Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

"Tiada hari tanpa rokok." Mungkin kalimat itu cocok bagi pecandu rokok (adiksi nikotin).
Beberapa jam tidak merokok, membuat mereka gelisah, mulut terasa tidak enak sehingga bingung
melakukan sesuatu. Kecanduan rokok sudah menjadi masalah serius yang dihadapi dunia. Di
Indonesia, terdapat sekitar 63 juta perokok yang sulit menghindari kecanduan. Sedangkan,
kematian akibat perokok mencapai 57.000 per tahun atau setidaknya 156 jiwa melayang setiap
harinya. Jika tren merokok terus berlanjut, diperkirakan 85 juta penduduk Indonesia usia remaja
saat ini akan menjadi perokok berat, dan 12-13 juta diantaranya akan meninggal di usia muda.
Data WHO tahun 2008 mencatat sebanyak 5,4 juta orang meninggal akibat rokok diseluruh dunia.
Mungkin sudah bukan hal yang biasa lagi jika kita mendengar bahwa rokok sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia, karena sebenarnya sudah banyak peringatan dan pesan yang
sering kita dengar dari berbagai media mengenai bahaya rokok tersebut bahkan sebenarnya sudah
ada peringatan mengenai bahaya rokok tersebut di kemasan rokok itu sendiri. Tapi anehnya tetap
saja masih banyak orang yang merokok, entah hanya sekedar ingin di anggap sebagai anak gaul
atau mungkin sudah menjadi kebutuhan bagi dirinya. Yang jelas apapun alasannya , kita harus
sejak dini mengindari rokok tersebut, sebab efek dari asap rokok tersebut dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan mulai dari yang ringan hingga yang berat yang bisa membawa kita
kepada kematian. Mungkin kita tidak akan merasakan efeknya secara langsung akan tetapi efeknya
akan terasa dalam jangka waktu yang lama.
Merokok membahayakan bagi hampir semua organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit
dan memengaruhi kesehatan perokok secara umum. Tidak hanya itu, efek merokok juga
merugikan bagi orang di sekitar yang tanpa sengaja menghirup asap rokok yang dihasilkan. Bila
kebiasaan merokok dapat dihentikan, maka manfaatnya dapat dirasakan secara langsung maupun
jangka panjang, bagi diri sendiri maupun orang-orang yang di sekitarnya.
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya.
Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk
didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain
narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi
kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap
merujuk pada tiga jenis zat yang sama.
Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian Narkotika adalah
Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan”.
Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digukan dalam dunia kedokteran, namun dewas ini
Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak sedikit yang menggunakan
narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba dengan alasan untuk kesenangan batin,
namun banyak yang hingga sekarang masih meremehkan dampak narkoba baik secara jangka
pendek maupun jangka panjangnya.
Hubungan narkoba dengan generasi muda dewasa ini semakin mendominasi. Artinya
sangat banyak kasus kecanduan dan pengedaran narkoba yang di dalamnya terlibat generasi muda,
khususnya remaja sekolah dan luar sekolah (putus sekolah). Menurut perhitungan pada pakar dan
pers ada sekitar 4 juta orang yang terlibat narkoba. Bahkan narkoba sudah memasuki sekolah-
sekolah. Jenis narkoba yang sering ditemukan adalah pil nipan dan daun ganja.

Dengan terbentuknya makalah ini diharapkan lebih mengerti mengenai dunia rokok dan
narkoba baik dalam kandungan zat kimia, juga efek atau dampak yang dirasakan bagi para
pengguna baik secara jangka pendek juga jangka panjangnya. Serta bagaimana cara
menanggulangi atau mengobati para pengguna rokok atau narkoba yang sudah terjerumus
sehingga tidak terjerumus lebih dalam lagi khususnya bagi para remaja sekarang ini.

2. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian rokok
- Untuk mengetahui kandunga rokok
- Untuk mengetahui bahaya rokok
- Untuk mengetahui pengertian narkoba
- Untuk mengetahui bahaya narkoba
- Untuk mengetahui cara mencegah narkoba
3. Rumusan masalah
- Apa pengertian rokok?
- Apa saja yang terkandung dalam rokok?
- Apakah bahaya dari pengonsumsian rokok?
- Apakah pengertian dari narkoba?
- Apakah efek dari narkoba?
- Bagaimana cara mengobati pengguna narkoba?
- Bagaimana cara mencegah narkoba?
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas panjang antara 70 hingga 120 mm ( bervariasa
tergantung Negara ) dengan diameter 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di
cacah. Rokok di bakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain. Merokok, minum alkohol, mengendarai kendaraan tanpa
sabuk pengaman, seks yang tidak aman khususnya mereka yang hidupnya hanya untuk bersenang-
senang (having fun) merupakan risky behavior yaitu perilaku berisiko tinggi mengalami kecacatan
dan kematian dini.5 Penyakit dan kematian dini akibat rokok di banyak negara terbukti meningkat
dari waktu ke waktu. Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Hari tanpa tembakau sedunia
yang diperingati setiap tanggal 31 Mei tidak menyurutkan perokok untuk mengurangi
kebiasaannya. Sebagian perokok di Indonesia telah menganggap bahwa merokok adalah suatu
kebutuhan yang tidak bisa dielakkan, sehingga merokok adalah hal biasa bagi kaum muda.
Penampilan bagi kaum muda menjadi modal utama dalam bergaul tidak saja dengan sesame jenis,
tetapi juga dengan lawan jenis 6. Merokok merupakan cara untuk bisa diterima secara sosial. Jadi,
sebagian dari mereka yang merokok disebabkan tekanan teman-teman sebayanya. Walaupun ada
juga yang merokok disebabkan melihat orang tuanya yang merokok 7. Pada dasarnya, perokok
pemula biasanya diawali dengan rasa mual, batuk, dan perasaan tidak enak lainnya, tetapi tetap
saja mereka merokok meskipun sebenarnya mereka cukup well-informed terhadap bahaya
merokok.
Perilaku merokok masih merupakan masalah kesehatan dunia karena dapat menyebabkan
berbagai penyakit dan bahkan kematian (BKKBN, dalam Lizam 2009). Bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia, rokok adalah salah satu kebutuhan hidup. Data pada Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) tahun 2006 (dalam Supriadi, 2010) mencatat bahwa
“rokok merupakan pengeluaran terbesar kedua yaitu sebesar 11,89% setelah pengeluaran untuk
padi-padian yang mencapai 22,10% dan lebih tinggi dari pengeluaran untuk biaya listrik, telepon,
dan bahan bakar minyak (BBM) yang sebesar 10,95% dan sewa dan kontrak tempat tinggal yang
mencapai 8,82%”. Menurut Setyoadi (2011, dalam Indonesia Menempati Urutan Pertama, para. 1),
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Sekitar
80% perokok di Indonesia memulai kebiasaannya tersebut sebelum berumur 19 tahun”
(“Mengarahkan Sasaran,” para. 3). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pun
menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok tiap hari yaitu usia 10–14 tahun sebanyak 9,6%,
15–19 tahun sebanyak 36,3%, 20–24 tahun 16,3%, 25–29 tahun sebanyak 4,4% dan ≥ 30 tahun
sebanyak 3,2%. Riset ini dilakukan di 33 provinsi dan secara nasional persentaseusia mulai
merokok tiap hari yang menduduki tempat tertinggi adalah usia 15–16 tahun yaitu sebanyak
36,3%. Berita Metro TV, 15 Februari 2013 pukul 16.20 pun memberitakan bahwa Indonesia
mendapat label, “Baby Smoker” karena prevalensi jumlah perokok anak yang meningkat secara
signifikan dan usia mulai merokok yang semakin muda. Kondisi ini tentu saja memprihatinkan
karena anak merupakan kelompok yang rentan dan berpotensi menjadi perokok jangka panjang
(Soerojo, dalam Astuti 2010). Perilaku merokok yang dimulai pada usia anakanak dan remaja juga
seringkali disertai dengan perilaku kekerasan dan penggunaan narkoba. Perilaku merokok
pun membuat seseorang cenderung untuk mencoba obat-obatan terlarang di masa depan (Fleming
et al., dalam Taylor, 2006). Perokok aktif berisiko untuk terkena kanker hati dan paru, bronkitis
kronis, emphysema, gangguan pernafasan, kerusakan dan luka bakar, berat badan rendah dan
perkembangan yang terhambat pada bayi (Center for The Advancement of Health dalam Taylor
2006). Dampak rokok bahkan sudah terlihat pada perokok di umur 20-an yaitu terdapat kerusakan
permanen pada saluran kecil di paru-paru dan pembuluh darah mereka serta cairan dari paru-paru
perokok menunjukkan peningkatan sel radang dan meningkatnya level kerusakan pada paru-paru
(U.S. DHHS, dalam Slovic, 2001). Perokok yang tidak berhenti sebelum berusia 35 tahun
memiliki peluang sebesar 50% meninggal disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan rokok
(Doll, et al., dalam Mc.Vea, 2006). Sarafino (1998) menyatakan bahwa perilaku yang berkaitan
dengan kesehatan tidak terlepas dari keyakinan mereka dalam pengendalian diri. Seseorang yang
percaya bahwa ia memiliki kontrol penuh terhadap perilakunya maka ia akan memiliki
pengendalian diri internal sementara orang yang percaya bahwa faktor di luar dirinyalah yang
bertanggung jawab bagi perilakunya tersebut maka ia akan memiliki pengendalian diri eksternal.
Pusat kendali kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan dan
secara tidak langsung menentukan status sehat seseorang. Dengan kata lain, pusat kendali
kesehatan dimediasi oleh perilaku kesehatan yang akan mempengaruhi status kesehatan orang
tersebut. Hal ini terjadi karena keyakinan ini telah dipelajari selama mereka hidup dan menjadi
status kesehatan mereka pada masa lalu dan juga pengalaman kesehatan yang bersifat pribadi dan
nyata (Wallston dalam Wallston, Stein & Smith, 1994).
Lipperman-Kreda & Grube (2009) menemukan bahwa perilaku merokok pada remaja
sebagian besar merupakan hasil dari proses kognitif bahwa mereka memiliki antisipasi terhadap
konsekuensi terkait dengan perilaku-perilaku mereka. Perilaku merokok mereka pun ditentukan
oleh keyakinan mereka terhadap perilaku tersebut diantaranya penghayatan social dan resikoresiko
kesehatan atau keuntungan-keuntungan dari merokok, kemudahan mendapatkan rokok dan
persepsi terhadap perilaku merokok yang berasal dari teman. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa informasi merupakan aspek yang menghubungkan antara pusat kendali
kesehatan dan perilaku seseorang. Artinya pengetahuan seseorang tentang rokok akan
meningkatkan kontrol dirinya pada masalah kesehatan. Orang yang memiliki pengetahuan yang
benar tentang rokok dan konsekuensinya akan cenderung memiliki pusat kendali kesehatan
internal dan tidak merokok. Sebaliknya, seseorang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang
rokok maka ia cenderung memiliki pusat kendali kesehatan eksternal dan merokok.

2.2 Kandungan Rokok


Merokok menurut Sitepoe 9 adalah membakar tembakau kemudian dihisap asapnya baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang
dihirup melalui dua komponen. Pertama, komponen yang lekas menguap berbentuk gas. Kedua,
komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap
rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85 persen dan sisanya berupa partikel. Asap yang
dihasilkan rokok terdiri dari asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream
smoke). Asap utama adalah asap tembakau yang dihisap langsung oleh perokok, sedangkan asap
samping adalah asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh
orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif 9. Asap rokok yang dihisap itu mengandung 4000
jenis bahan kimia dengan berbagai jenis daya kerja terhadap tubuh. Beberapa bahan kimia yang
terdapat dalam rokok mampu memberikan efek yang mengganggu kesehatan, antara lain
karbonmonoksida, nikotin, tar, dan berbagai logam berat lainnya.
Karbonmonoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah dan membuat darah
tidak mampu mengikat oksigen. Nikotin adalah obat perangsang (stimulus drug) yang bisa
memberikan rangsangan, ketagihan, perasaan senang sekaligus menenangkan. Tar adalah substansi
hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Karena itu seseorang akan
terganggu kesehatannya apabila merokok terus-menerus. Hal itu disebabkan nikotin dalam asap
rokok yang dihisap 10.
Asap rokok mengandung kurang lebih mengandung 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya bracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat
yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbonmonoksida dan sebagainya. Asap rokok yang baru
mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung
bahan pengeritasi mata dan pernafasan. Semakin pendek rokok semakain tinggi kadar racun yang
siap melayang ke udara.

2.3 Efek Merokok


Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun
penyebab utama kematian para perokok itu adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke.
Selain kanker juga menyebabkan gangguan stress di ruang perkantoran ³. Betapapun diungkapkan
berbagai kalangan peneliti tentang berbagai bahaya rokok untuk kesehatan, tetapi para perokok
seakan-akan tidak peduli terhadap hasil berbagai penelitian itu. Penelitian terbaru yang melibatkan
34.439 orang dan dipublikasikan oleh British Medical Journal menunjukkan, merokok membuat
seseorang tidak panjang umur. Jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, usia para
perokok rata-rata lebih pendek 10 tahun dan menghabiskan uang jutaan dolar 4.
Masalah rokok juga menjadi persoalan sosial ekonomi, karena 60 persen dari perokok aktif
atau sebesar 84,84 juta orang dari 141,44 juta orang adalah mereka berasal dari penduduk miskin
atau ekonomi lemah yang sehari harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya7. Selain
itu, dengan berkurangnya hari bekerja yang disebabkan sakit, maka rokok menurunkan
produktivitas pekerja. Dengan demikian, jumlah pendapatan yang diterima berkurang dan
pengeluaran meningkat untuk biaya berobat 1. Aspek sosial akibat rokok yaitu mempengaruhi
keluarga, teman, dan rekan kerja dalam satu kantor. Seseorang yang bukan perokok bila terus-
menerus terkena asap rokok dapat menderita dampak risiko paling besar yaitu terkena penyakit
jantung 2. Para perokok dapat juga menyebabkan bau nafas tidak sedap, warna kecoklatan pada
kuku dan gigi, serta bau tidak enak pada rambut dan pakaian. Selain itu, merokok juga
menyebabkan penurunan kecantikan yaitu keriput pada kulit lebih mudah terlihat, sehingga
terkesan lebih tua dari usia yang sebenarnya 1. Karena itu, perilaku untuk tidak merokok di tempat
umum atau ruangan tertutup adalah suatu kebiasaan baru dalam proses belajar yang perlu untuk
terus dilanjutkan. Munculnya gangguan kesehatan seperti hipertensi, demam tinggi, batuk, dada
nyeri dan sakit kepala (pusing tujuh keliling). Akibat gangguan kesehatan itu menyebabkan
perokok merasakan lidah yang pahit dan rasa yang tidak enak setiap kali merokok.
Ditinjau dari segi moral, perokok yang kecanduan terkadang mengambil atau meminta
uang ayahnya, tetangganya, atau temannya untuk membeli rokok. Berdasarkan data yang terdapat
di pengadilan, 95 persen pelaku tindakan kriminal adalah para perokok 13, sehingga negara harus
menanggung biaya hidup para tahanan di penjara. Sebenarnya negara dan masyarakat telah
melupakan bahwa mereka kehilangan uang sebanyak Rp 20.000.000.000.000,00 per tahun bukan
hanya ulah para perokok, melainkan juga akibat gangguan kesehatan yang disebabkan rokok; yang
sebenarnya dapat diinvestasikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Orang yang merokok
satu bungkus satu hari seharga Rp 2.500,00 - Rp 3.000,00 dapat menghabiskan uang sebesar Rp
1.000.000,00 per tahun 1. Apalagi orang yang merokok empat bungkus dalam satu hari, maka
uang yang dikeluarkan bisa berjuta-juta rupiah dalam satu tahun. Mereka yang sudah ketagihan
(ketergantungan) rokok apabila pemakaiannya dihentikan, mucullah “sindrom putus rokok”
dengan gejala-gejala seperti mudah tersinggung, cemas, dan gangguan konsentrasi 14.

2.4 Pengertian dan Efek Narkoba


Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang
memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya. Dalam arti luas, adalah obat, bahan, atau zat. Bila zat ini masuk dalam tubuh
manusia, baik secara oral (melalui mulut) atau dihirup maupun melalui alat suntik akan
berpengaruh terhadap kerja otak dan susunan saraf pusat. Narkotika memiliki daya adiksi
(ketagihan), daya toleran (penyesuaian), daya habitual (kebiasaan) yang sangat kuat, sehingga
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari pemakaiannya. Di bawah ini akan
disampaikan berbagai jenis narkotika. Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke
dalam 3 goolongan yaitu narkotika alami, semisintesis, narkotika sintesis. Narkotika alami
merupakan narkotika yang zat aditifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya ganja, hasis,
kokain dan opium. Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat
aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
dunia kedokteran. Contohnya morfin, kodein, heroin. Narkotika sintesis adalah narkotika palsu
yang dibuat dari bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
orang yang menderita ketergantungan narkoba. Contoh petidin, metadhon, naltrexone.
Psikotropika merupakan zat atau obat yang bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis
yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas yang normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat
yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa. Psikotropika dibagi menjadi 3
golongan yaitu depresan, stimulant dan halusinogen. Bahan adiktif lainnya adalah zat zat selain
narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya rokok, alcohol
dan bahan bahan lain yang menimbulkan mabuk dan ketagihan tergolong narkoba.
Dalam narkoba terkandung 3 sifat yang sangat jahat dan berbahaya yaitu habitual, adiktif
dan toleran. Habitual adalah sifat pada narkoba yang membuat pemakainya akan selalu teringat,
terkenang dan terbayang sehingga cenderung untuk selalu mencari dan rindu untuk terus memakai
narkoba. Adiktif merupakan sifat narkoba yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan
tidak dapat menghentikannya. Penghentian atau pengurangan pemakaina narkoba akan
menimbulkan “efek putus zat” yaitu perasaan sakit luar biasa atau “sakaw”. Penderita yang
mengalami ini akan mengatasi rasa sakitnya dengan 2 cara yaitu kembali mengonsumsi jenis
narkoba yang sama dan bunuh diri jika tidak dapat menahan rasa sakit akibat tidak mengonsumsi
narkoba. Toleran merupakan sifat narkoba yang membuat tubuh pemakainya semakin lama
semakin menyatu dengan narkoba sehingga menuntut dosis pemakaian yang semakin tinggi. Bila
dosis tidak dinaikkan maka narkoba itu sendiri akan membuat pemakainya mengalami sakit atau
“sakaw”. Maka dosis pemakaiannya harus sama dengan dosis pemakaian sebelumnya. Perubahan
yang akan dialami oleh pengguna narkoba yang membahayakan diri sendiri serta lingkungan
adalah :
- Tergila-gila pada narkoba
- Sulit melepaskan diri dari jerat narkoba
- Dosis pemakaian akan semakin banyak hingga kematian menjemput
- Sifat dan sikap akan berubah menjadi eksklusif, egois, sombong, asocial dan
jahat.
- Mengalami kerusakan organ tubuh
- Terjangkit penyakit yang mematikan
Jenis narkoba yang banyak digunakan, antara lain, ganja, putaw, obat-obatan psikotropika,
shabu-shabu dan lainnya. Jenis narkoba yang terbanyak disalah-gunakan remaja adalah heroin
(putaw). Cara penggunaannya yaitu :
a. Lewat jarum suntik
b. Diisap dengan bibir melalui gulungan kertas plastik di atas alumunium foil yang dipanaskan
c. Dimasukkan dalam rokok tembakau
d. Dihirup melalui lubang hidung
Penggunaan narkoba ini memberi efek rasa percaya diri yang berlebihan, sehingga pemakainya
dapat nekat dalam melakukan hal-hal yang berbahaya. Beberapa tindakan tawuran pelajar dan
tindak pidana lainnya juga dirangsang dengan narkoba ini.
Mereka yang terbiasa memakai zat yang berasal dari opiat umumnya mempunyai sugesti
tinggi untuk menginginkannya terus menerus. Gejala lainnya adalah cemas, sulit tidur, tak punya
nafsu makan, tak berani menatap mata lawan bicara dan seringkali disertai tindak kekerasan.
Sedang ganja umumnya relatif jarang menimbulkan sugesti ketagihan. Sementara efek kokain
pada kesehatan bisa mengganggu sistem pernafasan dan otak, terkena halusinasi dan menjadi
paranoid.

2.5 Cara Mengobati Perokok


Salah satu strategi Pembangunan Kesehatan Nasional dalam rangka menuju Indonesia
Sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan kesehatan yang berwawasan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) ¹. Artinya, setiap upaya program harus berdampak positif dalam membentuk
perilaku sehat dan lingkungan sehat. Padahal tidak semua orang dapat bergaya hidup yang sehat.
Di Indonesia, terapi berhenti merokok melalui bagian berhenti merokok atau smoking
cessation section belum banyak dikenal. Padahal melalui bagian tersebut seseorang akan mendapat
terapi berdasarkan tahap demi tahap serta konseling dari para ahli. Pelayanan kesehatan untuk
berhenti merokok lebih banyak didasarkan pada pengalaman orang lain. Di Indonesia, terapi
berhenti merokok melalui bagian berhenti merokok atau smoking cessation section belum banyak
dikenal. Padahal melalui bagian tersebut seseorang akan mendapat terapi berdasarkan tahap demi
tahap serta konseling dari para ahli. Pelayanan kesehatan untuk berhenti merokok lebih banyak
didasarkan pada pengalaman orang lain.
Dalam studi Antropologi Kesehatan, Kleinman membagi pelayanan kesehatan dalam tiga
sektor dimana ketiga sektor itu saling tumpang-tindih dan saling berhubungan. Sektor popular (the
popular sector) menunjuk pada orang awam, tidak professional, dan bukan spesialis. Pilihan terapi
digunakan oleh orangorang umumnya tidak membayar dan tanpa konsultasi baik kepada pengobat
tradisional maupun medis modern. Penyembuhan biasanya dilakukan sendiri dan nasihat dari
teman, tetangga, teman kerja, dan kerabat. Sektor rakyat (the folk sector) pelayanan kesehatan
umumnya terdapat pada masyarakat non-Barat yang dilakukan oleh penyembuh yang
sakral/sekuler atau campuran keduanya. Sedangkan sektor professional (the professional sector)
dikenal sebagai pelayanan kesehatan biomedis (biomedicine atau allopathy) yaitu Medis Barat
seperti dokter dan paramedis 12. Pada rencana untuk berhenti merokok, metode atau terapi yang
akan dipilih dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya. Metode berarti implementasi atau
penerapan dari apa yang sudah direncakan. Pemilihan metode yang tepat akan menentukan tingkat
keberhasilan kegiatan 11. Metode yang dipilih adalah metode pengobatan (therapy), perubahan
perilaku (changing behaviour), dan dorongan positif (positive encouragement). Semua metode
yang dipakai informan didasarkan pada niat yang kuat (strong will). Apabila tidak ada niat, maka
metode tersebut tidak akan pernah berhasil. Salah seorang mantan perokok pernah mencoba
berhenti merokok dengan mencari pengobatan yang bisa menyembuhkan kecanduannya terhadap
rokok. Pada awalnya dia pergi ke pengobatan tradisional. Informasi itu diperoleh melalui
temannya. Teman tersebut memberitahu bahwa ada jamu khusus yang bisa menghilangkan nikotin
dari dalam tubuh. Mantan perokok langsung pergi membeli jamu yang ditunjukkan oleh temannya
itu. Namun dia merasa tidak puas. Kemudian dia mencoba dengan pengobatan modern yaitu
melalui dokter khusus yang menangani masalah kecanduan merokok. Dokter tersebut memberi
obat berupa permen “antinik” kepadanya. Mantan perokok merasa senang dengan obat tersebut.
Permen tersebut untuk meng-hilangkan nikotin dan tar yang ada dalam paru paru. Setelah permen
itu dikonsumsi ternyata rasanya pahit, sehingga dia merasa tidak enak untuk merokok. Beberapa
minggu kemudian setelah mengonsumsi permen antinik tersebut dia merasa bersih dari nikotin,
tiba-tiba muncul keinginan untuk merokok kembali. Pengaruh teman-teman menyebabkan dia
merokok. Dia terus berusaha terbebas dari rokok, apalagi melihatkondisi istri dan anak yang
mengikuti jejaknya sebagai perokok menyebabkan dorongan untuk hidup sehat semakin kuat.
Menurut pendapatnya, semua pengobatan tidak akan berguna kalau tidak ada niat berhenti
merokok dari perokok itu sendiri. Pengobatan atau terapi yang ditawarkan oleh ahli kesehatan atau
yang sejenisnya itu hanyalah perantara saja untuk mewujudkan keinginan si penderita tadi. Metode
perubahan perilaku adalah seseorang berubah tanpa bantuan obat-obatan. Metode perubahan
perilaku ini yang paling sederhana, paling mudah dimengerti, paling banyak dicoba, tetapi paling
banyak membuat seseorang tidak berhasil atau gagal. Caranya tinggal berhenti saja, tanpa perlu
perencanaan yang terinci. Hanya ada modal ingin (wishful) berhenti merokok dari perokok
tersebut. Tegasnya keinginan yang kuat dari
dalam hati perokok itu sendiri.
Berhenti merokok saat itu juga memang dilakukan oleh mantan perokok 2, namun tingkat
keberhasilannya tidak tinggi, karena merokok tidak sama dengan kebiasaan buruk lainnya. Jika
yang lain murni karena perilaku, maka merokok juga ditentukan oleh benda yang menjadi obyek
perilaku yaitu nikotin yang ada di dalam rokok. Padahal nikotin merupakan stimulus yang
menimbulkan ketagihan. Oleh karena mantan perokok 2 sebagai perokok berat dan selalu
ketagihan, maka sangat sulit baginya untuk berhenti begitu saja. Dia memerlukan penanganan
khusus. Penanganan khusus yang dilakukan mantan perokok 2 adalah melalui niat (will) dari diri
sendiri. Awalnya, mantan perokok 2 berhenti merokok disebabkan istrinya tidak mau diajak untuk
tidur bersama. Selain itu, mantan perokok 2 juga pernah menghadiri suatu acara ceramah di
lingkungan rumahnya dan dia teringat apa yang dikatakan oleh pembicara tersebut tentang bahaya
rokok. Ia mencoba berhenti, tetapi hanya bertahan lima bulan saja. Rokok telah membuat mantan
perokok 2 mudah tergoda. Karena itu dia tidak bisa menahan diri untuk tidak merokok. Kegagalan
untuk berhenti merokok tidak menyurutkan keinginannya untuk mencoba berhenti lagi untuk yang
kedua kali. Rokok yang sering dia terima saat berkumpul bersama teman-temannya menyebabkan
dia mencoba untuk merokok lagi. Akan tetapi sakit dada yang dia rasakan dan terus menyerangnya
setiap kali merokokmenyebabkan dirinya harus berhenti merokok jika ingin sehat. Dia ingin sehat
dan berumur panjang. Pada akhirnya dia memutuskan untuk berhenti merokok dengan alasan sakit
dan kemauan dari diri sendiri. Dia tidak mengandalkan pengobatan khusus untuk membantu
keinginannya berhenti dari merokok, melainkan hanya kekuatan hati dengan tekad (strong
determination) dan keinginan berhenti merokok. Setelah berhenti merokok, kini dia merasa
dadanya terasa bersih, lega, dan tidak merasa sakit lagi.
Dorongan positif (positive encouragement) berarti memasukkan pikiran dan perilaku
positif dengan perilaku yang diinginkan. Metode ini dipakai oleh kasus ketiga yaitu mantan
perokok 3 ketika menemukan organisasi keagamaan dari ajakan temannya. Ketika mantan perokok
3 menjadi anggota, organisasi tersebut melarangnya untuk merokok, karena rokok termasuk benda
yang dapat merusak tubuh manusia dan suatu benda yang dapat merusak tubuh berarti dilarang
dalam organisasi tersebut. Intinya Islam melarang orang Islam merokok karena bersifat bahaya
(madlorot). Karena itulah, C ingin berhenti merokok dengan mengandalkan kekuatan otak bahwa
dirinya saat itu juga harus berhenti merokok. Dengan kata lain, dia menata ulang pikiran bawah
sadar. Caranya sangat sederhana. Pertama, dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa dia
berhenti merokok dan dia ingin hidup sehat. Hal ini sebagai afirmasi diri atau niat. Kalimat yang
dikatakan pada diri sendiri itu harus mengandung 3P yaitu personal, present tense, dan positive.
Maksud kalimat itu harus memakai kata saya (personal) dengan menggunakan struktur waktu saat
ini juga (present tense).
Jadi, jika mantan perokok 3 ingin berhenti merokok, maka mantan perokok 3 tidak
menggunakan kata kata “ingin” atau “akan”. Dia juga harus menggunakan kata-kata positif
(positive), bukandengan kata-kata “tidak” atau “jangan”. Contohnya: “saya hidup sehat”. Alam
bawah sadarnya lebih menerima kalimat positif seperti itu daripada dengan kalimat yang
menggunakan kata-kata negatif seperti “saya tidak ingin merokok lagi”. Setelah itu, bayangkan
bahwa niat tersebut tidak dalam kata-kata, tetapi keinginan itu sudah terjadi dalam kenyataan.
Jangan bayangkan tulisan “saya berhenti merokok”. Namun, bayangkan tentang kejadian bahwa
saya telah berhenti dan saya mulai hidup sehat, karena saya tidak merokok. Metode tersebut
akhirnya berhasil dilakukannya dengan baik.
Metode dorongan positif ini juga harus didasari dengan keinginan yang kuat dari diri
sendiri. Kasus-kasus mantan perokok dalam penelitian ini menunjukkan bahwa umumnya mereka
mengalami kesulitan untuk berhenti merokok. Kesulitan muncul berasal dari faktor perokok itu
sendirii, keluarga perokok, teman perokok maupun lingkungan para perokok. Bahkan
kekurangtahuan akan informasi medis dalam pelayanan kesehatan khususnya terapi berhenti
merokok juga dialami ketiga kasus di atas.
Kasus mantan perokok 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa mereka berhenti merokok melalui metode
dan terapi yang informasinya diperoleh dari keluarga, teman maupun lingkungan. Pelayanan
kesehatan sektor popular kemudian menjadi pilihan utama.¹¹ Sementara itu pelayanan kesehatan
sektor rakyat maupun professional tidak terjangkau oleh mereka. Mereka tidak mengetahui
informasi mengenai terapi berhenti merokok juga bisa dilakukan dengan bantuan dari dokter atau
paramedis. Akibatnya cara-cara yang dipakai untuk berhenti merokok sifatnya hanya dari
pengetahuan mereka sendiri, tidak profesional serta bukan berasal dari spesialis. Kondisi seperti
ini menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan di masyarakat bahwa terapi medis atau profesional
ternyata belum memasyarakat. Ketiga perokok yang merupakan perokok berat dengan lama
merokok lebih dari 10 tahun ternyata juga tidak memilih terapi medis walaupun mereka
merupakan kelompok terpelajar yang tinggal di kota. Kurangnya informasi ke masyarakat tentang
keberadaan bagian berhenti merokok (smoking cessation section) yang ada di rumah sakit bisa
merupakan bukti kurang gencarnya pelayanan kesehatan khususnya bagian berhenti merokok
dalam membantu perokok yang ingin berhenti merokok dan lepas dari ketergantungan rokok.
Setelah berhenti merokok, maka akan ada perubahan yang terjadi ada tubuh mantan perokok yaitu
withdrawal symptoms (gejala penarikan kembali). Bagaimanapun juga rokok dan nikotin adalah
zat yang membuat seseorang ketagihan. Berhenti merokok sesungguhnya merupakan perpindahan
dari keadaan ketagihan menuju kebebasan. Di bawah ini dijelaskan bagaimana para mantan
perokok menghentikan withdrawal symptoms-nya. Para ketiga mantan perokok ini mengakui
bahwa setelah merokok banyak perubahan yang dialaminya terutama perubahan fisik. Mantan
perokok 1 sendiri merasa tubuhnya menjadi lebih gemuk dari sebelumya, karena faktor ngemil.
Padahal porsi makannya biasa-biasa saja seperti biasanya. Berat badannya menjadi naik. Kalau
dulu hanya 49-50 kg, tetapi sekarang mencapai 60 kg. Namun begitu, mantan perokok 1 merasa
dirinya sehat dan belum pernah lagi sakit demam yang dirasakannya dulu ketika masih merokok.
Mantan perokok 1 belum pernah periksa ke dokter untuk menanyakan tentang paru-parunya atau
penyakit yang lainnya. Sekarang ini mantan perokok 1 merasa bersyukur belum pernah sakit keras
akibat merokok. Bagi mantan perokok 1, keadaan setelah merokok hampir sama dengan yang
dialami oleh mantan perokok 3 yaitu merasa lebih sehat dan lebih gemuk dari sebelumnya.
Namun, mantan perokok 1 menjadi lebih gemuk bukan akibat ngemil, melainkan faktor porsi
makan yang besar. Setelah berhenti merokok, kini mantan perokok 1 bisa menikmati nikmatnya
makanan dan semua makanan terasa semakin enak, sehingga porsi makannya pun besar. Mantan
perokok juga tidak merasa sakit-sakitan dan dia merasa lebih sehat dari sebelumnya. Mantan
perokok 2 keadaannya lebih unik lagi. Ketika menjawab pertanyaan dari hasil wawancara tentang
kondisi setelah berhenti merokok, mantan perokok 2 menjawab bahwa uangnya terasa lebih utuh,
karena tidak digunakan untuk membeli rokok. Selain itu, mantan perokok 2 juga menghindari
makan makanan yang pedas-pedas seperti yang juga dialami oleh mantan perokok 1. Keluarga
mempunyai peran yang sangat besar akan keberhasilan seseorang berhenti merokok. Karena ketiga
informan semuanya laki-laki, maka keluarga di sini yang dimaksud adalah istri, anak, orangtua
laki-laki, mertua laki-laki, saudara kandung baik dari laki-laki maupun perempuan, dan kerabatnya
yang lain. Menurut mantan perokok 1, keluarga sangat penting dalam melangsungkan
kehidupannya. Mantan perokok 1 termasuk beruntung, karena mantan perokok 1 berhenti merokok
setelah menikah beberapa bulan. Jadi, mantan perokok sudah bersih dari rokok di saat anak-
anaknya sudah lahir. Ayah mantan perokok 1 juga ikut berhenti merokok, karena mungkin merasa
malu melihat anaknya sudah berhasil berhenti merokok. Karena itu, ayahnya kini mengikuti jejak
anaknya. Hal itu juga dialami oleh mantan perokok 2. Orangtuanya juga ikut berhenti merokok
yang diikuti oleh adik-adik mantan perokok 2. Namun, ada adiknya yang kedua masih merokok
sampai sekarang. Orang yang paling bahagia ketika mantan perokok 2 berhenti merokok adalah
istri dan anak-anaknya. Istrinya kemudian mengijinkan ketika mantan perokok 2 ingin
mendekatinya untuk diajak tidur bersama. Anak-anaknya juga sudah tidak mengusirnya keluar dari
rumah dan tidak lagi menulis “Dilarang Merokok” yang ditulis di setiap depan pintu kamar.
Pembantunya tidak lagi merasa terganggu dengan asap rokoknya yang dulu selalu mengepul di
dalam ruangan dapur. Hal itu disebabkan dulu ketika mantan perokok 2 ingin merokok seringkali
diusir oleh keluarganya dari ruang keluarga, sehingga mantan perokok 2 sering merokok di dapur.
Awalnya, tetangga mantan perokok 2 dan teman kantornya tidak mengetahui bahwa mantan
perokok 2 sudah berhenti merokok. Ketika rokok ditawarkan kepada mantan perokok 2, dia
menolaknya. Kini, mantan perokok 2 sudah tidak terpengaruh lagi oleh ajakan teman temannya
Namun di rumah, mantan perokok 2 masih menyediakan asbak rokok untuk tamunya yang
merokok. Mantan perokok 2 hanya bisa melihat orang yang merokok dan membayangkan
kenikmatannya, tetapi tidak bisa merasakannya. Lain halnya dengan mantan perokok 1. Reaksi
atau respon yang diberikan oleh mantan perokok 1 lebih banyak diterima oleh teman kantornya
sendiri daripada oleh keluarganya sendiri. Karena mantan perokok 1 ini sebagai orang yang
dituakan, dihormati, dan disegani oleh teman-teman kantornya dan bawahannya, maka banyak
yang mengikuti jejaknya sebagai mantan perokok. Teman kantornya sangat mendukung prestasi
yang diraih mantan perokok 1, karena tidak semua orang mampu melaluinya dengan berhasil.
Tentu saja mantan perokok 1 menganggapnya sebagai suatu kebanggaan tersendiri, karena tidak
semua orang bisa melakukannya. Reaksi lain datang dari para karyawannya. Mereka semakin
meng-hormati mantan perokok 1 akibat keberhasilannya ber-henti dari merokok. Sebagian dari
mereka kemudian ada yang mengurangi frekuensi merokoknya dan ada yang berhenti sama sekali.
Berkaitan dengan keluarganya, reaksi yang muncul sifatnya pelan-pelan. Kini, frekuensi merokok
istri mantan perokok 1 sudah agak berkurang. Mungkin istrinya merasa malu pada suaminya yang
sudah tidak merokok lagi padahal suaminya yang mencari uang untuk dirinya dan anggota
keluarga lain. Anak laki-lakinya yang pertama juga mulai berkurang dalam frekuensi merokoknya.

2.6 Cara Mencegah Narkoba


Mencegah perdaran narkoba dengan melindungi anggota masyarakat yang belum tersentuh
narkoba merupakan prioritas yang harus dilakukan oleh masyarakat tanpa kecuali. Selama ini,
BNN merancang berbaga kegiatan pencegahan yaitu : promotif, program ini ditujukan kepada
masyarakat yang belum memakai narkoba atau bahkan yang belum mengenal sama sekali.
Prinsipnya, dengan meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih
sejahtera sehingga tidak sempat berpikir untuk memakai narkoba. Preventif, melalui Kegiatan
Kampanye anti Penyalahgunaan Narkoba, Penyuluhan seluk beluk narkoba, Pendidikan dan
pelatihan kelompok sebaya, Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi
narkoba di masyarakat.
Advokasi dan KIE, juga merupakan bentuk komunikasi yang dilaksanakan sebagai salah
satu bentuk program pencegahan. Advokasi merupakan bentuk rangkaian komunikasi strategis
yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, baik oleh individu
maupun kelompok, dengan maksud agar pembuat kebijakan public yang menguntungkan bagi
kelompok masyarakat marjinal. Kegiatan advokasi juga dimaksudkan untuk memberi pencerahan
dan pemberdayaan bagi kelompok marjinal dan menumbuhkan kearifan di kalangan masyarakat
aqgar mendukung kebijakan public tersebut. KIE merupakan bentuk komunikasi yang
dilaksanakan oleh providerprogram agar sasaran (individu, keluarga dan masyarakat) menerima
program yang ditawarkan dan melaksanakan perilaku yang ditawarkan. Advokasi merupakan aksi,
perubahan dan komitmen. Sedangkan, KIE sebagai suatu proses intervensi terencana yang
menggabungkan pesan pesan informasional, pendidikan dan motivasional, untuk mencapai
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dapat diukur.
Bila diperhatikan lebih seksama penanganan pelaksanaan penyalahgunaan Narkoba bukan
saja dominasi Pemerintah melalui BNN dan aparat penegak hokum, tetapi lebih kepada dukungan
masayarakat luas. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mengawasi lingkungan sekitar
tempat tinggalnya, lingkungan sekolah, komunikasi antara orang tua dan anak yang harmonis tentu
sangat penting. Keterbukaan antara BNN dengan semua masyarakat terus membuka informasi
seputar narkoba, sehingga menghilangkan kesenjangan kepentingan.

BAB 3
PENUTUP
Keinginan untuk hidup sehat, panjang umur, terbebas dari gangguan kesehatan maupun
penyakit mendorong perokok untuk terlepas dari penderitaannya. Alasan berhenti merokok bisa
dipengaruhi faktor kesehatan, keluarga, dan organisasi keagamaan. Faktor kesehatan yaitu
munculnya gangguan-gangguan seperti hipertensi, nyeri dada, demam tinggi maupun batuk.
Sementara itu penolakan anggota keluarga terhadap perokok mengakibatkan ada usaha keras untuk
berhenti merokok. Faktor keluarga sebagai alasan berhenti merokok termasuk keprihatinan melihat
anak dan istri yang mengikuti jejaknya sebagai perokok serta adanya balita di rumah yang akan
terkena pengaruh negatif asap rokok. Sementara itu, faktor organisasi keagamaan menyangkut
organisasi keagaamaan yang dianutnya menjadi faktor penting dalam hidupnya yang telah
memberi pencerahan padanya agar menjauhi rokok, karena pengaruh negatif dari rokok lebih besar
daripada positifnya.
Berhenti merokok menyebabkan mereka bertambah tahu apa itu bahaya rokok. Adanya
pengetahuan bahaya merokok yang disebarluaskan baik oleh pemerintah maupun LSM antirokok
diharapkan para perokok juga ada keinginan (niat) untuk berhenti merokok, sehingga kerugian
yang dialami oleh perokok pasif akan terlindungi. Berhenti merokok hanya bisa dilakukan dengan
niat. Tidak ada obat yang bisa menghilangkan kebiasaan itu. Kalaupun ada, sifatnya hanya
sementara dan harganya mahal sekali. Dengan bantuan orang-orang di sekitarnya, perokok bisa
meninggalkan kebiasaan buruknya. Banyak orang mengatakan bahwa kenikmatan merokok sangat
menyenangkan. Banyak pula orang mengatakan sulit sekali untuk meninggalkan kebiasaan atau
lebih tepatnya kecanduan rokok. Mengapa dikatakan kecanduan, karena kebiasaan ini tidak bisa
ditinggalkan begitu saja dan harus dipenuhi jika diinginkan serta rasa nikmat yang diburu. Padahal
semua masyarakat dan khususnya perokok itu sendiri tahu benar bahwa merokok itu berbahaya
bagi kesehatan khususnya paruparu dan jantung, namun mereka masih tetap merokok. Inilah yang
mempertegas bahwa merokok masuk dalam kategori kecanduan zat tertentu (nikotin) untuk
menimbulkan rasa nikmat yang dalam bagi pecandunya. Hanya dengan tekad yang serius untuk
menolak semua ajakan dan keinginan untuk merokok adalah sangat penting, karena dari titik inilah
selalu dapat mawas diri (kontrol diri) dalam setiap tindakan khususnya kecanduan rokok. Karena
jika berkompromi dengan rokok, maka sebenarnya manusia yang tidak dapat memegang teguh
prinsip hidup pribadinya. Jadi, tetaplah yakin bahwa kecanduan rokok mampu dihentikan dan tetap
ingatlah selalu pada prinsip hidup yang benar. Salah satunya adalah tidak merokok.
Korban narkoba kini bukan lagi dominan orang berduit atau artis tetapi sudah menjamah
hampir seluruh lapisan masyarakat. Terutama anak anak usia sekolah antara 14-18 tahun
merupakan usia rawan mencicip narkoba. Narkoba bisa datang dengan cara sangat halus, melalui
pemasaran yang sangat dekat dengan nilai kebanggaan yang ada pada golongan muda. Agen agen
pemasarnya telah membangun jaringan luas dan bersifat terputus, yaitu antar satu Bandar dengan
Bandar lain terkadang tidak saling mengenal. Berbagai geng yang kini mulai merambah kota kota
kecil, nampaknya potensial merupakan kelompok user narkoba, sebab mereka juga potensial
merupakan menggunakan rokok dan minuman alcohol.
Orientasi yang rusak merupakan dorongan untuk melakukan kegiatan kekerasan dan
criminal. Terlebih bila geng geng tersebut diorganisasi oleh otak criminal yang berintensi bisnis
criminal, maka potensi merusaknya melebihi kelompok atau orang yang melakukan tindak
criminal sekedar untuk makan. System pendidikan kita, yang lebih nerorientasi membangun
masyarakat berbasis industry kapitalis, harus dilengkapi dengan kurikulum yang berbasis etika
moral memperkuat karakter bangsa.
Harapan terakhir dari makalah ini adalah bagaimana Indonesia menjadi negara yang benar-
benar terbebas dari racun asap rokok maupun narkoba. Tentunya dengan memperkuat sistem
pengaturan khususnya perundang-undangan yang ketat dalam usaha mencegah bahaya merokok
dan bahaya narkoba. Semoga makalah ini benar-benar membuka kesadaran semua bangsa yang
selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur tanpa harus dikotori oleh asap rokok dan narkoba. Hal
itu akan efektif apabila sungguh-sungguh dikerjakan.

Daftar Pustaka

1. Chotidjah .S. 2012. Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal dan
Perilaku Merokok. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. Vol. 16, No. 1, Juli 2012: 49-56.
2. Santoso .T, Silalahi .A. 2000. Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja : Suatu
Perspektif. Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol. 1 No. I September 2000 : 37 – 45.
3. Nur .J .S .G. 2012. Narkoba : Bahaya Penyalahgunaan dan Pencegahannya. Artikel.
4. Fawzani .N, Triratnawati .A. 2005. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok
Berat). Jurnal Makara, Kesehatan. Vol. 9, No. 1, Juni 2005: 15-22.

Anda mungkin juga menyukai