Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun (Hasibuan,

2011). Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa yang mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Dalam

perkembangan menuju dewasa, anak mengalami berbagai perubahan meliputi

perubahan biologik, perubahan psikologis dan perubahan sosial. Perubahan

tersebut mempengaruhi perilaku anak di lingkungan masyarakat. Perubahan

perilaku anak, ada yang mengarah ke arah positif dan ada yang ke arah negatif.

Perilaku negatif salah satu diantaranya adalah remaja dengan perilaku kebiasaan

merokok (Sofia & Adiyanti, 2013).

Remaja dengan perilaku merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang

wajar di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga terjadi

pada anak remaja. Perilaku merokok adalah gaya hidup yang merugikan kesehatan

diri sendiri dan orang lain (Durkin dan Helmi, 2010).

Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GATS) 2011 menunjukkan

prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas sangat tinggi, antara lain perokok laki-

laki (67,4%) dan wanita (2,7%), sedangkan menurut data World Health

Organization ( WHO), pada tahun 2012 persentase prevalensi perokok pria yaitu,
2

67% jauh lebih besar daripada perokok wanita yaitu 2,7%. Diantara para perokok

tersebut terdapat 56,7% pria dan 1,8% wanita merokok setiap hari (Pusat Promkes

Kemkes RI, 2013).

Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia WHO (World Health

Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa disebabkan

karena kebiasaan merokok, dimana rokok ini membunuh hampir lima juta orang

setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka dapat dipastikan bahwa 10 juta

orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70%

kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Laporan WHO selaras

dengan studi Universitas Indonesia yang dipublikasian Juni silam. Dalam

penelitian tersebut, UI menemukan setiap hari sekitar 500 orang meninggal dunia

akibat rokok. Data dari tahun 2010 menunjukkan jumlah nyawa yang melayang

akibat asap tembakau di Indonesia mencapai 190.260 orang. Bahkan pada tahun

2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga

merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan

hilangnya kesehatan. Menurut tobacco atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok

adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif

kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab serangan jantung (Pusat

Promkes Kemkes RI,2013). Hal ini sesuai dengan peringatan pemerintah sebagai

tindakan untuk meminimalisasikan penggunanaan rokok dengan memperingatkan

bahwa Merokok Membunuhmu, akan tetapi hal itu pun bisa dikatakan kurang
3

membuahkan hasil.

Saat ini, Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok

aktif terbanyak di dunia (61, 4 juta perokok), setelah China dan India. Tingginya

jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang

terpapar asap rokok orang lain (second-hand smoke) yang semakin bertambah (97

juta penduduk Indonesia). Sebanyak 43 juta anak-anak Indonesia terpapar asap

rokok (Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).

Di Indonesia prevalensi perokok remaja terus meningkat dari tahun ke

tahun. Pada tahun 1995 terdapat 7,1% remaja umur 15-19 tahun yang merokok,

bandingkan kenaikannya pada tahun 2004 perokok remaja umur 15-19 tahun yang

merokok sebesar 17,3% dan pada tahun 2012 persentase prevalensi perokok pria

yaitu 67% jauh lebih besar daripada perokok wanita yaitu 2,7%. Diantara para

perokok tersebut terdapat 56,7% pria dan 1,8% wanita merokok setiap hari. (Pusat

Promkes Kemkes RI, 2013). Menurut hasil Riskesdas pada tahun 2007, perokok

pada remaja usia 15 -19 tahun sebanyak 33,1%, sedangkan hasil Riskesdas pada

2010 naik menjadi 43,3% (Riskesdas Kemkes, 2010). Prevalensi perokok

tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah (43,2) dan terendah di Provinsi

Sulawesi Tenggara sebesar 28,3%. Data jumlah perokok di Provinsi Sulawesi

Selatan sebesar 31,6% dari total jumlah penduduk. Data jumlah perokok di Kota

Makassar yaitu 22,1% atau 287.300 orang dengan rata-rata konsumsi 10,6

batang/hari atau sekitar 3 juta batang rokok mengepul di udara tiap hari di kota

metropolitan tersebut (Halifah. 2012).


4

Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari dari pihak-pihak yang

berpengaruh besar dalam proses sosialisasi (Durkin dan Helmi, 2010).

Konsep sosialisasi pertama berkembang dari sosiologi dan psikologi sosial

yang merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem belief, sikap maupun

perilakuperilaku dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya. Merokok pada

anak remaja sebenarnya tidak dikehendaki orang tua, bahkan masyarakat juga

tidak menginginkan anggota masyarakatnya untuk menjadi seorang perokok

(Durkin dan Helmi, 2010).

Perilaku merokok pada remaja di latarbelakangi oleh motivasi untuk

mendapatkan pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan

(reliefing beliefs) dan menganggap perbuatan tersebut tidak melanggar norma

(permission beliefs) (Setiyanto, 2013)

Menurut Hansen Dalam Kemala (2008) faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok yaitu: faktor biologis, faktor psikologis, faktor demografis

faktor sosial-kultural, dan faktor sosial politik. Orang tua sebagai role model bisa

membentuk terjadinya kedua faktor tersebut yang mana bisa menjadi lingkungan

terdekat dengan anak dalam lingkup keluarga serta membentuk kepribadian sang

anak dalam pemberian pola asuh. Dalam pandangan Al-Quran, Allah berfirman

dalam QS. Al-Baqarah /2: 44


5

Terjemahnya:

Apakah kalian menyuruh manusia untuk berbuat kebajikan sementara


kalian melupakan diri kalian. (Kementrian Agama RI).

Menurut Agus (2012) pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan

yang utama dan pertama bagi anak yang tidak bisa digantikan oleh lembaga

pendidikan manapun. Sehingga pola asuh yang diberikan orang tua dalam

memberikan asuhan, perhatian dan contoh positif sangat penting sehingga mereka

tidak melakukan kebiasakan merokok sejak dini (Enrine, 2012).

Model dan penguat bagi para remaja untuk menjadi seorang perokok, yaitu

dengan merujuk konsep transmisi perilaku yaitu dapat ditransmisikan melalui

transmisi vertikal (orang tua ke anaknya) maupun transmisi horisontal (oleh teman

sebayanya) (Berry dkk, 1992). Pernyataan ini sama dengan (Helmi dan

Komalasari, 2010) dalam penelitianya bahwa perilaku merokok merupakan

perilaku transmisif yang dipelajari dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya

dan perilaku permisif orang tua

Menurut Kristianti dan Wismanto, sebagaimana dikutip oleh Wismantono

dan Sarwo (2007) menunjukkan bahwa orang tua yang merokok memiliki

kecenderungan untuk permisif terhadap anak-anak remajanya yang merokok,


6

daripada ayah yang tidak merokok. Hal tersebut di karenakan orang tua yang

merokok tidak memiliki power untuk melarang anaknya agar tidak merokok,

karena dia sendiri juga merokok atau melakukan hal yang sama. Sedangkan orang

tua yang tidak merokok mampu melarang anaknya untuk tidak merokok, karena

dia sendiri juga tidak merokok dan memberi contoh yang baik (Ariasti, 2014)

Rokok diketahui mengandung lebih dari 4000 zat/bahan kimia yang

berbahaya bagi kesehatan, dimana 43 zat diantaranya bersifat karsinogenik.

Komponen utamanya adalah nikotin suatu zat berbahaya penyebab kecanduan, tar

yang bersifat karsinogenik, dan CO yang dapat menurunkan kandungan oksigen

dalam darah. Rokok merupakan faktor risiko munculnya penyakit tidak menular

dan mematikan, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan kanker. Selain

mengancam kesehatan para perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang-orang

di sekitar yang terpapar asap rokok tersebut. Makin tinggi kadar bahan berbahaya

yang ada dalam sebatang rokok, maka makin besar kemungkinan untuk menderita

penyakit-penyakit tersebut dikemudian hari (Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).

Merokok merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan hingga saat

ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, dari

anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan. Salah satu sasaran

program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat adalah menurunnya

prevalensi perokok serta meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah,

tempat kerja, dan tempat umum (Pusat Promkes Kemkes RI, 2013).
7

Dari latarbelakang diatas menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan

jumlah perokok yang diperkirakan akan semakin tinggi di kalangan remaja. Hasil

studi pendahuluan yang dilakukan di Di SMA Negeri 1 Model Marioriwawo,

Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan pada bulan Maret 2016 terdapat 387 siswa

dan siswi secara keselurhan dari 2 jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Dari jumlah tersebut terdapat 120 siswa laki-laki yang

sebagian besar dari jumlah tersebut merupakan perokok aktif, dan rata rata orang

tuanya adalah perokok. Sehingga anaknya juga perokok dan dianggap sebagai hal

yang sepele, padahal orang tua sebagai role model dan pemberi pola asuh pada

anak. Dan dalam dunia kesehatan realisasi merokok itu dapat menimbulkan

penyakit bahkan dapat membunuh. Sementara dengan tersirat pemerintah

melarang orang untuk merokok dengan kata merokok dapat membunuhmu

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

Hubungan Kebiasaan Merokok Pada Anak Usia 15-18 Tahun Dengan Orang Tua

Perokok Di SMA Negeri 1 Model Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi

Selatan.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian

(Notoatmodjo, 2012).

H1 atau Ha : Ada hubungan antara kebiasaan merokok pada anak usia 15-

18 tahun dengan orang tua perokok di SMA Negeri 1 Model


8

Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok pada anak usia

15-18 tahun dengan orang tua perokok di SMA Negeri 1 Model

Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)

itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi

oleh orang lain (Nursalam, 2008).

Sekiranya di dalam literatur tidak terdapat definisi operasionalnya, maka

harus dibuat sendiri, dengan menggunakan pemikiran sendiri, sesuai dengan

maksud dari penelitian itu, atau dengan berkonsultasi dan berdiskusi dengan para

ahli (Machfoedz, 2010).

Tabel 1.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


No. Variabel Definisi Alat Ukur Parameter Skala
Operasional Data

1. Variabel Bebas
Orang tua Orang tua yang Angket/Kuesioner 1. Ya Guttman
perokok merokok secara 2. Tidak
aktif setiap hari
9

2. Variabel Terikat

Kebiasaan Remaja yang Angket/Kuesioner 1. Ya Guttman


merokok merokok secara 2. tidak
pada anak aktif setiap hari
3. Variabel Pengganggu
a. Teman Teman seusianya Angket/Kuesioner 1. Ya Guttman
sebaya yang merokok yang 2. tidak
dapat
mempengaruhinya
atau memancing
untuk ikut
melakukan kegiatan
merokok.
b. Media Segala jenis media Angket/Kuesioner 1. Ya Guttman
massa massa dapat 2. tidak
mempengaruhinya
atau memancing
untuk ikut
melakukan kegiatan
merokok.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan uraian singkat hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya tentang masalah yang sejenis, sehingga diketahui secara

jelas posisi penulis. Untuk itu penulis telah melakukan pra-penelitian dengan

melakukan survey secukupnya guna menunjang penelitian ini. Disini penulis akan

mengetengahkan beberapa hasil penelusuran dari penelitian maupun buku-buku

tentang rokok sebagai perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis (Sugiyanto, 2007).


10

Tabel 1.2 Kajian Pustaka

Perbedaan dan
Nama Peneliti /
No Tujuan Metode Hasil Persamaan
Judul Penelitian
dengan Riset
1 Runi Rahmatia Untuk Studi Korelasi Ada Perbedaan:
Kharie, 2013 / mengidentifikasi dengan hubungan terletak pada
Hubungan Pola pola asuh orang pendekatan antara pola subjek
Asuh Orang Tua tua dan perilaku waktu cross asuh penelitian.
dengan Perilaku merokok dan sectional, orang tua Penelitian ini
Merokok Pada menganalisis teknik dengan membahas
Anak Laki-laki hubungan polah sampling perilaku tentang pola
Usia 15-17 tahun asuh orang tua purpusive merokok pada asuh tetapi pada
di Kelurahan dengan perilaku sampling anak laki-laki penelitian
Tanah Raja merokok pada usia15-17 penulis,
Ternate anak laki-laki usia tahun subjeknya
17 tahun di diKelurahan adalah
Kelurahan tanah Tanah Raja kebiasaan
Raja Ternate, Ternate merokok pada
anak dengan
orang tua
perokok.
Persamaan:
sama-sama
membahas
tentang
kebiasaan
merokok pada
remaja.
2. Ati Siti Rochayati Untuk Explanatory Ada pengaruh Perbedaan:.
(2015) / menganalisis study dengan yang Penelitian ini
Faktor-faktor yang factor-faktor yang pendekatan signifikan. membahas
mempengaruhi mempengaruhi crosssectional. Dan faktor- tentang faktor-
perilaku merokok perilaku merokok faktor antara faktor yang
remaja di sekolah pada remaja lain pola asuh mempengaruhi
menengah kejuruan sekolah orang tua, remaja merokok
kabupaten menengah pengetahuan, tetapi pada
kuningan. kejuruan Teman, dan penelitian
kabupaten media dan penulis, hanya
kuningan. lain-lainnya. ingin
mengetahui
hubungan
11

kebiasaan
merokok pada
anak dengan
orang tua
perokok.
Persamaan:
sama-sama
membahas
tentang
kebiasaan
merokok pada
remaja.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Kebiasaan Merokok Pada Anak Usia 15-18

Tahun Dengan Orang Tua Perokok Di SMA Negeri 1 Model Marioriwawo,

Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada anak usia 15-18

tahun Di SMA Negeri 1 Model Marioriwawo, Kabupaten Soppeng,

Sulawesi Selatan.

2) Untuk mengetahui gambaran orang tua perokok Di SMA Negeri 1

Model Marioriwawo, Kab. Soppeng, Sulawesi Selatan.

3) Untuk menganalisis Hubungan Kebiasaan Merokok Pada Anak Usia

15-18 Tahun Dengan Orang Tua Perokok Di SMA Negeri 1 Model

Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.


12

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lokasi Penelitian

Untuk menambah wawasan dan bahan masukan bagi anak remaja dan orang

tua tentang bahaya merokok pada remaja.

2. Bagi masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya

merokok pada remaja sehingga orang tua menjadi role model yang baik

untuk anak dengan mengurangi kebiasaan merokok didepan anak.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini merupakan sumber data bagi penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan hubungan kebiasaan merokok pada anak remaja

dengan orang tua perokok.

4. Bagi institusi

Sebagai referensi perpustakaan institusi dan merupakan masukan bagi

mahasiswa yang sedang mempelajari tentang hubungan kebiasaan

merokok pada anak remaja dengan orang tua perokok.

Anda mungkin juga menyukai