Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN REMAJA DAN MUNCULNYA

MOTIVASI BELAJAR

ALFAN ALFIAN FACHRI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas karunia-Nya yang
begitu nyata tercurahkan kepada kita semua. Makalah dengan judul Perembangan
Remaja dan Munculnya Motivasi Belajar yang ada di tangan pembaca sekarang
ini merupakan hasil dari sebuah ikhtiar dalam menghimpun dan menyusun
seperangkat pengetahuan mengenai pendidikan.
Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari masa kanak-kanak
kepada masa dewasa. Masa remaja juga sebagai usia bermasalah. Akhirnya para
remaja mengalami kesualitan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Motivasi
memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Memberikan motivasi
yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan
yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan
mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar
sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa. Berdasarkan paparan di atas,
maka makalah ini hadir memberikan alternatif pilihan kepada para pembaca yang
budiman untuk dapat merefleksikan berbagai fenomena motivasi belajar dalam
perkembangan remaja terhadap siswa. Semoga dengan refleksi tersebut dapat
menjadikan pembaca semakin kritis dalam upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa pada anak remaja, khususnya di Indonesia, setidaknya kita dapat belajar
bersama dan ikut berpartisipasi untuk mewujudkan masyarakat pembelajar.
Namun demikian, sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami tunggu agar buku ini
di kemudian hari akan semakin baik dari sisi isi maupun tampilannya. Akhirnya,
saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak pihak. Aamiin.

Gorontalo, 18 November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Remaja dan Munculnya Motivasi Belajar. .................................2


2.2 Pengaruh Perkembangan Remaja dan Munculnya Motivasi Belajar ..................7
2.3 Penerapan Dalam Pembelajaran Mengenai Perkembangan Remaja dan
Munculnya Motivasi Belajar ...............................................................................9

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Untuk dapat belajarnya
seorang siswa sesuai dengan yang diharapkan, banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya. Salah satunya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar adalah
suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun luar
sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau
aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya (Hamzah B. Uno, 2008).
Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecemasan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang.
Kecemasan dapat diartikan sebagai keadaan mental yang tidak enak yang ditandai
oleh kekhawatiran, ketidakenakan, dan prarasa yang tidak baik yang tidak dapat
dihindari oleh seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan remaja dan munculnya motivasi belajar?
2. Bagaimana pengaruh perkembangan remaja dan munculnya motivasi
belajar?
3. Bagaimana penerapan dalam pembelajaran mengenai perkembangan
remaja dan munculnya motivasi belajar?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan remaja dan munculnya motivasi belajar.
2. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan remaja dan munculnya
motivasi belajar.
3. Untuk mengetahui penerapan dalam pembelajaran mengenai
perkembangan remaja dan munculnya motivasi belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Remaja dan Munculnya Motivasi Belajar

Menurut Wahyu Wijayanti (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:sFzguysPMTIJ:scholar.goo
gle.com/+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010:
diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:01) Masa remaja merupakan masa yang
penuh problema. Dalam masa ini tidak sedikit remaja yang mengalami
kegoncangan yang menyebabkan munculnya emosional yang belum stabil
sehingga mudah melakukan pelanggaran terhadap norma-norma dalam
masyarakat. Remaja sebagai manusia yang sedang tumbuh dan berkembang terus
melakukan interaksi sosial baik antara remaja maupun terhadap lingkungan lain.
Melalui proses adaptasi, remaja mendapatkan pengakuan sebagai anggota
kelompok baru yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Remaja yang memiliki
persahabatan yang menyenangkan dan harmonis juga melaporkan tingkat harga-
diri yang lebih tinggi, kurang kesepian, memiliki keterampilan keterampilan sosial
yang lebih matang, dan bertindak lebih baik di sekolah daripada remaja yang
kurang dalam berteman (Slavin-Williams & Berndt, 1990).
Remaja pun rela menganut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam suatu
kelompok remaja. Dalam pergaulan remaja, kebutuhan untuk dapat diterima bagi
setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai mahluk sosial.
Setiap anak yang memasuki usia remaja akan dihadapkan pada permasalahan
penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan teman
sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak
ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya. Apabila
lingkungan sosial itu menfasilitasi atau memberikan peluang terhadap remeja
secara positif, maka remaja akan mencapai perkembangan sosial secara matang.
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita.
Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut
klasifikasi World Health Organization (WHO)..“Remaja”. Kata itu menurut
remaja sendiri adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, yang
punya “dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang tua. Kata remaja berasal
dari bahasa latin yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti
remaja) yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence
mempunyai arti yang cukup luas: mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. ( Piaget ). Dengan mengatakan poin- poin sebagai berikut secara
psikologis masa remaja :
1. Usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
2. Usia dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang –orang yang lebih tua
melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang –kurangnya masalah
hak.
3. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyalah aspek afektif.
4. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
5. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa.
Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980)
menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara
seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa
remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa
remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada
usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode
setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan
dewasa secara hukum.1

1
Wahyu Wijayanti (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:sFzguysPMTIJ:scholar.google.com/+munc
ulnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010: diakses tanggal 17 Oktober
2017, jam 17:01)
Menurut Hamzah B Uno (2008:23) Sekolah merupakan sistem yang
terstruktur, interaksi yang terjadi antar siswa/siswi sekolah tentu tidak selamanya
baik-baik saja, apalagi jika kita melihat fenomena-fenomena yang sekarang ini
banyak terjadi dilingkungan sekolah menganai perilaku menyimpang remaja di
sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap sistem sekolah dan yang paling besar
pengaruhnya yaitu terhadap pribadi dan masa depan siswa itu sendiri. Selain itu
juga dalam lingkungan remaja, kebutuhan untuk dapat diterima bagi setiap
individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai mahluk sosial. Setiap
anak yang memasuki usia remaja akan dihadapkan pada permasalahan
penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan teman
sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak
ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya mereka
terutama dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan realita yang ada bahwa dalam
suasana belajar ataupun waktu istrahat sedang berlangsung, baik siswa laki-laki
maupun perempuan menghabiskan banyak waktunya bersama dengan teman-
temannya. ada dua bentuk perilaku yang muncul dari hubungan teman sebaya,
yang pertama kelompok siswa yang selalu berprestasi dan yang kedua yakni
kelompok siswa yang suka melanggar aturan sekolah. Pengaruh teman sebaya
sebagai bentuk untuk memperoleh dukungan memiliki arti penting untuk
memotivasi belajar siswa agar dapat menjadi lebih baik dan berprestasi. Dengan
tidak adanya dukungan dari sahabat atau teman sebayanya maka akan menjadikan
anak tersebut berfikiran negatif, apalagi jika ditambah dengan anggapan yang
negatif dari teman sebayanya , sehingga minimbulkan kecemasan ketika
berinteraksi dengan teman sebayanya. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.2
Menurut Siti Tsaniyatul Hidayah (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:I1Lb9bykMN0J:scholar.go

2
Uno Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) h.23
ogle.com/+perkembangan+remaja+dan+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+u
no&hl=id&as_sdt=0,5 , 2012: diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:00)
Motivasi Dan Belajar Merupakan Dua Hal yang saling mempengaruhi. Belajar
adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dari praktek atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi adalah penting bagi proses
belajar, karena motivasi menggerakkan organism, mengarahkan tindakan, serta
memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama
motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation, lain
halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan
menderita. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam menumbuhkan gairah, merasa
dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.3

Menurut Wahyu Wijayanti (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:sFzguysPMTIJ:scholar.goo
gle.com/+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010:
diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:01) Motivasi merupakan suatu kondisi
dalam diri individu atau peserta didik yang mendorong atau menggerakkan
individu atau peserta didik melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2007: 381). Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan
kekuatan yang mendorong individu melakukan kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Jadi, ada tidaknya motivasi menentukan tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri
3
Siti Tsaniyatul Hidayah (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:I1Lb9bykMN0J:scholar.google.com/+perke
mbangan+remaja+dan+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2012:
diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:00)
atau berasal dari luar diri pribadi siswa. Perasaan suka terhadap pelajaran
matematika merupakan contoh motivasi yang berasal dari dalam diri siswa.

Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa adalah perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi yang
berasal dari luar diri pribadi siswa dapat ditimbulkan dari faktor guru, lingkungan,
dan orang tua. Kedua jenis motivasi ini terjalin menjadi satu membentuk satu
sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa timbulnya motivasi dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan karena adanya motivasi dari dalam dirinya. Motivasi dipengaruhi oleh
upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, karena adanya dorongan
dan tuntutan serta pengaruh dari lingkungan luar untuk melakukan suatu
tindakan.4

Menurut Sisca Rahmadonna (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:3awF7fcq5KcJ:scholar.goo
gle.com/+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010:
diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:06) Pengertian motivasi menurut
Mc.Donal, yaitu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan. Masih
dalam buku yang sama, Mc. Donal juga mengemukakan bahwa motivasi
mengandung tiga elemen penting, yaitu:
1. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia yang akan ditampakkan dalam bentuk kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling” dan aeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi akan relevan dengan persoalan kejiwaan,
afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

4
Menurut Wahyu Wijayanti (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:sFzguysPMTIJ:scholar.google.com/+munc
ulnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010: diakses tanggal 17 Oktober
2017, jam 17:01)
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya suatu tujuan. Dengan kata lain,
motivasi dapat dikatakan sebagai respon dari suatu aksi yang disebut tujuan.
Di lain pihak, tujuan ini muncul karena adanya kebutuhan.
Dari ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi adalah
sesuatu yang kompleks dan dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi
dalam diri manusia sehingga akan berpengaruh pada persoalan kejiwaan,
perasaaan dan emosi, untuk bertindak atau melakukan kegiatan. Semua tindakan
ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Menurut Sardiman A.M, motivasi dalam pembelajaran dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak yang ada di dalam diri siswa untuk melakukan
kegiatan belajar. Motivasi yang dimiliki siswa akan memberikan jaminan
keberlangsungan kegiatan belajar sekaligus memberikan arahan agar tujuan yang
dikehendaki subjek belajar dapat tercapai.
Motivasi memiliki peranan yang khas dalam menumbuhkan gairah,
perasaan senang dan semangat untuk belajar pada siswa. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan memiliki energi yang besar untuk melakukan
kegiatan belajar. Ketika ia mulai merasa tidak suka atau tidak ingin belajar, maka
ia akan berusaha menghilangkan perasaan tidak suka itu. Dengan demikian,
kegiatan belajar terjamin keberlangsungannya. Hasil belajar akan optimal jika
siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.5
2.2 Pengaruh Perkembangan Remaja dan Munculnya Motivasi Belajar

Menurut Amin Kiswoyowati (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:DzS_rVWGPZQJ:scholar.
google.com/&hl=en&as_sdt=0,5&sciodt=0,5 , 2011: diakses tanggal 17 Oktober
2017, jam 17:37) Kecakapan hidup siswa merupakan kemampuan, keterampilan
dan kesanggupan yang diperlukan siswa untuk menghadapi dan menjalankan
kehidupan nyata. Kecakapan hidup ini memberikan manfaat yang besar bagi
siswa terutama bekal dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan
5
Sisca Rahmadonna (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:3awF7fcq5KcJ:scholar.google.com/+munc
ulnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010: diakses tanggal 17 Oktober
2017, jam 17:06)
kehidupan. Kecakapan hidup yang rendah mengakibatkan siswa dapat mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan persoalan hidupnya. Seorang siswa dinyatakan
telah memiliki kecakapan hidup apabila telah memiliki kecakapan personal,
sosial, intelektual, dan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri, sehingga ia
sanggup menjalani kehidupannya.
Kecakapan hidup yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh banyak hal,
diantaranya faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya motivasi belajar
siswa, kegiatan belajar siswa, dan faktor yang berasal dari luar diri siswa
(lingkungan), misalnya pemahaman guru tentang pembelajaran berorientasi
kecakapan hidup, keterlaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup,
sarana dan prasarana pembelajaran.6
Menurut Hari Santosa (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:yOrLumrcImcJ:scholar.go
ogle.com/+perkembangan+remaja+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2012 :
diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:00) Motivasi merupakan unsur yang
tidak dapat ditinggalkan untuk menunjang prestasi belajar anak. Semangat untuk
belajar dapat membantu seseorang dalam memecahkan masalah belajar, karena
tidak dapat dipungkiri bahwa teman sebaya sangat berperan penting dalam
kehidupan siswa disekolah baik itu dalam memotivasi belajar maupun dalam hal
yang lainya bahkan sampai ke dalam hal yang negative sekalipun. Pengaruh
lingkungan diawali dengan pergaulan dengan teman.

Pada usia 9-15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang


akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling
membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama.
Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat menonjol. Hal ini
sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikut
sertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu komunitas

6
Amin Kiswoyowati (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:DzS_rVWGPZQJ:scholar.google.com/&hl
=en&as_sdt=0,5&sciodt=0,5 , 2011: diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:37)
belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan
dengan pekerjaan dan prestasi.

Berdasarkan permasalahan diatas diketahui bahwa pengaruh teman sebaya


memiliki banyak hal di antaranya yaitu menjadikan siswa terpengaruh kedalam
hal-hal yang negatif jika tanpa ada dukungan dari teman sebayanya. Selain itu
juga dalam pembentukan masa remaja akan dihadapkan dengan problematika
pergaulan dengan teman sebaya mereka, dan akan dihadapkan dengan
pembentukan kpribadian dalam lingkungan sosial, yaitu pembentukan sikap,
tingkah laku dan prilaku sosial yang memungkinkan terjadinya prilaku
penyimpangan di sekolah. Dalam kehidupan remaja, banyak remaja dewasa yang
sudah mengalami perubahan. Baik perkembangan tubuh maupun tingkah laku.
Pengaruh pada masa remaja mulai banyak, baik yang buruk maupun yang tidak.
Tidak hanya di dalam rumah, sekolah, tetapi lingkungan masyarakat dapat yang
memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh ini dapat berupa
dalam bentuk positif maupun negatif. Pada tahap pendewasaan sering kali soerang
anak mudah terpengaruh oleh kelompok teman sebayanya hal tersebut dikarnakan
anak tersebut ingin diakui oleh kelompok teman sebayaanya.7

2.3 Penerapan Dalam Pembelajaran Mengenai Perkembangan Remaja dan


Munculnya Motivasi Belajar

Menurut Amin Kiswoyowati (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:DzS_rVWGPZQJ:scholar.
google.com/&hl=en&as_sdt=0,5&sciodt=0,5 , 2011: diakses tanggal 17 Oktober
2017, jam 17:37) Banyak jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Kegiatan siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan mencatat
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kegiatan belajar tersebut meliputi
visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor

7
Hari Santosa (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:yOrLumrcImcJ:scholar.google.com/+perke
mbangan+remaja+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2012 : diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam
17:00)
activities, mental activities. Selain itu, ditinjau dari aspek materi dan metode
maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan, dikenal
adanya bermacam-macam kegiatan belajar antara lain belajar ketrampilan, belajar
sosial, belajar pemecahan masalah, dan belajar pengetahuan.

Ada beberapa strategi motivasi belajar antara lain sebagai berikut:


1) Membangkitkan minat belajar
2) Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting dan
karena itu tunjukkanlah bahwa pengatahuan yang dipelajari itu sangat
bermanfaat bagi mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
memberikan pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan
dipelajari dan cara-cara mempelajarinya.
3) Mendorong rasa ingin tahu
4) Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan
dan memelilhara rasa ingin tahu siswa didalam kegiatan pemmbelajaran.
Metode pembelajaran studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah
pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat
digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu siswa.
5) Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
6) Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan
materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode
penyajian.
7) Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar
8) Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras untuk
mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya
sendiri dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain.
Perwujudan aktivitas belajar sering tampak dalam perubahan-perubahan
pada diri siswa yaitu perubahan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku.
Perubahan yang diharapkan adalah perubahan kearah positif yaitu tercapainya
kecakapan yang mencakup segala aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap perilaku
manusia sebagai bekal untuk menjalankan kehidupannya. Kecakapan tersebut
meliputi kecakapan personal, sosial, intelektual/akademik, dan vokasional, yang
disebut sebagai kecakapan hidup.8

8
Amin Kiswoyowati (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:DzS_rVWGPZQJ:scholar.google.com/&hl
=en&as_sdt=0,5&sciodt=0,5 , 2011: diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:37)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Wahyu Wijayanti (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:sFzguysPMTIJ:scholar.goo
gle.com/+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010:
diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:01) Masa remaja merupakan masa yang
penuh problema. Dalam masa ini tidak sedikit remaja yang mengalami
kegoncangan yang menyebabkan munculnya emosional yang belum stabil
sehingga mudah melakukan pelanggaran terhadap norma-norma dalam
masyarakat. Remaja sebagai manusia yang sedang tumbuh dan berkembang terus
melakukan interaksi sosial baik antara remaja maupun terhadap lingkungan lain.
Melalui proses adaptasi, remaja mendapatkan pengakuan sebagai anggota
kelompok baru yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Remaja yang memiliki
persahabatan yang menyenangkan dan harmonis juga melaporkan tingkat harga-
diri yang lebih tinggi, kurang kesepian, memiliki keterampilan keterampilan sosial
yang lebih matang, dan bertindak lebih baik di sekolah daripada remaja yang
kurang dalam berteman.

Menurut Hamzah B Uno (2008:23) Sekolah merupakan sistem yang


terstruktur, interaksi yang terjadi antar siswa/siswi sekolah tentu tidak selamanya
baik-baik saja, apalagi jika kita melihat fenomena-fenomena yang sekarang ini
banyak terjadi dilingkungan sekolah menganai perilaku menyimpang remaja di
sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap sistem sekolah dan yang paling besar
pengaruhnya yaitu terhadap pribadi dan masa depan siswa itu sendiri. Selain itu
juga dalam lingkungan remaja, kebutuhan untuk dapat diterima bagi setiap
individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai mahluk sosial. Setiap
anak yang memasuki usia remaja akan dihadapkan pada permasalahan
penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan teman
sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak
ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya mereka
terutama dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan realita yang ada bahwa dalam
suasana belajar ataupun waktu istrahat sedang berlangsung, baik siswa laki-laki
maupun perempuan menghabiskan banyak waktunya bersama dengan teman-
temannya. ada dua bentuk perilaku yang muncul dari hubungan teman sebaya,
yang pertama kelompok siswa yang selalu berprestasi dan yang kedua yakni
kelompok siswa yang suka melanggar aturan sekolah. Pengaruh teman sebaya
sebagai bentuk untuk memperoleh dukungan memiliki arti penting untuk
memotivasi belajar siswa agar dapat menjadi lebih baik dan berprestasi. Dengan
tidak adanya dukungan dari sahabat atau teman sebayanya maka akan menjadikan
anak tersebut berfikiran negatif, apalagi jika ditambah dengan anggapan yang
negatif dari teman sebayanya , sehingga minimbulkan kecemasan ketika
berinteraksi dengan teman sebayanya. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Menurut Wahyu Wijayanti (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:sFzguysPMTIJ:scholar.goo
gle.com/+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2010:
diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:01) Motivasi merupakan suatu kondisi
dalam diri individu atau peserta didik yang mendorong atau menggerakkan
individu atau peserta didik melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2007: 381). Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan
kekuatan yang mendorong individu melakukan kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Jadi, ada tidaknya motivasi menentukan tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri
atau berasal dari luar diri pribadi siswa. Perasaan suka terhadap pelajaran
matematika merupakan contoh motivasi yang berasal dari dalam diri siswa.

Menurut Amin Kiswoyowati (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:DzS_rVWGPZQJ:scholar.
google.com/&hl=en&as_sdt=0,5&sciodt=0,5 , 2011: diakses tanggal 17 Oktober
2017, jam 17:37) Banyak jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Kegiatan siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan mencatat
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kegiatan belajar tersebut meliputi
visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor
activities, mental activities. Selain itu, ditinjau dari aspek materi dan metode
maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan, dikenal
adanya bermacam-macam kegiatan belajar antara lain belajar ketrampilan, belajar
sosial, belajar pemecahan masalah, dan belajar pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Kiswoyowati (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,


http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:DzS_rVWGPZQJ:sch
olar.google.com/&hl=en&as_sdt=0,5&sciodt=0,5 , 2011: diakses tanggal 17
Oktober 2017, jam 17:37)
Hari Santosa (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:yOrLumrcImcJ:schola
r.google.com/+perkembangan+remaja+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 ,
2012 : diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:00)
Sisca Rahmadonna (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:3awF7fcq5KcJ:scholar
.google.com/+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5
, 2010: diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:06)
Siti Tsaniyatul Hidayah (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:I1Lb9bykMN0J:schol
ar.google.com/+perkembangan+remaja+dan+munculnya+motivasi+belajar+h
amzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5 , 2012: diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam
17:00)
Uno Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurnya, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Wahyu Wijayanti (Dalam Hamzah B. Uno, google scholar,
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:sFzguysPMTIJ:scholar
.google.com/+munculnya+motivasi+belajar+hamzah+uno&hl=id&as_sdt=0,5
, 2010: diakses tanggal 17 Oktober 2017, jam 17:01)

Anda mungkin juga menyukai