Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Perilaku merokok merupakan kegiatan fenomenal, artinya

walaupun telah banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat

merokok, tetapi jumlah perokok tidak menurun bahkan terus

meningkat. Setiap orang yang hidup di kota maupun di desa pada

umumnya mereka sudah kenal dekat dengan perilaku merokok.

Bahkan untuk sebagian orang, perilaku merokok sudah menjadi

kebutuhan pokok yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja dalam

kehidupan sehari-hari. Saat ini kelompok umur perokok pun sangat

bervariatif baik kelompok umur dewasa, lansia, remaja bahkan anak-

anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Julie A. Pasco, 2012 yang

ditulis dalam the british jurnal menyebutkan bahwa di antara 165

orang dengan gangguan depresi mayor dan 806 kontrol, merokok

dikaitkan dengan peningkatan peluang untuk gangguan depresi

utama (usia disesuaikan rasio odds (OR) = 1,46,95% CI 1,03-2,07).

Dibandingkan dengan non-perokok, kemungkinan untuk gangguan

depresi mayor lebih dari dua kali lipat bagi perokok berat (> 20

batang / hari). Di antara 671 wanita yang tidak memiliki riwayat

penyakit depresi pada awal, 13 dari 87 perokok dan 38 dari 584 non-

perokok mengembangkan gangguan depresi de novo besar selama


2

satu dekade tindak lanjut. Merokok meningkatkan risiko penyakit

depresi sebesar 93% (rasio hazard (HR) = 1,93, 95% CI 1,02-3,69);

ini tidak dijelaskan oleh aktivitas fisik atau konsumsi alkohol.

Sebuah penelitian di Kanada yang dilaksanakan oleh Teen

Drug Abuse menunjukkan bahwa kebanyakan orang merokok

disebabkan pengaruh lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kebanyakan remaja yang merokok terpengaruh oleh iklan.

Perinciannya 68% dari jumlah anak tersebut menangkap kesan

positif terhadap iklan yang dilihatnya. Adapun 50% remaja semakin

percaya diri saat merokok karena meniru actor dalam iklan yang

dilihatnya (Yulianto, H. 2015).

Masalah rokok merupakan permasalahan kesehatan

masyarakat yang dialami oleh penduduk dunia saat ini. Menurut

WHO, sekitar 1,3 milyar penduduk dunia adalah perokok (Tarupay,

2014). Hasil survei World Health Organization (WHO, 2013 ) rokok

yang diisap di dunia mencapai 15 milyar setiap harinya. Indonesia

menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia. Data

terakhir yang dipublikasikan menyebutkan bahwa Indonesia setiap

tahunnya mengkonsumsi 215 milyar batang rokok, nomor 5 di dunia

setelah Cina 1.643 milyar batang rokok tiap tahunnya, Amerika

451 milyar batang rokok tiap tahunnya, Jepang 328 milyar batang

rokok tiap tahunnya, dan Rusia 258 milyar batang rokok tiap
3

tahunnya. Menurut Bank Dunia, konsumsi rokok Indonesia setiap

tahunnya sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi dunia.

Merokok memiliki dampak negatif yaitu merokok berbahaya

bagi kesehatan, merokok perbuatan yang mubadzir, merokok

membahayakan perokok dan orang-orang sekitar, merokok suatu

kebiasaan buruk serta merokok menghabiskan banyak waktu. Rokok

dapat menimbulkan bahaya langsung bagi tubuh dan dapat

menimbulkan berbagai penyakit, antara lain kanker, penyakit

gangguan jantung, TBC, berbagai penyakit mulut, bibir, lidah, gigi,

amandel penyakit pencernaan, penyakit saraf dan kandung kencing

(Basyir, 2005).

Jumlah perokok remaja di berbagai negara di dunia ternyata

mengalami peningkatan, berdasarkan data WHO tahun 2011

menunjukkan dari tahun 2000-2009 sebanyak 65,8% pria berusia 13-

15 tahun telah merokok dan sebanyak 54,1% wanita telah merokok

pada usia 13-15 tahun. Masyarakat di Asia dengan usia 13-15 tahun

memiliki perilaku merokok dengan rincian 22,6% perokok berjenis

kelamin laki-laki dan 7,7% perokok berjenis kelamin wanita (WHO,

2011).

WHO pada 2015 menegaskan sekitar 15 dari setiap 100 orang

dewasa AS berusia 18 tahun atau lebih tua (15,1%) rokok saat ini

merokok. Ini berarti sekitar 36,5 juta orang dewasa di Amerika Serikat

saat ini merokok. Lebih dari 16 juta orang Amerika hidup dengan
4

dipenyakit yang berhubungan dengan merokok. Diandora, 2015

ditemukan prevalensi merokok setiap produk tembakau di kalangan

orang berusia > = 15 tahun, Laki-laki sebanyak 37.2 %.

Kondisi perokok di Indonesia juga semakin memprihatinkan

karena konsumsi rokok pada setiap tahunnya terus meningkat pesat

melebihi laju pertambahan penduduk. Pada tahun 2010 diketahui

bahwa prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,2% dan semakin

meningkat pada tahun 2013 menjadi 36,3%. Untuk konsumsi

rokok pada setiap harinya per orang di Indonesia pada tahun

2013 sebanyak 12,3 batang per hari (setara satu bungkus)

(Kemenkes, 2013). Data Global Youth Tobbaco Survey 2014 (GYTS

2014) menyebutkan 20,3 % anak sekolah merokok (Laki-laki 36%,

perempuan 4.3%), 57,3% anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar

asap rokok dalam rumah dan 60% terpapar di tempat umum atau

enam dari setiap 10 anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap

rokok di dalam rumah dan di tempat-tempat umum. Data GATS 2014

juga menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,8%,

dan sebanyak 67% laki-laki di Indonesia adalah perokok terbesar

didunia.

Kandungan rokok terdiri dari berbagai macam zat yang beracun

seperti, nikotin, tar, asam asetik yaitu zat yang biasa digunakan

dalam pembuatan pembersih lantai, naptalin yaitu bola-bola yang

digunakan untuk pewangi pakaian, sodium hidroksida, formalin atau


5

pengawet, asetanisol, geraniol atau zat aktif pada pestisida, hidrogen

sianida atau bahan racun tikus, tollene atau bensin, hidrasin atau

bahan bakar pesawat, cinnamaldehyde atau racun anjing, kadmium

atau zat beracun pada batu baterai, urea atau zat yang terdapat pada

urin yang biasa digunakan untuk pembuatan cat, dan polonium-210

atau isotope radioaktif (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), terdapat

24,3% perokok aktif yang setiap hari merokok, 5% perokok kadang-

kadang, 4% mantan perokok dan 66,6% tidak merokok. Hampir 80%

perokok merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun.Umumnya

orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu risiko mengenai

bahaya adiktif rokok (Kemenkes RI, 2014).

Perilaku merokok yang dinilai merugikan telah bergeser

menjadi perilaku yang menyenangkan dan menjadi aktifitas yang

bersifat obsesif. Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah

faktor sosial atau lingkungan. Terkait hal itu, kita tentu telah

mengetahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh

lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, ataupun teman

pergaulan (Aula, 2010).

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan,

diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku merokok pada mahasiswa. Beberapa penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi seseorang


6

untuk mulai merokok amat beragam. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sumarna (2009) pada mahasiswa Fisip Universitas

Indonesia, diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok pada mahasiswa adalah karena pengetahuan yang

mereka miliki tentang rokok.

Selain pengetahuan, sikap juga merupakan salah satu faktor

pemudah (Predisposing factors) yang mempengaruhi terjadinya suatu

perilaku berdasarkan teori Lawrence Green. Sikap merupakan

respons tertutup seseorang terhadap suatu objek tertentu. Penelitian

yang dilakukan oleh Shaluhiyah, dkk pada tahun 2005 menyebutkan

bahwa pada umumnya, seseorang telah memiliki sikap yang baik

terhadap bahaya perilaku merokok. Namun, sikap yang baik tersebut

terkadang tidak diikuti oleh praktik merokok yang rendah. Hal ini

disebabkan karena terjadinya inkonsistensi antara sikap dan praktik

sehingga sikap yang baik terhadap bahaya merokok tidak diikuti

dengan perilaku yang baik pula yaitu dengan tidak merokok.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rika (2009), iklan

rokok juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

seseorang memulai aktivitas merokok. Banyaknya kegiatan-kegiatan

remaja, seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan lain-

lain yang disponsori oleh rokok juga menjadi salah satu faktor

penyebab remaja merokok. Dengan gencarnya iklan dan banyaknya

kegiatan remaja yang disponsori oleh rokok menyebabkan rasa ingin


7

tahu remaja tentang rokok meningkat, sehingga trend merokok di

kalangan remaja juga meningkat. Mardian (2013) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa sebagian besar remaja mengaku terpengaruh

untuk merokok karena melihat iklan rokok yang ada di Televisi. Hal ini

terjadi karena iklan rokok dibuat dengan slogan yang terlihat keren

dan menarik sehingga membuat orang menganggap merokok sebagai

hal yang keren pula. Selain itu, adanya iklan produk rokok yang

menayangkan tokoh idola remaja yang menghisap rokok juga akan

turut mempengaruhi remaja untuk meniru perilaku merokok tokoh

idolanya tersebut.

Komasari dan Helmi (2000) dalam penelitian yang

dilakukannya menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi

seorang remaja mulai merokok adalah karena pengaruh teman

sebaya. Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tarupay (2014), yang menyatakan bahwa dari hasil

wawancara dengan beberapa mahasiswa yang merokok diketahui

bahwa pengaruh dari teman sebaya menjadi faktor utama informan

merokok.

Seseorang yang hidup di lingkungan sosial dengan adanya

teman sebaya yang merokok, sangat rentan untuk ikut terpengaruh

dengan perilaku merokok tersebut. Hal ini disebabkan karena

lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi

seorang remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk


8

menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan

kebutuhan yang sangat penting. Teman sebaya merupakan prediktor

dan memberikan sumbangan yang cukup baik terhadap perilaku

merokok remaja yaitu 38,4% (Komasari dan Helmi dalam Tarupay,

2014).

Perilaku merokok pada mahasiswa sudah sering dijadikan

sebagai objek penelitian. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan

sebelumnya, diketahui bahwa pengaruh keluarga juga merupakan

faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa.

Penelitian Hamzah, dkk (2013) mengenai perilaku merokok di

kalangan mahasiswa di lima perguruan tinggi medis dan nonmedis di

Saudi menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang

mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa adalah karena

kehadiran seorang perokok dalam keluarga. Kemudian, Shaluhiyah,

dkk (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hubungan

komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang baik karena

kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua akan mempengaruhi

terjadinya perilaku merokok pada anak. Pernyataan tersebut juga

sejalan dengan hasil penelitian dari Tarupay (2014) yang menyatakan

bahwa sebagian besar orang tua informan tidak tahu bahwa informan

adalah perokok. Hal ini berhubungan dengan pengawasan orang tua

yang kurang terhadap anaknya.Selain itu, adanya anggota keluarga

yang merokok dan sering melihat anggota keluarga yang merokok


9

serta diketahui namun tidak dilarang merokok oleh kelurga merupakan

hal yang turut mempengaruhi perilaku merokok seseorang.

Berdasarkan jumlah konsumsi rokok harian, perokok terdiri

atas 3 kategori yaitu: perokok ringan (1-10 batang/ hari), perokok

sedang (11-20 batang/ hari dan perokok berat (> 20 batang/ hari)

(Mutadin, 2002). Pada umumnya, penelitian yang telah dilakukan

terkait dengan perilaku merokok pada mahasiswa hanya kepada

informan dengan kategori perokok ringan, perokok sedang dan

perokok berat (Heavy Smoker). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini

juga akan dibahas mengenai informan yang mengonsumsi rokok

dalam jumlah yang lebih kecil yakni = 5 batang/ hari. Istilah untuk

perokok ini adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya

pada situasi sosial atau situasi tertentu. (Hahn dan Payne, 2003).

Berdasarkan penelitian Kimberly, dkk (2006) tentang

karakteristik perokok sosial pada mahasiswa diketahui bahwa sampai

saat ini, tidak ada cara standar untuk mendefenisikan perokok sosial.

Namun, dalam penelitiannya mereka mendefenisikan karakteristik

perokok sosial sebagai seseorang yang merokok lebih umum

bersama orang lain dari pada sendiri, merokok pada situasi sosial

tertentu seperti pada saat pesta atau pada saat sedang bersosialisasi

dengan orang lain. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Moran et al

menyatakan bahwa seorang mahasiwa yang hanya merokok sesekali

(tidak setiap hari).


10

Berdasarkan data-data yang telah disajikan di atas, dapat

diketahui bahwa jumlah prevalensi mahasiswa yang merokok di

Indonesia tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai

riset, survey dan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, semakin

tahun semakin tinggi pula jumlah perokok yang meninggal akibat

kanker paru-paru. Dari tahun 2000 sampai tahun 2010 telah terjadi

lonjakan jumlah perokok yang meninggal sebanyak 25 kali lipat

(Kompasiana dalam Nastiti, 2014). Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa saat ini perilaku merokok pada mahasiswa merupakan suatu

masalah serius yang mengancam kesehatan.

Dibalik setiap perilaku merokok pada mahasiswa tentu terdapat

hal-hal tertentu yang mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut.

Pengaruh sikap, iklan, teman sebaya dan keluarga merupakan hal

yang akan menjadi bahan penelitian oleh peneliti terkait perilaku

merokok pada mahasiswa. Di lingkungan k a m p u s D-III PPNI

Kendari, mahasiswa cenderungan untuk berperilaku merokok.

Mereka merokok disebabkan berbagai faktor ada yang bermula dari

coba-coba, pengaruh dari teman yang merokok. Dari hasil

wawancara dengan petugas keamanan kampus bahwa tempat yang

sering digunakan untuk merokok yaitu di kantin kampus, lapangan

parker, lobi-lobi gedung. Mahasiswa tersebut cenderung merokok

pada saat berkumpul dengan teman- temanya waktu pulang kuliah

dan waktu santai.


11

Beragam kalangan memandang perilaku merokok sebagian

besar mengarah bahwa rokok memiliki dampak negatif. Merokok

yaitu demi relaksasi dan ketenangan meskipun mereka telah paham

bahwa terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang

merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.

Bahkan mereka pun tahu bahwa rokok memberi dampak buruk

terhadap perilaku merokok bagi kesehatan yaitu dapat

menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan

kehamilan dan janin, penyakit stroke, katarak, merusak gigi,

osteoporosis, kelainan sperma (Aula, 2010),

Upaya mengatasi perilaku merokok pada mahasiswa yaitu

keputusan untuk menggurangai konsumsi rokok secara bertahap

serta dengan niat dan motivasi yang kuat untuk tidak merokok,

maka dari itu dibutuhkan suatu kesadaran yang tinggi dari masing-

masing mahasiswa).

B Rumusan Masalah
Menyadari dampak negatif dari aktivitas merokok yang

dilakukan oleh para pengguna rokok baik bagi dirinya maupun bagi

orang yang berada disekitarnya, maka hal ini perlu di tinjau lebih jauh

sehigga nantinya dapat mengurangi angka pengguna rokok dan

angka gangguan kesehatan karena aktivitas merokok.


Kampus D-3 PPNI Kendari merupakan kampus kesehatan

sehingga sudah hal yang pasti mahasiswa tahu dampak buruk dari

rokok, namun mahasiswa masih cenderung untuk berperilaku


12

merokok Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka peneliti

merumuskan masalah factor determinan apakah yang mempengaruhi

perilaku merokok mahasiswa D-III keperawatan PPNI Kendari?

C Tujuan Penelitian
1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis determinan factor yang mempengaruhi

perilaku merokok mahasiswa D-III keperawatan PPNI Kendari PPNI

Kendari.

2 Tujuan khusus
a. Memperoleh informasi mengenai faktor predisposisi (sikap)

mahasiswi yang merokok di kampus D-III keperawatan PPNI

Kendari
b. Memperoleh informasi mengenai faktor pemungkin (iklan rokok)

mahasiswi yang merokok di kampus D-III keperawatan PPNI

Kendari
c. Memperoleh informasi mengenai faktor penguat (teman sebaya

dan keluarga) mahasiswi yang merokok di kampus D-III

keperawatan PPNI Kendari.

D Manfaat Penelitian

1 Manfaat Praktis

Menambah pengetahuan serta memperluas wawasan mengenai

perilaku merokok mahasiswa D-III keperawatan PPNI Kendari.


13

2 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan

Menambah referensi tentang perilaku merokok mahasiswa D-III

keperawatan PPNI Kendari, agar dapat membantu masalah

perilaku mereka.

3 Manfaat untuk peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengkaji mahasiswa terkait

masalah perilaku merokok mahasiswa D-III keperawatan PPNI

Kendari.

4 Manfaat untuk perokok

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan pelayanan

khusus untuk mengantisipasi masalah perilaku merokok

mahasiswa D-III keperawatan PPNI Kendari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a Perilaku Merokok

1 Pengertian
14

Merokok adalah perlakuan yang ditandai dengan membakar

tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan

rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang

rokok yang tengah dibakar adalah 900C untuk ujung rokok

yang dibakar dan 30C untuk ujung rokok yang terselip di bibir

perokok. Asap rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup

melalui dua komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan

komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen

partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap dapat berupa

gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel. Merokok adalah

suatu kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Perilaku

merokok tidak hanya menyebabkan berbagai macam penyakit

tetapi juga dapat memperberat sejumlah penyakit lainnya (Sitepoe,

2000) .

Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat

dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak

seseorang merokok dapat diketahui melalui intensitasnya, Maka

perilaku merokok seseorang dapat dikatakan tinggi maupun

rendah yang dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu

banyaknya seseorang dalam merokok. dimana intensitas

merupakan besar atau kekuatan untuk suatu tingkah laku.

Terdapat tiga fase klinikal penting yang mendahului tingkat

ketergantungan individu terhadap rokok secara positif adalah


15

trial (coba-coba), occasional use (sesekali merokok), dan daily

use (perokok harian). Perilaku merokok dapat disimpulkan sebagai

suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian

menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang

disekitarnya (Leventhal dan Cleary, 1980).

2 Kandungan Rokok
Bahan kimia yang terdapat dalam rokok dapat memberikan

efek tengganggu bagi kesehatan diantaranya nikotin, tar,

gas karbon monoksida, dan berbagai logam berat lainnya yang

mengakibatkan bila terus menerus merokok akan mengganggu

kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya nikotin di hisapan rokok

tersebut yang bersifat adiktif sehingga menyebabkan seseorang

merokok secara terus-menerus. Nikotin bersifat toksik terhadap

jaringan syaraf juga dapat menyebabkan tekanan darah, denyut

jantung bertambah, kontraksi otot seperti dipaksa, pemakaian

oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh darah koroner

akan bertambah, dan vasokontriksi pembuluh darah perifer

(Sitepoe, 2000).
Adapun bahan kimia lain yang terkandung dalam rokok yaitu

tar yang mengandung bahan kimia beracun yang bisa

menyebabkan kerusakan pada sel paru-paru dan menyebabkan

kanker (Sitepoe, 2000). Selain nikotin dan tar, ada kandungan dari

rokok yang sangat berbahaya juga bagi tubuh yaitu gas karbon
16

monoksida. Gas karbon monoksida ini dapat mengurangi

kemampuan darah dalam mengalirkan oksigen ke seluruh

tubuh. Gas korbon monoksida ini juga mampu cepat bersenyawa

dengan Hemoglobin. Akibatnya, suplai oksigen ke seluruh

organ-organ tubuh terhambat. Sebagai pentoleransi terhambatnya

suplai oksigen ke seluruh organ-organ tubuh, tubuh terpaksa

menyerap unsur timah berat yang beracun (Basyir, 2005).

Sedangkan timah hitam (Pb) yang merupakan partikel dari asap

rokok ini mengandung 0,5 mikrogram setiap satu batang rokok.

Jika kadar timah hitam (Pb) dikonsumsi oleh tubuh lebih dari 2

mikrogram/hari maka akan menimbulkan bahaya bagi tubuh

(Sitepoe,2000). Adapun ammonium karbonat terkandung

dalam rokok yang mengakibatkan plak kuning pada permukaan

lidah, mengganggu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat di

permukaan lidah tersebut, menyebabkan batuk, dan membantu

tubuh untuk menerima berbagai macam penyakit seperti pilek,

radang mulut, tenggorokan serta amandel (Basyir, 2005).

3 Efek Merokok

Merokok merupakan aktivitas menghisap rokok atau

tembakau dengan berbagai cara, dengan kata lain merokok itu

perbuatan dari menyalakan api pada rokok sigaret maupun cerutu,

atau tembakau dalam pipa rokok. Asap dari tembakau maupun

bahan sejenis yang terkena api dihisap melalui mulut sehingga


17

masuk kebagian dalam tubuh, lalu dihisap masuk ke dalam rongga

dada, lalu dilepaskan keluar melalui hidung atau mulut, maupun

melalui keduanya secara bersamaan ke udara (Basyir, 2005).

Asap rokok yang dihisap mengandung lebih dari 3040 jenis

bahan kimia dengan bermacam jenis daya kerja terhadap tubuh

(Sitepoe, 2000). Rokok dapat menimbulkan bahaya langsung

terhadap tubuh, maupun jadi faktor timbulnya berbagai

penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh rokok diantaranya

adalah kanker, berbagai penyakit disaluran cerna (seperti kanker

mulut, dan sebagainya) penyakit pernapasan, penyakit pembuluh

darah, dan lain sebagainya. Rokok juga dapat mempengaruhi

keturunan dan merusak reproduksi, bahkan asapnya saja yang

tersebar diudara pun menjadi bahaya bagi orang lain (Basyir,

2005).

Sedangkan bahaya rokok bagi orang lain yang tidak

merokok bila terhirup asap dari orang yang merokok tersebut

ini sama bahayanya dengan orang yang merokok tersebut

bahkan lebih berbahaya orang yang tidak merokok menghirup asap

dari orang yang merokok tersebut, dengan istilah perokok pasif.

Perokok pasif mempunyai resiko cukup tinggi terhadap penyakit

jantung koroner, gangguan pernapasan, dan kanker paru. Bagi

anak-anak dibawah umur, terdapat resiko kematian mendadak

akibat asap rokok (Basyir, 2005).


18

4 Tahapan Perilaku Merokok


Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena

ada beberapa tahap yang dilalui seorang perokok sebelum ia

menjadi perokok regular yaitu seorang yang telah menganggap

rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan

Cleary (1980) bahwa ada beberapa tahapan dalam perkembangan

prilaku merokok, yaitu :


a Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah

merokok. Di tahap ini terjadi pembentukan opini pda diri individu

trhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh

perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra

yang diperoleh dari prilaku merokok. Informasi rokok dan

prilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua

atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai media.

Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan

yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis

terkenal sebagai model, sehingga perokok dianggap sebagai

keglamoran. Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan

bentuk kedewasaan dikalangan remaja sehingga

diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukan sikap

kemandirian. Merokok dianggap sebagai sesuatu yang

prestise, symbol pemberontakan. Pembentukan sikap

terhadap prilaku merupakan awal dari kebiasaan merokok.


b Tahap inisiasi
Merupakan tahap yang sangat penting dalam prilaku
19

merikok seseorang dimana individu sudah mulai melakukan uji

coba terhadap rokok.


c Tahap menjadi perokok
Pada tahap ini individu memberikan label perokok pada

dirinya dan mulai mengalami ketergantungan kepada rokok.

Berapa studi menyatakan biasanya membutuhkan waktu

selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok regular.

Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,

belajar tentang kapan dan bagaimana prilaku merokok.


d Tahap tetap menjadi perokok
Pada tahap ini faktor psikologis dan biologis digabungkan

menjadi suatu pola prilaku merokok. Faktor psikologis seperti

kebiasaan, kecanduaan, kecemasan, ketegangan, relaksasi,

cara berteman dan stimulasi. Faktor biologis paling banyak

mempertahankan prilaku merokok yaitu efek nikotin dan level

nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.


e Alasan Menuju Prilaku Merokok

Menurut Tomkins (2000) dalam ALamsyah (2010) bahwa

tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory

adalah:

a Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

dengan tiga sub tipe ini adalah:


1 Pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk

menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah

didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau

makan.
2 Stimulation to pick them up adalah perilaku merokok
20

yang dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan

perasaan.
3 Pleasure of handling the cigarette adalah kenikmatan

yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik

pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan

waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan

untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa

menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama

untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama

sebelum ia nyalakan dengan api.


b Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif,

misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap

sebagai penyelamat.
c Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction)

adalah perilaku dengan menambahkan dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang

dihisapnya berkurang.
d Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka

menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar

sudah menjadi kebiasaannya rutin atau tanpa dipikirkan

dan tanpa disadari.


f Tipe-Tipe Perokok

Menurut Smet dalam Hasanah, (2013) bahwa tipe perokok

dapat diklasifikasikan menjadi 3 menurut jumlah rokok yang

dihisap yaitu perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok


21

dalam sehari, perokok sedang menghisap lebih dari 5-14 batang

rokok dalam sehari, perokok ringan menghisap lebih dari 1-4

batang rokok dalam setiap hari. Kemenkes (2010) juga membuat

suatu pembagian menurut rata-rata batang rokok yang dihisap

per hari menjadi 1-10 batang rokok yang dihisap per hari, 11-20

batang rokok yang dihisap per hari, 21-30 batang rokok yang

dihisap per hari dan lebih dari 31 batang per hari.

Menurut Mutadin (2002) tipe-tipe perokok yaitu perokok

sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31

batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah

bangun pagi, perokok berat merokok sekitar 21-30 batang

sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6

- 30 menit, perokok sedang menghabiskan rokok 11 21 batang

dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi,

perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan

selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

Kandungan rokok terdiri dari berbagai macam zat yang

beracun seperti, nikotin, tar, asam asetik yaitu zat yang biasa

digunakan dalam pembuatan pembersih lantai, naptalin yaitu

bola-bola yang digunakan untuk pewangi pakaian, sodium

hidroksida, formalin atau pengawet, asetanisol, geraniol atau zat

aktif pada pestisida, hidrogen sianida atau bahan racun tikus,

tollene atau bensin, hidrasin atau bahan bakar pesawat,


22

cinnamaldehyde atau racun anjing, kadmium atau zat beracun

pada batu baterai, urea atau zat yang terdapat pada urin yang

biasa digunakan untuk pembuatan cat, dan polonium 210 atau

isotope radioaktif (Kemenkes RI, 2014).

g Bahaya Merokok pada Remaja


Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti

dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek yang merugikan bagi

kesehatan akibat merokok sudah diketahui dengan jelas. Efek

merokok yang timbul dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu

banyaknya jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok yang dihisap,

dan lamanya merokok.


a Perilaku Merokok dan Status Gizi
Individu yang merokok umumnya memiliki indeks massa

tubuh (IMT) yang lebih rendah dibandingkan dengan bukan

perokok. Merokok meningkatkan pengeluaran energi karena

efek nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tingkat

metabolisme, mengakibatkan penurunan pengeluaran energi.

Hofstetter et al, mengemukakan bahwa pengeluaran energi

dalam 24 jam meningkat pada perokok sebesar 140-200

kkal/hari (Bradley, 2010).


Rokok yang dibakar, kandungan nikotin akan masuk

kedalam sirkulasi darah dan dalam waktu kurang lebih 15

detik akan masuk ke otak yang kemudian nikotin akan

diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik untuk memacu

sistem dopaminergik pada jalur imbalan sehingga akan


23

mepengaruhi penekanan nafsu makan yang menyebabkan

terjadinya malnutrisi atau gizi kurang (Tarwoto, 2010).


b Perilaku Merokok dan Prestasi
Nikotin yaitu bahan kimia yang bersifat adiktif dan dapat

mengakibatkan ketergantungan (Dariyo, 2007). Nikotin yang

terkandung dalam rokok rata-rata 8,4 mg bahkan ada pula

yang mengandung 100-200 mg. Dosis pertama nikotin

memberi perasaan segar atau waspada sedangkan dosis

selanjutnya memberikan perasaan tenang dan rileks. Saat

dihisap, nikotin akan masuk ke otak dalam waktu 7 detik, dua

kali lebih cepat dari penggunaan obat intravena. Nikotin

mempengaruhi otak dan system saraf pusat dengan

mengubah kadar neurotransmitter dan bahan kimiawi yang

mengatur temperamen, belajar dan kemampuan

berkonsentrasi (Dariyo, 2007).


Menurut Kumboyono (2012) yang menyatakan bahwa

apabila rokok dikonsumsi sejak usia dini akan berpengaruh

terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus

menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di

otak sehingga akan menurunkan motivasi untuk belajar yang

selanjutnya akan berdampak kepada penurunan prestasi

belajar
c Perilaku Merokok dan Kesehatan Gigi dan Mulut
Tar adalah senyawa polonuklin hidrokarbon aromatika

yang bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar

masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok.


24

Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan

berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan

paru-paru. Nikotin juga memberikan peranan terhadap

kesehatan gigi dan mulut, pengaruh asap rokok secara

langsung adalah iritasi terhadap gusi dan secara tidak

langsung melalui produk- produk rokok seperti nikotin yang

sudah masuk melalui aliran darah dan ludah, jaringan

pendukung gigi yang sehat seperti gusi, selaput gigi, semen

gigi dan tulang tempat tertanamnya gigi menjadi rusak

karena terganggunya fungsi normal mekanisme

pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dapat merangsang

tubuh untuk menghancurkan jaringan sehat di sekitarnya

( Sitepu, 2010) .
Merokok merupakan salah satu faktor etiologi penunjang

kelainan mukosa pada rongga mulut karena bahan-bahan

yang terdapat dalam rokok bersifat merangsang infeksi

mukosa. Merokok dapat memperlambat penyembuhan luka.

Dry socket terjadi empat kali lebih banyak pada perokok

daripada bukan perokok (Ruslan, 1996).


d Perilaku Merokok dan Gangguan Pernafasan
Nikotin merupakan racun dan bila digunakan dalam

dosis besar dapat mematikan karena efek paralis yang

ditimbulkan pada otot pernapasan. Nikotin meningkatkan

denyut jantung dan menyebabkan vasokontriksi pembuluh

darah sehingga mengganggu sirkulasi darah (Sudiono, 2008).


25

Tar menjadi salah satu zat kimia yang terdapat didalam

kandungan rokok. Ketika seseorang melakukan perilaku

merokok maka akan mengasilkan tar yang berasal dari asap

rokok akan terakumulasi dan menempel pada jalan nafas,

tenggorokan, dan permukaan alveoli paru-paru. Endapan tar

ini akan mengganggu kerja paru-paru sehingga terbentuklah

flek atau noda pada paru-paru yang akhirnya dapat

menyebabkan kanker paru-paru (Suryatin, 2004).


Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang

tidak memiliki bau, mudah diserap kedalam saluran pembuluh

darah, yang berakibat pada ketergantungan secara fisiologis

(physiological dependency) (Dariyo, 2007). Gas ini bersifat

toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor

maupun penggunaannya dan menyebabkan kadar oksigen

dalam darah berkurang. Gas CO jika masuk kedalam paru-

paru dan aliran darah akan bereaksi dengan hemoglobin

darah. Kadar CO yang tinggi menyebabkan jumlah

hemoglobin dalam darah berkurang sehingga akan

menyebabkan penyakit sesak napas, pingsan, dan bahkan

kematian.
B Perilaku
a Pengertian

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh

sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup


26

mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia

itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-

masing. Psikologi memandang perilaku manusia ( human behavior)

sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat

kompleks ( Azwar, 2012).

Menurut Fitriani (2011) bahwa perilaku adalah semua

kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung

maupun tidak dapat diamati ole pihak luar . Perilaku manusia pada

hakikatnya tindakan manusia itu sendiri yang bentangannya sangat

luas mulai dari berjalan, bicara, menangis, tertawa, bekerja dll.

Menurut Ali (2010) bahwa perilaku merupakan respons/ reaksi

individu teradap stimulasi yang berasal dari luar dan atau dalam

dirinya.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

seseorang mengadopsi perilaku yang baru dalam dirinya maka

orang tersebut mengalami proses berurutan, yakni :

1 Kesadaran ( Awarness) yakni dimana seseorang telah

menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus.
2 Merasa tertarik ( Interest) yakni, merasa tertarik terhadap

stimulus atau obyek tersebut.


3 Mengevaluasi yakni, menimbang terhadap baik dan buruk

nya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap individu sudah

lebih baik lagi.


4 Mencoba ( Trial) yakni, dimana individu mulai mencoba
27

melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang dikehendaki

oleh stimulus.
5 Adopsi yakni, subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus


Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat

dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi

individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta tindakannya yang

berhubungan dengan kesehatan.


Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir,

bersikap dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Untuk memberikan

respon terhadap situasi diluar objek tersebut. Respon ini dapat

bersifat pasif (tanpa tindakan).


Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga

jenis yaitu :
1 Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui

situasi dan rangsangan.


2 Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan

terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek

sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang

hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut

(lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang

bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap

pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah

merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya

masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.


3 Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa
28

perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar.


Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan dan

usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri

manusia (Purwanto,1998). Skinner (1938 dalam Notoatmodjo,

2012) mengatakan perilaku adalah suatu respon atau reaksi

seseorang terhadap rangsangan dari luar, yang dimana respon itu

dapat berbentuk dalam covert behavior (sikap dan penilaian

terhadap objek) dan overt behavior ( respon yang berbentuk

tindakan).
Notoatmodjo (2012) mendefenisikan perilaku itu dari segi

biologis yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang

dapat diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati dari luar

yang dalam bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan.
Notoatmodjo (2012) mengemukakan perilaku dikembangkan

menjadi tiga level yakni: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),

tindakan atau praktik (practice). Pengetahuan (knowledge),

merupakan penginderaan manusia terhadap objek melalui panca

inderayang dimilikinya. Pengetahuan dibagi menjadi enam level,

yaitu:
a Tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat dan mengingat

kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya.


b Memahami (comprehension) yang diartikan sebagai

kemampuan untuk menginterprestasikan serta menjelaskan

suatu objek secara benar.


c Aplikasi (aplication) yang diartikan kemampuan
29

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi

yang sebenarnya.
d Analisis (analysis) yang diartikan kemampuan untuk

menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tapi masih dalam bentuk terstruktur.


e Sintesis (synthesis) artinya kemampuan menyususn formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.


f Evaluasi (evaluation) diartikan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi.


Adapun sikap (attitude) merupakan reaksi yang masih

tertutup dan memiliki batasan-batasan dari seseorang terhadap

suatu stimulus. Sikap terdiri dari beberapa level yaitu:

1 Menerima (reciving), diartikan bahwa seseorang itu mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.


2 Merespon (responding), artinya memberikan jawaban bila

ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.


3 Menghargai (valuing), maksudnya mengajak individu lain atau

mendiskusikan suatu masalah.


4 Bertanggung Jawab (responsible), maksudnya bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko (Notoatmodjo, 2012).


Tindakan atau praktik (practice), suatu sikap belum tentu

otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan nyata perlu adanya faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adanya fasilitas.

Tindakan memiliki tingkatan, tingkatannya yaitu:


a Respon Terpimpin (guided respons), maksudnya dapat

melakukan sesuatu tindakan dengan urutan yang benar dan


30

sesuai dengan contoh.


b Mekanisme (mechanism), menunjukkan apabila seseorang telah

dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis.


c Adopsi (adoption), maksudnya suatu tindakan yang

sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012).


b Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok

(Notoatmodjo, 2010):
1 Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara

atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu:


a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit

bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh

dari penyakit.
b Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam

keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu

sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun

perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang

seoptimal mungkin.
c Perlu gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan

minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan

seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat

menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang,

bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat

tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan


31

minuman tersebut.
2 Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian

pengobatan (health seeking behaviour)


Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self

treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.


Dalam menentukan reaksi/tindakan sehubungan dengan

gejala penyakit yang dirasakannya, menurut suchman individu

berproses melalui tahap-tahap berikut ini: Tahap pengenalan

gejala, tahap asumsi peran sakit ,tahap kontak dengan pelayanan

kesehatan, tahap ketergantungan si sakit, tahap penyembuhan

atau rehabilitasi.
3 Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan

tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan

lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga

tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau

masyarakatnya.
c Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah suatu tindakan yang dilakukan

seseorang berupa membakar tembakau yang kemudian dihisap

asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa

kemudian asapnya dihembuskan kembali ke udara. Meski semua

orang tahu akan bahaya.


32

yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak

pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat

ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan

sehari- hari dilingkungan rumah, kantor, sekolahan, maupun di jalan-

jalan. Hampir setiap saat dapat dijumpai orang yang sedang merokok

(Sitepoe, 2000).
Penelitian Moolchan dkk (2000 dalam Kasfi, 2004) menunjukkan

bahwa tiga fase klinikal penting yang mendahului tingkat

ketergantungan individu terhadap rokok secara positif adalah trial

(coba-coba), occasional use (sesekali merokok), dan daily use

(perokok harian).
Mutadin (2002 dalam Kasfi, 2004), mengkategorikan perilaku

merokok individu atas:


a Perokok ringan, yaitu perokok yang menghabiskan

rokok lebih kurang 10 batang rokok perhari dengan waktu mulai

merokok rata-rata lebih dari satu jam setelah bangun pagi

setiap hari.
b Perokok sedang, yaitu bila menghabiskan rokok lebih kurang11 -

21 batang perhari dengan waktu mulai merokok rata-rata 31 60

menit sesudah bangun pagi tiap hari.


c Perokok berat, yaitu bila menghabiskan lebihdari 31 batang rokok

sehari dan merokok rata-rata 6 30 menit setelah bangun pagi

tiap hari.
Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005), terdapat empat kategori

perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory:


a Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif,

maksudnya seseorang yang merokok akan merasakan


33

bertambahnya rasa yang positif.


b Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif,

maksudnya seseorang merokok dikarenakan adanya

perasaan cemas, gelisah, dan marah maka rokok akan

dianggapnya sebagai penenang.


c Perilaku merokok yang adiktif atau yang sering disebut

kecanduan, maksudnya seseorang yang merokok akan sangat

ketergantungan terhadap rokok tersebut.


d Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan, maksudnya

seseorang merokok bukan dikarenakan untuk mengendalikan

perasaan lagi tetapi merokok memang sudah rutinitasnya sehari-

hari.
Tempat merokok mencerminkan pola perilaku merokok.

Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok,

maka penggolongkan tipe perilaku merokok menjadi:


a Merokok di tempat umum, yang dibagi ke kelompok homogen

(sama-sama perokok) secara bersamaan menikmati kebiasaanya

tapi kelompok ini masih menghargai orang lain disekitarnya.

Kelompok heterogen merupakan kelompok yang merokok

ditengah-tengah orang yang tidak merokok yang tergolong orang

yang tidak berperasaan, tidak etis, dan tidak punya tata

karma.
b Merokok di tempat pribadi, merokok seperti memilih di kamar

tidur pribadi atau di kantor dapat digolongkan sebagai individu

yang kurang menjaga kebersihan diri, serta penuh dengan

perasaan gelisah yang mencekam.


c Merokok di toilet, dapat digolongkan sebagai orang yang suka
34

berfantasi (Basyir, 2005).


1 Pembentukan Perilaku
Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005),

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut

merespon, maka teori ini disebut S-O-R atau Stimulus Organisme

Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:


a Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.


b Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul

dan berkembang kemudian di ikuti oleh stimulus atau

perangsangan tertentu. Perangsangan ini di sebut reinforcing

stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons.


Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka

perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu


a Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan bel0um dapat di amati secara jelas oleh

orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau

unobservable behavior.
b Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah


35

jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah

dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut overt

behavior.
Menurut Fitriani (2011) bahwa perilaku manusia terbesar

adalah perilaku yang dibentuk dengan perilaku yang dipelajari,

bagaimana cara membentuk perilaku yang sesuai harapan

yakni :

1 Pembentukan perilaku dengan kebiasaan


Pembentukan perilaku dengan kebiasaan dapat dilakukan

dengan melakukan kebiasaan perilau yang sesuai

harapan maka terbentuklah suatu perilaku tersebut

contoh perilaku mencuci tangan, menggosok gigi. Teori

perilaku belajar dari kebiasaan ini dikemukakan oleh

Pavlov, Throndike, serta Skiner.


2 Pembentukan perilaku dengan pengertian
Perilaku juga dapat dilakukan dengan pengertian (insight).

Dalam teori ini belajar yang dilakukan secara kognitif disertai

dengan adanya pengertian yang dikemukakan Kohler,

sedangkan Thoendike mengemukakan dalam belajar yang

terpenting adalah latihan. Contohnya yaitu perilaku

pemakaian helm bagi pengguna kendaraan bermotor,

serta tidak terlambat bekerja karena takut

mengganggu pekerjaan teman yang lainnya.


3 Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan

cara menggunakan model. Contohnya anak yang melakukan


36

perilaku dan kebiasaan yang mirip dengan yang dilakukan

oleh orangtuanya. Teori yang berkaitan dengan perilaku

menggunakan model diungkapkan oleh Bandura (1977)

dalam teori belajar sosial atau obsevasional learning theory


Menurut Ki Hajar Dewantara perilaku dapat berupa

cipta( perilaku akal), rasa ( perilaku rasa) dan karsa (

perilaku tindakan) sedangkan beberapa ahli lainnya

mengungkapkan perilaku menjadi pengetahuan, sikap dan

tindakan ( Ali, 2010). Menurut teori Bloom (1908) seorang

ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo (2005),

perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni

Cognitive Domain, Afektif Domain Psycomoto Domain.

Ketiga Domain tersebut diukurdari pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practise).


2 Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Menurut Soekanto (2003) dalam Mubarok dkk (2007)

bahwa pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda

dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan yang keliru (

missing information).
37

Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang

berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas otak termasuk ke

dalam dimensi kognitif. Tujuan belajar pada dimensi kognitif lebih

mengarah pada perilaku dalam aspek berfikir atau kemampuan

intelektual. Menurut Wahit dkk (2006) yang mengungkapkan

pengetahuan menjadi suatu hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali hal yang sudah terjadi baik secara sengaja

maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan

kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok

dkk, 2007).
Menurut Mubarokh dkk (2007), pengetahuan dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:


1 Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik

dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.
2 Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.


3 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan

kondisi yang sebenarnya.


4 Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
38

atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.
5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.


6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek
Dimensi kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh

Anderson et al. (Widodo, 2003) mencakup dimensi

pengetahuan dan dimensi proses kognitif yang terpisah satu

sama lain. Dimensi pengetahuan hanya memuat jenis

jenis pengetahuan sedangkan proses kognitif memuat macam

macam proses kognitif.


c Factor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
a Perilaku Merokok Keluarga

Orang tua menjadi figur contoh didalam keluarga dimana

setiap anggota keluarga akan menjadikan orang tua menjadi

model yang akan membentuk perilaku anggota keluarga

kedepannya. Untuk anak-anak yang berasal dari keluarga

yang masih bersifat keluarga konservatif yang menekankan nilai-

nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka

panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-

obatan dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga


39

yang permisif dengan penekanan pada falsafah kerjakan

urusanmu sendiri-sendiri. Jika seorang anak-anak memiliki

keluarga yang merokok, maka anak-anaknya akan memiliki

kemungkinan besar untuk mencontohnya dan menjadi perokok

( Firdaus, 2014).

Orang tua yang perokok memberikan pengaruh kepada

anak-anaknya untuk merokok. Leventhal (1988) menyatakan

bahwa dalam suatu studi di amerika serikat ditemukan sekitar

14% anak-anak yang merokok memiliki orang tua yang juga

perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada individu

yang tinggal dengan satu orang tua (Single Parent). Individu

berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan

ayah mereka yang merokok.

Menurut Komalasari (2000) bahwa keluarga perokok

sangat berperan terhadap perilaku merokok anak-anaknya

dibandingkan keluarga non perokok. Dalam hal ini menurut

pandangan social cognitive learning theory, merokok bukan

sematamata proses belajar pengamatan anak terhadap orang

tua atau saudaranya tetapi adanya pengukuh positif dari orang

tua dan konsekuensi-konsekuensi merokok dirasakan

menyenangkan remaja. Hasil penelitian Alamsyah (2010)

menunjukkan bahwa analisis rasio prevalensi pengaruh orang tua

merokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,38, hal ini


40

menunjukkan bahwa responden yang orang tuanya merokok

mempunyai kebiasaan merokok 1,38 kali dibandingkan orang

tuanya yang tidak merokok.

b Perilaku Merokok Guru


Guru merupakan seorang pengajar suatu ilmu. Guru

umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik. Anak sekolah dasar merupakan

anak peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu dan rasa ingin

mencoba berbagai hal yang tinggi sehingga perlunya adanya

didikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru sebagai

perwakilan orang tua untuk disekolah.


Mubarak (2014) menyatakan bahwa perilaku guru akan

menjadi model tiruan yang akan dilakukan oleh siswa, perilaku

guru tentang rokok akan memberikan sebuah arti penting

terhadap pandangan siswa tentang perilaku merokok karena

merekalah model perilaku yang akan ditiru pada umumnya.

Menurut Nasyruddin (2013) bahwa komitmen guru untuk tetap

melarang perilaku merokok di sekolah akan berdampak kepada

implementasi penurunan perilaku merokok sehingga penerapan

kawasan tanpa rokok akan maksimal.


c Perilaku Merokok Teman
Awal perilaku merokok pada umumnya diawali pada saat

usia yang masih muda (Smet, 1994), dan disebabkan adanya

model yang ada di lingkungannya, atau karena adanya tekanan


41

sosial misalnya dinyatakan bukan sebagai teman atau anggota

kelompok jika tidak merokok, atau di cap tidak keren atau gaul

jika tidak merokok


Lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat

penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk

menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan

kebutuhan yang sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak

dan menghindari sebutan banci atau pengecut. Merokok bagi

remaja juga merupakan simbolisasi, simbol atas kekuasaan,

kejantanan, dan kedewasaan Dalam kehidupan sosial seorang

remaja cendrung merokok pada kelompok yang merokok

dibandingkan saat ia berada pada kelompok yang tidak merokok.


Menurut Berry dalam Rahmadi (2012) bahwa teman sebaya

mempunyai peran yang sangat berarti bagi remaja, karena remaja

lebih sering menghabiskan waktunya bersama teman-teman

sebaya. Di antara remaja yang memiliki kebiasaan merokok, 87%

diantaranya mempunyai se-kurang-kurangnya satu atau lebih

sahabat yang memiliki kebiasaan merokok begitu pula dengan

remaja non perokok. Hasil penelitian Komalasari (2000)

memperlihatkan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh

lingkungan teman sebaya.


d Ketersediaan Rokok
Menurut Nasyruddin (2013) bahwa tidak terdapatnya tempat

untuk merokok yang disebabkan penerapan kawasan tanpa rokok

di sekolah akan membuat sekolah akan terbebas dari perilaku


42

merokok baik dari siswa maupun dari guru. Hasil penelitian

Amaliani (2012) menunjukkan bahwa 51,4% responden

mengatakan pernah membawa rokok ke sekolah, banyaknya

responden yang membawa rokok ke sekolah menunjukkan

bahwa siswa memiliki ketersediaan rokok yang baik untuk

mendukung perilaku merokok ketika di sekolah.


Hasil penelitian Mulya (2013) menunjukkan bahwa untuk

membeli rokok tidak membutuhkan pengeluaran yang terlalu

besar Sering ditemukan bahwa penjualan rokok dilakukan secara

batangan di lingkungan rumah dan sekolah. Penjualan rokok

batangan membuat anak dan remaja mampu membeli dan

memudahkan akses bagi mereka. Hasil penelitian Firdaus

(2014) menunjukkan bahwa ketersediaan rokok yang dimiliki siswa

sekolah dasar memiliki hubungan dengan tindakan merokok. Siswa

sekolah dasar yang memiliki ketersediaan merokok ternyata

beresiko memiliki tindakan merokok sebesar 11,561 kali

dibandingkan siswa sekolah dasar yang tidak memiliki

ketersediaan rokok.
e Pengetahuan Perilaku Merokok
Salah satu alasan pokok seseorang berperilaku adalah

pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) yang berarti

seseorang yang merokok akan mempertimbangkan untung

rugi dan manfaat mereka merokok. Pengetahuan tentang perilaku

merokok didapatkan oleh siswa dari panca indera baik yang dilihat

langsung maupun dari cerita pengalaman orang disekitar mereka.


43

Menurut Mubarak (2014) bahwa anak sekolah dasar cenderung

berkeinginan merokok disebabkan mereka melihat teman mereka

telah mengkonsumsi rokok dan tidak mendapatkan bahaya dari

tindakan yang dilakukannya sehingga pengalaman

tersebut menjadi suatu pengetahuan tersendidi dan

membuat siswa sekolah dasar memiliki keinginan untuk

melakukan perilaku merokok.


Menurut Darmawati ( 2010) bahwa masih banyak anak

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang belum

mengetahui tentang perilaku merokok yang mereka lakukan

khususnya yang berkaitan dengan bahaya rokok terhadap

timbulnya berbagai penyakit seperti saluran pernafasa, penuaan

dini, peningkatan keganasan penyakit, radikal bebas yang

diakibatkan dari perilaku merokok.


f Sikap Perilaku Merokok

Menurut Mubarak (2014) bahwa sikap atau pandangan

tentang perilaku merokok yaitu penilaian anak bahwa merokok itu

baik atau buruk, bahwa anak suka atau tidak suka untuk mencoba

merokok. Semakin sikap individu menunjukkan penilaian baik/suka

maka sikap individu tersebut positif terhadap rokok, sebaliknya

sikap yang menunjukkan penilaian buruk/tidak suka maka sikap

individu tersebut negatif terhadap rokok . Sikap atau

pandangan terhadap perilaku merokok akan diturunkan dari

norma lingkungan yang akan membentuk pandangan anak


44

dan mempengaruhi motivasi anak untuk merokok

Hasil penelitian Amaliani (2012) menunjukkan bahwa

sikap yang baik tentang perilaku merokok akan cenderung

membuat tindakan merokok akan semakin meningkat sedangkan

jika sikap terhadap perilaku merokok buruk maka akan

membuat tindakan merokok akan berkurang. Hal sejalan terdapat

dalam hasil penelitian Mukuan (2013) bahwa sikap yang positif

tentang bahaya perilaku merokok ternyata berhubungan dengan

tindakan merokok siswa. Hasil penelitian Maseda (2013)

memperlihatkan bahwa sikap tentang bahaya merokok memiliki

hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok dimana

responden yang memiliki sikap negative pada rokok cenderung

tidak merokok sedangkan responden yang memiliki sikap positif

tentang rokok akan melakukan perilaku merokok.

E Tinjau Rokok di Sulawesi tenggara.


Rokok saat ini tidak hanya jadi bahan konsumsi pria dewasa

namun anak-anak dan wanita pun turut menjadi pencandu rokok

remaja mulai mengenal dan kemudian menjadi perokok pemula karena

berawal dari rumah..


Kebiasaan orang tua merokok (keluarga) ternyata juga memberi

dampak bagi perilaku remaja untuk mencoba rokok. Kata Nurjuta,

dalam Journal of Consumer Affairs disebutkan bahwa orang tua

perokok akan berpengaruh dalam mendorong anak mereka untuk

menjadi perokok pemula di usia remaja. Secara kepribadian, kondisi


45

mental yang sedang menurun seperti stres, gelisah, takut, kecewa,

dan putus asa sering mendorong orang untuk menghisap asap rokok.
Dalam dosis tertentu, asupan nikotin akan merangsang produksi

dopamine (hormon penenang) di otak, maka faktor merokok ini

membuat seseorang akan merasa lebih tenang setelah menghisap

rokok, hal itu hanya sesaat dan akan berbalik menjadi efek buruk bagi

kesehatan secara permanen.


Bila rata-rata satu orang masyarakat Sultra mengkonsumsi 10

batang rokok perhari dengan hitungan Rp. 600,- perbatang. Maka

pengeluaran per hari mencapai Rp. 6000 sehingga pengeluaran per

orang per bulan mencapai Rp. 180 ribu.


Beberapa hasil survey di Indonesia, seperti RISKESDAS, GYTS

dan GATS menunjukkan besarnya masalah konsumsi rokok bagi

kesehatan masyarakat. RISKESDAS merupakan survey nasional

kesehatan berbasis populasi yang dilakukan secara rutin setiap tiga

tahun di Indonesia. GYTS adalah survey berbasis sekolah untuk

masalah merokok pada anak sekolah usia 13 15 tahun dan

masyarakat sekolah yang telah dilakukan di beberapa Negara

termasuk di Indonesia. Survey mengenai konsumsi rokok yang terkini

adalah GATS 2011 yang dapat menggambarkan secara lebih tajam

besarnya masalah rokok pada orang dewasa (15 tahun ke atas).

Survei-survei besar tersebut diatas menggambarkan besarnya

masalah rokok dan dampaknya bagi kesehatan di Indonesia. Data

pertanian, industri dan cukai rokok di dapatkan dari beberapa sumber

dari Kementrian terkait di Indonesia (TCSC-IAKMI, 2012).


46

Prevalensi (RISKESDAS 2007) 65.6% Laki-laki merokok (tertinggi

di Sulawesi Tenggara: 74.2%), Prevalensi merokok terus meningkat

baik pada laki-laki maupun perempuan. Prevalensi merokok pada

perempuan meningkat empat kali lipat dari 1.3% pada tahun 2001

menjadi 5.2% pada tahun 2007 Kenaikan prevalensi merokok tahun

2007 adalah TIGA kali lipat pada remaja laki-laki dan LIMA kali lipat

pada remaja perempuan dibandingkan tahun 1995 (TCSC-IAKMI,

2012). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), terdapat

24,3% perokok aktif yang setiap hari merokok, 5% perokok kadang-

kadang, 4% mantan perokok dan 66,6% tidak merokok. Hampir 80%

perokok merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun.Umumnya

orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu risiko mengenai

bahaya adiktif rokok (Kemenkes RI, 2014).

Perokok bukan hanya pada kalangan orang tua bahkan pada

anak usia 2-5 tahun dapat ditemukan mengkomsumsi rokok. Maraknya

pengguna rokok di Sulawesi tenggara maka pemerintah Sulawesi

tenggara mengeluarkan pergub (peraturan gubernur) larangan

merokok di tempat umum, peraturan ini kemudian diperdakan oleh

beberapah kabupaten di Sulawesi tenggara.


Salah satu sekolah kesehatan di kendari adalah D-III

Keperawatan PPNI Kendari, ditempat inilah peneliti tertarik melakukan

penelitian hal ini dikarenakan mahasiswa didik ditempat ini telah

terpapar informasi tengtang bahaya dan dampak rokok terhadap

kesehatan baik diri sendiri maupun bagi orang lain, namun masih
47

banyaknya peserta didik yang terekam mengkomsu rokok dilingkungan

kampus.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurrahma dengan judul pengaruh

rokok terhadap kesehatan dan pembentukan karakter manusia,

Kebiasaan merokok yang bersifat adiktif dapat menyebabkan

terbentuknya sifat egois dari para perokok, hal ini dapat terlihat dari

kebiasaan merokok didepan umum dan ditempat-tempat terbuka

(fasilitas umum). Pembentukan karakter seseorang dipengaruhi oleh

faktor organis dan faktor non-organis, dimana faktor organis dibentuk

oleh faktor genetik dan integritas kerja sistem organ tubuh misalnya,

otak. Sedangkan faktor non- organisberhubungan dengan faktor

lingkungan dimana seseorang itu bermukim.


Penelitian yang dilakukan Sitti Chotidjah, 2001 menyebutkan

bahwa ditemukan ada pengaruh pusat kendali kesehatan eksternal

terhadap perilaku merokok yang dimediasi oleh pengetahuan tentang

rokok pada remaja laki-laki. Namun pengguna rokok tidak

dipengaruhioleh tingkat pengetahuannya. Sebagian besar perokok

remaja pertama mengenal rokok dari teman-teman mereka

(63,63%), orangtua (16,36%) dan keluarga (12,72%) yang merupakan

orang paling dekat dalam kehidupan sosial mereka. Penelitian oleh

Chen, Huang & Chao (2009) menemukan bahwa remaja yang

merokok memiliki orangtua atau teman dekat yang juga merokok.


48

Bagan 2.1 perilaku usdhhs, 1994

Umur

Pribadi Dan
PERILAKU Interpersonal
Faktor
Psikososial Sikap/harapan/
persepsi
Stilumus Sosiodemograf

factor Body weight


Psychobiolog control
ical Positive

Kecanduan
Psychological
factor Affective
regulation

Cognitive
Enviromental
media

Social
Ekonomi

F Landasan Teori

Pada usia 18 tahunan , lebih dari dua-pertiga dari remaja telah

bereksperimen dengan merokok dengan puncak eksperimen terjadi antara

13 dan 16 tahun (USDHHS, 1994; Duncan et al, 1995.). Inisiasi dan

penggunaan tembakau selama masa remaja dipengaruhi oleh interaksi

dari faktor psikososial, biologis dan lingkungan (USDHHS, 1994).

Ringkasan faktor-faktor ini disajikan dalam tabel yang diberikan faktor


49

psikososial adalah variabel yang paling banyak diketahui yang secara

langsung dan tidak langsung mempengaruhi individu untuk menggunakan

tembakau. Mengingat bahwa orang-orang muda sangat rentan terhadap

pengaruh psikososial, upaya pencegahan untuk mengurangi rokok, serius

harus mengambil faktor ini menjadi pertimbangan. Faktor-faktor

psikososial tampaknya memiliki pengaruh terbesar pada penggunaan.

Selain alasan psikososial untuk merokok, remaja melaporkan merokok

untuk mendapatkan efek psikologis. Secara khusus, remaja melaporkan

merokok untuk mengurangi kecemasan, untuk mengendalikan nafsu

makan dan berat badan, untuk mengatur suasana hati, untuk

meningkatkan perhatian, dan untuk nikotin memperkuat atau merangsang

tindakan (Barker et al., 2004).


50

G Tabel Sintesa Penelitian


Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan rokok sebagai

berikut:

No. Nama Judul Metode/Variabel Hasil dan


Peneliti Penelitian Kesimpulan

1. Alvin fadilla Factor- Desain dalam Kebiasaan orang


faktor penelitian ini adalah tua/ perilaku
penyebab penelitian deskriptif orang tua
merokok terhadap
aktivitas perokok
pada
memberi
remaja
kontribusi besar
terhadp perilaku
merokok pada
anak.

2 Nururrahm Pengaruh Desain dalam Pembentukan


ah Rokok penelitian ini adalah karakter
Terhadap penelitian deskriptif seseorang
Kesehatan dipengaruhi oleh
Dan faktor organis
Pembentuk dan faktor non-
an Karakter organis, dimana
Manusia faktor organis
dibentuk oleh
faktor genetik
dan integritas
kerja sistem
organ tubuh
misalnya, otak.
51

Sedangkan
faktor non-
organisberhubun
gan dengan
faktor lingkungan
dimana
seseorang itu
bermukim

3 Fathin Analisis Penelitian ini Siswa yang


Faridah Faktor- menggunakan merokok
Faktor metode memiliki
Penyebab pendekatan cross pengetahuan
Perilaku sectional. tentang rokok,
Merokok Penelitian ini bahaya dari
Remaja di adalah penelitian merokok, tujuan
SMK X kuantitatif dengan dari penerapan
Surakarta jenis penelitian pictorial
adalah health warnings
penelitian survei. rendah
Rancangan pada atau
penelitian ini kurang.
adalah penelitian
analitik.
52

H Kerangka Konsep

Faktor psikologis

Faktor lingkungan
Perilaku
merokok
Faktor psikososial

Faktor psychobiological

Gambar 2.2.
Kerangka Konsep Penelitian

Untuk mengungkap perilaku merokok mahasiswa D-III

keperawatan PPNI Kendari PPNI Kendari, maka kerangka konsep

yang digunakan adalah menurut teori USDHHS, 1994, bahwa

perilaku merokok disebabkan adanya beberapa factor seperti factor

lingkungan, psikososial, factor psikologis dan factor psikobiologikal.

I DEFENISI KONSEP

1 Perilaku merokok.
Perilaku merokok dalam penelitian ini adalah responden yang

mengisap rokok setiap hari dengan jumlah tertentu.


a Perokok ringan: jika mengisap rokok 5 batang perhari
b Perokok berat: jika mengisap rokok > 5 batang perhari

2 psikologis
53

psikologis yang dimaksud dalam penlitian ini adalah sikap atau

kondisi emosional responden setelah mengkomsumsi rokok


a positif : apabila jawaban responden Nilai median
b negative : apabila jawaban responden < nilai median
3 lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar responden

yang memengaruhi perilaku praktek merokok responden. Adapun

batasan lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan

kampus, Lingkungan tempat tinggal, Lingkungan pergaulan

responden.
a Mendukung : apabila jawaban responden Nilai

median
b Tidak mendukung : apabila jawaban responden < Nilai

median
4 psikososial.
Yang dimaksud psikososial responden adalah sikap, harapan atau

tanggapan responden terhadap penggunaan tembakau/ rokok.


Positif : apabila jawaban responden Nilai median
Negatif : apabila jawaban responden < Nilai median
5 Faktor psychobiological
yang dimaksud dengan factor psychobiological adalah respon

tubuh responden terhadap penggunaan nikotin seperti kemampuan

rokok dalam mengurangi kecemasan, untuk mengendalikan nafsu

makan dan berat badan serta untuk mengatur suasana hati .


c Mendukung : apabila jawaban responden Nilai

median
d Tidak mendukung : apabila jawaban responden < Nilai

median
54

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah desain penelitian kuantitatif dengan

pendekatan survey analitik , yaitu untuk mengkaji dan menganalisis

setiap keterikatan variable bebas dengan variable terikat.

B Lokasi Dan Jadwal Penelitian


55

Penelitian ini akan dilaksanakan di kampus D-III keperawatan

PPNI Kendari. Adapun jadwal penelitian akan direncanakan pada

bulan april 2017.


C Populasi dan Sampel

1 Populasi

Populasi merupakan seluruh obyek yang diteliti. Berdasarkan

tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka populasi yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Di

kampus D-III Keperawatan PPNI Kendari sebanyak 264 responden

yang terbagi dalam 141 orang berjenis kelamin laki-laki dan 123

orang berjenis kelamin perempuan.

2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Di kampus

D-III Keperawatan PPNI Kendari yang berjenis kelamin laki-laki

dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang yang diperoleh dengan

menggunakan rumus:

N
N=
1 +N ( d ) 2

Keterangan :

n : Perkiraan jumlah sampel

N : Perkiraan besar Populasi

d : Tingkat signifikansi (0,1)


56

3 Sampling

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan tekhnik purposive sampling, dengan criteria inklusi

sebagai berikut:

a Siswa remaja putra yang kuliah di kampus D-III keperawatan

PPNI kendari.

b Bersedia menjadi responden.

c Tidak sedang cuti.

D Informan Penelitian
Informan dalam penelitian adalah mahasiswa yang menggunakan

rokok.
E Sumber Data
1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pembagian kuesioner
2 Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

dokumen tertulis, catatan lapangan serta buku dan sumber bacaan

lainnya..
F Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah kuesioner yang yang akan diisi

lansung oleh responden, dengan cara didampingi agar responden

menjawab pertanyaan sesuai dengan realitas yang ada.


G Tehnik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data

primer dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan data

sekunder peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,

yaitu penggunaan kuesioner. .


57

H Teknik Pengolahan Data

Membagikan kuesioner dengan beberapa soal yang telah

disediakan dan kemudian memberi pertanyaan langsung kepada

mahasiswa yang merokok guna mendapatkan data yang lebih akurat.

I Tehnik Analisis Data

1 Pengolahan data

a Editing

Setelah lembar kusioner diisi oleh responden, kemudian

dikumpulkan dalam bentuk data, data tersebut dilakukan

pengecekan dan memeriksa kelengkapan data,

kesinambungan, dan memeriksa keseragaman data.

b Koding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban atau

data disederhanakan dengan memberikan simbol-simbol

tertentu untuk setiap jawaban.

c Tabulasi

Data dikelompokkan kedalam suatu table menurut sifat-sifat

yang dimiliki, kemudian data dianalisa secara statistik.

2 Analisa data

Pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan

program SPSS Versi 15,0. Analisa data dilakukan secara sistematik

antara lain:
58

a AnalisisUnivariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variable penelitian terutama untuk

melihat tampilan distribusi frekuensi variable independen dan

dependen

b Analisa Bivariat

Untuk melihat hubungan dari tiap-tiap variable independen dan

variable dependen, menggunakan uji statistik Chi-square

dengan tingkat kemaknaan = 0,05

J Etika penelitian
1 Semua informan dalam penelitian ini tidak dicantumkan identitas

sehingga tetap terjaga kerahasiaannya.


2 Metode wawancara dan isi kuesener tidak melanggar norma susila,

agama serta budaya masyarakat.

K Tahap-Tahap Penelitian

Pemilihan informan yang dilakukan dengan cara purposive sampling


yang memenuhi Informed consent
kriteria yang telah ditetapkan
Membina hubungan saling percaya dengan informan

Pengumpulan data melalui wawancara mendalam

Analisis Data

Menguji keabsahan data Triangulasi

Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan Saran


59

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan


Promosi Kesehatan. . Trans Info Media. Jakarta.

Azizah, N. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok


Anak Jalanan Di Kota Makassar Tahun 2013. tesis. Unhas.

Azwar. S. 2012. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Cetakan XVII.


Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Basyir, 2000. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Editor, Tim


Pustaka At-Tazkia, Jakarta.

Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.


Jakarta: Grmedia Widiasarana Indonesia.

Ewles, S. 2006. Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis Edisi Kedua.


Gajah Mada University Press: Yogyakarta

Gabriel Diaz, 2014, Smoking: Risk Factors and Interventions for


Adolescents, Journal, Vol 30, Issue 1, 2014 , Student Florida
International University

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Isnaini, M. 2013. Pengaruh Kebiasaan Merokok Keluarga Di Dalam


Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita. Skripsi. UNRI Riau.

Julie A. P, 2012, The British Journal of Psychiatry Tobacco smoking as a


risk factor for major depressive disorder: population-based study.

Kementrian Kesehatan RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Pusat


Data dan Surveilens Epidemiologi. Jakarta.

, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.Badan


60

Penelitian dan Pengenbangan Kementrian Kesehatan RI.

, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.Badan


Penelitian dan Pengenbangan Kementrian Kesehatan RI.

. 2014. Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak menular.


(www.depkes.go.id). diakses 28 Januari 2016 pukul 16.00 WIB.

Kholid, A. 2014. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku,


Media dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Komalasari, H. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada


Remaja. Jurnal Psikologi 2000, NO. 1, 37 - 47 ISSN : 0215
8884. Universitas Islam Indonesia.

Mahmudin. 2014. Persepsi Perokok Aktif Dalam Menanggapi Label


Peringatan Bahaya Merokok. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Marat. 1985. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya.


Ghalia Indonesia.Bandung.

Mubarok, C. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses


Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Graha Ilmu . Yogyakarta.

Natsir, W, M. 2014. Alasan Perilaku Menetap Perokok Aktif Di


Kelurahan Rempoa Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta.

Nasyruddin, F. 2013. Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Di


Sekolah. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013 Vol 2 No 1 Januari
2013. Undip Semarang.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.


PT. Rieneke Cipta: Jakarta.

. 2012. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.

. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi Edisi Revisi


PT. Rieneke Cipta: Jakarta.

Nurrahma, 2012, jurnal kesehatan Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan


Dan Pembentukan Karakter Manusia, Universitas Cokroaminoto
Palopo rahmahuncp@yahoo.co.id

Nurcahyani, D. 2014. Jumlah pria perokok di Indonesia tertinggi kedua di


61

dunia. Lifestyle. Okezone.com. di akses tanggal 15 april 2015.

Pujiastuti, E. 2012. Klinik Konseling Berhenti Merokok Di Yogyakarta.


UGM. Yogyakarta.

Safrudin, J. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Merokok Pada Siswa Tingkat Pendidikan Dasar Di Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Sragen. UMS Surakarta. Skripsi.

Sitepoe, 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Penerbit PT Gramedia


Widiasarana, Jakarta.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan


Permasalahannya. Sagung Seto.Jakarta.

Sudiono, J. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma


Mulut. Jakarta: EGC.

Sitti chotijah, 2001, jurnal kesehatan, Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat


Kendali Kesehatan Eksternal Dan Perilaku Merokok Jurusan
Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung 40154, Indonesia

Tarwoto, A. R. 2010. Kesehatan Remaja, Problem dan Solusinya.


Jakarta: Salemba Medika.

TCSC-IAKMI, 2012, Masalah Rokok di Indonesia, http://tcsc-


indonesia.org/wp-content/uploads/ 2012/ 10/ Masalah- Rokok-
di-Indonesia.pdf, diakses pada 20 Maret 2017.

Who, 2015. Global Youth Tobacco Survey (GYTS): Indonesia report 2014,
Availableat:http://www.searo.who.int/tobacco/documents/ino_gyt
s_report_2014. Pdf

Yulianto, H. 2015. Mau sehat? Hilangkan Sikap Burukmu! Yogyakarta:


Saufa
62

Anda mungkin juga menyukai