TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, menurut data Riskesdas Nasional 2013 menunjukkan bahwa 40,5%
dari seluruh jumlah populasi di Indonesia merupakan perokok aktif. Sebanyak 50,3%
dari jumlah tersebut adalah remaja berumur 15–19 tahun. Sebanyak 13% remaja
adalah perokok aktif di Surabaya (Riskesdas Nasional 2013).
2.2 Perokok
Perokok merupakan seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila
orang tersebut merokok secara aktif dan disebut perokok pasif bila orang tersebut
hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas merokok sendiri
(KBBI,2012). Definisi lain dari perokok adalah mereka yang merokok setiap hari
untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya masih merokok saat surveyi
dilakukan (Octafrida, 2011).
1. Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok
sehingga mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun
lingkungan sekitar. Menurut pendapat mereka yang perokok kebanyakan
perokok aktif tidak bisa hidup tanpa rokok karena sudah terbiasa merokok,
apabila diminta untuk berhenti ada yang mau dan ada yang tidak mau,
disebabkan karena kecanduan, jika tidak merokok rasanya kurang enak dan
semakin sulit untuk berhenti merokok.
2. Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak
merokok (passive smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan
lingkungan sekitar. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif
daripada perokok aktif. Asap rokok berbahaya untuk mereka yang bukan
perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh
perokok aktif terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung
karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.
b. Berdasarkan jumlahnya perokok dibagi menjadi (WHO, 2013):
1. Perokok ringan adalah perokok yang merokok 1-10 batang rokok per hari.
2. Perokok sedang adalah perokok yang merokok 11-20 batang per hari.
3. Perokok berat adalah merokok lebih 20 batang rokok per hari.
Rokok adalah salah satu hasil olahan tembakau dengan menggunakan bahan
atau tanpa bahan tambahan. Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran sekitar
120 milimeter dengan diameter sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun tembakau
yang telah dicacah (Nururahman, 2014). Konsumsi rokok disebut sebagai merokok,
sedangkan menurut peneliti lain, merokok adalah menghisap asap tembakau yang
dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Ikhsan, 2012).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tahun 2012 rokok
adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dihisap atau dihirup
asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tobaccum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya
atau sintetis asapnya mengandung nikotin, tar, dengan atau tanpa bahan tambahan
(Peraturan Pemerintah Jakarta, 2012). Rokok yang paling populer adalah rokok
kretek dan rokok putih di Indonesia. Total penjualan rokok buatan pabrik di Indonesia
adalah 180 juta batang pada tahun 2010. Jumlah ini meningkat 4,5% dari tahun 2009.
Di antara rokok kretek dan rokok putih, rokok kretek paling mendominasi pasar
rokok di Indonesia, dibandingkan dengan rokok putih, rokok kretek mengandung
lebih banyak nikotin (1,2-4,5 mg versus 1 mg), tar (46,8mg versus 16,3 mg), dan
karbon monoksida (28,3mg versus 15,5 mg) (WHO, 2011).
Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut:
a. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk
dalam spesies Nicotiana Tabacum (Santika, 2011).
b. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar. Bunga
cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di
bawah terik panas sinar matahari, kemudian cengkeh ditimbang dan dirajang
dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran tembakau untuk
membuat rokok kretek (Anonim, 2013).
c. Saus rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk
menciptakan aroma dan cita rasa tertentu. Saus ini menjadi pembeda antara
setiap merek dan varian kretek (Anonim, 2013). “Anonim” tidak ditemukan
penulisnya.
Racun rokok yang paling utama adalah sebagai berikut: (Muhibah, 2011).
a. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung
berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan
kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat
(Tawbariah et al, 2014). Nikotin menghambat aktivitas silia pada paru-paru
serta memiliki efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan
kenikmatan, berkurangnya kecemasan, toleransi dan keterikatan fisik. Hal ini
yang menyebabkan perokok sulit untuk berhenti. Sebagian besar efek
merokok pada penurunan berat badan di sebabkan oleh nikotin yang dihirup
dari asap rokok. Nikotin akan meningkatkan level neurotransmitter, seperti
pelepasan sistemik katekolamin, dopamin dan serotonin yang ada di otak
menekan nafsu makan sehingga mengurangi asupan makanan (Irianti, 2016).
Nikotin dapat menimbulkan efek merangsang penggumpalan
trombosit. Trombosit yang menggumpal akan menyumbat pembuluh darah
yang sudah sempit akibat karbon monoksida. Hal tersebut dapat mengganggu
bahkan menurunkan tingkat kebugaran seseorang akibat rusaknya
metabolisme oksigen di dalam darah. Kandungan nikotin dalam rokok adalah
sebesar 0.,5–3 nanogram (Mustikaningrum, 2010). Nikotin adalah suatu zat
yang dapat mempengaruhi siste m syaraf. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.
Selain itu, nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan
pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut
termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi
dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil
metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi.
b. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun, 2012). Tar
adalah kondensat asap yang merupakan total residu yang dihasilkan saat
rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air yang memiliki sifat
karsinogenik (PP. RI. No.109, 2012). Tar akan menempel pada sepanjang
saluran nafas perokok dan pada saat yang sama akan mengurangi efektivitas
alveolus (kantung udara dalam paru-paru), sehingga menyebabkan penurunan
jumlah udara yang dapat dihirup dan hanya sedikit oksigen yang terserap ke
dalam peredaran darah (Infopom, 2014).
c. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) merupakan gas tidak berbau, tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak mengiritasi, namun sangat berbahaya (beracun). Gas
ini merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaran
bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api berasaskan
karbon dan nyala api. Karbon monoksida menggantikan 15% oksigen yang
seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. Karbon monoksida dapat
merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada
dinding pembuluh darah sehingga, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
Gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup, karena gas CO akan
menggantikan posisi oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin dalam darah
(Infopom, 2015).
Unsur Karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna
dari unsur zat arang / karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau
dapat mencapai 3% - 6%, gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Orang yang
merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah, sedangkan
arus pinggir akan tetap berada di luar. Setelah itu perokok tidak akan menelan
semua asap tetapi mereka semburkan lagi keluar. Gas CO mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah lebih
kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau, disamping
kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah
akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan
bukan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan melakukan spasme,
yaitu mengecilkan pembuluh darah, proses ini berlangsung terus menerus,
maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses
aterosklerosis/penyempitan (Gondodiputro, 2007 dan Proverawati, 2012)
a. Rokok Putih: rokok berisi hanya daun tembakau yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok putih
mengandung 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
b. Rokok Kretek: rokok berisi daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok kretek
mengandung sekitar 20 mg tar dan 44-45 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
Rokok kretek dan rokok putih berbeda dari segi bahan, rasa, maupun dampak
terhadap kesehatan. Rokok kretek memiliki kandungan zat yang lebih banyak dalam
asap, fase partikulatnya dibandingkan rokok putih, diantaranya eugenol (minyak
cengkeh) yang memiliki efek anti-inflamasi melalui penghambatan jalur sintase
prostaglandin, anestesi oral, serta anti bakteri. Zat tersebut tidak memiliki efek yang
buruk dalam jumlah sedikit, tetapi jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
dan konsentrasi tinggi akan menimbulkan nekrosis. Selain dampak tersebut, eugenol
juga ditemukan dapat meningkatkan adiksi dari merokok. Rokok kretek memiliki
kadar nikotin lima kali lipat lebih banyak, kadar tar tiga kali lipat lebih banyak, serta
kadar karbon monoksida 30% lebih banyak dibandingkan rokok putih.
a. Lingkungan sosial
Seseorang mempunyai kebiasaan merokok karena lingkungannya adalah
perokok. Faktor sosial berpengaruh secara langsung dan tidak langsung ke pada
individu. Pengaruh langsung berupa menawarkan rokok, membujuk untuk
merokok, menantang dan menggoda, pengaruh lingkungan sosial dirasakan kuat
pada kelompok remaja. Pengaruh tidak langsung yaitu ada model yang kuat di
lingkungannya, misalkan pimpinan kelompok atau guru merokok maka anggota
lain juga ikut merokok (Sholeh, 2017).
b. Faktor psikologis
Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, nyaman, merasa lepas dari
kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh karena itu
individu perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit untuk berhenti
merokok, daripada perokok yang bergaul atau lingkungan sosialnya menolak
perilaku merokok (Wulan, 2012).
c. Faktor biologis
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin dalam
darah semakin besar pula ketergantungan terhadap rokok (Xue et al, 2010).
d. Faktor sosio kultural
Kebiasaan masyarakat, tingkat ekonomi, pendidikan, pekerjaan juga berpengaruh
terhadap perilaku merokok (Chotidjah, 2012).
2.5.1 Definisi
Menurut (Pate et al,1993), Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai VO2maks
dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Fungsi paru
Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens terjadi peningkatan kebutuhan
oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari
ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Konsumsi oksigen dan
ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat melakukan latihan
olahraga dengan intensitas maksimal. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen
ke jaringan naik hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa. Peningkatan
VO2maks terjadi dengan peningkatan cardiac output dan pertukaran udara
sebagai respon terhadap olahraga.
b. Fungsi kardiovaskular
Respon kardiovaskular yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah
peningkatan cardiac output. Peningkatan disebabkan oleh peningkatan isi
sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari
tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih
dari kecepatan sistem kardiovaskular menghantarkan oksigen ke jaringan, maka
dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskular dapat membatasi nilai VO2maks.
c. Hemoglobin
Dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, maka kadar oksigen
dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin yang tersedia. Jika kadar
hemoglobin berada di bawah normal, misalnya pada anemia, maka jumlah
oksigen dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya, bila kadar hemoglobin lebih
tinggi dari normal, seperti pada keadaan polisitemia, maka kadar oksigen dalam
darah akan meningkat.
d. Umur
Kapasitas aerobik maksimal (VO2maks) anak laki-laki menjadi lebih tinggi
mulai umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat latihan olahraga ketahanan
tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum usia 11 tahun. Puncak nilai
VO2maks dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada kedua jenis kelamin.
Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah usia 25 tahun.
penurunan rata-rata VO2maks per tahun adalah 0,46 ml/kg/menit untuk laki-laki
(1,2%) dan 0,54 ml/kg/menit untuk wanita (1,7%).
e. Jenis kelamin
Kemampuan aerobik perempuan sekitar 20% lebih rendah dari laki-laki pada
usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang menyebabkan
perempuan memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak tubuh lebih
besar. Perempuan juga memiliki massa otot lebih kecil daripada laki-laki. Mulai
umur 10 tahun, VO2maks anak laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak
perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16
tahun VO2maks anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak perempuan.
Seseorang yang memiliki tingkat kebugaran yang baik dalam waktu 6 menit,
mereka mampu berjalan sejauh 500 meter dan tidak tampak kelelahan. Berjalan 500
meter selama 6 menit sama halnya dengan melangkah sebanyak 1000 langkah.
Tingkat kebugaran memiliki beberapa kategori, hal itu tergantung dengan durasi dan
intensitas saat melakukan aktifitas fisik, yaitu sebagai berikut: (Luthfie, 2011)
No Penelitian Metode