Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KEPEMIMPINAN PROF. DR. M. SARDJITO, M.D., M.P.

Makalah

Disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Dalam Kesehatan
Masyarakat

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Bambang Budi Raharjo, M. Si.

Disusun Oleh:

M Syaiful Bachri Al Yunus 6411417036

Yunita Riyani 6411417043

Arinda Kusuma Risnaningtyas 6411417064

Cindy Putri Amadea 6411417069

Nurul Maulidiyah 6411417081

Winda Aprilia Popy Anggraeni 6411417036

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kantor adalah suatu tempat dimana seseorang berkreatifitas, bekerja,
menyalurkan pendapat guna memenuhi persyaratan sebagai sumber daya manusia
yang berkualitas. Dalam suatu kantor tentu terdapat yang namanya suatu
pemimpin, pemimpin yang baik akan berpengaruh terhadap perkembangan kantor.
Bagaimana cara dia memimpin suatu kantor itulah yang akan berpengaruh
terhadap perkembangan kantor, tentunya juga didorong oleh sumber daya manusia
lain yang membantu seorang pemimpin untuk mencapai tujuan kantor yang
diinginkan. Ketika pemimpin sudah menjalankan tugasnya dengan baik, namun
apabila dari tim tidak mendukung juga tidak akan berjalan maksimal begitu juga
sebaliknya apabila tim sudah mampu bekerjasama namun dari pemimpin kurang
begitu memperhatikan tim juga tidak akan berjalan maksimal.
Harus terdapat keseimbangan antara kerjasama tim dengan tanggungjawab
pemimpin agar dapat mencapai tujuan secara maksimal dan dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Untuk mencapai hal tersebut tentunya harus melalui proses
kepemimpinan agar mengetahui sejauh mana pemimpin menjalankan
tanggungjawabnya. Analsis merupakan suatu rangkaian kegiatan mengurai,
membedakan, memilah sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria
tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.
Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. (lahir di Purwodadi, Magetan, Jawa
Timur, 13 Agustus 1889 – meninggal di Yogyakarta, 5 Mei 1970 pada umur 80
tahun) adalah dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada. Pada masa perang kemerdekaan, ia ikut serta dalam proses
pemindahan Institut Pasteur di Bandung ke Klaten. Selanjutnya ia menjadi
Presiden Universiteit (sekarang disebut Rektor) Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta yang pertama dari awal berdirinya UGM tahun 1949 sampai 1961,
selanjutnya menjadi Rektor ketiga Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Namanya diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit pusat rujukan provinsi di
Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito.
Dalam pencapaiannya, tentu beliau melalui perjalanan yang sangat panjang,
cukup waktu dan tidak lepas dari yang namanya kendala. Oleh karena itu,
penulisan makalah ini bertujuan untuk menganalisis kepemimpinan dari Prof. Dr.
M. Sardjito, M.D., M.P.H.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari analisis ?
2. Apa alasan yang melatarbelakangi mengambil nama tokoh Prof. Dr. M.
Sardjito, M.D., M.P.H ?
3. Bagaimana biografi dari Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H ?
4. Bagaimana masa perjuangan dari Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H ?
5. Apa saja kontribusi yang telah dilakukan oleh Prof. Dr. M. Sardjito, M.D.,
M.P.H ?
6. Bagaimana analisis gaya kepemimpinan Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Analisis
1. Menurut KBBI: analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
2. Dalam linguistik, analisis atau analysis (analisa) adalah studi tentang bahasa
untuk memeriksa secara mendalam struktur bahasa.
3. Menurut Wiradi: analisis merupakan sebuah aktivitas yang memuat kegiatan
memilah, mengurai, membedakan sesuatu untuk digolongkan dan
dikelompokkan menurut kriteria tertentu lalu dicari ditaksir maknan dan
kaitannya.

B. Alasan Memilih Prof Sardjito


Dr. Sardjito adalah salah satu pendiri universitas besar di Indonesia,yang juga
adalah seorang dokter. Di samping perjuangan mendirikan universitas pada situasi
kemanan yang bergolak saat itu, beliau juga banyak meneliti dalam bidang
kesehatan dan obat-obatan. Karya-karyanya menjadi bukti betapa perjuangannya
tidak dapat dipandang sebelah mata. Dr. Sardjito adalah orang yang banyak
memberikan kemampuan dan jasa-jasanya kepada orang lain dengan tanpa pamrih,
sehingga jiwa beliau menjadi tambah kaya. Hal tersebut sesuai dengan falsafah
yang dianutnya yaitu Door het geven wordt men rijk. Semboyan dalam Bahasa
Belanda itu kurang lebih artinya adalah “dengan memberi seorang menjadi kaya”.
Rasa nasionalisme yang sangat tinggi sungguh patut untuk dijadikan sebagai
panutan. Beliau tidak hanya berperan penting dalam bidang kesehatan saja namun
juga bidang pendidikan yaitu dengan menjadi rector pertama sekaligus the
founding father Universitas Gajah Mada dan pernah menduduki rector Universitas
Islam Indonesia. Hasil karya dan penemuan beliau seperti obat batu ginjal dan
vaksin typus yang masih digunakan sampai sekarang sungguh menginsipirasi
untuk bisa menciptakan penemuan lain yang nantinya dapat dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat. Sifat kepemimpinan sudah melekat dalam diri beliau dimana
kemampuan untuk berusaha mendengarkan keluhan rakyat dan bersikap empati
kepada masyarakat membuatnya dicintai dan dihormati oleh rakyat. Dibawah
kepemimpinannya dengan karakter persuasive berhasil melakukan kerja sama
antara UGM dan UII dalam bidang pendidikan.

C. Biografi Prof. Dr. dr. Sardjito, M.D., M.P.H.


Prof. Dr. dr. Sardjito lahir pada 13 agustus 1889 di desa purwodadi,
kawedanan, magetan, wilayah kerasidenan madiun. Sulung dari lima bersaudara
ini memiliki ayah yang berprofesi sebagai guru. Sardjito mengawali jenjang
pendidikanya pada usia 6 tahun (1895) , beliau mulai belajar mengaji sekaligus
menjalankan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) di desanya. Pada tahun
1901 Sardjito menyelesaikan pendidikan dasarnya di lumajang. Setelah lulus SR,
tidak jelas di sekolah apa Sardjito melanjutkan mendidikannya sampai 1907,
apakah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dan kemudian AMS
(Algemene Middelbare School). Sejak tahun 1907 Sardjito melanjutkan jejang
pendidikannya ke pendidikan tinggi kedokteran di STOVIA (School toot
Opleiding voor Indische Artsen) serta meraih gelar dokter dengan predikat sebagai
lulusan terbaik di tahun 1915.
Tanggal 20 mei tahun 1908, dengan dimotori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo
organisasi Boedi Oetomo didirikan. Sejak didirikannya organisasi itu, Sardjito
masuk menjadi anggota karena ketertatikan pada bidang pendidikan sambil belajar
berpolitik dalam organisasi. Masuknya Sardjito kedalam anggota Boedi Oetomo
menjadi cikal bakal Sardjito memiliki jiwa nasionalisme. Walaupun telah menjadi
anggota Boedi Oetomo, Sardjito tidak meninggalkan begitu saja tekatnya untuk
berkecimpung di dunia kesehatan. Setelah lulus dari STOVIA, Sardjito bekerja di
rumah sakit di Jakarta sebagai dokter selama setahun kemudian pindah di Institut
Pasteur, Jakarta sebagai dokter juga sampai tahun 1920. Tetapi menjadi dokter saja
tak cukup bagi Sardjito. Beliau mengembangkan ilmu kedokterannya dengan
sebuah penelitian. Penelitian pertamanya adalah tentang penyakit influenza.
Pada tahun 1922, Sardjito memperdalam ilmunya di fakultas kedokteran
universitas Amsterdam. Setahun kemudian, Sardjito belajar lebih intens lagi
tentang penyaki-penyakit tropis, karena hal ini, Sardjito harus pindah ke
universitas leiden yang letaknya tidak jauh dari Amsterdam. Di universitas leiden,
Sardjito memperoleh gelar doctor pada tahun 1923. Setelah memperoleh gelar
Doctor, Sardjito pergi ke amerika serikat untuk mengukuti kursus hygiene di
Baltimore, Maryland. Disinilah, Sardjito memperoleh gelar M.P.H. dari John
Hopkins University. Sepulang dari amerika, Sardjito mendapat kepercayaan untuk
menjadi dokter laboraturium pusat Jakarta pada tahun 1924. Setahun setelahnya,
Sardjito dipercaya untuk menjadi ketua boedi oetomo cabang Jakarta. Pada akhir
masa jabatannya di laboraturium pusat Jakarta (1929), dia merangkap jabatan
sebagai asisten kepala sekolah tinggi kedokteran di Jakarta. Dari Jakarta, Sardjito
pindah ke makasar untuk memegang jabatan kepala laboraturium makasar pada
tahun 1930.
Kesempatan kedua datang bagi Sardjito untuk pergi ke luar negeri pada tahun
1931. Kali ini Sardjito pergi ke berlin, jerman untuk memperdalam
pengetahuannya tentang laboraturium. Sepulang dari jerman, Sardjito kembali
mengepalai sebuah laboraturium, kali ini laboraturium di Semarang selama 13
tahun sampai tahun 1945. Selama di Semarang ini pula, Sardjito membantu
mengadakan penelitian tentang penyakit lepra di Indonesia selama sepuluh tahun.
Di saat yang sama, Sardjito harus membagi tugasnya untuk memegang jabatan
sebagai pemimpin redaksi Medische Bricthen (berita ketabiban), sebagai Kedua
Mardi Walujo Semarang serta ketua Izi Hokokai Semarang dan anggota pusat.
Karier Sardjito terus menanjak, ketika diamanahkan untuk menjadi rektor
pertama UGM yang ketika itu disebut Presiden Universiteit Negeri Gajah Mada
pada tahun 1949. Pemegang penghargaan Bintang Mahaputera Tingkat III tahun
1960 ini, menjabat sebagai rektor UGM selama 12 tahun 9 bulan. Selesai menjabat
sebagai rektor UGM, Sardjito terpilih sebagai rektor UII menggantikan Kasmat
Bahuwinangun pada tahun 1963. Pada saat di pimpim oleh Sardjito, UII membuka
cabangnya di daerah diantaranya Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas
Tarbiyah di Gorontalo, Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi di cabang Cirebon,
Fakultas Hukum dan Fakultas Syariah di Madiun, Fakultas Syariah di Bangil dan
Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi di Klaten.
Mantan rektor UGM ini, ternyata membawa peranan untuk menjalin
kerjasama antara UGM dan UII. Pada masa kepemimpinannya tewujudlah kerja
sama andata UGM dan UII dengan di tandatanganinya piagam kerjasama pada
tanggal 23 mei 1967 oleh rektor UII, Prof. Dr. dr. Sardjito dan rektor UGM drg.
Nazir alwi yang berisi.
1. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, UGM bersedia membimbing
UII dalam hal-hal yang diperlukan
2. Dalam bidang penelitian, UGM bersedia membimbing UII akan hal-hal
yang diperlukannya dan biasa yang berhubungan dengan keperluan
tersebut akan di tanggung oleh UII.
Pada masa kepimpinan Sardjito pula UII mendirikan Organisasi Pers
Mahasiswa UII pada tanggal 11 maret 1967. Sardjito mendukung penuh akan
berdirinya Organisasi Pers mahasiswa UII. Hal ini ditandai dengan kata sambutan
menjelang kehadiran majalah pertama Organisasi Pers Mahasiswa UII yaitu
majalah Muhibbah.
Sardjito wafat ketika masih menjabat sebagai rektor UII pada tanggal 5 mei
1970. Wafatnya Sardjito yang secara mendadak sempat membuat UII kesulitan
untuk mencari seorang figur yang mampu menggantikan sosok Sardjito. Saat ini
nama Prof. Dr. dr. Sardjito, M.D., M.P.H., diabadikan sebagai salah satu nama
Gedung Kuliah Umum (GKU) yang berada di kampus terpadu Universitas Islam
Indonesia serta nama Rumah Sakit yang berada di Yogyakarta.

D. Masa Perjuangan
Dr. Sardjito salah satu murid STOVIA yang aktif dalam pergerakan Boedi
Oetomo dan pada 1925 menjadi ketua cabang Jakarta dan pengurus pusat.
Dr. Sardjito menjadi orang pertama yang menjadi Direktur Institut Pasteur.
Tempat ini memproduksi vaksin dan obat-obatan bagi para tentara dan
masyarakat.
Dr. Sardjito merupakan salah satu pendiri UGM. Ia menjabat sebagai Rektor
pertama UGM dan hadir dalam peresmian UGM di Gedung Agung Yogyakarta
pada 12 Agustus 1950.
Dr. Sardjito juga menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya
menjadi pelopor Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat.
Dr. Sardjito juga pernah menjadi Rektor UII Yogyakarta. Capaiannya saat itu
adalah Status Disamakan untuk Fakultas Hukum dan Ekonomi UII.
Jiwa Sardjito sebagai seorang peneliti berkembang ketika ia mengikuti tim
penelitian khusus di influenza di Institut Pasteur. Pada waktu itu, influenza
menjadi momok bagi masyarakat. Sebagai seorang dokter, Sardjito telah mencatat
penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi masyarakat, di antaranya, obat
penyakit batu ginjal (Calcusol), dan obat penurun kolestrol (Calterol). Ia
menekankan agar kedua obat tersebut tidak dijual mahal.

E. Pejuang kemerdekaan dan peneliti multidisipliner


Pada masa revolusi kemerdekaan, Sardjito telah memberikan kontribusi nyata
dalam membantu para pejuang kemerdekaan. Sardjito menciptakan makanan
ransum bernama Biskuit Sardjito untuk para tentara pelajar yang sedang berjuang
di medan perang.Ia juga menciptakan vaksin anti penyakit infeksi untuk Typus,
Kolera, Disentri, Staflokoken dan Streptokoken.
Sardjito merupakan perintis serta rektor pertama Universitas Gadjah Mada
(UGM) tahun 1950-1961, lalu menjabat sebagai rektor Universitas Islam Indonesia
(UII) pada tahun 1961-1970.
Ia merupakan peneliti yang menggunakan pendekatan multidisipliner. Hal itu
dibuktikan dengan karyanya berjudul "The Occurence in Indonesia of Two
Diseases Rhinoscleroma and Bilharziasis Japonica Whose Spread is Rooted Deep
in the Past". Karya ini dilakukan bersama ahli Paleoantrophologi G.H.R von
Koenigswald
F. Analisis Gaya Kepemimpinan Prof. Dr. Sardjito
Dalam biografi Prof. Dr. dr. Sardjito terlihat pada dirinya bahwa Sardjito
memiliki tipe kepemimpinan melayani/ Servant Leadership. Gaya kepemimpinan
ini dikenalkan pertama kali dalam buku ‘The Servant is Leader’ oleh Robert. K
Greenleaf yang merupakan seorang Vice Pesident American Telephone And
Telegraph Company (AT&T) pada tahun 1970. Menurut Geenleaf, Servant
leadership adalah seseorang yang menjadi pelayan lebih dahulu karena dimulai
dari perasaan alami bahwa seseorang yang ingin dilayani harus terlebih dahulu
melayani. Hal ini yang membawa seseorang secara sadar untuk memimpin.
Menurut Sendjaya dan Sarros (2002:57), Servant Leadership merupakan
pemimpin yang mengutamakan kebutuhan orang lain, aspirasi, dan kepentingan
orang lain atas mereka sendiri. Servant leader memiliki komitmen untuk melayani
orang lain. Sebagai seorang dokter, Prof. Dr. dr. Sardjito pada masanya memiliki
dedikasi yang tinggi dalam melakukan penelitiannya mengenai obat-obatan dan
vaksin yang bermanfaat bagi masyarakat. Sardjito menemukan obat penyakit batu
ginjal (Calcusol) dan obat penurun kolesterol (Calterol). Dua obat ini telah
ditekankan oleh Sardjito agar tidak dijual mahal karena banyak rakyat yang pada
saat itu menderita penyakit batu ginjal dan sangat membutuhkan obat tersebut.
Sardjito mengatakan bahwa dia merasa kasihan jika banyak rakyat yang harus
mengeluarkan uang demi melakukan prosedur operasi untuk pengangkatan batu
ginjal. Dari hal ini, bisa dilihat karakteristik Servant Leadership yang sangat
melekat pada diri Sardjito yaitu kemampuan untuk berusaha mendengarkan
keluhan rakyat dan bersikap empati kepada masyarakat dengan melarang untuk
menjual mahal obat penyakit ginjal dan penurun kolesterol.
Prof. Dr. dr. Sardjito juga melakukan kontribusi nyata dalam membantu para
pejuang kemerdekaan dengan menciptakan makanan ransum yang diberi nama
‘Biskuit Sardjito’ yang diberikan kepada tentara pelajar yang sedang berjuang di
medan perang pada masa revolusi kemerdekaan. Kepeduliannya kepada para
pejuang kemerdekaan saat itu bukan hanya itu saja, jiwa kepemimpinan Sardjito
yang menyadari akan isu-isu/ masalah kesehatan yang terjadi pada saat itu,
membuat Sardjito menciptakan vaksin anti penyakit infeksi untuk Typus, Kolera,
Disentri, Streptokoken, dan staflokoken. Kemampuannya melihat masalah telah
mendorong Sardjito berpikir jangka panjang untuk kesehatan para tentara pejuang
kemerdekaan sehingga dapat membantu menghindari para pejuang dari wabah
Virus Influenza yang saat itu menyebar luas.
Dalam dunia pendidikan, Prof. Dr. dr. Sardjito telah membawa peranan untuk
menjalin kerja sama antara UII dan UGM. Pada masa kepemimpinannya
tewujudlah kerja sama andata UGM dan UII dengan di tandatanganinya piagam
kerjasama pada tanggal 23 mei 1967 oleh rektor UII, Prof. Dr. dr. Sardjito dan
rektor UGM drg. Nazir alwi. Karakteristik persuasif dalam kepemimpinannya
yang membuat Sardjito dapat meyakinkan Rektor UGM untuk melakukan kerja
sama dengan UII merupakan ciri khas Servant Leadership.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya.Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas
(kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau
kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau
belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat
kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin
tersebut akanarif dan bijaksana.
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan.Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang
pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan
pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya
sebelum sibuk memperbaiki orang lain.Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan
yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari
dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from
the inside out).
B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri.Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada
pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak
bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin. 
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/analisis/

https://kbbi.web.id/analisis

Hendriwinaya, V. W. (2016) ‘Analisis Tipe Kepemimpinan dalam Film “The Last


Samurai”’, Buletin Psikologi, 24(1), p. 44. doi: 10.22146/bpsi.16356.

http://www.catatansibay.web.id/2010/01/biografi-singkat-prof-dr-sardjito.html?m=1

https://nasional.kompas.com/

https://m.liputan6.com/regional/read/3234854/7-fakta-yang-menunjukkan-dr-sardjito-

sosok-multitalenta

https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-karakteristik-dan-indikator-
servant-leadership.html

https://nasional.kompas.com/read/2018/02/27/14490141/mengenal-prof-sardjito-
ilmuwan-pencipta-vaksin-typus-hingga-biskuit-tentara?page=all

Anda mungkin juga menyukai