Anda di halaman 1dari 10

PSIKOEDUKASI TENTANG ZAT BERBAHAYA DALAM ROKOK

DAN DAMPAKNYA PADA KESEHATAN

Abstrak

Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya
kesehatan bagi individu dan masyarakat. Saat ini, banyak ditemukan remaja yang menjadi
perokok aktif. Banyak diantara mereka yang bermain gadget sambil menghisap rokok dan
ada juga beberapa dari mereka hanya bermain gadget sambil menghirup asap rokok yang
dikeluarkan temannya. Perokok aktif maupun perokok pasif memiliki resiko yang sama,
bahkan perokok pasif 3x lebih mudah terpapar penyakit akibat asap rokok yang tidak
difilter. Bahaya merokok bagi kesehatan tersebut membuat penulis ingin memberikan
psikoedukasi dasar yang mudah dipahami terkait kandungan zat berbahaya pada rokok
dan dampaknya pada kesehatan bagi remaja. Hasil kegiatan yang dilakukan dengan
memberikan pre-test dan post-test menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna
terhadap perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing variabel. Hal tersebut
menunjukkan bahwa psikoedukasi terbukti dapat mencegah dan mengurangi penggunaan
rokok.

Keyword: Perokok Aktif dan Pasif, Psikoedukasi, Remaja

Abstract

Cigarettes are one of the addictive substances which when used can result in health
hazards for individuals and society. Currently, many teenagers are found to be active
smokers. Many of them play gadgets while smoking cigarettes and some of them only play
gadgets while inhaling cigarette smoke emitted by their friends. Active smokers and
passive smokers have the same risk, even passive smokers are 3x more susceptible to
disease from unfiltered cigarette smoke. The dangers of smoking to health make the
author want to provide basic psychoeducation that is easy to understand regarding the
content of harmful substances in cigarettes and their impact on health for adolescents.
The results of the activities carried out by giving a pre-test and post-test showed that
there was a significant effect on the difference in the treatment given to each variable.
This shows that psychoeducation is proven to be able to prevent and reduce smoking use.

Keyword: Active and Passive Smokers, Psychoeducation, Adolescents


PENDAHULUAN

Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya
kesehatan bagi individu dan masyarakat. Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar
10 mm yang berisi daun- daun tembakau yang telah dicacah (Padmaningrum, 2012).
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Rokok
merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. Semakin muda seseorang mulai
merokok, semakin besar resiko orang tersebut mendapat penyakit saat tua. Penyebab
rokok berbahaya karena satu batang rokok terdapat sekitar 4.000 jenis senyawa kimia,
400 zat berbahaya, dan 43 jenis zat yang bersifat karsinogenik, yaitu zat yang dapat
memicu terjadinya kanker di tubuh manusia (Prasetyo et al., 2018). Racun rokok terbesar
dihasilkan pada saat pembakaran yang menyebabkan asap mengepul dari ujung rokok.

Zat berbahaya yang terdapat dalam rokok diantaranya, karbon monoksida, tar,
nikotin, gas oksidan, benzene, arsenic (biasa digunakan untuk racun semut putih),
methanol, cadmium (biasa digunakan untuk accu/aki mobil), ammonia (biasa ditemukan
dalam pembersih lantai), vinyl chloride (bahan plastik PVC) (Kussoy, 2019). Dari
berbagai zat tersebut, terdapat beberapa zat yang paling banyak dikenali sebagai zat yang
berbahaya dan beracun yang terkandung dalam rokok yaitu, 1) Nikotin, Bahan utama dari
rokok. Bagi perokok, nikotin menyebabkan ketagihan atau kecanduan (adiksi). Oleh
karena itu banyak perokok yang susah untuk berhenti merokok. Namun, kecanduan rokok
bukanlah hal yang baik. Nikotin yang ada dalam rokok akan masuk ke aliran darah dan
akan mengganggu kinerja tubuh antara lain mempercepat denyut jantung dan
penyempitan pembuluh darah. Nikotin memiliki pengaruh utama utama terhadap otak dan
saraf. 2) Tar, adalah zat yang bersifat karsinogen, sehingga dapat menyebabkan iritasi dan
bahkan menyebabkan kanker pada saluran pernapasan bagi seorang perokok. Ketika
merokok, kandungan tar di dalam rokok akan ikut terhisap. Tar masuk ke dalam rongga
mulut sebagai lalu akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. 3) Karbon monoksida, Zat yang tidak
bisa terlihat atau terasa ini sering ditemukan pada asap knalpot mobil. Karbon monoksida
dapat mengikat diri pada hemoglobin dalam darah secara permanen, sehingga
menghalangi asupan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Karbon monoksida ini cenderung
membuat tubuh merasa kehabisan nafas dan juga menjadi lebih mudah lelah.

Rokok tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri. Namun, orang di sekitar
perokok juga akan mendapatkan dampak dari bahaya rokok (Jamal et al., 2020). Tidak
hanya perokok yang akan terkena penyakit, orang disekitar perokok yang menghirup asap
rokok juga dapat terkena penyakit. Ketika ada orang yang merokok, tentunya asap akan
keluar dari ujung rokok. Asap tersebut akan dihirup oleh orang disekitarnya dan masuk
ke dalam sistem pernapasan. Seseorang yang menjadi perokok pasif dan aktif berdasarkan
penelitian dapat mengurangi 20-30% angka kemungkinan hidup. Perokok aktif adalah
orang yang merokok itu sendiri sedangkan perokok pasif juga dikenal sebagai
environmental tobacco smoke atau second hand smoke merupakan istilah pada orang lain
bukan perokok yang terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif (I. A. Safitri
et al., 2016).

Perokok Aktif secara langsung menghirup asap rokok yang mereka hembuskan
dari mulut mereka. Tujuan mereka merokok pada umumnya adalah untuk menghangatkan
badan mereka dari suhu yang dingin (Munawaroh et al., 2018). Tapi seiring perjalanan
waktu pemanfaatan rokok disalah artikan, sekarang rokok dianggap sebagai suatu sarana
untuk pembuktian jati diri bahwa mereka yang merokok adalah ”keren”. Ciri-ciri fisik
seorang perokok yaitu, 1) Gigi kuning karena nikotin, 2) Kuku kotor karena nikotin, 3)
Mata pedih, 4) Sering batuk – batuk, 5) Mulut dan nafas bau rokok.

Perokok Pasif mengalami risiko gangguan kesehatan yang sama seperti perokok
aktif, yaitu orang yang menghirup asap rokoknya sendiri. Perokok pasif lebih berbahaya
dibandingkan perokok aktif. Bahkan bahaya perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya
perokok aktif. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena
racun yang terhisap melalui asap rokok tidak terfilter (Munawaroh et al., 2018). Adapun
gejala awal yang dapat timbul pada perokok pasif yaitu, 1) Mata pedih, 2) Hidung
beringus, 3) Tekak yang serak, 4) Pening / kepala pusing. Apabila perokok pasif terus-
menerus ”menekuni” kebiasaanya, maka akan mempertinggi risiko gangguan kesehatan,
seperti, 1) Kanker paru-paru, 2) Serangan jantung dan mati mendadak, 3) Bronchitis akut
maupun kronis, 4) Emfisema, 5) Flu dan alergi, serta berbagai penyakit pada organ tubuh.
Ada beberapa faktor yang mendorong remaja untuk merokok, di antaranya, 1)
Faktor orangtua dan keluarga. Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua
tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras
lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Selain itu, anak-anak yang mempunyai orang tua
perokok, lebih rentan untuk terpengaruh dan mencontoh orang tuanya. 2) Teman sebaya
merokok. Banyak fakta membuktikan bahwa remaja perokok, kemungkinan besar teman-
temannya juga perokok, dan sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat 87%
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan
remaja non perokok. 3) Iklan rokok. Iklan-iklan di berbagai media yang memberikan
gambaran bahwa perokok adalah lambang keglamoran, cowok banget, memicu remaja
untuk ikut berperilaku seperti itu (A. Safitri et al., 2021).

Rokok menyebabkan beberapa penyakit. Penyakit yang berhubungan dengan


merokok adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk
keadaannya dengan merokok (Kemenkes, 2017). Penyakit yang menyebabkan kematian
para perokok antara lain, 1) Penyakit jantung koroner, 2) Trombosis koroner, 3) Kanker,
4) Bronkitis atau radang cabang tenggorokan. Setiap tahun kurang lebih 40.000 orang di
Inggris yang berusia dibawah 65 tahun meninggal karena serangan jantung dan sekitar
tiga perempat dari jumlah kematian ini disebabkan karena kebiasaan merokok. Merokok
mempengaruhi jantung dengan berbagai cara. Merokok dapat menaikkan tekanan darah
dan mempercepat denyut jantung sehingga pemasokan zat asam kurang dari normal yang
diperlukan agar jantung dapat berfungsi dengan baik. Keadaan ini dapat memberatkan
tugas otot jantung. Merokok juga dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menebal
secara bertahap yang menyulitkan jantung untuk memompa darah.

Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila bekuan darah menutup salah
satu pembuluh darah utama yang memasok jantung mengakibatkan jantung kekurangan
darah dan kadang-kadang menghentikannya sama sekali. Merokok membuat darah
menjadi lebih kental dan lebih mudah membeku. Nikotin dapat mengganggu irama
jantung yang normal dan teratur sehingga kematian secara tibatiba akibat serangan
jantung tanpa peringatan terlebih dahulu dan lebih sering terjadi pada orang yang
merokok daripada yang tidak merokok.
Kanker (kanker mulut, kanker paru-paru, kanker hati, kanker laring/kotak suara).
Kanker. Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian tubuh akibat sel-sel
tumbuh mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti, kadang- kadang gumpalan sel
hancur dan terbawa dalam aliran darah ke bagian tubuh lain kemudian hal yang sama
berulang kembali. Substansi ini bersifat karsinogenik yang berarti menghasilkan kanker.
Dalam tar tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Selain itu
terdapat juga sejumlah bahan kimia yang bersifat ko-karsinogenik yang tidak
menimbulkan kanker bila berdiri sendiri tetapi bereaksi dengan bahan kimia lain dan
merangsang pertumbuhan sel kanker. Penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi
di paru-paru sehingga kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum terjadi. Tar
tembakau dapat menyebabkan kanker bila merangsang tubuh untuk waktu yang cukup
lama, biasanya di daerah mulut dan tenggorokan.

Bronkitis atau radang cabang tenggorokan. Batuk yang di derita perokok dikenal
dengan nama batuk perokok yang merupakan tanda awal adanya bronkhitis yang terjadi
karena paru-paru tidak mampu melepaskan mukus yang terdapat di dalam bronkus
dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang terdapat di dalam tabung halus
yaitu tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Bahaya merokok bagi kesehatan
tersebut membuat penulis ingin memberikan psikoedukasi dasar yang mudah dipahami
terkait kandungan zat berbahaya pada rokok dan dampaknya pada kesehatan bagi remaja.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, penulis menemukan masalah cukup
serius pada anak usia remaja saat ini yang telah menjadi perokok aktif. Banyak diantara
mereka yang bermain gadget sambil menghisap rokok dan ada juga beberapa dari mereka
hanya bermain gadget sambil menghirup asap rokok yang dikeluarkan temannya.

METODE

Kegiatan diawali dengan melakukan observasi dan wawancara kepada ketua koalisi
Menanggal yang mengeluhkan perihal beberapa anak SD yang sudah mencoba rokok,
serta kepala sekolah MI Ittaqu yang berada di Menanggal. Berdasarkan studi pendahuluan
dapat diketahui bahwa anak di lingkungan wilayah Menaggal khususnya di MI Ittaqu
Menanggal mulai menjadi perokok aktif. Metode yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan memberikan psikoedukasi tentang zat berbahaya
dalam rokok dan dampaknya pada kesehatan, dengan tujuan agar mereka dapat memiliki
pengetahuan tentang zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dan mengetahui
dampaknya untuk kesehatan mereka.

Target sasaran usia yang akan diberikan sosialisai adalah remaja duduk di bangku
SD dari kelas 4-6. Kegiatan dilakukan dengan building rapport serta memberikan Pre-
test, dilanjutkan dengan penyampaian materi terkait kandungan zat berbahaya dalam
rokok dan cara menghindari asap rokok dan sesi tanya jawab, kemudian diakhiri dengan
pemberian Post-test. Selain itu, trainer juga membuat poster untuk menarik minat dari
peserta didik yang sudah mulai menjadi perokok aktif. Hasil pre-test dan post-test diolah
menggunakan SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program psikoedukasi tentang zat berbahaya dalam rokok dan dampaknya pada kesehatan
yang didampingi oleh ketua Koalisi RT 11/RW 05 dengan jumlah yang hadir 53 anak
berjalan sesuai jadwal. Kegiatan pelatihan dapat terlaksana dengan baik, dengan siswa-
siswi MI Ittaqu yang hadir sebanyak 53 anak, mereka masih antusias dalam mengikuti
kegiatan sosialisasi ini. Diawal kegiatan untuk mencairkan suasana dan konsentrasi anak-
anak, maka dibutuhkan ice breaking.

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan


Sebelum dan setelah pemaparan materi tentang pengertian rokok, zat berbahaya
dalam rokok, pengaruh rokok terhadap kesehatan, cara menghindari asap rokok. Adanya
prestest dan posttest sebagai salah satu cara untuk melihat ada atau tidak adanya
perubahan terkait pemahaman orang tua di RT11/RW 05 tentang materi yang diberikan.
Adapun jumlah skor pretest dan posttest pada 53 siswa-siswi yang telah mengikuti
kegiatan psikoedukasi, perlu dilakukannya pengujian paired sample test dengan SPSS
dan hasil menunjukkan sebagai berikut:

Gambar 2 Hasil SPSS


Berdasarkan gambar 2, maka dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (2-tailed)
<0.05, menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara variabel awal
dengan variabel akhir. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna terhadap
perbedaan perlakuan yang berikan pada masing-masing variabel.

Nilai signifikansi (2-tailed) > 0.05, menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
yang signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak adanya pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang diberikan pada
masing-masing variabel.

Berdasarkan dari pengambilan keputusan di atas, bahwa nilai signifikansi (2-


tailed) sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan antara prestest dan posttest, dan juga menunjukkan adanya pengaruh yang
bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing variabel.
Sehingga, hasil pelaksanaan kegiatan dari program ketiga yaitu psikoedukasi tentang zat
berbahaya dalam rokok dan dampaknya pada kesehatan menunjukkan adanya pengaruh
pada 53 anak antara sebelum dilakukan psikoedukasi dan setelah dilakukan psikoedukasi.

Psikoedukasi dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencegah dan menanggulangi


perokok aktif yang sudah menjangkit pada. Kegiatan pengabdian psikoedukasi
pencegahan perilaku merokok terbukti dapat mencegah perilaku merokok serta dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang kandungan rokok, dampak fisik, dampak
psikologis, dan penyebab seseorang berperilaku merokok (Faizah & Haq, 2019). Oleh
sebab itu, kegiatan Psikoedukasi dapat dijadikan sebagai opsi untuk mencegah perilaku
merokok pada remaja. Selain itu, psikoedukasi tentang perilaku merokok berperan efektif
dalam menurunkan perilaku merokok pada remaja (Prasetyo et al., 2018).

Psikoedukasi efektif untuk menanggulangi perilaku merokok pada remaja, sebab


psikoedukasi mempunyai tujuan untuk melakukan modifikasi sikap dan perilaku secara
langsung melalui pelibatan subjek kedalam program pelatihan. Psikoedukasi adalah
gabungan psikologi kesehatan dengan behavioural counseling dan terkadang dengan
psikoterapi yang diterapkan pada setting grup ataupun individu. Behavioral counseling
dalam psikoedukasi berkaitan dengan emosi, persepsi, coping, relaksasi, dan selfcare,
sedangkan komponen edukasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu
kondisi baik fisik maupun psikologis (Cummings & Cummings, 2008). Dengan demikian
dapat diketahui bahwa psikoedukasi merupakan bentuk proses belajar dimana melibatkan
aspek kognitif. Selain itu, pelaksanaan psikoedukasi harus memperhatikan asertif dari
remaja. Asertif berpengaruh terhadap perilaku remaja, ketika remaja berperilaku asertif
maka remaja mampu mengungkapkan apa yang diinginkan dan lebih mampu menjaga
diri. Semakin tinggi tingkat asertif pada remaja semakin rendah tingka kenakalan remaja
(Faizah & Haq, 2019).
Manfaat Pelatihan Asertif adalah: 1) Meningkatkan self esteem dan self
confidence dalam mengekspresikan diri sendiri; 2) Dapat berhubungan dengan orang lain
dengan konflik, kekhawatiran dan penolakan yang lebih sedikit; 3) Dapat bernegosiasi
lebih produktif dengan orang lain; 4) Membuat individu lebih relaks, karena tahu bahwa
dia hampir bisa mengatasi semua situasi dengan baik; 5) Membantu individu fokus pada
kondisi saat ini, daripada terlalu memperhatikan hal yang terjadi di masa lampau atau
masa depan; 6) Dapat mempertahankan “penghargaan terhadap diri sendiri” tanpa
mengacuhkan pihak lain dan ini dapat membangun penghargaan terhadap diri dari pihak
lain; 7) Meningkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan dan mengurangi
kesalahpahaman; 8) Meningkatkan keyakinan diri dengan mengurangi keinginan untuk
menyesuaikan diri dengan standar orang lain dan keinginan mendapat persetujuan
mereka; 9) Memberikan kesempatan orang lain menjalankan hidupnya dengan hasil yang
mereka pilih, tanpa kita berusaha mengontrol mereka sehingga mengurangi ketegangan
yang mungkin timbul; 10) Merupakan satu-satunya strategi yang dapat memperkaya
hubungan dengan orang lain (Sutatminingsih & Zulkarnain, 2022).

SIMPULAN

Maraknya perokok aktif pada usia remaja disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
karena, 1) Faktor orangtua dan keluarga, 2) Teman sebaya merokok, 3) Iklan rokok.
Perokok aktif maupun perokok pasif memiliki resiko yang sama, bahkan perokok pasif
3x lebih mudah terpapar penyakit akibat asap rokok yang tidak difilter. Beberapa penyakit
yang mengancam perokok diantaranya adalah 1) Penyakit jantung koroner, 2) Trombosis
koroner, 3) Kanker, 4) Bronkitis atau radang cabang tenggorokan. Mengatasi
permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan psikoedukasi. Psikoedukasi
terbukt dapat mencegah dan mengurangi penggunaan rokok.

DAFTAR PUSTAKA

Cummings, N. A., & Cummings, J. L. (2008). Psychoeducation in Conjunction with


Psychotherapy Practice. Evidence-Based Adjunctive Treatments, 41–59.
https://doi.org/10.1016/B978-012088520-6.50004-4

Faizah, R., & Haq, A. L. A. (2019). Peran Psikoedukasi Tentang Perilaku Merokok Pada
Remaja. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 10(1),
102–107. https://doi.org/10.24036/rapun.v10i1.105018

Jamal, H., Abdullah, A. Z., & Abdullah, M. T. (2020). Determinan Sosial Perilaku
Merokok Pelajar di Indonesia: Analisis Data Global Youth Tobacco Survey Tahun
2014. Jurnal Kesehatan Vokasional, 5(3), 141.
https://doi.org/10.22146/jkesvo.56718

Kemenkes. (2017). Hidup Sehat Tanpa Rokok. P2Ptm.Kemkes.Go.Id, 1–39.


https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2
017/11/Hidup_Sehat_Tanpa_Rokok.pdf

Kussoy, M. J. (2019). Bahaya Merokok Bagi Kesehatan (pp. 1–17).

Munawaroh, M., Nugrahawati, L. R., & Furqaani, A. R. (2018). Potensi Paparan Asap
Rokok dari Kadar Kotinin yang Meningkat pada Tubuh Perokok Pasif. 6.

Padmaningrum, R. T. (2012). Rokok Mengandung Zat Adiktif yang Berbahaya Bagi


Kesehatan. Journal, November 2007, 1–7.

Prasetyo, G. L., Fitriani, S. E., Sihotang, D. P., & Zulkania, A. (2018). Potensi Kandungan
Aseton Dari Limbah Puntung Rokok. Khazanah: Jurnal Mahasiswa, 10(2), 1–6.
https://doi.org/10.20885/khazanah.vol10.iss2.art4

Safitri, A., Avicenna, M., Asosiasi, N. H., & Islam, P. (2021). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja. TAZKIYA Journal of Psychology,
18(1), 47–65.

Safitri, I. A., Suryawan, A., & Wicaksono, B. (2016). Hubungan antara Tingkat Paparan
pada Perokok Pasif dengan Volume Oksigen Maksimal (VO2max) pada Remaja
Usia 19-24 tahun. Nexus Kedokteran Komunitas, 5(1), 70–72.

Sutatminingsih, R., & Zulkarnain, I. (2022). Psikoedukasi Pencegahan Perilaku Merokok.


Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique, 5(1), 114–120.
https://ejurnal.stikpmedan.ac.id/index.php/JIKQ/article/view/126

Anda mungkin juga menyukai