Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia.

Setiap harinya, terdapat 11.176 orang di seluruh dunia meninggal diakibatkan

rokok. Hal ini dikarenakan rokok mengandung kurang lebih 4000 senyawa

kimia, dan setidaknya 200 diantaranya beracun dan dinyatakan berbahaya

bagi kesehatan, sementara 43 bahan kimia lainnya dapat memicu kanker

(Satiti, 2011).

Oleh karena itu untuk dapat menghindari dampak negatif dari rokok,

seorang perokok harus memulai untuk berhenti merokok. Jika tidak ada

pencegahan yang serius dalam menghambat pertumbuhan inisiasi merokok,

jumlah total rokok yang dihisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada

tahun 2025. Maka setidaknya 8 juta orang akan meninggal akibat rokok pada

tahun 2030 dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat

penyakit disebabkan rokok (Evy, 2012).

Laporan terakhir WHO jumlah perokok di seluruh dunia adalah sekitar

1,3 milyar. Dari jumlah ini, sekitar 80% nya berada di negara- negara dengan

pendapatan per kapita rendah-sedang. Terdapat peningkatan trend konsumsi

rokok di negara negara sedang berkembang.1-3 Dalam sebuah penelitian

tentang konsumsi rokok di 187 negara dunia selama lebih dari 40 tahun,

Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi rokok terbanyak,

yaitu diatas 40%.

1
2

Kepribadian adalah keyakinan individu akan kemampuannya untuk

membentuk perilaku dalam situasi tertentu. Hasil penelitian dari Astuti (2010),

menunjukkan bahwa faktor kepribadian merupakan salah satu prediktor

perilaku merokok dan juga prediktor penting untuk berhenti merokok. Hal ini

dibuktikan oleh Sumiyati dalam penelitiannya di desa Kunden Kecamatan Bulu

Kabupaten Sukoharjo diperoleh hasil faktor kepribadian atau individu

berpengaruh 23,98% terhadap perilaku merokok remaja.

Iklan merupakan salah satu faktor penyebab perilaku merokok remaja,

18,19% perokok terpengaruh karena iklan (Sumiyati, 2007). Menurut Mu’tadin

(2012), dengan melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan

gambaran bahwa merokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat

remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam

iklan tersebut.

Perilaku merokok merupakan aktivitas membakar tembakau dan daun tar,

serta menghisap asap yang telah dihasilkan dari pembakaran tembakau dan

daun tar. Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu

menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok yang

terjadi pada usia remaja dan anak - anak, akan terus berlanjut sampai individu

memasuki masa dewasa. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan akan

munggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena

benar-benar telah menjadi kebiasaan (Taryaka, 2010).

Menurut Laventhal dan Clearly ada empat tahap dalam inisiasi merokok.

Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut: Tahapan Prepatory, Tahapan


3

Intination (Tahapan Perintisan Merokok),Tahap Becoming a smoker, Tahap

Maintaining of Smoking.Kandungan rokok membuat seseorang tidak mudah

berhenti merokok karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi

pada nikotin dan faktor psikologis yang merasakan adanya kehilangan suatu

kegiatan tertentu jika berhenti merokok (Aula, 2010).

Upaya pengendalian rokok sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia

untuk menekan prevalensi merokok. Pada masa pemerintahan Presiden B.J.

Habibie, dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 yang

memuat peraturan bahwa periklanan rokok hanya diperbolehkan pada media

cetak dan di luar ruangan, perusahaan rokok harus mencantumkan peringatan

tertulis pada bungkus rokok. Selain itu, kadar nikotin 1,5 mg dan tar 20 mg per

batang rokok yang diperbolehkan juga diatur dalam peraturan ini. Setelah

terjadi pergantian kekuasaan, peraturan ini diamandemen dengan

memperbolehkan iklan rokok pada televisi, tetapi iklan hanya boleh

ditayangkan antara pukul 21.30 hingga pukul 05.00 waktu setempat. Namun,

sponsorship rokok tidak dilarang, sehingga banyak sekali kegiatan musik dan

olahraga bisa disponsori oleh perusahaan rokok. Upaya berikutnya yaitu

dengan menaikkan pajak rokok, mengeluarkan aturan tentang kawasan tanpa

rokok (KTR) masih belum bisa berdampak signifikan pada angka merokok di

Indonesia (Thabrany & Sarnantio, 2012).

Menghentikan inisiasi merokok bukanlah usaha mudah, terlebih lagi bagi

perokok di Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh LM3 (Lembaga

Menanggulangi Masalah Merokok) (dalam Fawzani dan Triratnawati, 2005),


4

kebanyakan pernah mencoba berhenti merokok, tetapi mereka gagal.

Kegagalan ini ada berbagai macam, 42,9% tidak tahu caranya, 25,7% sulit

berkonsentrasi dan 2,9% terikat oleh sponsor rokok. Sementara itu, ada yang

berhasil berhenti merokok disebabkan kesadaran sendiri 76%, sakit 16%, dan

tuntutan profesi 8%.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 melaporkan jumlah perokok umur

15-24 tahun sebanyak 24.6%, tahun 2010 meningkat menjadi 26.7% dan

jumlahnya meningkat lagi pada laporan Riskesdas tahun 2013 jumlah perokok

Indonesia tercatat 29.3% dari jumlah penduduk. Jumlah perokok umur 15-24

tahun selalu terjadi peningkatan. Provinsi Aceh berada pada peringkat pertama

dari 33 provinsi di Indonesia untuk angka stroke dan penyakit jantung.

Kemudian menduduki peringkat kedua untuk hipertensi dan penyakit diabetes

melitus, yang di mana penyakit ini juga disebabkan salah satunya karena

menghisap rokok. Produser rokok ternama di Indonesia, PT.HM Sampoerna,

dengan brandnya A Mild, disebut sebut sebagai merek rokok paling wahid di

Aceh, rokok mereka ini, terjual 2,9 juta batang perhari. Sebuah angka yang

sangat fantastis Tingginya angka kemiskinan, disebutkan menjadi pemicu

rokok menepati angka besar jumlah penghisapnya di daerah ini.

Setiap perokok di Aceh menghabiskan rata rata 19 batang rokok perhari.

Di bagian lain media ini juga mendapatkan data, setiap hari perokok di Aceh

bisa menghabiskan 20-30 batang perhari.

Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS, 2015) laki laki Indonesia

menduduki rangking pertama di dunia dengan prevalensi 67%, diikuti Rusia


5

dengan 61%. Indonesia usia perokok makin muda, yaitu sebanyak 1,7%

perokok.

Mulai merokok pada usia 5-9 tahun. Persentase nasional penduduk

berumur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari sebesar 28,2%. Lebih dari

separuh (54,1%) penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas merupakan

perokok harian. Persentase penduduk perokok yang merokok tiap hari tampak

tinggi pada kelompok umur produktif (25-64 tahun) dengan rentang 30,7%-

32,2% (Kemenkes RI, 2016).

Indonesia meraih peringkat satu dunia untuk jumlah perokok di atas usia

15 tahun. Hal ini berdasarkan data dari The Tobacco Atlas, data tersebut

menunjukkan, sebanyak 66 persen pria di Indonesia pengkomsumsi rokok

Sementara peringkat kedua terbanyak, yaitu Rusia dengan 60 persen pria

perokok di atas 15 tahun. Peringkat tiga hingga sembilan, berturut-turut, yaitu

China (53 persen), Filipina (48 persen), Vietnam (47 persen), Thailand (46

persen), Malaysia (44 persen), India (24 persen), dan Brasil (22 persen)

(Acehtimes, 2016) Permasalahan akibat merokok saat ini sudah menjadi topik

yang terus- menerus dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan

pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara radio atau televisi serta penyuluhan

me-ngenai bahaya rokok dan kerugian yang timbul karena merokok. Salah

satunya adalah aspek sosial yang mempengaruhi keluarga, teman, dan rekan

kerja (Rochmayani, 2011).

Aceh berada diurutan di atas jumlah perokok terbanyak. Bahkan anak

Aceh yang berusia 10 tahun ke atas, sebanyak 29,7% tercatat sebagai perokok
6

aktif katanya. Berdasarkan data tersebut, lanjut Kadinkes Aceh itu, para

perokok di Aceh rata-rata mengisap 19 batang rokok perhari. Bahkan, karena

kurangnya kesadaran mereka merokok di rumah, 82,7% anggota keluarga

terkena imbas perokok pasif termasuk balita (BKKBN) Provinsi Aceh(2014).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) menunjukkan jumlah

perokok diIndonesia yang berusia di atas 15 tahun sebanyak 33,8%. Dari

jumlah tersebut 62,9% merupakan laki-laki dan 4,8% perempuan.

Aceh merupakan salah satu Provinsi dengan prevalensi perokoknya

terbanyak di Indonesia. Angka perokok di Provinsi Aceh sama dengan

prevalensi perokok nasional, Proporsi perokok di provinsi Aceh adalah 29,3%

terdiri dari perokok aktif sebanyak 25,0%, perokok kadang-kadang 4,3%,

sedangkan mantan perokok 2,5% dan bukan perokok 68,2%. Proporsi perokok

di Kota Banda Aceh tahun 2013 adalah 27,3%, mantan perokok 2,9% dan

bukan perokok 69,8% (Dinas Kesehatan Aceh, 2013).

Konsultan tumbuh kembang anak Rumah Sakit Umum Zainal Abidin

(RSUZA) Banda Aceh, Muhammad Thaib mengatakan, kecenderungan orang

miskin merokok itu disebabkan karena strees yang tinggi, selain itu karena

mudahnya mendapatkan rokok dengan harga murah dan bebasnya tempat

merokok, juga menjadi faktor tingginya jumlah perokok di Provinsi Aceh.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap 10 orang remaja di

SMP N.2 Peureulak Barat, sebanyak 7 remaja yang memanfaatkan rokok

sebagai pergaulan sehar-hari bahkan mereka memberi penjelasan lebih jelasnya

mereka tidak kosentras iatau malas jika tidak merokok terlebih dahulu, remaja
7

dari tahun-tahun belakang bila dibandingkan lebih dominan remaja saat ini

dengan angka perilaku merokoknya lebih tinggi, hal ini juga terlihat ketika

banyak remaja yang merokok di lingkungan belakang sekolah, atau belakang

kantin,sedangkan 3 remaja lagi mereka bisa menghabiskan 1 sampai dengan 3

batang rokok.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan prilaku merokok remaja di tinjau dengan faktor

kepribadian dan lingkungan di SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten Aceh

Timur Tahun 2021.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah ada hubungan prilaku merokok remaja dengan faktor

kepribadian dan faktor lingkungan di SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten

Aceh Timur Tahun 2021?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan prilaku merokok remaja dengan faktor

kepribadian dan faktor lingkungan di SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten

Aceh Timur Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan prilaku merokok remaja dengan faktor

kepribadian di SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun

2021.
8

b. Untuk mengetahui hubungan prilaku merokok remaja dengan fakto

lingkungan di SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun

2021.

1.4. Mamfaat Penelitian

1. Bagi penelitian

Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama kuliah,

menambah wawasan dan pengalama tentang pentingnya prilaku merokok

remaja.

2. institusi pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pengajaran sehingga

mahasiswa memahami tugas-tugas yang harus dilakukan remaja terhadap

faktor pribadian dan faktor lingkungan dalam merokok.

3. Bagi Responden/Penelitian Lain

Penelitian sebagai dasar untuk penelitian lanjutan yang lebih spesifik dan

komprehensif mengetahui tugas remaja dalam prilaku merokok

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan kesadaran remaja.

1.5. Hipotesa penelitian

Ha :Ada Hubungan Prilaku Merokok Remaja Dengan Faktor Kepribadian di

SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2021.


9

Ho :Tidak ada Hubungan Prilaku Merokok Remaja Dengan Faktor

Kepribadian di SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur

Tahun 2021.

Ha :Ada Hubungan Prilaku Merokok Remaja Dengan Faktor Lingkungan di

SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2021.

Ho :Tidak ada Hubungan Prilaku Merokok Remaja Dengan Faktor

Lingkungan di SMP N.2 Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur

Tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai