Anda di halaman 1dari 5

BAHAYA ROKOK BAGI REMAJA

Oleh Muhamad Alwan Abdurrahman, 2025005


Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang mengandung zat adiktif sehingga
dapat menyebabkan kecanduan dan ketergantungan bagi orang yang menghisapnya. Pengertian
rokok menurut Aprina Titin Setyani dan Muhammad Ali Sodik sebagai berikut:
“Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70-120 mm dengan
diameter 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di cacah. Rokok di
bakar disalah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya di hirup
melalui mulut ujung lain. Bahan dasar rokok adalah tembakau. Tembakau
terdiri dari berbagai bahan kimia yang dapat membuat seseorang ketagihan,
walaupun mereka tidak ingin mencobanya lagi” (Setyani and Sodik 2018:5).

Rokok memiliki kandungan atau bahan-bahan yang berbahaya di dalamnya. Bahan-


bahan yang terkandung didalam rokok menurut Nururrahmah adalah sebagai berikut:
“Kandungan senyawa penyusun rokok yang dapat mempengaruhi pemakai
adalah golongan alkaloid yang bersifat perangsang (stimulant). Alkaloid yang
terdapat dalam daun tembakau antara lain: nikotin, nikotirin, anabasin,
myosmin, dan lain-lain. Nikotin adalah senyawa yang paling banyak ditemukan
dalam rokok sehingga semua alkaloid dianggap sebagai bagian dari nikotin”
(Nururrahmah 2015:78).

Indonesia menjadi urutan ketiga terbesar setelah Cina dan India sebagai jumlah perokok
terbesar di Dunia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vita Rosdelina Ritonga adalah
sebagai berikut:
“Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2011 prevalensi
perokok usia 10 tahun keatas di Indonesia sebesar 46,8% pada laki-laki dan
3,1% pada perempuan, dengan jumlah perokok mencapai 62,8 juta dimana 40%
di antaranya berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah” (Ritonga 2018:2).

Masa remaja merupakan masa transisi dimana pada masa itu mereka ingin mencoba
hal-hal baru walaupun hal tersebut dilarang, seperti halnya merokok. Menurut Rahmah, dkk
(2013:11) masa remaja ini perlu diwaspadai dan harus diperhatikan karena pada fase ini
pemikiran mereka cenderung masih labil dan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang mereka
anggap menarik dan keren.
Ada beberapa motivasi yang melatar belakangi remaja untuk merokok menurut
Nugroho (2017:2) “untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan
kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma
(permission beliefs/positive).”
Adapula karakteristik perokok aktif dan perokok pasif menurut Kartika, dkk (2019:92)
“Karakteristik perokok aktif dan pasif mayoritas berusia >25-60 tahun (dewasa), berpendidikan
SD, dan bekerja sebagai buruh.”
Namun sekarang tidak hanya orang dewasa yang melakukan kebiasaan merokok, anak
remaja pun sering melakukannya.“Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, persentase penduduk
umur 10 tahun ke atas 23,7% merokok setiap hari, 5,5% merokok kadang-kadang, 3,0% adalah
mantan perokok dan 67,8% bukan perokok” (Makarenko et al. 1998:8).
Alasan remaja tidak boleh mengkonsumsi rokok menurut Susanti, dkk (2016:21)
karena didalam rokok mengandung 4000 bahan kimia yang berbahaya 200 diantaranya
mengandung racun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker pada tubuh.
Merokok juga dapat menyebabkan masalah pada darah karena meningkatnya karbon
monoksida dalam tubuh dan mempengaruhi hemoglobin untuk berkaitan dengan oksigen.
Menurut Vera Suci Permatasari :
“Karbon monoksida memiliki daya afinitas yang lebih kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dibandingkan dengan daya afinitas yang dimiliki oleh
oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi kadar hemoglobin di dalam darah. Tidak hanya seorang perokok
aktif, perokok pasif pun beresiko dapat mengalami peningkatan kadar karbon
monoksida di dalam tubuh, karena meskipun mereka tidak merokok, perokok
pasif menghirup asap rokok yang dihasilkan oleh orang yang membakar rokok
disekeliling mereka” (Permatasari 2017:3).

Selain itu merokok dengan intesitas yang tinggi memiliki resiko yang lebih besar
terkena penyakit. Meski demikian merokok pun dapat menjadi salah satu alternatif untuk
mengobati dan menghambat penyakit parkison. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Albert Henry dan Husni sebagai berikut:
“Pada penelitian ini diperoleh hasil individu yang merokok dengan intensitas
lebih dari 10 batang per hari memiliki risiko menderita Penyakit Parkinson 0,1
kali lebih kecil, sedangkan individu yang merokok 1 – 10 batang per hari tidak
menunjukkan perbedaan risiko menderita Penyakit Parkinson yang bermakna
dibandingkan dengan individu yang tidak pernah merokok. Temuan ini
memperkuat dugaan akan adanya komponen rokok yang dapat memberikan
efek neuroprotektif terhadap Penyakit Parkinson” (Albert Henry and Husni
2011:13)

Dampak baik rokok dari aspek psikologis menurut Hasian (2019:9) merokok dapat
memberikan rasa relaksasi kepada orang yang mengkonsumsinya lalu mengurangi ketegangan
dan bisa melupakan sejenak masalah yang dihadapi.
Menurut Fatimah, dkk (2018:1) “merokok mengakibatkan penurunan kualitas
kesehatan anak-anak dan generasi yang baru dilahirkan. Penurunan kualitas generasi penerus
bangsa berakibat terjadinya pembodohan dan pemiskinan yang berkelanjutan dari generasi ke
generasi sepanjang sejarah.” Maka dari itu perlu adanya pengawasan yang baik dari orang tua
kepada anak-anaknya.
Tidak hanya orang tua, tapi pemerintah pun harus ikut serta berperan dalam mengawasi
dan mengedukasi masyarakat terutama remaja tentang bahaya merokok. Namun ada beberapa
kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia
menurut Sari, dkk (2019:82) “Pemerintah tidak tinggal diam begitu saja. Selain mengeluarkan
iklan layanan masyarakat, sebelumnya pemerintah juga sudah mengeluarkan beberapa
kebijakan berupa Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang rokok
atau tembakau.”
Banyak perokok yang ingin berhenti merokok menurut Nurkhasanah (2017:1) perokok
ingin berhenti karena takut terkena penyakit kanker di kemudian hari, lalu takut kolesterol
meningkat, detak jantung tidak beraturan, penyakit maag, hingga masalah penampilan seperti
gigi menguning dan nafas bau tembakau serta baju bau asbak.
Dan adapula cara untuk mengatasi kecanduan rokok menurut Agatha (2014:7) yaitu
Peringatan dari keluarga bisa menjadi salah satu cara mengatasi kecanduan. Bisa juga
berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain, menyibukkan diri, rajin berolahraga, dan
memberikan pengertian-pengertian tentang rokok pada remaja juga dapat mengatasi kebiasaan
merokok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agatha, Sance Kristina. 2014. “MAKALAH BAHAYA MEROKOK DIKALANGAN
REMAJA | SMA NEGERI 1 MAUMERE.” 1–9. Retrieved November 25, 2020
(http://thytin13.blogspot.com/2014/05/makalah-bahaya-merokok-dikalangan-
remaja.html).
Albert Henry, and Amin Husni. 2011. “Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Resiko
Timbulnya Penyakit Parkinson.” Karya Tulis Ilmiah 1:1–20.
Fatimah, Nurul, Prodi Diii, Kesehatan Lingkungan, Jurusan Kesehatan Lingkungan,
Politeknik Kesehatan, and Kementerian Kesehatan. 2018. “Kajian Pengetahuan Dan
Sikap Anak Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa Di SDN Kedunggalar 1 Kabupaten
Ngawi.” 1–56.
Hasian, Putri. 2019. “MAKALAH_Bahaya_Merokok_Dikalangan_Pelajar.” 1–13.
Kartika, Rita, Siti Thomas Zulaiha, and Livana PH. 2019. “Difference of Active and Passive
Smoking Knowledge About.”
Makarenko, N., L. M. Karimova, B. I. Demchenko, and M. M. Novak. 1998. “MEDIA
LEAFLET, VIDEOO DAN PENGETAHUAN SISWA SD TENTANG BAHAYA
MEROKOK.” Kesehatan Masyarakat 6(4):359–69. doi: 10.1142/S0218348X98000419.
Nugroho, Rizky Septi. 2017. “Perilaku Merokok Sebagai Identitas Sosial Remaja Dalam
Pergaulan Di Surabaya.” Jurnal Ilmiah Departemen Sosiologi FISIP Universitas
Airlangga 22.
Nurkhasanah, Vita. 2017. “KARYA TULIS ILMIAH BAHAYA ROKOK BAGI
KESEHATAN ~ MIRACLE.” 1. Retrieved November 25, 2020
(http://vitanurkhasanah.blogspot.com/2018/06/karya-tulis-ilmiah-bahaya-rokok-
bagi.html).
Nururrahmah. 2015. “Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan Karakter
Manusia.” Prosiding Seminar Nasional 01(1):78.
Permatasari, Vera Suci. 2017. “Pengaruh Perokok Aktif Dan Perokok Pasif Terhadap Kadar
Hemoglobin.” Penulisan Karya Tulis Ilmiah (October):1–48.
Rahmah, Nur, Siti Aminah W, and Nur Alfitriani Gali. 2013. “Bahaya Merokok Bagi
Remaja.” Kompasiana.Com 1–33.
Ritonga, Vita Rosdelina. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok
Terhadap Tindakan. Vol. 15.
Sari, Meta Juwita, Yanto Yanto, and Sapta Sari. 2019. “SIKAP PEROKOK AKTIF DALAM
MENANGGAPI PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA IKLAN ROKOK DI
TELEVISI (Studi Masyarakat Desa Talang Jambu Kecamatan Kerkap Kabupaten
Bengkulu Utara).” Profesional: Jurnal Komunikasi Dan Administrasi Publik 6(1):81–
89. doi: 10.37676/professional.v6i1.840.
Setyani, Aprina Titin, and Muhammad Ali Sodik. 2018. “Pengaruh Merokok Bagi Remaja
Terhadap Perilaku Dan Pergaulan Sehari-Hari.” doi: 10.31219/osf.io/6hcem.
Susanti, Fitri, Supriyati, and Diki. 2016. “BAHAYA MEROKOK.” 1–65.

Anda mungkin juga menyukai