Anda di halaman 1dari 59

Kelas X Bagian I

Molunggelo
Kompetensi dasar
3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur berkarya teater
4.1 Menerapkan watak tokoh sesuai dengan naskah yang dibaca
Indikator
3.1.1 Mengidentifikasi jenis dan fungsi tata cara adat kelahiran dan keremajaan masyarakat
adat suku Gorontalo.
3.1.2 Menjelaskan konsep, teknik dan prosedur tata cara adat kelahiran dan keremajaan
pada masyarakat adat suku Gorontalo.
4.1.1 Menerapkan watak tokoh dalam adat budaya Gorontalo sesuai dengan naskah yang
dibaca
4.1.2 Membuat deskripsi terhadap pergelaran adat kelahiran dan keremajaan pada
masyarakat adat suku Gorontalo yang dibacanya

A. Jenis dan Fungsi Tata Cara Adat Molunggelo


Molunggelo adalah sebuah ritual adat di
Gorontalo yang biasanya dilakukan pada saat
seorang bayi yang baru lahir akan naik buaian. Hal
ini dilakukan sebagai pernyataan kasih saying
orang tua sang bayi terhadap anaknya. Adat
molunggelo atau mopota’e to lulunggela artinya
menaikkan bayi pada buayian atau ayunan.
Lulunggela adalah ayunan bayi. Aktivitas ini
adalah sebuah bentuk kasih sayang yang
dinyatakan dengan perawatan, perlindungan
terhadap bayi. Hal ini juga menyatakan kewajiban
seorang ibu dalam melayani dan merawat
Gambar 1 : Molunggelo
anaknya.

1
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Sebelum sampai pada acara Molunggelo, terdapat bebeapa prosesi sebelumnya
yaitu molobunga yiliyala, mobangu, mokama, mongunthe, mobuli’a, dan mopoto’opu.
Diskusikanlah dengan teman-temanmu tentang bagian dari prosesi tersebut, kemudian
berikanlah kesimpulanmu berikut ini.
1. Molobunga yiliyala adalah ................................................................
2. Mobangu adalah ............................................................................
3. Mokama adalah .............................................................................
4. Mongunthe adalah .........................................................................
5. Mobuli’a, adalah............................................................................
6. Mopoto’opu adalah........................................................................
Konfirmasi kepada guru tentang jawaban kalian masing-masing. Mintalah kepada guru
untuk menjelaskan fungsi dan syarat dari masing-masing prosesi adat tersebut.

B. Konsep, Teknik, dan Prosedur Tata Cara Adat Molunggelo


Setelah melaksanakan mopoto’opu maka jenjang adat selanjutnya adalah
Molunggelo atau mopota’e too lulungela. Hakikat Molunggelo atau mopota’e to
lulunggela adalah kewajiban sang ibu dalam melayani dan merawat sang bayi. Acara
molunggelo adalah juga tetmasuk perlindungan kesehatan, dimana sang bayi terlindung
dari gigitan nyamuk, polusi udara, karena lulunggela atau buaian ditutupi kelambu.
Acara molungge mengandung unsur-unsur pendidikan, awal penanaman pendidikan
kepada anak, karena pada saat mengayun anak dalam buaian ibu dapat
memperdengarkan nyanyian, taleningo, jaabu, dan Salawat Nabi yang mengandung unsur
pendidikan. Biasanya hari yang baik untuk melaksanakan acara molunggelo adalah hari
Jumat, pukul 08.00 dimulai dengan Ngadi Salawati. Jika hari Jumat jatuh pada kalisuwa
atau lowanga (hari sial atau naas) maka dipilih hari lainnya yang baik sesuai kesepakatan
keluarga. Berikut ini akan diuraikan tahapan adat molunggelo seperti yang telah di
jelaskan oleh Botutihe (2003 : 40 – 42).
1. Persiapan
Dalam melaksanakan prosesi adat molunggelo terdapat beberapa benda adat yang
harus disiapkan. Diskusikanlah dengan orang tua kalian di rumah tentang benda-
benda adat yang harus disiapkan pada acara molunggelo.

2
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Jelaskan bahan-bahan yang digunakan, fungsi dan maknanya.
a.
Hulanthe :

Bahan-bahan :

Fungsinya :

b. Tohetutu :

Bahan-bahan :

Fungsinya :

c. Yilontha :

Bahan-bahan :

Fungsinya :

d.
Paleyilulo :

Bahan-bahan :

Fungsinya :

e. Bolewe :

Bahan-bahan :

Fungsinya :

3
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
2. Pelaksanaan
Perhatikan pelaksanaan molungge berikut ini
Pelaksanaan Molunggelo dalam uraian ini bersumber dari Botutihe (2003; 40-41).
a. Ibu tua yang membantu hulango, membersikan lulunggela/ buaian, dengan
memesang perhemel kecil (bagian atas kelambu) dengan kain berwarna putih
serta membalut bagian dalam lulunggela dengan kelambu berwarna putih dan
memasang kelambu untuk bagian luar, dengan warna yang sama.
b. Lulunggela ada dua macam, yakni yang terbuat dari batang TANANGGE, sama
bentuknya dengan tebu, tapi keras, dan yg terbuat dari rotan. Untuk lulunggela
gantung, disiapakan kayu/bambu gantungan dan per; sedangkan untuk
lulunggela duduk ‘wih’, yang ayunannya ke samping kiri kanan, disiapkan
kelambung tanpa perhemel.
c. Lulunggela yang sudah dilap dimasukan ke dalam kamar, siap digunakan. Di
depan lulunggla diletakkan hulanthe, pale yilulo, dan ditengahnya dipasang
lampu tohetutu. Semua bahan tersebut diletakkan di atas tikar
d. Di depan kamar dihamparkan terhampar tikar/ karpet/permadani, sebagai
tempat petugas melaksanakan ngandi salawati (doa salawat) yang dihadiri oleh
undangan, pembaca doa ‘hatibi’ atau imam, dan seperangkat hulanthe,
polutube, dupa segelas air dan yilonta.
e. Doa salawat dimulai, di ikuti para undangan lainya.
f. Setelah bayi dimandikan dibawa ke hadapan undangan dan Imam untuk
dibacakan pembaca doa salawat. Sang ibu memegang penggalangnan bulowe,
demikian pula para undangan lainya. Setiap selesai yang dibacakan, pembaca
doa menyapu ubun-ubun sang bayi dengan minyak iyolanta.
g. Selesai ngandi saawati, hulango menggendong sang bayi dan mengayunkan 3
kali ke lulunggela, sambil mengucap “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ALLAHU
AKBAR”, dan selnjutnya lafal doa-doa yang diketahui oleh hulango.
h. Setelah sang bayi dalam lulunggela maka hulango menaburkan pale yilulo
dengan berucap :
BOTI BAHAGIAYANGI LI MONGOLI, DIDU MEYIHE TUMBULUWA BOTI TA
LOLULUNGGELA....WAMBU LIMONGOLI....
WONU BOLO HUMUYONGO, TI MONGOLI TA MOMALONGO.
WONU BOLO MOLONENGO, TIMONGOLI TA MOHUNEMO......dst....

Artinya :
ini bahagian kalian, jangan lagi tegur bayi yang dalam buaian... cucu kalian...
kalau menangis, kalian yang membujuk
kalau sakit, kalianlah yang mengobati......dst....
i. Para tamu dijamu dengan minuman dan pamit pulang. Acara Molunggelo
selesai.
j. Biasanya hari baik untuk melaksanakan adat molunggelo dipilih adalah hari
Jumat pukul 08.00 di awali dengan mulai salawati. Jika hari Jumat adalah
Kalisua atau Lowanga (sial) atau hari naas maka dipilih hari-hari lainya yang
baik sesua perjalanan bulan dilangi.

4
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
C. Ujian Kompetensi
1. Penerapan Watak Tokoh
Pada bagian ini siswa diharapkan dapat memerankan watak tokoh pada adat
molunggelo. Siswa dapat memerankan tahapan mulai dari molobungo yiliyala,
Mobangu, mokama, mongunthe, Mobuli’a, dan Mopoto’opu. Mintalah penjelasan
guru tentang watak tokoh yang akan diperankan tersebut sesuai dengan adat
molunggelo yang kalian sudah pelajari,

2. Kompetensi Pengetahuan
a. Lengkapilah bagian rumpang berikt dengan prosesi pascakelahiran sampai dengan
molunggelo.
Bayi Lahir

...............

............... ............... ...............

............... ...............

Molunggelo

Diagram 1 : Proses kelahiran bayi sampai pada molunggelo

3. Kompetensi Psikomotor
Praktikkan prosesi adat molunggelo mulai dari tahapan molobunga yiliyala. Kalian
akan dibagi menjadi menjadi 4 kelompok. Kelompok tersebut melaksanakan tahap (1)
Molobunga yiliyala. (2) Mobangu, mokama, mongunthe, (3) Mobuli’a, dan
Mopoto’opu, dan (4) molunggelo. Seluruh prosesi adat dan atriburnya harus lengkap.

5
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Penampilan kalian akan dinilai dengan menggunakan format penilaian berikut.
*
Tabel 1 : Penilaian Pemeranan Adat Molunggelo

NO Skor penilaian
Kegiatan A (86 – 100) B (76 – 85) C (66 -75) D (56 -65)
1 Kelengkapan atribut adat
2 Menjelaskan makna atribut adat
3 Jelaskan peran masing-masing anggota
Memerankan karakter masing-masing tokoh
4 tentang tahapan adat secara lengkap
5 Menggunakan busana sesuai karakter tokoh

Ket
*
Diganti dengan tugas masing-masing pada adat : Molobunga yiliyala. (2) Mobangu,
mokama, mongunthe, (3) Mobuli’a, dan Mopoto’opu, dan (4) molunggelo.

Ket : A Jika gerakan yang dilakukan > 5 bagian


B Jika gerakan yang dilakukan 3 – 4 bagian
C jika gerakan yang dilakuakn 2 bagian
D jika gerakan yang dilakukan 1 bagian

Kelompok yang menilai adalah kelompok yang tidak melaksanakan tugas.

Selamat Berlatih

6
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Kelas X Bagian 2 Mongakiki dan Mohungtingo

Kompetensi dasar
3.2 Menerapkan simbol, jenis, dan nilai estetis dalam konsep teater
4.2 Menampilkan teater berdasarkan naskah
Indikator
3.2.1 Mengidentifikasi dari berbagai sumber belajar tentang simbol, jenis dan nilai
estetika tata cara adat kelahiran dan keremajaan pada masyarakat adat suku
Gorontalo;
3.2.2 Membandingkan simbol, jenis dan nilai estetika tata cara adat kelahiran dan
keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo.
3.2.3 Melakukan teknik akting berdasarkan simbol, jenis dan nilai estetika tata cara
adat kelahiran dan keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo.
3.2.4 Menampilakn tata cara adat kelahiran dan keremajaan pada masyarakat adat
suku Gorontalo

A. Simbol, Jenis dan Nilai Estetika pada Tata Cara Adat Mongakiki
Mongakiki atau aqiqah adalah peristiwa penyembelian binatang (kambing) pada hari
mencukur rambut anak yang baru dilahirkan. Setelah Aqikah disembeli, disunatkan
mencukur rambut sang bayi.Aqikah dilaksanakan pada hari ketujuh dan hukumnya sunat
sesuai syariat agama Islam. Hakikat aqiqah yang dilaksanakan pada adat daerah Gorontalo
adalah menjalankan syariat Islam karena Adat bersendikan Syara’ dan Syara’ bersendikan
Kitabullah. Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat suku Gorontalo sebagai muslim
wajib melaksanakannya (Botutihe, 2003 : 44).
Pelaksanaan mongakiki memerlukan benda-benda budaya yang memiliki makna, dan
simbol yang menyertai pelaksnaaan mongakiki. Diskusikanlah benda budaya berikut ini.
1. Kambing :

jumlahnya :

maknanya :

7
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
2.
Kain putih :

ukuranya :

maknanya :

3.
Kelapa muda :

Jumlahnya :

maknanya :

4.
Bulowe :

ukuranya :

maknanya :

5.
b. Toyopo :

ukuranya :

maknanya :

6.
Gunting, sisir, dan cermin:
c.
maknanya :

8
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
B. Pelaksanaan Aqiqah
1. Hari pelaksanaan, Jumat pagi
2. Kambing yang akan disembeli dalam keadaan bersih dari kotoran (telah
dimandikan);
3. Sementara berdoa atau ngadi salawati, kambing tersebut telah tertambat di
halaman, sebelum digiring ke tempat penyembelihan. Di tempat penyembelihan
telah disiapkan sebuah lubang untuk menampung kambing yang akan disembeli.
4. Selesai doa, pembaca doa menyapu badan kambing dengan minyak harum atau
Yilonta lalu mengayunkan kalung 3 kali ke leher kambing yang akan disembeli.
5. Dengan ditutupi kain putih, kambing digiring ke tempat penyembelihan.
6. Kambing yang akan disembeli digulingkan ke tulang rusuknya sebelah kiri
menghadap kiblat.
7. Penyembelih menyapu leher kambung dengan ke tulang rusuknya sebelah kiri
menghadap kiblat.
8. Penyembelih menyapu leher kambung dengan Yilonta setelah itu meletakkan
pisaunya ke leher kambing sambil membaca doa Basmalah dan doa-doa lainnya.
9. Setelah disembelih, kambing dikuliti dan dibersihkan dagingnya untuk dimasak.
10. Makanan yang telah dimaksak diantar ke panti asuhan dan tetangga.
11. Aqiqah selesai dilanjutkan dengan Mohuntingo.

C. Pelaksanaan Mohuntingo
1. Kelapa muda yang kulit luarnya terukur, berlubang segitiga bersama tutupnya,
diletakan diatas baki yang beralaskan alas kaki berwarna merah muda, bersama
baskom kecil berisi minyak harum ramuan, sisir,cermin dan gunting. Perangkat ini
terletak di depan Imam / pembaca doa-doa selawat. Baskom dupa (totubu), juga
diletakan didepan imam / pembaca doa selawat.
2. Sang bayi sebelum diupacarakan, dimandikan dan diberikan alawahu tilihi pada
dahi, leher, kedua ruas lengan sebelah atas, kedua telapak tangan, bahagia bahwa
lutut, dan telapa kaki. Bayi dikenakan busana adat Bagi bayi perempuan, memakai
bide ootambi’o, dan baju galenggo, yang dijahit bersambungan, terbelah di bagian
belakangnya, Bagi bayi laki-laki, celana panjang tilambi’o dan Bo’o kini Talambi’o
(Tilambi’o = Berhiaskan kembang emas). Ikatan kepala untuk bayi perempuan,
adalah BAYA LO BO’UTE, dan ikat kepala bagi Payunga Tilambi’o
3. Setelah mendapat pemberitahuan (Po’ota), maka dimulailah pembacaan do’a
selawat, sampai pada acara “TIMIHULO SAYRAKA”. Disaat mereka berdiri masuklah
pembawa baki buluwe, membagikan buluwe kepada para hadirin yang terdiri,
disusul dengan baki kelapa berukir dan perangkatnya didepan Imam, lalu sang bayi
yang dalam pelukan ibunya, dipayungi oleh TOYUNGO BILALANGA (payung
kebesaran)
4. Imam/pembaca doa selawat,mencelupkan tangannya ke baskom Yilonta
disapukannya pada ubun-ubun, bahagian kiri dan kanannya bayi, lalu mengambil
gunting. Gunting pertama, pada rambut diubun –ubun bayi atau sekitarnya,
dimasukan kedalam lubang kelapa, gunting kedua dari sampingkanan, dan ketiga
dari samping kiri kepala sang bayi, kemudian dimasukan ke dalam lubang kelapa
tersebut. Selesai guntung rambut bayi oleh imam, maka bayi itu diedarka oleh
ibunya kepada para tamu yang berdiri, dengan iringan lagu selawat “ YA
NABBISALAMUN ALAIK”, untuk dimintakan berkah. Setiap tamu, menyapu kepala
sang bayi, sambl mendoakan keselamatannya.

9
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
5. Setelah acara gunting rambut, para tamu duduk kembali, menunggu hidangan
makan siang, baik secara adat, dialaskan dibawah maupun secara nasional, dimeja
makan. Selesai makan, para tamu disuguhi minuman kopi atau teh, dan selesailah
suda Acara Mohuntingo.

D. Ujian Kompetensi
1. Ujian Kompetensi Pengetahuan
Ujian kompetensi untuk kalian sudah diberikan pada awal pelajaran ini. Oleh karena
itu, lengkapilan jawaban kalian dengan menanyakan kepada narasumber dan dapat
dilihat pada internet.

2. Ujian Kompetensi Psikomotor


Praktikkan prosesi adat Mongakiki dan Molunggelo. Bagi siswa menjadi beberapa
kelompok. Kelompok tersebut melaksanakan tahap melaksanakan prosesi adat
mongakiki dan prosesi adat molunggelo. Benda budaya yang tidak bisa disiapkan oleh
siswa karena faktor harga yang mahal dapat dibuatkan dalam bentuk gambar agar
seluruh prosesi adat dapat berlangsung dengan lengkap. Nilailah penampilan setiap
siswa dengan menggunakan format penilaian berikut.
*
Tabel 2 : Penilaian Pemeranan Adat Molunggelo
NO Skor penilaian
Kegiatan A (86 – 100) B (76 – 85) C (66 -75) D (56 -65)
1 Kelengkapan atribut adat
2 Menjelaskan makna atribut adat
3 Jelaskan peran masing-masing anggota
Memerankan karakter masing-masing tokoh
4 tentang tahapan adat secara lengkap
5 Menggunakan busana sesuai karakter tokoh

Ket
*
Diganti dengan tugas masing-masing mongakiki

Ket : A Jika gerakan yang dilakukan > 5 bagian


B Jika gerakan yang dilakukan 3 – 4 bagian
C jika gerakan yang dilakuakn 2 bagian
D jika gerakan yang dilakukan 1 bagian

Kelompok yang menilai adalah kelompok yang tidak melaksanakan tugas.

Selamat Berlatih

10
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Kelas X Bagian 3 Mopolihu Loo Limu

Kompetensi dasar
3.3 Memahami pergelaran teater berdasarkan konsep, teknik, dan prosedur.
4.3 Mempergelarkan teater sesuai dengan tata pentas
Indikator
1.3.1 Mengidentifikasi konsep, teknik dan prosedur berkarya tata cara adat kelahiran
dan keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo.
1.3.2 Menjelaskan konsep, teknik, dan prosedur berkarya tata cara adat kelahiran
dan keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo;
1.3.3 Menerapkan konsep tata pentas pada pergelaran teater tata cara adat
kelahiran dan keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo.
4.3.1 Membuat deskripsi tata cara ada kelahiran dan keremajaan pada masyarakat
Gorontalo berdasarkan hasil analisis.

A. Konsep, teknik dan prosedur adat Mopolihu Loo Limu


Dasar adat mopolihu loo Limu
dijelaskan secara lengkap oleh Botutihe (2003 :53-
62). Mopolihu Loo Limu dilaksanakan serangkaian
dengan adat molubingo untuk bayi perempuan
Gorontalo. Mopolihu loo limu atau mandi air
ramuan limau purut, merupakan suatu keharusan
adat yang bertujuan membersikan diri bagi sang
bayi perempuan. Sedangkan, mongubingo adalah
keharusan syare’at khitanan bagi bayi perempuan.
Jenjang peradatan ini masih berlaku secara turun
temurun pada masyarakat suku Gorontalo.
Hakikat adat Mongubingo dan Mopolihu Loo Limu merupakan pembersihan diri
untuk sang anak yang dilaksanakan secara utuh oleh adat oleh syariat Islam lahir dan
batin.

11
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
1. Pelaksanaan
a. Pelaksana
1) HULANGO atau bidan kampung yang telah ditunjukan sebagai pelaksanaan
acara adat Mopolihu lo Limu, dan Mongubingo harus memenuhi persyaratan
yaitu :Beragama Islam, Mengetahui urutan tata cara Mopolihu Lo Limu dan
Mongobingo. Mengetahui lafal-lafal yang telah diturunkan oleh para leluhur
dalam pelaksanaan acara tersebut, Diakui masyarakat sebagai bidan kampong.
2) Imam atau Hatibi yang membacakan doa selawat ‘Mongadi Salawati’
3) Seorang ibu dituakan sebagai pembimbing acara tersebut.

b. Atribut Adat/Benda Budaya Mopolihu lo Limu dan Mongubingo


1) Taluhu Yilonuwa ( air ramuan limau purut atau limututu) dengan ramuan-
ramuan sebagai berikut : kulit limututu yang diiris halus, tujuh buah limututu
yang dipotong dua, tapi tidak diremas, irisan dari tujuh macam daun puring
(polohungo), ramuan umonu sejenis daun mayana tapi hijau dan harum, bunga
melati yang di sebut bunga moputi.
2) Tujuh buah perian bambu kuning, yang ditutup denga daun puring (polohungo),
yang berisi air, dan kepingan logam bernilai Rp.100,-dahulu 10 sen.
3) Bulowe atau upik pinang, setangkai yang masih tertutup atau hu’u-hu’umo,
dan yang setangkai sudah mekar atau Malongo’alo (mayang). Bulowe yang telah
mekar, digantung diatas tempat duduk sang ibu bersama bayinya saat
dimandikan.
4) Telur ayam kampung yang masih baru satu butir.
5) Dudangata (kukuran kelapa yang dijadikan tempat duduk dari ibu dan
bayinya).
6) Hulante, atau seperangkat baki yang berisi beras tujuh mangkok, telur 7 buah,
pala dan cengkih masing-masing 7 buah, limututu 7 buah dan 7 buah keeping
uang logam senilai Rp.100,-
7) Satu piring mangkuk alawahu lihi, untuk bonto.
8) Seperangkat baki yang berisi gelas tohetutu, dan 5 piring mangkuk beras 5
warna, yang disebut pale Yilulo.
9) Tambahan pada kegiatan Mongobingu (khitan), alumbu moputi’o atau kain
putih 2 meter, untuk menutupi kepala bayi saat dikhitan dan seperangkat alat

12
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
khitan diatas baki yang beralaskan kain putih, yaitu pisau kecil, dahulu
memakai sembilu, yinula monu (minyak yilonta).
c. Undangan
Undangan adalah kerabat paling dekat. Jika acara ini dirangkaikan dengan
acara adat perkawinan, atau pembe’ atan, maka undangannya adalah undangan
dari acara induk.

Tugas kalian adalah mencari informasi tentang makna yang disimbolkan oleh atribut-
atribut budaya tersebut. Kalian mencari informasi kepada orang tua, pegawai syara’
atau bidan kampung yang ada di tempat tinggal masing-masing. Kemudian diskusikan
temuan kalian dengan teman-teman sekelas. Perbaikilah tugas kalian berdasarkan
infromasi yang diberikan guru.

2. Makna Benda Budaya


Diskusikanlah makna benda budaya yang digunakan pada adat mopolihu loo limu.
a. Makna Atribut Adat/Benda Budaya Mopolihu Lo Limu
1) Taluhu Yilonuwa atau air ramuan limututu............................................
2) Tujuh buah perian bambu kuning .....................................................
3) Bulowe atau upik pinang ...............................................................
4) Alawahu Tilihi bermakna sebagai .....................................................
5) Tohetutu bermakna ....................................................................
6) Pale Yilulo atau beras lima macam bermakna........................................
b. Makna Atribut budaya Molubingo (Khitan)
1) Alambu Moputi’o......................................................................
2) Yinulo Yilonta..........................................................................

3. Pelaksanaan
a. Sehari sebelum pelaksanaan acara adat Mopolihu lo limu & Mongubingo, hulango
sudah mempersiapkan perlengkapan (benda-benda) budaya yang di perlukan,
sebagaimna dijelaskan terdahulu.
b. Pagi-pagi sebelum acara Mopolihu lo limu didahului dengan Mongadi salawati, yang
dilaksanakan oleh imam atau hatibi.
c. Selesai ngadi salawati, hulango melaksanakan acara adat Momonto kepada sang
bayi dan ibu serta ayahnya.

13
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
d. Selesai Momonto, ibu dan sang bayi dibawah ketempat acara Mopolihu lo limu. Ibu
dan sang bayi duduk di dudangata (kukuran kelapa), menghadap ke timur.
e. Siraman pertama oleh ibunya yang diwakilikan pada neneknya, atau tante
(bibinya), apabila yang memangku anak itu ibunya. Siraman berikutnya oleh
ayahnya keduanya mengambil air dari loyang ramuan.
f. Siraman berikutnya, oleh pemangku adat, atau oleh imam/hatib, dari perian bambu
kuning, yakni dari perian pertama, tanpa tuja’i
g. Siram perian kedua sampai ketujuh oleh Hulango, jika masih lengkap nenek dan
kekenya, baik pihak ibu maupun pihak ayahnya, berhak menyiramkan air perian-
perian tersebut.
h. Selesai mandi, sang anak, diberikan/memakai busana adat, baju panjang O tambi’o
(berhiaskan kembang-kembang emas), dan kepalanya memakai baya lo bo’ute (ikat
kepala), siap untuk dikhitan.
i. Saat pelaksanaan Mongubingo (khitanan), Hulango menutupi dirinya dengan Alambu
Moputi’o. selesai khitanan, sang anak, disapukan dengan Yinula Moonu (Yilonta)
sebagai tanda selesai Khitanan.
j. Acara dilanjutkan dengan doa syukuran dengan menggunakan benda budaya
seperangkat polutube dilaksanakan oleh imam/hatibi.
k. Selesai acara doa, dilaksanakan acara santap siang bersama, dengan selesainya
makan yang dilanjutkan dengan minum kopi/the, maka selesai rangkaikan acara
Mopolihu lo limu dan Mongubingo.

B. Konsep Tata Pentas


Secara hakikat tata teknik pentas pada dasarnya adalah untuk menghidupkan
sebuah karya seni. Prinsip tata teknik pentas adalah sebuah komitmen, aturan, dan
pegangan. Berdasarkan sejarah, pentas hadir karena terjadinya suatu pergeseran dari hal
yang bersifat ritual ke hal yang bersifat sebagai hiburan untuk manusia. Kelahiran pentas
sama dengan peralihan dari sebuah kepercayaan menuju pada ke pertunjukan.
Tata teknik pentas adalah cara menata panggung untuk sebuah pertunjukan.
Seorang yang melakukan tata teknik pentas atau penataan sebuah panggung disebut
sebagai seorang kreator. Sebelum melakukan sebuah penataan alangkah lebih tepatnya
bila seorang kreator mempunyai konsep untuk melandasi penataan yang akan dilakukan
pada sebuah pertunjukan. Konsep merupakan sebuah kompas yang mampu memberikan
suatu petunjuk dan gambaran bagi seorang penata panggung.

14
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Membuat disain pentas tarian perlu diperhatikan hal berikut, (1) membuat konsep
perencanaan pentas tari. Mulai dari pemilihan tema tarian, konstum, make up, properti,
hand properti, set properti, pencahayaan, sound sistem, akustik, dan sebagainya, (2)
melakukan petaan pentas.
Jenis penggung wajib diketahui oleh penata pentas. Jenis-jenis pentas/panggung
yang digunakan adalah : segi empat, kipas atau melingkar, auditorium 3600 , auditorium
transverse stage, auditorium 2100 – 2200. , ruang terbuka, ruang terbuka, dan proscenium.
Gambar panggung seperti berikut ini.

Panggung segi empat Panggung kipas/melingkar Panggung tapak kuda

Panggung Auditorium 3600 Auditorium transverse stage Auditorium 2100 – 2200.

ruang terbuka Ruang Arena

Selain itu, silahkan diskusikan dengan teman kalian bagian-bagian panggung. Kalian
dapat mencari pada sumber internet dan jelaskan bagian-bagian panggung berikut ini.

1. Border adalah ..............................fungsinya...................................


2. Backdrop adalah .......................... fungsinya....................................
3. Catwalk adalah........................... fungsinya ....................................

15
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
4. Sayang (side wing) adalah................. fungsinya...................................
5. Layar panggung adalah.....................fungsinya ................................

C. Ujian Kompetensi
1. Ujian Kompetensi Pengetahuan
Perhatikan gambar benda budaya berikut ini!

a. Sebutkan dan jelaskan makna simbol benda-benda yang ditunjukkan oleh anak panah di
atas.
b. Perhatikan struktur pelaksanaan adat Mopolihu lo limu berikut ini, diskusikanlah dalam
kelompok dan lengkapilah.

Prosesi Mopolihu loo limu

Persiapan .............. bayi duduk di dudangata

.............. Siraman kedua sd ..............


ketujuh oleh Hulango

Mongubingo .............. Ramah Tamah.

16
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
2. Ujian Kompetensi PSikomotor
Pahami kembali konsep tata panggung yang dijelaskan di atas. Buatlah gambar konsep tata
panggung prosesi adat Mopilohu loo Limu. Hal-hal yang ditampilkan dalam gambar :
a. Gambar panggung;
b. Bagian-bagian panggung;
c. Letak/posisi benda budaya mopolihu loo Limu pada panggung
Skor penilaian
NO Aspek yang dinilai
A (86 – 100) B (76 – 85) C (66 -75) D (56 -65)
1 Menjelaskan nama dan simbol
benda budaya dengan lengkap
(untuk nomor 1, pengetahuan)
2 Membuat disain gambar
3 Bagian panggung sesuai fungsinya
4 Posisi benda budaya lengkap dan
tepat

Ket : A Jika gambar/benda budaya yang dijelaskan/digambarkan > 5 bagian


B Jika gambar/benda budaya yang dijelaskan/digambarkan > 3 – 4 bagian
C jika gambar/benda budaya yang dijelaskan/digambarkan > 2 bagian
D jika gambar/benda budaya yang dijelaskan/digambarkan 1 bagian

Selamat Berlatih

17
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Menulis Kritik Teater
Kelas X Bagian 4

Kompetensi dasar
3.3 Memahami simbol, jenis, nilai estetis dan fungsinya dalam kritik teater
4.3 Membuat tulisan kritik teater mengenai jenis, fungsi, simbol, dan nilai estetis
berdasarkan hasil pengamatan.
Indikator
3.4.1 Menjelaskan tentang simbol, jenis, dan nilai estetika tata cara adat kelahiran
dan keremajaan pada masyarakat suku Gorontalo.
3.4.2 Membandingkan simbol, jenis, dan nilai estetika dalam konsep tata cara adat
kelahiran dan keremajaan pada masyarakat suku Gorontalo.
3.4.3 Menjabarkan simbol, jenis, dan nilai estetika dalam konsep tata cara adat
kelahiran dan keremajaan pada masyarakat suku Gorontalo.
3.4.1 Melakukan tata cara adat kelahiran dan keremajaan pada masyarakat suku
Gorontalo.
3.4.2 Membuat kritik dari pementasan tata cara adat kelahiran dan keremajaan pada
masyarakat suku Gorontalo.

A. Konsep Kritik Teater


Kritik dapat diartikan dengan ulasan, tulisan, tanggapan, penilaian, penghargaan,
terhadap objek yang dikritik, yakni; karya seni, karya Teater. Karya Teater sebagai
Objek, sumber, bahan kritik, dapat dilakukan melalui kegiatan apresiasi langsung dan
tidak langsung. Apresiasi langsung, artinya menonton, menyaksikan pergelaran Teater di
gedung pertunjukan. Adapun, apresiasi karya teater bersifat tidak langsung, dapat
dilakukan dengan cara menonton, menyaksikan melalui pemutaran, siaran ulang karya
Teater dalam bentuk rekaman video dan jejaring sosial media (internet).
Sebelum masuk pada praktik membuat kritik teater, ada baiknya kalian harus
memahami hakikat kritik dan fungsi kritik. Diskusikan dengan teman-teman sekelas hasil
pencarian kalian tentang kritik, dan lengkapilah jawaban berikut.

c. Kritik adalah.................................................................................
d. Kritik teater adalah ........................................................................
e. Kritikus adalah..............................................................................
f. Fungsi kritik adalah.........................................................................
g. Unsur-unsur kritik teater adalah..........................................................
Sandingkan penjelasan kalian dengan penjelasan yang diberikan guru.

Berikut ini dijelaskan simbol-simbol yang terkandung di dalam teater antara lain
sebagai berikut.

18
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Tabel 3 : Perbedaan Simbol teater tradisional dan nontradisional
Teater Tradisional – Teater Rakyat Teater Non Tradisional
No. Simbol No. Simbol
1. Tidak ada naskah baku atau 1. Ada naskah baku atau naskah tertulis.
naskah tertulis, mengandung makna keserhanaan,
bersahajaan bahwa cerita bersifat leluri, dari
mulutkemulut bersumber kisah, cerita; kehidupan
keluarga, tokoh perjuangan setempat, dst.
2. Pertunjukan bersifat spontan 2. Pertunjukan direncanakan dengan
(langsung) tanpa latihan, mengandung makna matang dan dilakukan melalui proses
kebersahajaan, apa adanya dari para pemainnya. latihan.
3. Pertunjukan lebih mengutamakan isi seni dari pada 3. Bentuk Pertunjukan lebih beragaman
bentuk seni. Maknanya seni tradisional bukan tergantung stile senimannya; apakah
semata-mata tontotan biasa, mengutamakan isi seni, atau
tetapi mengandung nilainilai persembahan bagi mengutamakan bentuk seni atau
para leluhurnya. menghadirkan keduanya.
4. Tempat pertunjukan berbentuk lingkaran, arena 4. Tempat pertunjukan bersifat khusus
terbuka, dan bersifat terbuka bermakna yakni di panggung, gedung dst. dengan
menjunjung nilai-nilai persuadaraan, keakraban keragaman bentuk stage.
dan keterbukaan.
5. Peralatan pentasnya; rias, busana, asesoris, alat 5. Peralatan pentasnya lebih modern dan
musik, alat penerangan lebih sederhana lengkap dengan beberapa unsur artistik
menyimbolkan kesederhanaan, dan penunjangnya.
kemasyarakatan.
6. Waktu pertunjukan dilakukan semalam suntuk, 6. Waktu pertunjukan lebih pendek dan
mengandung makna bahwa pertunjukan sama terbatas 2 sampai 3 jam.
halnya dengan siklus kehidupan yang terikat
dengan putaran waktu, awal – tengah dan akhir,
7. Peristiwa pertunjukan dibangun tanpa jarak 7. Peristiwa pertunjukan dapat dilakukan
dengan penontonnya, maknanya adalah keakraban dengan kecenderungan adanya jarak
antara pemain dan penonton. estetis dan atau lebur menjadi
satu(tanpa jarak) dengan penontonnya.
8. Penonton bersifat bebas tanpa harus membayar, 8. Penonton bersifat khusus dan
maknanya bahwa kesenian milik masyarakat bukan membayar.
milik perorang atau kelompok.

9. Menggunakan bahasa daerah setempat, maknanya 9. Menggunakan unsur bahasa lebih bebas;
sebagai alat komunikasi pemersatu rasa bahasa daerah, bahasa Indonesia,
kedaerahan dan menjunjung rasa banggaan atas bahasa asing dan campuran
kepemilikan bahasa yang diturunkan secara
turun temurun.
10. Fungsi pertunjukannya terkait upacara pada 10. Fungsi pertunjukannya mengarah pada
kegiatan masyarakat secara adat, bermakna seni tontonan hiburan.
kebersamaan dalam kemasyarakatan dan
memelihara budaya adat.

19
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
B. Langkah-lanngkah Menulis Kritik Teater
1. Deskripsi
Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada
pengamat. Dalam mendeskripsikan karya seni, kritikus dituntut menyajikan keterangan
secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni. Kritikus
teater akan menguraikan unsur-unsur yang membangun karya tersebut dan menguraikan
proses pembuatan karya tersebut. Seorang kritikus teater akan menguraikan sinopsis,
termasuk aspek tokoh, akting, dialog, dan penampilan aktor/aktris utama dan pemeran
pembantu dalam sebuah pementasan teater atau pertunjukan film yang menjadi objek
kritik. Dalam pembuatan deskripsi perlu dihindari interpretasi terhadap karya seni,
kesan pribadi kritikus ketika mengamati karya seni bukan termasuk bagian dari deskripsi,
jadi deskripsi berarti menguraikan fakta seni sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya,
tanpa tafsiran yang sifatnya ilusif dan imajinatif. Disamping mendeskripsikan adegan,
suasana, kritikus juga menerangkan pentas, tata cahaya, dan dekorasinya, sekaligus
mengutip puisi yang dibacakan. Dengan teknik mendeskripsi seperti ini, tentu saja
pembaca kritik mendapatkan informasi yang lengkap.
2. Analisis
Pada tahap analisis, tugas kritikus adalah menguraikan kualitas elemen seni. Dalam
karya teater maka seorang kritikus tidak hanya menafsirkan makna adegan atau simbol-
simbol tata cahaya, tata pentas, tata rias saja akan tetapi juga menganalisis sejauh
mana vokal pemain, mimik, penokohannya,ekspresi, penjiwaan dan plot atau alur
cerita. Ide seorang kritikus sangat penting dalam menganalisis karya seni. Hasil karya
seni, selanjutnya akan menjadi fakta objektif bagi kritikus untuk menafsirkan makna
seni. Hal ini penting dalam upaya menilai seni secara kritis. Pada dasarnya tahap
analisis adalah mengkaji kualitas unsur pendukung bahan pembentuk yang telah
dihimpun dalam data deskripsi.
3. Interpretasi
Interpretasi dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni
dari hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini tidak bermaksud menemukan
nilai verbal yang setara dengan pengalaman yang diberikan karya seni. Juga bukan
dimaksudkan sebagai proses penilaian. Aktifitas interpretasi merupakan sebuah
tantangan dan tentu saja merupakan bagian penting. Namun, dalam kegiatan ini kritikus
tidak berada dalam posisi menilai, tetapi memutuskan apa makna seni, tema karya,
masalah artistik, masalah intelektual karya seni, dan akhirnya menyimpulkan karya seni
sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam menafsirkan karya seni, kritikus bertolak dari
data deskripsi dan analisis (yang telah dilakukan sebelumnya) untuk menghasilkan
sebuah hipotesis tentang karya seni yang bersangkutan. Perlu asumsi yang melandasi
dalam menginterpretasikan karya seni. Diasumsikan bahwa seni mempunyai kejelasan
atau implikasi isi ideologis (bukan dalam arti politis). Diasumsikan pula bahwa objek seni
adalah hasil karya manusia yang tidak bisa lepas dari aspek sistem nilai penciptanya.
Karya seni tidak dapat dipisahkan dari wahana ide senimannya. Untuk tujuan penafsiran
dalam kritik seni, hipotesis adalah suatu ide atau prinsip organisasi yang berhubungan
erat dengan materi deskripsi dan analisis.
4. Evaluasi
Evaluasi karya seni dengan metode kritis berarti menetapkan rangking sebuah karya
dalam hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan kadar artistik
dan faedah estetiknya. Dalam aktifitas ini dikenal model evaluasi dengan studi
komparatif historis. Penilaian orisinilitas adalah instrumen penilaian kritis yang
menjelaskan ide karya, yakni dengan mengidentifikasikan masalah artistik yang akan
dipecahkan, apa fungsi seni, ada tidaknya inovasi ekspresi artistik, dan akseleransi

20
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
teknik artistiknya. Penilaian teknik seni adalah mengukur kelogisan penggunaan materi
dan instrumen seni dengan korelasinya dengan bentuk dan fungsi seni. Dalam konteks
karya yang anti teknik, anti estetis, anti seni, dan karya-karya vulgar lainnya penilaian
ditekankan pada aspek intelektualnya, yakni bobot ide yang menyertai karya seni
tersebut. Sebab tanpa isi pikiran, sebuah karya tergolong tidak bermanfaat, karena tidak
relevan dengan kehidupan dan kemanusiaan kita.

C. Ujian Kompetensi
1. Ujian Kompetensi Pengetahuan
Pada uraian di atas, siswa sudah mempelajari tentang prosesi ada Molunggelo, mengakiki dan
huntingo, dan Mopolihu loo limu. Tugaskan siswa untuk mempraktikkan secara berkelompok
salah satu dari prosesi adat tersebut untuk penilaian praktik di kelas X (sepuluh). Selanjutnya
setiap siswa membuat ditugaskan membuat tulisan dari hasil pengamatan mereka tentang
pementasan prosesi adat yang ditampilkan oleh temannya. Untuk memandu penilaian mereka
buatlah penilaian sesuai format berikut ini.

No Komponen yang Uraian


dikritik
1 Judul ……………………………………………………………..
2 Jenis Kritik ……………………………………………………………..
3 Pemeranan tokoh ……………………………………………………………..
4 Tata pentas ……………………………………………………………..
5 Tata busana dan rias ……………………………………………………………..
6 Simbol-simbol ……………………………………………………………..

2. Ujian Kompetensi Psikomotor


Buatlah tulisan tentang kritik teater berdasarkan deskripsi di atas rancangan deskripsi, analisis,
interpretasi, dan evaluasi. Jangan lupa tulisan kritik yang dibuat diberi judulnya.

Selamat Berlatih
Sampai Berjumpa di kelas XI

21
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Kelas xI Bagian I
Moluuna
Kompetensi dasar
3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur berkarya teater
4.1 Berkarya Berkarya seni teater melalui pengembangan peran berdasarkan konsep,
teknik dan prosedur sesuai naskah terater

Indikator
3.1.1 Mengidentifikasi konsep, dan teknik naskah teater tata cara adat kelahiran dan
keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo.
3.1.2 Menjelaskan prosedur tata cara adat kelahiran dan keremajaan pada masyarakat adat
suku Gorontalo sesuai dengan naskah teater.
4.1.1 Menerapkan watak tokoh dalam adat budaya Gorontalo sesuai dengan naskah yang
dibaca.
4.1.2 Membuat deskripsi terhadap pergelaran adat kelahiran dan keremajaan pada
masyarakat adat suku Gorontalo yang dibacanya

A. Konsep dan Teknik Moluuna


1. Konsep
Pengertian Moluuna adalah khitan
bagi anak laki-laki dengan persyaratan,
berumur 10 s.d 12 tahun dan tamat
mengaji. Moluuna adalah keharusan
syari’at Islam dan kewajiban sebagai
muslim suku Gorontalo. Adat moluuna
merupakan jenjang peradatan Suku
Gorontalo dalam aspek kelahiran, yang
turun temurun diberlakukan oleh
masyarakat suku Gorontalo.
Muluuna merupakan pembersihan diri bagi anak laki-laki pada alat vitalnya,
agar turunannya dari perkawinan yang sah bersih lahir batin. Melalui pembe’atan
pada saat Moluuna anak laki-laki lebih mantap dalam melaksanakan syare’at Islam
seutuhnya. Moluuna merupakan pelepasan dirinya dari masa kanak-kanak ke masa

22
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
remaja, antara lain anak laki-laki yang sudah disunat, tidak dibenarkan lagi untuk
tidur bersama ibunya, adik, dan kakaknya perempuan dan lain-lain.

2. Teknik
Pelaksana pada prosesi Moluuna adalah : (1) Ahli khitan, biasanya dari tokoh
Syara’(Syarada’a Hatibi atau imam); (2) Pendampinganya adalah Dokter atau
paramedic lainnya,yang membantu pengobatan luka atau pendarahan; (3) Hulango
(bidan kampung) yang mempersiapkan perlengkapan berupa benda-benda budaya
yang dibutuhkan; (4) Pekerja-pekerja lainya, misalnya pembuatan “pu’ade lobe’ati”.
Pada pelaksanaan moluuna, memakai system “pohuto pongo-pongo’abu” maka
pu’ade lo be’ati, di dalam buli-bulita, disertai dengan arkus lo liyango dan tu’adu
tolitihu serta Ngango Lo Huwayo; dan (5) Imam atau Hatibi, untuk pembacaan doa,
dan pembe’atan.

Diskusikanlah dengan para budayawan di lingkungan kalian tentang atribut budaya


yang digunakan pada pelaksanaan moluna berikut ini. Bagilah kelas kalian dalam
kelompok. Tunjukanlah benda-benda adat yang akan digunakan pada pelaksanaan
Molunna.
No Kelompok I/Benda Adat Deskripsi benda adat Dokumentasinya
1 wupato
2 hulanthe
3 pale Yilulo
4 alawahu tilihi
5 pulutube

B. Prosedur Moluuna
1. Praktik Tata Cara Moluuna
Perhatikan Prosedur acara adat Moluuna yang ada di lingkungan kalian masing-masing.
Praktikkan dalam kelas sesuai dengan kelompok masing-masing. Bagilah tugas pada
kelompok sesuai dengan peran, yaitu sebagai :
a. Ayah atau kakek
b. Anak yang disunat lengkap lengkap dengan pakaiannya;
c. Hulango lengkap dengan peralatannya;

23
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
d. Imam/ Hatib
e. Pemangku adat
2. Mendeskripsikan tugas masing-masing peran
a. Memandikan sang anak yang akan dikhitan tugas...................
b. Imam dan khatib bertugas untuk.....................................
c. Momoonto adalah tugas...............................................
d. Mopoomaklumu sampai dengan mongabi adalah tugas.............

C. Ujian Kompetensi
1. Kompetesi Pengetahuan
Perhatikan gambar berikut ini, lengkapilah dengan pengetahuan kalian tentang benda
budaya adat Moluuna

Puade Loo Be’ati Buliita Tolitihu

Yilabulo bo’o takowa kiki Payungo Tilambi’o

2. Kompetesi Psikomotor
Buatlah tulisan tentang perbandingan prosesi adat khitanan di daerah Gorontalo
dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia, sehubungan dengan konsep, teknik dan
prosedur pelaksanaannya. Presentasikan hasil tulisan kalian di depan teman-
temanmu yang lainnya.

Selamat Berlatih

24
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Mome’ati
Kelas XI Bagian II

Kompetensi dasar
3.2 Mengevaluasi teater berdasarkan fungsi, teknik, simbol, jenis karya, dan nilai estetika
4.2 Memodifikasi naskah drama dan penampilan
Indikator
3.2.1 Mengidentifikasi keunikan teater berdasarkan penerapan simbol, jenis, dan nilai
estetis dalam konsep memodifiaksi teater tentang tata cara adat kelahiran dan
keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo
3.2.2 Membandingkan keunikan teater berdasarkan penerapan simbol, jenis, dan nilai estetis
dalam konsep memodifiaksi teater tentang tata cara adat kelahiran dan keremajaan
pada masyarakat adat suku Gorontalo
4.2.1 Memodifikasi naskah drama dan penampilan tentang tata cara adat kelahiran dan
keremajaan pada masyarakat adat suku Gorontalo

A. Konsep Mome’ati
Mome’ati adalah suatu keharusan
sayri’at Islam yang merupakan perjanjian
atau ikrar dengan inti pengucap kalimat
syhadat, melaksanakan rukun islam dan
rukum iman secara utuh sebagai seorang
muslimah sebagai tanda kedewasaan.
Mome’ati dilaksanakan pada saat seorang
puteri Gorontalo sudah mengalami haid
dalam rangka memberi pengetahuan
pembersihan diri dan menjaga kesucian diri
dalam hidupnya. Jenjang adat ini berlaku
secara turun temurun dalam kehidupan
masyarakat Gorontalo. Mome’ati
mengandung unsur pendidikan moral,
pensucian diri, dan pendalaman ajaran
agama agar membudaya dalam kehidupan
pribadi anak Gorontalo.

25
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Mome;ati didahului dengan tahapan kegiatan molungudu, momonto, mopohuta’a too
pingge, mome’ati dan mohatamu. Benda budaya yang harus dipersiapkan untuk Mome’ati
adalah puade loo beati dan busana wolimomo dan pasanga

B. Teknik Mome’ati
Di lingkungan masyarakat Gorontalo kalian bisa mennemui Hulango atau orang tua
yang bisa memberi informasi tentang adat meme’ati. Carilah informasi tentang adat
mome’ati dan diskusikanlah dengan teman-teman dalam kelas tentang hal-hal berikut :
Tabel 4 : Hal-hal Penting dalam Prosesi Mome’ati
kegiatan Bahan yang digunakan Makna
Molungudu
Momonto
Momuhuto Taluhu Yilonuwa
bulewe
Uang logam
Putito
dudangata
Mopohuta’a too Piring I : tanah
Pingge
Piring 2 :jagung
Piring 3 : Beras
Piring 4 :Tala’a ngalaa
Piring 5 : Polohungo
Piring 6 : Bakohati
Piring 7 : Bulowe
Momuhuto Piring I : Pisang Tahumelito
Piring 2 : Tumula
Piring 3 : Hulanthe
Piring 4 :Tohtutu dan pale
yiluwo
Piring 5 : Bulowe
Piring 6 : Bakohati
Piring 7 : patodu

26
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
C. Prosedur Mome’ati
1. Seminggu sebelum acara mome’ati dan mohatamu, diadakan kegiatan molungudu.
2. Pada hari pelaksanaan Mome’ati didahului dengan Momonto.
3. Dilanjutkan dengan acara Momuhuto.
4. Puteri didudukkan pada dudangata menghadap ke timur di bawah gantungan bulewe
yang sudah mekar, di belakang di gantung tumula tebu (patodu), pisang masak.
Siraman air melalaui cela-cela mekar bulewe yang tergantung di atas kepala dari anak
gadis tersebut. Siraman pertama adalah diambil Tahulu yilonuwa oleh ibunya, ayahnya
dengan melafazkan Bismillahirahmannirahim. Selanjutnya, pemangku adat, dengan
menggunakan ketujuh perian bambu kuning. Selesai pentiraman air dari tujuh perian
bamabu kuning, dilanjutkan dengan pembelah bulewe hu’uhu’umo (upik pinang) yang
dilakakukan oleh hulango yang menggosokkan upik pinang ke telapak si puteri.
Dilanjutkan dengan memecahkan telur ayam kampung ke telapak tanagn sang gadis.
Kuning telur itu, disalin dari telapak tanagan ke telapak kiri, demikian sterusnya
sampai kuning itu cair. Stelah cir, kuning telur itu diminum oleh anak gadis samapai
habis. Acara mandi dilanjutkan dengan air kembang di loyang, menggosok badan
denagn ramuan lulur tradisional, kemudian membilas dengan air biasa. selesai acara
momuhuto. Selesai mandi anak puteri masuk huwali lo wadaka untuk mengenakan
busana adat wolimomo menantikan acara mopohu’at pingge.
5. Mopohuta’a Too Pingge.
Selanjutnya sang puteri dituntun untuk menginjak di atas piring dituntun oleh hulango
didahului dengan kaki kanan kemudian oleh kaki kiri.
6. Mome’ati
Pemangku adat mopoma’lumu bahwa acara pembe’atan akan dimulai. Seperangkat
polutube disiapkan di depan bapak imam atu kodhi. Setelah itu bapak imam atau kadhi
mengambil tempat di depan sang anak gadis yang akan dibe’at. Melalui selendang yang
menghubungkan antara tangan imam/kodhi denngan tangan anak gadis yang akan
dibe’at. Dengan mengepulnya asap totabu (dupa), maka dimulailah mukaddimah be’at
dengan sanjungan kepada Allah SWT kemudian dasar firman dan hadist serta ini adalah
pengucapan kalimat syahadat. Hal-hal yang ditanamkan pada saat be’at adalah (a)
sikapnya sebagi muslim terhadap islam agamanya, (2) sikap mendakwah islam d
lingkungan pergaulan, dan (3) sikap menata dirinya sebagi muslim yang taat akana dat
dan syare;at Islam.

27
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
7. Mohatamu
Selesai acara pembe’atan, maka dilanjutkan denagn mohatamu. Bagi sang puteri gadis
berganti busana dengan pasanga. Acara mohatamu diawali dengan pemangku adat
mopoma’lumu atau memberitahukan secara adat kepada bubato yang hadir, bawam
ohatamu akan dimulai. Acara mohatamu dimulia denagn urutan acara sebagai berikut ;
(a) Penghamburan dupa atau totabu di atas polutude oleh khadhi, (b) mukaddimah
doa untuk mohatamu, (c) pembacaan surat Adduha oleh sang puteri sampai pada surat
lahab; (d) pembecaan surat Al Ikhlas – Al falaq – An naas – Al fatihah – permulaan surat
Al baqara – Ayatul Qursi – mukaddimah tahlil dan Alayika Zul Jalali oleh para hadirin
dipimpim oleh kadhi/imam, dan (e) doa Khatamal Qur’an dan doa Beat dilaksanakan
sebagai akhir acara keseluruha.
8. Pemengku adat Mopomaklumu, bawa seluruh rangkaian Acara telah selesai.
9. Mongabi atau membubarkan persidanagan adat oleh pemangku adat.

A. Ujian Kompetensi
1. Ujian Kompetensi Pengetahuan
a. Bandingkanlah komponen-komponen pelaksanaan adat Moluuna dan Mome’ati dengan
menyempurnakan tabel berikut ini.
Prosesi Adat
NO Deskripsi
Moluuna Mome’ati
1 Konsep
2 Pelaku yang terlibat
3 Benda budaya dan maknanya
a.
b.
c.
d.
e.
8 Prosesi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

28
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
b. Buatlah kesimpulan dari kedua perbandingan tersebut sehubungan dengan persamaan dan
perbedaanya.

2. Ujian Kompetensi Psikomotor


Modifikasikanlah prosesi adat Mome’ati menjadi sebuah naskah teater atau naskah drama yang
dapat dipentaskan.

Selamat Berlatih

29
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Pergelaran
Kelas XI Bagian III

Kompetensi dasar
3.3 Menganalisis hasil pergelaran teater berdasrkan konsep, teknik, dan prosedur
4.3 Mempergelarkan teater sesuai dengan tata pentas dan peran tokoh

Indikator
3.3.1 Mengidentifikasi modifikasi naskah teater berdasarkan penerapan simbol, jenis, dan
nilai estetis tentang tata cara adat kelahiran dan keremajaan pada masyarakat adat
suku Gorontalo
3.3.2 Membandingkan naskah pergelaran teater berdasarkan penerapan simbol, jenis, dan
nilai estetis dengan konsep tentang tata cara adat kelahiran dan keremajaan pada
masyarakat adat suku Gorontalo
4.3.1 Menampilkan pergelaran teater tentang tata cara adat kelahiran dan keremajaan
pada adat suku Gorontalo.

1. Cara Modifikasi Naskah Teater


Pada bagian ini siswa dibimbing untuk membuat naskah drama berdasarkan prosesi
salah satu jenjang adat daerah Gorontalo yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu,
untuk membimbing siswa agar bisa menyusun naskah teater perlu diperhatikan langkah-
langkah berikut ini.
1. Membaca dengan saksama cerita yang akan diubah menjadi naskah drama. Hal-hal yang
harus kamu temukan saat membaca cerita sebagai berikut.
a. Latar cerita (latar waktu, latar tempat, atau latar suasana); Latar yang ditemukan
akan diubah menjadi setting dalam naskah drama yang dibuat
b. Tokoh-tokoh dan perwatakannya. Tokoh-tokoh ditemukan (para pelaksana dan objek
adat) dalam prosesi adat menjadi pelaku dalam naskah drama.
Contoh Hulango, hatibi dan yang lainnya.
c. Teknik menentukan karakter tokoh dalam cerita. Pelukisan tokoh-tokoh cerita dapat
dibedakan menjadi dua teknik, yaitu teknik analitik dan teknik dramatik. (1) Teknik
analitik/secara langsung. Teknik analitik menggambarkan watak/karakter tokoh
secara langsung dengan menyebutkan sifat, watak, tingkah laku, dan ciri fisik tokoh.
2) Teknik dramatik tidak menggambarkan karakter tokoh secara langsung, menulis
naskah drama berdasarkan kaidah penulisan naskah drama.

30
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Sebelumnya, berlatih mengubah cerpen menjadi naskah drama siswa dibimbing
untuk menemukan karakter tokoh. Karakter tokoh digambarkan dengan :
a) percakapan sang tokoh atau tokoh lain,b) Tingkah laku atau perbuatan tokoh yang
mencerminkan sifat, c) pikiran sang tokoh atau tokoh lain, d) Tempat atau
lingkungan sang tokoh.
2. Mencatat dialog/percakapan yang terdapat dalam cerita.
3. Mengubah dialog/percakapan yang terdapat dalam cerpen menjadi dialog/ percakapan
dalam naskah drama.
4. Mengubah latar cerita menjadi setting pada drama.
5. Menulis naskah drama.
Rangkaikan tokoh, setting, dan dialog yang telah kamu buat menjadi sebuah naskah
drama. Agar tidak membingungkan, buatlah terlebih dahulu kerangka cerita. Kerangka
cerita tersebut berdasarkan tahapan alur cerita sebagai berikut :
a. Tahap perkenalan adalah tahap atau bagian yang menceritakan atau
membicarakan waktu, tempat terjadinya cerita, dan tokoh dalam drama. Tahap
perkenalan merupakan awal cerita drama.
b. Tahap pertikaian adalah tahap mulai terjadinya pertikaian atau konflik antartokoh
dalam drama.
c. Tahap klimaks adalah tahap meruncing atau memuncaknya pertikaian atau
perselisihan dalam drama oleh para pelaku.
d. Tahap peleraian adalah munculnya peristiwa atau kejadian yang memecahkan
persoalan yang dihadapi oleh para pelaku.
e. Tahap penyelesaian adalah bagian yang memperlihatkan tokoh utama
menyelesaikan persoalan.
f. Jangan lupa berikan judul pada naskah

2. Cara Membuat Pergelaran Teater


Pergelaran teater secara umum bisa diartikan suatu proses komunikasi antara
karya seni dengan penontonnya melalui sebuah sistem pengelolaan yang disebut
manajemen seni pertunjukan. Manajemen yang dimaksud meliputi manajemen nonartistik
dan manajemen artistik. Manajemen non artistik merupakan sebuah proses produksi
teater yang tidak berkaitan secara langsung dengan kualitas pertunjukkan teater namun
mendukung pertunjukkan teater. Manajemen nonartistik dipimpin oleh seorang produser
yang mendelegasikan tugas kepada bawahannya. Sementara manajemen artistik meliputi

31
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
proses kegiatan yang berkaitan langsung dengan kualitas karya teater. Manajemen artistik
dipimpin langsung oleh seorang sutradara. Struktur sederhana manajemen pergelaran
teater.

Diagram : Struktur Sederhana Pergelaran Teater


Fungsi manajemen pertunjukkan ini adalah agar kualitas pertunjukkan teater
meningkat mutunya. Sebuah pergelaran teater merupakan kerja kolektif bukan kerja individu
yang membutuhkan kerjasama antara pihak manajemen artistik dan nonartistik. Sementara
itu, tahapan pergelaran teater dijelaskan berikut ini.
a. Tahap Perencanaan meliputi :
Melaporkan kepada pimpinan
sekolah, melalui guru pembina seni
budaya, membentuk panitia,
menentukan sutradara dan
produser, menentukan tema, dan
menyusun jadwal.
b. Persiapan meliputi :penentuan tema,
sinopsis dan naskah yang akan
ditampilkan, menyiapkan sarana dan
prasarana, gedung, tata rias, tata
busana, tata musik dan proferti.
Menyiapkan publikasi, dan penonton.

32
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
c. Tahap pementasan meliputi : pelaksanaan kerja kepanitiaan di bawah tanggung jawab
produser, dan pelaksanaan pergelaran di bawah kendali dan pengaturan sutradara.

3. Ujian Kompetensi
1. Ujian Kompetensi Pengetahuan
a. Modifikasikanlah prosesi pelaksanaan adat yang telah kalian pelajari di kelas XI
menjadi sebuah naskah drama yang lengkap. Prosesi adat yang akan dimodifikasi
oleh siswa dipilih dari adat Moluuna, mome’ati, atau mohatamu. Bimbinglah siswa
untuk menilai pekerjaan temannya dengan menggunakan format berikut ini.
Tabel.Penilaian Modifikasi Naskah Teater
No Unsur yang dimodifikasi Penjelasan
1 Latar
2 Tokoh
3 Dialog
4. Tahapan
a. Perkenalan
b. Pertikaian
c. Klimaks
d. Peleraian
e. Penyelesaian
5 Judul

b. Tugaskan siswa untuk membuat struktur pergelaran teater

2. Ujian Kompetensi Psikomotor


Tugaskan siswa untuk berlatih salah satu naskah teater yang sudah dimodifikasi
selanjutnya tampilkan di depan kelas. Setiap siswa di dalam kelas harus berperan
dalam penampilan tersebut. Oleh karena itu, bagilah setiap kelas menjadi 2 kelompok,
untuk menampilkan prosesi adat Moluuna atau Mome’ati. Berikan penilaian pada
setiap kelompok yang tampil.

Selamat Berlatih

33
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Motolobalago
Kelas XII Bagian I

Kompetensi dasar
3.4 Mengidentifikasi makna, simbol/filosofi, serta peran teater tradisional dalam konteks
kehidupan budaya masyarakat.
4.4 Membuat laporan teater tradisional dalam konteks kehidupan budaya masyarakat

Indikator
3.4.1 Mengidentifikasi makna, simbol/filosofi teater tradisi suku Gorontalo
3.4.2 Mengedentifikasi fungsi teater tradisi lisan dalam kehidupan masyarakat Gorontalo
3.4.3 Membuat laporan berupa tulisan tentang makna simbol dan peran teater tradisi

A. Prosesi Awal Motolobalango


Adat istiadat sangat kompleks dengan norma-norma yang oleh individu penganutnya
dijunjung tinggi dalam kehidupan. Sistem peradatan perkawinan Gorontalo yang turun
temurun sebagaimana ungkapan adat “ malo kakali, lonto butu asali, tohuliya wali-
wali”. Artinya sudah tetap, dari awal mula, dan sampai kini tetap berlaku.
Adat perkawinan suku Gorontalo merupakan bagian dari hukum Gorontalo secara
keseluruhan dan mempunyai item-item yang berhubungan dengan makna, proses
pengiring, perlengkapan adat berupa benda-benda budaya atau atribut adat. Merupakan
hak sebagai anggota masyarakat, untuk memberlakukan adat kebesaran dalam
pelaksanaan perkawinan yang suci dan sakral. Perkawinan adat suku Gorontalo, terdapat
adat Motolobalango. Adat Motolobalango didahului oleh beberapa prosesi yaitu
Mongilalo, Mohabari, Moo matata u pilo’otawa, dan Motolobalango. Tahap-tahap
tersebut memiliki syair-syair lisan yang digunakan dalam setiap prosesinya.
1. Temuilah pemangku adat di lingkungan kalian dan tanyakan hal-hal berikut ini.
No kegiatan Deskripsi makna
1 Mongilalo

2 Mohabari

3 Momatata’u
Pilo’otawa

4 Motolobalango

5 intani
6 polohungo
7 burungi

34
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
2. Berlatihlah dalam kelompok, kemudian praktikkan syair-syair yang diungkapkan oleh
pemangku adat dari proses Momatata’u Pilo’otawa
a. Mohabari
(diucapkan Utoliya pihak Pria)

“WONU ITO TAHU-TAHU INTANI, DEAMIYATIA TAA ME’I YANGOMAYI”


“WANU ITU OPOLOHUNGO, DE AMIYATIA TAA LALAYITA MA ME’I BUHUTO”
“WONU ITO BIYA-BIYAHE BURUNGI, DE AMIYATIYA TA HEMOPO’A MAYI”

(diucapkan pemangku adat pihak Perempuan)

“AMIYATIYA MOHILE MA’APU WANU MOWALI AMAYATIYA DONGGO


MOPO’OTAWAPO WO LO UNGALA’A. SABABU BO DONGGO TO DELOMO
OMBONGO WALA’A TAA DULOTA, DABO TO’U MAA YILUMUWALAYI ODE DUNIA,
TIYO MA LOWALI WALA’O TA DAADATA”

b. Momatata’u Pilo’otawa
(diucapkan Utoliya pihak Pria)

“ BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ; AMIYATIA INSYA ALLAH LO’OTAPU IZINI


LONTO ALLAHU TA’ALA U MEYI MOTALUWA WOLO MONGOWUTATA WAWU
MONGODULA’A AMIYATIA LO’OTAPU HIHILE LONTO OLI PAKUNI RAHI TEMEY
SARTIN (Nama dan sapaan orang tua laki-laki), U MEY PE’I HABARIYALIYO MA’O,
HEELUMALI ABA HINO TEMEY ADI (Nama dan sapaan orang tua perempuan), TO
MIMBIHU HABARI LO BANTANTO TI RAHMIYATI (Nama gadis yang dilamar), U
OHILA MA TUWANGO LEMEY SARTIN, WOLILEY SARTIN TO OMBONGI
MONGOLIYO”.

(diucapkan Utoliya pihak Perempuan)

“BOTITIYELI, DA BOLO BILO-BILOHULO, WAWU LO LAMETAYI YIYINTU LEMEYI


SARTIN WOLILEYI SARTIN, YI MA MOWALI DE’U POLELEYAMAYI DIYALU, DE
WOLUWO, POLELEMAYI WOLUWO DE DIYALU”.

(diucapkan Utoliya pihak Pria)

“ALHAMDULILLAH, AMIYATIA MOSYUKURU, POTALA BOLO WOLUWO UMURU ITU


MOHU-MOHUWALIYA MOWALI MASYAHURU”.

B. Prosesi Motolobalango
1. Pelaksana
a. Luntu dulungo layi’o atau juru bicara dari pihak laki-laki di sebut Utoliya, yang
telah di tunjuk oleh pihak keluarga laki-laki.
b. Luntu dulungo wolato atau juru bicara dari pihak perempuan, yang
c. Peserta yang mendampingi Luntu Dulungo Layi’o, terdiri dari keluarga pihak laki-
laki (dari kaum bapak dan kaum ibu).

35
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
d. Peserta yang menunggu duduk bersama Luntu Dulungo Wolato terdiri dari
keluarga pihak perempuan.
e. Pembawa hantaran adat berupa 1 (satu) berisi sirih pinang, satu baki berisi gambir
dan tembakau serta kapur, satu baki berisi tapahula yang berisi kain sejenis sutera
di dalamnya. Di samping tapahula ada payung yang tertutup.

2. Persiapan
a. Benda adat
Persiapan berupa atribut adat terdiri atas : (a) Sirih, pinang, gambir kapur dan
tembakau; (b) Tapahula yang berisi kain sejenis sutera panjangnya 3 meter;
Toyungo Bilalanga atau payung kebesaran adat.
b. Busana adat
1) Busana adat yang di pakai oleh sang gadis calon pengantin, memakai
wolimomo, to huwali lo humbiyo (kamar adat), duduk di ranjang berkelambu
adat.
2) Busana adat yang di pakai oleh Luntu Dulungo Layi’o, maupun Luntu Dulungo
Wolato, adalah Bo’o Takowa Kiki, sarung terikat di pinggang, memakai kopiah
hitam.
3) Busana yang di pakai oleh kaum bapak, pada umumnya berlengan panjang,
celana panjang, memakai kopiah, dan kaum ibu, memakai kebaya dan batik,
kain penutup (wuloto), untuk payu lo hulontalo, bide-bide lo bate, wulo-wuloto
lipa-lipa, dan untuk payu lo limutu, bide-bide lo lipa-lipa, wulo-wuloto bate
tunggohu. Demikian pula pihak keluarga perempuan yang menunggu,
mendampingi Luntu Dulungo Wolato, atau juga di sebut Ta mohima
tolobalango, artinya yang menunggu acara peminangan.

3. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan acara adat motolobalango selamanya diadakan sore hari mulai pukul
15.00 sampai dengan selesai. Rombongan turun dari rumah keluarga laki-laki di
pimpin oleh Lundu Dulungo Llayi’o menuju rumah pihak perempuan, mereka
membawa benda-benda budaya, sebagaimana tersebut di atas.
b. Mereka diterima oleh pihak keluarga perempuan. Kedua belah pihak duduk
beralaskan tikar atau permadani sambil duduk berhadap-hadapan. Tonggu di
sodorkan, dan dibuka, maka Luntu Dulungo Layi’o membuka pembicaraan sebagai
berikut :
L. (Pihak Laki-laki)
“ Amiyatiya motitalu ode ta hihadiriya. Wonu bolo maa mo’otapu ijini
amiyatiya maa motombilu molo’iya”
Artinya : Kami datang menghadap hadirin. Kalau mendapat izin dari keluarga
yang hadir, kami akan minta izin untuk berkata-kata.
P. (Pihak Perempuan)
“Toduwolo” Artinya : silahkan

Dialog berlangsung sampai pada mufakat dan diakhiri dengan jabatan tangan seluruh
rombongan kedua belah pihak. Selanjutnya, Utoliya mengumumkan hari dan tanggal
pelaksanaan perkawinan selanjutnya yakni tahap monga’ato dalalo, artinya meratakan
jalan (proses). Motolobalango merupakan peresmian awal antar dua keluarga yang
sepakat untuk melangsungkan pernikahan. Kesepakatan tersebut ditandai dengan
lambang atau simbol, sirih pinang, gambir, kapur tembakau, serta tapahula yang berisi
kain sejenis sutera. Isi tolobalango adalah bertujuan menghubungkan keluarga pihak

36
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
laki-laki dengan keluarga pihak perempuan. Hal-hal yang mennyangkut jumlah ongkos
yang di serahkan, pelaminan dan pakaian pengantin, pemenuhan pelaksanaan adat,
tidak di bicarakan pada acara tolobalago, karena sudah dibicarakan sejak awal. Jadi
tidak ada tawar menawar ongkos dan tekhnik pelaksanaan perkawinan. Acara
tolobalango, belum di hadiri oleh pihak pemerintah dan pegawai syara’ juga belum ada
bunyi-bunyian.

Gambar 1 : Adat Motolobalango


C. Ujian Kompetensi
1. Kompetensi Pengetahuan
a. Buatlah deskripsi fungsi pada upacara adat motolobalango
No Tahapan Adat Maknanya
1 Mongilalo
2 Mohabari
3 Momatataa u pilo otawa
4 Motolobalango

b. Tentukan makna benda adat berikut ini

No Benda Adat Maknanya


1 Toyunga Bilalanga
2 Sirih
3 Pinang
4 Gambir.
5 Tembakau
6 Kapur
7 Selembar kain sejenis sutera berukuran 3 mtr.
8 Tempat kain tersebut berisi di tapahula
9 Tonggu
10 U nto-ntongo
11 U oli-oliyo’o
12 U wuntu-wuntu wawu Hulo’alo
13 Ilato wawu bulonggodu
14 Motolo u’udu wawu motolo adati

37
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
2. Kompetensi Keterampilan
Kunjungilah sebuah pesta perkawinan daerah Gorontalo. Amatlah prosesi adatnya pada
tahapan Mongilalo sampai dengan Motolobalango. Hal-hal yang diamati adalah :
a. Kelengkapan pelaksanaannya adatnya dari Mongilalo sampai Motolobalango.
b. Kelengkapan artibut adat yang digunakan.
c. Kelengkapan pelaksana.
d. Kelengkapan busana yang digunakan.
e. Ketepatan waktu pelaksanaan

Selanjutnya buatlah laporan dengan sistematika berikut ini


1. Pendahuluan terdiri atas : (a) Latar Belakang Pemikiran, (b) Tujuan Pelaksnaaan, (c)
Manfaat, (d) Hasil yang diharapkan.
2. Pelaksanaan terdiri atas : (a) Pelaksanaan pelaksanaannya adatnya dari Mongilalo
sampai Motolobalango, (b) Kelengkapan artibut adat yang digunakan, (c) Kelengkapan
pelaksana, (d) Kelengkapan busana yang digunakan, (e) Ketepatan waktu pelaksanaan
3. Penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran
4. Lampiran terdiri atas (a) Tuan Rumah yang melaksanakan adat, (b) Pengantin, (c) Waktu
dan tempat pelaksanaan, (d) Utoliya, dan (e) Dokumentasi

Selamat Berlatih

38
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Modepito Dilonggato
Kelas XII Bagian II

Kompetensi dasar
1.2 Menganalisis unsur-unsur estetis yang terdapat dalam pergelaran teater
4.5 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap kualitas estetis teater

Indikator
1.2.1 Mengidentifikasi pesan moral dalam kegiatan penataan unsur-unsur teknis pertunjukan
teater tradisi lisan suku Gorontalo
1.2.2 Menyimpulkan pesan moral dalam kegiatan penataan unsur-unsur teknis pertunjukan
teater tradisi lisan suku Gorontalo
4.5.1 Mempertunjukkan prosesi penataan unsur-unsur teknis pertunjukan teater tradisi lisan
suku Gorontalo

A. Prosesi Awal Modepito Dilanggato


Hal-hal yang kalian harus pelajari di bagian ini adalah tradisi lisannya, dalam hal
ini berhubungan dengan ungkapan-ungkapan adat yang menyertai prosesi adat, seperti
yang terdapat dalam indikator. Meskipun, kalian perlu juga mempelajari prosesi adat
secara keseluruhan.
Pada pelajaran sebelumnya Anda sudah selesai mempelajari tata cara
perwakawinan secara adat suku Gorontalo. Prosesi adat tersebut dilanjutkan dengan
prosesi Modepita Dilanggato. Namun, sebelum sampai pada prosesi adat Modepita
Dilanggato terdapat beberapa tahap prosesi adat yang harus dijalani, yaitu : Monga’ato
Dalalo, Molenilo, dan Momu’o ngango atau Modutu.
1. Diskusikan dengan pemangku adat yang ada di desa kalian hal-hal berikut.

No Kegiatan Hasil kesepakatan Prosedur


1 Monga’ato Dalalo

2 Molenilo

3 Momu’o ngango atau


Modutu

4 Modepita Maharu

2. Praktikkan Syair-syair yang diucapkan oleh pemangku adat dari prosesi Monga’ato
Dalalo sampai dengan Modepita Maharu. Syair ini diucapkan oleh utoliya luntu dulungo
layi’o (dari pihak laki-laki) dan Utoliya Luntu dulungo wolato (dari pihak
perempuan). Ucapkan syair-syair ini secara bergantian berdasarkan peran, dan
pahamilah maksudnya dengan menanyakan artinya kepada Pemangku adat.

39
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Utolia oleh utoliya luntu dulungo layi’o

Aadati lo Hunggiya : Adat daerah Gorontalo


Maa lee dungga mayi : Kini telah tiba di tempat
Maa popo tupalo mayi : Siap akan di masukan
Wawu popo botula lo mayi : Mohon supaya di unadang naik
Baangi woyi baangi : Harap di buka jalan
Baangi wawu hiyangi : Buka jalan dan beri kesempatan
Hiyaangi ma’o to dala : Beri kaki jalan
Popodapata pohuntala : Untuk menghidangkan hantaran
Tapahula bilotala : Hantaran yang telah di siapkan
Wolo ayuma sagala : Dengan segala simbol adat
Ma’apu boli ma’apu : Maaf tak terhingga
Ma’apu mongo eya : Maaf para pejabat
Ma’apu mongo tiyamo : Maaf para bapak
Ma’apu mongo tilo : Maaf para ibu
Ma’apu mongo tiyombu : Maaf para tua-tua
Ma’apu mongo wutato : Maaf para saudara
Ta malo hima lo hulato : Yang telah menunggu dan menanti
Dila boli olingangato : Hendaknya jangan resah
Donggo lo lua-luwa bako : Sebab masih mempersiapkan
De ma yelipato : Setelah seluruhnya rampung
De uyito malo monggato : barulah kaki berangkat
Lo mutu mayi pangato : Melewati jalan pintas
To dala modipulato : Di jalan yang licin
To duhi leyi tanggato : Di duri tersangkut
De uti maa leedapato : Dan kini telah siap
To talu lo mongowutato : Di hadapan hadirin

Utoliya Luntu dulungo wolato

Aadati lo hunggiya : adat daerah gorontalo


Maa tilumapayi : kini telah memasuki halaman
Wahu lengge lo mayi : mohon angkatlah kemari
Wahu botulo lo mayi : dan mohon di naikkan kemari
Botula timile lo mayi : naiklah dan perlihatkan
Wombato malo sadiya : permadani telah di siapkan

Utolia oleh utoliya luntu dulungo layi’o

Bismillah mopodutu : dengan nama allah hantaran di letakan


Payu lo hulontalo limutu : kebesaran adat gorontalo limboto
Maa hitaluwa bubato : di hadapan pemangku negeri
Wonu woluwo utala : bila tedapat kekeliruan
Dila binggila bantala : mohon jangan simpan di dalam hati.

Utoliya maa toduwolo : juru bicara di persilahkan


Ma’apu maa popo hulo’olo : maaf di undang untuk duduk
Adati ma popo tolimolo : adat akan di terimakan
Wawu maa tanggu-tanggulolo : dan akan di perinci satu-persatu.

40
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Utoliya Luntu dulungo wolato

Watiya moloduwo : saya mempersilahkan


Taa pilo piwakili : kepada yang di wakilkan
Mo dudulayi ode tili : silahkan mendekat
Malo pololimowalo : kami siap menerima
Adati limutu hulontalo : adat kebesaran limboto dan gorontalo
Ma yilapato yilantalo : yang sudah tersusun rapi
Maa lo’o tanggu dalalo : dan telah mengganggu jalan
Ta’ubu yinggilalo : penutup silahkan buka
Wawu tanggu-tanggulalo : dan sebutlah satu-persatu
Wuduwa ma wametalo : serahkan, kami akan menerima

Utolia oleh utoliya luntu dulungo layi’o


Botiya tonggu : inilah dia
Tonggu-tonggu lo wungumo : tonggu sebagai pembukuan
Tuwato u lo tihelumo : pertanda hasil musyawarah
Lopotuwawu dulungo : menyatukan pendapat/ tujuan
Boli depi-depito toyungo :dan dihantar dengan payung kebesaran

Utoliya Luntu dulungo wolato

Tonggu ma tiluwango : tinggu akan di simpan


To pomama biluwanga : di tempat yang terhormat
Wato tiya mololimo : kami telah menerima
Lo hilawo moolingo : dengan hati yang ikhlas

Utolia oleh utoliya luntu dulungo layi’o

Botiya tapahula lo huwa : ini peti dari goa


Tunuhiyo buluwa : di susul dengan peti
Bakohati u tiluwa : bingkisan yang di perlukan
Aadati lo lahuwa : tanda adat leluhur kita
Tunuhiyo ayuwa : di susul dengan simbol adat
Oluhuto, o gambele liyo : ada pinang dan gambir
O tembe, o taba’a liyo : ada sirih dan tembakau
O langge, o patodiyo : ada nangka dan tebu
Wawu tumula pulitiyo : ada bibit kelapa sebagai penutup

Utoliya Luntu dulungo wolato

Adati lo lahuwa : adat istiadat leluhur kita


Tunuhito buwa-buwa : yang di lengkapi dengan simbol adat
Tayade aturawa : bagikan secara adil
Mulo-mulo ode ta’uwa : lebih dahulu kepada pemimpin.

41
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
B. Prosesi Modepito Dilanggato
1. Hakikat
Dilonggato artinya bahan-bahan penyempurnaan seperangkat makanan untuk hari
pelaksanaan perkawinan. Dilanggato merupakan kewajiban dari pihak laki-laki, namun
tidak menutup kemungkinan dari pihak perempuan untuk lebih menyempurnakan. Yang
dimaksud dengan dilanggato adalah seekor sapi, sekarung beras, kambing, ayam dan
sebagainya, yang di himpun oleh keluarga pihak laki-laki. Yang di maksud dengan
tunuhiyo, adalah seperangkat rempah-rempah penyedap makanan, wangi-wangian,
bedak dan alat perlengkapan untuk bersolek, dan penanda lain yang berhubungan
dengan kegiatan perempuan. Jika ada dilanggato, terdapat “ alumbu “ dan “
selendang “, maka pertanda, calo pengantin laki-laki akan bermalam dan
menyelenggarakan acara molapi saronde wawu mopotidi pada malam perkawinan
mereka.

2. Pelaksana
a. Utoliya luntu dulungo layi’o, atau utusan dari pihak laki-laki
b. Utoliya luntu dulungo wolato, atau utusan dari pihak perempuan
c. Rombongan dari pihak laki-laki, terdiri dari keluarga kaum ibu dan kaum bapak,
yang telah di tunjuk oleh pihak laki-laki
d. Penerima dari pihak perempuan, yang terdiri dari keluarga/ kerabat terdekat.
3. Pelaksanaan
a. Rombongan kola-kola tiba di depan rumah calon pengantin perempuan. Seorang
yang di tunjuk menjadi baalanga segera menghubungi utoliya luntu dulungo
wolato untuk memberi tahu bahwa dilonggato siap akan di turunkan dan siap di
serahkan.
b. Kalau si utoliya wolato menyetujui maka si utoliya luntu dulungo layi’o tidak
berkata apa-apa, ia tidak boleh bertuja’I dan setelah diatur baik-baik
hamparannya, ia langsung menuju dapur untuk memberitahukan penyerahan
dilonggato.
c. Di dapur ada seorang ibu yang bertindak sebagai kepala seksi konsumsi segera
tampil, dan tidak boleh berbicara apa-apa. Kalau ada yang kurang ia hanya
menunjuk tempat yang kurang tersebut, misalnya tempat garam maka yang kurang
adalah garam. Hal ini hanya di ketahui, dan anggota rombongan tidak akan kembali
menambah.
d. Pihak keluarga perempuan tidak di ijinkan berkata-kata ketika menerima
dilonggato karena kata yang berisi tuntutan merupakan penghinaan, dan hal itu
dapat menyebabkan pengamukan. Oleh sebab itu dari pihak laki-laki telah
memperhitungkan imbangan dan keselarasan dari bahan-bahan yang semestinya
harus di persiapkan.
e. Selesai penyerahan dilonggato, utoliya luntu dulungo layi’o, berbincang-bincang
dengan utoliya luntu dulungo wolato, tentang persiapan hari pernikahan, tahapan-
tahapan kegiatan pelaksanaan acara perkawinan.
f. Acara di akhiri dengan minum teh atau kopi, makan kue bersama, lalu jabatan
tangan. Kola-kola bersama rombongan kembali ke rumah pihak laki-laki.

42
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Gambar 2 : Benda-benda Budaya pada Prosesi Modepito Dilanggato

C. Ujian Kompetensi
1. Kompetensi Pengetahuan
a. Deskripsikan pesan moral pada prosesi adat monga’ata dalalo sampai pada upacara adat
modepita dilanggato.

Tahapan Adat
No Deskripsi Pesan Moral Monga’ato Moleni momu’o modepita modepito
dalalo lo ngango maharu dilonggato
1 Musyawarakan tekhnis
pelaksanaan proses
perkawinan secara rinci, jelas
b. B
dan terarah, agar dalam
e
pelaksanaan adat mulus bagi
n
kedua belah pihak.
2 d
Mobaliya atau motunggala
a
yang bermakna menanggung
-
bersama-sama
3 b
Menghubungkan antara kedua
e
keluarga
4 n
Kewajiban pihak laki-laki calon
c. suami
5 d. Pemberitahuan secara umum
e. tentang pernikahan
f.

43
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
b.budaya pada prosesi adat monga’ata dalalo sampai pada upacara adat modepita dilanggato

Tahapan Adat
No Benda Budaya Monga’ato Moleni momu’o modepita modepito
dalalo lo ngango maharu dilonggato
1 Kola-kola (tanpa hantalo dan
tinilo); Nyiru yang berisi
rempah-rempah dan bumbu;
Baki-baki yang berisi tapahula
yang berisi alumbu,
selendang, wangi-wangian,
dan bedak serta alat untuk
bersolek.
2 4 baki limu bongo, 4 baki
nanas, 4 baki nangka, 4 baki
tebu, 4 baki tumula, dan
Tonggu senilai Rp. 25
3 Tonelo, yang terdiri dari
benda budayanya: Tonggu,
Kati, Tonelo (mahar), Tutu lo
polidulu, Buluwa lo umoonu
Bunggalo, Luwalo, Heyi lo
anguluwa, Dudelo, Tilolo
Wulu lo o’ato, dan Pate lo
tohe
4 Lima baki kecil-kecil, yang
berisi sirih, pinang, gambir,
kapur dan tembakau. Kelima
baki ini di bungkus dengan
kain yang berwarna indah.
Sebuah tapahula yang berisi, 3
kati.
5 Seperangkat kain kebaya yang
indah, sebuah batik dan
selendangnya, sebuah gaun
malam, daster, sapu tangan,
dan seperangkat alat tata rias
wajah, dan minyak wangi.

3. Kompetensi Keterampilan
a. Bergabunglan dengan teman-temanmu dalam kelompok maksimal 10 orang;
b. Masing-masing mengambil bagian untuk berlatih prosesi adat Monga’ato dalalo, Molenilo,
momu’o ngango, modepita maharu, dan modepito dilonggato.
c. Berlatihlah dalam kelompok masing-masing.
d. Pertunjukkanlah di depan kelas prosesi adat yang ditugaskan kepada kelompok kalian.

44
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
e. Pada saat temanmu tampil nilailah penampilan mereka sesuai dengan format penilaian
berikut ini.

Deskripsi Penilaian
Anggota
No Penggunaan
Kelompok Dialog Peran Penampilan
atribut

1 Pemeran I
2 Pemeran 2
3 Pemeran 3
4 Pemeran 4
5 Pemeran 5
6 Pemeran 6
7 Pemeran 7
8 Pemeran 8
9 Pemeran 9
10 Pemeran 10

Ket : A Jika melakukan pemeranan di atas 5 tahap nilai antara 86 – 100


B Jika melakukan pemeranan 3 – 4 tahap nilai antara 76 - 85
C Jika melakukan pemeranan 2 tahap nilai antara 66 - 75
C Jika melakukan pemeranan 1 tahap nilai antara 56 - 65

Selamat Berlatih

45
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Moponika
Kelas XII Bagian III

Kompetensi dasar

1.3 Menganalisis isi dan makna pertunjukan teater


4.6 Menunjukkan teater berdasarkan kualitas estetik

Indikator
1.3.1 Mengidentifikasi isi pertunjukan teater trandisi lisan suku Gorontalo
1.3.2 Mengidentifikasi makna pertunjukan teater trandisi lisan suku Gorontalo
1.3.3 Mengiindentifikasi bentuk pertunjukan teater tradisi lisan teater suku daerah
Gorontalo
4.6.1 Mempertunjukkan prosesi penataan unsur-unsur teknis pertunjukan teater tradisi lisan
suku Gorontalo

A. Prosesi Hui Loo Mopotilantanhu


Prosesi Hui Loo Mopotilantanhu adalah prosesi adat yang dilaksanakan pada
malam pernikahan, yaitu : Mopotilandahu dan Molile Huwali, Molapi Saronde, Mohatamu
Qur’ani, Mopitidi, dan Mopotuluhu.

Temuilah pemangku adat di desa kalian, dan diskusikanlah hal-hal berikut :


No Kegiatan Prosesi Makna
1 MOLILE HUWALI
2 Molapi Saronde

3 Mohatamu Qur’ani

4 Mopitidi

5 Mopitidi

46
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
B. Prosesi Moponika
Lengkapilah deskripsi tahap-tahap Moponika dalam adat istiadat Gorontalo berikut.

Syair Utoliya Luntu Syair Utoliya Luntu


No Tahap
Dulungo Layi’o Dulungo Layi’o
A Pengantin Pria
1 Momudu’o
2 Mopodiyambango
3 Mopolaahu
4 Mopoluwalo
5 Mopota’e to Uta’eya
6 Mopolaahe to Uta’eya
7 Mopotupalo
8 Mopobotulo
9 Mopohulo’o
B Pengantin Pria
1 Momudu’o pengantin
perempuan
2 Mopoluwalo
3 Mopotuwoto
4 Mopohulo’o
5 mongakaji

C. Molomela Taluhu Tabiya


1. Acara ini merupakan acara membatalkan air wudhu. Baik pengantin perempuan
maupuna pengantin laki-laki, sebelum di be’ati dan akad, mereka harus berada
keadaan suci, yakni masing-masing denagn air wudhu.
2. Setelah akad nikah, maka air wudhu itu akan dibatalkan, sebab pengantin laki-laki,
akan segera menuju ke kamar adat (Huwali lo Humbiya), tempat pengantin perempuan
dibeat untuk disentuh dahinya sebagi tanda mulai saat itu halallah pengantin
perempuan tersebut menjadi miliknya pengantin laki-laki.
3. Sebelum pengantin laki-laki dipersilakan berdiri, pemangku adat mengucapkan tuja’I
sebagi berikut:
Wombu hulawa tuluto : Cucunda bangsawan mulia
Yinggata poliyodupo : silakan berdiri dan bergeraklah
Layi’o pongo’abupo : bangkit dan bergeraklah
Ode huwali moduto : ke kamar yang indah permai
Adati lo toyunuto : adat telah teratur rapi
Ami mongotiyombunto :kami para nenenda

47
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Momudu’o momuluto : menjemput dan membesarkanmu
Wonu towuli mohuto : bila dikau ragu-ragu
Aitayi to eluto : harap berpegangan di keris ini.
4. Pengantin laki-laki pun berdiri, ketika siap melangkah, dituja’I dengan tuja’I
mopodiyambango (mengundang untuk melangkah) sebagai berikut:
Wombu payu bulayi :Cucunda bangsawan mulia
Ontode-ntode pomayi : perhatian kemari
Otile-tile pomayi : lihatlah kemari
Wombu podiyambango pomayi : cucunda melangkah.
5. Pengantin laki-laki melangkah menuju kamar adat (Huwali lo Humbiya) tempat
pengantin perempuan siap menanti. Adat BUNGGALO diserahkan kepada yang berhak.
Kata “bunggalo” bukan halal untuk memenuhi istrinya harus dihalangi dengan adat
bunggalo. Adat bunggalo ditujukan kepada petugas perias pengantin, dan adat
LUWALO diserahkan kepada yang petugas yang mengebleng pengantin dengan
diistilahkan WO”OPO.
6. Tiba di depan pintu kamar adat, pengantin laki-laki dituja’I Mopotuwoto (mengundang
masuk) sebagi berikut :
Wombu tupelo lo mayi : Cucunda masuklah
Dilemu malo botiye : perhatian kemari
Tupalayi ode huwali lo humbiya : masuklah kekamar adat
Mayi molomela taluhu tabiya : Cucunda melangkah
7. Pengantin laki-laki masuk ke kamar adat dan ia mengulurkan tangan kanannya untuk
menyentuh dahi istrinya, sebagi bukti bahwa mereka telah menjadi suami istri.
8. Mereka berdua disandingkan di atas ranjang kamar adat tersebut. Kemudian pengantin
perempuan kembali ke kamar rias (huwali lo wadaka) untuk mengganti pakaian.
Pengantin laki-laki kembali ke rumahnya untuk menggnati pakaian. Ada pula pengantin
laki-laki tidak kembali kerumahnya, tetapi mengganti pakaian di rumah pengantin
perempuan.
9. Sementara itu acara makan siang atau TAMELO dapat dilaksanakan.

D. Mopopipidu (Menyandingkan)
1. Mempelai laki-laki kembali tiba dirumah pengantin perempuan, atau ia sudah berganti
pakaian. Acara dilanjutkan dengan MOPOPIPIDU (menyandingkan).
2. Si Utoliya Luntu Dulungo Layi’o memaklumkan kepada Utoliya Lantu Dulungo Walato,
bahwa pengantin laki-laki siap untuk bersanding. Hantalo U Lipu dibunyikan.
3. Pengantin laki-laki memakai MAKUTA atau PALUWALA, dan pengantin perempuan
memakai BILI”U. Kedua mempelai berdiri di huwali lo Wakada (kamar rias), untuk
bersiap menuju kepelaminan. Mereka dituja’I dengan tuja’I MOMUDU’O (mengundang
berdiri) sebagai berikut:

Wambu hulawa tuluto : Cucunda Bangsawan Mulia


Bulowe loombuto : Kembang Mekar Yang Terjaga Kehormatannya
Ami mongotiyombunto : Kami Para Nenekda
Momudu’o momuluto : Menjemput Dan Mengagungkan
Wombu hulawa gumala : Diagungkan Dan Mahlingai Ini
Boli po ambuwalo : Dan Dihadiri Oleh Para Pejabat Dan Tamu
LO’u dula’a kimala : Bahkan Tamu-Tamu Yang Terhormat
Ota-ota bala-bala : Dikawali Dengan Ketat
Wombu malo lengge lo mayi : Kalian Silakan Berdiri
Timihu lumune’olo : Bangkit Dan Berdiri Dari Sini.

48
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
4. Kedua mempelai berdiri dan siap untuk keluar kamar. Sebelum mereka keluar kamar
rias mereka dituja’I dengan tuja’I MOPOLUWALO (mengundang ke luar kamar) sebagai
berikut:

Wombu luwalo lo mayi : Kalian (cucunda) persilakan keluar


Luwaliya odiya : Keluarlah kesini
Malo popohuliya : Dengan adat kebesaran
To uyito to utiya : yang belaku di daerah ini
5. Kedua mempelai secara perlahan-lahan ke luar dari kamar rias. Setelah siap untuk
melangkah ke pelaminan, mereka dituja’I dengan tuja’I MOPODI YAMBANGO
(mengundang untuk melangkah), dengan tuja’I yang berbunyi:
Wombu pula lo hunggiya : kalian anak pembesar daerah ini
Malo to dulahe botiya : pada hari ini
Malo popohuliya : akan dikenakan
Aadati lo lipu botiya : adat yang berlaku disini
Tombuluwo to didiya : diangungkan dan dihormati
Lo uyito lo utiya : dengan adat yang berlaku di sana sini
Pu’ade malo sadiya : pelaminan telah disiapkan
Wolo wombu muliya : bagi kalian yang dimuliakan
6. Merekapun menuju ke pelaminan, kini mereka telah berada di depan pu’ade.
Sebelum mereka duduk keduanya dituja’I dengan tuja’I MOPOHULO”O
(mengundang duduk) yang berbunyi:
Wombu pulu lo hunggiya :kalian anak pembesar negeri
Malo to dulahe botia :pada hari ini
Wombu ma toduwoolo :kalian diundang dengan hormat
Wahu potihulo’olo :kalian dipersilakan duduk
To pu’ade wajalolo :di pelaminan yang telah disiapkan.
7. Kedua mempelai telah duduk di pelaminan. Mereka dikipas dayang-dayang dan
disuguhi minuman. Acara dilanjutkan dengan doa yang disebut “ Du’a lo Nikah”
yang dilaksanakan oleh petugas agama.
8. Pada hari itu kedua mempelai disebut BULENTITI yang berasal dari kata ‘bula-
bula’I yingontii botii’. Maka maksudnya pada hari itu mereks diangungkan berbuat
sesuatu seperti yang dilaksanakan oleh OLONGIYA (raja), sekalipun mereka bukan
olongiya. Hal yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya itu disebut bula-
bula’I. Tetapi hal yang bula-bula’I itu hanya pada hari pesta perkawinan itu. Itulah
sebabnya disebut bula-bulayi yingonti botii yang kemudian menjadi BULENTITI.

E. Momale Bohu (memberikan Nasihat Perkawinan)


1. Acara palebohu dilaksanakan selesai Du’a lo Nikah. Kedua mempelai dinasehati
oleh seluruh keluarga. Nasehat itu diucapkan dalam bentuk puisi yang disebut
PALEBOHU.
2. Karena tidak semua keluarga dapat momalebohu, maka mereka hanya mewakilkan
pada orang Baate/pemangku adat lainnya untuk mengucapkan palebohu tersebut
kedua mempelai kini duduk bersanding. Semua mata memandang kepada kedua
insane yang kini menjadi suami istri, dan para tamu berdoa untuk keselamatan
mereka.

49
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
F. Modelo
1. Hantalo dibunyikan sebagai pertanda acara akan dilanjutkan dengan tahapan
modelo. Adat dudelo diserahkan dan pengantin perempuan diijinkan untuk
berangkat.
2. Kedua mempelai dengan diapit oleh ibu – ibu (TAA MODELO) menuju kenderaan
yang disiapkan.
3. Tiba di tangga rumah pengantin laki – laki, pengantin perempuan mendapatkan
disematkan sebuah cincin oleh ibu pengantin laki – laki dengan ucapan sebagai
berikut : “OTOLAAMU TILAAMU WOLI YAMAMU, ODUNGGAMU TILAAMU
WOLIYAMAMU” artinya engkau tinggalkan ibu dan ayahmu, engkau temui juga ibu
dan ayahmu. Hal ini bermakna, bahwa mulai hari itu pula mereka yang sama
dikasihi seperti anak sendiri.
4. Seember air disiramkan dikaki pengantin perempuan (didekat kakinya) sebagai
penghormatan karena selama perjalanan kaki pengantin perempuan dilekati abu
dan sebagainya, sehingga perlu dibersihkan.
5. Mereka berdua diundang masuk, disandingkan dipelaminan yang telah disiapkan
tampa Tuja’i. kedua mempelai disuguhkan TILOLO dan juga kue serta minuman,
sebagai penghormatan keluarga laki – laki kepada kedua mempelai dilanjutkan
dengan suguhan para tamu dari pihak perempuan.
6. Setengah jam kemudian atau selesai suguhan minum kepada para tamu/
rombongan kedua mempelai diberangkatkan kembali kerumah pengantin
perempuan untuk beristrahat dan bersantap siang.
7. Selesai berganti pakaian kedua mempelai makan siang bersama ibu dan bapaknya
serta keluarga. Untuk kedua mempelai hanya disiapkan satu piring yang
diistilahkan MODUULUWA, sebagai pertanda mereka harus bersatu mencari rezeki
dan memanfaatkannya.
8. Sementara itu keluarga lainnya mempersiapkan tempat untuk pelaksanaan acara
MOPOTURUNANI. Acara ini diadakan pada malam hari pertama pengantin tersebut.

50
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Gambar 3 : Prosesi Moponika
G. Ujian Kompetensi
1. Kompetensi Pengetahuan
a. Tentukan tahapan adat yang ada dideskripsikan berikut ini.
Tahapan Adat
No Deskripsi Prosesi Molapi
Mohatamu Mopotidi Mopotuluhu
Saronde
1 Mopoluwalu,
Mopodiyambango
Mopohulo’o yang
dilaksanakan oleh pengantin
wanita.
b. 2 D Momudu’o,Momonggato,
e Mopoluwalo,Mopolahu,Mopo
s diyambango, Mopota’e to’u
ta’eya yang dilaksanakan
oleh pengantin pria.
3 kegiatan yang dilaksanakan
oleh pengantin Pria
4 kegiatan yang dilaksanakan
oleh pengantin wanita

b.Tentukan tahapan prosesi adat Moponika yang dilaksanakan di rumah pengantin pria

Tahapan Adat
No Tahapan Prosesi
1 2 3 4 6 7 8 9 10 11
1 Mopolaahu
2 Mopota’e to Uta’eya
3 Mopohulo’o
4 Mopotupalo
5 Mopobotulo
6 Mopoluwalo
7 Mopodiyambango
8 Mopolaahe to Uta’eya,

51
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
2. Kompetensi Keterampilan
a. Bergabunglan dengan teman-temanmu dalam kelompok maksimal 10 orang;
b. Masing-masing mengambil bagian untuk berlatih prosesi adat Moponika
c. Berlatihlah dalam kelompok masing-masing.
d. Pertunjukkanlah di depan kelas prosesi adat yang ditugaskan kepada kelompok kalian.
e. Pada saat temanmu tampil nilailah penampilan mereka sesuai dengan format penilaian
berikut ini.

Deskripsi Penilaian
Peranan Anggota
No Penggunaan
Kelompok Dialog Peran Penampilan
atribut

1 Luntu Dulungo Layi’o


2 Luntu Dulungo Wolato
3 Buwatula Towulungo
4 KADHI/IMAM
5 Petugas Palebohu
6 TAA MODELO
7 Ibu pengantin

Ket : A Jika melakukan pemeranan di atas 5 tahap nilai antara 86 – 100


B Jika melakukan pemeranan 3 – 4 tahap nilai antara 76 - 85
C Jika melakukan pemeranan 2 tahap nilai antara 66 - 75
C Jika melakukan pemeranan 1 tahap nilai antara 56 - 65
Selamat Berlatih

52
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Makna Atribut Adat
Kelas XII Bagian IV Perkawinan Gorontalo
Kompetensi dasar
1.4 Menyimpulkan pesan moral yang terdapat pada pertunjukan teater
4.7 Menunjukkan pesan moral (kearifan lokal) teater

Indikator
1.4.1 Mengidentifikasi pesan moral pada setiap tahap pertunjukkan terater tradisi
lisan suku Gorontalo
1.4.2 Membandingkan pesan moral pada setiap tahap pertunjukkan terater tradisi
lisan suku Gorontalo
1.4.3 Menyimpulkan pesan moral yang terdapat dalam pertunjukkan teater tradisi
lisan suku Gorontalo
4.7.1 Mengaplikasikan pesan moral yang terdapat dalam pertunjukkan teater tradisi
lisan suku Gorontalo dengan kehidupan sehari-hari.

Pada bagian ini kalian akan mempelajari atribut adat perkawinan suku Gorontalo serta makna
yang terkandung dalam setiap atribut adat tersebut. Fokus yang akan kalian pelajari adalah
tentang tata cara adat, tata cara tempat duduk, pelaksanaan, dekorasi, busana, dan
perlengkapan lainnya. Setiap atribut adat ini memiliki pesan moral yang harus kalian pamahi
dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan prosesi adat perkawinan daerah Gorontalo yang telah kalian pelajari, tentu saja
kalian sering menemukan istilah-istilah yang berhubungan dengan tempat pelaksanaan
perkawinan, dekorasi yang digunakan, tata cara duduk, busana yang digunakan, musik
pengiring, dan perlengkapan lainnya. Deskrisikanlah istilah-istilah tersebut melalui diskusi
kalian dengan para pemangku adat Gorontalo.
A. Tempat Pelaksanaan
No Nama tempat Deskripsi Makna
1 Huwali lo Wadaka
2 Huwali lo Humbiya
3 Bantayo
4 Sabuah

53
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
B. Dekorasi
No Nama Benda Deskripsi Makna
1 Puade
2 Talilo hulawa
3 Lale lo bongo
4 ngango lo huwato
5 Tolitihu

C. Tata Cara Duduk

Bantayo

K ................... .................... ........................

A A B C

M
SABUWA
A

R .........................
(E) D

Tentukan tata cara tempat duduk petugas adat berikut ini berdasarkan diagram di
atas.

a. Huwalo lo bubato
b. Buwatulo Towulungo
c. Pemerintah
d. Buwatulo Syara’
e. Undangan

D. Busana
Busana yang dikenakakan pada saat perkawinan adat daerah Gorontalo memiliki
ketentuan dan aturan tertentu. Kalian bisa menyaksikan jika di daerah kalian terdapat
acara pernikahan. Pemilik baju ada Gorontalo sangat paham dengan ketentuan pakaian
adat Gorontalo. Kalian bisa berdiskusi beberapa hal dengan pemilik usaha peminjaman
baju adat Gorontalo tentang bebrapa hal berikut.

54
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
No Nama Busana Deskripsi Busana Deskripsi Makna
1 Bili’u
a. Baya Lo Boute Ikat Kepala Terikat tanggung jawab
b. Lay-lay
c. Pangge Moopa
d. Pangge
e. Tutuhi
f. Huli
g. Dungo Bitila
h. Huwo’o
i. Taya
j. Rumbai-rumbai
2 Bo’o Tunggohu/
Galenggo
a. Kucubu loo duhelo
b. Kucubu loo ulu’u
(petu)
c. Pateda
d. Wulu-wulu dehu
e.Lu’ohu atau kula
f.Alumbu/Bide
g.Bintolo/etango
3 Makuta/poluwala
a.makuta
b.paluwa
c.tudung makuta
4 Bo’o Takowa Da’a
a.Bo’o
b.Takowa
c.pita
d.bintolo
e.salupa
f.jambiya/patatimbo

Selain busana yang disebutkan di atas, warna busana yang dikenakan memiliki arti dalam
adat daerah Gorontalo. Khusus untuk busana adat kebesaran Raja/Ratu ditetapkan hanya
4 warna adat yang disebut : “TILA BATAYILA”. Tila Batayila terdiri dari :

1) Warna merah (merah jambu, merah muda, merah darah babi, aranye)
2) Warna hijau (hijau tua, hijau muda dan lain – lain;
3) Warna kuning (kuning emas, kuning telur, kuning muda dan lain – lain).
4) Warna ungu (ungu tua, ungu muda dan lain – lain).

Warna busana mengikat juga terhadap pakaian adat wali-wali mowali pada upacara
perkawinan, bai’at, gunting rambut dan khitanan. Khusus busana adat para bubato yang
terikat dengan warna ini hanyalah Wala’o pulu, baate-baate/wu’u dan udula’a (kepala

55
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
kampung dan pegawai Syara’). Untuk para Talenga (Mayulu, pahalawani, paaha) memakai
seragam hitam dan untuk busana juru kalam desa/pedukuhan, adalah Bo’o Kini yang
berwarna putih).

E. Kesenian Pengiring
Kesenian pengiring dalam adat pekawinan daerah Gorontalo Kalian dapat mendiskusikan
kesenian pengiring dalam perkawinan Gorontalo seperti pada tabel berikut ini.

NO Nama Kesenian Fungsi Gambar


1 Hantalo
2 Molapi sarode
3 Motidi
4 Palebohu
5 Sa’iya
6 Tinilo
7 Tuja’i
8 Turunani

F. Perlengkapan
1. Yang dimaksud dengan perlengkapan di sini adalah hal-hal yang turut mewarnai proses
perkawinan yang semuanya berhubungan dengan benda, hantaran, sebagai berikut :
- Sirih-pinang, gambir dan tembakau
- Kola-kola
- Hunga lo ayu yang bermakna ayuwa (sifat pembawaan)
- Dilonggato (bahan-bahan makanan)
- Yang bermakna symbol, pembayaran adat, tempat / kotak adat yang disebut
Tapahula, kati dan tonggu
- Toyunga Bilalanga (payung kebesaran).
2. Yang dimaksud dengan buah – buah (hungo lo Ayu) sesuai ketentuan berupa :
- Limau atau jeruk bali yang kulitnya diukir dimotif ornament Gorontalo
- Nenas, beragam warna (kuning, merah dan hijau)
- Nangka biasa atau bidulang
- Tebu (patode lumbi kuning, merah dan ungu)
- Tunas kelapa, yang akan ditanam sebagai petanda perkawinan.
3. Yang dimaksud dengan kola-kolam adalah usungan adat yang akan berisi ayuwa atau
perangkat adat yang lain yang akan diantarkan kepada pihak perempuan. Kola-kola ini
bolak-balik sebanyak 4 kali dalam proses perkawinan yaitu:
a. Di saat mengantarkan Hu’o lo Ngango
b. Di saat mengantarkan Mahar

56
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
c. Di saat mengntarkan Dilonggato (bahan makanan)
d. Di saat mengantarkan U kilati yakni pada hari perkawinan.

Gambar 4 : benda-benda budaya untuk adat perkawinan

57
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
G. Ujian Kompetensi
1. Kompetensi Pengetahuan
a. Tentukan pesan moral benda budaya pada prosesi adat Moponika
N
Benda Budaya Pesan Moral
o
1 Lale lo Bongo yang tidak dipangkas
e2 Di kiri tangga dekat Ngango lo Huwayo diletakan
n pohon pinang dengan daunnya
3t Anyaman bambu Tolitihu diletakkan terbalik
4u Posisi duduk pemerintah berada di kiri pemuka
k agama dan pemangku adat
5a Baya lo Boute
6n Layi-layi
7 BINTOLO dan ETANGO
8t JAMBIYA
a
b. Identifikasi benda budaya yang digunakan oleh pengantin pria dan benda adat yang
digunakan oleh pengantin wanita beserta maknanya.

b. N Pengantin
Jenis Benda Budaya Pengantin Pria Maknanya Maknanya
o wanita
1 Bagian Kepala
2 Bagian badan
3 Bagian Pinggang
4 Bagian Rok/celana
5 Yang lainnya

c.Simpulkan pesan moral dari benda budaya yang digunakan oleh pengantin wanita dan
benda moral yang digunakan oleh pengantin pria berdasarkan tabel bagian b.

2. Kompetensi Pengetahuan
a. Bergabunglan dengan teman-temanmu dalam kelompok maksimal 10 orang;
b. Masing-masing mengambil bagian untuk mencari benda-benda budaya pada proses
perkawinan yang telah dijelaskan di atas.
c. Buatlah atribut budaya yang digunakan oleh pengantin pria dan wanita yang bahannya
dari bahan bekas.
d. Presentasikan hasil kreasi kalian di depan kelas dengan menjelaskan makna bagian-
bagian dari benda adat tersebut.
e. Nilailah hasil presentasi temanmu.

Selamat Berlatih

58
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK
Daftar Pustaka

Botutihe, Medi dan Farha Daulima. 2003. Tata Upacara Adat Gorontalo. Gorontalo:
Galeri Budaya.

Daulima, Farha. 2006. Ragam Upacara Tradisional Daerah Gorontalo. Gorontalo:


Forum Suara Perempuan

_____________ 2008. Tata Cara Adat Mome’ati Dan Mohatamu. Gorontalo: Galeri
Budya Daerah

_____________ Tata Cara Adat Pemakaman (di daerah gorontalo). Gorontalo: Galeri
Budaya Daerah

Panitia Seminar. 1971. Himpunan Bahan Seminar Adat Istiadat Daerah Gorontalo.
Gorontalo.

59
Adat Budaya Daerah Gorontalo Kelas X, XI,XII Buku Siswa SMK

Anda mungkin juga menyukai