembakau sebagai bahan utama pembuatan rokok dalam UU
RI Nomor 36 Tahun 2009 pasal 113 yang berbunyi:
(1) Pengaman penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan
tidak menggangu dan membahayakan Kesehatan perseorangan, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan.
(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,
produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat
adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya
atau masyarakat sekelilingnya.

Pengaruh lain nikotin adalah meningkatkan konsentrasi intrasypnaptic


dopa‐mine (DA) di ventral striatum/nucleus accumbens (VST/NAc) dan
serotonim sebagai neurotrasnmiter penahan kantuk sehingga menimbulkan
gangguan tidur.
Berhenti merokok dengan permen adalah salah satu alternatif yang banyak
dipilih. Bukan tanpa alasan, cara ini diklaim bisa mengurangi keinginan untuk
mengisap produk tembakau tersebut. Menurut Dr. Erlang Samoedro, SpP,
FISR, Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), permen
bisa membantu mengurangi keinginan untuk merokok. Ada beberapa pilihan
permen yang dapat kamu jajal, yaitu permen susu dan permen mint.    Permen
yang memiliki kandungan susu dipercaya dapat menghilangkan selera untuk
merokok, rokok akan terasa kurang enak jika di hirup setelah mengonsumsi
produk atau makanan yang terbuat dari susu, termasuk permen. Permen mint
memiliki aroma yang bisa menyegarkan mulut. Ada baiknya perlahan ganti
dengan permen yang memiliki rasa mint. Rasa hampir sama, namun efek pada
kesehatan sangat berbeda.
Berhenti merokok dengan permen mungkin salah satu pilihan yang bisa
dilakukan. Namun, ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan, yaitu
kandungan gula di dalam permen itu sendiri. Terlalu sering makan permen bisa
meningkatkan asupan gula harian di dalam tubuh. Ini tentu akan berdampak pada
kesehatanmu.
Solusinya, jika kamu sudah bisa mengendalikan diri untuk berhenti merokok
dengan permen, mulailah untuk mengurangi konsumsinya. Konsumsi permen
terus-menerus bisa meningkatkan risiko diabetes dan kenaikan berat badan. Oleh
karena itu, peneliti akan mengadakan suatu penelitian karya tulis ilmiah yang
berjudul:
“EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMEN PERASA UNTUK
PENGGANTI ROKOK PADA REMAJA”

Semoga penelitian ini dapat memberikan solusi bagi permasalahan alternatif


pengganti rokok bagi remaja.

1.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di tuliskan sebelumnya, beberapa
identifikasi masalah yang akan dijadikan sebagai bahan penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Indonesia memiliki jumlah perokok yang tingkat konsumsi rokok ke
tiga tertinggi di dunia.
2. Merokok salah satu faktor risiko penyakit tidak menular (PTM)
berkontribusi terhadap kematian.
3. Adanya zat berbahaya yang terkandung di rokok bagi tubuh manusia.
4. Rokok mampu mengubah perilaku buruk bagi remaja.
5. Asap rokok banyak mengakibatkan masalah atau penyakit.
6. Tinggi nya tingkat kematian perokok pasif akibat menghirup asap
rokok.
7. merokok menyebabkan kerugian secara finansial dan sosial
8. Permen berasa salah satu alternatif untuk mengurangi atau pengganti
rokok.
1.2 Pembatasan Masalah
Agar penulis karya tulis ilmiah ini tidak menyimpang dan mengambang
dari rencana semula, demikian pula agar mempermudah proses penelitian dan
pengumpulan data yang diperlukan, maka ditetapkanlah batasan-batasan
sebagai berikut:
1. Mengatasi kecanduan rokok pada remaja.
2. Efektivitas permen perasa untuk perokok.
3. Membuat perokok agar menggunakan permen sebagai pengganti.
4. Mengurangi pemakaian rokok pada remaja.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan sebelumnya, dapat
dirumuskan bahwa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah permen perasa dapat menjadi pengganti rokok bagi remaja.
2. Bagaimana efektivitas permen perasa sebagai pengganti rokok pada
remaja.
3. Apakah terdapat pengaruh kecanduan terhadap kebiasaan seseorang
dalam merokok.
1.4 Hipotesis
Dugaan awal terhadap hasil penelitian dari karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bahwasanya permen rasa dapat menjadi salah satu alternatif pengganti
rokok bagi remaja yang ingin merokok. Mengonsumsi permen dapat
membuat mulut sibuk mengunyah atau sebagai bahan pengalihan saat
ingin merokok.
2. Mengunyah permen bebas gula berpengaruh terhadap mulut pahit dan
menghilang zat adiktif dari rokok. Maka dapat mengonsumsi permen
bebas gula berxylitol sebagai alternatif untuk mencegah merokok pada
remaja.
3. Ketika mencoba sesuatu zat atau aktivitas tertentu secara terus-
menerus akan mengakibatkan kebiasaan. Dari kebiasaan seseorang
mengonsumsi rokok maka akan meningkatkan rasa kecanduan.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian dalam karya
tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.6.1 Kegunaan Ilmiah
1. Untuk mengetahui bahwa permen perasa dapat menjadi
pengganti rokok bagi remaja.
2. Untuk mengetahui efektivitas permen perasa sebagai
pengganti rokok bagi remaja.
1.6.2 Kegunaan Praktis
1. Dapat menjadikan sebuah peringatan kepada remaja
mengenai bahaya merokok bagi Kesehatan.
2. Dapat membuat remaja perokok aktif berhenti merokok.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Remaja dan Masa Remaja

2.1.1. Pengertian Remaja dan Masa Remaja

Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas yang digunakan


untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun
fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris, berasal dari
bahasa latin “adolescere” yang memiliki arti tumbuh ke arah
kematang. Kematangan yang dimaksud adalah kematangan yang
bukan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi.
Secara psikologis remaja adalah usia di mana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.

Remaja menurut Hurlock (1992), adalah suatu periode transisi dari


masa anak-anak menjadi dewasa awal dan mencapai kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut pieget (dalam
Hurlock) mengatakan secara psikologis remaja adalah usia dimana
individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak
tidak lagi merasa dibawah ikatan orang-orang yang lebih tua
melainkan dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam
masalah hak (Hurlock, 2001 : 206).

2.1.2. Ciri-ciri Perkembangan Masa Remaja

1. Masa Remaja Awal (usia 10-13 tahun)


Fase remaja awal terjadi dalam rentang usia 10-13 tahun.
Pada masa ini, anak tumbuh lebih cepat dan mengalami
tahap awal pubertas. Anak mulai memerhatikan munculnya
rambut ketiak dan kemaluan, pertumbuhan payudara,
keputihan, mulai menstruasi atau mimpi basah, dan testis
yang membesar.
2. Masa Remaja Pertengahan (usia 14-17 tahun)
Masa remaja pertengahan terjadi pada usia 14-17 tahun.
Dalam masa remaja ini, pertumbuhan remaja laki-laki
mulai berjalan cepat. Tubuhnya akan semakin tinggi dan
berat, otot semakin besar, dada dan bahu semakin lebar, alat
vital semakin besar, suara menjadi lebih pecah, muncul
jerawat, kumis, hingga jambang. Pada anak perempuan,
pinggang, panggul, dan bokong akan mulai membesar, alat
reproduksi yang berkembang, bertambahnya produksi
keringat, hingga menstruasi yang teratur. Remaja pada
masa ini umumnya sudah dapat berpikir dengan logika
meski kerap didorong oleh perasaannya
3. Masa Remaja Akhir atau Dewasa Muda (usia 18-24 tahun)
Pada masa remaja akhir, fisik anak telah sepenuhnya
berkembang. Dalam masa ini, perubahan lebih banyak
terjadi dalam dirinya. Ia mulai bisa mengendalikan
dorongan emosional yang muncul, merencanakan masa
depan, dan memikirkan konsekuensi yang akan ia hadapi
jika melakukan perbuatan yang tidak baik. Ia juga mulai
memahami apa yang diinginkannya dan bisa mengatur diri
sendiri, tanpa mengikuti kehendak orang lain. Kestabilan
emosi dan kemandirian ini umumnya didapatkan oleh anak
pada masa remaja akhir

2.2. Permen Berasa

2.2.1. Pengertian Permen Berasa

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, permen diartikan sebagai


salah satu produk pangan yang banyak digemari oleh masyarakat
umum baik anak-anak maupun orang dewasa.

Permen Merupakan produk sejenis gula-gula (confectionery) yang


dibuat dengan mendidihkan campuran gula dan air bersama dengan
bahan pewarna dan pemberi rasa sampai mencapai kadar air kira-
kira 3% (Buckle et al, 1994). Menurut SII (Standar Industri
Indonesia), permen atau kembang gula adalah jenis makanan
selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau
campuran gula dengan pemanis lain, dengan atau tanpa pembuatan
bahan makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan
(Anonim, 1994).

2.2.2. Jenis Permen Pengganti rokok

Permen Nicotinell

Permen Vello

2.2.3. Kandungan Permen Pengganti Rokok

2.2.4. Manfaat Permen Pengganti Rokok

2.3 Rokok
2.3.1. Pengertian Rokok

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan


dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang
tidak bisa dihindari bagi orang yang mengalami kecenderungan
terhadap rokok. Rokok merupakan salah satu bahan adiktif artinya
dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya. Sifat adiktif
rokok berasal dari nikotin yang dikandungnya. Setelah seseorang
menghirup asap rokok, dalam 7 detik nikotin akan mencapai otak
(Soetjiningsih, 2010).

2.3.2 Kandungan Rokok

Besarnya bahaya kandungan rokok bisa dilihat dari banyaknya


senyawa yang ada di dalam asap rokok. Di dalam asapnya, ada
sekitar 5.000 senyawa berbeda dan sebagian bersifat racun bagi
tubuh. Kandungan rokok yang bersifat racun tersebut berpotensi
merusak sel-sel tubuh. Selain itu, senyawa dalam asap rokok juga
bersifat karsinogenik alias memicu kanker. Di dalam rokok,
terdapat 250 jenis zat beracun dan 70 jenis zat yang diketahui
bersifat karsinogenik. Kandungan tersebut berasal dari bahan baku
utama rokok, yaitu tembakau. Selain itu, bahan pewarna yang biasa
dipakai untuk membuat tampilan rokok lebih menarik, dapat
memperbesar potensi racun dari rokok. Sifatnya yang memberikan
efek adiktif atau kecanduan.

Beberapa senyawa berbahaya yang terkandung dalam rokok


meliputi:

1. Karbon monoksida
Salah satu kandungan rokok adalah gas beracun karbon
monoksida yang tidak memiliki rasa dan bau. Jika
menghirup gas karbon monoksida terlalu banyak, sel-sel
darah merah akan lebih banyak berikatan dengan karbon
monoksida dibandingkan oksigen.
2. Nikotin
Kandungan rokok yang paling sering disinggung adalah
nikotin yang memiliki efek candu. Nikotin berfungsi
sebagai perantara dalam sistem saraf otak yang
menyebabkan berbagai reaksi, termasuk efek
menyenangkan dan menenangkan.
3. Tar
Kandungan rokok lainnya yang bersifat karsinogenik
adalah tar. Tar yang terhirup oleh perokok akan mengendap
di paru-paru. Timbunan tar ini berisiko tinggi menyebabkan
penyakit pada paru-paru, seperti kanker paru-paru dan
emfisema.

2.3.3. Dampak Rokok


Selain menyebabkan kecanduan, rokok juga memiliki dampak
yang sangat tidak sehat terhadap kesehatan. Menurut KPAI (2013),
semua ahli kesehatan termasuk World Health Organization (WHO)
telah lama menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak
menimbulkan dampak negatif, lebih bagi anak-anak dan masa
depannya.
Bab III

METODE PENELITIAN

3.1 Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2014:97) fokus penelitian merupakan inti yang


didapatkan dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang
diperoleh dari studi kepustakaan ilmiah. Fokus penelitian ini adalah
mengenai “Efektivitas Penggunaan Permen Berasa Untuk Pengganti
Rokok Pada Remaja” dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini akan berfokus terhadap permen velo

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang berbentuk kuisioner


dan blabla yang nantinya akan dijadikan sebagai bukti penelitian. Dalam
penelitian ini saya akan menggunakan

3.3 Sumber Data


3.4 Teknik Pengambilan Data

Anda mungkin juga menyukai