Disusun oleh :
Nama : Neysa Natalie Pangaribuan
Kelas : XII IPA 2
Nomor Induk : 202110045 / 0044
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh semua makhluk hidup
agar bisa melakukan segala aktifitas secara produktif, karena jika manusia dalam
kondisi tidak sehat maka akan menghambat segala aktivitas dan bisa mendapatkan
risiko kematian. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 kesehatan
didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut artikel Kementerian Kesehatan RI sehat dibagi menjadi 3, yakni pertama
sehat fisik, sehat fisik artinya bahwa seseorang memiliki kondisi tubuh yang sehat
dan bugar. Kedua sehat sosial, sehat sosial adalah ketika seseorang dapat
berinteraksi dengan baik dengan orang-orang sekitar. ketiga sehat jiwa, sehat jiwa
adalah kondisi dalam diri seseorang mengenai perasaan senang, bahagia, mampu
menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang-orang sekitar.
Makna kesehatan telah berkembang seiring dengan waktu. Dalam perspektif
model biomedis. Definisi awal kesehatan difokuskan pada kemampuan tubuh
untuk berfungsi. Kesehatan dipandang sebagai kondisi tubuh yang berfungsi
normal yang dapat terganggu oleh penyakit dari waktu ke waktu. Pada awal 1980-
an, WHO mendorong perkembangan gerakan promosi kesehatan. Gerakan ini
memungkinkan orang-orang meningkatkan kendali atas kesehatan mereka dan
memperbaiki status kesehatan mereka masing-masing. Untuk mewujudkan
kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap, Kesehatan dipandang
sebagai sumber daya untuk kehidupan sehari-hari bukan tujuan hidup. Untuk
mewujudkannya, ada beberapa prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu perdamaian,
tempat tinggal, pendidikan, makanan, pendapat, ekosistem yang stabil, sumber
daya berkelanjutan, serta keadilan sosial dan kesetaraan.
Akan tetapi tidak semua manusia akan terus mengalami kesehatan yang baik,
timbul masalah-masalah kesehatan yang ada pada diri manusia. Masalah
kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks. Masalah kesehatan menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2003) datang dari berbagai faktor diantaranya
pengetahuan dan sikap masyarakat dalam merespon suatu penyakit. Masalah
kesehatan juga dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
ialah faktor biologis, seperti genetika. Sedangkan faktor eksternal bisa bersumber
dari kebiasaan hidup sehari-hari misal dalam mengkonsumsi makanan, kemudian
faktor lingkungan yang sehat atau tidak, dan lain sebagainya.
Kesehatan merupakan dasar penting dalam pengembangan ketahan nasional.
Skor rata-rata indeks ketahanan kesehatan dalam global sebesar 38,9 poin dari
skor 100 poin. Indeks ketahanan kesehatan global Indonesia menempati peringkat
ke-13 di antara negara G20 pada 2021 dengan skor 50,4 poin. Diseluruh dunia dan
diantara G20, indeks ketahanan Kesehatan global Amerika Serikat merupakan
yang tertinggi dengan skor sebesar 75,9 poin. Sementara India tercatat memiliki
skor indeks terendah di antara negara G20, dengan skor sebesar 42,8 poin.
Dante mengatakan (2020), kondisi global menunjukan bahwa sekitar 7,1%
penyebab kematian adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta orang
per tahun berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2018. Di
Indonesia berdasarkan faktor risiko kematian antara lain tekanan darah tinggi atau
hipertensi 28%, merokok 17,3% diet tidak sehat 16,4%, diet tidak sehat 16,4%,
gula darah tinggi 15,2%, obesitas 10,9%.
Pada tahun 2020 World Health Organization (WHO) mencatat, jumlah
perokok berusia 15 tahun keatas di dunia sebanyak 991 juta orang. Ditinjau
menurut wilayah, pada tahun 2020 Pasifik Barat merupakan wilayah yang
memiliki jumlah perokok berusia 15 tahun keatas terbesar mencapai 337 juta
orang. Disusul Wilayah Asia Selatan dan Eropa masing-masing sebanyak 198 juta
orang dan 176 juta orang. Menurut data yang dikeluarkan oleh The ASEAN
Tobacco control Atlas (SEACTA, 2015) menyebutkan bahwa Indonesia sebagai
negara yang menduduki peringkat pertama sebagai negara prevalensi perokok
terbanyak di ASEAN (Association of Southeast Asian Nation), yakni sebesar
50,68%. Dalam jangka waktu satu dekade prevalensi merokok naik 7%. Survei
terakhir dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) menunjukkan prevalensi
perokok di Indonesia adalah 67% laki-laki, 4,5% perempuan dan total penduduk
36,1%.
Perilaku merokok merupakan masalah kesehatan yang serius di setiap belahan
dunia. Prevalensi perokok di Indonesia juga tidak pernah turun, dari tahun ke
tahun angka itu terus meningkat, baik dari jumlah perokok maupun rokok yang
dikonsumsi. menurut data WHO Indonesia merupakan negara dengan perokok
terbanyak ketiga di dunia setelah Cina dan India dan posisi ini telah bertahan
beberapa tahun. Kondisi ini diperkirakan akan berakibat buruk dimana lebih dari 7
juta kematian akibat rokok akan terjadi pada tahun 2030. Penelitian dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukan bahwa sekitar 25.000
perokok pasif meninggal akibat menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh
perokok aktif. Angka ini pun hampir dapat dipastikan akan terus seiring
meningkatnya jumlah perokok.
Seiring dengan prevalensi yang bertambah, penyakit yang terkait dengan
penggunaan tembakau dan perilaku merokok juga meningkat. Kebiasaan merokok
sebagai salah satu faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) telah berkontribusi
terhadap kematian. Kebiasaan-kebiasaan negatif saat ini sudah sangat luas, dari
orang tua bahkan sudah menambah pada kalangan anak muda. Bagi remaja
modern, merokok merupakan satu jenis pilihan aktivitas popular dilakukan untuk
memanfaatkan waktu senggang. Rokok seakan-akan sudah menjadi salah satu
kebutuhan yang hampir menyamai kebutuhan pokok. Perokok merasa butuh rokok
untuk berkonsentrasi, merasa tenang atau melepas stress.
Masa remaja merupakan masa yang rentan bagi seseorang untuk terlibat dalam
perilaku menyimpang seperti merokok. Seseorang remaja memilih untuk merokok
erat kaitannya dengan belum matangnya mental seorang remaja. Seorang remaja
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, tetapi masih belum cukup
matang untuk dikatakan dewasa sehingga masih sering gagal untuk
mempertimbangkan dampak dari perilakunya sendiri. Dilakukan dengan metode
coba-coba, yang kadangkala berdampak negatif namun kerap mengabaikan
dampaknya.
Asap rokok banyak sekali menyebabkan masalah atau penyakit, antara lain
seperti pneumonia, TB paru, Basil Tahan Asam Positif (BTA+), hasil riset yang
dilakukan Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2010) ditemukan kasus Basil Tahan
Asam Positif (BTA+) sebesar 183.366 kasus dan kasusini mengalami peningkatan
pada tahun 2011 ditemukan jumlah kasus sebesar 197.797 kasus, jumlah kasus
tertinggi yang dilaporkan terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Tahun 2010 didapatkan prevalensi tuberkulosis (TB) paru berdasarkan diagnosis
sebesar 725 per 100.000 penduduk di Indonesia. Asap rokok diduga menjadi
bagian paling berbahaya dari rokok karena mengandung zat yang lebih berbahaya
ketimbang asap yang dihirup oleh perokok. Zat berbahaya dalam asap rokok
mampu bertahan di udara selama kurang lebih dari 4 jam. Alhasil, menghirup
partikel-partikel ini hanya dalam hitungan menit dapat membahayakan Kesehatan.
Zat berbahaya dalam asap rokok mampu bertahan di udara selama kurang lebih
dari 4 jam. Alhasil, menghirup partikel-partikel ini hanya dalam hitungan menit
dapat membahayakan Kesehatan. Setelah 5 menit, asap rokok yang masuk akan
membekukan aorta. Asap rokok dapat membuat darah menjadi lebih lengket dan
meningkatkan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) yang dapat merusak
lapisan pembuluh darah. Ketika seseorang menghisap sebatang rokok, maka
sebagian asap tidak akan masuk ke paru-paru. Asap rokok ini akan menyebar ke
udara dan tanpa sengaja terhirup oleh orang-orang disekitarnya. Ini sebabnya
paparan asap rokok yang mengenai orang-orang yang tidak merokok lainnya akan
berbahaya untuk kesehatan.
Dampak negatif dari merokok bukan hanya pada kesehatan, tetapi merokok
sebabkan kerugian finansial dan sosial. Riset yang diterbitkan oleh Kementrian
Kesehatan 2017 berjudul Nilai Ekonomi dan Kesehatan Tembakau di Indonesia
menunjukan, merokok menyebabkan kerugian secara finansial dan sosial dalam
keluarga. Termasuk hilangnya produktivitas, beban ekonomi yang lebih berat,
dan biaya layanan kesehatan yang lebih tinggi. Menurut data Survei Ekonomi
Nasional (2012) konsumsi rokok mencapai 12,56% dari total pengeluaran rumah
tangga miskin. Konsumsi rokok dapat mengalahkan pengeluaran untuk kebutuhan
pangan lainnya. Dari tahun 2013 ke tahun 2014 konsumsi rokok mengalami
peningkatan yakni dari 15,51% menjadi 20,57%. Peningkatan konsumsi rokok
maka akan menggeser konsumsi pangan lainnya yang lebih penting untuk
meningkatkan kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.
Semakin meningkatnya perilaku merokok pada remaja, akan menimbulkan
kekhawatiran bagi orang tua khususnya. Faktanya terdapat produk alternatif
nikotin lain yang dapat digunakan untuk remaja yang sulit melepas rokok dan
dapat mengurangi dampak dari bahaya merokok. Adapun produk alternatif lain
yang dapat digunakan remaja untuk menggantikan rokok, diantaranya permen
karet, tablet isap, hingga koyo. Akan tetapi mengapa remaja lebih memilih
nikotin, alasan pada umumnya ialah mengenai kepuasan, karena nikotin
menimbulkan efek sementara di otak, yang membuat seseorang menjadi
ketergantungan terhadap zat ini. Setelah berada di otak, nikotin akan
meningkatkan pelepasan dopamin, zat kimia yang berfungsi membantu
memperbaiki suasana hati dan menimbulkan rasa puas.
Zat-zat kimia yang terkandung di dalam rokok dan asapnya ketika dibakar
antara lain karbon monoksida, tar, dan nikotin. Saat dibakar, nikotin masuk ke
dalam sel di mulut dan hidung, serta sepanjang saluran pernafasan. Paru-paru
dengan cepat menyerap nikotin dan mengedarkannya ke seluruh tubuh melalui
darah. Nikotin di dalam darah juga turut terbawa ke otak yang memicu pelepasan
beberapa zat (dopamin) serta mengaktifkan system syaraf pusat dan simpatik.
Menyadari pengaruh buruk nikotin bagi kesehatan, maka pemerintah telah
mengatur peredaran tembakau sebagai bahan utama pembuatan rokok dalam UU
RI Nomor 36 Tahun 2009 pasal 113 yang berbunyi:
(1) Pengaman penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan
tidak menggangu dan membahayakan Kesehatan perseorangan, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan.
(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,
produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat
adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya
atau masyarakat sekelilingnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Permen Nicotinell
Permen Vello
2.3 Rokok
2.3.1. Pengertian Rokok
1. Karbon monoksida
Salah satu kandungan rokok adalah gas beracun karbon
monoksida yang tidak memiliki rasa dan bau. Jika
menghirup gas karbon monoksida terlalu banyak, sel-sel
darah merah akan lebih banyak berikatan dengan karbon
monoksida dibandingkan oksigen.
2. Nikotin
Kandungan rokok yang paling sering disinggung adalah
nikotin yang memiliki efek candu. Nikotin berfungsi
sebagai perantara dalam sistem saraf otak yang
menyebabkan berbagai reaksi, termasuk efek
menyenangkan dan menenangkan.
3. Tar
Kandungan rokok lainnya yang bersifat karsinogenik
adalah tar. Tar yang terhirup oleh perokok akan mengendap
di paru-paru. Timbunan tar ini berisiko tinggi menyebabkan
penyakit pada paru-paru, seperti kanker paru-paru dan
emfisema.
METODE PENELITIAN